Anda di halaman 1dari 80

TUGAS INDIVIDU KELUARGA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.M DENGAN


DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI LARANGAN
SUKOLILO RW 1 KECAMATAN BULAK
SURABAYA

Oleh :
GHAFFAAR AWWALUDIN YAHYA
173.0037

PRODI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2017
LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS INDIVIDU KELUARGA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.M DENGAN


DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI LARANGAN
SUKOLILO RW 1 KECAMATAN BULAK
SURABAYA

Mengetahui,

Pembimbing Institusi I Mahasiswa Profesi


Keperawatan Keluarga dan Keperawatan Keluarga dan
Komunitas Komunitas

Dhian Satya R. S.Kep. Ns. M.Kep Ghaffaar Awwaludin Yahya


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada


praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada klien diberbagai tatanan nyata
pelayanan kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan
menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar praktik
keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan (Suprajitno, 2004 : 23). Keluarga adalah dua atau
lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan
serta mempertahankan kebudayaan. Keluarga memiliki keragaman seperti anggota
individunya dan seorang pasien memiliki nilai-nilai tersendiri mengenai
keluarganya (Septyatiningsih, 2017). Sedangkan asuhan keperawatan keluarga
adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui praktik keperawatan
dengan sasaran keluarga, yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan
yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
(Suprajitno, 2004 : 27).

Berbagai permasalahan penyakit seperti hipertensi sering terdapat setiap


keluarga. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit tekanan darah tinggi
merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal yang mengakibatkan angka kesakitan dan angka kematian
(Dalimartha, dkk, 2008). Pengkajian terhadapa keluarga di Larangan Sukolilo
menunjukan dari 5 keluarga yang dikaji, keseluruhan keluarga memiliki anggota
keluarga yang mengalami tekanan darah > 140/90 mmHg.

Kurangnya pengetahuan dalam konteks keluarga yang mempunyai


masalah hipertensi akan mengakibatkan tidak tepatnya penanganan penyakit pada
anggota yang menderita hipertensi. Banyak tanggapan yang berbeda pada setiap
keluarga seperti contoh hipertensi tidak perlu ditangani, pengobatan hanya dengan
obat warung atau jamu, dan sebagainya. Padahal pengobatan hipertensi
memerlukan jangka waktu lama karena hipertensi hanya dapat dikurangi tidak
dapat dihilangkan.

Cara yang paling baik dalam menghindari komplikasi hipertensi adalah


dengan mengatur diet / pola makan seperti rendah garam, rendah kolesterol dan
lemak jenuh, meningkatkan komsumsi buah dan sayuran, tidak mengkonsumsi
alkohol dan rokok. Permasalahan saat ini masih ditemukan pasien hipertensi yang
tidak patuh terhadap pengobatan yang diberikan. Kepatuhan pasien ditentukan
oleh beberapa hal antara lain persepsi tentang kesehatan, pengalaman mengobati
sendiri, pengalaman dari terapi sebelumnya, lingkungan (teman dan keluarga),
adanya efek samping obat, keadaan ekonomi, dan interaksi dengan tenaga
kesehatan. Kepatuhan merupakan sesuatu yang mendasar dan harus ada dalam
program pengobatan yang efektif dan tepat waktu, didalam pencapaian kepatuhan
dalam pengobatan hipertensi diberlakukan partisipasi aktif pasien didalam
merawat kesehatannya, mencari informasi tentang penanganan penyakit pada
dokter, melaksanakan program diet, dan perubahan gaya hidup. Maka dari itu
mahasiswa melakukan asuhan pelayanan keperawatan keluarga guna dalam
rangka memberikan penyuluhan kesehatan kepada keluarga binaan Larangan
sukolilo Rw 01 sehingga keluarga dapat mengerti hipertensi dan cara penenganan
yang tepat

1.2 Rumusan Masalah


Apakah keluarga mengetahui tentang hipertensi dan cara penanganannya
hipertensi yang benar.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengetahuan keluarga tentang hipertensi dan penanganannya
hipertensi yang benar.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang hipertensi
2. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga cara penanganan hipertensi yang
benar
1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa Keperawatan
Sebagai latihan dan gambaran menjadi perawat professional yang
dapat mengaplikasikan teori yang didapat di akademi kedalam situasi
nyata di lapangan dengan menggunakan prinsip praktek asuhan
keperawatan komunitas secara komprehensif pada klien. Selain itu
juga melatih mahasiswa mengelola manajemen keperawatan
komunitas secara efektif dan efisien.
2 Keluarga
Sebagai informasi untuk mempertimbangkan dan mengambil
keputusan tepat dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
3 Institusi Pendidikan
Meningkatkan kompetensi lulusan institusi dan diharapkan dapat
menjadi referensi yang berguna bagi pembaca dan melakukan
penelitian lanjutan.
BAB 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Pengertian Keluarga

Menurut Maglaya dan Bailon (1989, dalam Mubarak, 2006) Keluarga


adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawainan atau pengangkakatan dan mereka hidup dalam suatu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain, dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga ,
berinteraksi satu sama lain, dan didala, perannya masing-masing, menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (DepKes, 2004).

Menurut Sayekti (1994, dalam Setiadi, 2008) mengatakan Keluarga adalah


suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa
yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang
perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri
atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

Menurut Murray dan Zentner (1997, dalam Achjar, 2010) Keluarga adalah
suatu sistem sosial yang berisi dua atau lebih orang yang hidup bersama yang
mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, atau tinggal bersama dan
saling menguntungkan, mempunyai tujuan bersama, mempunyai generasi penerus,
saling pengertian, dan saling menyayangi.

Keluarga adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari individu-individu yang
bergabung dan berinteraksi secara teratur antara satu dengan yang lain yang
diwujudkan dengan adanya saling ketergantungan dan berhubungan untuk
mencapai tujuan bersama (Leininger, dalam Andarmoyo, 2012). Keluarga sebagai
suatu sistem sosial merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri atas beberapa
individu yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dan saling bergantung
serta disorganisasi dalam satu unit tunggal dalan rangka mencapai tujuan tertentu
(Yusuf dkk, 2015). Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
keluarga adalah kumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, dan kelahiran yang hidup bersama dalam satu rumah tangga membentuk
suatu budaya untuk mencapai tujuan bersama.

2.1.2 Ciri-Ciri Keluarga

Keluarga merupakan suatu system interaksi emosional yang diatur secara


kompleks dalam posisi, peran, dan aturan atau nilai-nilai yang menjadi dasar
struktur atau organisasi keluarga. Struktur keluarga tersebut memiliki ciri-ciri
antara lain :

1. Terorganisasi
Keluarga merupakan cerminan organisasi dimana setiap anggota keluarga
memiliki peran dan fungsinya masing-masing untuk mencapai tujuan keluarga.
Dalam menjalankan peran dan fungsinya, anggota keluarga saling berhubungan
dan saling bergantung antara satu dengan yang lainnya.
2. Keterbatasan
Setiap anggota keluarga memiliki kebebasan, namun juga memiliki
keterbatasan dalam menjalankan peran dan fungsinya.
3. Perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing.
Peran dan fungsi tsb cenderung berbeda dan khas, yang menunjukkan adanya ciri
perbedaan dan kekhususan. Misalnya saja ayah sebagai pencari nafkah utama dan
ibu yang bertugas merawat anak-anak.

2.1.3 Tipe Keluarga

Menurut Widyanto (2014) mengatakan bahwa keluarga memiliki berbagai


macam tipe yang dibedakan menjadi keluarga tradisional dan non tradisional, yaitu:

1. Keluarga tradisional
a. The nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri dari
suami, istri, dan anak.
b. The dyad family, yaitu keluarga yang terdiri dari suami, dan istri yang
hidup dalam satu rumah tetapi tanpa anak.
c. Keluarga usila, yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri yang sudah
tua dengan anak yang sudah memisahkan diri.
d. The childless, yaitu keluarga tanpa anak karena terlambat menikah
dan untuk mendapatkan anak, terlambat waktunya. Penyebabnya
adalah karena mengejar karir atau pendidikan yang terjadi pada
wanita.
e. Extended family (keluarga besar), yaitu keluarga yang terdiri dari 3
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family
disertai paman, bibi, orang tua (kakek dan nenek), keponakan dsb.
f. The single parents family (keluarga duda atau janda), yaitu keluarga
yang terdiri satu orang tua, bisa ayah atau ibu penyebabnya dapat
terjadi karena proses perceraian, kematian atau bahkan ditinggalkan
g. Commuter family yaitu kluarga dengan kedua orang tua bekerja di
kota yang berbeda tetapi setiap akhir pekan semua anggota kelaurga
dapat berkumpul bersama di salah satu kota yang menjadi tempat
tinggal.
h. Multi generational family, yaitu keluarga dengan generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin-network family, yaitu keluarga dengan beberapa keluarga inti
tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan menggunakan
barang-barang serta pelayanan bersama. Seperti menggunakan dapur,
kamar mandi, televise atau telepon bersama.
j. Blended family, yaitu keluarga yang dibentuk oleh dudaa atau janda
yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya.
k. The single adult living alone / single adult family, yaitu keluarga yang
terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (separasi) seperti perceraian atau ditinggal mati.
2. Keluarga non tradisional
a. The unmarried teenage mother, yaitu keluarga yang terdiri dari orang
tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The stepparent family, yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune family yaitu, beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya)
yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu
rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama,
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak
bersama.
d. The nonmarital heterosexsual cohabiting family yaitu, keluarga yang
hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
e. Gay and lesbian families yaitu, seseorang yang mempunyai persamaan
sex hidup bersama sebagaimana marital pathners.
f. Cohabitating couple yaitu, orang dewasa yang hidup bersama diluar
ikatan pernikahan karena beberapa alasan tertentu.
g. Group-marriage family yaitu beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling merasa telah
saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk
sexsual dan membesarkan anak.
h. Group network family yaitu, keluarga inti yang dibatasi oleh set
aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan
bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster family, yaitu keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya.
j. Homeless family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k. Gang, yaitu Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.
2.1.4 Fungsi Keluarga
Keluarga yang berfungsi baik dapat berganti peran tingkat tanggung jawab
dan pola interaksi ketika mengalami perubahan kehidupan yang penuh stres
keluarga yang berfungsi sebaik mungkin saja mengalami stres akut atau stres
berkepanjangan atau meningkatkan kerentanan mengekspresikan respon
maladaptif namun harus mampu menyeimbangkan kembali setiap waktu sebagai
suatu sistem akhirnya anggota keluarga tetap fokus pada pola sehat dan membangun
nilai dan hubungan keluarga tetap utuh (Stuard, 2016). Karakterstik keluarga seperti
ini meliputi :
1. Telah menyampaikan tugas siklus kehidupan yang penting.
2. Memiliki kapasitas untuk mentoleransi konflik dan berbagai pada siatuasi
yang tidak diharapkan tanpa disfungsi yang lama atau disintegrasi ikatan
keluarga.
3. Kontak emosi dipertahankan lintas generasi dan antara anggota keluarga
tanpa mengabaikan tingkat kewenangan yang diperlukan
4. Kedekapan yang berlebihan dihindari dan menjaga jarak tidak digunakan
untuk menyelesaikan masalah.
5. Setiap dua orang diharapkan untuk menyelesaikan masalah mereka
meminta orang ketiga untuk mendamaikan atau keberpihakan tidak
dianjurkan
6. Perbedaan antara anggota keluarga didorong untuk meningkatkan
pertumbuhan personal dan kreatifitas
7. Anak diharapkan untuk menerima tanggung jawab yang sesuai dengan
usia mereka dan menikmati kelebihan yang dinegosiasikan dengan orang
tua mereka.
8. Pelestarian iklim emosional lebih dihargai daripada melakukan sesuatu
harus dilakukan atau apa yang benar.
9. Di antara anggota keluarga yang dewasa terdapat suatu keseimbangan
ekspresi perasaan, pemikiran rasional dan hati-hati, fokus pada hubungan,
dan pemberian asuhan; tiap orang dewasa dapat secarra berfungsi dalam
modul respektif.
10. Terdapat komunikasi dan interaksi terbuka diantara anggota keluarga.
Karakteristik fusngsional mewakili keluarga idela yang mungkin lebih
bersifat fiktif daripada nyata. Kebanyakan keluarga mempunyai beberapa
elemen, walaupun tidak semua elemen dimiliki keluarga tersebut, namun
keluarga masih dapat berfungsi dengan integrasi dan penuh rasa hormat
(Stuart, 2016).

Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998, dalam Setiadi,


2008), adalah sebagai berikut:
1. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuat untuk mempersiapkan anggota keluarga
berdampingan dengan orang lain.
2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (sociallization and social
placement function) adalah fungsi mengembangkan dari tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berdampingan dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi (the reproduction function), yaitu keluarga berfungsi
untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function) yaitu
fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap mempunyai produktivitas tinggi.

2.1.5 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Menurut Achjar (2010), mengatakan bahwa perawat keluarga perlu


mengetahui tahapan dan tugas perkembangan keluarga, untuk memberikan
pedoman dalam menganalisis pertumbuhan dan kebutuhan promosi kesehatan
keluarga serta untuk memberikan dukungan pada keluarga untuk kemajuan dari
satu tahap ke tahap berikutnya. Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall
dan Miller (1985) : Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Achjar (2010),
mempunyai tugas perkembangan yang berbeda, seperti :
1. Tahap 1 : Keluarga pemula atau pasangan baru
Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain adalah membina
hubungan yang harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan
yang saling memuaskan, membina hubungan dengan orang lain dengan
menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan
kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi orangtua.
2. Tahap 2 : Keluarga yang sedang mengasuh anak (Anak tertua bayi sampai
umut 30 Bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap 2 yaitu membentuk keluarga
muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran orangtua, kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan
lingkungan keluarga besar.

3. Tahap 3 : Keluarga dengan anak usia pra-sekolah (Anak tertua berumur 2-6
Tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap 3 yaitu memenuhi kebutuhan
anggota keluarga , mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru
sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan
hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan
norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan
bersama, memenuhi kebutuhan bermain anak.

4. Tahap 4 : Keluarga dengan anak usia sekolah (Anak tertua usia 6-13 Tahun)

Tugas perkembangan pada tahap ke 4 yaitu mensosialisasikan anak


termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan
teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar
dengan teratur, dan memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
5. Tahap 5 : Keluarga dengan anak Remaja (Anak tertua umur 13-20 Tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap 5 yaitu menyeimbangkan
kebebasan dan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri,
memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka
antara orangtua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan
dalam batas tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka 2 arah.
6. Tahap 6 : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (Mencakup anak
pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga pada tahan 6 yaitu memperluas siklus
keluarga dengan memasukkan anggota keluarga naru yang didapat melalui
perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk memperbarui hubungan perkawinan,
membantu orangtua lanjut usia dan sakit sakitan dari suami maupun istri,
membantu anak untuk mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas
hubungan keluarga antara orangtua dan menantu, menata kembali peran dan
fungsi keluarga yang sudah ditinggalkan.
7. Tahap 7 (Orangtua usia pertengahan : Tanpa Jabatan, Pensiun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap 7 yaitu menyediakan lingkungan
yang meningkatan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan
penuh arti dengan para orangtua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan,
menjaga keintiman, merencanakan kegitan yang akan datang, memperhatiakan
kesehatan masing-masing pasangan, tetap menjaga komunikasi dengan anak-
anak.
8. Tahap 8 (Keluarga dalam masa pensiunan dan Lansia)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap 8 yaitu mempertahankan
pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang
menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap
kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi,
meneruskan untuk memahami eksistensi mereka, saling memberi perhatian yang
menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua
seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.

2.1.6 Tugas Keluarga

Menurut Friedman (1998, dalam Nasrul Effendi, 2009) menyebutkan ada


5 tugas kesehatan keluarga, diantaranya :
1. Mengenal masalah
Dalam sebuah keluarga jika ada salah satu anggota keluarga yang
mengalami sakit, maka keluarga mampu mengenal masalah yang dialami oleh
anggota keluarga tersebut.
2. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Jika keluarga sudah mampu mengenal masalah yang dialami oleh salah
satu anggota keluarga, maka keluarga harus mampu membuat keputusan yang
tepat untuk anggota keluarga yang mengalami masalah.
3. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Jika keluarga sudah mampu mengenal masalah dan mampu mengambil
keputusan yang tepat, maka keluarga juga harus mampu merawat anggota
keluarga yang sakit.
4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Setelah keluarga mampu memodifikasi lingkungan, maka keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

2.2 Konsep Dasar Keperawatan Keluarga

2.2.1 Pengertian

Perawat sebagai pelaksana keperawatan pada zaman dulu dikatakan sebagai


pekerjaan vokasional dimana dalam melaksanakan kegiatanya sebagi tim
kesehatan selalu bergantung profesi kesehatan lain. Sejalan dengan
berkembangnya ilmu dan tuntutan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan yang
bermutu sejak tahun 1983, PPNI dalam lokakarya nasional mengikrarkan bahwa
keperawatan adalah profesional.

Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingat perawatan kesehatan


masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau
kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai
sarana/ penyalur (Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya, 1978). Salah satu
lingkup praktik keperawatan keluarga adalah asuhan keperawatan keluarga karena
keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai akibat pola
penyesuaian keluarga yang tidak sehat sehingga tidak terpenuhi kebutuhan
keluarga.

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan yang


diberikan melalui praktek keperawatan kepala keluarga, untuk membantu
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan (Padila, 2012).
2.2.2 Tujuan
Menurut Setyowati dan Murwani (2008) tujuan keperawatan keluarga
terdiri dari:

1. Tujuan umum

Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah


kesehatannya secara mandiri.

2. Tujuan khusus
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
b. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah
kesehatan keluarga.
c. Melakukan tindakan keperawatan kesehatan kepada anggota
keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh dan atau
yang membutuhkan bantuan atau asuhan keperawatan.
d. Memelihara lingkungan (fisik, psikis dan sosial) sehingga dapat
menunjang peningkatan kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat misalnya:
puskesmas, puskesmas pembantu, kartu sehat dan posyandu untuk
memperoleh pelayanan kesehatan.

2.2.3 Karakteristik Perawatan Keluarga

Karakteristik perawatan keluarga adalah memprioritaskan pada tindakan


preventif dan promotif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif, cara
pelayananpun terpadu dan kesinambungan serta pendekatan pelayanan holistik atau
menyeluruh (Padila, 2012). Keluarga kelompok berisiko tinggi:

1. Keluarga dengan anggotanya dalam masa usia subur dengan masalah:

a. Tingkat sosial ekonomi rendah


b. Keluarga tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri

c. Keluarga dengan keturunan baik

2. Keluarga tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri

a. Keluarga ibu (16Thn/35Thn)

b. Menderita kurang gizi atau anemia

c. Primipara / Multipara

d. Menderita hipertensi

e. Riwayat persalinan dengan komplikasi


3. Keluarga dimana anak menjadi resiko tinggi
a. Lahir premature

b. BB suka naik

c. Lahir dengan cacat bawaan

d. Asi kurang

e. Ibu menderita penyakit menular

4. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggotanya

a. Anak yang tidak kehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan

b. Tidak ada kesesuaian pendapat antara angota


keluarga dan sering timbul cecok dan ketegangan
c. Ada anggota keluarga yang sering sakit

d. Salah satu orang tua meninggal, cerai atau lari dari tanggung jawab.

2.2.4 Tingkatan Keperawatan Keluarga

Menurut Padilal, (2012) ada tingkatan dalam keperawtan keluarga:

1. Tingkatan keperawatan keluarga level I

a. Keluarga menjadi latar belakang individu/anggota keluarga


b. Fokus pelayanan keperawatan : individu

c. Individu atau anggota keluarga akan dikaji dan diintervensi

d. Keluarga akan dilibatkan dalam berbagai kesempatan

2. Tingkatan keperawatan keluarga level II

a. Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya

b. Masalah kesehatan atau keperawatan yang sama dari masing-masing


anggota akan diintervensi bersamaan

c. Masing-masing anggota keluarga dilihatsebagai unit yang terpisah


3. Tingkat keperawatan keluarga level III

a. Fokus pengkajian dan intervensi keoerawtan adalah subsistem dalam


keluarga
b. Anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi

c. Fokus intervensi : hubungan ibu dengan anak, hubungan ayah


dengan anak, hubunan pernikahan.

4. Tingkat keperawatan keluarga level III

a. Seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus utama


dari pengakajian dan perawatan
b. Keluarga menjadi fokus dan individu sebagai latar belakang

c. Keluarga dipandang sebagai interaksi system

d. Fokus intervensi : dinamika internal keluarga, hubungan dalam


keluarga, struktur dan fungsi keluarga, hubungan subsustem keluarga
dengan lingkungan luar.

2.2.5 Kriteria Keluarga Mandiri

Keluarga mandiri adalah keluarga yang mengetahui dengan kriteria:

1. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dari masalah


kesehatan yang ada
2. Keluarga dapat menyebutkan faktor penyebab masalah kesehatan

3. Keluarga dapat menyebutkan faktor yang memengaruhi masalah kesehatan

4. Keluarga memiliki persepsi yang positif terhadap masalah keluarga, mau


mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
5. Masalah kesehatan dirasakan keluarga
6. Keluarga dapat mengungkapkan/menyebutkan akibat dari masalah
kesehatan tersebut
7. Keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang penanganan masalh
kesehatan tersebut
8. Keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya dan fasilitas
yang diperlukan untuk perawatan
9. Keluarga dapat terampil melaksanakan perawatan pada anggota keluarga

10. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan.

2.2.6 Tanggung Jawab Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Keluarga


Perawat yang melakukan pelayanan keperawatan di rumah mempunyai
tanggung jawab sebagai berikut (Mubarak, dkk., 2012) :
1. Memberikan pelayanan secara langsung
Pelayanan keperawatan meliputi : pengkajian fisik atau spikososial,
menunjukkan pemberian tindakan secara terampil, dan memberikan intervensi.
Adanya kerjasama dari klien, keluarga dan perawat sebagai pemberi perawatan
utama di keluarga pada tahap perencanaan sangat penting. Perawat hanya
memberikan perawatan dalam waktu yang terbatas, sedangkan perawatan yang
dilakukan di rumah merupakan tanggung jawab dari keluarga. Oleh karena itu,
pendidikan kesehatan menjadi intervansi yang utama dalam perawatan di rumah.
2. Dokumentasi
Pendokumentasian yang dilakukan selama perawatan di rumah sangat
penting untuk melihat kemajuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan
yang dialaminya.
3. Koordinansi antara pelayanan dan manajemen kasus
Perawat bertanggung jawab untuk mengoordinirkan para profesional lain
dalam memberikan oelayanan kepada keluarga. Fokus peran perawat menjadi
manager kasus adalah kemampuan untuk mengkaji kebutuhan, menentukan
prioritas kebutuhan, mengidentifikasi cara memenuhi kebutuhan, dan
mengimplementasikan rencana yang telah disusun.
4. Menentukan frekuensi dan lama perawatan
Frekuensi kunjungan adalah kekerapan yang dilakukan selama periode
waktu tertentu, sedangkan lama perawatan adalah lamanya waktu perawatan yang
dilakukan di rumah.
5. Advokasi
Peran perawat sebagai penasihat berhubungan dengan masalah
pembayaran yang terkait dengan pelayanan yang diberikan.

2.3 Konsep Hipertensi


2.3.1 Definisi Hipertensi

Tekanan darah adalah kekuatan yang digunakan oleh darah yang

bersikulasi pada dinding-dingding dari pembuluh-pembuluh darah, dan

merupakan satu dari tanda-tanda vital yang utama dari kehidupan. Tekanan darah

dihasilkan oleh jantung yang memompa darah masuk ke dalam arteri-arteri dan

diatur oleh erepon oleh arteri-arteri pada aliran darah. Tekanan darah perorangan

dinyatakan sebagai tekanan sistolik/diastolik, contohnya 120/80 mmHg. Tekanan

darah sistolik (angka yang diatas) mewakili tekanan di arteri-arteri ketika otot
jantung berkontraksi dan memompa darah ke dalamnya. Tekanan diastolik (angka

di bawah) mewakili tekanan di arteri-arteri ketika otot jantung mengendur (relax)

setelah ia berkontraksi. Tekanan darah selalu lebih tinggi ketika jantung sedang

memompa dari pada ketika ia sedang mengendur (relax). Suatu peningkatan dari

tekanan darah sistolik dan diastolik meningkatkan resiko penyakit jantung

(cardiac), penyakti ginjal (renal), penyumbatan pembuluh darah

(arteriosclerosis), kerusakan mata, dan stroke. (Muhammadun, 2010 : 11).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik

dengan konsistne di atas 140/90 mmHg. Diagnosisi hipertensi tidak berdasarkan

pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali. Tekanan darah harus diukur

dalam posisi duduk dan berbaring. Hipertensi menyebabkan meningkatkan resiko

terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal tanpa

melihat usia atau jenis kelamin, semua orang bisa terkena penyakit jantung dan

biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya (Baradero, M. 2008 : 49).

Tabel 2.2 Nilai tekanan darah

Tekanan Darah Sistolik Diastolik


Darah rendah atau Di bawah 90 Di bawah 60
hipotensi
Normal 90-120 60-80
Pre- Hipertensi 120-140 80-90
Hipertensi (stadium 1) 140-160 90-100
Hipertensi (stadium 2) >160 >100
Sumber: Arumi, S. (2011 : 26).

2.3.2 Etologi Hipertensi


Hipertensi sering disebut sebagai salah satu penyakit degeneratif.

Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum

memeriksa tekanan darahnya.

Penyakit ini dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur, dan

kelompok sosial-ekonomi. Namun lebih banyak ditemukan pada usia lanjut yang

merupakan salah satu faktor resikonya. Faktor resiko terjadinya hipertensi, adalah

antara lain:

1. Stress

Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita

hipertensi juga semain besar. Pengaruh usia terhadap kemunculan stress sering

terjadi juga. Banyak ditemukan para pensiunan yang sudah tak bekerja lagi

menghadapi perubahan lingkungan para pensiunan yang sudah tidak mampu lagi

melakukan beberapa pekerjaan memunculkan stress. Hubungan antara stress dan

hipertensi diduga melalui aktivitas simpatik. Peningkatan aktivitas saraf simpatik

akan meningkatkan tekanan darah secara tidak menentu. Jika stress terjadi secara

terus-menerus, maka akan mengakibatkan tekanan darah yang menetap tinggi

(Junaedi, E. Yulianti, S. dan Rinata, G. 2013 : 14).

Pada dinding jantung dan beberapa pembuluh darah terdapat reseptor yang

selalu memantau perubahan tekanan darah dalam arteri maupun vena. Jika

mendeteksi perubahan, reseptor ini akan mengirim sinyal ke otak agar tekanan

darah kembali normal. Otak menanggapi sinyal tersebut dengan dilepaskannya

hormon dan enzim yang mempengaruhi kerja jantung, pembuluh darah, dan

ginjal. Apabila stress terjadi, yang terlepas adalah hormon epinefrin atau

adrenalin. Aktivitas hormon ini meningkatkan tekanan darah secara berkala. Jika
stress berkepanjang, peningkatan tekanan darah menjadi permanen. Karena itulah

orang yang berada dalam kondisi stress atau mengalami tekanan mental

ketegangan yang berlarut-larut dapat meningkatkan resiko hipertensi (Marliani,

dan Tantan, 2007 : 12).

2. Jenis Kelamin

Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormon yang berbeda.

Demikian juga pada perempuan dan laki-laki. Berkaitan dengan hipertensi, laki-

laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Laki-

laki juaga mempunyai resiko lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas

kardiovaskuler. Sedangkan pada perempuan biasanya lebih rentan terhadap

hipertensi ketika mereka sudah berumur ditas 50 tahun (Susilo, Y. dan

Wulandari, A. 2011 : 54).

3. Usia

Pengaturan metabolisme zat kapur (kalsium) terganggu, sehingga banyak

zat kapur yang beredar bersama darah. Banyaknya kalsium dalam darah

(hypercalcidemia) menyebabkan darah menjadi padat, sehingga tekanan darah

menjadi meningkat. Endapan kalsium di dinding pembuluh darah

(arteriosclerosis) menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, aliran

darah menjadi terganggu. Hal ini dapat memacu peningkatan tekanan darah

(Muhammadun, 2010 : 56).

Bertambah usia juga menyebabkan elastisitas arteri berkurang. Arteri tidak

dapat lentur dan cenderung kaku, sehingga volume darah yang mengalir sedikit

dan kurang lancar. Agar kebutuhan darah di jaringan tercukupi, maka jantung
harus memompa darah lebih kuat lagi. Keadaan ini diperburuk lagi dengan

adanya arteriosclerosis, tekanan darah menjadi semakin meningkat. Oleh karena

itu pembuluh darah yang bermasalah pada orang tua adalah arteri, maka hanya

tekanan systole yang meningkat tinggi. Tekanan sytole dan tekanan diastole pada

orang tua memiliki perbedaan besar (Muhammadun, 2010 : 56).

4. Etnis

Setiap etnis memiliki kekhasan masing-masing yang menjadi ciri khas dan

pembeda satu dengan lainnya. Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit

hitam dari pada yang berkulit putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya,

tetapi pada orang hitam ditemukan kadar renin lebih rendah dan sensitivitas

terhadap vasopresin yang lebih besar (Susilo, Y. dan Wulandari, A. 2011 : 54).

5. Konsumsi Garam

Garam merupakan faktor penting dalam patogenesis hipertensi. Asupan

garam kurang dari 3 gram/hari prevalensi hipertensi rendah, sedangkan asupan

garam antara 5-15 gram/hari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%.

Pengaruh asupan terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma,

curah jantung dan tekanan darah (Muhammadun, 2010 : 56).

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik

cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan

tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang

ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8

ram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumi garam yang dianjurkan

tidak lebih dari 6 gram/hari yang setara dengan 2400mg/hari. Asupan natrium
akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi scairan yang mengikat volume

darah (Muhammadun, 2010 : 56).

6. Merokok

Zat yang terdapat dalam rokok dapat merusak lapisan dinding arteri berupa

plak. Ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah aretri yang dapat

meningkatkan tekanan darah. Kandungan nikotinnya bisa meningkatkan hormon

epinefrin yang bisa menyempitkan pembuluh darah arteri. Karbonmonoksidanya

dapat menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk menggantikan pasokan

oksigen ke jaringan tubuh. Kerja jantung yang lebih berat tentu dapat

meningkatkan tekanan darah. Berbagai penelitian membuktikan, rokok berisiko

terhadap jantung dan pembuluh darah (Marliani dan Tantan, 2007 : 13).

7. Faktor Genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga

tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan orang tua

hipertensi mempunyai resiko dua kali besar untuk menderita hipertensi dari pada

individu yang tidak memiliki keluarga dengan riwayat hipertensi (Susilo, Y. dan

Wulandari, A. 2011: 52).

8. Konsumsi Makanan Berlebih dan Obesitas

Kegemukan lebih cepat terjadi dengan pola hidup pasif (kurang gerak dan

olahraga). Jika makanan yang dimakan banyak mengandung lemak jahat (seperti

kolesterol), dapat menyebabkan penimbunan lemak di sepanjang pembuluh

darah. Penyempitan pembuluh darah ini menyebabkan aliran darah menajadi


kurang lancar. Pada orang yang memiliki kelebihan lemak (hyperlipidemia),

dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah sehingga mengganggu suplai

oksigen dan zat makanan ke organ tubuh (Muhammadun, 2010 : 56).

Jumlah lemak total yang diperlukan oleh tubuh maksimum 150 mg/dl,

kandungan lemak baik (HDL) optimum 45 mg/dl dan kandungan lemak jahat

(LDL) maksimum 130mg/dl. Lemak baik masih diperlukan tubuh, sedangkan

lemak jahat justru merusak organ tubuh. Penyempitan dan penyumbatan lemak

ini memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi agar dapat memasok

kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya tekanan darah menjadi meningkat, maka

terjadilah hipertensi. Obesitas sangat erat kaitannya dengan pola makan yang

tidak seimbang. Dimana seseorang lebih banyak mengkonsumsi lemak dan

protein tanpa memperhatikan serat. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko

terjadinya penyakit cardiovascular karena beberapa sebab. Makin besar masa

tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan

makanan ke jaringan tubuh. Dalam kondisi ini volume darah yang beredar

melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih

besar pada dinding arteri (Muhammadun, 2010 : 56).

9. Kurang Berolah Raga

Olahraga lebih sering dihubungkan dengan pengobatan hipertensi. Hal ini


dikarenakan olahraga yang teratur dapat melancarkan peredaran darah sehingga
dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga juga bermanfaat menurunkan obesitas
dan dapat mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Zaman modern seperti
sekarang ini, banyak kegiatan yang dapat dilakukan dengan cara yang cepat dan
praktis. Manusia cenderung mencari segala sesuatu dengan mudah dan praktis
sehingga secara otomatis tubuh tidak banyak bergerak. Selain itu, dengan adanya
kesibukan yang luar biasa, merasa tidak punya waktu lagi untuk berolahraga.
Akibatnya, tubuh menjadi kurang gerak dan kurang olahraga. Kondisi inilah yang
menyebabkan memicu kolesterol tinggi dan adanya tekanan darah yang terus
menguat sehingga memunculkan resiko hipertensi (Susilo, Y. dan Wulandari, A.
2011 : 61).

10. Alkohol

Alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat maupun tepi. Apabila saraf

simpatis terganggu, maka pengaturan tekanan darah akan mengalami gangguan

pula. Pada seorang yang sering minum minuman dengan kadar alkohol tinggi,

tekanan darah mudah berubah dan cenderung meningkat tinggi. Alkohol juga bisa

meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi kental. Kekentalan darah ini

memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi, agar darah dapat sampai ke

jaringan yang membutuhkan dengan cukup (Muhammadun, 2010 : 68).

11. Kafein

Kopi adalah bahan minuman yang banyak mengandung kafein. Demikian

pula teh walaupun kandungannya tidak sebanyak pada kopi. Ini bukan berarti

dilarang untuk minum kopi dan teh, akan tetapi perlu adanya kontrol dengan kadar

kafein yang kita konsumsi. Kandungan kafein selain tidak baik pada tekanan

darah dalam jangka panjang, pada orang dewasa dapat menimbulkan efek seperti

tidak bisa tidur, jantung berdebar-debar, sesak nafas, dan lain-lainnya (Susilo, Y.

dan Wulandari, A. 2011 : 60).

12. Kolesterol Tinggi


Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah dapat menyebabkan

timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat

pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat (Susilo,

Y. dan Wulandari, A. 2011 : 62).

2.3.3 Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi dapat dikelompokan dalam dua kategori besar, yaitu primer dan

sekunder. Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebab

dengan jelas. Hipertensi sekunder yang penyebabnya boleh dikatakan telah pasti,

misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan

terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengaturan tekanan

darah.

1. Hipertensi Primary

Menurut Arumi, S. (2011 : 33) mengatakan, suatu kondisi dimana

terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang

dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan

mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus

awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula seseorang yang

berada dalam lingkungan atau kondisi stresor tinggi sangat mungkin terkena

penyakit darah tinggi , termasuk orang-orang yang kurang berolah raga dapat

mengalami tekanan darah tinggi. Hipertensi primer, terbagi atas :

a. Benigna hipertensi : serangan secara berangsur-angsur dan waktunya

lama.

b. Maligna hipertensi : serangan secara tiba-tiba dan cepat.


2. Hipertensi Secondary

Merupakan suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah

tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti

gagal jantung, gagal ginjal, sistem neurologis, atau kerusakan sistem hormon

tubuh. Sedangkan pada ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat

kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya diatas

normal atau obesitas (Arumi, S. 2011 : 34).

2.3.4 Patofisiologi Hipertensi

Menurut Triyanto, E. (2014 : 12) mengatakan, meningkatnya tekanan

darah didalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa

lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri

besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga tidak dapat

mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah

pada setiap denyut jantung dipaksa melalui pembuluh yang sempit dari pada

biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut,

di mana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis.

Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi

vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut

karena perangsang saraf atau hormon di dalam darah. Bertambahnya cairan dalam

sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika

terdapat kelainan fungsi sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika

aktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami pelebaran, banyak cairan

keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun. Penyesuaian terhadap

faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan


sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi

tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan

darah melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan

menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya

volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam

dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal.

Ginjal juga bisa meningkatkan yang memicu pembentukan hormon angiotensi,

yang selanjutnya penting akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal

merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu

berbagai penyakit dan kelainan ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan

darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri menuju ke salah satu ginjal (stenosis

arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah

satu atau ginjal bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.

Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang

untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or

flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar); meningkatkan kecepatan

dan kekuatan denyut jantung dan juga mempersempit sebagian besar arteriola,

tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka yang

memerlukan pasokan darah yang lebih banyak); mengurangi pembuangan air dan

garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh;

melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang

akan merangsang jantung dan pembuluh darah. Faktor stress merupakan salah satu
faktor pencetus terjadinya peningkatan tekanan darah dengan proses pelepasan

hormon epinefrin dan norepinefrin.

2.3.5 Manifestasi Klinis Hipertensi

Menurut Triyanto, E. (2014 : 13) mengatakan, gejala klinis yang dialami

oleh para penderita hipertensi biasanya berupa: pusing, mudah marah, telinga

berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata

berkunang-kunag, dan mimisan (jarang dilaporkan). Individu yang menderita

hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila

ada menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas

sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.

Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia

(peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma peningkatan nitrogen urea

darah (BUN) dan kratinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan

stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis

sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan.

Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-

tahun berupa nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah

akibat peningkatan tekanan darah intracanial. Pada pemeriksaan fisik, tidak

dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula

ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),

penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada

diskus optikus). Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu
pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba,

tengkuk pegal dan lain-lain.

2.3.6 Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) apabila tidak terkontrol akan berpotensi

menimbulkan komplikasi yang berbahaya, meskipun darah tinggi yang dialami

seseorang itu tidak menimbulkan gejala apa-apa. Komplikasi darah tinggi yang

paling umum terjadi yaitu penyakit jantung, stroke dan ginjal. Itulah kenapa

penting sekali menurunkan darah tinggi ke batas normal dan menjaga agar selalu

normal (terkontrol). Efek pada organ antara lain:

1. Otak

Otak merupakan organ vital sebagai pusat susunan saraf manusia.

Berbagai fungsi tubuh manusia diatur oleh otak, baik aktivitas yang disadari atau

tidak. Hipertensi merupakan faktor resiko terjadinya stroke, baik stroke jenis

perdarahan ataupun stroke jenis infark (sumbatan). Stroke adalah pembunuh

ketiga setelah serangan jantung dan kanker. Stroke yang disebabkan oleh

pecahnya pembuluh darah adalah stroke perdarahan atau stroke hemoragik. Selain

itu, hipertensi dapat menyebabkan lepasnya plak dari dinding pembuluh darah dan

menyumbat pembuluh darah di otak. Stroke jenis ini sering disebut dengan stroke

sumbatan atau stroke infark. Serangan stroke dapat menyebabkan kematian

mendadak. Meskipun penderita stroke dapat terbebas dari kematian, tetapi dapat

mengalami kecacatan akibat kematian jaringan otak. Gejala stroke tergantung


pada besarnya area otak yang mati akibat stroke. Misalnya gangguan pasca indra

(melihat dan mendengar), gangguan motorik (kelumpuhan anggota tubuh),

gangguan memori dan kecerdasan, serta gangguan mental (Gardani, Y. 2012).

2. Ginjal

Fungsi ginjal dalam menyaring zat sisa darah dan menjaga keseimbangan

darah dan kadar garam keseimbangan cairan dan kadar garam dalam tubuh. Gagal

ginjal timbul bila kemampuan ginjal dalam membuang zat sisa dan kelebihan air

berkurang. Kondisi ini cenderung bertambah buruk setiap tahunnya. Penyakit

gagal ginjal kronik biasanya terakhir pada keadaan yang disebut gagal ginjal

stadium terminal. Keadaan ini bersifat fatal kecuali bila penderitanya menjalani

dialisis (fungsi ginjal dalam menyaring darah digantikan mesin) atau

transpalantasi ginjal. Ginjal secara intriksi berperan dalam pengeluaran tekanan

darah tinggi dapat menyebabkan penyakit ginjal dan semikian pula sebalinya

(Palmer, A. dan Williams, B. 2007 : 48).

3. Jantung

Jantung ibarat sebuah pompa yang berfungsi memompa darah ke berbagai

jaringan atau organ tubuh. Tekanan darah meningkat diakibatkan karena terlalu

banyaknya hambatan (plak) yang menyumbat pembuluh darah sehingga pembulu

darah menyempit dan kaku. Selain itu, ukuran badan yang terlalu besar

(kegemukan) dapat memperberat kerja pompa jantung. Jantung ibarat sebuah

pompa yang berfungsi untuk memompa darah ke berbagai jaringan atau organ

tubuh. Sebagai pompa, jantung tersusun atas otot-otot jantung yang berkontraksi

secara terus-menerus. Pada mulanya, jantung berusaha menyesuaikan diri atau

berkompresi dengan hipertensi. Kompensasi tersebut menimbulkan penebalan


otot-otot jantung sehingga organ jantung membesar dan kerja jantung tidak

optimal. Suatu saat, kemampuan jantung untuk berkompensasi mengalami

kegagalan karena kemampuan untuk berkompensasi ada batasannya. Kejadian ini

sering disebut dengan gagal jantung (Gardani, Y. 2012).

Gagal jantung menyebabkan cairan darah tidak dapat bersirkulasi dengan

baik dan menyebabkan cairan darah tidak dapat bersirkulasi dengan baik dan

menyebabkan gejala penumpukan cairan berupa pembengkakan jantung dan

sesak. Cairan di dalam tubuh akan menumpuk dan tidak dapat bersikulasi dengan

baik. Cairan yang menumpuk di tubuh dapat turun ke kaki saat berdiri dan

menimbulkan gejala pada kaki. Apabila tidur menyebabkan ke rongga paru dan

menimbulkan gejala sesak atau menyebabkan kelopak mata tampak sembab saat

bangun tidur (Gardani, Y. 2012).

4. Mata

Mata merupakan salah satu organ target hipertensi. Kerusakan pada mata

dapat mengakibatkan kebutaan. Nilai tekanan darah yang tinggi dapat

menyebabkan kerusakan pada retina mata baik secara mendadak atau menahun

(Gardani, Y. 2012). Pemeriksaan mata, Susilo, Y. dan Wulandari, A. (2011 : 71)

mengatakan, pada pasien dengan hipertensi berat dapat mengungkapkan

kerusakan, penyempitan pembuluh-pembuluh darah kecil, kebocoran darah kecil

pada retina dan menyebabkan terjadinya pembengkakan saraf mata. Dari jumlah

kerusakan, dokter dapat mengukur keparahan dari hipertensi. Setelah itu, akan

dilakukan tindakan-tindakan lanjutan untuk menangani hipertensi tersebut.


2.3.7 Penatalaksanaan Hipertensi

Secara garis besar penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi non medika

mentosa (nonfarmakologi) dan medika mentosa (farmakologi). Pengobatan non

medika mentosa adalah pengobatan tanpa obat-obatan anti hipertensi. Pengobatan

berdasarkan masukan garam dapur dengan diet rendah garam, olahraga,

penurunan berat badan, dan perbaikan gaya hidup seperti menghindari berakohol.

Pengobatan hipertensi bersifat long term theraphy. Hal ini karena penyebab pasti

belum diketahui sehingga pasien harus rajin minum obat anti hipertensi. Apabila

tidak teratur, bisa mengakibatkan percepatan komplikasi, salah satunya penyakit

jantung koroner (Muhammadun, 2010 : 129).

1. Terapi Farmakologi

Obat untuk menurunkan tekanan darah disebut sebagai obat anti

hipertensi. Secara farmakologi, obat antihipertensi terdiri atas berbagai golongan.

Setiap golongan obat mempunyai keunggulan dan kekurangan, indikasi serta

kontraindikasi. Obat anti hipertensi harus dikonsumsi dengan patuh dalam jangka

panjang. Obat anti hipertensi termasuk kedalam obat keras (daftar obat G).

Artinya obat-obat ini hanya boleh dibeli dengan resep dokter (Gardani, Y. 2012 :

76). Berikut ini golongan obat-obat anti hipertensi:

Tabel 2.3 Golongan Obat-Obatan Anti Hipertensi

Golongan Contoh Obat Definisi Mekasnisme Kerja Kontraindikas


Obat i
Golongan 1. HCT HCT 1. Mengeluarkan Memiliki
Diuretik (Hydro merupakan cairan dan kontraindikasi
Chioro initial drug garam dalam relatif bagi
Tiazid) choices tubuh melalui penderita
2. Furosemid (Obat lini ginjal. Gejala nyeri sendi
pertama) yang biasa asam urat
bagi ditemukan (gout artritis).
pengidap adalah Dapat
hipertensi peningkatan menimbulkan
tanpa frekuensi miksi keluhan kram
masalah (berkemih) otot dan
khusus dan 2. HCT sering impotensi.
sangat dikombinasi-
bermanfaat kan dengan
bagi obat anti
penderita hipertensi
gagal golongan dua
jantung.
Golongan 1. Kaptropil Bermanfaat Menurunkan Pada
ACE- 2. Lisinopril mencegah tekanan darah umumnya
Inhibitor 3. Enalapril timbulnya dengan dapat
4. Ramipril serangan memblokade ditoleransi
jantung pada sistem renin dengan baik.
pasien angiotensi Efek samping
berisiko aldosteron. berupa
tinggi, pria keluhan batuk
lanjut usia, kering yang
dan bisa timbul
pengidap pada 25%
diabetes. pasien.
Sekaligus
mencegah
pembesaran
jantung.
Golongan 1. Valsartan Bermanfaat Menurunkan Kontaindikasi
Angiotensin 2. Telmisartan mencegah tekanan darah umumnya bisa
II Receptor 3. Olmesartan terjadinya dengan ditoleransi
Blocker serangan memblokade dengan
jantung. sistem renin baik.Biasanya
Obat angiotensi diresepkan
golongan ini aldosteron. oleh dokter
lebih eektif Dilokasi yang lebih jika pasien
dibanding- spesifik. tidak cocok
kan dengan ACE-
golongan Inhibitor.
beta blocker
Golongan 1. Propanolol Bermanfaat Menurunkan Menurunnya
Beta 2. Atenolol mengurangi tekanan darah kemampuan
Blocker beban dengan untuk
(penyekat jantung memblokade aksi melakukan
Beta) dalam hormon adrenalin aktivitas fisik
memompa pada saraf otonom berat, mudah
darah. sehingga lelah,
menurunkan keringatan
frekuensi jantung dingin pada
(heart rate) dan telapak
curah jantung tangan, sulit
(heart output). tidur,
impotensi,
hipoglikemi
atau
menurunnya
kadar gula
darah cepat
Golongan 1. Verapamil Obat ini Menurunkan
Calcium 2. Diltiazem bekerja tekanan darah
Channel 3. Difedipin dengan dengan
Blocker mempengaru memblokade kanal
hi sel otot kalsium sehingga
yang pembuluh darah
terdapat melebar dan
pada dinding tekanan darah
pembulu menurun.
darah arteri
yang
memiliki
jalur
kalsium
sehingga
kalsium
yang dapat
menyebabka
n pembuluh
darah
menyepit
tidak dapat
masuk.
Sumber: Gardani, Y. (2012: 76).

Berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan obat anti hipertensi antara

lain rasa pusing saat mengubah posisi tubuh dari duduk ke porsi berdiri,

hipokalemia akibat sering berkemih, gangguan tidur, mulut terasa kering, batuk,

sulit buang air besar, depresi, hingga gangguan ereksi pada pria (Gardani, Y. 2012

: 78).

2. Terapi Non Farmakologi

a. Terapi Gaya Hidup


Terapi gaya hidup harus dilakukan oleh semua pengidap hipertensi.

Upaya gaya hidup antara lain perbaikan pola makan, perbaikan pola

aktivitas dan olah raga, serta upaya penurunan berat badan berlebih,

berhenti merokok, berhenti mengkonsumsi makanan bercita rasa asin

Upaya-upaya tersebut merupakan upaya non-obat atau sering disebut

dengan upaya non-farmakologi (Gardani, Y. 2012).

Pengidap hipertensi harus mengubah berbagai kebiasaan tidak

sehat menjadi kebiasaan yang lebih sehat. Obat anti hipertensi tidak akan

efektif menurunkan tekanan darah jika upaya terapi gaya hidup tidak

dilakukan. Ini memerlukan perhatian khusus bagi pengidap agar menjaga

tekanan darah stabil. Beberapa upaya modifikasi gaya hidup dapat

dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

Tabel 2.3 Dampak modifikasi gaya hidup terhadap penurunan tekanan

darah

Jenis Modifikasi Gaya Rekomendasi Rata-Rata Penurunan


Hidup Tekanan Darah
Sistolik
Diet rendah garam Mengurangi asupan 2-8 mmHg
garam dari diet sehari-
hari
Menurunkan berat Mencapai berat badan 5-20 mmHg setiap
badan normal penurunan 10 kg berat
badan
Diet DASH Memperbanyak 8-14 mmHg
konsumsi buah dan
sayur serta mengurangi
konsumsi makanan
berlemak
Aktivitas fisik dan Melakukan aktivitas 4-9mmHg
aerobik fisik minimal 30 menit
per hari
Stop konsumsi alkohol Berhenti 2-4mmHg
mengkonsumsi
minuman beralkohol
Sumber: Gardani, Y. (2012: 62).

1) Diet Rendah Garam

Menurut Gardani, Y. (2012 : 63) mengatakan, diet rendah

garam adalah mengurangi asupan garam harian kurang dari 2400

gram. Ketidakpatuhan penderita hipertensi untuk melaksanakan

diet rendah garam merupakan salah satu penyebab kegagalan

terapi hipertensi. Asupan garam dari makanan dapat berupa garam

meja yang ditambahkan sebagai bumbu masakan atau garam yang

terkandung di dalam bahan makanan yaitu makanan kaya akan

natrium (sodium). Prinsip diet rendah garam sebagai berikut.

(a) Kurangi asupan garam tidak lebih dari 2400 mg per hari

(1-1 sendok teh). Satu sendok teh garam mengandung

2000 mg garam natrium.

(b) Kurangi penambahan garam sebagai bumbu masak.

(c) Kurangi konsumsi bahan makanan olahan yang diberi

garam selama proses pembuatannya, seperti kecap, saus,

margarin, mentega, keju, terasi dan petis.

(d) Hindari bahan makanan yang diawetkan dengan metode

pengasinan, misalnya ikan asin dan cumi asin.

(e) Hindari konsumsi makanan yang diawetkan seperti

sarden, kornet, dan sosis.

(f) Perbanyak konsumsi buah-buahan segar, bukan buah

yang diawetkan seperti asinan buah-buahan.


(g) Hindari makanan dan minuman yang mengandung

natrium glutamat. Ciri makanan ber- MSG adalah

memiliki cita rasa gurih, misalnya aneka kripik kemasan.

(h) Selalu perhatikan informasi kandungan natrium (sodium)

pada label informasi makanan (nutricion facts) pada

bagian makanan kemasan.

2) Diet Sehat dan Diet DASH

Untuk menurunkan tekanan darah pengidap hipertensi tidak

cukup hanya membatasi asupan garam, tetapi juga mengubah pola

makan menjadi pola makan sehat. Beberapa prinsip diet sehat

adalah meningkatkan konsumsi buah-buahan dan sayuran,

menghindari konsumsi lemak jenuh dan makanan berkolesterol

tinggi serta tidak mengkonsumsi minuman berakohol. Banyak

mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan sangat baik karena kaya

akan kalium, magnesium, serat dan kalsium yang baik bagi

penurunan tekanan darah (Gardani, Y. 2012 : 66).

Menurut Arumi, S. (2011 : 39) mengatakan, mengkonsumsi

makanan dengan kandungan kalium 2-4 gram perhari dapat

membantu penurunan tekanan darah. Potasium/kalium dapat

ditemukan pada buah-buahan dan sayuran diantara lain:

(a) Labu siam

(b) Alpukat

(c) Melon

(d) Buah pare


(e) Labu parang

(f) Mentimun

(g) Lidah buaya

(h) Seledri.

(i) Bawah merah dan bawang putih

3) Melakukan Aktivitas Fisik dan Berolahraga Secara Teratur

Seorang pengidap hipertensi dianjurkan untuk melakukan

berbagai aktivitas fisik, seperti berkebun, mencuci mobil,

membersihkan jendela atau pintu, mengepel lantai, dan aktivitas

fisik lainnya. Hindari kebiasaan hidup tidak aktif, seperti duduk

lama menonton televisi, bermain game atau bermain internet lama.

Lakukan olahraga selama 30-45 menit sebanyak 3-5 kali per

minggu. Jenis olahraga yang dianjurkan adalah olahraga aerobik

karena melibatkan aktivitas otot serta menimbulkan peningkatkan

frekuensi nadi dan denyut jantung, Olahraga aerobik yang dapat

dipilih antara lain jalan cepat (brist walking), senam aeorobik,

jogging, berenang, bersepeda, atau treadmill. Pilih jenis olahraga

yang paling anda sukai dan paling memungkinkan. Hindari jenis

olahraga beban, seperti panjat tebing, dan angkat besi karena dapat

meningkatkan tekanan darah. Hindari juga jenis olahraga

berintensitas terlalu tinggi, seperti lari cepat, bulu tangkis, dan tenis

karena beresiko membuat nafas terengah-engah (Gardani, Y.

2012).
Rajin melakukan aktivitas fisik dan olah raga teratur selama

30-45 menit per hari dapat membantu menurunkan berat badan dan

menurunkan resiko berbagai penyakit kardiovaskuler. Olah raga

dapat dimulai dengan melakukan jalan cepat selama 45 menit

sebanyak 3 kali seminggu. Tingkatkan durasi selama 15 menit

hingga 45 atau 60 menit. Perbanyak berjalan kaki dan kurangi

penggunaan kendaraan, serta penggunaan lift. Jadi, pengidap

hipertensi harus mengubah kebiasaan tidak beraktivitas menjadi

lebih sering beraktivitas. Perlu diperhatikan, olahraga bagi

pengidap hipertensi beresiko tinggi (pernah mengalami serangan

jantung atau gagal ginjal kronik) harus dibimbing oleh ahli medis

untuk memilih jenis olahraga yang tepat (Gardani, Y. 2012).

4) Mengatur Pola Makan

Menurut Arumi, S. (2011 : 41) mengatakan, salah satu faktor

penyebab utama terjadinya hipertensi adalah asteroklerosis.

Kondisi ini disebabkan konsumsi lemak berlebih. Oleh karena

untuk mencegah timbulnya hipertensi adalah mengurangi konsumsi

lemak yang berlebih selain pemberian obat-obatan bilamana

diperlukan. Pembatasan konsumsi lemak sebaiknya dimulai sejak

dini sebelum hipertensi mucul, terutama pada orang-orang yang

mempunyai riwayat keturunan hipertensi dan pada orang

menjelang usia lanjut. Sebaiknya mulai umur 40 tahun pada wanita

agar lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi lemak karena

mendekati menopause. Prinsip utama dalam melakukan pola makan


sehat adalah gizi seimbangan, dimana mengkonsumsi beragam

makanan seimbang yaitu:

(a) Sumber karbohidrat seperti biji-bijian.

(b) Sumber protein hewani seperti ikan, unggas, daging

putih, putih telur, susu rendah/bebas lemak.

(c) Sumber protein nabati seperti kacang-kacangan.

(d) Sumber vitamin dan mineral seperti sayur dan buah-

buhan.

Pola makan sehat bertujuan untuk menurunkan dan

mempertahankan berat badan ideal, sehingga untuk

menyeimbangan asupan kalori dengan kebutuhan energi total

dengan membatasi konsumsi makanan yang mengandung kalori

tinggi atau makanan yang kandungan gula dan lemaknya tinggi. Di

sampaing itu, agar melakukan aktivitas fisik yang cukup untuk

mencapai kebugaran jasmani yang baik.

5) Mempertahankan Berat Badan Normal

Penentuan obesitas dilakukan dengan pengukuran BM! Atau

IMT dan lingkar perut. Seorang penderita hipertensi yang juga

mengalami kelebihan bobot badan perlu menurunkan bobotnya

hingga normal dan harus mempertahankannya. Pengurangan

kelebihan bobot badan perlu dilakukan bertahap. Pengurangan

bobot badan tidak lebih dari 0,5-2pon (-1 Kg) dalam satu

minggu. Penurunan bobot badan sebesar 10 kg dapat menurunkan

tekanan darah sebesar 10 kg dapat menurunkan tekanan darah


sebesar 5-10 mmHg. Penurunan bobot badan sebesar 5-10%

selama tahun pertama proses penyembuhan pada penderita

hipertensi sekaligus obesitas atau overweigth mampu menurunkan

resiko masalah kesehatan akibat hipertensi (Prasetyanigrum, 2014:

22).

Tabel 2.3 Katagori Body Mass Index

Kategori BMI Keterangan


Underweight <18,5kg/m2 Perlu kenaikan bobot
badan.
Normal 18,5-24,9 kg/ m2 Pertahankan dan
usahakan tidak terjadi
kenaikan bobot badan
Underweight 25-29,9 kg/ m2 Perlu penurunan bobot
badan hingga normal
dan usahakan jangan
ada kenaikan bobot
badan terutama jika
nilai lingkar pinggang
tinggi.
Obesitas > 30 kg/ m2 Perlu penurunan bobot
badan secara bertahap
hingga normal.

Sumber: Prasetyanigrum, (2012 : 21).

b. Terapi Hipertensi

Menurut Palmer, A. Dan Williams, B. (2007 : 116) mengatakan,

terapi hipertensi antara lain:

1) Meditasi transendental

Jenis meditasi yang diyakini menurunkan tekanan darah

dengan mengurangi gejala stress atau ketegangan.

2) Yoga
Yoga mengurangi kecemasan, membuat merasa sehat, dan

meningkatkan kualitas hidup secar umum.

3) Ayurveda

Merupakan progam yang miliputi obat herbal, pola makan,

yoga, meditasi, dan latihan lain yang terfokus pada tubuh, pikiran,

dan kesadaran. Beberapa komponen Ayurveda dapat menurunkan

tekanan darah.

4) Akupuntur

Jarum yang sangat kecil dimasukkan ke dalam kulit pada

titik-titik anatomi tertentu untuk menstimulasi dan

menyeimbangkan pergerakan energi (chi) dalam tubuh. Akupuntur

dapat memberi efek yang bermanfaat pada sistem imun dan

srikulasi.

5) Chi gong

Olahraga tradisional dari Cina yang melatih pernafasan dan


terdiri dari gerakan-gerakan lembut.
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Data Umum
1. Kepala Keluarga : Tn. M
2. Usia : 47 tahun
3. Pendidikan : Tamat SD
4. Agama : Islam
5. Suku bangsa : Jawa
6. Pekerjaan : Pegawai Swasta
7. Alamat Dan Telepon : Sukolilo Larangan 4/3, Kec. Bulak
8. Komposisi Keluarga :
No Nama Jenis kel Hub. Umur Pend Status Imunisasi Ket
kel. KK
Polio DPT Hepatitis Campak

1. Tn. M Laki-laki KK 47th Tamat Tdk


SD Lengkap

2. Ny. K Perempuan Istri 42th Tamat Tdk


SD Lengkap

3. An. R Perempuan Anak 18th SMA Lengkap

4. An, N Perempuan Anak 17th SMA Lengkap


Genogram:

Keterangan:

: Laki-laki : Tinggal dalam satu rumah

: Perempuan : Klien

: Meninggal : Garis keturunan

9. Tipe Keluarga :
Keluarga ini tergolong dalam tipe keluarga The Nuclear family (keluarga
inti) dengan tahap perkembangan keluarga anak remaja. Didalam satu
rumah terdapat suami istri dengan kedua anak yang berusia remaja.
10. Suku Bangsa
a. Keluarga ini berbudaya suku jawa
b. Tinggal disekitar masyarakat yang juga sebagian besar berbudaya jawa
dan juga Madura, tetapi rasa kekeluargaan diantara mereka saling
terjalin dengan baik.
c. Diet dalam keluarga masih menganut nilai tradisional, seperti nasi,
lauk, sayur, buah dan minumnya air putih.
d. Pengambilan keputusan berada ditangan Tn.M karena Tn.M
merupakan suami yang membimbing anggota keluarganya tetapi
sebelumnya melalui proses musyawarah bersama anggota keluarga
dalam satu rumah.
e. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan jarang dilakukan oleh
keluarga, karena selama beliau sakit Tn. M dan istrinya hanya
mengobati dengan membeli obat di warung atau membeli jamu.
f. Bahasa yang digunakan keluarga sehari-hari dalam berkomunikasi
adalah bahasa Jawa, kadang menggunakan bahasa Indonesia saat
berbicara dengan orang asing, seperti saat dilakukan pengkajian
sekarang ini. Tidak ada hambatan komunikasi dalam keluarga
khususnya penggunaan bahasa.
11. Agama :
a. Seluruh anggota keluarga Tn.M menganut agama Islam dalam praktek
keyakinan agama.
b. Dalam kegiatan keagamaan keluarga Tn.M jarang mengikuti kegiatan
keagamaan tetapi istrinya rutin sholat di mushola dekat rumah.
12. Status Sosial Ekonomi :
a. Penghasilan Tn.M sebagai pekerja swasta + 2.500.000 per bulan
b. Penghasilan Ny.K sebagai pekerja swasta + 1.000.000 per bulan
c. Jadi, total pengahasilan dalam keluarga Tn. M adalah Rp +
3.500.000 per bulan.
13. Aktivitas Rekreasi Keluarga:
Aktivitas rekreasi keluarga Tn.M yang dilakukan yaitu berkumpul bersama
keluarga anak anak nya.
3.2.2 Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Saat ini keluarga Tn.M berada pada fase keluarga memiliki anak remaja,
dengan anak pertama mengenyam pendidikan perkulihaan, dan anak ke
dua SMA kelas 3.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Keluarga Tn.M sudah melewati tahap perkembangan keluarga. Pasangan
ini sama sama memberikan dukungaan dan berupaya untuk terus saling
mengingatkan
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
a. Tn.M mengatakan saat ini tidak ada keluhan yang dirasakan dan
nafsu makan masih baik.
b. Ny.`K mengatakan saat ini pusing dan badan terasa capek - capek
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
a. Riwayat keluarga dari pihak suami:
Keluarga dari pihak suami tidak ada yang menderita penyakit
hipertensi.

b. Riwayat keluarga dari pihak istri:


Keluarga dari pihak istri mengatakan bahwa ibunya mempunyai
penyakit hiptertensi.

3.2.3 Data Lingkungan


1. Karakteristik rumah
Rumah Tn.M status sewa dengan tipe permanen yang terdiri dari ruang
tamu, 1 tempat tidur, 1 kamar mandi dan 1 dapur dalam satu ruangan
hanya ada pembatas almari antara tempat tidur dan dapur. Dibagian ruang
tamu yang bergabung dengan ruang tamu terdapat karpet dan tempat tidur.
Penaataan perabot dalam rumah terkesan tidak rapi dan sempit. Lantai dari
pelster, ventilasi < 10%, luas rumah 3,5 m x 8 m, tembok permanen, kuat
dan dapat melindungi dari suhu dingin dan gangguan keamanan. Bagian
ruang tamu masih terjangkau dengan penerangan dan udara.
Denah rumah :

ruang tamu &


tempat tidur

dapur

kamar mandi

2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya


Tetangga Tn.M mayoritas berpendidikan SD sampai dengan SMA.
Mayoritas dalam lingkup tetangga adalah saudara. Pekerjaan yang dijalani
mayoritas adalah swasta dan wiraswasta. Jika ada tetangga yang sakit,
maka tentangga yang lainnya datang menjenguk. Hal ini membuktikan
bahwa rasa solidaritas antar warga masik terjalin dengan baik.
a. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn.M kurang lebih sudah 27 tahun tinggal menetap selama di
kelurahan sukolilo baru larangan.
b. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn.M kurang aktif dalam mengikuti kegiatan sosial di
lingkungan sekitar rumahnya. Namun, terkadang keluarga Tn.M
berada di teras depan rumah sambil berbincang-bincang dengan
tetangga lainnya.
c. Sistem pendukung keluarga
Jika ada anggota keluarga Tn.M yang sakit membawanya ke pelayanan
kesehatan, seperti klinik atau puskesmas dengan menggunakan kartu
sehat seperti Kartu Indonesia Sehat dan BPJS.

3.2.4 Struktur Keluarga


1. Struktur peran
Tn.M berperan sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah untuk istri.
Ny.K berperan sebagai istri yang membantu suaminya dalam pekerjaan
rumah dan Ny.K juga bekerja.
2. Pola komunikasi keluarga
Bahasa yang digunakan sehari-hari dalam keluarga adalah bahasa Jawa
dan kadang-kadang menggunakan bahasa Indonesia. Keluarga tidak
kesulitan dalam penerimaan pesan. Tn. M dan Ny. K merupakan pasangan
yang mempunyai keterbukaan terhadap pasangannya
3. Struktur kekuatan keluarga
Dalam keluarga Tn.M yang mengambil keputusan jika ada masalah dalam
keluarga adalah Tn.M sebagai kepala keluarga. Namun, hal tersebut
dimusyawarahkan terlebih dahulu dalam satu keluarga. Keluarga merasa
puas dengan pola keluarga yang dianut.
4. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn.M dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mengandalkan
uang gaji dari suami dan istri yang bekerja sebagai kariyawan swasta di
Kenjeran Park

3.2.5 Fungsi Keluarga


1. Fungsi mendapatkan status sosial
Keluarga Tn.M cukup mampu dalam memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan. Hubungan dengan tetangga cukup baik, namun jika ada
kegiatan sosial di lingkungan rumahnya tidak pernah mengikuti karena
sudah capek dengan pekerjaannya masing-masing.
2. Fungsi pendidikan
Tn.M adalah kepala keluarga yang pendidikan tamatan SD. Ny.K adalah
istri yang pendidikan tamatan SD.
3. Fungsi sosialisasi
Interaksi dalam lingkup sosial di sekitar rumah cukup baik yaitu
berbincang-bincang dengan tetangga di sore hari jika Tn. M dirumah,
namun saat ada kegiatan sosial di sekitar lingkungan rumah keluarga Tn.M
tidak pernah mengikutinya. Jika ada waktu luang Tn.M dan Ny.K lebih
sering menghabiskan waktu dirumah bersama kedua anaknya.
4. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan
a. Mengenal masalah kesehatan
Keluarga Tn.M mampu mengenal masalah kesehatan yang terjadi
dalam keluarga.

b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan


Keluarga Tn.M kurang mampu mengambil keputusan mengenai
tindakan secara tepat, yaitu awalnya dibelikan obat warung terlebih
dahulu jika tidak diberikan gosokan semacam batu bulat.

c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit


Keluarga Tn.M kurang mampu merawat anggota keluarga yang
sakit. Tn.M selalu memantau keadaan isstrinya.

d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah


yang sehat
Keluarga Tn.M cukup mampu untuk memelihara/memodifikasi
lingkungan rumah, seperti membuka jendela di tiap pagi hari dan
menjemur kasur di bawah sinar matahari.

e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan


Keluarga Tn.M belum mampu menggunakan fasilitas pelayaan
kesehatan secara optimal. Jika Tn.M sakit awalnya hanya beli obat di
warung dan biasanya menggosok nggosokan batu kesehatan dibagian
yang sakit. Jika ada keluarga yang sakit parah baru dibawa ke klinik.

5. Fungsi religious
Keluarga Tn.M dan Ny. K beragama Islam dan menjalankan ibadah sholat
wajib 5 waktu.

6. Fungsi rekreasi
Keluarga Tn.M kegiatan rekreasinya adalah berkumpul bersama keluarga
dirumah anak.

7. Fungsi reproduksi
Jumlah anak 2 perempuan yang sudah memisahkan diri dari Tn.M dan
Ny.K. Jarak antara anak ke-1 dan ke-2 adalah 1 tahun.

8. Fungsi afeksi
Keluarga Tn.M mengatakan bahwa hubungan antar anggota keluarga yang
lain terjalin dengan baik. Jika ada permasalah diselesaikan secara
musyawarah.

3.2.6 Stress Dan Koping Keluarga


1. Stressor jangka pendek dan panjang
Keluarga Tn.M mengatakan tidak ada masalah yang berat selama ini.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga Tn.M mengatakan bila ada masalah kesehatan yang berat dalam
keluarganya secepatnya dibawa ke klinik.

3. Strategi koping yang digunakan


Strategi koping yang digunakan oleh keluarga Tn.M adalah segera
dimusyawarahkan untuk mengambil keputusan atau tindakan yang terbaik.

4. Strategi adaptasi disfungsional


Saat menghadapi suatu permasalahan Tn.M selalu pasrah dan berdoa
kepada Tuhan supaya masalah yang dihadapinya segera terselesaikan.
3.2.7 Pemeriksaan Kesehatan Tiap Individu Anggota Keluarga

Nama Anggota Keluarga


No. Pemeriksaan Fisik
Tn.M Ny.L
1 Keadaan Umum

BB

TB BB: 79 kg BB: 68 kg

TB: 169 cm TB : 156 cm

TTV:

TD TD: 130/90 mmHg TD: 190/100 mmHg

N 86 x/menit 99 x/menit

RR 22 x/menit 20 x/menit

S 36,3oC 36,2oC
2 Kepala:

Rambut Lurus, pendek, hitam beruban, kasar dan bergelombang, hitam beruban, tebal, halus
bersih. dan bersih.

Mata
Antara alis kanan dan kiri simetris, antara Antara alis kanan dan kiri simetris, antara
mata kanan dan mata kiri simetris, mata kanan dan mata kiri simetris,
konjungtiva merah muda, sklera putih, konjungtiva
penglihatan baik, Tn.M menggunakan
kacamata, buta warna (-). merah muda, sklera putih, penglihatan
baik, Ny.L tidak menggunaan kacamata,
buta warna (-).

Hidung Kemerahan pada hidung (-), nyeri tekan (-), Kemerahan pada hidung (-), nyeri tekan (-
sinusitis (-), polip (-), penciuman baik. ), sinusitis (-), polip (-), penciuman baik.
Telinga Kemerahan pada telinga (-), serumen sedikit, Kemerahan pada telinga (-), serumen
telinga tampak bersih, nyeri tekan (-), sedikit, telinga tampak bersih, nyeri tekan
pendengaran baik. (-), pendengaran baik.

Mulut Keadaan mulut bersih, mukosa lembab, lidah Keadaan mulut bersih, mukosa lembab,
bersih, terdapat caries gigi, lesi (-), bengkak lidah bersih, terdapat caries gigi, lesi (-),
(-). bengkak (-).

3 Leher: Pembengkakan leher (-), kemerahan (-), Pembengkakan leher (-), kemerahan (-),
nyeri tekan (-). nyeri tekan (-).

4 Dada:

Inspeksi Bentuk dada normochest, antara dada kanan Bentuk dada normochest, antara dada
dan kiri simetris, penggunaan otot bantu kanan dan kiri simetris, penggunaan otot
napas (-), dyspnea (-). bantu napas (-), dyspnea (-).
Palpasi Nyeri tekan (-), taktil fremitus teraba. Tidak terkaji
Palpasi Suara perkusi pada dada sonor. Tidak terkaji

Perkusi Suara napas tambahan (-). Tidak terkaji

Auskultasi Irama jantung teratur. Tidak terkaji

5 Abdomen:

Inspeksi Bentuk perut asites, gerakan perut sesuai Bentuk perut flat, gerakan perut sesuai
dengan pernapasan, bekas luka (-), umblikus dengan pernapasan.
berada di tengah.

Auskultasi Suara bising usus normal (5-35 x/menit).


Tidak terkaji

Perkusi Tidak terkaji


Tidak terkaji
Palpasi Nyeri tekan perut (-), benjolan perut (-), Tidak terkaji
pembesar hepar (-).

6 Eksremitas atas dan Cara berjalan normal, antara sisi kanan dan Cara berjalan normal, antara sisi kanan
bawah: kiri simetris, deformitas (-), fraktur (-), dan kiri simetris, deformitas (-), fraktur (-)
kesemutan (+).
Kekuatan otot:
Kekuatan otot:

7. Pemeriksaan GDA: 95,5 mg/dl GDA: 90,2 mg/dl


Penunjang
AU : 6,8 mg/dl AU : 8 mg/dl
Nama Anggota Keluarga
No. Pemeriksaan Fisik
An. R An.N
1 Keadaan Umum

BB BB: 62 kg BB: 52 kg

TB TB: 169 cm TB : 167 cm

TTV:

TD TD: 110/70 mmHg TD: 120/90 mmHg

N 72 x/menit 86 x/menit

RR 22 x/menit 20 x/menit

S 36 oC 36,2 oC

2 Kepala:

Rambut Lurus, panjang, hitam, bersih. Lurus, panjang, hitam, bersih.


Antara alis kanan dan kiri simetris, antara Antara alis kanan dan kiri simetris, antara
mata kanan dan mata kiri simetris, mata kanan dan mata kiri simetris,
konjungtiva merah muda, sklera putih, konjungtiva merah muda, sklera putih,
Mata penglihatan baik, An. R tidak menggunakan penglihatan baik, An. N tidak
kacamata, buta warna (-). menggunakan kacamata, buta warna (-).

Kemerahan pada hidung (-), nyeri tekan (-), Kemerahan pada hidung (-), nyeri tekan (-
sinusitis (-), polip (-), penciuman baik. ), sinusitis (-), polip (-), penciuman baik.

Hidung

Kemerahan pada telinga (-), serumen sedikit, Kemerahan pada telinga (-), serumen
telinga tampak bersih, nyeri tekan (-), sedikit, telinga tampak bersih, nyeri tekan
pendengaran baik. (-), pendengaran baik.
Telinga
Mulut Keadaan mulut bersih, mukosa lembab, lidah Keadaan mulut bersih, mukosa lembab,
bersih, terdapat caries gigi, lesi (-), bengkak lidah bersih, terdapat caries gigi, lesi (-),
(-). bengkak (-).

3 Leher: Pembengkakan leher (-), kemerahan (-), Pembengkakan leher (-), kemerahan (-),
nyeri tekan (-). nyeri tekan (-).

4 Dada:

Inspeksi Pembengkakan mamae (-), Bentuk dada Pembengkakan mamae (-), Bentuk dada
normochest, antara dada kanan dan kiri normochest, antara dada kanan dan kiri
simetris, penggunaan otot bantu napas (-), simetris, penggunaan otot bantu napas (-),
dyspnea (-). dyspnea (-).

Palpasi Tidak terka Tidak terkaji

Perkusi Tidak terkaji Tidak terkaji


5 Abdomen:

Inspeksi Tidak terkaji Tidak terkaji

Auskultasi Tidak terkaji Tidak terkaji

Perkusi Tidak terkaji Tidak terkaji

Palpasi Tidak terkaji Tidak terkaji

6 Eksremitas atas dan Cara berjalan normal, antara sisi kanan dan Cara berjalan normal, antara sisi kanan
bawah: kiri simetris, deformitas (-), fraktur (-), dan kiri simetris, deformitas (-), fraktur (-)
kesemutan (+).
Kekuatan otot:
Kekuatan otot:

7. Pemeriksaan GDA: 72 GDA: 80


Penunjang
AU : 5,8 mg/dl AU : 5,2 mg/dl

3.2.8 Harapan Keluarga


Keluarga Tn.M berharap Ny.L dapat cepat sembuh supaya bisa bekerja lagi sebagai pegawai swasta serta mendapatkan informasi
tentang kesehatan yang dibutuhkan oleh keluarganya.
3.3 DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA
3.3.1 Analisis Dan Sintesis Data
No Data Domain Kelas Kode Masalah
1. Subyektif: Domai Kelas 4: 00228 Risiko
- Tn.M mengatakan Ny. K memiliki riwayat n 4: Respon Ketidakefek
darah tinggi dari orang tuannya Aktivitas Kardiovas t ifan
- Ny. K mengeluh pusing dan terasa berat / Istirahat k uler/ Perfusi
pada tengkuk belakang. Respon Jaringan
- Ny. K mengatakan sudah 6 bulan terakhir Pulmonari Perifer
tidak minum obat penurun darah tinggi Pada
melainkan beralih ke jamu tradisional dan Ny. K
terapi pijat 3 minggu sekali
- Ny. K mengatakan jarang melakukan
latihan fisik, aktifitas hanya bekerja
sebagai satpam
Objektif:
- CRT > 2 detik
- Akral dingin
- Tn.Z terlihat sempoyongan, wajah merah,
mata mengantuk dan memegang pundaknya
- TD: 190/100 mmHg
- N: 99x/mnt
2. Subyektif: Domai Kelas 1: 00132 Nyeri
- Ny. K mengatakan n 12: Kenyama Akut Pada
nyeri Rasa n an Fisik Ny.F
P: saat berjalan jauh, Nyama
dan mengangkat n
barang berat
Q: cekot-cekot
R: dilutut kanan dan
kiri S: 5 dari skala 0-10
T: hilang timbul 1-3 menit
- (Usia 42 tahun, sering bergadang jaga
malam, BB Ny.K : 68 kg)
- Ny. K tidak mengonsumsi obat
hipertensi hanya melakukan terapi
pijat dan beli jamu 3 minggu
sekali

Obyektif:
- AU: 8 mg/dl normal wanita : 2,4-5,7mg/dl
- Tampak Ny.K memegang lututnya yang sakit
- Inspeksi lutut edema, palpasi lutut hangat
- Kulit kering, bersisik
- Banyak bekas luka garukan dikaki
3. Subyektif : Manaje 10021 Koping
- Ny. K sudah 6 bulan tidak rutin men 994 keluarga
mengonsumsi obat hipertensi melainkan perawat kurang
mengonsumsi jamu- jamuan tradisional dan an efektif
terapi pijet 1x2mgg. jangka
- Keluarga Tn.M dan Ny.K tidak begitu panjang
memahami tentang perawatan kesehatan
bagi anggota keluarga yang sakit.
- Keluarga Tn.M dan Ny.K mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
terdekat dari adanaya jaminan kesehatan
BPJS, tetapi keluarga beralasan karena
malas antri sehingga tidak ingin pergi
puskesmas terdekat untuk berobat.

Obyektif :

- Keluarga Tn.M dan Ny.K terlihat antusias


saat bercerita dan menyampaikan sikapnya
terhadap kesehatan
- Tn.M merasa semangat saat diajak untuk
melakukan latihan fisik, begitu juga dengan
Ny.K terlihat memiliki motivasi

3.3.2 Daftar Diagnosis Keperawatan yang muncul

No Diagnosa Keperawatan (PES)


1. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Pada Ny. K
2. Nyeri Akut Pada Ny.K
3. Koping keluarga kurang efektif
3.3.3 Penilaian (Skoring) Diagnosis Keperawatan

Dx. Kep. : Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer

No Kriteria Sko Bob Nilai Pembenaran


r ot

1 Sifat Masalah 3/3x Tn. M


- Aktual 3 1= mengatakan Ny.
- Risiko 2 1 1 K memiliki
- Potensial 1 riwayat darah
tinggi dari orang
tuannya.

Ny. K mengeluh
pusing dan terasa
berat pada
tengkuk belakang.

2 Kemungkinan Msl Dpt 1/2x2= Kemungkinan


Diubah 2 1 masalah untuk
- Mudah 1 2 diubah sebagian
- Sebagian 0 karena dengan
- Tdk Dapat pemberian
pendidikan
kesehatan, untuk
menurunkan darah
tinggi Ny.K beralih
ke jamu tradisional
dan terapi pijat
2mgg sekali
3 Potensial Msl Utk Dicegah 3/3x1= Keluarga sanggup
-Tinggi 3 1 untuk melakukan
-Cukup 2 1 perawatan pada
-Rendah 1 anggota keluarga
terutama pada Tn.M
dan Ny.K, dan setiap
ada masalah berusaha
untuk
dikomunikasikan
serta
dimusyawarahkan
untuk penyelesaian
masalah. Terlihat
antusiasme dan
keingintahuan
keluarga dalam
menerima informasi.

4 Menonjolnya Masalah 1/2x1= Keluarga mengenali


-Msl Berat Hrs Segera 2 0,5 masalah yang terjadi
Ditangani 1 pada Ny. K. tetapi
-Ada Msl, Tetapi 1 keluarga
Tidak Perlu Segera menganggap
Ditangani 0 penyakitnya adalah
-Masalah Tidak hal yang wajar
Dirasakan

Total skor 3,5


Dx. Kep. : Nyeri Akut

No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran

1 Sifat Masalah 3/3x1= Ny.K mengatakan


- Aktual 3 1 nyeri pada tengku
- Risiko 2 1 dan leher karena
- Potensial 1 nyeri tersebut,
sakitnya timbul jika
ketika bangun tidur.

2 Kemungkinan Masalah 2/2x2= Kemungkinan


Dapat Diubah 2 2 masalah untuk
- Mudah 1 2 diubah adalah
- Sebagian 0 mudah, karena
- Tdk Dapat Ny.K memiliki
motivasi tinggi
untuk mengikuti
penyuluhan
kesehatan yang
diadakan di
puskesmas.

3 Potensial Masalah Untuk 2/2x1= Keluarga Tn.M dan


Dicegah 3 1 Ny.K selalu berusaha
-Tinggi 2 1 menjaga makanan
-Cukup 1 dan minuman yang
-Rendah dikonsumsi.

4 Menonjolnya Masalah 2/2x1= Masalah nyeri pada


-Msl Berat Hrs Segera 2 1 Ny.K sangat
Ditangani 1 dirasakan dan perlu
-Ada Msl, Tetapi Tidak 1 segera ditangani agar
Perlu Segera Ditangani tidak terjadi kejadian
-Masalah Tidak 0 berulang, Karena jika
Dirasakan terjadi sulit
melakukan aktivitas.

Total skor 5

Dx. Kep. : Koping keluarga kurang efektif

No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran

1 Sifat Masalah 3/3x1= Sifat masalah adalah


- Aktual 3 1 aktual, karena setiap
- Risiko 2 1 anggota keluarga
- Potensial 1 memiliki motivasi
dan dukungan untuk
mengatasi masalah
yang dialami oleh

masing-masing
anggota keluarga

2 Kemungkinan Masalah Dapat 2/2x2= Keluarga Tn.Z dan


Diubah 2 Ny.F tidak begitu
- Mudah 2 2 memahami tentang
- Sebagian 1 perawatan kesehatan
- Tdk Dapat 0 bagi anggota
keluarga yang sakit.
3 Potensial Masalah 2/2x1= Keluarga Tn.M dan
Untuk Dicegah 3 1 Ny.K selalu berusaha
2 1 menjaga makanan
-Tinggi
1 dan minuman yang
-Cukup
dikonsumsi, tetapi
-Rendah
memiliki motivasi
yang besar untuk
sembuh

4 Menonjolnya Masalah 1/2x1= Menurut keluarga


-Msl Berat Hrs Segera 2 0,5 sudah sepatutnya
1 saling mendukung
Ditangani
1 dan memberikan
-Ada Msl, Tetapi Tidak Perlu
perhatian karena
Segera Ditangani
0 menjadi tanggung
-Masalah Tidak Dirasakan
jawab jika salah satu
anggota keluarga
mengalami masalah
kesehatan

Total skor 4,5

3.3.4 Prioritas Diagnosis Keperawatan

Prioritas Diagnosis keperawatan Skor


1 Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Pada Tn. 3,5
2 Nyeri Akut Pada Ny.F 5
3 Koping keluarga kurang efektif 4,5
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
No. Diagnosis Tujuan/kriteria Intervensi Rasional
1. Domain 12: Tujuan: 1. Mengenal masalah 1. Untuk mengetahui
Rasa Nyaman
Setelah dilakukan Edukasi keluarga tingkat
tentang nyeri pengetahuan
Kelas 1: intervensi keperawatan
meliputi definisi, keluarga tentang
Kenyamanan Fisik selama 6x30menit
frekuensi, lokasi, mengenal masalah
kunjungan rumah
Kode :
skala nyeri 2. Untuk mengetahui
diharapkan nyeri dapat
00132 2. Memutuskan tindakan keputusan
berkurang
tepat keluarga dalam
Diagnosis: Kriteria:
Edukasi tentang merawat anggota
Nyeri Akut Pada 1. Nyeri dapat teratasi
permasalahan yang keluarga sakit
Ny.K b/d dengan indikator skala
timbul akibat tidak 3. Untuk
keridakmampuan dapat berkurang 5
melakukan mengetahui
keluarga merawat menjadi 4 dari 0-10
pemeriksaan ke tingkat
dan mengenal 2. Keluarga dapat
puskesmas pengetahuan
masalah anggota mempraktekan
3. Memberikan perawatan keluarga dalam
keluarga dengan mekanisme nyeri
keluarga merawat
hipertensi dengan tarik nafas
Ajarkan teknik relaksasi anggota yang
dalam dan kompres air
dengan menarik nafas sakit
dingin
dalam, dikeluarkan 4. Untuk mengetahui
3. Keluarga mampu
secara perlahan melalui tingkat
merawat keluarga
mulut bila timbul nyeri pengetahuan
yang sakit dengan
4. Memodifikasi keluarga
memanfaatkan fasilitas
Lingkungan memodifikasi
kesehatan terdekat.
Edukasi keluarga lingkungan sehat

untuk mengubah 5. Untuk

gaya hidup untuk mengetahui

menuju hidup yang minat keluarga

sehat. dalam

5. Menggunakan memanfaatkan

Pelayanan Kesehatan pelayanan


Mengkaji kesehatan
pengetahuan
keluarga tentang
fasilitas kesehatan
yang dapat dijangkau
keluarga
Edukasi keluarga
keuntungan dari
adanya fasilitas
kesehatan

2. Domain: 1. Mengenal masalah 1. Untuk mengetahui


Tujuan:
Manajemen
Edukasi keluarga tingkat
Setelah dilakukan
Perawatan Jangka pengetahuan
tentang hipertensi
intervensi keperawatan
Panjang keluarga tentang
dan asam urat
selama 6x30menit
Kode: mengenal
meliputi definisi,
kunjungan rumah
10021994 masalah
tanda dan gejala,
diharapkan pengetahuan
Diagnosis: frekuensi, lokasi, 2. Untuk mengetahui
meningkat.
skala nyeri. keputusan
Koping keluarga Kriteria:
2. Memutuskan tindakan keluarga dalam
kurang efektif b/d
1. Diharapkan keluarga merawat anggota
tepat
keridakmampuan
mampu mengenal keluarga sakit
keluarga merawat Edukasi tentang
masalah kesehatan 3. Untuk
dan mengenal permasalahan yang
dengan menyebutkan: mengetahui
masalah anggota timbul akibat tidak
a. Pengertian tingkat
keluarga dengan melakukan
hipertensi dan pengetahuan
hipertensi asam pemeriksaan ke
asam urat keluarga dalam
urat puskesmas
b. Penyebab merawat
3. Memberikan perawatan
hipertensi dan anggota yang
keluarga
asam urat sakit
Ajarkan pembuatan
c. Tanda dan gejala
pengobatan herbal
hipertensi dan dengan air rebusan
asam urat daun salam dan
d. Faktor resiko pudding labu siam
hipertensi dan
asam urat
e. Komplikasi
hipertensi dan
asam urat
f. Penanganan
hipertensi dan
asam urat
g. Makanan yang
tidak
diperbolehkan
untuk penderita
hipertensi dan
asam urat
2. Diharapkan keluarga
dapat membuat
ramuan herbal dari
puding labu siam dan
air rebusan daun
salam untuk
menurunkan
hipertensi dan asam
urat.
3. Tujuan: 1. Memodifikasi 1. Untuk mengetahui
Lingkungan tingkat
Domain 4: Setelah dilakukan
Aktivitas/ intervensi keperawatan Edukasi keluarga pengetahuan
untuk mengubah keluarga
Istirahat Kelas 4: selama 6x30 menit
gaya hidup dengan memodifikasi
Respon kunjungan rumah
mengurami lingkungan sehat
Kardiovaskuler/ diharapkan perfusi
menggunakan garam, 2. Untuk mengetahui
Respon jaringan perifer tidak
micin,dalam minat keluarga
Pulmonari Kode: terjadi .
memasak. dalam
00228 Kriteria:
Hindari rokok, dan memanfaatkan
Diagnosis: 1. Diharapkan hipertensi
mengkonsumsi pelayanan
dapat terkontrol
Risiko makanan berlemak
Ketidakefektifa 2. Diharapkan tidak
2. Menggunakan
Perfusi Jaringan mengalami komplikasi
Pelayanan Kesehatan
Perifer Pada Ny.K lebih lanjut
Mengkaji
b/d 3. Diharapkan keluarga
pengetahuan
keridakmampuan dapat membuat
keluarga tentang
keluarga merawat ramuan herbal dari
fasilitas kesehatan
dan mengenal puding labu siam
yang dapat dijangkau
masalah anggota untuk menurunkan
keluarga
keluarga dengan hipertensi
Edukasi keluarga
hipertensi keuntungan dari
adanya fasilitas
kesehatan
3.5 Catatan Perkembangan
No. tanggal No. Implementasi Prf Evaluasi

&waktu Dx
Selasa, 17 2 1. Membina hubungan saling percaya, S : Ny.K mengatakan senang
Oktober memperkenalkan diri, menjelaskan dengan kedatangan mahasiswa
2017) maksud dan tujuan, meminta tanda O : Keluarga tampak antusias
19.00 WIB tangan surat persetujuan untuk menjadi dan kooperatif untuk dijadikan
keluarga binaan, dan kontrak waktu keluarga binaan.
2. Melakukan pengkajian setiap anggota A : Masalah belum teratasi,
keluarga, dan karakteristik lingkungan kurangnya keluarga terhadap
1,3 sekitar keluarga pengetahuan tentang penyakit
3. Mengontrak waktu untuk pertemuan hipertensi dan asam urat.
selanjutnya P : Intervensi dilanjutkan
Dx 1: 1,2
Dx 3: 1,2
Rabu, 18 1,3 1. Menggali pengetahuan keluarga tentang S:
Oktober penyakit hipertensi dan asam urat Keluarga Tn.M dan Ny.K
2017 3 2. Melakukan pemeriksaan tekanan darah mengatakan hipertensi itu
19.00 WIB kepada Tn.M, pemeriksaan asam urat darah tinggi yang
pada Ny.K disebabkan oleh makanan
3 3. Mengobservasi tanda-tanda hipertensi asin, sedangkan asam urat
seperti sakit kepala, cepat marah, ditandai cekot-cekot
jantung berdebar-debar, rasa berat pada Ny.K mengeluh pusing,
tengkuk, cepat merasa lelah kepala dan tengkuk
4. Berdiskusi dengan keluarga tindakan belakang berat
1,2,3
apa yang sudah dilakukan oleh keluarga Ny.K mengatakan nyeri
terkait penyakit Tn.M dan Ny.K P: saat berjalan jauh Q:
5. Mengkaji jenis dan tingkat skala nyeri cekot-cekot
1 Ny.K dari skala 0-10 skala nyeri yang R: dilutut kanan dan kiri S:
dirasakan skala 6 dari 0-10 5 dari skala 0-10
6. Mengontrak waktu untuk melakukan T: hilang timbul 1-5 menit
intervensi untuk mengatasi nyeri Ny. K mengatakan
tidak mengonsumsi
obat hanya melakukan
terapi pijat dan minum
jamu 3 mgg sekali
O
Keluarga tampak antusias
dan kooperatif
Hasil Ny. K TD: 190/100
mmHg, N: 99, AU: 8 mg/dl,
BB : 68 kg
Hasil Tn.M TD: 130/90
mmHg, N: 86x/mnt, AU:
6,8
Tampak Ny.F memegang
lututnya yang sakit
Inspeksi lutut edema,
palpasi lutut hangat
Kulit kering, bersisik
Banyak bekas luka
garukan dikaki
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
Dx 1: 1,2
Jumat, 19 1 1. Mengajarkan teknik relaksasi dengan S:
Oktober 2017) menarik nafas dalam, dikeluarkan Ny.K mengatakan lebih
19.00 WIB secara perlahan melalui mulut bila baik dari sebelumnya
timbul nyeri Ny.K mengatakan akan
1
2. Mengajarkan keluarga apabila timbul melakukan teknik tersebut
nyeri bisa kompres dengan air dingin jika timbul nyeri
3. Mengontrak waktu untuk melakukan O:
2
penyuluhan hipertensi dan asam urat Ny.K dapat melakukan
yang dialami oleh keluarga Tn.Z teknik relaksasi nafas dalam
Ny.K mencoba
mengompres lututnya
dengan air dingin
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
Dx 2: 1,2

Sabtu, 20 1. Melakukan penyuluhan tentang S:


Oktober 2017 penyakit hipertensi dan asam urat Keluarga Tn.M dan Ny.K
19.00 WIB menggunakan leaflet : mengatakan paham yang
- Pengertian hipertensi dan asam dijelaskan oleh mahasiswa
urat Ny.K menyakan apakah
- Penyebab hipertensi dan asam urat yang mempunyai riwayat
2. Tanda dan gejala hipertensi dan hipertensi dari orang tua
asam urat dapat diturunkan
3. Kontrak Waktu untuk mengajarkan O: -
pembuatan pengobatan herbal A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan
Minggu, 21 1. pembuatan pengobatan herbal S:
Oktober pudding labu siam dan air rebusan Keluarga Tn.M dan Ny.K
2017 daun salam mengatakan paham yang
19.00 WIB dijelaskan oleh mahasiswa
O: -
A:
Masalah teratasi
P:
Intevensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Arumi, S. (2011). Menstabilkan Darah Tinggi dan Darah Rendah, Yogyakarta :


Araska

Asmadi, (2008). Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC

Baradero, M. (2008). Klien Gangguan Kardiovaskuler: seri asuhan keperawatan,


Jakarta : EGC

Belajar Membudidayakan Labu Siam, http://jasapemasaran.com/belajar-


membudidayakan-labu-siam/ diakses 31 Januari 2017 Jam 14.00

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 8. Jakarta :
EGC

Dalimartha, et al. (2008). Care Your Self Hipertensi, Jakarta : Penebar Plus

Depkes, RI. (2005). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia, Jakarta : Depkes RI

Depkes, RI. (2007). Hipertensi, Jakarta : Depkes RI

Dewi, S. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik,Edisi 1. Yogyakarta : Publisher

Efendi, F. dan Makhfludi, (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan


Praktik dalam Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika

Febrinendy, R. (2015). Efektivitas Jus Labu Siam (Sechium edule) Terhadap


Penurunan Kadar Kolesterol Di Dusun Kates Rw 07 Desa Rejotangan Tulung
Agung

Gardani, Y. (2012). Hidup Nyaman dengan Hipertensi, Jakarta : PT Agro Media


Pustaka

Junaedi, E. Yulianti, S. dan Rinata, G. (2013). Hipertensi Kandas Berkat Herbal,


Jakarta : Fmedia

Kosasih, dan Hassan, I. (2013), Patofisiologi Klinik, Jakarta : Binarupa Aksara

Kowalski, E. (2010). Terapi Hipertensi: Progam 8 Minggu Menurunkan Tekanan


Darah Tinggi dan Mengurangi Resiko Serangan Jantung dan Stroke Secara
Alami, Bandung : Qanita

Lingga, L. (2012). Bebas Hipertensi Tanpa Obat, Jakarta : PT Agro Media Pustaka

Marliani, dan Tantan, (2007). 100 Questions and answer hipertensi, Jakarta : PT Elex
Media Komputindo
Muhammadun, (2010). Hidup Bersama hipertensi, Yogyakarta : IN-Books

Nisa, (2012). Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Darah Tinggi, Jakarta : Dunia
Sehat

Nugroho, W. (2006), Keperawatan Gerontik dan Geriatik, Ed.3, Jakarta : EGC

Nursalam, (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi 3,


Jakarta : Salemba Medika

Olivia, F. Syamsir, A. Hadibroto, I. (2006), Seluk Beluk Food Supplement, Jakarta :


Gramedia

Prasetyaningrum, (2014). Hipertensi Bukan Untuk Ditakuti, Jakarta : Fmedia

Miracle of Vegetables, Jakarta : PT Agro Media Pustaka

Rusdi, dan Isnawati, I. (2009). Awas! Anda Bisa Mati Cepat Akibat Hipertensi &

Diabetes, Yogyakarta : Diva Press

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan, Edisi 2. Yogyakarta
: Graha Ilmu

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta

Susilo, Y. dan Wulandari, A. (2011). Cara jitu mengatasi hipertensi, Yogyakarta : CV


Andi Offet

Triyanto, E. (2014) Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu, Yogyakarta : Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai