Anda di halaman 1dari 31

STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN DI PERAIRAN

LAUT LEATO PROVINSI GORONTALO

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH

CINDRAWATI SUPU
NIM.633414052

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, tak lupa kita bersalawat dan salam kita

kirimkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta para sahabatnya

dan suri tauladannya sehingga penulis akan menyelesaikan laporan Penelitian

yang berjudul Struktur Komunitas Padang Lamun Di Perairan Leato

Provinsi Gorontalo

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

banyak untuk yang telah membantu, mendukung, memotivasi serta mendoakan

penulis untuk dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

Gorontalo, November 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Lamun .................................................................................... 3
2.2 Morfologi Lamun ................................................................................... 3
2.3 Jenis-jenis Lamun ................................................................................ 5
2.4 Klasifikasi Lamun................................................................................ 8
2.5 Faktor Lingkungan ............................................................................ 16
2.6 Peranan Lamun .................................................................................. 19
2.7 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 20
BAB III. METODE PRAKTEK KERJA LAPANG
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 21
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 21
3.3 Metode Pengambilan Data................................................................. 22
3.4 Penentuan Titik Pengamatan ............................................................. 22
3.5 Pengamatan Lamun ........................................................................... 22
3.6 Analisis Data .......................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan wilayah tropis yang memiliki kekayaan padang

lamun yang luas. Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga

(Angiospermae) yang memiliki rhizoma, daun dan akar sejati yang hidup

terendam di dalam laut. Lamun umumnya membentuk padang lamun yang luas di

dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi

pertumbuhannya. Air yang bersirkulasi diperlukan untuk menghantarkan zat-zat

hara dan oksigen, serta mengangkut hasil metabolisme lamun ke luar padang

lamun (Hasanuddin 2013 dalam Syamsul Rahman 2017).

Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem laut dangkal yang

paling produktif. Disamping itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting

dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, yaitu

sebagai produsen primer, habitat biota, penjebak sedimen dan penjebak zat hara

(Syamsul, 2017).

Perairan laut Leato Selatan merupakan perairan yang berada di Daerah

Gorontalo, dimana dalam perairan ini ditumbuhi padang lamun. Perairan Leato

selatan dipilih sebagai tempat penelitian karena di perairan ini banyak terdapat

lamun. Di samping itu perairan laut Leato selatan juga pernah di lakukan

penelitian sebelumnya, mengenai pola sebaran dan kerapatan jenis lamun.

Berdasarkan fungsinya padang lamun memiliki fungsi ekologis dan fungsi

ekonomis yang sangat penting bagi manusia. fungsi ekologis padang lamun

adalah: (1) sumber utama produktivitas primer, (2) sumber makanan bagi

1
organisme dalam bentuk detritus, (3) penstabil dasar perairan dengan sistem

perakarannya yang dapat menangkap sediment (trapping sediment), (4) tempat

berlindung bagi biota laut, (5) tempat perkembangbiakan (spawning ground),

pengasuhan (nursery ground), serta sumber makanan (feeding ground) bagi biota-

biota perairan laut, (6) pelindung pantai dengan cara meredam arus, (7) penghasil

oksigen dan mereduksi CO2 di dasar perairan. Sedang fungsi ekonomis dari

lamun adalah sebagai daerah tangkapan ikan, karena keberadaan lamun dapat

meningkatkan produktivitas ikan. Selain itu lamun juga dimanfaatkan sebagai

bahan kerajianan dan obat (Presli Nainggolan, 2011).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengenalan dari jenis-jenis lamun yang ada di Perairan Laut

Leato Provinsi Gorontalo?

1.3 . Tujuan Penelitian

Agar dapat mengetahui lebih lanjut mengenai jenis-jenis lamun yang ada

di Perairan Laut Leato Provinsi Gorontalo.

1.4 Manfaat Penelitian

Bagi kalangan peneliti, dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian yang

berkaitan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Lamun

Lamun (seagrass) merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga

(Angiospermae) yang memiliki rhizoma, daun dan akar sejati yang hidup

terendam di dalam laut. Lamun umumnya membentuk padang lamun yang luas di

dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi

pertumbuhannya. Air yang bersirkulasi diperlukan untuk menghantarkan zat-zat

hara dan oksigen, serta mengangkut hasil metabolisme lamun ke luar padang

lamun (Hasanuddin. 2013).

Lamun yang ada di Indonesia terdapat 7 marga, yaitu Enhalus, Thalassia,

Halophila, Halodule, Cymodocea, Syrongidium, dan Thalssodendrom dan terdiri

dari 12 jenis, yaitu Halodule uninervis, H. pinifolia, Cymodocean rotundata, C.

serrulata, Syringodium isoetifolium, Thalassodendron ciliatum, Enhalus

acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, H. minor, H. decipiens, dan H.

spiulosam (Hutomo,1985 dalam Benny Audy Jaya Gosari dkk, 2012).

2.2 Morfologi Lamun

Secara morfologis, tumbuhan lamun mempunyai bentuk yang hampir

sama, terdiri atas: akar, batang, dan daun. Daun pada lamun umumnya

memanjang, kecuali jenis Halophila memiliki bentuk daun lonjong (Nurzahraeni,

2014).

3
Gambar 1. Bagian-bagian lamun secara morfologi

2.2.1 Akar

Terdapat perbedaan morfologi dan anatomi akar yang jelas antar jenis

lamun yang dapat digunakan dalam kajian taksonomi lamun. Akar pada beberapa

jenis seperti Halophila dan Halodule memiliki karateristik tipis (fragile) seperti

rambut, sedangkan jenis Thalassodendron memiliki akar yang kuat dan berkayu

dengan sel epidermal. Akar pada lamun memiliki pusat stele yang dikelilingi oleh

endodermis. Stele mengandung phloem atau jaringan transport nutrien, dan xylem

atau jaringan yang menyalurkan air.

2.2.2. Rhizoma dan Batang

Struktur rhizoma dan batang lamun memiliki variasi yang sangat tinggi

tergantung dari susunan di dalam stele masing-masing lamunnya. Rhizoma

seringkali terbenam di dalam substrat yang dapat meluas secara ekstensif dan

memiliki peran yang utama pada reproduksi secara vegetatif (merupakan hal yang

penting untuk penyebaran dan pembibitan lamun). Volume rhizoma merupakan

60-80% dari biomasa lamun.

4
2.2.3 Daun

Daun lamun berkembang dari meristem basal yang terletak pada rhizoma

dan percabangannya. Secara morfologi daun pada lamun memiliki bentuk yang

hampir sama secara umum, dimana jenis lamun memiliki morfologi khusus dan

bentuk anatomi yang memiliki nilai taksonomi yang sangat tinggi. Daun lamun

mudah dikenali dari bentuk daun, ujung daun dan ada tidaknya ligula (lidah daun).

Daun lamun memiliki dua bagian yang berbeda yaitu pelepah dan daun.

Sedangkan secara anatomi, daun lamun memiliki ciri khas dengan tidak memiliki

stomata dan memiliki kutikel yang tipis.

2.3 Jenis-jenis Lamun

Beberapa jenis lamun yang terdapat di perairan pantai Indonesia

(Nurzahraeni, 2014) adalah sebagai berikut ini:

1. Enhalus acoroides

Enhalus acoroides merupakan tanaman yang kuat, yang memiliki daun

yang panjang dengan permukaan yang halus dan memiliki rhizoma yang tebal.

Terdapat bunga yang besar dari bawah daun. Lamun ini di temukan sepanjang

Indo-Pasifik barat di daerah tropis.

2. Halophila decipiens

Halophila decipiens memiliki daun yang berbentuk seperti dayung dan

seluruh tepi daun bergerigi. Terdapat sepasang petiole secara langsung dari

rhizoma. Di temukan sepanjang daerah tropis dan subtropics.

5
3. Halophila ovalis

Halophila ovalis memiliki daun yang berbentuk seperti dayung dengan

pembagian yang bervariasi. Pada pinggiran daun halus. Terdapat sepasang daun

pada petiole yang muncul secara langsung dari rhizoma. Daun kadang-kadang

memiliki titik-titik merah dekat bagian tengah vein. Lamun ini di temukan di

sepanjang Indo-Pasifik Barat sampai ke daerah temperatur Australia.

4. Halophila minor

Halophila minor memiliki daun berbentuk bulat panjang. Panjang daun

0,5-1,5 cm. Pasangan daun dengan tegakan pendek

5. Halophila spinulosa

Halophila spinulosa memiliki struktur daun yang berpasangan dan sejajar

dalam satu tegakan. Setiap pinggiran daun bergerigi. Ditemukan di Australis

bagian utara, daerah Malaysia dan sepanjang daerah tropis.

6. Thalassia hempricii

Thalassia hempricii memiliki bentuk daun seperti selendang (strap-like)

yang muncul dari stem yang tegak lurus dan penutup penuh oleh sarung daun (leaf

sheath). Ujung daun tumpul dan bergerigi tajam. Rhizoma tebal dengan node scar

yang jelas, biasanya berbentuk segitiga dengan Ieaf sheath yang keras.

7. Cymodocea rotundata

Cymodocea rotundata memiliki kantong daun yang tertutup penuh

dengan daun muda, kadang-kadang berwarna gelap, daun biasanya muncul dari

vertical stem, ujung yang halus dan bulat. Bijinya berwarna gelap dengan

6
punggung yang menonjol. Lamun ini di temukan di sepanjang Indo-Pasifik Barat

di daerah tropis

8. Cymodocea serrulata

Cymodocea serrulata memiliki daun berbentuk selempang yang

melengkung dengan bagian pangkal menyempit dan ke arah ujung agak melebar.

Ujung daun yang bergerigi memiliki warna hijau atau orange pada rhizome

9. Halodule pinifolia

Halodule pinifolia merupakan species terkecil dari genus Halodule.

Bentuk daun lurus dan tipis. Biasanya pada bagian tengah ujung daun robek.

Lamun ditemukan di sepanjang Indo-Pasifik Barat di daerah tropis dan sangat

umum di daerah intertidal

10. Halodule uninervis

Halodule uninervis memiliki ujung daun yang berbentuk trisula dan

runcing, terdiri dari 1-3 urat halus yang jelas kelihatan, memiliki sarung serat dan

rhizoma biasanya berwarna putih dengan serat-serat berwarna hitam kecil pada

nodes-nya. Lebar dan panjang daunnya masing-masing 0.2 4 mm dan 5 25 cm.

Lamun di sepanjang Indo-Pasifik barat di daerah tropis dan sangat umum di

daerah intertidal

11. Syringodium isoetifolium

Syringodium isoetifolium memiliki bentuk daun yang silinder dan

terdapat rongga udara di dalamnya. Daun dapat mengapung di permukaan dengan

mudah. Ditemukan di Indo-Pasifik Barat di seluruh daerah tropis.

7
12. Thalassodendron ciliatum

Thalassodendron ciliatum memiliki daun yang berbentuk sabit.

Rhizoma sangat keras dan berkayu. Terdapat bekas-bekas goresan di antara

rhizoma dan tunas. Di temukan di Indo-Pasifik barat di seluruh daerah tropis

2.4 Klasifikasi Lamun

Klasifikasi jenis lamun yang terdapat di perairan pantai Indonesia

(Nurzahraeni, 2014) adalah sebagai berikut ini:

1. Enhalus acoroides

Gambar 2. Enhalus acoroides

Kingdom: Plantae
Divison: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Hidrocharitales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Enhalus
Species: Enhalus acoroides

8
2. Halophila decipiens

Gambar 3. Halophila decipiens

Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Hidrocharitales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Halophila
Species: Halophila decipiens
3. Halophila ovalis

Gambar 4. Halophila ovalis


Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Hidrocharitales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Halophila
Species: Halophila ovalis

9
3. Halophila minor

Gambar 5. Halophila minor

Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Hidrocharitales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Halophila
Species: Halophila minor
5. Halophila spinulosa

Gambar 6. Halophila spinulosa

10
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Hidrocharitales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Halophila
Species: Halophila spinulosa
6. Thalassia hempricii

Gambar 7. Thalassia hempricii

Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Hidrocharitales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Thalassia
Species: Thalassia hempricii

11
7. Cymodocea rotundata

Gambar 8. Cymodocea rotundata

Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Potamogetonales
Family: Potamogetonaceae
Genus: Cymodocea
Species: Cymodocea rotundata
8. Cymodocea serrulata

Gambar 9. Cymodocea serrulata

12
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Potamogetonales
Family: Potamogetonaceae
Genus: Cymodocea
Species: Cymodocea serrulata
9. Halodule pinifolia

Gambar 10. Halodule pinifolia

Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Potamogetonales
Family: Potamogetonaceae
Genus: Halodule
Species: Halodule pinifolia

13
10. Halodule uninervis

Gambar 11. Halodule uninervis

Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Potamogetonales
Family: Potamogetonaceae
Genus: Halodule
Species: Halodule uninervis
11. Syringodium isoetifolium

Gambar 12. Syringodium isoetifolium

14
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Potamogetonales
Family: Potamogetonaceae
Genus: Syringodium
Species: Syringodium isoetifolium
12. Thalassodendron ciliatum

Gambar 13. Thalassodendron ciliatum

Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Potamogetonales
Family: Potamogetonaceae
Genus: Thalassodendron
Species: Thalassodedron ciliatum

15
2.5 Faktor Lingkungan

Faktor lingkingan yang mempengaruhi pertumbuhan lamun ada 8 faktor

(Mega Sarfika, 2012) adalah sebagai berikut ini:

2.5.1 Arus

Peranan arus dalam pertumbuhan lamun yaitu membantu dalam distribusi

nutrien, suhu, dan salinitas di perairan. Arus juga dapat merubah bentuk

permukaan substrat secara perlahan yang membawa substrat berpindah dari satu

tempat ke tempat lain. Hal ini akan menjadi masalah bagi jenis lamun yang

berukuran kecil karena dapat menyebabkan lamun terkena sedimentasi dan tidak

dapat melakukan fotosintesis.

2.5.2 Kedalaman

Kedalaman berpengaruh terhadap pertumbuhan lamun dilihat dari

kebutuhan lamun untuk mendapatkan intensitas cahaya yang cukup dalam proses

fotosintesis. Kedalaman yang sesuai untuk pertumbuhan lamun tergantung pada

intensitas cahaya yang masuk. Kedalaman perairan yang menjadi tempat

tumbuhnya lamun adalah daerah pasang surut hingga mencapai kedalaman 90

meter.

2.5.3 Suhu

Pada daerah tropis, lamun dapat tumbuh pada suhu 28-30 C. Perubahan

suhu dapat mempengaruhi metabolisme, penyerapan unsur hara dan kelangsungan

hidup lamun. pengaruh suhu bagi lamun di perairan sangat besar, suhu

mempengaruhi proses-proses fisiologis, yaitu proses fotosintesis, laju respirasi,

16
pertumbuhan dan reproduksi. Proses-proses fisiologis tersebut akan menurun

tajam apabila temperatur perairan berada di luar kisaran optimal.

2.5.4 Salinitas

Lamun tumbuh pada daerah air asin atau yang memiliki salinitas tinggi,

pada daerah subtidal lamun mampu menyesuaikan diri pada salinitas sekitar 35,

dan juga mampu bertahan pada daerah estuari atau perairan payau. Secara umum,

lamun bersifat uerihalin atau memiliki kisaran salinitas yang lebar yaitu berkisar

10-45 . Jika berada pada kondisi hiposalin (<10 ) atau hipersalin (>45 ),

lamun akan mengalami stress dan mati.

2.5.5 Kecerahan

Proses fotosintesis merupakan hal terpenting dalam pertumbuhan lamun

sebagai produsen primer dalam kehidupan laut. Lamun membutuhkan sinar

matahari untuk berfotosintesis. Kecerahan perairan mempengaruhi intensitas

cahaya yang masuk ke kolom perairan. Perairan dengan kecerahan tinggi maka

intensitas cahaya yang masuk ke kolom air akan semakin dalam dan jika tingkat

kecerahan perairan rendah, intensitas cahaya yang masuk akan dangkal. Faktor

yang mempengaruhi kecerahan yaitu kekeruhan atau material tersuspensi, perairan

dengan substrat lumpur akan memiliki tingkat kecerahan rendah dan tingkat

kekeruhan tinggi. Sebaliknya pada perairan dengan substrat pasir atau batu akan

memiliki tingkat kecerahan yang lebih tinggi dan kekeruhan yang rendah. Pada

perairan pantai yang keruh, cahaya menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan

lamun. Kurangnya penetrasi cahaya dapat menimbulkan gangguan terhadap

produksi primer lamun.

17
2.5.6 Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut atau dissolved oxigen (DO) merupakan salah satu

parameter perairan yang sangat penting bagi pertumbuhan lamun. Oksigen terlarut

digunakan untuk respirasi akar dan rhizome lamun, respirasi biota air dan proses

nitrifikasi dalam siklus nitrogen di padang lamun.

2.5.7 Nutrien

Nutrien merupakan salah satu faktor penting bagi pertumbuhan lamun

yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis. Lamun mampu tumbuh dengan subur

pada daerah oligotrofik seperti daerah dekat terumbu karang. Seperti halnya

tumbuhan produsen primer akuatik lainnya, lamun hanya membutuhkan nutrien

yaitu nitrogen dan fosfat.

Fiksasi nitrogen pada lamun terjadi pada daun dan di dalam sedimen.

Sumber nitrogen yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis lamun tersedia dari

kadar anoxia dalam tanah dan keseimbangan proses nitrogen dalam tanah.

Sedangkan fosfat diperoleh dari komposisi sedimen atau substrat lamun. Pada

daerah sedimen yang mengandung karbonat, seperti sedimen yang mengandung

karbonat dari karang, fosfat akan bereaksi dengan karbonat sehingga fosfat bebas

menjadi sedikit.

2.5.8 Substrat

Substrat merupakan tempat tumbuhnya tanaman yang terkandung mineral

organik dan inorganik di dalamnya, pori-pori substrat mengandung air antara

(interstitial water) yang mengandung unsur hara. Berdasarkan ukuran, substrat

dikelompokkan menjadi kerikil (>2 mm), pasir (0,05-2 mm), lumpur (silt) (0,002-

18
0,05 mm) dan lempung (<0,002 mm). substrat yang menjadi tempat hidup lamun

adalah lumpur, pasir, karang mati (rubble), campuran dari dua jenis substrat

tersebut atau campuran ketiganya.

2.6 Peranan Lamun

Secara ekologis , padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting di

daerah pesisir komunitas ini mempunyai peranan ganda dalam pengendalian atau

perubahan ekosistem perairan yaitu sebagai makanan hewan air (penyu, ikan,

teripang, dll), habitat biota epifit, produsen serasah melalui proses dekomposisi,

pendaur zat hara organic maupun anorganik dan perangkap serta stabilisatotr

sedimen ( Agustinan Eka Putri, 2004). Fungsi utama lamun adalah sebagai berikut

ini:

1. Penstabil dan penahan dasar sedimen meskipun tekanan badai sangat keras.

2. Daun-daun lamun memperlambat arus air dan gelombang,memperbesar

terjadinya sedimentasi dan penghambat tersuspensinya kembali bahan

organic dan anorganik.

3. Tempat menetap dan ruaya biota.

4. Sebagai sumber makanan biota.

19
2.7 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran penelitian menggambarkan variabel-variabel yang

akan diambil pada pengamatan lapangan. Kerangka pemikiran penelitian dapat

dilihat pada gambar 1.

Perairan Laut Leato

Provinsi Gorontalo

Ekosistem Lamun

Parameter Biologi Parameter Fisika Parameter Kimia

Jenis Lamun Lamun


Indeks nilai penting - Suhu pH (Derajat Keasaman)
Indeks keanekaragaman - Salinitas - DO (Oksigen Terlarut)
Indeks keseragaman - Kec. Arus
Indeks Dominansi
- Kekeruhan

Struktur Komunitas
Padang Lamun

20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian Ini Dilaksanankan Pada Bulan Desember 2017Januari 2018

dan lokasi penelitian disekitar Perairan Laut Leato, Provinsi Gorontalo.

Gambar 14. Peta lokasi penelitian

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada

tabel 1.

No. Alat/Bahan Kegunaan


1. Multi Tester Untuk mengukur Suhu, pH, dan DO
2. Salt Meter Untuk mengukur Salinitas
3. Current Drouge Untuk Mengukur Kecepatan Arus
4. Turbidity Meter Untuk Mengukur Kekeruhan
5. Frame Kuadran 1 x 1 m Untuk pengamatan lamun
6. Buku Identifikasi Untuk Identifikasi jenis lamun
7. Aquades Untuk Membilas Alat
8. Tissue Untuk Mengeringkan Alat
9. Kamera Untuk Dokumentasi

21
3.3 Metode Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder.

3.3.1 Data primer

Data primer diartikan sebagai data inti yang diambil secara langsung oleh

peneliti. Data primer dalam penelitian ini meliputi; data jenis lamun dan data

kondisi umum perairan pada ekosistem padang lamun.

3.3.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data pendukung yang didapatkan dari studi literatur

dan penelitian terdahulu serta data-data terkait yang didapatkan dari instansi/pihak

yang berhubungan. Data skunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi;

data kondisi umum wilayah penelitian yang diambil dari instansi terkait, studi

literatur dan buku, serta hasil penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan

dengan kegiatan penelitian ini

3.4 Penentuan Titik Pengamatan

Metode pengamatan pada kegiatan penelitian ini adalah dengan metode

survei, artinya pengamatan jenis lamun dan kondisi umun perairan dilakukan

secara langsung di lapangan.

3.5 Pengamatan Lamun

Pengamatan Lamun dilakukan dengan menggunakan petak contoh (Transek

plot). Petak contoh (Transek Plot) adalah metode pencuplikan contoh populasi

suatu komunitas dengan pendekatan petak contoh yang berada pada ekosistem

perairan. Petak contoh (Transek Plot) yang digunakan adalah petak contoh dengan

22
ukuran 1 x 1 meter yang terbuat dari pipa paralon yang dilubangi dan dibagi

dengan tali nilon menjadi 25 sub plot.Skema plot pengamatan lamun disajikan

pada gambar dibawah ini.

3.6 Analisis Data

3.6.1. Penutupan Jenis

Penutupan lamun adalah luas area yang tertutupi oleh suatu jenis-i. Penutupan

jenis dihitung dengan menggunakan rumus (Syamsul Rahman 2017).

Keterangan:
Ci = Luas area yang tertutupi
ai = Luas total tutupan species i
A = Luas total pengambilan sampel
Penutupan relatif adalah perbandingan antara penutupan individu jenis ke-i

dengan jumlah total penutupan seluruh jenis. Penutupan relatif jenis dihitung dengan

menggunakan rumus.

23
Keterangan:
Fi = Frekuensi Jenis
Pi = Jumlah petak contoh dimana ditemukan species i
p = Jumlah total petak contoh yang diamati
3.6.2 Frekuensi

Frekuensi jenis adalah peluang suatu jenis ditemukan dalam titik contoh

yang diamati. Frekuensi jenis dihitung dengan rumus

Keterangan:
Fi = Frekuensi Jenis
Pi = Jumlah petak contoh dimana ditemukan species i
p = Jumlah total petak contoh yang diamati
Frekuensi Relatif adalah perbandingan antara frekuensi species (Fi)

dengan jumlah frekuensi semua jenis (Fi) dengan rumus

Keterangan:
RFi = Frekuensi Relatif
Fi = Frekuensi species i
F = Jumlah frekuensi semua jenis

3.6.3 Kerapatan Jenis

Untuk telaah kerapatan jenis dilakukan pengambilan contoh di lapangan

dan menghitung jumlah tegakannya. Bila kerapatan lamun terlalu rapat, namun

24
bila kerapatan lamun agak jarang digunakan transek kuadran yang lebih luas.

Perhitungan kerapatan dengan menggunakan rumus

Keterangan:
Di = kerapatan jenis (jumlah individu/m2);
Ni = jumlah tegakan individu jenis ke-i; dan
A = luas area sampling (m2).

Kerapatan relatif adalah perbandinganantara jumlah individu jenis dan

jumlah total individu seluruh jenis dengan rumus

Keterangan:
Rdi = Kerapatan relatif
Ni = Jumlah total tegakan species i (tegakan)
n = Jumlah total individu seluruh jenis
3.6.4. Indeks Nilai Penting

Indeks Nilai Penting (INP), digunakan untuk menghitung dan menduga

keseluruhan dari peranan jenis lamun di dalam satu komunitas. Rumus yang

digunakan untuk menghitung INP adalah

25
Keterangan:
INP = Indeks nilai penting
RDi = Tutupan relatif
RFi = Frekuensi relatif
RCi = Kerapatan relative
3.6.5 Keanekaragaman

Keanekaragaman ditentukan berdasarkan indeks keanekaragaman

Shannon-Wiener dengan rumus (Suhud 2012 dalam Syamsul Rahman 2017)

dengan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:
H = Indeks keanekaragaman Shannon
Pi =ni/N (Proporsi jenis ke-i)
ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu seluruh jenis

3.6.6 Keseragaman

Indeks keseragaman digunakan untuk mengetahui seberapa besar

kesamaan penyebaran jumlah individu tiap jenis digunakan indeks keseragaman,

yaitu dengan cara membandingkan indeks keanekaragaman dengan nilai

maksimumnya, dengan rumus

26
Keterangan:
E = Indeks keseragaman
H = Indeks keanekaragaman
Hmaks = Indeks keanekaragaman maksimum = log2 S= 3,3219 log
S (dimana S = jumlah jenis)
3.6.7 Dominansi

Untuk menggambarkan jenis Lamun yang paling banyak ditemukan, dapat

diketahui dengan menghitung nilai dominasinya. Dominasi dapat dinyatakan dalam

indeks dominasi simpson dengan persamaan sebagai berikut

Keterangan:
C = Indeks dominasi Simpson
ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu seluruh jenis
Nilai indeks dominansi berkisar antara 0 -1.Semakin besar nilai indeks

semakin besar kecenderungan salah satu spesies yang mendominasi populasi.

27
DAFTAR PUSTAKA
Putri, E A. 2004. Struktur Komunitas Lamun Di Perairan Pantai Pulau Tidung
Besar Kepulauan Seribu Jakarta. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Dwindaru, B. 2010. Variasi Spasial Komunitas Lamun Dan Keberhasilan
Transplantasi Lamun Di Pulau Pramuka Dan Kelapa Dua, Kepulauan
Seribu, Provinsi Dki Jakarta. Skripsi. Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Binandra
Dwindaru Skripsi Institut Pertanian Bogor.
Gosari. J. A. B. dkk, 2012. Studi Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun Di
Kepulauan Spermonde. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Nainggolan, p. 2011. Distribusi Spasial dan Pengelolaan Lamun (seagrass) Di
Teluk Bakau, Kepulauan Riau. Skripsi. Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor Bogor.
Nurzahraeni, 2014. Keragaman jenis dan kondisi Padang lamun di perairan pulau
panjang Kepulauan derawan kalimantan timur. Skripsi. Jurusan ilmu
kelautan.
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar.
Rahman, S. 2017. Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Sekatap
Kelurahan Dompak Kota Tanjungpinang. Skripsi. Jurusan Ilmu Kelautan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Haji
Tanjung Pinang.
Rizaldi, R. 2016. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Proteolitik yang Berasosiasi
dengan lamun Enhalus acoroides Di Pantai Bama, Taman Nasional
Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Skripsi. Program Studi Budidaya
Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Airlangga
Surabaya.
Sarfika. M. 2012. Pertumbuhan dan Produksi Lamun Cymodocea rotundata dan
cymodocea serrulata Di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang, Kepulauan
Seribu, Dki Jakarta. Skripsi. Departemen ilmu dan teknologi kelautan
Fakultas perikanan dan ilmu kelautan Institut pertanian bogor.
Marwanto, 2017. Kondisi Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Desa Mantang
Baru Kecamatan Mantang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
Skripsi. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang

28

Anda mungkin juga menyukai