Anda di halaman 1dari 52

Pendapatan rutin meliputi penerimaan pemerintah dari pajak langsung, pajak tak

langsung, dan penerimaan bukan pajak. Penerimaan bukan pajak adalah penerimaan
dari dinas-dinas, yang mencakup perincian seperti penerimaan dinas kesehatan,
pendidikan, dan lain-lain, penerimaan kejaksaan dan pengadilan, penerimaan dinas luar
negeri, penerimaan dari hasil kekayaan negara, dan lain-lain.

Perlukah SPM-UP/GU/TU/LS? Konsep dan Aplikasi Manajemen Kas Daerah


Pembaca mungkin bertanya-tanya, makhluk apa gerangan SPM-UP/SPM-GU/SPM-
TU/SPM-LS itu? Substansi SPM adalah permintaan uang kepada institusi pengelola keuangan
daerah. Biar gampang, kita ibaratkan dinas-dinas adalah anak dan pengelola uang adalah wali anak
(bukan orang tua memangnya duit siapa?).
SPM-UP (SPM Uang Persediaan) digunakan kalau si anak minta uang untuk jaga-jaga.
Besarannya ditetapkan oleh wali anak. Karena kebutuhan anak berbeda-beda, maka uang untuk
jaga-jagapun berbeda-beda. Dalam akuntansi, UP dikenal dengan kas kecil(petty cash).
SPM-GU (SPM Ganti Uang Persediaan) digunakan kalau si anak sudah menggunakan
uang. Form ini merupakan aplikasi pembentukan kas kecil dengan sistem dana tetap (imprest fund
method). Secara periodik (harian/mingguan/bulanan), wali anak akan mengisi kembali sejumlah
uang yang digunakan agar posisinya kembali seperti semula.
SPM-TU (SPM Tambahan Uang Persediaan) digunakan kalau uang jaga-jaga si anak tidak
mencukupi. Form ini merupakan aplikasi pembentukan kas kecil dengan sistem dana
berfluktuasi (fluctuating fund method).
SPM-LS (SPM Langsung) digunakan untuk meminta uang guna pembayaran kepada pihak
ketiga. Cek untuk SPM-LS diterbitkan atas nama penyedia barang/jasa (sejenis dengan cek atas
nama). Selanjutnya, penyedia barang/jasa mencairkan uang di bank.
Penerapan semua form tersebut menciptakan situasi yang sebenarnya sederhana menjadi
rumit. Bagaimana mungkin diterapkan 2 sistem (imprest fund method dan fluctuating fund
method) untuk sebuah pekerjaan (penanganan kas kecil)?. Sebuah kerumitan yang akan dirasakan
baik oleh anak maupun wali anak.
Anak harus mikir sekedar meminta uang harus pakai form yang benar. Ekstrimnya,
kesalahan penggunaan form dapat berakibat tidak diterbitkannya cek yang berarti barang/jasa
yang digunakan si anak (baca pemerintah) tidak terbayar. Dari sudut pandang wali anak,
operasionalisasinya membutuhkan ceck list per jenis permintaan. Ini berarti bahwa penerapan
konsep UYHD (terserah penggunaan si anak, yang penting sesuai kesepakatan awal APBD)
terdistorsi konsep UUDP (tidak boleh aneh-aneh menyikapi perkembangan akuntabel
sekalipun).
~!@#$%^&*()_+
Dimisalkan UP dinas sebesar Rp 10 juta. Di awal perioda dinas akan mengajukan SPM-UP
sebesar Rp 10 juta. Selanjutnya uang tersebut digunakan sebesar 3 juta (berarti saldo kas dinas
masih Rp 7 juta). Sementara itu, pembayaran yang harus dilakukan selanjutnya adalah sebesar
Rp 19 juta dengan rincian Rp 9 juta atas nama bendahara dinas dan Rp 10 juta atas nama
penyedia barang/jasa.
Situasi tersebut memaksa dinas untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan yang harus
dilakukan:

Alternatif 1 Alternatif 2
SPM-GU: Rp 3 juta; SPM-GU: Rp 3 juta;
SPM-TU: Rp 9 juta; SPM-TU: Rp 4 juta;
SPM-LS Rp 10 juta. SPM-LS Rp 5 juta.
Catatan: Catatan:
UP tetap Rp 10 Pihak ketiga dibayar tunai Rp 5 juta dan
juta cek atas nama Rp 5 juta.
Bentuk pembayaran (tunai/cek) diabaikan,
substansinya adalah penyedia jasa harus
dibayar.
Pengajuan SPM-GU Rp 10 juta sesaat
setelah pembayaran agar supaya UP tetap Rp
10 juta.

Kerumitan yang sama juga akan dirasakan oleh pengelola keuangan daerah.
Ia harus menggunakan berbagai form guna melakukan pengawasan kredit
anggaran masing-masing pos di setiap dinas. Ini dilakukan dengan
melakukan cek silang masing-masing form ke dokumen APBD atau DPA.
Sementara itu, perbendaharaan diberi deadline 2 hari dalam penerbitan cek
(namanya SP2D).

~!@#$%^&*()_+
aTerdapat kerugian bagi kedua belah pihak: dari segi efektivitas dan
efisiensi. Pertama, pengelola keuangan daerah perlu menganalisis perputaran
uang di setiap dinas untuk menentukan besaran UP. Sebuah langkah yang
kontra produktif karena penetapan UP mendorong terjadinya penumpukan
kas di dinas. Belum lagi banyaknya form membutuhkan belanja penunjang
berupa alat tulis kantor (di kedua pihak).
Kerumitan tersebut dapat disederhanakan dengan melihat hubungan
kepentingan antara dinas (sebagai pihak yang membutuhkan uang) dengan
pengelola keuangan daerah (sebagai pihak yang memberikan uang). Konteks
hubungan sederhana ini akan mengeliminasi pemikiran dinas mengenai form
manakah yang akan digunakan. Jadi, dinas hanya perlu menggunakan 1 form:
SPM.
Setelah menerima form SPM, pengelola keuangan daerah cukup berpikir
apakah permintaan tersebut akan dipenuhi atau tidak? Jika dipenuhi, berapa
besar dana yang akan diberikan? apakah seluruhnya atau sebagian? Implisit,
ini merupakan penerapan UYHD: melihat kebutuhan dinas dan
mempertimbangkan posisi kas daerah. Sedapat mungkin, posisi kas dinas Rp
0,- atau mendekati Rp 0,-. Dengan demikian, UP tidak lagi diperlukan (baca
dipaksakan) ada di dinas. Bukankah pandangan ini dapat mengoptimalkan
fungsi utama perbendaharaan (sebagai BUD) dalam manajemen kas daerah?
Pada kondisi ekstrim, SPM dan SP2D cukup dibuat sekali dalam setahun
(cukup minta sekali setahun dan diberi untuk kebutuhan setahun) yang
berarti merelakan peluang perbendaharaan memanfaatkan iddle cash. Atau
lebih ekstrim lagi: setelah APBD ditetapkan langsung diterbitkan SP2D, tanpa
pengajuan SPM oleh dinas bukankah APBD memiliki fungsi otorisasi? Ini
dimungkinkan jika pendapatan mencukupi kebutuhan seluruh dinas untuk 1
(satu) perioda. Akan tetapi, adakah daerah yang memiliki kecukupan dana
untuk seluruh dinas dalam 1 (satu) perioda? Inilah bagian dari kalau bisa
dipermudah, kenapa dipersulit?

AKUNTANSI RUMAH SAKIT

03TuesdayDEC 2013

POSTED BY MYNOTE IN ACCOUNTING, AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK, DATA CATATAN


STUDY, HOME
14 COMMENTS
Tags
Akuntansi, Akuntansi Sektor Publik
AKUNTANSI RUMAH SAKIT
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara operasional manajemen keuangan di Rumah Sakit harus dapat
menghasilkan data, informasi dan petunjuk untuk membantu pimpinan
Rumah Sakit dalam meerncanakan, mengendalikan dan mengawasi seluruh
kegiatan agar mutu pelayanan dapat dipertahankan/ditingkatkan pada
tingkat pembiayaan yang wajar.

Sebagai mahasiswa jurusan akuntansi, informasi mengenai bagaimana


akuntansi khusus Rumah Sakit sangatlah penting, agar dapat dibandingkan
dengan akuntansi yang telah dipelajari sebelumnya untuk perusahaan jasa,
manufaktur, dan dagang. Oleh karena itu penulis berusaha menyajikan
informasi mengenai bagaimana seluk beluk praktik akuntansi di Rumah Sakit
dalam bentuk makalah yang berjudul Akuntansi Rumah Sakit.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar akuntansi rumah sakit?
2. Bagaimana siklus akuntansi di rumah sakit?
3. Bagaimana bentuk laporan keungan rumah sakit?
4. Apa saja aktivitas akuntansi di rumah sakit?, dll
Tujuan Penulisan
Berikut beberapa tujuan yang ingin dicapai penulis dalam menyusun
makalah yang berjudul Akuntansi Rumah Sakit sebagai berikut.
1. Agar para pembaca dapat menjelaskan konsep dasar akuntansi rumah
sakit;
2. Agar para pembaca dapat memahami praktik akuntansi di rumah sakit;
3. Agar para pembaca dapat memahami praktik akuntansi dana dirumah
sakit;
4. Agar para pembaca dapat mengikhtisarkan bentuk laporan keuangan
rumah sakit,dll.

BAB 2
ISI
A. Sifat dan Karakteristik Rumah Sakit
Definisi rumah sakit menurut WHO sebagaimana yang termuat dalam WHO
Technical Report Series No. 122/1957 yang berbunyi :Rumah sakit adalah
bagian integral dari satu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan kesehatan paripurna, kuratif, dan preventif kepada
masyarakat, serta pelayanan rawat jalan yang diberikannya guna
menjangkau keluarga di rumah. Rumah sakit juga merupakan
pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta pusat penelitian bio-
medik.
fungsi utama rumah sakit adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan
maupun bagian mata rantai rujukan pelayanan kesehatan. Berdasarkan
pengalaman sampai saat ini, pengaduan mengenai pelanggaran etik maupun
malpraktek yang dilakukan oleh dokter tidak kurang 80% terjadi di rumah
sakit. Lagi pula, segala prinsip yang berlaku di rumah sakit secar
proporsional dapat juga diberlakukan di saran pelayanan kesehatan lainnya.

Sejalan dengan kemajuan dan perkembangan ilmu serta teknologi


kedokteran, rumah sakit telah berkembang dari suatu lembaga
kemanusiaan, keagamaan, dan sosial yang murni, menjadi suatu lembaga
yang lebih mengarah dan lebih berorientasi kepada bisnis, terlebih setelah
para pemodal diperbolehkan untuk mendirikan rumah sakit dibawah badan
hukum yang bertujuan mencari profit. Rumah sakit merupakan suatu
lembaga yang padat modal, padat karya, dan padat ilmu serta teknologi,
dimana untuk mencapai efisiensi dan efektivitas yang tinggi, diperlukan
profesionalisme yang andal dalam hal pengelolaan lembaga bisnis yang
modern.

Kewajiban setiap insan kesehatan adalah mensosialisasikan pengertian


rumah sakit sebagai unit Sosio-Ekonomi, sehingga persepsi masyarakat
bisa berubah. Sosialisasi dikalangan insan kesehatan sendiri dan para insan
rumah sakit sangat diperlukan. Sebagai contoh, para dokter dan para
perawat tidak boleh menganggap rumah sakit sebagai lahan untuk mencari
nafkah semata, apalagi rumah sakit dianggap sebagai tambang emas untuk
menghimpun kekayaan. Rumah sakit sebagai lahan pengabdian profesinya
masing-masing merupakan pengabdian yang sepantasnya bag setiap insan
kesehatan atau insan rumah sakit.

Berikut ini ditampilkan sistem pengelompokan rumah sakit yang paling


umum digunakan saat ini :
1. Sistem pengelompokan yang paling dirasa bermanfaat dan bertahan lama
digunakan oleh Asosiasi Rumah Sakit Amerika (AHA), dimana klasifikasi
rumah sakit terbagi menjadi rumah sakit pemerintah (komunitas) dan
nonpemerintah (nonkominitas) sesuai dengan tingkat akses pemerintah
pada rumah sakit itu.
2. Jenis pengelompokan lain adalah berdasarkan kepemilikan atau kontrol
atas kebijakan dan cara operasi rumah sakit. Rumah sakit dibawah
kepemilikan kelembagaan atau institusi dibagi dalam 4 kelompok :
pemerintah nonfederal, non pemerintah nirlaba, rumah sakit yang dimiliki
investor, dan rumah sakit milik pemerintah daerah.
3. Berdasarkan rata rata lam tinggal, rumah sakit sakit dikelompokkan
menjadi rumah sakit jangka pendek dan jangka panjang. Menginap
dirumah sakit dikatakan singkat apabila rata rata tinggal kurang dari 30
hari; sementara rata-rata nasional berda dibawah tujuh hari. Sedangkan
dikatakan lama bila tinggal lebih dari 30 hari.
4. Rumah sakit dikelompokkan menurut jumlah tempat tidur : 6-24 tempat
tidur, 25 -49, 50-99, 100-199, 200-299, dan 300 atau lebih
5. Berdasar akreditasi dan yang bukan.
6. Pendidikan dan non pendidikan
7. Berdasar integral vertikal atau konsep regionalisasi, yaitu rumah sakit
dibagi menjadi pusat layanan utama, layanan kedua, dan layanan ketiga
Tujuan Organisasi
Rumah sakit yang ideal adalah tempat diman orang-orang yang sakit bisa
mencari dan menerima perawatan, disamping memberikan pendidikan klinis
kepada para mahasiswa kedokteran, perawat, serta seluruh ahli kesehatan.

Modal
Pembangunan kesehatan dimasa mendatang sangat tergantung pada
kemampuan sumber daya manusia yang ada di daerah.
Kecenderungan yang terjadi adalah meningkatnya peran pihak ketiga dalam
mengatur pembiayaan kesehatan melalui sistem asuransi, baik publik
maupun swasta. Keadaan ini juga akan semakin berkembang di Indonesia
dimasa yang akan datang bila perdagangan antar negara menjadi semakin
bebas.

Pertanggungjawaban
Sebagai bukti pertanggungjawaban unit pelayanan rumah sakit pemerintah
daerah, setiap unit rumah sakit berkewajiban memberikan laporan akhir
sebagai bukti pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan usaha selam
periode pelaporan. Laporan tersebut meliputi laporan alokasi dana, laporan
pendapatan, dan laporan pengeluaran ke pemerintah daerah setempat.

Etika Rumah Sakit


Adalah etika terapan atau etika praktis yang moralitas atau etika umum
yang diterapkan pada isu-isu praktis, seperti perlakuan terhadap etnis
minoritas, keadilan untuk kaum perempuan, penggunaan hewan untuk
bahan makanan atau penelitian, pelestarian lingkungan hidup, aborsi,
eutanasia, dan kewajiban bagi yang mampu untuk membantu yang tidak
mampu.

Pelayanan Rumah sakit


Rumah sakit swasta dan rumah sakit pemerintah yang ada harus
meningkatkan kepuasan pasiennya. Selain peningkatan mutu pelayanan
teknis medis, peningkatan mutu yang paling mudah dan murah adalah
peningkatan mutu pelayanan yang berhubungan dengan emosi pasien.
Pelayanan yang dimaksud di sini adalah pelayanan yang ramah, sopan
santun, gesit, terampil, serta peduli dengan keluhan pasien

B. Siklus Aktivitas Rumah Sakit


Rumah sakit minimal mempunyai siklus aktivitas sebagaiberikut :
melakukan tindakan tindakan medis seperti pemeriksaan, pengobatan, dan
perawatan kesehatan masyarakat. Secara lebih luas, tergantung pada
sumber daya yang dipunyai, sebuah rumah sakit dapat mempunyai siklus
aktivitas sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan kepada


umum
2. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan tenaga medis, ahli dan para
medis, baik yang diselenggarakan sendiri maupun bersama dengan
instansi lainnya,
3. Mengadakan dan melakukan penelitian.
C. Jenis jenis Anggaran Rumah Sakit
Anggaran modal
Adalah anggaran yang terdaftar dan tergambar dalam perencanaan
penambahan modal. Anggaran ini berisi daftar modal proyek yang diajukan
selama tahun yang akan datang. Dampak anggaran tersebut mencakup
seluruh pengeluaran aktiva yang terencana selama setahun.

Anggaran kas
Adalah anggaran yang tercatat dalam rencana penerimaan dan pengeluaran
kas. Kas meliputi saldo tunai dan saldo rekening giro bank yang dimiliki
entitas, serta elemen-elemen lainnya yangdapat dipersamakan dengan kas.
Anggaran kas sangat terkait dengan komponen kas dari aktivitas opersai,
investasi, dan pembiayaan.

Anggaran pelaksanaan
Adalah anggaran yang telah tergambar dalam perencanaan aktivitas
pelaksanaan. Anggaran pelaksanaan terdiri dari tiga komponen :

Penerimaan
Biaya dan pengeluaran
Pengukuran hasil
D. Akuntansi Rumah Sakit
Secara operasional manajemen keuangan di Rumah Sakit harus dapat
menghasilkan data, informasi dan petunjuk untuk membantu pimpinan
Rumah Sakit dalam meerncanakan, mengendalikan dan mengawasi seluruh
kegiatan agar mutu pelayanan dapat dipertahankan/ditingkatkan pada
tingkat pembiayaan yang wajar.

Akuntansi ialah suatu sistem yang merupakan salah satu pokok


kegiatan dalam manajemen keuangan yang terdiri dari kegiatan mencatat,
mengklasifikasikan dan menyimpulkan semua transaksi dan kejadian
kejadian dalam suatu organisasi yang menyangkut keuangan, sehingga
didapatkan suatu data atau informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan.
Hasil akhir dari akuntansi adalah laporan keuangan yang berbentuk :

Neraca (Balance sheet)


Laporan keuangan (Income statement)
Laporan perubahan keuangan.
Ditinjau dari segi pembukuan, akuntansi dibagi menjadi 2 sistem yang
sangat penting yaitu :

Sistem Cash Basis atau Kas Stelsel


Yang telah dipakai oleh pemerintah kita termasuk RS Pemerintah. Dalam
sistem ini hanya dicatat penerimaan dari pengeluaran uang, sehingga
sebetulnya sistem ini sangat sederhana, mudah dikerjakan dan tidak
memerlukan keahlian tinggi. Di samping itu pengawasan menjadi lebih
mudah. Penerimaan akan dicatat jika telah diterima uang dan pengeluaran
dalam satu tahun anggaran yang ditentukan.

Accrual Basis
Pada sistem ini transaksi dan peristiwa diakui pada saat kejadian, bukan
pada saat hak diterima atau dibayar, dan dicatat serta dilaporkan pada
periode yang bersangkutan. Dengan kata lain penghasilan diakui pada saat
penyerahan barang/jasa, bukan pada saat kas diterima; dan biaya diakui
pada saat terjadinya, buka pada saat kas dibayarkan. Dengan metode
aktual, harta daki ui pada saat diperoleh kepemilikannya.

Karakteristik Kualitas Informasi


Kualitas informasi akuntansi
Laporan keuangan ditujukan agar dapat bermanfaat bagi pengambilan
keputusan. Hal ini menunjukkan adanya tuntutan kualitas informasi tertentu
yang bersifat :

Dapat dipahami
Relevan yaitu bermanfaat bagi peramalan dan penegasan keputusan
serta evaluasi masa lalu
Handal (reliable) yaitu penyajian jujur, substansi mengungguli bentuk,
netralitas, pertimbangan sehat dan lengkap.
Berdaya banding (comparability)
Oleh karena itu kebijakan akuntansi yang dianut harus konsisten, namun
bila ada alternatif lain yang lebih relevan dan andal konsistensi ini tidak
perlu dipertahankan. Hanya perubahan tersebut perlu diberitahukan kepada
pembaca laporan keuangan.
Kendala terhadap terpenuhinya kualitas umum dari informasi di atas
antara lain :
Ketepatan waktu;
Laporan yang tertunda dapat menghasilkan informasi yang kurang relevan.
Sebaliknya untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu seringkali
mengurangi keandalan informasi. Untuk mengimbangkan antara relevansi
dan keandalan, kebutuhan pengambil keputusan merupakan pertimbangan
yang menentukan.

Keseimbangan biaya dan manfaat;


Biaya membuat informasi jelas harus lebih rendah dari manfaatnya.
Pertimbangan ini jelas berdampak pada cara pencatatan dan penyajian
laporan akuntansi yang dipilih.

Asumsi Akuntansi
Dasar akrual
Kesinambungan (going concern)
Kesatuan ekonomi.
Dalam akuntansi, organisasi usaha dipandang sebagai kesatuan ekonomi
yang terpisah dari pemilih/pendiri dan unit organisasi lainnya.

Transaksi bebas
Transaksi akuntansi lebih diasumsikan selalu terjadi di antara pihakpihak
yang bebas yang sanggup melindungi kepentingan. Dengan demikian, harga
yang terjadi dari transaksi tersebut adalah harga yang objektif.

Pengukuran dalam nilai uang


Akuntansi menggunakan uang sebagai denominator umum. Akibatnya hanya
faktor/transaksi yang dapat dianjurkan dalam nilai uang yang dicatat dan
dilaporkan dalam akutansi. Selain itu, dalam akuntansi uang diasumsikan
merupakan ukuran yang stabil, sehingga perubahan nilai beli dari uang
diabaikan.

Standar Akuntansi Keuangan


Merupakan pedoman/acuan dalam penyusunan laporan keuangan yang
disusun oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) 1994.
Kebijakan Akuntansi
Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip dasar-dasar, konvensi,
peraturan dan prosedur yang digunakan manajemen dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Dalam Rumah Sakit Swadana telah berlaku
kebijakan akuntansi Rumah Sakit dengan menggunakan cash basis dan
accrual basis yang sementara berjalan paralel.

Dalam mengatur rumah sakit dibedakan menjadi dua, yaitu:

Rumah Sakit yang Dikelola Pihak Swasta (Private Hospital)


Dalam hal ini, pelaksanaan akuntansi yang dikembangkan oleh Financial
Accounting Standards Board FASB (Dewan Standar Akuntansi Keuangan).

Rumah Sakit yang Dikelola Pihak Pemerintah (Public Hospital)


Dalam hal ini, pelaksanaan akuntansi dilaksanakan berdasarkan standar
akuntansi yang dikembangkan oleh Govermenttal Accounting Standards
Board GASB (Dewan Standar Akuntansi Pemerintah).

E. Akuntansi Dana di Rumah Sakit


Dalam akuntansi dana untuk rumah sakit, penyajian laporan informasi
keuangan mengharuskan pembentukan dana (fund) yang dibagi menjadi
dua, yaitu:
Dana Tidak Terikat (Unrestricted Fund)
Yaitu dana yang tidak dibatasi penggunaannya pada suatu tujuan tertentu.

Dana Terikat (Restricted Fund)


Yaitu dana yang dibatasi penggunaannya pada suatu tujuan tertentu yang
biasanya muncuul karena permintaan dari pihak eksternal yang memberikan
sumbangan. Terikat tidaknya aktiva tergantung pada ketentuan pihak lain
(donor) yang memberikan sumber keuangan

Tidak ada PSAK khusus yang mengatur standar akuntansi untuk rumah
sakit. PSAK yang paling cocok untuk sementara waktu digunakan adalah
PSAK 45 tentang organisasi nirlaba.

Berdasarkan PSAK 45, akuntansi RS tidak berdasarkan sistem dana, hanya


dana tunggal. Namun aktiva bersih RS dikategori berdasarkan tiga jenis:
Dana tidak terikat
Dana terikat sementara
Dana terikat permanen
F. Ruang Lingkup Akuntansi Rumah Sakit
Laporan hasil usaha
Walaupun Rumah Sakit Pemerintah berorientasi sosial atau nir laba, namun
dengan perubahan menjadi Unit Swadana, maka mencari laba usaha adalah
penting walaupun bukan menjadi tujuan utama pendirian Rumah Sakit
tersebut. Sisa hasil usaha Rumah Sakit Swadana berbeda dengan SHU
badan usaha lainnya atau Rumah Sakit yang berbentuk PT, pada Rumah
Sakit Swadana tidak ada bagian yang diserahkan kepada pemilik sebagai
dividen.

Pengertian SHU adalah kelebihan dari penghasilan atas beban pada


satu periode tertentu.
Manfaat SHU antara lain :
Memungkinkan analisis laporan keuangan
Memungkinkan laporan pertanggungjawaban manajemen Setiap unit
di Rumah Sakit mempunyai kontribusi tersendiri terhadap SHU. Ada
unit yang berkontribusi sebagai penghasil keuntungan (profit center)
dan ada yang sebagai pusat pengeluaran beban (cost center). Laporan
dapat bersifat kualitatif sebagai basil peninjauan lapangan dan dapat
bersifat kuantitatif/keuangan yang diperoleh dan laporan-laporan unit
center.
Penyajian didapat dari:
Penyajian penghasilan yang berasal dari pendapatan kegiatan
usaha (operating revenues) yaitu semua penghasilan (bruto) yang
timbul dari aktivitas utama Rumah Sakit seperti pelayanan jasa
medis dan kesehatan di Unit Rawat Inap, Rawat Jalan, penunjang
medik dan lain-lain
Penyajian penghasilan yang berasal dari penghasilan lain-lain yang
merupakan semua basil yang diperoleh bukan dari aktivitas utama
Rumah Sakit seperti parkir, WC, bunga bank dan lain-lain.
Beban (expenses) yaitu biaya yang secara lang sung telah
dimanfaatkan di dalam kegiatan memperoleh penghasilan dalam
suatu periode tertentu.
Terdiri dari :
beban dari kegiatan usaha yaitu beban yang timbul sebagai akibat
dari kegiatan utama Rumah Sakit seperti gaji seluruh karyawan, harga
pokok obat/bahan habis pakai, snack karyawan, sparepart peralatan medik
dan lain-lain.

beban umum dan administrasi yaitu beban yang timbul bukan


diakibatkan langsung dari kegiatan memperoleh pendapat usaha Rumah
Sakit seperti beban gaji direksi dan karyawan adiministrasi umum, ATK dan
lain-lain

beban lain-lain adalah semua beban yang itmbul bukan dikarenakan


dari pelaksanaan aktivitas utama Rumah Sakit, seperti beban bunga dan
lain-lain.

Bentuk laporan :
Tunggal (Single step)
Semua penghasilan dikelompokkan
Semua beban dikelompokkan
Selisih penghasilan atas beban adalah SHU
PPH 25 maka didapat SHU bersih.
Bertahap
Setiap penghasilan ataupun beban diuraikan secara rinci.

Perkiraan luar biasa


Yaitu perkiraan yang sifatnya abnormal/luar biasa (extra ordinary), bisa
berupa keuntungan atau kerugian luar biasa, seperti pelunasan hutang,
gempa bumi, kebakaran dan lain-lain.
G. Dana-Dana dalam Akuntansi Dana Rumah Sakit
Dana dalam akuntansi dana rumah sakit dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Dana Umum (General Fund)


Dana umum digunakan untuk mencatat sumber daya dana/dana yang
diterima dan dibelanjakan dalam menjalankan dalam menjalankan kegiatan
operasional utama dari rumah sakit.

2. Dana Terikat
Kelompok dana (Fund Groups) yang digolongkan sebagai dana terikat
digunakan untuk mencatat dana yang penggunaannya dibatasi oleh donor
atau pihak yang mensponsori dana tersebut.
H. Laporan Keuangan Rumah Sakit
Dalam laporan keuangan rumah sakit terdapat empat laporan keuangan
utama yang dihasilkan oleh proses akuntansi, yaitu:

1. Neraca
Terdiri dari

Aktiva dan utang diklasifikasi menjadi:


Aktiva lancar aktiva tetap

Utang lancar utang jangka panjang

Aktiva bersih (ekuitas) diklasifikasi berdasarkan:


Aktiva bersih tidak terikat

Aktiva bersih terikat temporer

Aktiva bersih terikat permanen

Neraca dalam rumah sakit tidak mempunyai perbedaan mendasar baik isi
maupun proses penyusunan dari sudut pandang ilmu akuntansi
dibandingkan dengan neraca perusahaan yang sering kita kenal disektor
komersial namun demikian ada beberapa hal yang secara khusus perlu
diperhatikan antara lain:

a. Kas
Jumlah kas yang tercatat dalam neraca tidak termasuk kas pada Dana
Terikat yang tidak dapat digunakan untuk kegiatan operasi.

b. Piutang
Piutang harus dilaporkan pada jumlah yang diperkirakan dapat direalisasi.

c. Investasi
Investasi awal dicatat pada harga perolehan pada saat pembelian, atau pada
nilai wajar pada saat penerimaan jika investasi diterima sebagai pemberian.

d. Aktiva Tetap
Aktiva tetap dilaporkan bersama dengan akumulasi depresiasinya dalam
Dana Umum.

e. Aktiva yang Disisihkan


Klasifikasi aktiva terikat (restricted assets) hanya diberikan pada dana yang
penggunaannya dibatasi oleh pihak eksternal rumah sakit yang mensponsori
dana tersebut.
f. Utang Jangka Panjang
Utang jangka panjang dilaporkan pada neraca.

g. Saldo Dana
Sesuai dengan kaidah pembagian dana yang dijelaskan, saldo dana yang
dimiliki oleh rumah sakit dipisahkan menjadi tiga macam yaitu: terikat,
terikat sementara waktu, dan terikat permanen.

2. Laporan Operasi
Untuk rumah sakit, hasil dari kegiatan operasinya dilaporkan dalam Laporan
Operasi (Statement of Operations). Laporan ini mencakup tentang
pendapatan, beban, untung dan rugi, serta transaksi lainnya yang
mempengaruhi saldo dana selama periode berjalan. Dalam laporan operasi
harus dinyatakan suatu indikator kinerja seperti halnya laba bersih dalam
perusahaan, yang melaporkan hal kegiatan operasi rumah sakit selama
periode berjalan. Indikator kinerja ini harus mencakup baik laba ataupun
rugi operasi selama periode berjalan maupun laba langsung yang diperoleh
selama operasi berjalan. Perubahan lain dari saldo dana selama periode
berjalan harus dilaporkan setelah indikator kinerja.
Berikut adalah pos-pos lain yng jga perlu menjadi perhatian:

a. Pendapatan Jasa Pasien


Pendapatan jasa pasien dihitung dari jumlah bruto dengan menggunakan
tarif standar. Jumlah tersebut kemudian di kurangi dengan penyesuaian
kontraktual (contractual adjusments) menjadi Pendapatan Bersih Jasa
Pasien.
b. Penyesuaian Kontraktual
Penyesuaian kontraktual berasal dari keterlibatan pihak ketiga dalam proses
penggantian pembayaran medis. Perusahaan asuransi biasanya mengganti
kurang dari jumlah tarif standar penuh untuk jasa medis yang disediakan
bagi pasien yang menjadi tanggunan asuransi. Meskipun rumah sakit
memiliki tarif standar untuk jasa yang diberikan, namun rumah sakit
menjalin kontrak dengan pembayar pihak ketiga di mana rumah sakit
menerima jumlah pembayaran yang lebih rendah untuk jasa tersebut.

c. Pendapatan dari Kegiatan Lainnya


Pendapatan dari kegiatan lain mencerminkan pendapatan dari sumber-
sumber bukan pasien, seperti kantin dan sewa parkir. Pendapaatan ini
biaaanya mencerminkan jumlah bersih dari operasinya, jadi bukan jumlah
brutonya.

d. Transfer Antardana
Tidaklah tepat untuk tetap mengelola aktiva dalam Dana Terikat ketika
persyaratan yang ditetapkan oleh pihak sponsor atau donor sudah terpenihi.
Dalam hal ini aktiva tersebut harus ditransfer dari Dana Terikat ke Dana
Tidak Terikat. Untuk tujuan pelaporan keuangan, transfer antar dana ini
dilaporkan dalam Laporan Operasi sebagai Pelepasan Saldo Dana dan
ditunjukkan sebagai penambahan atas Dana Tidak Terikat.

Contoh Pendapatan:

1. Pendapatan operasioal wajat jalan: karcis umum dan karcis spesialis.

2. Pendapatan operasional rawat inap: akomodasi dan visite.

3. Pendapatan tindakan medis: tindakan medik, dan tindakan


keperawatan

4. Pendapatan operasional unit penunjang: rasiologi, laboratorium,


fisioterapi, farmasi, dan rehab medik.

e. Beban Dana Umum


Beban-beban dalam Dana Umum diakui secara akrual, seperti halnya pada
entitas komersial.

Contoh beban :

Biaya pelayanan: bahan, jasa pelayanan, pegawai, penyusutan,


pemeliharaan, asuransi, langganan dan daya, pelatihan, dan penelitian.
Biaya umum dan administrasi: pegawai, administrasi kantor, penyusutan,
pemelihataan, langganan dan daya, pelatihan, dan penelitian
f. Sumbangan
Sumbangan (donasi) dibagi menjadi donasi yang terbentuk jasa dan
berbentuk aktiva. Karena sering kali sulit untuk menetapkan nilai dari donasi
yang berbentuk jasa, maka nilai dari donasi ini biasanya tidak dicatat.
Namun, jika terdapat kebutuhan untuk melakukan pencatatan, maka
perkiraan nilai dari donasi jasa dicatat sebagai sumbangan yang langsung
diikuti dengan beban dalam jumlah yang sama. Sedangkan donasi yang
berbentuk aktiva dilaporkan pada nilai wajar pada tanggal diterimanya
sebagai sumbangan jika donasi aktiva ini penggunaannya dibatasi oleh pihak
sponsor atau donor maka dilaporkan dalam Dana Terikat Sementara atau
Dana Terikat Permanen. Ketika pembatasannya sudah tidak berlaku lagi,
maka dilakukan transfer dari Dana Terikat ke Dana Umum.

3. Laporan Perubahan Aktiva Bersih


Laporan ini menyajikan perubahan dalam ketiga kategori aktiva bersih yang
Tidak Terikat, Terikat Sementara, dan terikat Permanen.

4. Laporan Arus Kas


Format dari laporan ini serupa dengan yang digunakan untuk entitas
komersial.

Laporan arus kas terdiri dari:

Aktivitas operasi
Aktivitas investasi
Aktivitas pendanaan
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Terdiri dari :
Gambaran umum RS
Iktisar kebijakan akuntansi
Penjelasan pos-pos laporan keuangan
Ditjen Pelayanan Medit Depkes membuat ketentuan akuntansi, khususnya
bagi RS yang sudah menjadi BLU (Badan Layanan Umum). Pedoman
akuntansi RS ini berisi 10 bab:

1. Pendahuluan

2. Laporan Keuangan

3. Akuntansi Aktiva

4. Akuntansi Kewajiban

5. Akuntansi Aktiva Bersih (Ekuitas)

6. Akuntansi Perubahan Aktiva Bersih

7. Laporan Arus Kas

8. Catatan Atas Laporan Keuangan

9. Ilustrasi Laporan Keuangan

10. Rasio Keuangan

I. Rumah Sakit Pemerintah Daerah sebagai Badan Layanan


Umum (BLU)
Pengertian Badan Layanan Umum (BLU)
Pengertian atau definisi BLU diatur dalam Pasal 1 angka 23 UU No. 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, yaitu : Badan Layanan Umum adalah
instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa
yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi danproduktivitas.
Pengertian ini kemudian diadopsi kembali dalam peraturan pelaksanaannya
yaitu dalam Pasal 1 angka 1 PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum. Tujuan dibentuknya BLU adalah
sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 68 ayat (1) yang menyebutkan
bahwa Badan Layanan Umum dibentuk untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian ditegaskan kembali dalam PP
No. 23 Tahun 2005 sebagai peraturan pelaksanaan dari asal 69 ayat (7) UU
No. 1 Tahun 2004, Pasal 2 yang menyebutkan bahwa BLU bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip
ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat.

Sedangkan Asas BLU diatur menurut Pasal 3 PP No. 23 Tahun 2005, yaitu:

1. Menyelenggarakan pelayanan umum yang pengelolaannya


berdasarkan kewenangan yang didelegasikan, tidak terpisah secara hukum
dari instansi induknya;

2. Pejabat BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan layanan


umum kepada pimpinan instansi induk;

3. BLU tidak mencari laba;

4. Rencana kerja, anggaran dan laporan BLU dan instansi induk tidak
terpisah;

5. Pengelolaan sejalan dengan praktik bisnis yang sehat.

Dari uraian definisi, tujuan dan asas BLU, maka dapat terlihat bahwa BLU
memiliki suatu karakteristik tertentu, yaitu :

1. Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah yang tidak dipisahkan


dari kekayaan Negara;

2. Menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan masyarakat;


3. Tidak bertujuan untuk mencarai laba;

4. Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas


ala korporasi;

5. Rencana kerja, anggaran dan pertanggungjawabannya


dikonsolidasikan pada instansi induk;

6. Penerimaan baik pendapatan maupun sumbangan dapat digunakan


secara langsung;

7. Pegawai dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan bukan pegawai
negeri sipil;

8. BLU bukan subyek pajak.

Selain itu, sekalipun BLU dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan
produktivitas ala korporasi, namun terdapat beberapa karakteristik lainnya
yang membedakan pengelolaan keuangan BLU dengan BUMN/BUMD, yaitu:

1. BLU dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat


dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa;

2. Kekayaan BLU merupakan bagian dari kekayaan negara/daerah


yang tidak dipisahkan serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk
menyelenggarakan kegiatan BLU yang bersangkutan;

3. Pembinaan BLU instansi pemerintah pusat dilakukan oleh Menteri


Keuangan dan pembinaan teknis dilakukan oleh menteri yang bertanggung
jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan;

4. Pembinaan keuangan BLU instansi pemerintah daerah dilakukan


oleh pejabat pengelola keuangan daerah dan pembinaan teknis dilakukan
oleh kepala satuan kerja perangkat daerah yang bertanggung jawab atas
bidang pemerintahan yang bersangkutan;
5. Setiap BLU wajib menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan;

6. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) serta laporan keuangan dan


laporan kinerja BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari RKA serta laporan keuangan dan laporan kinerja
kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah;

7. Pendapatan yang diperoleh BLU sehubungan dengan jasa layanan


yang diberikan merupakan pendapatan negara/daerah;

8. Pendapatan tersebut dapat digunakan langsung untuk membiayai


belanja yang bersangkutan;

9. BLU dapat menerima hibah atau sumbangan dari masyarakat atau


badan lain;

10. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan BLU diatur


dalam peraturan pemerintah (dhi. PP No. 23 Tahun 2005).\

Dasar Pengaturan BLU


BLU diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan yang secara
khusus mengaturnya, yaitu:

1. Pasal 1 angka 23, Pasal 68 dan Pasal 69 UU No. 1 Tahun 2004


tentang Perbendaharaan Negara;

2. PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan


Layanan Umum;

3. PP No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan


Standar Pelayanan Minimal;

4. Peraturan Menteri Keuangan No. 07/PMK.02/2006 tentang


Persyaratan Administratif Dalam Rangka Pengusulan Dan Penetapan Satuan
Kerja Instansi Pemerintah Untuk Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum;
5. Peraturan Menteri Keuangan No. 08/PMK.02/2006 tentang
Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa Pada Badan Layanan Umum;
6. Peraturan Menteri Keuangan No. 09/PMK.02/2006 tentang
Pembentukan Dewan Pengawas Pada Badan Layanan Umum;
7. Peraturan Menteri Keuangan No. 10/PMK.02/2006 jo. PMK No.
73/PMK.05/2007 tentang Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat
Pengelola, Dewan Pengawas dan Pegawai Badan Layanan Umum;
8. Peraturan Menteri Keuangan No. 66/PMK.02/2006 tentang Tata Cara
Penyusunan, Pengajuan, Penetapan, Dan Perubahan Rencana Bisnis Dan
Anggaran serta Dokumen Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum;
9. Peraturan Menteri Keuangan No. 109/PMK.05/2007 tentang Dewan
Pengawas Badan Layanan Umum;
10. Peraturan Menteri Keuangan No. 119/PMK.05/2007 tentang
Persyaratan Administratif Dalam Rangka Pengusulan Dan Penetapan Satuan
Kerja Instansi Pemerintah Untuk Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum;
11. Peraturan Menteri Keuangan No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman
Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;

13. Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. Per-50/PB/2007 tentang


Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Oleh Satuan Kerja Instansi Pemerintah Yang Menerapkan Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU);

14. Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. Per-62/PB/2007 tentang


Pedoman Penilaian Usulan Penerapan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum;

15. Peraturan Dirjen Perbendaharaan No. Per-67/PB/2007 tentang Tata


Cara Pengintegrasian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum Ke Dalam
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga.

Jenis dan Persyaratan BLU


Apabila dikelompokkan menurut jenisnya BLU terbagi menjadi 3 kelompok,
yaitu:

1. BLU yang kegiatannya menyediakan barang atau jasa meliputi


rumah sakit, lembaga pendidikan, pelayanan lisensi, penyiaran, dan lain-
lain;

2. BLU yang kegiatannya mengelola wilayah atau kawasan meliputi


otorita pengembangan wilayah dan kawasan ekonomi terpadu (Kapet); dan

3. BLU yang kegiatannya mengelola dana khusus meliputi pengelola


dana bergulir, dana UKM, penerusan pinjaman dan tabungan pegawai.

Untuk menjadi sebuah BLU, maka harus memenuhi persyaratan


sebagaimana diatur menurut Pasal 4 PP No. 23 Tahun 2005, sebagai
berikut:

1. Persyaratan Substantif, apabila menyelanggarakan layanan umum


yang berhubungan dengan :

a. Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum;

b. Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan


perekonomian masyarakat atau layanan umum; dan/atau

c. Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi


dan/atau pelayanan kepada masyarakat.

2. Persyaratan Teknis, yaitu :

a. kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola


dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagaimana
direkomendasikan oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai
dengan kewenangan dan

b. kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat


sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLU.
3. Persyaratan Administratif, yaitu :

a. pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan,


keuangan, dan manfaat bagi masyarakat;

b. pola tata kelola (yang baik);

c. rencana strategis bisnis;

d. laporan keuangan pokok;

e. standar pelayanan minimum; dan

f. laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara


independen.

Atas dasar itu maka penyusunan Standar Pelayanan Minimum (SPM)


menjadi bagian dari proses kegiatan merubah bentuk RS menjadi bentuk
BLU. SPM sediri didefinisikan dalam PP 23 tahun 2004 sebagai spesifikasi
teknis tentang tolok ukur layanan minimum yang diberikan oleh BLU kepada
masyarakat. Dari definisi ini terlihat bahwa SPM harus memiliki indikator
kinerja pelayanan dan standar (target) pencapaiannya Kesimpulan
sementara, dengan menjadi BLU maka RS memiliki kebebasan untuk
mengelola keuangannya, namun RS diminta berjanji untuk dapat
menyediakan pelayanan dengan indikator dan standar kinerja pelayanan
yang baik (dalam bentuk SPM) dengan kata lain, semakin tinggi janji yang
diajukan (tetapi masuk akal) maka semakin mudah keluarnya ijin BLU

Rumah Sakit Sebagai BLU


Standar Pelayanan dan Tarif Layanan Rumah Sakit
Pelanggan baik eksternal maupun internal mempunyai keinginan- keinginan
ataupun harapan terhadap jasa yang disediakan oleh rumah sakit. Mereka
mempunyai persyaratan-persyaratan yang diharapkan dapat dipenuhi oleh
rumah sakit. Namun demikian pelanggan eksternal sebagai pengguna jasa
pelayanan mengharapkan apa yang diinginkan dapat dipuaskan (customer
satisfaction), sedangkan tenaga profesi mengajukan persyaratan agar
pelayanan yang disediakan memenuhi standar profesi, sedangkan pihak
manajemen menghendaki pelayanan yang efektif dan efisien. Jadi mutu
dapat dipandang dari berbagai sudut pandang
Pemerintah Daerah yang telah menjadi BLU/BLUD menggunakan standar
pelayanan minimum yang ditetapkan oleh menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya, harus
mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan,
biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan. Dalam hal rumah sakit
pemerintah di daerah (RSUD) maka standar pelayanan minimal ditetapkan
oleh kepala daerah dengan peraturan kepala daerah. Standar pelayanan
minimal tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu :

1. Fokus pada jenis pelayanan, dalam arti mengutamakan kegiatan


pelayanan yang menunjang terwujudnya tugas dan fungsi BLU/BLUD;

2. Terukur, merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai


sesuai dengan standar yang telah ditetapkan;

3. Dapat dicapai, merupakan kegiatan nyata yang dapat dihitung


tingkat pencapaiannya, rasional sesuai kemampuan dan tingkat
pemanfaatannya;

4. Relevan dan dapat diandalkan, merupakan kegiatan yang sejalan,


berkaitan dan dapat dipercaya untuk menunjang tugas dan fungsi
BLU/BLUD;

5. Tepat waktu, merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan


yang telah ditetapkan.

Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang telah menjadi BLU/BLUD dapat


memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa
layanan yang diberikan. Imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan
tersebut ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan
biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana. Tarif layanan diusulkan
oleh rumah sakit kepada menteri keuangan/menteri kesehatan/kepala SKPD
sesuai dengan kewenangannya, dan kemudian ditetapkan oleh menteri
keuangan/kepala daerah dengan peraturan menteri keuangan/peraturan
kepala daerah. Tarif layanan yang diusulkan dan ditetapkan tersebut harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. kontinuitas dan pengembangan layanan;

2. daya beli masyarakat;

3. asas keadilan dan kepatutan; dan

4. kompetisi yang sehat.

Penentuan tarif harus berdasar unit cost dan mutu layanan. Dengan
demikian rumah sakit pemerintah harus mampu melakukan penelusuran
(cost tracing) terhadap penentuan segala macam tarif yang ditetapkan
dalam layanan. Selama ini aspek penentuan tarif masih berbasis aggaran
ataupu subsidi pemerintah sehingga masih terdapat suatu cost culture yang
tidak mendukung untuk peningkatan kinerja atau mutu layanan.
Penyusunan tarif rumah sakit seharusnya berbasis pada unit cost, pasar
(kesanggupan konsumen untuk membayar dan strategi yang diipilih. Tarif
tersebut diharapkan dapat menutup semua biaya, diluar subsidi yang
diharapkan. Yang perlu diperhatikan adalah usulan tarif jangan berbasis
pada prosentase tertentu namun berdasar pada kajian yang dapat
dipertanggungjawabkan. Secara umum tahapan penentuan tarif harus
melalui mekanisme usulan dari setiap divisi dalam rumah sakit dan aspek
pasar dan dilanjutkan kepada pemilik. Pemilik rumah sakit pemerintah
adalah pemerintah daerah dan DPRD
Pengelolaan Keuangan
Adanya desentralisasi dan otonomi daerah dengan berlakunya UU tentang
Pemerintahan Daerah (UU No. 32 Tahun 2004, terakhir diubah dengan UU
No. 12 Tahun 2008), UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah, serta Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Umum Penyusunan APBD, kemudian PP No. 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, PP No. 24 Tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, dan Permendagri No. 61 Tahun
2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah, membuat rumah sakit pemerintah daerah harus melakukan banyak
penyesuaian khususnya dalam pengelolaan keuangan maupun
penganggarannya, termasuk penentuan biaya.

Dengan terbitnya PP No. 23 Tahun 2005, rumah sakit pemerintah daerah


mengalami perubahan menjadi BLU. Perubahan ini berimbas pada
pertanggungjawaban keuangan tidak lagi kepada Departemen Kesehatan
tetapi kepada Departemen Keuangan, sehingga harus mengikuti standar
akuntansi keuangan yang pengelolaannya mengacu pada prinsip-prinsip
akuntabilitas, transparansi dan efisiensi. Anggaran yang akan disusun pun
harus berbasis kinerja (sesuai dengan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002).

Penyusunan anggaran rumah sakit harus berbasis akuntansi biaya yang


didasari dari indikator input, indikator proses dan indikator output,
sebagaimana diatur berdasarkan PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum, PMK No. 76/PMK.05/2008 tentang
Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum, dan
khusus untuk RSUD, pengelolaan keuangannya harus mengacu dan
berdasarkan Permendagri Permendagri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
Pelaporan dan Pertanggungjawaban
BLU sebagai instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan
merupakan organisasi pemerintahan yang bersifat nirlaba. Sesuai dengan
Pasal 26 ayat (2) PP No. 23 Tahun 2005 yang menyebutkan bahwa
Akuntansi dan laporan keuangan BLU diselenggarakan sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi
Indonesia. Ketentuan ini menimbulkan inkonsistensi, karena BLU
merupakan badan/unit atau organisasi pemerintahan yang seharusnya
menggunakan PSAP atau Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana
diatur menurut PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, namun dalam PP No. 23 Tahun 2005 menggunakan PSAK
(Standar Akuntansi Keuangan) yang berasal dari IAI. Sebagai organisasi
kepemerintahan yang bersifat nirlaba, maka rumah sakit pemerintah daerah
semestinya juga menggunakan SAP bukan SAK.
Laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah merupakan laporan yang
disusun oleh pihak manajemen sebagai bentuk penyampaian laporan
keuangan suatu entitas. Laporan keuangan tersebut merupakan
penyampaian informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
entitas tersebut, sehingga isi pelaporan keuangan rumah sakit pemerintah
daerah harus mengikuti ketentuan untuk pelaporan keuangan sebagaimana
diatur menurut SAK, yaitu sebagai organisasi nirlaba (PSAK No. 45) dan
menyanggupi untuk laporan keuangannya tersebut diaudit oleh auditor
independen. Laporan keuangan rumah sakit yang harus diaudit oleh auditor
independen.

Adapun Laporan Keuangan rumah sakit pemerintah daerah sebagai BLU


yang disusun harus menyediakan informasi untuk:

1. Mengukur jasa atau manfaat bagi entitas yang bersangkutan;

2. Pertanggungjawaban manajemen rumah sakit (disajikan dalam


bentuk laporan aktivitas dan laporan arus kas);

3. Mengetahui kontinuitas pemberian jasa (disajikan dalam bentuk


laporan

posisi keuangan);

4. mengetahui perubahan aktiva bersih (disajikan dalam bentuk


laporan aktivitas).

Sehingga, laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah mencakup


sebagai berikut:

1. Laporan posisi keuangan (aktiva, utang dan aktiva bersih, tidak


disebut neraca). Klasifikasi aktiva dan kewajiban sesuai dengan perusahaan
pada umumnya. Sedangkan aktiva bersih diklasifikasikan aktiva bersih tidak
terikat, terikat kontemporer dan terikat permanen. Yang dimaksud
pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan sumber daya yang
ditetapkan oleh penyumbang. Sedangkan pembatasan temporer adalah
pembatasan penggunaan sumber daya oleh penyumbang yang menetapkan
agar sumber daya tersebut dipertahankan sampai pada periode tertentu
atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu;

2. Laporan aktivitas (yaitu penghasilan, beban dan kerugian dan


perubahan dalan aktiva bersih);

3. Laporan arus kas yang mencakup arus kas dari aktivitas operasi,
aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan;

4. Catatan atas laporan keuangan, antara lain sifat dan jumlah


pembatasan permanen atau temporer, dan perubahan klasifikasi aktiva
bersih.

Dalam hal konsolidasi laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah


dengan laporan keuangan kementerian negara/lembaga, maupun laporan
keuangan pemerintah daerah, maka rumah sakit pemerintah daerah sebagai
BLU/BLUD mengembangkan sub sistem akuntansi keuangan yang
menghasilkan Laporan Keuangan sesuai dengan SAP (Pasal 6 ayat (4) PMK
No. 76/PMK.05/2008tentang Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan
Badan Layanan Umum).
Berdasarkan PMK No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan
Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum dan sesuai pula dengan Pasal 27
PP No. 23 tahun 2005, maka rumah sakit pemerintah daerah dalam rangka
pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan dan kegiatan
pelayanannya, menyusun dan menyajikan:
1. Laporan Keuangan; dan

2. Laporan Kinerja.

Laporan Keuangan tersebut paling sedikit terdiri dari:

1. Laporan Realisasi Anggaran dan/atau Laporan Operasional;

2. Neraca;

3. Laporan Arus Kas; dan


4. Catatan atas Laporan Keuangan

Laporan Keuangan rumah sakit pemerintah daerah tersebut sebelum


disampaikan kepada entitas pelaporan direviu oleh satuan pemeriksaan
intern, namun dalam hal tidak terdapat satuan pemeriksaan intern, reviu
dilakukan oleh aparat pengawasan intern kementerian negara/lembaga.
Reviu ini dilaksanakan secara bersamaan dengan pelaksanaan anggaran dan
penyusunan Laporan Keuangan BLU. Sedangkan Laporan Keuangan tahunan
BLU diaudit oleh auditor eksternal.

J. RUMAH SAKIT SEBAGAI BLU: TINJAUAN ASPEK PELAPORAN


KEUANGAN
Organisasi BLU cenderung sebagai organisasi nirlaba kepemerintahan Sesuai
dengan PP No:23 tahun 2005 pasal 26 menyebutkan bahwa akuntansi dan
laporan keuangan diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi
keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia.
Ketentuan ini mengakibatkan ketidakkonsistensian yaitu bahwa organisasi
BLU yang cenderung sebagai organisasi kepemerintahan tetapi pelaporan
akuntansi menggunakan PSAK (standar akuntansi keuangan ) dari
IAI, bukan menggunakan PSAP Standar akuntansi pemerintahan). Standar
akuntansi pemerintah disusun oleh komite standar akuntansi pemerintah
(KSAP). Standar ini digunakan untuk organisasi kepemerintahan dan
merupakan pedoman dalam penyususnan dan penyajian laporan keuangan.
SAP dinyatakan dalam PSAP.
Organisasi pemerintahan sebagai organisasi yang nirlaba semestinya
menggunakan SAP bukan SAK. Oleh karena itu jika rumah sakit pemerintah
sebagai badan layanan umum semestinya juga menggunakan SAP bukan
SAK, namun dalam PP disebutkan badan layanan umum sebagai institusi
yang nirlaba menggunakan SAK. Dalam hal ini SAK yang tepat adalah PSAK
no 45 yaitu standar akuntansi keuangan utuk organisasi nirlaba.

PERBEDAAN PSAK 45 DAN SAP

PSAK 45 SAP

Badan penerbitnya IAI Badan Penerbit KSAP


Laporan keuangan: Laporan keuangan:
Laporan aktivitas Laporan realisasi anggaran

Laporan posisi keuangan Neraca

Laporan arus kas Laporan arus kas

Catatan atas Laporan keuang Catatan atas Laporan keuangan

Organisasi bisnis
Organisasi non
kepemerintahan
Organisasi kepemerintahan
Pengguna: Pengguna:
Masyarakat Masyarakat

Lembaga donor Wakil rakyat/Pengawas/Pemeriksa

Pemerintah Pemerintah

Laporan keuangan rumah sakit merupakan laporan yang disusun oleh


manajemen sebagai media penyampaian laporan keuangan suatu entitas.
Laporan keuangan rumah sakit merupakan penyamapaian informasi kepada
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap entitas tersebut. Nilai lebih dari
rumah sakit pemerintah menjadi badan layanan uumun ditinjau dari isi
pelaporan keuangan adalah rumah sakit harus mengikuti ketentuan untuk
pelaporan keuangan organisasi nirlaba dan menyanggupi untuk laporan
keuangan tersebut diaudit oleh auditor independence. Dengan kesanggupan
tersebut tentu saja diharapkan rumah sakit dapat mencapai tata kelola yang
baik dan pelaporan yang transparans.
K. RUMAH SAKIT SEBAGAI BLU: TINJAUAN DARI ASPEK TEKNIS
KEUANGAN
Adanya isu desentralisasi dan perundangan yang berlaku yaitu: UU no: 22
dan UU no: 25 tahun 1999 (UU no: 33 dan 36 tahun 2004) tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, serta Kepmendagri no: 29 tahun
2002 tentang pedoman Umum Penyusunan APBD, UU no: 32 tahun 2004
tentang Otonomi Daerah, UU no :25 tahun 2004 tentang Perencanaan
Pembangunan Nasional, PP no: 23 tahun 2005 tentang Badan Layanan
Umum, PP no: 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah,
membuat rumah sakit harus melakukan banyak penyesuaian khusunya
dalam hal pengelolaan teknis keuangan maupun penganggaraannya,
termasuk penentuan biaya.

Rumah sakit pemerintah dituntut untuk menjadi rumah sakit yang murah
dan bermutu. Dalam pengelolaannya rumah sakit pemerintah memiliki
peraturan pendukung yang terkait dnegan pengelolaan keuangan yang
fleksibel. Berdasar PP no: 23 tahun 2005 tersebut rumah sakit pemerintah
telah mengalami perubahan sebagai badan layanan umum. Perubahan
kelembagaan ini berimbas pada pertanggungjawaban keuangan bukan lagi
kepada departemen kesehatan tetapi kepada departemen keuangan.
Sebagaimana telah diuraikan di atas dari aspek pelaporan keuangan yang
harus mengikuti standar akuntansi keuangan, maka dalam pengelolaan
teknis keuangan pun harus diselenggarakan dengan mengacu pada prinsip-
prinsip akuntanbilitas, transparansi dan efisiensi. Anggaran yang disusun
rumah sakit pemeritah juga harus disusun dengan berbasis kinerja (sesuai
dengan Kepmendagri no 29 tahun 2002).

Berdasar prinsip-prinsip tersebut, aspek teknis keuangan perlu didukung


adanya hubungan yang baik dan berkelanjutan antara rumah sakit,dengan
pemerintah dan dengan para stakeholder, khususnya dalam penentuan
biaya pelayana kesehatan yang mencakupunit cost, efisiensi dan kualitas
pelayanan. Yang perlu dipertimbangankan lagi adalah adalah adanya audit
atau pemeriksaan bukan saja dari pihak independen terhadap pelaporan
keuangan tetapi juga perlu audit klinik. Dengan berubahnya kelembagaan
sebagai BLU tentu saja aspek teknis sangat berhubungan erat dengan basis
kinerja.
Sesuai syarat-syarat BLU bahwa yang dimaksud dengan persyaratan
substantif, persyaratan teknis dan persyaratan admnistratif adalah berkaitan
dengan standar layanan, penentuan tarif layanan, pengelolaan
keuangan,tata kelola semuanya harus berbasis kinerja.
Implementasi aspek teknis keuangan bagi rumah sakit ini akan menjadi nilai
plus dalam upayanya untuk peningkatan kualitas jasa layanan dan praktik
tata kelola yang transparan. Perhitungan dan penelusuran terhadap unit
cost memerlukan persyaratan sbb:
1. Menuntut adanya dukungan dari para stakeholder,

2. Memiliki keinginan yang kuat dari rumah sakit untuk berbenah, tanpa
meninggalkan misi layanan sosial tetapi harus tetap mengunggulkan rumah
sakit sebagai alatbargaining position,
3. Kesanggupan untuk mewujudkan desakan akuntabilitas dari publik
kepada rumah sakit, khususnya mengenai pola penentuan tariff,

4. Dukungan dari seluruh tim ahli, baik ahli medis, komite medis, sistem
informasi rumah sakit, akuntansi dan costing.
Dengan implementasi perubahan kelembagaan menjadi badan layanan
umum, dalam aspek teknis keuangan diharapkan rumah sakit akan memberi
kepastian mutu dan kepastian biaya menuju pada pelayanan kesehatan
yang lebih baik.

L. RUMAH SAKIT SEBAGAI BLU: TINJAUAN DARI ASPEK


PERPAJAKAN
Rumah sakit yang dimiliki oleh Pemerintah (RSU ataupun RSUD) didanai dari
APBN dan APBD, maka rumah sakit tidak memiliki kewajiban PPh terhadap
diri sendiri. Dengan kata lain, rumah sakit pemerintah tidak perlu
melaporkan PPh 25 (SPT Masa) maupu PPh 29 (SPT Tahunan) karena bukan
subyek pajak. Namun untuk 12 kategori sebagai unit pemerintah dan bukan
subyek pajak, dalam Undang-undang pajak penghasilan terdapat empat
kriteria yang harus dipenuhi rumah sakit yaitu:

1. Dibentuk berdasar peraturan perundang-undangan yang berlaku,

2. Dibiayai dengan dana yang bersumber APBN dan APBD,

3. Penerimaan lembaga tersebut dmasukkan dalam anggaran,

4. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara


Dengan demikian karena RSU/RSUD mendapatkan pembiayaan dari luar
APBN/APBD atau tidak seluruh penerimaan dan pembiayaan tercatat dalam
APBN/APBD, maka kewajiban menghitung pajak sendiri (PPh 25/29)
disamakan dengan badan swasta lain.

Berkaitan dengan PP no 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU,


apabila RSU atau RSUD (rumah sakit pemerintah) sudah mendapat
penetapan sebagai BLU, karena seluruh penerimaan dan pembelanjaan
masuk APBN/APD, maka rumah sakit pemerintah tersebut bukan merupakan
subyek pajak sehingga tidak memiliki kewajiban membayar PPh Badan
(pasal 25 dan PPh 29). Namun demikian rumah sakit pemerintah memiiliki
kewajiban sebagai pemungut pajak PPh pasal 21, 23, 26, dan pasal 4 ayat
(2) berkaitan dengan aktivitas pembayaran gaji, honor, jasa, sewa, dll
kepada karyawan dan pihak ketiga. Berkaitan dengan transaksi penyerahan
obat kepada pasien, rumah sakit juga berpotensi memiliki kewajiban
memungut PPN (pajak pertambahan nilai) dan dikukuhkan sebagai
pengusaha kena pajak.

Ketentuan khusus bagi organisasi sejenis Yayasan yang bergerak di bidang


rumah sakit berdasar SE-34/PJ.4/1995) adalah:

1. Obyek Pajak, yang mmenjadi obyek pajak adalah semua penghasilan


yang diterima atau diperoleh sesuai dengan ketentuan dalam UU no 17
tahun 2000, antara lain:

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari usaha, pekerjaan,


kegiatan atau jasa,

b. Bunga deposito, bunga obligasi, diskontto SBI dan bunga lainnya,

c. Sewa dan imbalan lain sehubungan dengan penggunaan harta,

d. Keuntungan pengalihan harta,

e. Pembagian keuntungan dari kerjasama usaha,


2. Jenis-jenis penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan
dengan usaha/kegiatan yang dilakukan yayasan atau organisasi sejenis yang
bergerak di bidang pelayanan rumah sakit meliputi:

a. Uang pendaftaran untuk pelayanan kesehatan,

b. Sewa kamar/ruangan di rumah sakit, poliklinik, pusat pelayanan


kesehatan,

c. Penghasilan dari perawatan kesehatan seperti uang pemeriksaan


dokter, operasi, rontgen, scanning, pemeriksaan laboratorium, dll

d. Uang pemeriksaan kesehatan termasuk general check up,


e. Penghasilan dari penyewaan alat kesehatan,

f. Penghasilan dari penjualan obat,

g. Penghasilan lainnya sehubungan dengan pelayanan kesehatan,

Berkaitan dengan transaksi yang berhubungan dengan Pph 21 di rumah


sakit, terdapat ketentuan khusus bagi rumah sakit, yaitu:

1. Tenaga dokter berdasar status hubungan kerja digolongkan menjadi:

a. Dokter yang menjabat sebagai pimpinan rumah sakit,

b. Doker sebagai pegawai tetap atau honorer rumah sakit,

c. Dokter tetap yaitu dokter yang mempunyai jadwal praktek tetap tetap
bukan sebagai pegawai tetap rumah sakit,

d. Dokter tamu yaitu dokter yang merawat atau menitipkan pasiennya


untuk dirawat di rumah sakit,

e. Dokter yang menyewa ruangan di rumah sakit untuk praktek,

Sedangkan untuk penghasilan dokter dapat dibedakan menjadi:


a. Penghasilan yang bersumber dari keuangan rumah sakit atau dari
imbalan lain yang diterima oleh para dokter,

b. Penghasilan yang berasal dari pasien yang diterima oleh para dokter,

PENGURANGAN PENGHASILAN
Dalam ketentuan perhitungan pajak penghasilan, yang dapat dikurangkan
dari penghasilan kena pajak adalah: (a). Biaya-biaya yang berhubungan
langsung dengan usaha, pekerjaan, kegiatan atau pemberian jasa untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau biaya yang
berhubungan langsung dnegan operasional penyelenggaraan rumah sakit,
(b). Penyusutan atau amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta
yang mempunyai manfaat lebih dari 1 tahun, dan (c). Subsidi yang diberikan
kepada pasien yang tidak mampu ataupun biaya pelayanan kesehatan yang
kurang mampu yang dipikul oleh yayasan atau organisasi yang sejenis yang
tidak bergerak di bidang pelayanan kesehatan.

Perlakukan pembukuan atas subsidi atau pembebanan biaya bagi pasien


yang tidak mampu adalah (a). Sejumlah bagian yang benar-benar dibayar
oleh pasien merupakan penghasilan dan biaya yang boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
tagihan kepada pasien, atau (b). Sejumlah yang seharusnya diterima atau
diperoleh rumah sakit merupakan penghasilan dan sejumlah subsidi (selisih
antara yang seharusnya diterima rumah sakit dengan yang benar-benar
dibayar oleh pasien) merupakan tambahan biaya. Apabila yayasan atau
organisasi yang sejenis memberikan subsidi sebagian atau seluruh biaya
pelayanan kesehatan kepada pasien yang kurang mampu yang dirawat di
rumah sakit di bawah yayasan lain, maka pengeluaran subsidi dimaksud
dapat ditambahkan sebagai biaya oleh yasayan atau rumah sakit yang
memberikan subsidi tersebut.

OBYEK PPN DALAM RUMAH SAKIT


Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No: SE-06/PJ.52/ 2000 tanggal
2 maret 2000 telah ditegaskan bahwa instalasi farmasi (kamar obat)
merupakan suatu tempat untuk mengadakan dan menyimpan obat-obatan,
gas medik alat kesehatan serta bahan kimia yang bukan berdiri sendiri
tetapi merupakan satuan organic yang tidak terpisah dari keseluruhan
rumah sakit. Selanjutnya ditegaskan bahwa penyerahan obat-obatan yang
dilakukan instalasi farmasi (kamar obat) tidak terutang PPN. Dalam
kenyataannya instalasi farmasi melayani rumah sakit yang terdiri dari pasien
rawat inap, pasien rawat jalan dan pasien gawat darurat. Mengingat instalasi
farmasi rumah sait melakukan pelayanan kepada pasien rawat jalan
sebagaimana lazimnya sebuah apotik, maka atas penyerahan obat-obatan
oleh instalasi farmasi kepada pasien rawat jalan tetap terutang PPN.
Menurut PP no 50 tahun 1994, pedagang eceran adalah pengusaha yang
dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha
perdagangan dengan cara:
a. Tidak bertindak sebagai penyalur kepada pedagang lain,

b. Meyerahkan barang kena pajak melalui suatu tempat penjualan


eceran seperti tok, kios atau dengan cara penjualan langsung kepada
konsumen akhir dari rumah ke rumah,

c. Menyediakan barnang kena pajak yang diserahkan di tempat


penjualan secara eceran,

d. Melakukan transaksi jual beli secara spontan tanpa didahului


penawaran tertulis, penwaran, kontrak atau lelang dan umumnya bersifat
tunai dan pembeli pada umumnya datang ke tempat penjualan langsung
membawa sendiri barang kena pajak yang dibelinya.

Dengan demkian apabila apotik atau instalasi farmasi di rumah sakit


bertindak sebagaimana lazimnya apotik melakukan penyerahan obat-obatan
kepada pasien rawat jalan, maka rumah sakit yang mempunyai instalasi
farmasi/apotik tersebut merupakan pengusaha kena pajak pedagang eceran.
Selanjutnya PPN harus dibayar atas penyerahan obat obatan kepada pasien
rawat jalan oleh instalasi farmasi/apotik adalah sebesar 2% dari jumlah
seluruh penyerahan barang dagangan.

Rumah sakit pemerintah sebagai badan hukum dalam pemberlakuan pajak


pertambahan nilai tetap mengacu pada ketentuan obyek PPN pada barang
kenapajak pada umumnya tanpa melihat klasifikasi organisasi sebagai BLU.
Hal ini dapat ditegaskan bahwa penyerahan obat-obatan oleh instalasi
farmasi kepada pasien rawat inap tidak dikenakan PPN, nanum kepada
pasien selain rawat inap yang dilakuakn pleh apotik maupun instalasi
farmasi terutang PPN. Sedangkan PPN atas jasa pada rumah sakit, menurut
pasar 4 ayat 3 UU PPN jo Pasal 5 PP 144 tahun 2000, jasa pelayanan
kesehatan medis merupakan jasa yang tidak dikenakan PPN 17.

BAB 3
PENUTUP

Tidak ada PSAK khusus yang mengatur standar akuntansi untuk rumah
sakit. PSAK yang paling cocok untuk sementara waktu digunakan adalah
PSAK 45 tentang organisasi nirlaba. Berdasarkan PSAK 45, akuntansi RS
tidak berdasarkan sistem dana, hanya dana tunggal. Namun aktiva bersih
RS dikategori berdasarkan tiga jenis:

Dana tidak terikat


Dana terikat sementara
Dana terikat permanen
Terikat tidaknya aktiva tergantung pada ketentuan pihak lain (donor) yang
memberikan sumber keuangan.

Laporan keuangan berdasarkan PSAK 45 terdiri atas:

} Neraca

} Laporan Aktivitas

} Laporan Arus Kas

} Catatan Atas Laporan Keuangan

Ditjen Pelayanan Medit Depkes membuat ketentuan akuntansi, khususnya


bagi RS yang sudah menjadi BLU (Badan Layanan Umum). Pedoman
akuntansi RS ini berisi 10 bab:

1. Pendahuluan
2. Laporan Keuangan
3. Akuntansi Aktiva
4. Akuntansi Kewajiban
5. Akuntansi Aktiva Bersih (Ekuitas)
6. Akuntansi Perubahan Aktiva Bersih
7. Laporan Arus Kas
8. Catatan Atas Laporan Keuangan
9. Ilustrasi Laporan Keuangan
10. Rasio Keuangan
Pedoman akuntansi RS BLU ini tidak spesifik berdasarkan satu
PSAK,misalnya hanya PSAK 45, melainkan berbagai PSAK yang terkait.

PSAK yang terkait aktiva, utang, ekuitas, pendapata, dan biaya yang
diterbitkan oleh IAI yang relevan juga menjadi dasar akuntansi.

AKUNTANSI UNIVERSITAS
Universitas merupakan salah satu bentuk perguruan tinggi selain akademik, politeknik dan
institute. Dalam aplikasi akuntansi dana dalam praktiknya dapat dilihat dari praktik akuntansi
universitas sebagai salah satu jenis organisasi nirlaba. Universitas dikelompokkan menjadi dua
yaitu:
Universitas yang dikelola pihak swasta ( private university ) dilaksanakan berdasarkan standar
akuntansi yang dikembangkan oleh Financial Accountin Standard Board - FASB ( Dewan Standar
Akuntansi Keuangan) khususnya dalam pernyataan ( FASB Statement ) no 117 tentang laporan
keuangan untuk organisasi nirlaba.
Universitas yang dikelola pihak pemerintah ( public University), pelaksanaan akuntansi nya
dilaksanakan berdasarkan standar akuntansi yang dikembangkan oleh Govermental Accounting
Standard Board GASB ( Dewan Standar Akuntansi Pemerintah ) khusunya pernyataan ( GASB
Statement ) no 15 tentang Model pelaporan keuangan untuk universitas
Struktur dana untuk universitas terdiri atas :
1. Dana Lancar ( Current funds )
Dana lancar yaitu dana ynag didirikan oleh universitas untuk mengelola kekayaan atau
sumber daya yang akan digunakan dalam rangka membiayai kegiatan operasional sehari-hari .
dana lancar ini dibagi menjadu dua bagian yaitu :
Dana yang penggunaan nya tidak ada batsan ( Unrestricted current funds )
Dana yang penggunaan ny terbatas ( Restricted current funds )
2. Dana Pinjaman ( Loan Funds )
Dana pinjaman yaitu dana yang didirikan untuk mengumpulkan dana-dana yang akan
digunakan untuk memberikan pinjaman baik kepada pegawai universitas maupun pihak pihak
lain yang terkait dengan universitas.

3. Dana anuitas dan pensiun ( Annuity and life Income Funds )


Dana ini seperti dana pensiun yang dikelola oleh universitas, sedangkan dana
pembangunan adalah dana yang dikumpulkan dengan tujuan penggunaan berupa pembangunan
gedung, fasilitas dan aktiva tetap lainnya.
4. Dana Abadi ( Endowment funds )
Dana Abadi yaitu dana yang dikumpulkan dan kemudian dikelola oleh universitas tidak
untuk penggunaan jangka pendek. Dana ini diabadikan kemudian dikelola dalam bentuk investasi
yang hasilnya bisa di manfaat kan untuk penggunanaan jangka pendek.
5. Dana Pembangunan ( Plant Funds )
Dana Pembangunan yaitu dana yang dikumpulkan dengan tujuan penggunaan berupa
pembangunan gedung, fasilitas dan aktiva tetap lainnya.
Akuntansi dana untuk universitas serupa dengan akuntansi unit-unit pemerintah. Keduanya
mencatat pendapatan dan belanja untuk masing-masing dana, menggunakan anggran untuk
merencanakan dan memonitor operasi, juga menggunakan sistem beban pemesanan untik mencatat
pesanan pembelian yang dilakukan, memiliki transaksi dan transfer antar dana serta menyajikan
neraca serta laporan operasi untuk periode berjalan.
Lancar Kelompok Dana

Anuitas
Dasar Tidak Terikat Pinjaman Abadi dan Pembangunan
Akuntans Terikat Pensiun
i Pemasukan atau sumbangan (contribution)
dan transfer langsung Dicatat sebagai kredit pada
saldo dana
Akrual Pendapatan Dana untuk dibelanjakan ditransfer ke dana lancar,
diakui saat dana kecuali untuk belanja modal dan pelunasan hutang,
dibelanjakan dicatat pada dana pembangunan
Laporan Laporan Pendapatan dan
Keuangan Belanja
Laporan Perubahan Saldo Dana
Neraca (kombinasi)
Akuntansi dana untuk universitas harus memisahkan antara terikat pembatasan yang
dimaksud berasal dari pihak eksternal universitas. Ada tiga laporan keuangan yang harus dibuat
oleh suatu universitas yaitu :
Laporan pendapatan, belanja dan beban lainnya
Laporan perubahan saldo dana
Neraca kombinasi
Berdasarkan PP RI Nomor 60 Tahun 1999 Pasal 3, perguruan tinggi merupakan satuan
pendidikan yang:
1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi, penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat.
2. Pendidikannya berupa menghasilkan manusia terdidik.
3. Penelitiannya merupakan kegiatan telaah taat kaidah dalam usaha mencari kebenaran dan/atau
menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau
kesenian.
4. Bentuk pengabdiannya kepada masyarakat berkaitan dengan usahah memberikan manfaat
melalui ilmu pengetahuan.
Bentuk-bentuk perguruan tinggi yang dibedakan berdasarkan defenisinya:
1. Akademi
Bentuk perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan professional pada
satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian tertentu.
2. Politeknik
Bentuk perguruan tinggi yang menyelenggrakan program pendidikan professional pada
beberapa bidnag pengetahuan khusus.
3. Sekolah tinggi
Bentuk perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau
professional dalm lingkup satu displin ilmu.
4. Institut
Bentuk perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau
professional dalam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/ atau kesenian yang
sejenis.
5. Universitas
Bentuk perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau
professional dalam beberapa disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian
tertentu. Jenis perguruan tinggi lain selain universitas juga dapat merupakan organisasi sector
public.

Pihak penyelenggara universitas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:


1. Pemerintah adalah pihak yang menyelenggarakan universitas negeri (universitas milik
pemerintah).
Pendirian universitas diselenggarakan pemerintah ditetapkan atas dasar keputusan
president atas usulan menteri pendidikan nasional. Universitas negeri saat ini ada yang berstatus
sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN) dan non-BHMN. Sampai saat ini, status universitas
masih merupakan universitas non-BHMN, anatar lain Universitas Andalas, Universitas
Soedirman, dan Universitas Hasanuddin. Sementara itu, universitas negeri yang sudah berstatus
BHMN, yaitu Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian
Bogor (ITB), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, dan Uiversitas Erlangga (Unair) Surabaya.

2. Masyarakat adalah pihak yang menyelenggarakan universitas swasta.


Penyelenggara perguruan tinggi yang dilakukan oleh masyarakat (swasta) haruslah
berbentuk yayasan atau badan yang bersifat social. Peraturan ini dimaksudkan untuk memberikan
status badan hukum bagi universitas swasta.

Bagian konsep Penyelenggaraan Universitas


Universitas Negeri
Universitas Swasta
Sekarang Rencana

Dulu
Sekarang
Dikti

BHMN
(Badan Hukum)

BHP
(Badan Hukum)
Yayasan
(Badan Hukum)

Dana Lancar Tidak Terikat


Dana lancar tidak terikat mencatat dana yang dapat dibelanjakan untuk menjalankan
aktivitas utama dari universitas dan yang penggunaannya tidak dibatasi untukt ujuan tertentu.
Tujuannya serupadengan Dana Umum pada entitas pemerintah.
Dasar akuntansinya menggunakan dasar akrual. Namun, sebagai ganti laba bersih (net
income), selisih antara pendapatan dan belanja dicatat sebagai perubahan bersih atas saldo dana
(net change to fund balance). Rincian anggaran disiapkan menurut fungsi objek, departemen dan
kelompok belanja.Untuk pencatatannya serupa dengan akuntansi pemerintah. Pencatatan ayat
jurnal untuk anggaran ini serupa dengan yang diacatat dalam akuntansi pemerintah dengan format
sebagai berikut :
Anggaran pendapatan xxxxx
Estimasi belanja xxxxx
Saldo dana xxxxx
Ayat jurnal tersebut ditutup pada akhir periode. Dalam akuntansi dana universitas juga
menggunakan sistem Encumbrance untuk mencatat pesanan pembelian yang jadi setiap kali ada
pesanan pembelian, maka jurnalnya adalah :
Cadangan Beban Belanja xxxxx
Beban belanja xxxxx
Belanja xxxxx
Kas xxxxx
Dalam akuntansi dana universitas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
A. Pendapatan dan belanja
Sehubungan dengan pendaptan dan belanja dalam akuntansi dana untuk universitas
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Remisi uang kuliah dan piutang tak tertagih
Uang Kuliah atau SPP (tuition and fees) adalah sumber pendapatan utama dari Dana Lancar
Tidak terikat. Jumlah uang kuliah yang seharusnya terkumpul berdasarkan tarif standar diakui
secara penuh sebagai pendapatan. Beasiswa dan remisi (potongan) uang kuliah termasuk piutang
tak tertagih dicatat sebagai belanja, hal ini hanya berlaku untuk beasiswa yang disponsori langsung
oleh universitas.
Kas xxxxx
Pendapatan belanja xxxxx
b. PengembalianUang Kuliah
Pengembalian uang kuliah (untuk mahasiswa yang mengundurkan diri) dicatat sebagai
pengurangan pendapatan. Ketika pengembalian disetujui, universitas mendebit pendapatan dari
uang kuliah dan mengkredit kas atau piutang.
Pendapatan uang SPP xxxxx
Kas xxxxx
c. Sesi Perkuliahan yang berlangsung pada Dua periode
Suatu sesi perkuliahan mungkin dimulai pada satu periode berjalan namun baru
diselesaikan pada perode berikutnya. Akuntansi dana untuk universitas mengharuskan bahwa uang
kuliah yang dipungut untuk sesi perkuliahan tersebut diakui sebagai pendapatan pada periode
dimana sesi perkuliahan tersebut paling sering dilaksanakan, bersama dengan seluruh belanja yang
berhubungan dengan sesi perkuliahan tersebut. Jika uang kuliah dipungut pada periode berjalan
sedangkan perkuilahan dilaksanakan pada periode berikutnya maka akan dijurnal sebagai berikut
:
Kas xxxxx
Pendapatan tangguhan xxxxx
d. Transfer dan Penyisihan Dana
Transfer Wajib (mandatory transfer) adalah transfer dari Dana Lancar ke dana lainnya
untuk memenuhi ketentuan dari pihak eksternal dalam suatu perjanjian. Sedangakan Transfer
Tidak Wajib ( nonmandotory transfer) adalah transfer serupa namun ditentukan sendiri oleh pihak
universitas untuk berbagai tujuan.
Penyisihan atau dana yang penggunannya ditetapkan oleh dewan (board-designated funds)
adalah penyisihan internal, serupa dengan penyisihan laba ditahan. Manajemen dapat menetapkan
atau mencabut penyisihan menurut kebijakannya sendiri.
e. Investasi
Dilaporkan pada nilai wajar dalam neraca suatu instuisi public. Pendapatan investasi,
termasuk perubahan dalam nilai wajar untuk periode berjalan, harus dilaporkan sebagai
pendapatan dalam laporan operasi entitas yang sesuai.
f. Sumbangan
Universitas mencari pemasukan dari alumni, perusahaan dan lembaga eksternal. Selain itu,
universitas juga mencari pendapatan tambahan dari lembaga-lembaga internalnya. Untuk
sumbangan ini yang perlu diperhatikan yaitu adanya pemisahan antara sumbanagn yang mengikat
dengan sumbangan yang tidak mengikat.Sumbangan yang mengikat yang diterima dan dicatat
dalam Dana Lancar Teikat dan dibelanjakan sesuai dengan batasannya. Sumbangan yang tidak
mengikat dalam Dana Lncar Tidak terikat dan dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan universitas
yang telahditentukan.
Pemasukan yang berupa property diakui sebagai pendapatan pada nilai wajarnya. Untuk
pemasukan yang berupa jasa, seperti jasa dari mahasiswa lama untuk melaksanakan program
orientasi bagi mahasiswa baru, biasanya tidak dicatat oleh universitas.
g. Depresiasi
Depresiasi harus dilaporkan sebagai belanja (expenditure) dalam dana yang menggunkan
aktiva bersangkutan selama periode berjalan.
h. Pendapatan
Pendapatan universitas diperoleh dari mahasiswa yang membyaar uang kuliahnya.

i. Belanja
Belanja yang dilakukan universitas adalah menyangkut persediaan dan perlengkapan yang
digunkan universitas dalam kegiatan operasinya.

j. Transfer
Transfer dana yang terjadi di universitas memiliki tujuan yang beragam, seperti:
pembayaran hutang, penambahan dana, perbaikan dan penggantian aktiva, pemenuhan ketentuan
kontrak, pembagian keuntungan investasi, dll

DANA LANCAR TERIKAT


Dana dalam Dana Lancar Terikat dapat digunkan untuk tujuan operasional dari universitas
sesuai batasan yang ditetapkan pihak eksternal yang mensponsori dana tersbut. Penerimaan dana
dengan pembatasan (restriction) dicatat sebagai peningkatan dalam kas dan saldo dana, namun
tidak diakui sebagai pendapatan sampai ketentuan yang membatasi pengunaan dana itu dipenuhi
dan dana dibelanjakan sesuaidengan cara yang telah ditetapkan. Jadi dalam Dana Lancar Terikat,
pendapatan tidak diakui sampai belanja yang sesuai dengan tujuan tertentu telah dilaksanakan.
Format jurnal penerimaan dana dalam dana lancar terikat sebagai berikut:

kas xxx
saldo dana xxx

Format ayat jurnal ketika dana dibelanjakan sebagai berikut:

belanja xxx
saldo dana xxx
kas xxx
pendapatan xxx
Dalam dana lancar terikat pendapatan tidak diakui sampai belanja yang sesuai dengan
tujuan tertentu telah dilakukan:
Pendapatan dan penambahan saldo dana lainnya
Balanja dan pengurangan saldo lainnya
Transaksi lainnya

Contoh kasus struktur dana di universitas


Unsur Pelaksana Administrasi meliputi dua bagian atau Biro yakni :
1. Biro Administrasi akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan dan Sistem Informasi
Biro Administrasi akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan dan Sistem Informasi adalah
unsur pembantu pimpinan di bidang administrasi akademik, Kemahasiswaan, perencanaan, dan
sistem informasi yang berada di bawah dana bertanggung jawab langsung kepada Rektor. Biro ini
mempunyai tugas memberikan layanan administratif di bidang akademik, kemahasiswaan,
perencanaan dan Sistem Informasi di lingkungan Universitas Pattimura. Untuk menyelenggarakan
tugas tersebut Biro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, dan Sistem informasi mempunyai
fungsi :
Melaksanakan administrasi pendidikan dan kerja sama
Melaksanakan administrasi kemahasiswaan
Melaksanakan administrasi perencanaan dan sistem informasi
Di dalam melaksanakan tugas sehari-hari di bawah pembinaan Pembantu Rektor-I, Biro
ini dipimpin oleh seorang kepala dan membawahi tiga bagian :
a. Bagian Pendidikan dan Kerja Sama
Bagian ini mempunyai tugas melaksanakan administrasi pendidikan, penelitian, dan
pengabdian pada masyarakat serta kerjasama. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Bagian
Pendidikan dan Kerja Sama mempunyai fungsi :
Melaksanakan administrasi pendidikan dan evaluasi
Melaksanakan administrasi registrasi dan statistik
Melaksanakan administrasi sarana pendidikan
Melaksanakan administrasi kerja sama
Bagian Pendidikan dan Kerja Sama ini juga terdiri atas empat Sub Bagian yaitu :
Sub bagian Pendidikan dan Evaluasi, tugasnya melakukan administrasi pendidikan dan Evaluasi
Sub bagian Registrasi dan Statistik, tugasnya melakukan Registrasi dan Statistik
Sub bagian sarana Pendidikan, tugasnya melakukan administrasi sarana Pendidikan
Sub bagian kerja sama, tugasnya melakukan administrasi kerja sama
b. Bagian Kemahasiswaan
Bagian kemahasiswaan mempunyai tugas melaksanakan adminsitrasi kemahasiswaan.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Bagian kemahasiswaan mempunyai fungsi :
Melaksanakan administrasi Minat, Penalaran, dan Informasi Kemahasiswaan.
Melaksanakan layanan kesejahteraan mahasiswa.
Bagian Kemahasiswaan terdiri atas dua Sub Bagian yaitu :
Sub Bagian Minat, Penalaran, dan Informasi Kemahasiswaan, mempunyai tugas melakukan
administrasi minat, penalaran, dan informasi kemahasiswaan.
Sub Bagian Pelayanan Kesejahteraan Mahasiswa, mempunyai tugas melakukan layanan
kesejahteraan mahasiswa
c. Bagian perencanaan dan Sistem Informasi
Bagian Perencanaan dan Sistem informasi mempunyai tugas melaksanakan Administrasi
Perencanaan dan Sistem Informasi. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Bagian Perencanaan
dan Sitem Informasi mempunyai fungsi :
Melaksanakan administrasi perencanaan
Melaksanakan administrasi sistem informasi.
Bagian perencanaan dan sistem Informasi terdiri atas dua Sub bagian yaitu :
Sub Bagian Perencanaan, mempunyai tugas melakukan administrasi perencanaan akademik
dan fisik.
Sun Bagian Sistem Informasi, mempunyai tugas melakukan pengumpulan dan pengolahan data
serta layanan informasi.

2. Biro Administrasi Umum dan Keuangan


Biro Admministrasi Umum dan Keuangan adalah unsur pembantu pimpinan di bidang
administrasi umum dan keuangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Rektor.Di dalam melaksankan tugas sehari-hari di bawah Pembinaan Pembantu Rektor II, biro ini
mempunyai tugas memberikan layanan administrasi umum dan keuangan di lingkungan
Universitas Pattimura. Untuk menyelenggrakan tugas tersebut Biro Administrasi Umum dan
Keuangan mempunyi fungsi :
Melaksanakan urusan tata usaha, rumah tangga, hukum dan tata laksana dan perlengkapan.
Melaksanakan urusan kepegawaian.
Melaksanakan urusan keuangan.
Biro ini dipimpin oleh seorang kepala dan membawahi tiga bagian, antara lain:

a. Bagian Umum, Hukum, Tata Laksana dan Perlengkapan


Bagian Umum, Hukum, Tata Laksana dan Perlengkapan mempunyai tugas melaksanakan
urusan umum, rumah tangga, hukum, tatalaksana dan perlengkapan. Untuk menyelenggarakan
tugas tersebut bagian ini mempunyai fungsi:
Melaksanakan urusan Tata Usaha.
Melaksanakan Urusan Rumah Tangga
Melaksanakan Urusan Hukum dan Tata Laksana
Melaksanakan urusan Perlengkapan.
Bagian Umum, Hukum, tata Laksana, dan Perlengkapan terdiri atas empat Sub Bagian yaitu :
Sub Bagian Tata Usaha, mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha
Sub Bagian Rumah Tangga, mempunyai tugas melakukan urusan rumah tangga.
Sub Bagian hokum dan tata laksana mempunyai tugas melakukan urusan hukum dan
perundang-undangan, tata laksana dan hubungan masyarakat.
Sub Bagian Perlengkapan, mempunyai tugas melakukan urusan perlengkapan.

b. Bagian Kepegawaian
Bagian Kepegawaian mempunyai tugas melaksankan urusan kepegawaian yang berfungsi:
Melakukan administrasi tenaga akademik
Melaksanakan administrasi tenaga administrasi.
Bagian Kepegawaian terdiri atas dua Sub Bagian yaitu:
Sub Bagian administrasi Tenaga Akademik, tugasnya ; melakukan administrasi tenaga
akademik dan tenaga penunjang akademik.
Sub Bagian Tenaga Administrasi, mempunyai tugas melakukan administrasi tenaga
administratif.
c. Bagian Keuangan
Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan administrasi keuangan di lingkungan
Unpatri. Untuk menyelenggarakan tugas terseut, Bgaian Keuangan mempunyai fungsi :
Melaksanakan administrasi anggaran rutin dan mengkoordinasi anggaran pembangunan.
Melaksanakan administrasi danayang berasal dari masyarakat.
Melaksanakan administrasi monitoring dan evaluasi.
Bagian Keuangan terdiri atas tiga Sub Bagian yaitu:
Sub Bagian Anggaran Rutin dan Pembangunan, mempunyai tugas melakukan administrasi
anggaran rutin dan mengkoordinasi anggaran pembangunan.
Sub Bagian Dana MAsyarakat, mempunyai tugas nelakukan administrasi dana yang berasal
dari masyarakat.
Sub Bagian Monitoring dan Evaluasi, mempunyai tugas melaksanakan administrasi monitoring
dan evaluasi.

LAPORAN KEUANGAN
Contoh 1 laporan keuangan universitas:
Universitas Impian
Neraca Dana Lancar
30 Juni 20x6
20x6 20x5
AKTIVA
Tidak Terikat
Kas 95000 55000
Investasi 245000 180000
Piutang 123000 98000
Penyisihan piutang tak tertagih (9000) (9000)
Persediaan 45000 40000
Beban bayar dimuka 14000 10000
Jumlah Aktiva Tidak Terikat 513000 373000

Terikat
Kas 179000 56000
Investasi 124000 83000
Piutang 38000 84000
Penyisihan piutang tak tertagih (4000) (4000)
Jumlah Aktiva Terikat 337000 219000

Jumlah Dana Lancar 850000 592000

Kewajiban dan Saldo Dana :

Tidak Terikat :
Utang usaha 50000
Beban yang masih harus dibayar 8000
Deposit mahasiswa 18000
Utang pada dana lain 60000
Beban yang ditangguhkan 10000
Saldo dana:
- Tidak dialokasi 227000
- Diatur oleh Dewan 0
Total Tidak Terikat 337000
Terikat:
Utang usaha 3000
Saldo dana 216000
Total terikat 219000

Total Dana Lancar 592000

Pendapatan

Contoh soal:
1. Seluruh pendapatan yang akan diperoleh universitas sebesar Rp. 1.310.000. dari jumlah tersebut
terdapat potongan sebesar Rp. 450.000, sisanya dibayar oleh mahasiswa secara tunai.
Kas 1.265.000
Piutang 45.000
Pendapatan-uang kuliah 1.310.000

2. Jika terdapat mahasiswa yang mengundurkan diri sebesar totalnya Rp. 20.000
Pendapatan-uang kuliah 20.000
Kas 20.0000

3. Universitas menerima subsidi dari Pemerintah Rp. 650.000, tambahan dana Rp. 20.000 yang
berasal dari dana lancar terikat (riset)
Kas 670.000
Pendapatan-aproproasi pemerintah 650.000
Pendapatan-hibah dan kontrak pemerintah 20.000

4. Universitas menerima donasi alumni Rp. 425.000 dan dari pengelolaan dana Abadi Rp. 225.000
Kas 425.000
Pendapatan-sumbangan, hibah, kontrak pribadi 425.000

Kas 225.000
Pendapatan-dana abadi&investasi 225.000

5. Terjadi kenaikan pada investasi, dengan nilai wajar meningkat sebesar Rp. 10.000
Kas 10.000
Pendapatan-dana abadi&pendapatan investasi 10.000

6. Pendapatan dari unit usaha tambahan berupa: kantin Rp. 1.100.000 (piutang 123.000, Rp 9.000
tidak tertagih dan sisanya tunai)
Kas 977.000
Piutang 123.000
Balanja-usaha tambahan 9.000
Penyisihan piutang tak tertagih 9.000
Pendapatan-usaha tambahan 1.100.000

7. Pokok dana abadi yang sudah jatuh tempo seniai 20.000 dan dapat digunakan dalam dana lancar
tidak terikat.
Kas 20.000
Pendapatan-dana abadi jatuh tempo 20.000

Belanja

Rincian belanja dari universitas dapat dilihat sebagai berikut dalam contoh:

1. Jumlah belanja universitas Rp. 2.003.000 dibayar tunai, kredit Rp. 73.000, pemakai persediaan
Rp. 40.000, beban di bayar dimuka Rp. 10.000 dan sebesar Rp 79.000 merupakan belanja dari
dana lain. Belanja tersebut terdiri dari: belanja pengajaran Rp. 1.480.000, belanja riset Rp. 50.000,
belanja-pelayanan public 65.000, belanja dukungan akademik 125.000, belanja mahasiswa
100.000, belanja dukungan instusi 275.000, belanja operasi dan pemeliharaan bangunan 110.000.
Belanja-pengajaran 1.480.000
Belanja-riset 50.000
Belanja-pelayanan public 65.000
Belanja-dukungan akademik 125.000
Belanja-pelayanan mahasiswa 100.000
Belanja-dukungan institusional 275.000
Belanja-operasi&pemeliharaan gedung 110.000
Kas 2.003.000
Persediaan 40.000
Beban dibayar dimuka 10.000
Utang 73.000
Utang kepada dana lain 79.000

2. Universitas memberikan beasiswa Rp. 45.000


Belanja-beasiswa 45.000
Piutang 45.000

3. Belanja untuk unit usaha tambahan Rp. 906.000


Belanja-usaha tambahan 906.000
Kas 906.000
TRANSFER

Berikut ini data transfer antar dana selama periode tersebut:

Transfer Wajib Jumlah Tujuan


Ke
Dana Pembangunan 120.000 Pelunasan utang
Ke Dana Pembangunan 85.000 Perbaikan dan
penggantian Akt.
Ke Dana pinjaman 1.000 Pemenuhan ketentuan kontrak

Transfer Tidak Wajib Jumlah Tujuan


Ke
Dana Pinjaman 15.000 Penambahan jumlah dana
Ke Dana Abadi 275.000 Pembentukan dana Abadi
Ke Dana Pembangunan 35.000 Penambahan jumlah dana
Dari Dana Abadi 30.000 Pembagian keuntungan investasi

Jumlah transfer wajib ke Dana Pembangunan Rp. 120.000 dialokasikan senilai 75.000
untuk unit usaha tambahan, jumlah transfer wajib ke dana pembangunan sebesar 85.000
dialokasikan 35.000 untuk unit usaha tambahan.

Anda mungkin juga menyukai