Anda di halaman 1dari 3

DISKUSI

Proses pencapan dapat dilakukan dengan zat warna bejana. Zat warna bejana merupakan zat
warna yang tidak larut dalam air dan mempunyai molekul yang besar sehingga mempunyai sifat
tahan luntur warna yang baik. Untuk tahapan pencapannya adalah pemilihan pengental yaitu
tapioka, kemudian dilakukan pereduksian atau pembejanaan (leuko), kemudian terjadi difusi
leuko zat warna dan teradsorpsi ke dalam serat serta oksidasi sehingga terbentuk zat warna
bejana kembali. Setelah itu dilakukan pencucian, penyabunan, serta pembilasan.

Pada percobaan kali ini digunakan dua pasta cap dengan jenis warna yang berbeda, yaitu
warna biru dan kuning. Kedua pasta cap tersebut strukturnya dapat dikatakan encer. Namun
pada saat pengaplikasiannya, zat warna tersebut tidak meluber. Saat perakelan pertama,
kondisi pasta masih tersebar secukupnya. Namun saat perakelan kedua kalinya, pasta cap
tersebar merata dan terdistribusi ke permukaan kain sehingga motif yang terwarnai pun
semakin tercover dan motifnya tajam.

Pada percobaan kali ini, dilakukan pencapan zat warna bejana dengan variasi waktu baking.
Adapun variasi 1 sampai 4 masing-masing adalah 1, 2, 3, dan 4 menit. Evaluasi yang dilakukan
berupa ketajaman motif dan ketuaan warna setelah proses pencucian serta handling dan
kerataan hasil pencapan.

Untuk hasil ketajaman motif secara keseluruhan motif tersebut memiliki ketajaman yang kurang
baik. Hal ini dikarenakan zat warna bejana tidak larut sempurna. Kondisi tidak larut sempurna
ini diakibatkan oleh reduktor dan basa kuat tidak mereduksi zat warna bejana dengan sempurna
karena beberapa faktor. Kemungkinan terbesar adalah kurangnya waktu dan kondisi suhu pada
proses pengadukan. Selain itu terdapat pula zat-zat lain yang bereaksi dengan basa maupun
reduktor sehingga tidak dapat melarutkan zat warna bejana menjadi leuko. Faktor lain adalah
kondisi zat warna bejana yang sukar direduksi akibat strukturnya yang terlalu kompleks.

Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, zat warna bejana tidak larut yang dibangkitkan/dioksidasi
akan mengalami oksidasi lanjutan yaitu mengubah gugus kromogen zat warna bejana sehingga
warnanya tidak muncul. Selain itu, kemungkinan besar konsentrasi oksidator yang terlalu tinggi
sehingga berhasil mengoksidasi seluruh zat warna bejana dengan kuat sehingga warnanya
hilang. Akibatnya motif cap yang diaplikasikan tidak terlihat dan menyebabkan ketajamannya
kurang baik jika dilihat secara visual. Dapat dikatakan peran oksidator pada praktikum ini malah
membuat zat warna bejana luntur.

Untuk evaluasi ketuaan warna yang paling tinggi jika diamati secara visual adalah dengan
metode baking selama 4 menit. Hal dikarenakan pasta cap yang mengandung zat warna bejana
dan binder cenderung terfiksasi secara sempurna dalam waktu yang cukup lama. Semakin
banyak zat warna yang terfiksasi dalam serat maka semakin tinggi ketuaan warnanya.
Sebaliknya, semakin cepat waktu baking maka semakin muda warnanya. Selain fiksasi,
terdapat faktor lain yaitu daya serap yang cenderung baik. Hal ini dikarenakan kain dan zat
warna cenderung memiliki kombinasi yang baik sehingga daya serapnya juga baik dan
menyebabkan zat warna banyak yang terfiksasi. Selain itu metode baking cenderung
menghasilkan fiksasi yang lebih tinggi pada zat warna bejana karena sifat dari zat warna
tersebut yang cenderung bermolekul besar sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk
berfiksasi dan masuk ke pori serat serta mengadakan ikatan silang. Oleh sebab itu, hasil kain
pada metode baking dengan waktu yang lebih lama menghasilkan hasil pencapan yang lebih
tua daripada metode steaming.

Hasil evaluasi handling kain, metode baking secara keseluruhan menghasilkan kain yang
lembut. Kondisi ini dikarenakan pada proses baking, uap kering yang dihembuskan di hasil
pencapan cenderung membuat strukturnya lebih lunak karena dilakukan pada suhu tinggi. Suhu
yang tinggi tersebut membuat penampakan serat dan pasta cap yang menempel ke bahan
cenderung stabil dan semakin kristalin. Kondisi yang kristalin tersebut membuat
penampakannya lebih teratur sehingga kain yang telah dicap cenderung memiliki kenampakan
yang tipis dan cenderung halus. Selain itu, karena seluruh warnanya luntur maka pegangannya
pun dapat dikatakan lembut karena proses pencapan pada bahan cenderung tidak terlalu
berpengaruh bahkan tidak berpengaruh sama sekali. Jika dilihat secara visual, kondisi kain
sebelum proses pencapan cenderung sama dengan setelah proses pencapan. Hal-hal
tersebutlah yang menyebabkan handling kain lembut secara keseluruhan.

Untuk evaluasi kerataan warna hasilnya sama-sama rata. Hal ini dikarenakan oleh beberapa
faktor. Untuk metode baking diakibatkan oleh migrasi zat warna pada bahan selama proses
penghembusan uap pada suhu tinggi yang cenderung stabil sehingga zat warna akan
terdistribusi merata. Seperti yang dijelaskan di awal, hasil pencapan ini dapat dikatakan kurang
berhasil sehingga kerataan warna tidak dapat didefinisikan dan diukur dengan baik. Selain itu,
faktor penekanan rakel juga berpengaruh. Kemungkinan besar hasil kerataan yang kurang
maksimal diakibatkan oleh kondisi penekanan yang kurang stabil di seluruh permukaan. Untuk
faktor-faktor lainnya yaitu kehomogenan pasta cap cenderung tidak ada masalah karena pasta
cap sudah diaduk dengan sempurna. Kemungkinan terbesar adalah terjadi penyumbatan kasa
karena viskositas cap cenderung agak tinggi sehingga butuh penekanan rakel ekstra dan
menyebabkan kerataannya kurang. Untuk kondisi kain terutama adanya bulu kain tidak rata
tidak ada masalah namun untuk setting kain di meja cap merupakan faktor yang berpengaruh
karena kondisi meja yang kurang rata dan terdapat banyak benjolan serta lubang kecil yang
berpengaruh pada kerataan proses cap yang cenderung kurang rata.

Selain evaluasi di atas, terdapat beberapa kondisi yang mempengaruhi hasil pencapan.
Pencapan dengan zat warna bejana cenderung menghasilkan tahan luntur warna yang tinggi
pada proses pencucian. Hal ini dikarenakan jenis zat warna yang digunakan merupakan
hidrofob sehingga sangat baik tahan cucinya. Kondisi ini mengakibatkan zat warna cenderung
tidak transfer ke permukaan kain yang tidak terdapat motif sehingga tidak timbul penodaan zat
warna di kain. Selain itu juga terdapat transfer zat warna dalam motif sehingga hasil cap
cenderung kurang rata. Ditinjau dari segi motif warna yang meleset, pada proses pencapan
penempatan kasa 1 dengan kasa 2 yang cenderung tidak konsisten sehingga motif yang
dihasilkan cenderung bergeser.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum dan diskusi di atas dapat disimpulkan bahwa pencapan kain kapas
dengan zat warna bejana variasi waktu baking menghasilkan ketajaman motif yang kurang baik
secara keseluruhan, ketuaan warna terbaik pada variasi 4, handling kain yang lembut dan
kerataan kain yang cukup baik pada seluruh variasi.

Anda mungkin juga menyukai