PENDAHULUAN
1
cadang. Secara ekonomi, biaya operasi dan perawatannya relative murah,
sedangkan biaya investasinya cukup bersaing dengan pembangkit listrik
lainnya. PLTMH biasanya dibuat pada daerah-daerah terpencil yang belum
mendapatkan listrik dari PLN. Tenaga air yang digunakan dapat berupa aliran
air pada system irigasi, sungai yang dibendung atau air terjun (Ismono, 1999).
Pemanfaatan PLTMH di Indonesia masih belum maksimal, sedangkan
kebutuhan energi sangat penting bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Mengangkat dari permasalahan tersebut saya memilih untuk merancang mesin
pembangkit listrik tenaga mikro hidro menggunakan turbin kaplan karena
menggunakan turbin kaplan memiliki effisiensi yang lebih baik dibandingkan
turbin jenis lainnya pada daerah sungai yang memiliki debit dan head berskala
kecil.
2
Tujuan secara khusus dari perencanaan pembangkit listrik tenaga
air mikrohydro dengan sistem turbin kaplan ini adalah:
a. Mengetahui dasar perhitungan perencanaan komponen, pemilihan bahan,
dan pengecekan komponen yang dibutuhkan untuk pembuatan pembangkit
listrik mikrohydro tenaga air dengan sistem turbin kaplan.
b. Membuat gambar komponen pembangkit listrik mikrohydro tenaga air
dengan sistem turbin kaplan.
c. Dapat menjelaskan teknik perawatan yang dibutuhkan untuk perencanaan
pembangkit listrik mikrohydro tenaga air dengan sistem turbin kaplan.
d. Menganalisis biaya yang diperlukan untuk membuat pembangkit listrik
mikrohydro tenaga air dengan sistem turbin kaplan.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
4
menjatuhkannya lagi ke sungai yang sama pada suatu tempat di mana yang
diperlukan sudah diperoleh. Dengan melalui pipa pesat air diterjunkan untuk
memutar turbin yang berada di dalam rumah pembangkit. Pembangkit listrik
Tenaga Mikro Hidro pada prinsipnya memanfaatkan beda ketinggian dan
jumlah debit air per detik yang ada pada aliran air saluran irigasi, sungai atau
air terjun. Aliran air ini akan memutar poros turbin sehingga menghasilkan
energi mekanik. Energi ini selanjutnya menggerakkan generator dan
menghasilkan listrik.
Mikrohidro merupakan pembangkit tenaga listrik yang mempunyai
banyak keuntungan, keuntungan-keuntungan yang dimiliki mikrohidro antara
lain sebagai berikut.
1. Mikrohidro sangat cocok diterapkan di daerah terpencil dan sulit di
jangkau oleh PLN.
2. Ramah lingkungan karena tidak menimbulkan polusi udara dan suara.
Pembuatan mikro hidro yang menggunakan komponen-komponen yang
tidak menimbulkan polusi udara maupun pencemaran air.
3. Memiliki konstruksi yang sederhana sehingga mudah dioperasikan,
bahkan cukup memakai penduduk lokal setempat dengan sedikit latihan.
Mikro hidro secara garis besar terdiri dari 6 komponen utama, yaitu kincir
air, puli, sabuk, generator, dan konverter/penyearah arus. Sehingga untuk
membangun sebuah mikro hidro tidaklah sesulit membuat pembangkit
tenaga listrik dengan skala yang besar.
4. Biaya operasional dan pemeliharaannya relatif lebih murah dibandingkan
dengan pembangkit listrik yang lain. Mikro hidro menggunakan energi air
yang tidak memerlukan biaya untuk mendapatkannya.
5. Berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Mikro hidro yang
notabennya adalah pembangkit listrik yang dapat menyuplai terus
kebutuhan listrik penduduk yang mengakibatkan perokonomian penduduk
meningkat karena dapat memikromalisir pengeluaran biaya listrik dari
PLN.
J. Haryadi dalam karya tulisnya menyebutkan bahwa mikrohidro
sebenarnya bukan teknologi baru dan sudah banyak diterapkan oleh beberapa
5
negara di dunia seperti Thailand, India, Pakistan, Vietnam, China dan
Indonesia (J. Haryadi: 2013). Tetapi kerana kurangnya sosialisasi dari peran
pemerintah dan kurangnya pengetahuan dari masyarakan membuat mikro hidro
jarang dibangun oleh penduduk. Padahan dengan banyaknya manfaat mikro
hidro ini bisa membuat perekonomian penduduk cepat tumbuh.
Head adalah beda ketinggian antara muka air keluar dari kincir air/turbin air
yang dirumuskan sebagai berikut:
H = Tinggi Permukaam awal Tinggi permukaan akhir
6
Kapasitas air yang mengalir disebut debit air dan diukur dengan satuan
liter/detik yang dirumuskan sebagai berikut:
Q =VxA
Dimana :
Q = Kapasitas air yang mengalir (m3/s)
V = Kecepatan aliran air (m/det)
A = Luas penampang (2 )
7
g = gaya gravitasi bumi (m/s2)
h = selisih ketinggian air (m)
2.5 Sudu-Sudu
Sudu-sudu merupakan bagian kincir yang berfungsi menghasilkan gaya
untuk memutar kincir air. Air yang mengalir membentur sudu dan
meninggalkan sudu melalui suatu ruangan kosong antara rim sebelah dalam
lalu masuk kembali ke rim di sisi yang lain kemudian akhirnya keluar.
Pada dasarnya sudu turbin air dibedakan menjadi 2 yaitu :
1.Sudu Pengarah
2.Sudu Tetap/Runner
60 2
Diameter sudu pengarah =
60
DL =
8
Dimana :
uL = kecepatan keliling bagian luar sudu (m/s)
n = kecepatan putar turbin (rpm)
60
DN =
Dimana :
uN = kecepatan keliling bagian leher poros (m/s)
n = kecepatan putar turbin (rpm)
DM = 2
Dimana :
DL = diameter leher poros sudu turbin (m)
DN = diameter leher poros sudu turbin (m)
9
Gambar 2.2: Segitiga Kecepatan Turbin Reaksi
Sumber: Anonymous 5 (2015)
Pada turbin reaksi, guide vane mengarahkan aliran air masuk ke sudu
dengan sudut 2, dengan kecepatan absolut V2. Setelah menjumlahkan vektor
dengan kecepatan tangensial di ujung sudu u2, u2=r, maka sudut luar sudu
harus diatur sebesar 2 untuk mengakomodasi kecepatan relatif air
menyinggung permukaan sudu w2. Profil sudu tersebut menyebabkan arah dan
kecepatan air menyinggung sudu pada sisi outlet berubah w1, dan karena
kecepatan tangensial sudu pada sisi outlet lebih kecil dari sisi inlet u2 > u1 akibat
r2 > r1. Maka jika dijumlahkan vektor w1 dan u1 maka akan didapatkan nilai
kecepatan absolut air di sisi outlet v1 yang lebih kecil dari sisi inlet. Artinya
energi kinetik dari air diubah menjadi energi mekanik pada saat air
menyinggung permukaan sudu penggerak (runner).
2.6 Poros
Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya
berpenampang bulat dimana terpasang pada elemen-elemen seperti roda. Pada
poros benda berputar akan mendapat beban puntir murni atau gabungan beban
puntir dan lentur sehingga berpotensi mengalami defleksi. Defleksi sering
menjadi parameter kritis, karena defleksi yang besar akan mempercepat
10
keausan bantalan dan mengakibatkan terjadinya misaligment pada roda gigi,
sabuk, dan rantai. Maka dari itu defleksi adalah parameter yang harus
diperhatikan pada perancangan poros.
Dalam perencanaan poros transimisi ini, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi harus dapat menahan beban seperti
puntiran, lenturan, tarikan dan tekanan. Oleh karena itu, poros harus
dibuat dari bahan pilihan yang kuat dan tahan terhadap beban-beban
tersebut.
2. Kekakuan poros
Walaupun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup
tinggi tetapi jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar, akan
mengakibatkan terjadinya getaran dan suara. Oleh karena itu disamping
kekuatan poros, kekakuannya juga harus dipertimbangkan sesuai
dengan jenis mesin yang dilayani.
3. Putaran Kritis
Suatu mesin bila putarannya dinaikkan, maka pada harga putaran
tertentu akan terjadi getaran yang sangat besar dan disebut putaran
kritis. Putaran ini harus dihindari dengan membuat putaran kerja lebih
rendah dari putaran kritisnya.
4. Bahan Poros
Bahan poros transmisi biasa dibuat dari bahan yang ditarik dingin
dan difinishing seperti baja karbon yang dioksidasikan dengan ferra
silicon dan dicor. Pengerjaan dingin membuat poros menjadi keras dan
kekuatannya menjadi besar.
11
Pada poros dengan penampang bulat pejal nilai tegangannya adalah
sebagai berikut
x 32M
d 3
dimana:
x = tegangan tarik (kg/mm2)
2. Spindel
Poros yang pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana
beban utamanya berupa puntiran. Dalam perhitungan diameter poros
dapat memakai rumus berikut
2
5,1 3
d s K r CbT (Sularso dan Suga, 2004:8)
a
12
Dimana:
Kt = faktor koreksi
(1,0) = jika beban dikenakan secara halus
(1,0 - 1,5) = jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan
(1,5 - 3,0) = jika beban dikenakan dengan kejutan atau
tumbukan besar.
Cb = merupakan faktor untuk pembebanan lentur
dengan nilai 1,2-2,3 jika tidak ada pembebanan \
lentur yang terjadi nilai Cb dapat diambil 1,0.
a = tegangan geser yang diijinkan (kg/mm2)
T = momen rencana, dapat dicari dengan persamaan
Pd
T 9.74 10 5 kg.mm (Sularso dan Suga, 2004:7)
n1
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam perhitungan puli antara lain:
1. Diameter luar puli (D)
Dk (diameter luar puli) = Dp (Diameter puli) + tinggi sabuk V
2. Berat puli (Wp)
Wp = /4 . D2 . b . (kg)
13
Dimana: D = diameter luar puli (mm)
b = lebar puli (mm)
= massa jenis puli yang digunakan (7,2 . 10-6 kg/mm3)
38,0
mm
3,15
mm
22,0
25,5 mm
16,5 mm
12,5
19,0
mm mm
mm
14,0
11,0
mm
9,0
40 40 40 4
40
0
14
roda gigi dan rantai, sabuk-V bekerja lebih halus dan tak bersuara. Sabuk-V
selain juga memiliki keungulan dibandingkan dengan transmisi-transmisi yang
lain, sabuk-V juga memiliki kelemahan dimana sabuk-V dapat memungkinkan
untuk terjadinya slip.
Perencanaan sabuk-V perlu dilakukan untuk memperhitungkan jenis
sabuk yang digunakan dan panjang sabuk yang akan digunakan. Berikut adalah
perhitungan yang digunakan dalam perancangan sabuk-V antara lain:
a. Daya rencana ( )
= x P (Sularso, 1991:7)
Keterangan :
P = daya (kW).
= daya rencana (kW)
b. Momen rencana (1 ,2 )
P
T1 = 9,74 x 105 x ( n d ) (kg.mm) (Sularso, 1991:7)
1
P
T2 = 9,74 x 105 x ( n d ) (kg.mm) (Sularso, 1991:7)
2
Keterangan :
Pd = daya rencana (kW).
n1 = putaran poros penggerak (rpm).
n2 = putaran poros yang digerakan (rpm).
c. Diameter lingkaran jarak bagi puli ( , )
1 1 1
=i= =:u= (Sularso, 1991:166)
2
Keterangan :
= diameter jarak bagi puli kecil (mm).
= diameter jarak bagi puli besar (mm).
i = perbandingan putaran.
d. Kecepatan sabuk (v)
1
v = 60 1000 (Sularso, 1991:166)
Keterangan :
V = kecepatan puli (m/s).
dp = diamter puli kecil (mm).
15
n1 = putaran puli kecil (rpm).
e. Panjang keliling (L)
1
L = 2C + 2 (Dp + dp ) + 4 ( - )2 (Sularso, 1991:170)
g. Sudut kontak ()
57 ( )
= 180 (Sularso, 1991:173)
2.9 Pasak
Pasak digunakan untuk menyambung dua bagian batang (poros) atau
memasang roda, roda gigi, roda rantai dan lain-lain pada poros sehingga
terjamin tidak berputar pada poros. Pemilihan jenis pasak tergantung pada
besar kecilnya daya yang bekerja dan kestabilan bagian-bagian yang
disambung. Pasak merupakan elemen mesin yang digunakan untuk
meneruskan momen torsi dari poros ke elemen mesin lainnya (pulley, roda
gigi). Dimensi pasak ditentukan oleh dimensi poros (ds). Bahan pasak biasanya
dipilih bahan yang lunak dari pada bahan porosnya. Hal ini disebabkan karena
harga pasak yang murah serta mudah menggantinya. Menurut letaknya pasak
dapat di bedakan menjadi: pasak pelana, pasak rata, pasak benam, pasak
singgung.
16
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan pasak, khususnya
jenis pasak rata adalah:
1. Gaya tangensial
Dari Momen rencana pada poros T (Kg.mm) dan diameter poros ds (mm),
maka gaya tangensial Ft (Kg) pada permukaan poros adalah:
2
= () (Sularso, 1997: 25)
Dimana:
T = Momen Torsi Rencana (Kg.mm)
ds = Diameter Poros (mm)
2. Tegangan geser (k)
= . (Sularso, 1997: 25)
Dimana:
k = Tegangan geser (kg/mm2)
F = Gaya tangensial (kg)
b = Lebar pasak (mm)
= Panjang pasak
3. Tegangan geser ijin
. (Sularso, 1997: 25)
1 2
Dimana:
ka = Tegangan geser yang dijinkan (kg/mm2)
Sf1 = Faktor keamanan = 6
Sf2 = Faktor keamanan = 1-1,5
17
Harga ka adalah harga yang diperoleh dengan membagi kekuatan tarik
b dengan faktor keamanan Sf1 x Sf2. Harga Sf1 umumnya diambil 6, dan Sf2
dipilih antara 11,5 jika beban dikenakan secara perlahan-lahan, antara 1,53
jika dikenakan dengan tumbukan ringan, dan antara 25 jika dikenakan secara
tiba-tiba dan dengan tumbukan berat. Lebar pasak 2535% dari diameter poros
dan panjang pasak antara 0,751,5 dari diameter poros.
2.10 Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros terbeban, sehingga
putaran atau gerakan olak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan
panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros atau
elemen lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik
maka seluruh sistem akan menurun atau tidak dapat bekerja dengan
semestinya.
18
a. Bantalan luncur
Pada bantalan ini terjadi gesekan lincir antara poros dan bantuan karena
permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantara
lapisan pelumas.
b. Bantalan gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola, rol atau rol
jarum.
2. Berdasarkan arah beban terhadap poros
a. Bantalan radial
Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu poros.
b. Bantalan aksial
Arah beban bantalan ini sejajar sumbu poros.
c. Bantalan gelinding khusus
Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak
lurus sumbu poros.
19
Jenis-jenis dari bantalan gelinding adalah sebagai berikut:
20
w = beban persatuan panjang (kg/mm)
l = panjang bantalan (mm)
2. Tekanan Bantalan
Tekanan bantalan adalah beban radial dibagi luas proyeksi
bantalan, yang besarnya sama dengan beban rata-rata yang diterima
oleh permukaan bantalan:
W
p kg/mm2 (Sularso dan Suga, 2004:109)
ld
Dimana :
p = beban rata-rata ( kg/mm2)
l = panjang bantalan (mm)
d = diameter poros (mm)
3. Faktor kecepatan
1
33,3 3
fn (Sularso dan Suga, 1991:136)
n
Dimana :
n = putaran poros rol (rpm)
4. Faktor umur bantalan
C
fh fn (Sularso dan Suga, 1991:136)
P
Dimana :
C : beban nominal dimensi spesifik (kg)
P : beban ekuivalen dinamis (kg)
5. Umur nominal bantalan
Lh = 500. fh3 (jam) (Sularso dan Suga, 1991:136)
2.11 Generator
Generator merupakan alat yang mampu menghasilkan energi listrik yang
bersumber kepada energi mekanik dan umumnya menggunakan induksi
elektromagnetik. Proses tersebut dikenal dengan nama pembangkit listrik.
Sumber energi mekanik sendiri bisa berasal dari resiprokat ataupun turbin.
21
Cara kerja generator adalah melalui pergerakan medan magnet yang ada
di rotor terhadap kumparan tetap yang terdapat di stator. Medan magnet
tersebut dihasilkan dengan cara memberikan tegangan DC (Direct Current)
pada kumparan penguat medan yang ada di rotor yang dapat dihasilkan melalui
penguat sendiri maupun penguat terpisah. Sumber tegangan DC sendiri bisa
didapat dari aki (accumulator). Setelah itu pemotong medan magnet bisa
menggunakan bahan konduktor untuk memotong medan magnet yang ada,
karena apabila tidak memotong maka prinsip kerja generator tidak akan timbul
yang berupa gaya gerak listrik.
Manfaat generator listrik adalah sebagai salah satu elemen mesin
pembangkit listrik yang mana berasal dari energi mekanik dan semua
pembangkit listrik menggunakan komponen generator di dalamnya. Manfaat
generator listrik pun sangat banyak baik itu untuk kalangan pribadi ataupun
industri. Untuk industri prinsip kerja generator sangat terasa pada pusat listrik
tenaga air yang berjenis medan tutup. Disini putaran turbin yang berasal dari
air yang dibendung dalam waduk mampu menghasilkan listrik.
22
BAB III
PERANCANGAN PRODUK
23
menggunakan metode pelampung. Metode pelampung ini
menggunakan busa yang dihanyutkan pada aliran sungai dengan jarak
5 meter kemudian dicatat lama busa tersebut dari titik awal mencapai
titik akhir dengan jarak 5 meter.
24
36,3 detik
Lama rata rata =
4
Lama rata rata = 9,075 detik
Karena jarak dalam percobaan tersebut adalah 5 meter, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa kecepatan aliran air selokan (V) di Jl.
Selekerto sebagai berikut.
jarak uji coba
Kecepatan aliran air sungai (V) =
lama rata rata
5 meter
Kecepatan aliran air sungai (V) =
9,075 detik
Kecepatan aliran air sungai (V) = 0,55 meter/detik
Kecepatan aliran air sungai (V) 0,55 m/s
Jadi kecepatan aliran air pada sungai di Jl. Selokerto adalah 0,55
m/s.
25
Untuk menentukan jenis turbin yang digunakan harus
mengetahui head dan debit air pada sungai tersebut.
1. Luas penampang Pipa (A) :
A = 2
= 3,14 x 0,1
= 0,0314 2
2. Kecepatan aliran air (V) :
Q pipa = Q sungai
A1 x V1 = A2 x V2
0,0314 x V1 = P x l x V2
0,0314 x V1 = 1,3 x 0,5 x 0,55
V1 = 11,38 m/s
3. Kapasitas air yang mengalir (Q) :
Q =VxA
Q = 11,38 m/s x 0,0314 2
= 0,357 3 /s
Setelah perhitungan yang dilakukan didapatkan nilai Debit = 0,357
3 /s dan Head = 3 meter maka diagram penjelasan diatas rencana pemilihan
turbin yang digunakan adalah turbin Kaplan dengan beroprasi pada head yang
rendah dengan kapasitas aliran yang tinggi.
Turbin Kaplan merupakan turbin air jenis propeller yang memiliki
blade yang dapat disesuaikan, yang dikembangkan pada tahun 1913 oleh
Profesor Austria Viktor Kaplan. Turbin Kaplan ini adalah salah satu turbin
reaksi aliran aksial. Turbin ini tersusun seperti propeller pada perahu. Turbin
ini merupakan evolusi dari turbin Francis. Penemuannya menyebabkan listrik
dapat diproduksi secara efisien dengan menggunakan head rendah yang tidak
mungkin dapat dicapai dengan turbin Francis. Tinggi head berkisar 3 -70
meter dan output daya 5-200 MW. Diameter Runner adalah antara 2 dan 11
meter. Kisaran rotasi turbin adalah 79-429 rpm. Turbin Kaplan saat ini sudah
banyak digunakan di seluruh dunia dalam high-flow, pembangkit listrik tenaga
air dengan head rendah. Efisiensi turbin Kaplan biasanya lebih dari 90%,
namun mungkin lebih rendah dalam aplikasi head yang sangat rendah.
26
3.2 Daya yang Dibangkitkan Turbin
Adapun komponen pendukung dari pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH ) adalah sebagai berikut :
1. Potensi debit air yang cukup (0,357 liter/detik )
2. Beda tinggi head (3 meter )
3. Gravitasi ( 9,81 m/detik 2 )
4. Massa jenis air ( 1000 kg/m3)
5. Effesiensi Turbin 0,8 %
Jika ketiga komponen diatas sudah terpenuhi,maka kita sudah bisa
menghitung daya yang akan dibangkitkan dalam perencanaan sebuah PLTMH
dengan rumus :
P = x Q x H x g x T (Igram, 2007)
= 1000 kg/m3 x 0,357 3 /s x 3 m x 9,81 m/s2 x 0,8
= 8405,208 Watt
Dimana :
P = Daya terbangkit dalam (Watt)
Q = Debit air dalam (liter/detik)
H = Beda Tinggi (meter )
g = Grafitasi (m/detik 2 )
T = 0,8 %
Dimana:
F = gaya (kg m/s2 atau N)
= laju aliran massa air (kg/s)
c = kecepatan aliran air (m/s)
27
Sedangkan laju aliran massa air dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
= . (Dietzel.F, 1996:2)
Dimana:
= laju aliran massa air (kg/s)
Q = debit air (m3/s)
= massa jenis air (kg/m3)
Sedangkan kecepatan aliran air dalam pipa nozzel dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
= . (Dietzel.F, 1996:6)
Dimana:
c = kecepatan aliran air dalam pipa (m/s)
g = gaya gravitasi bumi (m/s2)
h = selisih ketinggian air (m)
Besarnya gaya yang mengenai sudu dihitung sebagai berikut:
F = m .c
F = (Q. ) . (2. )
F = (V. A. ) . (2. )
F = (V. . 2 . ) . (2. )
28
Dimana: T = torsi (Nm atau Joule)
F = gaya (N)
r = jari-jari sudu (m)
= Besarnya sudut kincir ketika terkena air dari semprotan pipa
nozzel
(Karena sudunya sebanyak 6 buah, maka tiap-tiap sudu akan terdorong oleh air
dengan besar sudut = 3600 : 6 = 60 0 )
T = F . r . Sin
= 2741,44 N. 0,109 m . Sin 600
= 2741,44 N. 0,109 m . 0,866
= 258,78 Nm
= 258,78 Joule
P=T.n
P
n=
T
8405,208 Watt
n=
258,78 Joule
n = 31,08 rpm
Jadi poros pada kincir air akan berputar sebanyak 31,08 kali putaran dalam
waktu 1 menit.
29
sudut buang aliran sehingga sudu tersebut dapat memutar poros dan
menggerakkan sebuah generator.
Bentuk sudu turbin memilin (pelintir) dihasilkan dari 2 sudut yang
berbeda yaitu sudut masuk sudu dan sudut keluaran sudu. Sudut masuk sudu
(1) lebih besar daripada sudut keluar sudu (2), hal tersebut dimaksudkan agar
kecepatan air yang masuk lebih besar dari pada kecepatan air yang keluar. Hal
tersebut menyebabkan daya keluaran air (W2) akan jauh lebih besar daripada
daya masuk air (W1) ke sudu. Dengan demikian laju aliran air akan dapat
dimanfaatkan secara efisien dan menyebabkan poros mampu berputar secara
maksimal.
Keterangan:
1 = Sudut masuk sudu
2 = Sudut keluar sudu
30
3.6.2 Diameter Sudu
DN
DM
DL
Gambar 3.5: Sketsa Diameter Sudu Turbin
Sumber : Dokumentasi Pribadi
= 0,219 m
Dimana :
ul = kecepatan keliling bagian luar sudu (m/s)
n = kecepatan putar turbin (rpm)
= 0,118 m
Dimana :
un = kecepatan keliling bagian leher poros (m/s)
n = kecepatan putar turbin (rpm)
= 0,168 m
31
Dimana :
DL = diameter leher poros sudu turbin (m)
DN = diameter leher poros sudu turbin (m)
32
Dari ketentuan dimensi maka luas penampang pada sudu turbin yang
bekerja dan kecepatan meridian c2m = c2 pada bagian keluar turbin dan yaitu
sebesar :
1. Luas Penampang Sudu; A (m2)
=
= 0,98 x 0,58
= 0,56 m2
3. Efisiensi Turbin ; T
=
. .
8,405
=
0,357 . 3. 9,81
8,405
=
10,5065
= 0,80 %
33
1. Bagan Segitiga Kecepatan bagian dalam (DN)
uN
2
1
C2 C1 W2
3
W1
x
CU2
34
23,544
2 =
31,08
2 = 0,757 m/s
d) Kecepatan Masuk Sudu ; c1
1 = 22 + 2
2
1 = 2,0322 + 0,757 2
1 = 4,702
1 = 2,16
Untuk mendapatkan nilai W1 dan 1, perlu adanya nilai bantuan
yaitu nilai x dan 3, yang mana nilai x tersebut diperoleh dari hasil
pengurangan uN dengan cU2, sebagai berikut :
e) Nilai Variabel x
x = uN cU2
x = 1,457 0,757
x = 0,733 m/s
f) Sudut Bantu ; 3
tan 3 =
2
0,733
tan 3 =
2,032
tan 3 = 0,360
3 = 19,83
g) Sudut Masuk sudu pada diameter dalam sudu ; 1
1 = 900 3
1 = 900 19,83 0
1 = 70,160
h) Daya masuk pada diameter dalam sudu ; W1
UN
1 =
sin 3
1,457
1 =
sin 19,83
1 = 4,29 /
35
2. Bagian Segitiga Kecepatan bagian tengah (Dm)
UM
2
1
3
C2 C1
W2
W1
CU2
36
c) Kecepatan Keluar Bias Tangensial ; cu2
. .
2 =
31,08
0,8 .9,81.3
2 =
31,08
23,54
2 =
31,08
2 = 0,757 m/s
d) Kecepatan Masuk Sudu ; c1
2
1 = 22 + 2
1 = 2,0322 + 0,7572
1 = 4,702
1 = 2,16 /
Untuk mendapatkan nilai W1 dan 1, perlu adanya nilai bantuan
yaitu nilai x dan 3, yang mana nilai x tersebut diperoleh dari hasil
pengurangan uM dengan cU2, sebagai berikut :
e) Nilai Variabel x
x = um cu2
x = 2,070 0,757
x = 1,313 m/s
f) Sudut Bantu ; 3
tan 3 =
2
1,313
tan 3 =
2,032
3 = 32,86
g) Sudut Masuk sudu pada diameter dalam sudu ; 1
1 = 900 3
1 = 900 32,860
1 = 57,130
h) Daya masuk pada diameter dalam sudu ; W1
W1 =
sin 3
37
2,070
W1 =
0,542
W1 = 3,815 /
2
1
C2
C1
W2 3
W1
CU2
x
Gambar 3.8: Diagaram Segitiga Kecepatan Bagian Luar
Dari perhitungan sebelumnya diketahui nilai dari uL dan C2 sebagai
berikut :
UL = 2,684 m/s
C22m = C2 = 2,032 m/s
Maka besarnya nilai-nilai yang lain dapat dihitung sebagai berikut :
a) Sudut keluaran pada diameter dalam sudu ; 2
2
tan 2 =
2,032
tan 2 =
2,684
tan 2 = 0,757
2 = 37,12
b) Daya keluar pada diameter dalam sudu ; W2
2
2 =
sin 2
2,032
2 =
0,603
2 = 3,366 /
38
c) Kecepatan Keluar Bias Tangensial ; cu2
. .
2 =
31,08
0,8 .9,81.3
2 =
31,08
23,54
2 =
31,08
2 = 0,757 m/s
d) Kecepatan Masuk Sudu ; c1
1 = 22 + 2
2
1 = 2,0322 + 0,7572
1 = 4,702
1 = 1,26 /
Untuk mendapatkan nilai W1 dan 1, perlu adanya nilai bantuan
yaitu nilai x dan 3, yang mana nilai x tersebut diperoleh dari hasil
pengurangan uL dengan cU2, sebagai berikut :
e) Nilai Variabel x
x = 2
x = 2,244 0,757
x = 1,486 m/s
f) Sudut Bantu ; 3
tan 3 =
2
1,486
tan 3 =
2,032
3 = 36,18
g) Sudut masuk sudu pada diameter dalam sudu ; 1
1 = 900 3
1 = 900 36,180
1 = 53,820
h) Daya masuk pada diameter dalam sudu ; W1
W1 =
sin 3
39
2,244
W1 =
0,860
W1 = 3,8 m/s
40
8,405
= 9,74 105 1500 rpm
= 5457,64 kg mm.
4. Gaya gaya yang terjadi p ada poros
FA FD
5,7 5,7
50 mm 500 mm 100 mm
kg kg
5,7 kg 5,7 kg 5,7 kg
A B C D
5 5 5 5
, , RB , RC ,
7 Gambar
7 5,7 3.9: GayaGaya yang terjadi pada Poros
7 5,7 7
k k kg k kg k
a. Gaya
g yang terjadi
g di titik FA pada puli g g
Gaya pada titik FA = gaya akibat berat poros
FA = 1,4 kg
Gaya yang terjadi di titik FD pada propeler
FD = gaya akibat berat propeler
FD = 3,5 kg
b. Untuk mencari gaya reaksi yang terjadi pada titik B dan C maka
menggunakan rumus M = 0
MB = 0 (titik pusat di B untuk mencari gaya reaksi pada titik C)
= ( FA x AB) + (RC x BC) (FD x BD)
= ( 1,4 kg x 50 mm) + (RC x 500 mm) (3,5 kg x 600 mm)
( 70 .) + (2100 .)
RC = 500
2030 .
RC = 500
RC = 4,06 kg
c. Gaya reaksi pada titik B
Mc = 0 (titik pusat di C untuk mencari gaya reaksi pada titik B)
= ( FA x AC) (RB x BC) (FD x CD)
= ( 1,4 kg x 550 mm) (RB x 500 mm) (3,5 kg x 100 mm)
( 770 .) (350 .)
RC = 500
41
420 .
RC = 500
RC = 0,84 kg
5. Tegangan geser
= (Soelarso & K.suga, 1983:8)
1 2
55
= 6 2
55
= 12
= 4,58 2
= 27,5 mm 30 mm.
Disebabkan diameter poros 29,5 mm dipasaran tidak ada, maka
kita bulatkan menjadi 30 mm sesuai diameter poros yang ada dipasaran
(sularso, 1983: 9).
8. Diameter bagian yang menjadi tempat bantalan = 72 mm
Jari-jari filet = 72 30 : 2 = 21 mm
Alur pasak = 8 7 Filet 0,4 ( 0,4 besar dari JIS)
9. Faktor konsentrasi tegangan pada poros bertegangan adalah.
21 72
= 30 = 0,7 , 30 = 2,4 = 2,4
42
10. Pengecekan Defleksi Puntiran ()
.
= 584 .4 (Sularso, 1997:18)
Dimana:
T = Momen rencana = 5457,64 kg.mm
l = Panjang poros = 600 mm
G = Modulus geser = 9,3 x 103 kg/mm2
d = diameter poros = 30 mm
Maka:
5457,64 x 600
= 584 9,3 103 304
3274584
= 584 7533000000
= 0,240
Dari hasil perhitungan diperoleh defleksi puntiran sebesar 0,24,
sedangkan menurut (Sularso, 1997:19) defleksi maksimum puntiran
adalah 0,25. Maka:
0,24 < 0,25 (memenuhi syarat)
Jadi bahan poros yang dipakai untuk dijadikan poros 1 (poros
penyangga kincir) adalah besi S40C dengan diameter poros 40 mm.
43
Perhitunagn perencanaan mesin ini menggunakan mesin generator
dengan putaran 1500 rpm dalam perencanaan ini perhitungan ditunjukan di
bawah ini:
1. Daya rencana ( )
= x P = (kW) (Sularso, 1991:7)
= 1,0 x 8,405 KW = 8,405 KW
2. Momen rencana (1 ,2 )
5,93
T1 = 9,74 x 105 x ( ) = (11551,64 kg.mm) (Sularso, 1991:7)
500
5,93
T2 = 9,74 x 105 x ( ) = (3850,54 kg.mm) (Sularso, 1991:7)
1500
Keterangan :
Pd = 8,405 kW
n1 = 500 rpm
44
Gambar 3.11: Perhitungan Panjang Keliling Sabuk
Sumber: (Sularso, 1991:170)
Dengan sabuk V tipe B maka dipilih diameter pulli yang diijinkan yaitu
115 mm pada perencanaan ini, sehingga diameter pada pulli pada poros motor
dipilih (dp) = 115 mm. Untuk menghiung diameter puli transmisi pada poros
turbin Kaplan (Dp):
3. Diameter Puli Transmisi ( , )
Dp . n1 = dp . n2 (Sularso, 1991:166)
2 .
Dp =
1
1500 . 115
Dp =
500
= 345 mm
Keterangan :
= diameter jarak bagi puli kecil (mm). = 115 mm
= 3,0 m/s
Keterangan :
V = kecepatan puli (m/s)
dp = diamter puli kecil (mm)
45
5. Jarak puli penggerak dengan puli yang digerakkan
C = (Dp ) x 2
C = 230 x 2 = 460 mm
6. Panjang keliling (L)
1
L = 2C + (Dp + dp ) + ( - )2 (Sularso, 1991:170)
2 4
3.14 1
L = 2 x 460 + (345 + 115) + (345 - 115)2
2 2760
2601,8+2601,8 2 8 (345115)2
= = 650,4 mm
8
46
Gambar 3.13: Sudut Kontak Sabuk V
Dimana:
Dp = Diameter puli yang digerakkan (mm)
n2 = Putaran poros puli yang digerakkan (rpm)
d = Diameter puli penggerak (mm)
n1 = Putaran motor (rpm)
47
2. Berat puli (Wp)
Wp = /4 x D2 x b x (kg) (Dobrovolsky, 1978:254)
= 3,14/4 x 0,0952 m x 2 x 103 m x 7800 kg/m3
= 0,11 kg
80
95
48
345
330
Dimana:
D = diameter luar puli (mm)
b = lebar puli (mm)
= massa jenis (7800 kg/mm)
= 159,84 1600
49
=
1 . 2
55
= 6. 2,25
= 4,07 kg/mm2
2. Ukuran Pasak
Menurut Sularso (1997: 10) dimensi pasak untuk diameter poros 22-
30 mm adalah sebagai berikut:
Ukuran nominal pasak (b x h) = 8 x 7 mm
Kedalaman alur pasak pada poros (t1) = 4 mm
Kedalaman alur pasak pada naf (t2) = 3,3 mm
Panjang pasak (l) = 22,5 mm
F = 363,84 N
Keterangan:
d = Diameter poros (30 mm)
T = momen puntir (5457,64kg.mm)
4. Tegangan Geser Pasak ( )
= . (Sularso & Suga, 1997:25)
50
363,84
= 8 22,5
= 2,02 kg/mm2
Keterangan:
b = Tebal pasak standart (8 mm)
l = Panjang pasak (22,5 mm)
5. Pemeriksaan Kelayakan Pasak
Menurut Sularso (1997:28) beberapa syarat yang harus dipenuhi agar
pasak bisa dikatakan aman, antara lain:
0,25 < b/ds < 0,35
0,25 < 8/30 < 0,35
0,25 < 0,26 < 0,35 (Memenuhi Syarat)
0,75 < l/ds < 1,5
0,75 < 22,5/30 < 1,5
0,75 < 0,75 < 1,5 (Memenuhi Syarat)
4,07 2,02 (Memenuhi Syarat)
51
4 Kapasitas nominal dinamis spesifik (C) = 5000 kg
5 Kapasitas nominal statis spesifik (C0) = 3400 kg
6 Beban persatuan panjang (w) = 2,54 kg
= 0,84 kg/m2
Dimana :
p = beban rata-rata
l = panjang poros
d = diameter poros
3. Faktor kecepatan
1
33,3 3
fn (Sularso dan Suga, 1991:136)
n
1
33,3 3
= ( )
1500
= 0,28 rpm
Dimana :
n : putaran poros generator
4. Faktor umur bantalan
C
fh fn (Sularso dan Suga, 1991:136)
P
52
5000
= 0,28 0,084
= 16666,66
Dimana :
C : beban nominal dimensi spesifik (5000 kg)
P : beban ekuivalen dinamis (0,084 kg)
5. Umur nominal bantalan
Lh = 500. fh3 (jam) (Sularso dan Suga, 1991:136)
= 500. 16666,663
= 2314812 (jam)
Umur bantalan ( ) pada bantalan yang dipakai secara terus menerus
( 8 jam/hari). Dari data di atas memenuhi syarat jika lebih besar dari 30000
jam. Harga Lh dari perhitungan adalah 2314812 jam. Maka dapat
disimpulkan umur bantalan dari diatas memenuhi syarat karena Lh > 30.000
jam (Sularso & K Suga, 1983:136).
53
3.14 Perencanaan Turbin
54
Tabel: 3.2 Spesifikasi Komponen
No. Jenis Komponen Bahan Ukuran Bahan
55
- Panjang pasak (l) =
22,5 mm
56
- Diameter dalam
suport plate (d) =
150 mm
57
BAB IV
PENGOPERASIAN DAN BIAYA PRODUKSI
58
6. Tekan tombol load switch on.
7. Kontrol valve inlet dan guide vane sehingga voltase dan frekuensinya
berada didalam selang yang telah ditentukan.
59
4.2 Perawatan Turbin
Perawatan turbin kaplan sebagai pembangkit lisrik tenaga mikrohidro
dapat dilakukan secara manual. Pada umumnya operator pembangkit listrik
tersebut harus mengerti beberapa hal yaitu:
1. Operator harus menguasai komponen-komponen dari pembangkit dan
penampakannya atau operator harus menguasai fungsi dan koreksi serta
perawatannya. Lebih jauh lagi operator harus mengerti apa yang
dilakukan jika terjadi beberapa kerusakan agar dapat pulih kembali.
2. Operator harus memeriksa kondisi dari semua fasilitas dan peralatan
pembangkit. Dan ketika terdapat permasalahan dan kerusakan, mereka
harus bisa menghubungi orang yang bertanggung jawab terhadap hal ini
dan mencoba memperbaikinya.
Operator harus menjaga pembangkit dari kerusakan. Oleh karena itu
operator harus memperbaiki dan menyempurnakan fasilitas jika diperlukan.
Pengoperasian dan perawatan setiap pembangkit listrik mikrohidro harus
benarbenar dipersiapkan sejak awal oleh setiap operator sebelum memulai
pengoperasiannya.
Untuk mengoperasikan pembangkit listrik mikrohidro dalam kondisi
yang baik dan dalam jangka waktu yang lama, maka fasilitas saluran air,
peralatan listrik, transmisi dan distribusi harus dirawat dengan baik. Operator
harus melakukan observasi walaupun itu masalah kecil dan harus menjaga dari
kecelakaan pada fasilitas. Oleh karena itu diperlukan patroli harian dan
inspeksi berkala serta menyimpan datanya dengan baik.
Patroli dan inspeksi pada hal-hal diatas harus dilakukan berdasarkan
kondisi dan cara penggunaannya. Perawatan umum pembangkit
mini/mikrohidro adalah sebagai berikut :
1. Patroli Harian
Untuk mengecek jika ada sesuatu pada fasilitas saluran air, peralatan
listrik, transmisi dan distribusi, maka operator harus melakukan patroli harian.
Selain itu operator harus menyimpan hasil patroli dan mengambil tindakan jika
diperlukan. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam patroli adalah sebagai berikut:
60
Tabel: 4.1. Patroli Perawatan Harian
Fasilitas dan Hal-hal yang diperiksa Tindakan
peralatan
1 2 3
Intake dan saluran - Sampah pada saringan - Membersihkan setiap
air - Kebocoran air pada dam hari
dan pintu air - Meyimpan data dan
- Deformasi dan keretakan memperbaiki jika perlu
pada struktur
Saluran pembawa - Matrial/bahan sepanjang - Memperbaikinya jika
saluran perlu
- Sedimentasi tanah/pasir - Meyimpan data dan
Kebocoran, deformasi, memperbaikinya jika
dan keretakan struktur perlu
- lapisan pasir/tanah - Membersihkan pasir
sepanjang saluran dan batu setelah
pembawa mengetahui
- kelebihan aliran air dari keamananya
saluran pelimpah - Mengurangi pasokan air
jika kelebihan air
terlalu banyak
Penstock - Kebocoran dan deformasi - Meyimpan data
Turbin - Suara yang aneh dan - Meyimpan data dan
vibrasi memeriksa peyebabnya
Generator - Kebocoran pada rumah - Meyimpan data,
turbin perbaiki
- Vibrasi - Periksa keadaan
- Kerusakan pada - Ganti jika perlu
pemanasnya
Trafo Kebocoran minyak Ganti jika perlu
Transmisi dan Matrial/bahan yang Bersihkan setelah oprasi
distribusi menempel off
61
2. Inspeksi periodik
Operator harus melakukan pemeriksaan secara priodik, untuk
memeriksa jika terjadi permasalahan/kerusakan pada fasilitas dan peralatan.
Pada saat pemeriksaan operator kadangkala harus memeriksanya dengan teliti
dan melakukan perbaikan jika diperlukan. Beberapa hal dan frekuensi dari
pemeriksaan yang harus dilakukan:
Tabel: 4.2. Inspeksi Periodik
Fasilitas dan Hal-hal yang Frekuensi Tindakan
peralatan harus diperiksa
Valve inset Kebocoran 1tahun Ganti jika perlu
Trafo Kebocoran minyak 1 bulan Ganti jika perlu
Transmisi dan Cabang yang dekat 1 bulan Potong jika perlu
Distribusi
62
13. Baut tanam 14 Panjang 20 cm Rp 5.000,- Rp 40.000,-
14. Suport Plate 1 360 mm Rp 250.000,- Rp 250.000,-
Shaft (Pelindung
15. 1 280 mm Rp 100.000,- Rp 100.000,-
Poros)
Rumah
16. 1 700 mm x 500 mm Rp 50.000,- Rp 50.000,-
Generator
Jumlah Rp 2.910.000,-
63
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan yang sudah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembuatan pembangkit listrik tenaga mikrohidro pada sungai daerah Jl.
Raya Selokerto, Malang lebih effektif menggukan turbin kaplan.
2. Daya yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga mikro hidro
mencapai 8 KW yang dapat menghidupi 10 rumah.
3. Perawatan suatu peralatan dapat diartikan sebagai usaha pencegahan,
pencegahan yang dimaksud adalah semua peralatan harus dirawat sebelum
peralatan tersebut mengalami kerusakan.
4. Biaya yang dibutuhkan untuk membuat pembangkit listrik tenaga air
selokan dengan sistem kincir ganda adalah sebesar Rp. 3.460.000. Dimana
total biaya digunakan untuk pembiayaan yang meliputi: (1) biaya
pembelian komponen Rp 2.910.000 ; (2) biaya pembuatan dan perakitan
Rp 550.000.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dari hasil perancangan
pembangkit listrik mini hidro, yaitu:
1. Bagi Mahasiswa
a. Untuk mahasiswa yang akan merancang pembangkit listrik, diharapkan
dapat memodifikasi sehingga meningkatkan dapat meningkatkan daya
out put dan biaya produksi rendah.
b. Diharapkan perancang yang akan dibuat mampu mengembangkan
peralatan yang ada agar memiliki nilai lebih di masyarakat.
2. Bagi IPTEK
a. Sebegai literatur untuk penulis yang akan merancang pembangkit listrik
tenaga mini hidro.
64
3. Bagi Perancang Berikutnya
a. Dapat merealisasikan perancangan ini menjadi sebuah pembangkit
listrik nyata yang dapat digunakan oleh masyarakat sebagai sumber
tenaga listrik untuk keperluan sendiri.
65
DAFTRA RUJUKAN
Sularso dan Suga, K. 1997. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Jakarta: P.T. Paramidya Utama.
Debrovolsky, V. 1976. Machine Elements. Moscow: Peace Publisher.
Dietzel, Fritz. 1990. Turbin Pompa dan Kompresor. Jakarta: Erlangga.
Ingram, Grant. 2007. Very Simple Kaplan Turbine Design. School of
Engineering. DurhamUniversity.
Jewett, Serway. 2006. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi 6. Jakarta: Salemba
Teknika.
Diagram Pemilihan Sabuk (online),web.ipb.ac.id.com, diakses 23 Oktober 2017.
Notosudjono, D. 2002. Perencanaan PLTMH di Indonesia. BPPT. Hal 68.
Ismono H.A., 1999. Perencanaan Turbin Air Tipe Cross Flow Untuk Pembangkit.
Listrik Tenaga Mikrohidro. Institud Teknologi Nasional Malang.
Sudarto. 2015. Karakteristik Turbin Kaplan Pada Sub Unit Pembangkit Listrik
Tenaga Air Kedungombo. Politeknik Negeri Semarang.
Didik Sugianto, dkk. 2006. Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Turbin
Kaplan Dengan Variasi Debit Air. Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Arismunandar W. 2004. Teknik Tenaga Listrik Jilid II. Jakarta : PT.Pradnya
Paramita.
Haryadi, J. Berkat Mikrohidro, Air Selokan Disulap Menjadi Sumber Energi
Listrik. Berita dimuat dalam Kompasiana pada 28 Oktober 2013 jam 15:30
WIB.(Online),(http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2013/10/28/berka
t-mikrohidro-air-selokan-disulap-menjadi-sumber-energi-listrik-
603046.html), diakses pada 17 Maret 2015 jam 14.00 WIB.
66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
67