Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia memiliki kurang lebih 65.000 desa, namun dari puluhan ribu
desa tersebut masih kurang dari 70% yang telah mendapat aliran listrik. Listrik
merupakan sumber energi utama untuk menopang berbagai operasional
kahidupan manusia. Konsumsi listrik di indonesia setiap tahunnya terus
meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurut data pusat konservasi energi jepang pada tahun 2011, konsumsi listrik
Indonesia sebesar 2.251 kWh per kapita atau jika dinyatakan dalam PDB
sebesar 572 USD per kapita. Penyediaan energi listrik yang dilakukan oleh PT.
PLN (Persero), selaku lembaga resmi yang ditunjuk oleh pemerintah untuk
mengelola masalah kelistrikan di Indonesia, sampai saat ini masih belum dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat akan energi listrik.
Perkembangan sumber energi alternatif sangat dibutuhkan untuk dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat akan energi listrik yang semakin hari
semakin meningkat. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
merupakan alternatif sumber energi listrik bagi masyarakat, karena PLTMH
selain muda dalam pembuatannya energi yang dipakai termasuk energi yang
dapat diperbarui. Ketika sumber energi lain mulai menipis dan memberikan
dampak negatif, maka energi ini menjadi sumber energi yang sangat penting
karena dapat dijadikan sumber energi pembangkit listrik yang murah dan tidak
menimbulkan dampak negatif.
Pengertian PLTMH adalah pembangkit listrik yang menggunakan tenaga
air sebagai media utama untuk penggerak turbin dan generator. Tenaga mikro
hidro, menghasilkan daya listrik 100 1000 KiloWatt. Pada PLTMH proses
perubahan energi kinetik berupa (kecepatan dan tekanan air), yang digunakan
untuk menggerakan turbin air dan generator listrik hingga menghasilkan energi
listrik (Notosudjono, D. 2002).
Dari segi teknologi, PLTMH dipilih karena konstruksinya sederhana,
mudah dioperasikan , serta mudah dalam perawatan dan penyediaan suku

1
cadang. Secara ekonomi, biaya operasi dan perawatannya relative murah,
sedangkan biaya investasinya cukup bersaing dengan pembangkit listrik
lainnya. PLTMH biasanya dibuat pada daerah-daerah terpencil yang belum
mendapatkan listrik dari PLN. Tenaga air yang digunakan dapat berupa aliran
air pada system irigasi, sungai yang dibendung atau air terjun (Ismono, 1999).
Pemanfaatan PLTMH di Indonesia masih belum maksimal, sedangkan
kebutuhan energi sangat penting bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Mengangkat dari permasalahan tersebut saya memilih untuk merancang mesin
pembangkit listrik tenaga mikro hidro menggunakan turbin kaplan karena
menggunakan turbin kaplan memiliki effisiensi yang lebih baik dibandingkan
turbin jenis lainnya pada daerah sungai yang memiliki debit dan head berskala
kecil.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perancangan komponen pembangkit listrik mikrohydro tenaga
air dengan sistem turbin kaplan?
2. Bagaimanakah perancangan teknik mesin pembangkit listrik mikrohydro
tenaga air dengan sistem turbin kaplan?
3. Bagaimanakah perawatan pembangkit listrik mikrohydro tenaga air dengan
sistem turbin kaplan?
4. Berapa analisis biaya yang diperlukan untuk membuat pembangkit listrik
mikrohydro tenaga air dengan sistem turbin kaplan?

1.3 Tujuan Perancangan


1. Tujuan Umum
Tujuan dari merencanakan suatu konstruksi pembangkit listrik
mikrohydro tenaga air dengan sistem turbin kaplan yaitu untuk
memanfaatkan aliran air di lingkungan menjadi energi listrik ramah
lingkungan dan dapat diperbarui.
2. Tujuan Khusus

2
Tujuan secara khusus dari perencanaan pembangkit listrik tenaga
air mikrohydro dengan sistem turbin kaplan ini adalah:
a. Mengetahui dasar perhitungan perencanaan komponen, pemilihan bahan,
dan pengecekan komponen yang dibutuhkan untuk pembuatan pembangkit
listrik mikrohydro tenaga air dengan sistem turbin kaplan.
b. Membuat gambar komponen pembangkit listrik mikrohydro tenaga air
dengan sistem turbin kaplan.
c. Dapat menjelaskan teknik perawatan yang dibutuhkan untuk perencanaan
pembangkit listrik mikrohydro tenaga air dengan sistem turbin kaplan.
d. Menganalisis biaya yang diperlukan untuk membuat pembangkit listrik
mikrohydro tenaga air dengan sistem turbin kaplan.

1.4 Batasan Masalah


Agar pembahasan mengenai perancangan pembangkit listrik tenaga air
mikrohydro dengan sistem turbin kaplan ini dapat terarah dengan baik, maka
dapat diambil batasan-batasan masalah sebagai berikut:
1. Dasar perhitungan yang dibutuhkan untuk membuat pembangkit listrik
mikrohydro tenaga air dengan sistem turbin kaplan.
2. Perhitungan perencanaan, pemilihan bahan baku dan pengecekan kekuatan
bahan yang digunakan sebagai dasar dalam pembuatan pembangkit listrik
mikrohydro tenaga air dengan sistem turbin kaplan.
3. Perencanaan gambar kerja pembangkit listrik mikrohydro tenaga air dengan
sistem turbin kaplan.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Turbin Air


Turbin air merupakan sebuah turbin yang memanfaatkan air sebagai
fluida kerja (Arismunandar, W. 2004). Air mengalir dari tempat yang lebih
tinggi menuju ke tempat yang lebih rendah, dalam hal tersebut air memiliki
energi potensial. Energi potensial tersebut yang akan dirubah menjadi energi
mekanik.
Energi mekanik aliran air merupakan transformasi dari energi potensial
air yang dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin. Energi mekanik yang
berasal dari putaran poros turbin akan diubah menjadi energi listrik oleh sebuah
generator. Energi listrik inilah yang dimanfaatkan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Mesin turbin yang paling sederhana terdiri dari sebuah bagian yang
berputar disebut rotor, yang terdiri atas sebuah poros/shaft dengan sudu-sudu
atau blade yang terpasang disekelilingnya. Rotor tersebut berputar akibat dari
tumbukan aliran fluida atau berputar sebagai reaksi dari aliran fluida tersebut.
Oleh karena itulah turbin terbagi atas 2 jenis, yaitu turbin impuls dan turbin
reaksi. Rotor pada turbin impuls berputar akibat tumbukan fluida bertekanan
yang diarahkan oleh nozzle kepada rotor tersebut, sedangkan rotor turbin reaksi
berputar akibat dari tekanan fluida itu sendiri yang keluar dari ujung sudu
melalui nozzle.

2.2 PLTMH (Pembangkit Listrik Mikro Hydro)


Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) adalah suatu instalasi
pembangkit listrik tenaga air dengan kapasitas pembangkitan rendah. Pada
prakteknya dengan kapasitas secara umum mendefisinikan mikrohidro untuk
daya kurang dari 100 kW dan minirohidro untuk daya kurang dari 1000 kW.
Umumnya PLTMH adalah pembangkit listrik tenaga air jenis run-off dimana
head diperoleh tidak dengan cara membangun bendungan besar, tetapi dengan
mengalihkan sebagian aliran air sungai ke salah satu sisi sungai dan

4
menjatuhkannya lagi ke sungai yang sama pada suatu tempat di mana yang
diperlukan sudah diperoleh. Dengan melalui pipa pesat air diterjunkan untuk
memutar turbin yang berada di dalam rumah pembangkit. Pembangkit listrik
Tenaga Mikro Hidro pada prinsipnya memanfaatkan beda ketinggian dan
jumlah debit air per detik yang ada pada aliran air saluran irigasi, sungai atau
air terjun. Aliran air ini akan memutar poros turbin sehingga menghasilkan
energi mekanik. Energi ini selanjutnya menggerakkan generator dan
menghasilkan listrik.
Mikrohidro merupakan pembangkit tenaga listrik yang mempunyai
banyak keuntungan, keuntungan-keuntungan yang dimiliki mikrohidro antara
lain sebagai berikut.
1. Mikrohidro sangat cocok diterapkan di daerah terpencil dan sulit di
jangkau oleh PLN.
2. Ramah lingkungan karena tidak menimbulkan polusi udara dan suara.
Pembuatan mikro hidro yang menggunakan komponen-komponen yang
tidak menimbulkan polusi udara maupun pencemaran air.
3. Memiliki konstruksi yang sederhana sehingga mudah dioperasikan,
bahkan cukup memakai penduduk lokal setempat dengan sedikit latihan.
Mikro hidro secara garis besar terdiri dari 6 komponen utama, yaitu kincir
air, puli, sabuk, generator, dan konverter/penyearah arus. Sehingga untuk
membangun sebuah mikro hidro tidaklah sesulit membuat pembangkit
tenaga listrik dengan skala yang besar.
4. Biaya operasional dan pemeliharaannya relatif lebih murah dibandingkan
dengan pembangkit listrik yang lain. Mikro hidro menggunakan energi air
yang tidak memerlukan biaya untuk mendapatkannya.
5. Berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Mikro hidro yang
notabennya adalah pembangkit listrik yang dapat menyuplai terus
kebutuhan listrik penduduk yang mengakibatkan perokonomian penduduk
meningkat karena dapat memikromalisir pengeluaran biaya listrik dari
PLN.
J. Haryadi dalam karya tulisnya menyebutkan bahwa mikrohidro
sebenarnya bukan teknologi baru dan sudah banyak diterapkan oleh beberapa

5
negara di dunia seperti Thailand, India, Pakistan, Vietnam, China dan
Indonesia (J. Haryadi: 2013). Tetapi kerana kurangnya sosialisasi dari peran
pemerintah dan kurangnya pengetahuan dari masyarakan membuat mikro hidro
jarang dibangun oleh penduduk. Padahan dengan banyaknya manfaat mikro
hidro ini bisa membuat perekonomian penduduk cepat tumbuh.

2.3 Pemilihan Kriteria Jenis Turbin


Pemilihan tipe turbin air yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan
yang kita inginkan, tentu saja tipe turbin air tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan. Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi tipe turbin
yang di gunakan:

1. Head (H) atau ketinggian permukaan air


2. Debit (Q) atau kapasitas air

Head adalah beda ketinggian antara muka air keluar dari kincir air/turbin air
yang dirumuskan sebagai berikut:
H = Tinggi Permukaam awal Tinggi permukaan akhir

Gambar 2.1: Turbin Kaplan


Sumber: Anonymous 5 (2015)

6
Kapasitas air yang mengalir disebut debit air dan diukur dengan satuan
liter/detik yang dirumuskan sebagai berikut:

Q =VxA

Dimana :
Q = Kapasitas air yang mengalir (m3/s)
V = Kecepatan aliran air (m/det)
A = Luas penampang (2 )

2.4 Gaya Aliran Air yang Mengenai Sudu

Setelah diketahui kecepatan aliran air yang akan digunakan sebagai


sarana pembangkit listrik, maka selanjutnya dapat dihitung berapakah besa
gaya aliran air yang menghantam sudu kincir air yang mengakibatkan kincir
berputar. Perhitungan gayanya sebagai berikut:
= . (Dietzel.F, 1996:10)
Dimana:
F = gaya (kg m/s2 atau N)
= laju aliran massa air (kg/s)
c = kecepatan aliran air (m/s)
Sedangkan laju aliran massa air dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut.
= . (Dietzel.F, 1996:2)
Dimana:
= laju aliran massa air (kg/s)
Q = debit air (m3/s)
= massa jenis air (kg/m3)
Sedangkan kecepatan aliran air dalam pipa dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut.
= . (Dietzel.F, 1996:6)
Dimana:
c = kecepatan aliran air dalam pipa (m/s)

7
g = gaya gravitasi bumi (m/s2)
h = selisih ketinggian air (m)

2.5 Sudu-Sudu
Sudu-sudu merupakan bagian kincir yang berfungsi menghasilkan gaya
untuk memutar kincir air. Air yang mengalir membentur sudu dan
meninggalkan sudu melalui suatu ruangan kosong antara rim sebelah dalam
lalu masuk kembali ke rim di sisi yang lain kemudian akhirnya keluar.
Pada dasarnya sudu turbin air dibedakan menjadi 2 yaitu :
1.Sudu Pengarah
2.Sudu Tetap/Runner

2.5.1 Sudu Pengarah


Perancangan sudu pengarah, meliputi menentukan diameter sudu
pengarah. Sudu pengarah dihitung menggunakan persamaan:

60 2
Diameter sudu pengarah =

= Diameter Sudu pengarah (m) (Ingram, 2007)


H = Ketinggian (Head)
G = Gravitasi (9,81 m/s2)
N = Jumlah putaran
Kug dihitung dengan mengetahui terlebih dahulu kecepatan spesifik turbin
(Ns ).

2.5.2 Sudu Turbin/Runner


Sudu turbin (runner) merupakan sudu turbin yang menjadi sumber
penggerak poros dan menggerakan generator untuk menghasilkan listrik. untuk
menghitung dimensi runner digunakan persamaan seperti dibawah:

1. Diameter Luar Sudu Turbin (DL)

60
DL =

8
Dimana :
uL = kecepatan keliling bagian luar sudu (m/s)
n = kecepatan putar turbin (rpm)

2. Diameter Leher Poros Sudu Turbin (DN)

60
DN =

Dimana :
uN = kecepatan keliling bagian leher poros (m/s)
n = kecepatan putar turbin (rpm)

3. Diameter Tengah Sudu Turbin (DM)


DM = 2

Dimana :
DL = diameter leher poros sudu turbin (m)
DN = diameter leher poros sudu turbin (m)

2.5.3 Segitiga Kecepatan

Segitiga kecepatan adalah dasar kinematika dari aliran fluida yang


menumbuk sudu turbin. Dengan pemahaman segitiga kecepatan akan
membantu dalam pemahaman proses konversi energi pada turbin air.

9
Gambar 2.2: Segitiga Kecepatan Turbin Reaksi
Sumber: Anonymous 5 (2015)

Pada turbin reaksi, guide vane mengarahkan aliran air masuk ke sudu
dengan sudut 2, dengan kecepatan absolut V2. Setelah menjumlahkan vektor
dengan kecepatan tangensial di ujung sudu u2, u2=r, maka sudut luar sudu
harus diatur sebesar 2 untuk mengakomodasi kecepatan relatif air
menyinggung permukaan sudu w2. Profil sudu tersebut menyebabkan arah dan
kecepatan air menyinggung sudu pada sisi outlet berubah w1, dan karena
kecepatan tangensial sudu pada sisi outlet lebih kecil dari sisi inlet u2 > u1 akibat
r2 > r1. Maka jika dijumlahkan vektor w1 dan u1 maka akan didapatkan nilai
kecepatan absolut air di sisi outlet v1 yang lebih kecil dari sisi inlet. Artinya
energi kinetik dari air diubah menjadi energi mekanik pada saat air
menyinggung permukaan sudu penggerak (runner).

2.6 Poros
Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya
berpenampang bulat dimana terpasang pada elemen-elemen seperti roda. Pada
poros benda berputar akan mendapat beban puntir murni atau gabungan beban
puntir dan lentur sehingga berpotensi mengalami defleksi. Defleksi sering
menjadi parameter kritis, karena defleksi yang besar akan mempercepat

10
keausan bantalan dan mengakibatkan terjadinya misaligment pada roda gigi,
sabuk, dan rantai. Maka dari itu defleksi adalah parameter yang harus
diperhatikan pada perancangan poros.
Dalam perencanaan poros transimisi ini, perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi harus dapat menahan beban seperti
puntiran, lenturan, tarikan dan tekanan. Oleh karena itu, poros harus
dibuat dari bahan pilihan yang kuat dan tahan terhadap beban-beban
tersebut.
2. Kekakuan poros
Walaupun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup
tinggi tetapi jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar, akan
mengakibatkan terjadinya getaran dan suara. Oleh karena itu disamping
kekuatan poros, kekakuannya juga harus dipertimbangkan sesuai
dengan jenis mesin yang dilayani.
3. Putaran Kritis
Suatu mesin bila putarannya dinaikkan, maka pada harga putaran
tertentu akan terjadi getaran yang sangat besar dan disebut putaran
kritis. Putaran ini harus dihindari dengan membuat putaran kerja lebih
rendah dari putaran kritisnya.
4. Bahan Poros
Bahan poros transmisi biasa dibuat dari bahan yang ditarik dingin
dan difinishing seperti baja karbon yang dioksidasikan dengan ferra
silicon dan dicor. Pengerjaan dingin membuat poros menjadi keras dan
kekuatannya menjadi besar.

Ada beberapa macam poros menurut pembebannya yaitu poros transmisi,


spindel, gandar.
1. Poros Transmisi
Pada umumnya poros transmisi ini meneruskan daya melalui
sabuk, roda gigi, dan rantai sehingga mendapat beban puntir dan lentur.

11
Pada poros dengan penampang bulat pejal nilai tegangannya adalah
sebagai berikut

x 32M
d 3

xy 16T (Sularso dan Suga, 1997:17)


d 3

dimana:
x = tegangan tarik (kg/mm2)

xy = tegangan geser (kg/mm2)

d = diameter poros (mm)


M = momen lentur pada penampang kritis
T = momen puntir pada penampang kritis
sehingga:

max 5,1 3 M 2 T 2 (Sularso dan Suga, 2004:17)
ds
Untuk mencari besar diameter poros dapat dipakai rumus sebagai
berikut:
1
5,1 2
3
ds km.M kt.T
2
mm (Sularso dan Suga, 1997:8)
a
a : tegangan geser bahan yang diizinkan (kg/mm2)

a = 12

M : Momen lentur (kg.mm)


T : Momen puntir (kg.mm)

2. Spindel
Poros yang pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana
beban utamanya berupa puntiran. Dalam perhitungan diameter poros
dapat memakai rumus berikut
2
5,1 3
d s K r CbT (Sularso dan Suga, 2004:8)
a

12
Dimana:
Kt = faktor koreksi
(1,0) = jika beban dikenakan secara halus
(1,0 - 1,5) = jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan
(1,5 - 3,0) = jika beban dikenakan dengan kejutan atau
tumbukan besar.
Cb = merupakan faktor untuk pembebanan lentur
dengan nilai 1,2-2,3 jika tidak ada pembebanan \
lentur yang terjadi nilai Cb dapat diambil 1,0.
a = tegangan geser yang diijinkan (kg/mm2)
T = momen rencana, dapat dicari dengan persamaan
Pd
T 9.74 10 5 kg.mm (Sularso dan Suga, 2004:7)
n1

2.7 Puli (Pulley)


Dalam perencanaan kontruksi puli pada transmisi mesin trubin ini
putaran puli penggerak dan yang digerakkan berturut-turut adalah n1 (rpm) dan
yang digerakkan n2 (rpm) dengan diameter nominal masing-masing adalah dp
(mm) dan Dp (mm), serta perbandingan putaran u dinyatakan dengan:
1
=
2
Dimana:
Dp = Diameter puli yang digerakkan (puli besar), (mm)
n2 = Putaran poros puli yang digerakkan (rpm)
d = Diameter puli penggerak (mm)
n1 = Putaran motor (rpm)

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam perhitungan puli antara lain:
1. Diameter luar puli (D)
Dk (diameter luar puli) = Dp (Diameter puli) + tinggi sabuk V
2. Berat puli (Wp)
Wp = /4 . D2 . b . (kg)

13
Dimana: D = diameter luar puli (mm)
b = lebar puli (mm)
= massa jenis puli yang digunakan (7,2 . 10-6 kg/mm3)

2.8 Sabuk-V (V-Belt)


V-belt adalah salah satu elemen mesin yang banyak digunakan di
kalangan industri saat ini, seperti pada industri automobile, generator, dan
masih banyak lagi. V-belt dapat dikerjakan untuk mentransmisikan gaya dari
suatu shaft ke shaft yang lain yang jaraknya relatif jauh. Sabuk V terbuat dari
karet yang mempunyai penampang trapesium tenun atau tali yang digunakan
sebagai inti sabuk. Untuk membawa tarikan yang besar. Sabuk V dibelitkan di
keliling puli berbentuk V pula (gambar 1.3). Bagian sabuk yang sedang
membelit pada puli ini mengalami lengkungan, sehingga bagian dalamnya
akan bertambah besar. Gaya gesek juga akan bertambah karena pengaruh
bentuk baji, yang akan menghasilkan transmisi daya yang besar pada tegangan
yang relatif rendah. Sabuk V biasanya juga dipakai untuk menurunkan putaran
atau menaikkan putaran melalui perbandingan reduksi pada pulinya i. (Sularso,
1997)

38,0
mm
3,15
mm
22,0
25,5 mm

16,5 mm
12,5
19,0

mm mm
mm
14,0
11,0
mm
9,0

40 40 40 4
40
0

Tipe Tipe B Tipe Tipe D Tipe


A C E

Gambar 2.3: Dimensi Penampang Sabuk V


Sumber : Sularso, 1997:164

Sabuk-V banyak digunakan karena sabuk-V sangat mudah dalam


penangananya dan murah harganya. Selain itu sabuk-V juga memiliki
keungulan lain dimana sabuk-V akan menghasilhan transmisi daya yang besar
pada tegangan yang relatif rendah serta jika dibandingkan dengan transmisi

14
roda gigi dan rantai, sabuk-V bekerja lebih halus dan tak bersuara. Sabuk-V
selain juga memiliki keungulan dibandingkan dengan transmisi-transmisi yang
lain, sabuk-V juga memiliki kelemahan dimana sabuk-V dapat memungkinkan
untuk terjadinya slip.
Perencanaan sabuk-V perlu dilakukan untuk memperhitungkan jenis
sabuk yang digunakan dan panjang sabuk yang akan digunakan. Berikut adalah
perhitungan yang digunakan dalam perancangan sabuk-V antara lain:
a. Daya rencana ( )
= x P (Sularso, 1991:7)
Keterangan :
P = daya (kW).
= daya rencana (kW)
b. Momen rencana (1 ,2 )
P
T1 = 9,74 x 105 x ( n d ) (kg.mm) (Sularso, 1991:7)
1

P
T2 = 9,74 x 105 x ( n d ) (kg.mm) (Sularso, 1991:7)
2

Keterangan :
Pd = daya rencana (kW).
n1 = putaran poros penggerak (rpm).
n2 = putaran poros yang digerakan (rpm).
c. Diameter lingkaran jarak bagi puli ( , )
1 1 1
=i= =:u= (Sularso, 1991:166)
2

Keterangan :
= diameter jarak bagi puli kecil (mm).
= diameter jarak bagi puli besar (mm).
i = perbandingan putaran.
d. Kecepatan sabuk (v)

1
v = 60 1000 (Sularso, 1991:166)

Keterangan :
V = kecepatan puli (m/s).
dp = diamter puli kecil (mm).

15
n1 = putaran puli kecil (rpm).
e. Panjang keliling (L)
1
L = 2C + 2 (Dp + dp ) + 4 ( - )2 (Sularso, 1991:170)

f. Jarak sumbu poros (C)


+ 2 8 ( )2
C= (Sularso, 1991:170)
8

g. Sudut kontak ()
57 ( )
= 180 (Sularso, 1991:173)

2.9 Pasak
Pasak digunakan untuk menyambung dua bagian batang (poros) atau
memasang roda, roda gigi, roda rantai dan lain-lain pada poros sehingga
terjamin tidak berputar pada poros. Pemilihan jenis pasak tergantung pada
besar kecilnya daya yang bekerja dan kestabilan bagian-bagian yang
disambung. Pasak merupakan elemen mesin yang digunakan untuk
meneruskan momen torsi dari poros ke elemen mesin lainnya (pulley, roda
gigi). Dimensi pasak ditentukan oleh dimensi poros (ds). Bahan pasak biasanya
dipilih bahan yang lunak dari pada bahan porosnya. Hal ini disebabkan karena
harga pasak yang murah serta mudah menggantinya. Menurut letaknya pasak
dapat di bedakan menjadi: pasak pelana, pasak rata, pasak benam, pasak
singgung.

Gambar 2.4: Alur pasak


Sumber: Sularso, 1997: 25

16
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan pasak, khususnya
jenis pasak rata adalah:
1. Gaya tangensial
Dari Momen rencana pada poros T (Kg.mm) dan diameter poros ds (mm),
maka gaya tangensial Ft (Kg) pada permukaan poros adalah:
2
= () (Sularso, 1997: 25)

Dimana:
T = Momen Torsi Rencana (Kg.mm)
ds = Diameter Poros (mm)
2. Tegangan geser (k)

= . (Sularso, 1997: 25)

Dimana:
k = Tegangan geser (kg/mm2)
F = Gaya tangensial (kg)
b = Lebar pasak (mm)
= Panjang pasak
3. Tegangan geser ijin

. (Sularso, 1997: 25)
1 2

Dimana:
ka = Tegangan geser yang dijinkan (kg/mm2)
Sf1 = Faktor keamanan = 6
Sf2 = Faktor keamanan = 1-1,5

Gambar 2.5: Gaya Geser pada Pasak


Sumber: Sularso, 1997: 25

17
Harga ka adalah harga yang diperoleh dengan membagi kekuatan tarik
b dengan faktor keamanan Sf1 x Sf2. Harga Sf1 umumnya diambil 6, dan Sf2
dipilih antara 11,5 jika beban dikenakan secara perlahan-lahan, antara 1,53
jika dikenakan dengan tumbukan ringan, dan antara 25 jika dikenakan secara
tiba-tiba dan dengan tumbukan berat. Lebar pasak 2535% dari diameter poros
dan panjang pasak antara 0,751,5 dari diameter poros.

2.10 Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros terbeban, sehingga
putaran atau gerakan olak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan
panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros atau
elemen lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik
maka seluruh sistem akan menurun atau tidak dapat bekerja dengan
semestinya.

Gambar 2.6: Bantalan Bola Radial Magnet


Sumber : Sularso, 1997:129

Bantalan berfungsi sebagai penumpu poros terbeban sehingga putaran


poros dapat berputar secara halus dan aman. Jika bantalan tidak berfungsi
secara baik maka seluruh sistem dalam mesin akan terganggu.

2.10.1 Klasifikasi Bantalan


Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros:

18
a. Bantalan luncur
Pada bantalan ini terjadi gesekan lincir antara poros dan bantuan karena
permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantara
lapisan pelumas.
b. Bantalan gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola, rol atau rol
jarum.
2. Berdasarkan arah beban terhadap poros
a. Bantalan radial
Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu poros.
b. Bantalan aksial
Arah beban bantalan ini sejajar sumbu poros.
c. Bantalan gelinding khusus
Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak
lurus sumbu poros.

Gambar 2.7 Gaya pada Bantalan.


Sumber: Sularso, 2004:135

2.10.2 Bantalan Gelinding


Bantalan yang digunakan adalah bantalan gelinding atau sering disebut
bantalan anti gesek. Pada bantalan gelinding, digunakan elemen gelinding yang
dapat berupa bola atau silinder.

19
Jenis-jenis dari bantalan gelinding adalah sebagai berikut:

Gambar 2.8: Macam-Macam Bantalan Gelinding


Sumber: Sularso 2004:135

Bantalan gelinding pada umumnya lebih cocok untuk beban kecil


daripada beban luncur. Adapun dasar pertimbangan yang dipakai dalam
menentukan bantalan gelinding sebagai berikut:
a) Bantalan gelinding memliki ketelitian pemasangan yang lebih baik
dibandingkan bantalan luncur.
b) Faktor gesekan bantalan gelinding relatif lebih kecil dibandingkan
bantalan luncur. Untuk bantalan luncur (0,002 0,1), sedangkan bantalan
gelinding (0,0005 0,003)
c) Perawatan pada bantalan gelinding lebih sederhana.
d) Jenis bantalan gelinding banyak tersedia di pasaran.

2.10.3 Hal-Hal yang Harus Diperhitungkan dalam Memilih Bantalan :


1. Kekuatan Bantalan
W w..l kg (Sularso dan Suga, 2004:107)
Dimana :
W= beban bantalan (kg)

20
w = beban persatuan panjang (kg/mm)
l = panjang bantalan (mm)
2. Tekanan Bantalan
Tekanan bantalan adalah beban radial dibagi luas proyeksi
bantalan, yang besarnya sama dengan beban rata-rata yang diterima
oleh permukaan bantalan:
W
p kg/mm2 (Sularso dan Suga, 2004:109)
ld
Dimana :
p = beban rata-rata ( kg/mm2)
l = panjang bantalan (mm)
d = diameter poros (mm)
3. Faktor kecepatan
1
33,3 3
fn (Sularso dan Suga, 1991:136)
n
Dimana :
n = putaran poros rol (rpm)
4. Faktor umur bantalan
C
fh fn (Sularso dan Suga, 1991:136)
P
Dimana :
C : beban nominal dimensi spesifik (kg)
P : beban ekuivalen dinamis (kg)
5. Umur nominal bantalan
Lh = 500. fh3 (jam) (Sularso dan Suga, 1991:136)

2.11 Generator
Generator merupakan alat yang mampu menghasilkan energi listrik yang
bersumber kepada energi mekanik dan umumnya menggunakan induksi
elektromagnetik. Proses tersebut dikenal dengan nama pembangkit listrik.
Sumber energi mekanik sendiri bisa berasal dari resiprokat ataupun turbin.

21
Cara kerja generator adalah melalui pergerakan medan magnet yang ada
di rotor terhadap kumparan tetap yang terdapat di stator. Medan magnet
tersebut dihasilkan dengan cara memberikan tegangan DC (Direct Current)
pada kumparan penguat medan yang ada di rotor yang dapat dihasilkan melalui
penguat sendiri maupun penguat terpisah. Sumber tegangan DC sendiri bisa
didapat dari aki (accumulator). Setelah itu pemotong medan magnet bisa
menggunakan bahan konduktor untuk memotong medan magnet yang ada,
karena apabila tidak memotong maka prinsip kerja generator tidak akan timbul
yang berupa gaya gerak listrik.
Manfaat generator listrik adalah sebagai salah satu elemen mesin
pembangkit listrik yang mana berasal dari energi mekanik dan semua
pembangkit listrik menggunakan komponen generator di dalamnya. Manfaat
generator listrik pun sangat banyak baik itu untuk kalangan pribadi ataupun
industri. Untuk industri prinsip kerja generator sangat terasa pada pusat listrik
tenaga air yang berjenis medan tutup. Disini putaran turbin yang berasal dari
air yang dibendung dalam waduk mampu menghasilkan listrik.

22
BAB III
PERANCANGAN PRODUK

3.1 Perancangan Awal


Pemanfaatan air sebagai pembangkit listrik sudah merupakan hal yang
umum di Indonesia. Namun melihat potensi sumber air yang dimiliki, PLTMH
menjadi salah satu pembangkit alternatif di Indonesia yang sangat efektif. Ada
beberapa hal yang harus kita ketahui untuk membuat rancangan awal dari
mesin turbin yaitu :
1. Menentukan Lokasi Turbin
Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro teletak di Jl.
Raya Selokerto, Selorejo, Dau, Malang, Jawa Timur.

Gambar 3.1: Tempat Perancangan


Sumber: Dokumentasi pribadi

Penarikan kesimpulan dari penelitian ini adalah akan dilakukan


perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro pada daerah
tersebut. Perencanaan pembangkit listrik tenaga mikrohidro diperlukan
data kecepatan aliran air sungai yang akan digunakan. Untuk keperluan
tersebut, maka dilakukan pengukuran kecepatan aliran air pada sungai
di Jl. Selokerto Kel Selorejo Kec Dau Kota Malang dengan

23
menggunakan metode pelampung. Metode pelampung ini
menggunakan busa yang dihanyutkan pada aliran sungai dengan jarak
5 meter kemudian dicatat lama busa tersebut dari titik awal mencapai
titik akhir dengan jarak 5 meter.

Gambar 3.2: Metode Pelampung


Sumber: Dokumentasi pribadi

Dari hasil penelitian tersebut dihasilkan data berupa kecepatan


aliran air sungai sebagai berikut.
Tabel 3.1 Data Percobaan Uji Kecepatan Aliran Air Sungai Jl.
Selokerto
Percobaan Ke Waktu (detik)
1 9,2
2 9,1
3 8,9
4 9,1
Dari percobaan tersebut dapat dirata-rata lama waktu busa
mencapai jarak 5 meter pada aliran air selokan di Jl. Kintamani sebagai
berikut.
P1 + P2 + P3 + P4
Lama rata rata =
4
9,2 detik + 9,1 detik + 8,9 detik + 9,1 detik
Lama rata rata =
4

24
36,3 detik
Lama rata rata =
4
Lama rata rata = 9,075 detik
Karena jarak dalam percobaan tersebut adalah 5 meter, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa kecepatan aliran air selokan (V) di Jl.
Selekerto sebagai berikut.
jarak uji coba
Kecepatan aliran air sungai (V) =
lama rata rata
5 meter
Kecepatan aliran air sungai (V) =
9,075 detik
Kecepatan aliran air sungai (V) = 0,55 meter/detik
Kecepatan aliran air sungai (V) 0,55 m/s
Jadi kecepatan aliran air pada sungai di Jl. Selokerto adalah 0,55
m/s.

2. Menentukan Turbin yang digunakan


Secara umum hasil penelitian di lapangan mendapatkan potensi
pengembangan PLTMH dengan tinggi jatuhan (head) 3 meter, yang
dapat dikategorikan pada head rendah. Grafik pada gambar di bawah
ini dapat membantu pemilihan turbin

Gambar 3.3: Grafik Pemilihan Turbin.


Sumber : Didik sugianto, 2014

25
Untuk menentukan jenis turbin yang digunakan harus
mengetahui head dan debit air pada sungai tersebut.
1. Luas penampang Pipa (A) :
A = 2
= 3,14 x 0,1
= 0,0314 2
2. Kecepatan aliran air (V) :
Q pipa = Q sungai
A1 x V1 = A2 x V2
0,0314 x V1 = P x l x V2
0,0314 x V1 = 1,3 x 0,5 x 0,55
V1 = 11,38 m/s
3. Kapasitas air yang mengalir (Q) :
Q =VxA
Q = 11,38 m/s x 0,0314 2
= 0,357 3 /s
Setelah perhitungan yang dilakukan didapatkan nilai Debit = 0,357
3 /s dan Head = 3 meter maka diagram penjelasan diatas rencana pemilihan
turbin yang digunakan adalah turbin Kaplan dengan beroprasi pada head yang
rendah dengan kapasitas aliran yang tinggi.
Turbin Kaplan merupakan turbin air jenis propeller yang memiliki
blade yang dapat disesuaikan, yang dikembangkan pada tahun 1913 oleh
Profesor Austria Viktor Kaplan. Turbin Kaplan ini adalah salah satu turbin
reaksi aliran aksial. Turbin ini tersusun seperti propeller pada perahu. Turbin
ini merupakan evolusi dari turbin Francis. Penemuannya menyebabkan listrik
dapat diproduksi secara efisien dengan menggunakan head rendah yang tidak
mungkin dapat dicapai dengan turbin Francis. Tinggi head berkisar 3 -70
meter dan output daya 5-200 MW. Diameter Runner adalah antara 2 dan 11
meter. Kisaran rotasi turbin adalah 79-429 rpm. Turbin Kaplan saat ini sudah
banyak digunakan di seluruh dunia dalam high-flow, pembangkit listrik tenaga
air dengan head rendah. Efisiensi turbin Kaplan biasanya lebih dari 90%,
namun mungkin lebih rendah dalam aplikasi head yang sangat rendah.

26
3.2 Daya yang Dibangkitkan Turbin
Adapun komponen pendukung dari pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH ) adalah sebagai berikut :
1. Potensi debit air yang cukup (0,357 liter/detik )
2. Beda tinggi head (3 meter )
3. Gravitasi ( 9,81 m/detik 2 )
4. Massa jenis air ( 1000 kg/m3)
5. Effesiensi Turbin 0,8 %
Jika ketiga komponen diatas sudah terpenuhi,maka kita sudah bisa
menghitung daya yang akan dibangkitkan dalam perencanaan sebuah PLTMH
dengan rumus :
P = x Q x H x g x T (Igram, 2007)
= 1000 kg/m3 x 0,357 3 /s x 3 m x 9,81 m/s2 x 0,8
= 8405,208 Watt
Dimana :
P = Daya terbangkit dalam (Watt)
Q = Debit air dalam (liter/detik)
H = Beda Tinggi (meter )
g = Grafitasi (m/detik 2 )
T = 0,8 %

3.3 Besar Gaya Aliran Air yang Mengenai Sudu

Setelah diketahui kecepatan aliran air yang akan digunakan sebagai


sarana pembangkit listrik, maka selanjutnya dapat dihitung berapakah besar
gaya aliran air yang menghantam sudu kincir air yang mengakibatkan kincir
berputar. Perhitungan gayanya sebagai berikut:
= . (Dietzel.F, 1996:10)

Dimana:
F = gaya (kg m/s2 atau N)
= laju aliran massa air (kg/s)
c = kecepatan aliran air (m/s)

27
Sedangkan laju aliran massa air dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
= . (Dietzel.F, 1996:2)
Dimana:
= laju aliran massa air (kg/s)
Q = debit air (m3/s)
= massa jenis air (kg/m3)
Sedangkan kecepatan aliran air dalam pipa nozzel dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
= . (Dietzel.F, 1996:6)
Dimana:
c = kecepatan aliran air dalam pipa (m/s)
g = gaya gravitasi bumi (m/s2)
h = selisih ketinggian air (m)
Besarnya gaya yang mengenai sudu dihitung sebagai berikut:
F = m .c
F = (Q. ) . (2. )

F = (V. A. ) . (2. )

F = (V. . 2 . ) . (2. )

F = [11,38 m/s . 3,14 (0,1 m)2 .1000 kg/m3 ] . (2 . 9,81 m/s2 . 3 m)

F = (11,38 m/s . 3,14 . 0,012 .1000 kg/m3 ) . (2 . 9,81 m/s2 . 3 m)


F = (357,33 kg/s) . (7,67 m/s)
F = 2741,44 kgm/ 2
F 2741,44 N
Jadi besarnya gaya aliran air yang mengenai sudu sehingga kincir
berputar sebesar 2741,44 N.

3.4 Putaran Kincir


Torsi yang dihasilkan satu buah sudu dari perencanaan pembangkit listrik
tenaga air dapat dihitung sebagai berikut.
T = F . r . Sin (Jewett, 2006: 465)

28
Dimana: T = torsi (Nm atau Joule)
F = gaya (N)
r = jari-jari sudu (m)
= Besarnya sudut kincir ketika terkena air dari semprotan pipa
nozzel
(Karena sudunya sebanyak 6 buah, maka tiap-tiap sudu akan terdorong oleh air
dengan besar sudut = 3600 : 6 = 60 0 )
T = F . r . Sin
= 2741,44 N. 0,109 m . Sin 600
= 2741,44 N. 0,109 m . 0,866
= 258,78 Nm
= 258,78 Joule

3.5 Kecepatan Putaran Kincir


Kecepatan putaran kincir dapat diperoleh dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
P=T.n
Dimana: P = Daya (Watt)
T = Torsi (Joule)
n = Putaran (rpm)

P=T.n
P
n=
T
8405,208 Watt
n=
258,78 Joule
n = 31,08 rpm
Jadi poros pada kincir air akan berputar sebanyak 31,08 kali putaran dalam
waktu 1 menit.

3.6 Perencanaan Sudu


Pada pembuatan sudu turbin kaplan menggunakan sudu memilin atau
biasa disebut sudu pelintir. Sudu ini mengacu pada sudut masuk aliran dan

29
sudut buang aliran sehingga sudu tersebut dapat memutar poros dan
menggerakkan sebuah generator.
Bentuk sudu turbin memilin (pelintir) dihasilkan dari 2 sudut yang
berbeda yaitu sudut masuk sudu dan sudut keluaran sudu. Sudut masuk sudu
(1) lebih besar daripada sudut keluar sudu (2), hal tersebut dimaksudkan agar
kecepatan air yang masuk lebih besar dari pada kecepatan air yang keluar. Hal
tersebut menyebabkan daya keluaran air (W2) akan jauh lebih besar daripada
daya masuk air (W1) ke sudu. Dengan demikian laju aliran air akan dapat
dimanfaatkan secara efisien dan menyebabkan poros mampu berputar secara
maksimal.

3.6.1 Sudut sudu


Ukuran sudu telah ditentukan sesuai dengan diameter dalam pipa
standard. Sudu tersebut akan terpasang pada shaft yang terkunci dengan
bentukan bertingkat pada bagian bawah sudu. Apabila dilihat desain sudu pada
kondisi terpasang adalah sebagai berikut :

Gambar 3.4: Sketsa Sudut Sudu Turbin


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Keterangan:
1 = Sudut masuk sudu
2 = Sudut keluar sudu

30
3.6.2 Diameter Sudu

DN
DM
DL
Gambar 3.5: Sketsa Diameter Sudu Turbin
Sumber : Dokumentasi Pribadi

1. Diameter Luar Sudu Turbin (DL)


60
DL =

60 0,35
= 31,08

= 0,219 m
Dimana :
ul = kecepatan keliling bagian luar sudu (m/s)
n = kecepatan putar turbin (rpm)

2. Diameter Leher Poros Sudu Turbin (DN)


60
DN =

60 0,19
= 31,08

= 0,118 m
Dimana :
un = kecepatan keliling bagian leher poros (m/s)
n = kecepatan putar turbin (rpm)

3. Diameter Tengah Sudu Turbin (DM)


+
DM = 2
0,219 + 0,118
= 2

= 0,168 m

31
Dimana :
DL = diameter leher poros sudu turbin (m)
DN = diameter leher poros sudu turbin (m)

3.7 Segetiga Kecepatan


Setelah mengetahui kecepatan air didalam saluran air ke turbin dan
kapasitas air yang mengalir didalamnya pada head tersebut. Maka langkah
selanjutnya yaitu menentukan kecepatan tangensial (u1) pada sudu turbin
diameter lingkar luar saat berputar.
DL = 219 mm DN = 188 mm
Q = 0,357 m/s H =3m
D pipa = 0,2 m n turbin = 31,08 rpm
1. Kecepatan Tangensial pada diameter lingkar luar sudu turbin; uL (m/s)
=
= 0,35 7,67
= 2,684 /
Dimana:
= Faktor kecepatan keliling bagian luar sudu
Co = Kecepatan air = 2 = 7,67 m/s
2. Kecepatan Tangensial pada diameter lingkar dalam sudu turbin; uN (m/s)
=
= 0,19 7,67
= 1,457 /
Dimana:
= Faktor kecepatan keliling bagian dalam sudu
Co = Kecepatan air = 2 = 7,67 m/s
3. Kecepatan Tangensial pada diameter lingkar luar sudu turbin; uM (m/s)
+
=
2
2,684 + 1,457
=
2
= 2,07 /

32
Dari ketentuan dimensi maka luas penampang pada sudu turbin yang
bekerja dan kecepatan meridian c2m = c2 pada bagian keluar turbin dan yaitu
sebesar :
1. Luas Penampang Sudu; A (m2)
=
= 0,98 x 0,58
= 0,56 m2

2. Kecepatan Meridian c2m = c2 (m/s)



2 = 2 =

1,138
2 = 2 =
0,56
2 = 2 = 2,032 /

3. Efisiensi Turbin ; T

=
. .
8,405
=
0,357 . 3. 9,81
8,405
=
10,5065
= 0,80 %

Dengan demikian bentuk dari sudu turbin dapat digambarkan melalui


bagan segitiga kecepatan. Bagan tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu sudut sudu
dibagian diameter dalam (DN), sudut sudu bagian tengah (Dm), Sudut sudu
bagian luar (DL). Bagan Segitiga Kecepatan tergambar sebagai berikut :

33
1. Bagan Segitiga Kecepatan bagian dalam (DN)
uN
2
1

C2 C1 W2
3

W1

x
CU2

Gambar 3.6: Diagram Segitiga Kecepatan Bagian Dalam


Dari perhitungan sebelumnya diketahui nilai dari uN dan C2 sebagai
berikut :
uN = 1,457 m/s
C2m = C2 = 2,032 m/s
Maka besarnya nilai-nilai yang lain dapat dihitung sebagai berikut :
a) Sudut keluaran pada diameter dalam sudu ; 2
2
tan 2 =

2,032
tan 2 =
1,457
2 = 54,35
b) Daya keluar pada diameter dalam sudu ; W2
2
2 =
sin 2
2,032
2 =
0,812
2 = 2,50 /
c) Kecepatan Keluar Bias Tangensial ; cu2
. .
2 =
31,08
0,8 .9,81.3
2 =
31,08

34
23,544
2 =
31,08
2 = 0,757 m/s
d) Kecepatan Masuk Sudu ; c1
1 = 22 + 2
2

1 = 2,0322 + 0,757 2

1 = 4,702

1 = 2,16

Untuk mendapatkan nilai W1 dan 1, perlu adanya nilai bantuan
yaitu nilai x dan 3, yang mana nilai x tersebut diperoleh dari hasil
pengurangan uN dengan cU2, sebagai berikut :
e) Nilai Variabel x
x = uN cU2
x = 1,457 0,757
x = 0,733 m/s
f) Sudut Bantu ; 3

tan 3 =
2
0,733
tan 3 =
2,032
tan 3 = 0,360
3 = 19,83
g) Sudut Masuk sudu pada diameter dalam sudu ; 1
1 = 900 3
1 = 900 19,83 0
1 = 70,160
h) Daya masuk pada diameter dalam sudu ; W1
UN
1 =
sin 3
1,457
1 =
sin 19,83
1 = 4,29 /

35
2. Bagian Segitiga Kecepatan bagian tengah (Dm)
UM
2
1

3
C2 C1

W2
W1

CU2

Gambar 3.7: Diagram Segitiga Kecepatan Bagian Tengah

Dari perhitungan sebelumnya diketahui nilai dari uM dan C2 sebagai


berikut :
UM = 2,070 m/s
C22m = C2 = 2,032 m/s
Maka besarnya nilai-nilai yang lain dapat dihitung sebagai berikut :
a) Sudut keluaran pada diameter dalam sudu ; 2
2
tan 2 =

2,032
tan 2 =
2,070
2 = 44,46
b) Daya keluar pada diameter dalam sudu ; W2
2
2 =
sin 2
2,032
2 =
0,700
2 = 2,90 /

36
c) Kecepatan Keluar Bias Tangensial ; cu2
. .
2 =
31,08
0,8 .9,81.3
2 =
31,08
23,54
2 =
31,08
2 = 0,757 m/s
d) Kecepatan Masuk Sudu ; c1

2
1 = 22 + 2

1 = 2,0322 + 0,7572

1 = 4,702
1 = 2,16 /
Untuk mendapatkan nilai W1 dan 1, perlu adanya nilai bantuan
yaitu nilai x dan 3, yang mana nilai x tersebut diperoleh dari hasil
pengurangan uM dengan cU2, sebagai berikut :
e) Nilai Variabel x
x = um cu2
x = 2,070 0,757
x = 1,313 m/s
f) Sudut Bantu ; 3

tan 3 =
2
1,313
tan 3 =
2,032
3 = 32,86
g) Sudut Masuk sudu pada diameter dalam sudu ; 1
1 = 900 3
1 = 900 32,860
1 = 57,130
h) Daya masuk pada diameter dalam sudu ; W1

W1 =
sin 3

37
2,070
W1 =
0,542
W1 = 3,815 /

3. Bagan Segitiga Kecepatan bagian luar (DL)


UL

2
1

C2
C1
W2 3
W1

CU2
x
Gambar 3.8: Diagaram Segitiga Kecepatan Bagian Luar
Dari perhitungan sebelumnya diketahui nilai dari uL dan C2 sebagai
berikut :
UL = 2,684 m/s
C22m = C2 = 2,032 m/s
Maka besarnya nilai-nilai yang lain dapat dihitung sebagai berikut :
a) Sudut keluaran pada diameter dalam sudu ; 2
2
tan 2 =

2,032
tan 2 =
2,684
tan 2 = 0,757
2 = 37,12
b) Daya keluar pada diameter dalam sudu ; W2
2
2 =
sin 2
2,032
2 =
0,603
2 = 3,366 /

38
c) Kecepatan Keluar Bias Tangensial ; cu2
. .
2 =
31,08
0,8 .9,81.3
2 =
31,08
23,54
2 =
31,08
2 = 0,757 m/s
d) Kecepatan Masuk Sudu ; c1

1 = 22 + 2
2

1 = 2,0322 + 0,7572

1 = 4,702
1 = 1,26 /
Untuk mendapatkan nilai W1 dan 1, perlu adanya nilai bantuan
yaitu nilai x dan 3, yang mana nilai x tersebut diperoleh dari hasil
pengurangan uL dengan cU2, sebagai berikut :
e) Nilai Variabel x
x = 2
x = 2,244 0,757
x = 1,486 m/s
f) Sudut Bantu ; 3

tan 3 =
2
1,486
tan 3 =
2,032
3 = 36,18
g) Sudut masuk sudu pada diameter dalam sudu ; 1
1 = 900 3
1 = 900 36,180
1 = 53,820
h) Daya masuk pada diameter dalam sudu ; W1

W1 =
sin 3

39
2,244
W1 =
0,860
W1 = 3,8 m/s

3.8 Perencanaan Poros Transmisi


Poros yang digunakan adalah poros transmisi dengan beban puntir murni
dan beban lentur, daya di transmisikan ke poros melalui puli dan sabuk-V. Pada
perencanaan ini adalah perencanaan poros pada poros transmisi, guna
memindahkan putaran poros turbin ke poros ke generator mesin turbin air.

3.8.1 Pemilihan Bahan Poros Transmisi


Bahan yang dipakai adalah baja karbon S40C dengan b = 55 kg/mm2
(Sularso, 1983 : 3). dalam tabel bahan diketahui baja karbon S40C memilki
spesifikasi:
Kekuatan tarik : 55 kg/mm2
Perlakuan panas : Penormalan
Faktor keamanan : Sf1 = 6,0; Sf2 = 2,0
Sf1 = 6 (Sularso, 1983 : 8)
Sf2 = 2,0 diambil nilai antara 1,3 - 3,0 (Sularso, 1983 : 8)
Km = 2,0 diambil nilai antara 1,5 - 2,0 (Sularso, 1983 : 8)
Kt = 2,0 diambil nilai antara 1,5 3,0 (Sularso, 1983 : 8)

3.8.2 Perencanaan Gaya yang Diterima Poros


1. Menentukan besarnya faktor koreksi
fc = 1,0 dipilih antara nilai 0,8 2,0 (Sularso, 1983: 7)
2. Daya rencana
Pd = P . fc . (Soelarso & K.suga, 1983:7)
= 8,405 KW 1,0
= 8,405 KW.
3. Momen puntir rencana ( T ). Kg mm.

T = 9,74 105 (Soelarso & K.suga, 1983:7)

40
8,405
= 9,74 105 1500 rpm

= 5457,64 kg mm.
4. Gaya gaya yang terjadi p ada poros

FA FD
5,7 5,7
50 mm 500 mm 100 mm
kg kg
5,7 kg 5,7 kg 5,7 kg
A B C D
5 5 5 5
, , RB , RC ,
7 Gambar
7 5,7 3.9: GayaGaya yang terjadi pada Poros
7 5,7 7
k k kg k kg k
a. Gaya
g yang terjadi
g di titik FA pada puli g g
Gaya pada titik FA = gaya akibat berat poros
FA = 1,4 kg
Gaya yang terjadi di titik FD pada propeler
FD = gaya akibat berat propeler
FD = 3,5 kg
b. Untuk mencari gaya reaksi yang terjadi pada titik B dan C maka
menggunakan rumus M = 0
MB = 0 (titik pusat di B untuk mencari gaya reaksi pada titik C)
= ( FA x AB) + (RC x BC) (FD x BD)
= ( 1,4 kg x 50 mm) + (RC x 500 mm) (3,5 kg x 600 mm)
( 70 .) + (2100 .)
RC = 500
2030 .
RC = 500

RC = 4,06 kg
c. Gaya reaksi pada titik B
Mc = 0 (titik pusat di C untuk mencari gaya reaksi pada titik B)
= ( FA x AC) (RB x BC) (FD x CD)
= ( 1,4 kg x 550 mm) (RB x 500 mm) (3,5 kg x 100 mm)
( 770 .) (350 .)
RC = 500

41
420 .
RC = 500

RC = 0,84 kg
5. Tegangan geser

= (Soelarso & K.suga, 1983:8)
1 2

55
= 6 2
55
= 12

= 4,58 2

6. Faktor koreksi untuk momen puntir ( Kt ) = 1,5 , Faktor lenturan (Cb)


=2
7. Diameter poros
1
5,1
d=( x Kt x Cb x T )3 (Soelarso & K.suga, 1983:8)

1
5,1
= ( 4,58 x 1,5 x 2 x 5457,64)3

= 27,5 mm 30 mm.
Disebabkan diameter poros 29,5 mm dipasaran tidak ada, maka
kita bulatkan menjadi 30 mm sesuai diameter poros yang ada dipasaran
(sularso, 1983: 9).
8. Diameter bagian yang menjadi tempat bantalan = 72 mm
Jari-jari filet = 72 30 : 2 = 21 mm
Alur pasak = 8 7 Filet 0,4 ( 0,4 besar dari JIS)
9. Faktor konsentrasi tegangan pada poros bertegangan adalah.
21 72
= 30 = 0,7 , 30 = 2,4 = 2,4

Konsentrasi tegangan pada poros dengan alur pasak :


0,7
= 0,023 , > = 2,4
30

Tegangan geser pada pasak ()


5,1
() = 3
5,1 5457,64
= (30)3

= 1,03 2

42
10. Pengecekan Defleksi Puntiran ()
.
= 584 .4 (Sularso, 1997:18)

Dimana:
T = Momen rencana = 5457,64 kg.mm
l = Panjang poros = 600 mm
G = Modulus geser = 9,3 x 103 kg/mm2
d = diameter poros = 30 mm
Maka:
5457,64 x 600
= 584 9,3 103 304
3274584
= 584 7533000000

= 0,240
Dari hasil perhitungan diperoleh defleksi puntiran sebesar 0,24,
sedangkan menurut (Sularso, 1997:19) defleksi maksimum puntiran
adalah 0,25. Maka:
0,24 < 0,25 (memenuhi syarat)
Jadi bahan poros yang dipakai untuk dijadikan poros 1 (poros
penyangga kincir) adalah besi S40C dengan diameter poros 40 mm.

3.9 Perencanaan Sabuk


Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh data awal
untuk merencanakan sabuk. Adapun data-data tersebut meliputi :
Daya generator yang digunakan : 8 kW
Putaran generator : 1500 rpm
Dalam perencanaan ini sabuk yang dipilih adalah dari karet dengan
bentuk sabuk-V karena mudah penangannya dan harganya murah. Daya
maksimum yang dapat ditransmisikan sabuk-V kurang lebih sampai 500 KW
dan kecepatan sabuk maksimum sampai 25 m/s (Sularso & Suga, 1997:163).
Berdasarkan diagram pemilihan sabuk di Sularso & Suga (1997:164), maka
sabuk yang digunakan adalah sabuk Tipe E.
1 Putaran poros penggerak (n1) = 500 rpm
2 Putaran poros yang digerakan (n2) = 1500 rpm

43
Perhitunagn perencanaan mesin ini menggunakan mesin generator
dengan putaran 1500 rpm dalam perencanaan ini perhitungan ditunjukan di
bawah ini:
1. Daya rencana ( )
= x P = (kW) (Sularso, 1991:7)
= 1,0 x 8,405 KW = 8,405 KW

Gambar 3.10: Diagram Pemilihan Sabuk


Sumber : web.ipb.ac.id.com, diakses 23 oktober 2017

2. Momen rencana (1 ,2 )
5,93
T1 = 9,74 x 105 x ( ) = (11551,64 kg.mm) (Sularso, 1991:7)
500
5,93
T2 = 9,74 x 105 x ( ) = (3850,54 kg.mm) (Sularso, 1991:7)
1500

Keterangan :
Pd = 8,405 kW
n1 = 500 rpm

44
Gambar 3.11: Perhitungan Panjang Keliling Sabuk
Sumber: (Sularso, 1991:170)

Dengan sabuk V tipe B maka dipilih diameter pulli yang diijinkan yaitu
115 mm pada perencanaan ini, sehingga diameter pada pulli pada poros motor
dipilih (dp) = 115 mm. Untuk menghiung diameter puli transmisi pada poros
turbin Kaplan (Dp):
3. Diameter Puli Transmisi ( , )

Dp . n1 = dp . n2 (Sularso, 1991:166)
2 .
Dp =
1
1500 . 115
Dp =
500

= 345 mm
Keterangan :
= diameter jarak bagi puli kecil (mm). = 115 mm

= diameter jarak bagi puli besar (mm). = 345 mm


4. Kecepatan linier sabuk (V)
n1
V= (Sularso, 1991:166)
60 1000
3,14 115 500
=
60 1000

= 3,0 m/s
Keterangan :
V = kecepatan puli (m/s)
dp = diamter puli kecil (mm)

n1 = putaran puli kecil (rpm)

45
5. Jarak puli penggerak dengan puli yang digerakkan
C = (Dp ) x 2

C = 230 x 2 = 460 mm
6. Panjang keliling (L)
1
L = 2C + (Dp + dp ) + ( - )2 (Sularso, 1991:170)
2 4
3.14 1
L = 2 x 460 + (345 + 115) + (345 - 115)2
2 2760

L = 920 + 722,2 + 19,16


L = 1661.36
L = 1662
Jadi panjang sabuk yang digunakan menyesuaikan dengan yang ada di pasaran
di pilih L = 1662 mm = 110,37 Inch
7. Jarak sumbu poros puli (C)

Gambar 3.12: Jarak Sumbu Dua Puli


b = 2 L - (Dp dp) (Sularso, 1991:170)
= 2 . 1662 3,14 (345 115)
= 3324 722,2
= 2601,8 mm
+ 2 8 ( )2
C = (mm)
8

2601,8+2601,8 2 8 (345115)2
= = 650,4 mm
8

Jadi jarak sumbu poros puli adalah 650 mm.


8. Sudut kontak ()
57 ( )
= 180

57 (345115)
= 180 = 159,84 = 1600
650

46
Gambar 3.13: Sudut Kontak Sabuk V

3.10 Perencanaan Puli (Pulley)


Kontruksi puli pada transmisi turbin kaplan menggunakan bahan besi cor
yang memiliki masa jenis 7800 kg/m3, putaran puli penggerak dan yang
digerakkan berturut-turut adalah n1 (rpm) dan yang digerakkan n2 (rpm)
dengan diameter nominal masing-masing adalah dp (mm) dan Dp (mm), serta
perbandingan putaran u dinyatakan dengan:
1
=
2

Dimana:
Dp = Diameter puli yang digerakkan (mm)
n2 = Putaran poros puli yang digerakkan (rpm)
d = Diameter puli penggerak (mm)
n1 = Putaran motor (rpm)

Dari tabel V-Belt , untuk sabuk tipe B diketahui ukuran-ukuran puli


sebagai berikut: e = 12,5 mm; c = 2,5 mm; t = 9 mm; s = 10 mm = 160
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam perhitungan puli antara lain :
1. Puli 1 (Puli Poros Motor)
1. Ketebalan puli (b)
Ketebalan puli yang akan dipakai adalah puli yang ada
dipasaran dengan tebal 20 mm (Martin, 2001).

47
2. Berat puli (Wp)
Wp = /4 x D2 x b x (kg) (Dobrovolsky, 1978:254)
= 3,14/4 x 0,0952 m x 2 x 103 m x 7800 kg/m3
= 0,11 kg

80
95

Gambar 3.14: Sketsa Pulley Generator


Dimana:
D = diameter luar puli (mm)
b = lebar puli (mm)
= massa jenis (7800 kg/mm)

2. Puli 2 (Puli Poros Besar)


1. Ketebalan puli (b2)
Ketebalan puli yang akan dipakai adalah puli yang ada dipasaran
dengan tebal 20 mm (Martin, 2001).
2. Berat puli (Wp)
Wp = /4 x D2 x b x (kg) (Dobrovolsky, 1978:254)
= 3,14/4 x 0,3452 m x 2 x 103 m x 7800 kg/m3
= 1,4 kg

48
345

330

Gambar 3.15: Sketsa Pulley Poros

Dimana:
D = diameter luar puli (mm)
b = lebar puli (mm)
= massa jenis (7800 kg/mm)

3. Sudut Kontak Puli (Pulley)


57 ( )
= 180 (Sularso & K.Suga, 1997:173)

57 (345115)
= 180 650,4

= 159,84 1600

3.11 Perencanaan Pasak


1. Tegangan Geser yang Diijinkan ( )
Menurut Sularso (1997:25) bahwa pasak umumnya dipilih dari bahan
yang lebih lemah dari poros, sehingga pasak akan lebih dulu rusak dari pada
poros dan puli. Ini disebabkan harga pasak lebih murah serta mudah
menggantinya. Adapun bahan pasak yang direncanakan adalah S 20 C,
dengan kekuatan tarik () = 55 kg/mm2, serta faktor keamanan Sfk1 = 6 dan
Sfk2 = 2,25 (Sularso & Suga, 1997:27)

49

=
1 . 2

55
= 6. 2,25

= 4,07 kg/mm2

2. Ukuran Pasak
Menurut Sularso (1997: 10) dimensi pasak untuk diameter poros 22-
30 mm adalah sebagai berikut:
Ukuran nominal pasak (b x h) = 8 x 7 mm
Kedalaman alur pasak pada poros (t1) = 4 mm
Kedalaman alur pasak pada naf (t2) = 3,3 mm
Panjang pasak (l) = 22,5 mm

Gambar 3.16: Dimensi pasak (Sularso Sularso & Suga, 1997:10)

3. Gaya Tangensial Pasak (F)



F = (/2) (Sularso & Suga, 1997:25)
5457,64
F= (30/2)

F = 363,84 N
Keterangan:
d = Diameter poros (30 mm)
T = momen puntir (5457,64kg.mm)
4. Tegangan Geser Pasak ( )

= . (Sularso & Suga, 1997:25)

50
363,84
= 8 22,5

= 2,02 kg/mm2

Keterangan:
b = Tebal pasak standart (8 mm)
l = Panjang pasak (22,5 mm)
5. Pemeriksaan Kelayakan Pasak
Menurut Sularso (1997:28) beberapa syarat yang harus dipenuhi agar
pasak bisa dikatakan aman, antara lain:
0,25 < b/ds < 0,35
0,25 < 8/30 < 0,35
0,25 < 0,26 < 0,35 (Memenuhi Syarat)
0,75 < l/ds < 1,5
0,75 < 22,5/30 < 1,5
0,75 < 0,75 < 1,5 (Memenuhi Syarat)

4,07 2,02 (Memenuhi Syarat)

3.12 Perencanaan Bantalan


Bantalan adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk menumpu
poros sehingga gerakan bolak balik atau putaran berlangsung dengan halus,
aman, serta memperpanjang umur poros. Bantalan ini harus kuat dan kokoh
untuk memungkinkan elemen-elemen mesin dapat bekerja dengan baik.
Bantalan yang akan digunakan pada masing-masing poros adalah sebagai
berikut.
Pemilihan bantalan Berdasarakan tabel pemilihan bantalan gelinding
menurut Sularso & K.Suga (1997: 143) untuk poros dengan diameter 30 mm,
maka dipilih bantalan gelinding jenis terbuka nomor 6005, dengan ukuran
sebagai berikut:
1 Diameter dalam bantalan (d) = 30 mm
2 Diamter luar bantalan (D) = 72 mm
3 Lebar (b) = 19 mm

51
4 Kapasitas nominal dinamis spesifik (C) = 5000 kg
5 Kapasitas nominal statis spesifik (C0) = 3400 kg
6 Beban persatuan panjang (w) = 2,54 kg

Hal-hal yang harus diperhitungkan dalam perencanaan bantalan :


1. Kekuatan Bantalan
W = w x l (kg) (Sularso dan Suga, 2004:107)
= 2,54 x 650
= 1651 kg
Dimana :
` W= Kekuatan beban bantalan
w = beban persatuan panjang
l = panjang poros
2. Tekanan Bantalan

p = kg/mm2 (Sularso dan Suga, 2004:109)
1651
= 650 30

= 0,84 kg/m2
Dimana :
p = beban rata-rata
l = panjang poros
d = diameter poros
3. Faktor kecepatan
1
33,3 3
fn (Sularso dan Suga, 1991:136)
n
1
33,3 3
= ( )
1500

= 0,28 rpm
Dimana :
n : putaran poros generator
4. Faktor umur bantalan
C
fh fn (Sularso dan Suga, 1991:136)
P

52
5000
= 0,28 0,084

= 16666,66
Dimana :
C : beban nominal dimensi spesifik (5000 kg)
P : beban ekuivalen dinamis (0,084 kg)
5. Umur nominal bantalan
Lh = 500. fh3 (jam) (Sularso dan Suga, 1991:136)
= 500. 16666,663
= 2314812 (jam)
Umur bantalan ( ) pada bantalan yang dipakai secara terus menerus
( 8 jam/hari). Dari data di atas memenuhi syarat jika lebih besar dari 30000
jam. Harga Lh dari perhitungan adalah 2314812 jam. Maka dapat
disimpulkan umur bantalan dari diatas memenuhi syarat karena Lh > 30.000
jam (Sularso & K Suga, 1983:136).

3.13 Perencanaan Generator


Berdasarkan penjelasan dan perhitungan yang telah diuraikan, maka tipe
generator yang cocok atau dapat digunakan untuk pembangkit listrik tenaga
mikrohidro dengan sistem turbin kaplan adalah generator dengan kapasitas
daya out put maksimal 8,4 kW karena hasil perhitungan yang dilakukan
berdasarkan aspek aspek yang mempengaruhi kapasitas generator seperti
kecepatan aliran air dan debit air di peroleh.

53
3.14 Perencanaan Turbin

Gambar 3.17: Desain Turbin


1. Ukuran Kerangka Turbin
OD (Diameter Plate) = 0,360 m
ID (Diameter Shaft) = 0,280 m
Tebal Plate = 0,015 m
Jenis Material = ST 60
Berat Jenis Material = 7850 kg/m3

2. Perhitungan Berat Support Plate


m = Volume x Berat Jenis
m = (( x r12 x t) - ( x r22 x t)) x 7850
m = ((3,14 x 0,1552 x 0,27) - (3,14 x 0,1402 x 0,27)) x 7850
m = 29,44 kg

3. Gaya aksial yang diterima oleh Support Plate sebesar


Fa = m x g
Fa = 29,44 x 9,81
Fa = 288,8 N

54
Tabel: 3.2 Spesifikasi Komponen
No. Jenis Komponen Bahan Ukuran Bahan

1. Turbin Stainless Steel Turbin :


- t = 210 mm
Lebar turbin = 100
mm
Sudu :
- t = 100 mm
- Panjang sudu =
80mm
- Tebal sudu = 6 mm

2. Sudu Pengarah Plat besi Sudu Pengarah


Air :
- tinggi = 100 mm
- lebar = 81 mm

3. Poros Transmisi Baja karbon Poros Transmisi :


S50C - D = 30 mm
- Panjang = 600 mm

4. Bantalan Logam putih Bantalan :


- No. 6306
- diameter dalam
bantalan (d) = 30
mm
- Diameter luar
bantalan (D) = 72
mm
Lebar (b) = 19 mm

5. Pasak Baja lunak Pasak :


(mild Steel) - bxh=8x7
- Kedalaman alur
S20C
pasar pada poros
(t1) = 4 mm
- Kedalaman alur
pasak pada naf (t2)
= 3,3 mm

55
- Panjang pasak (l) =
22,5 mm

6. Pulley Baja Karbon Pulley 1


S40C generator :
- D = 115 mm
- Ketebalan pulley
(b1) = 20 mm
Pulley 2 poros :
- D = 345 mm
- Ketebalan pulley
(b2) = 20 mm

7. Sabuk (V-belt) Rubber (Karet) Sabuk (V-belt) :


- Sabuk tipe B, Raw
Edge Multi-Ply-V-
belt
- Tebal sabuk = 12
mm
- Jarak sumbu poros
(C) = 650 mm
- Panjang keliling
sabuk (L) = 1662
mm
8. Shaft Baja ST 50 Shaft
- Panjang = 400 mm
- Diameter (D) =
80 mm
- Diameter dalam
shaft (d) = 50
mm
- Tebal = 20 mm
- D = 240 mm

9. Support Plate Atas Baja ST 50 Suport Shaft :


- Tebal support plate
atas = 25 mm
- Diameter suport
shaft (D) = 360
mm

56
- Diameter dalam
suport plate (d) =
150 mm

10. Suport Plate Bawah Baja ST 50 Suport :


- Tebal suport =
25 mm
- Diameter suport
(D) = 360 mm
- Diameter dalam
suport (d) = 260
mm
- Diameter plat (D)
= 275 mm
- Tebal plat = 15
mm

11. Rumah Generator Kayu Rumah Generator :


- Tinggi = 320 mm
- Panjang = 620
mm
Lebar = 420 mm

12. Generator Generator Generator :


- Daya di hasilkan
(Pt) = 8405,2 Watt
- Daya Generator
(P) = 8,4 KW

57
BAB IV
PENGOPERASIAN DAN BIAYA PRODUKSI

4.1 Pengoperasian Turbin


Pembangkit listrik tenaga air memiliki kelebihan bila dibandingkan
dengan pembangkit listrik lainnya, karena tidak memerlukan bahan bakar
dalam pengoperasiannya, seperti pembangkit yang menggunakan bahan bakar.
Akan tetapi pengoperasian dan perawatannya tidak ada perbedaan untuk
jangka panjang. Pembangkit tenaga mikrohidro ini dapat dioperasikan dalam
jangka panjang. Kita dapat menggunakannya secara efektif karena selain
ramah lingkungan juga berkelanjutan.
Pengoperasian pembangkit mikrohidro tidak hanya untuk
membangkitkan tenaga listrik dengan cara memutar generator tetapi juga untuk
mengontrol peralatan pembangkit, menyuplai listrik dengan kualitas yang
stabil kepada konsumen, dan menjaga semua peralatan agar tetap dalam
kondisi yang bagus. Karena semua fasilitas dan peralatan yang terpasang
tergantung pada kondsis lokasi dan anggaran yang tersedia, maka terdapat
berbagai pengoparasian mini/mikrohidro. Jika suatu pembangkit memiliki
stabilisator beban otomatis, maka operator tidak harus selalu mengontrol
semua peralatan kecuali pada saat memulai, berhenti dan keadaan darurat. Jika
pada pembangkit dibuat system pemberhentian otomatis, maka operator tidak
harus selalu berada disekitar pembangkit.

4.1.1 Memulai Pengoperasian


Beberapa prosedur memulai pengoperasian adalah sebagai berikut.
1. Menutup pintu saluran.
2. Membuka pintu intek dan air intek kedalam system saluran (Memulai
pengoperasian awal).
3. Membuka inlet valve secara bertahap.
4. Buka valve inlet secara penuh, kemudian buka guide vane secara bertahap.
5. Naikkan voltase dan frekuensi kecepatan atau rotasi kecepatan pada nilai
yang telah ditentukan.

58
6. Tekan tombol load switch on.
7. Kontrol valve inlet dan guide vane sehingga voltase dan frekuensinya
berada didalam selang yang telah ditentukan.

4.1.2 Peraturan untuk operator selama pengoperasian


Operator harus memeriksa peralatan agar dapat menyuplai listrik dengan
kualitas yang baik dan menjaga peralatan agar tetap dalam kondisi yang aman
dan normal. Hal-hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
Mengontrol inlet valve atau guide vane sehingga voltase dan frekuensinya
berada pada selang yang telah ditentukan.
1. Mengecek vibrasi dan suara dari peralatan dan memberhentikan
pengoperasian jika diperlukan.
2. Memeriksa suhu dari peralatan.
3. Memeriksa semua keadaan abnormal dari peralatan dan memberhentikan
pengoperasian jika diperlukan.
4. Menyimpan semua hasil pengoperasian dan kondisi peralatan dalam
format yang tetap.

4.1.3 Pemberhentian pengoperasian


Agar prosedur untuk menghindari rusaknya turbin dan generator untuk
waktu yang lama, maka prosedur untuk pemberhentian operasi adalah sebagai
berikut:
1. Menutup valve inlet atau guide vane.
2. Menekan saklar beban off (load rejection).
3. Menutup valve inlet dan guide vane secara sempurna.
4. Menutup pintu intake.
Ketika beban secara tiba-tiba mengalami kerusakan maka operator harus
menutup valve inlet atau guide vane sesegera mungkin untuk menghindari
kerusakan turbin dan generator untuk waktu yang lama.

59
4.2 Perawatan Turbin
Perawatan turbin kaplan sebagai pembangkit lisrik tenaga mikrohidro
dapat dilakukan secara manual. Pada umumnya operator pembangkit listrik
tersebut harus mengerti beberapa hal yaitu:
1. Operator harus menguasai komponen-komponen dari pembangkit dan
penampakannya atau operator harus menguasai fungsi dan koreksi serta
perawatannya. Lebih jauh lagi operator harus mengerti apa yang
dilakukan jika terjadi beberapa kerusakan agar dapat pulih kembali.
2. Operator harus memeriksa kondisi dari semua fasilitas dan peralatan
pembangkit. Dan ketika terdapat permasalahan dan kerusakan, mereka
harus bisa menghubungi orang yang bertanggung jawab terhadap hal ini
dan mencoba memperbaikinya.
Operator harus menjaga pembangkit dari kerusakan. Oleh karena itu
operator harus memperbaiki dan menyempurnakan fasilitas jika diperlukan.
Pengoperasian dan perawatan setiap pembangkit listrik mikrohidro harus
benarbenar dipersiapkan sejak awal oleh setiap operator sebelum memulai
pengoperasiannya.
Untuk mengoperasikan pembangkit listrik mikrohidro dalam kondisi
yang baik dan dalam jangka waktu yang lama, maka fasilitas saluran air,
peralatan listrik, transmisi dan distribusi harus dirawat dengan baik. Operator
harus melakukan observasi walaupun itu masalah kecil dan harus menjaga dari
kecelakaan pada fasilitas. Oleh karena itu diperlukan patroli harian dan
inspeksi berkala serta menyimpan datanya dengan baik.
Patroli dan inspeksi pada hal-hal diatas harus dilakukan berdasarkan
kondisi dan cara penggunaannya. Perawatan umum pembangkit
mini/mikrohidro adalah sebagai berikut :
1. Patroli Harian
Untuk mengecek jika ada sesuatu pada fasilitas saluran air, peralatan
listrik, transmisi dan distribusi, maka operator harus melakukan patroli harian.
Selain itu operator harus menyimpan hasil patroli dan mengambil tindakan jika
diperlukan. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam patroli adalah sebagai berikut:

60
Tabel: 4.1. Patroli Perawatan Harian
Fasilitas dan Hal-hal yang diperiksa Tindakan
peralatan
1 2 3
Intake dan saluran - Sampah pada saringan - Membersihkan setiap
air - Kebocoran air pada dam hari
dan pintu air - Meyimpan data dan
- Deformasi dan keretakan memperbaiki jika perlu
pada struktur
Saluran pembawa - Matrial/bahan sepanjang - Memperbaikinya jika
saluran perlu
- Sedimentasi tanah/pasir - Meyimpan data dan
Kebocoran, deformasi, memperbaikinya jika
dan keretakan struktur perlu
- lapisan pasir/tanah - Membersihkan pasir
sepanjang saluran dan batu setelah
pembawa mengetahui
- kelebihan aliran air dari keamananya
saluran pelimpah - Mengurangi pasokan air
jika kelebihan air
terlalu banyak
Penstock - Kebocoran dan deformasi - Meyimpan data
Turbin - Suara yang aneh dan - Meyimpan data dan
vibrasi memeriksa peyebabnya
Generator - Kebocoran pada rumah - Meyimpan data,
turbin perbaiki
- Vibrasi - Periksa keadaan
- Kerusakan pada - Ganti jika perlu
pemanasnya
Trafo Kebocoran minyak Ganti jika perlu
Transmisi dan Matrial/bahan yang Bersihkan setelah oprasi
distribusi menempel off

61
2. Inspeksi periodik
Operator harus melakukan pemeriksaan secara priodik, untuk
memeriksa jika terjadi permasalahan/kerusakan pada fasilitas dan peralatan.
Pada saat pemeriksaan operator kadangkala harus memeriksanya dengan teliti
dan melakukan perbaikan jika diperlukan. Beberapa hal dan frekuensi dari
pemeriksaan yang harus dilakukan:
Tabel: 4.2. Inspeksi Periodik
Fasilitas dan Hal-hal yang Frekuensi Tindakan
peralatan harus diperiksa
Valve inset Kebocoran 1tahun Ganti jika perlu
Trafo Kebocoran minyak 1 bulan Ganti jika perlu
Transmisi dan Cabang yang dekat 1 bulan Potong jika perlu
Distribusi

4.3 Biaya Pembelian Komponen


Nama
No. Jml Ukuran Harga/Unit Jumlah
Komponen
1. Generator 1 8 kW Rp 750.000,- Rp 750.000,-
2. Pembalik arus 1 8 kW Rp 700.000,- Rp 700.000,-
3. Batrai 1 8 kW Rp 300.000,- Rp 300.000,-
4. Poros 1 30 mm x 650 mm Rp 150.000,- Rp 150.000,-
5. Sudu 6 98 mm x 58 mm Rp 20.000,- Rp 120.000,-
6. Bantalan 2 72 mm Rp 50.000,- Rp 100.000,-
Tipe B, panjang 86
7. Sabuk-V Tipe B 1 Rp 20.000,- Rp 20.000,-
inchi
8. Puli 1 1 345 mm Rp 100.000,- Rp 100.000,-
9. Puli 2 1 95 mm Rp 60.000,- Rp 60.000,-
10. Kabel 1 1 Gulung Rp 50.000,- Rp 50.000,-
11. Pipa Paralon 2 5 inchi Rp 50.000,- Rp 100.000,-
Kawat
1000 mm x 1000
12. Penyaring 1 Rp 20.000,- Rp 20.000,-
mm
Sampah

62
13. Baut tanam 14 Panjang 20 cm Rp 5.000,- Rp 40.000,-
14. Suport Plate 1 360 mm Rp 250.000,- Rp 250.000,-
Shaft (Pelindung
15. 1 280 mm Rp 100.000,- Rp 100.000,-
Poros)
Rumah
16. 1 700 mm x 500 mm Rp 50.000,- Rp 50.000,-
Generator
Jumlah Rp 2.910.000,-

4.4 Biaya Pembuatan dan Perakitan


No. Nama Komponen Biaya Jumlah
1. Membubut poros Rp 100.000,- Rp 100.000,-
2. Frais tempat pasak Rp 100.000,- Rp 100.000,-
3. Pengelasan Rp 200.000,- Rp 200.000,-
4. Pembuatan Tempat Rp 50.000,- Rp 50.000,-
5. Lain-lain Rp 100.000,- Rp 100.000,-
Jumlah Rp 550.000,-

4.5 Total Biaya


Total biaya keseluruhan adalah:
Biaya pembelian komponen = Rp 2.910.000,-
Biaya pembuata dan perakitan = Rp 550.000,- +
Total Biaya = Rp 3.460.000,-

63
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan yang sudah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembuatan pembangkit listrik tenaga mikrohidro pada sungai daerah Jl.
Raya Selokerto, Malang lebih effektif menggukan turbin kaplan.
2. Daya yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga mikro hidro
mencapai 8 KW yang dapat menghidupi 10 rumah.
3. Perawatan suatu peralatan dapat diartikan sebagai usaha pencegahan,
pencegahan yang dimaksud adalah semua peralatan harus dirawat sebelum
peralatan tersebut mengalami kerusakan.
4. Biaya yang dibutuhkan untuk membuat pembangkit listrik tenaga air
selokan dengan sistem kincir ganda adalah sebesar Rp. 3.460.000. Dimana
total biaya digunakan untuk pembiayaan yang meliputi: (1) biaya
pembelian komponen Rp 2.910.000 ; (2) biaya pembuatan dan perakitan
Rp 550.000.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dari hasil perancangan
pembangkit listrik mini hidro, yaitu:
1. Bagi Mahasiswa
a. Untuk mahasiswa yang akan merancang pembangkit listrik, diharapkan
dapat memodifikasi sehingga meningkatkan dapat meningkatkan daya
out put dan biaya produksi rendah.
b. Diharapkan perancang yang akan dibuat mampu mengembangkan
peralatan yang ada agar memiliki nilai lebih di masyarakat.
2. Bagi IPTEK
a. Sebegai literatur untuk penulis yang akan merancang pembangkit listrik
tenaga mini hidro.

64
3. Bagi Perancang Berikutnya
a. Dapat merealisasikan perancangan ini menjadi sebuah pembangkit
listrik nyata yang dapat digunakan oleh masyarakat sebagai sumber
tenaga listrik untuk keperluan sendiri.

65
DAFTRA RUJUKAN

Sularso dan Suga, K. 1997. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Jakarta: P.T. Paramidya Utama.
Debrovolsky, V. 1976. Machine Elements. Moscow: Peace Publisher.
Dietzel, Fritz. 1990. Turbin Pompa dan Kompresor. Jakarta: Erlangga.
Ingram, Grant. 2007. Very Simple Kaplan Turbine Design. School of
Engineering. DurhamUniversity.
Jewett, Serway. 2006. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi 6. Jakarta: Salemba
Teknika.
Diagram Pemilihan Sabuk (online),web.ipb.ac.id.com, diakses 23 Oktober 2017.
Notosudjono, D. 2002. Perencanaan PLTMH di Indonesia. BPPT. Hal 68.
Ismono H.A., 1999. Perencanaan Turbin Air Tipe Cross Flow Untuk Pembangkit.
Listrik Tenaga Mikrohidro. Institud Teknologi Nasional Malang.
Sudarto. 2015. Karakteristik Turbin Kaplan Pada Sub Unit Pembangkit Listrik
Tenaga Air Kedungombo. Politeknik Negeri Semarang.
Didik Sugianto, dkk. 2006. Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Turbin
Kaplan Dengan Variasi Debit Air. Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Arismunandar W. 2004. Teknik Tenaga Listrik Jilid II. Jakarta : PT.Pradnya
Paramita.
Haryadi, J. Berkat Mikrohidro, Air Selokan Disulap Menjadi Sumber Energi
Listrik. Berita dimuat dalam Kompasiana pada 28 Oktober 2013 jam 15:30
WIB.(Online),(http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2013/10/28/berka
t-mikrohidro-air-selokan-disulap-menjadi-sumber-energi-listrik-
603046.html), diakses pada 17 Maret 2015 jam 14.00 WIB.

66
LAMPIRAN-LAMPIRAN

67

Anda mungkin juga menyukai