PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
CINDRAWATI SUPU
NIM.633414052
memberikan rahmat dan karunia-Nya, tak lupa kita bersalawat dan salam kita
kirimkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta para sahabatnya
Provinsi Gorontalo
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Lamun .................................................................................... 3
2.2 Morfologi Lamun ................................................................................... 3
2.3 Jenis-jenis Lamun ................................................................................ 5
2.4 Klasifikasi Lamun................................................................................ 8
2.5 Faktor Lingkungan ............................................................................ 16
2.6 Peranan Lamun .................................................................................. 19
2.7 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 20
BAB III. METODE PRAKTEK KERJA LAPANG
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 21
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 21
3.3 Metode Pengambilan Data................................................................. 22
3.4 Penentuan Titik Pengamatan ............................................................. 22
3.5 Pengamatan Lamun ........................................................................... 22
3.6 Analisis Data .......................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
(Angiospermae) yang memiliki rhizoma, daun dan akar sejati yang hidup
terendam di dalam laut. Lamun umumnya membentuk padang lamun yang luas di
dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi
hara dan oksigen, serta mengangkut hasil metabolisme lamun ke luar padang
dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, yaitu
sebagai produsen primer, habitat biota, penjebak sedimen dan penjebak zat hara
(Syamsul, 2017).
Gorontalo, dimana dalam perairan ini ditumbuhi padang lamun. Perairan Leato
selatan dipilih sebagai tempat penelitian karena di perairan ini banyak terdapat
lamun. Di samping itu perairan laut Leato selatan juga pernah di lakukan
ekonomis yang sangat penting bagi manusia. fungsi ekologis padang lamun
adalah: (1) sumber utama produktivitas primer, (2) sumber makanan bagi
1
organisme dalam bentuk detritus, (3) penstabil dasar perairan dengan sistem
pengasuhan (nursery ground), serta sumber makanan (feeding ground) bagi biota-
biota perairan laut, (6) pelindung pantai dengan cara meredam arus, (7) penghasil
oksigen dan mereduksi CO2 di dasar perairan. Sedang fungsi ekonomis dari
lamun adalah sebagai daerah tangkapan ikan, karena keberadaan lamun dapat
Agar dapat mengetahui lebih lanjut mengenai jenis-jenis lamun yang ada
Bagi kalangan peneliti, dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian yang
berkaitan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Lamun
(Angiospermae) yang memiliki rhizoma, daun dan akar sejati yang hidup
terendam di dalam laut. Lamun umumnya membentuk padang lamun yang luas di
dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi
hara dan oksigen, serta mengangkut hasil metabolisme lamun ke luar padang
sama, terdiri atas: akar, batang, dan daun. Daun pada lamun umumnya
2014).
3
Gambar 1. Bagian-bagian lamun secara morfologi
2.2.1 Akar
Terdapat perbedaan morfologi dan anatomi akar yang jelas antar jenis
lamun yang dapat digunakan dalam kajian taksonomi lamun. Akar pada beberapa
jenis seperti Halophila dan Halodule memiliki karateristik tipis (fragile) seperti
rambut, sedangkan jenis Thalassodendron memiliki akar yang kuat dan berkayu
dengan sel epidermal. Akar pada lamun memiliki pusat stele yang dikelilingi oleh
endodermis. Stele mengandung phloem atau jaringan transport nutrien, dan xylem
Struktur rhizoma dan batang lamun memiliki variasi yang sangat tinggi
seringkali terbenam di dalam substrat yang dapat meluas secara ekstensif dan
memiliki peran yang utama pada reproduksi secara vegetatif (merupakan hal yang
4
2.2.3 Daun
Daun lamun berkembang dari meristem basal yang terletak pada rhizoma
dan percabangannya. Secara morfologi daun pada lamun memiliki bentuk yang
hampir sama secara umum, dimana jenis lamun memiliki morfologi khusus dan
bentuk anatomi yang memiliki nilai taksonomi yang sangat tinggi. Daun lamun
mudah dikenali dari bentuk daun, ujung daun dan ada tidaknya ligula (lidah daun).
Daun lamun memiliki dua bagian yang berbeda yaitu pelepah dan daun.
Sedangkan secara anatomi, daun lamun memiliki ciri khas dengan tidak memiliki
1. Enhalus acoroides
yang panjang dengan permukaan yang halus dan memiliki rhizoma yang tebal.
Terdapat bunga yang besar dari bawah daun. Lamun ini di temukan sepanjang
2. Halophila decipiens
seluruh tepi daun bergerigi. Terdapat sepasang petiole secara langsung dari
5
3. Halophila ovalis
pembagian yang bervariasi. Pada pinggiran daun halus. Terdapat sepasang daun
pada petiole yang muncul secara langsung dari rhizoma. Daun kadang-kadang
memiliki titik-titik merah dekat bagian tengah vein. Lamun ini di temukan di
4. Halophila minor
5. Halophila spinulosa
6. Thalassia hempricii
yang muncul dari stem yang tegak lurus dan penutup penuh oleh sarung daun (leaf
sheath). Ujung daun tumpul dan bergerigi tajam. Rhizoma tebal dengan node scar
yang jelas, biasanya berbentuk segitiga dengan Ieaf sheath yang keras.
7. Cymodocea rotundata
dengan daun muda, kadang-kadang berwarna gelap, daun biasanya muncul dari
vertical stem, ujung yang halus dan bulat. Bijinya berwarna gelap dengan
6
punggung yang menonjol. Lamun ini di temukan di sepanjang Indo-Pasifik Barat
di daerah tropis
8. Cymodocea serrulata
melengkung dengan bagian pangkal menyempit dan ke arah ujung agak melebar.
Ujung daun yang bergerigi memiliki warna hijau atau orange pada rhizome
9. Halodule pinifolia
Bentuk daun lurus dan tipis. Biasanya pada bagian tengah ujung daun robek.
runcing, terdiri dari 1-3 urat halus yang jelas kelihatan, memiliki sarung serat dan
rhizoma biasanya berwarna putih dengan serat-serat berwarna hitam kecil pada
daerah intertidal
7
12. Thalassodendron ciliatum
1. Enhalus acoroides
Kingdom: Plantae
Divison: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Hidrocharitales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Enhalus
Species: Enhalus acoroides
8
2. Halophila decipiens
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Hidrocharitales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Halophila
Species: Halophila decipiens
3. Halophila ovalis
9
3. Halophila minor
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Hidrocharitales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Halophila
Species: Halophila minor
5. Halophila spinulosa
10
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Hidrocharitales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Halophila
Species: Halophila spinulosa
6. Thalassia hempricii
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Hidrocharitales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Thalassia
Species: Thalassia hempricii
11
7. Cymodocea rotundata
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Potamogetonales
Family: Potamogetonaceae
Genus: Cymodocea
Species: Cymodocea rotundata
8. Cymodocea serrulata
12
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Potamogetonales
Family: Potamogetonaceae
Genus: Cymodocea
Species: Cymodocea serrulata
9. Halodule pinifolia
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Potamogetonales
Family: Potamogetonaceae
Genus: Halodule
Species: Halodule pinifolia
13
10. Halodule uninervis
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Potamogetonales
Family: Potamogetonaceae
Genus: Halodule
Species: Halodule uninervis
11. Syringodium isoetifolium
14
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Potamogetonales
Family: Potamogetonaceae
Genus: Syringodium
Species: Syringodium isoetifolium
12. Thalassodendron ciliatum
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Potamogetonales
Family: Potamogetonaceae
Genus: Thalassodendron
Species: Thalassodedron ciliatum
15
2.5 Faktor Lingkungan
2.5.1 Arus
nutrien, suhu, dan salinitas di perairan. Arus juga dapat merubah bentuk
permukaan substrat secara perlahan yang membawa substrat berpindah dari satu
tempat ke tempat lain. Hal ini akan menjadi masalah bagi jenis lamun yang
berukuran kecil karena dapat menyebabkan lamun terkena sedimentasi dan tidak
2.5.2 Kedalaman
kebutuhan lamun untuk mendapatkan intensitas cahaya yang cukup dalam proses
meter.
2.5.3 Suhu
Pada daerah tropis, lamun dapat tumbuh pada suhu 28-30 C. Perubahan
hidup lamun. pengaruh suhu bagi lamun di perairan sangat besar, suhu
16
pertumbuhan dan reproduksi. Proses-proses fisiologis tersebut akan menurun
2.5.4 Salinitas
Lamun tumbuh pada daerah air asin atau yang memiliki salinitas tinggi,
pada daerah subtidal lamun mampu menyesuaikan diri pada salinitas sekitar 35,
dan juga mampu bertahan pada daerah estuari atau perairan payau. Secara umum,
lamun bersifat uerihalin atau memiliki kisaran salinitas yang lebar yaitu berkisar
10-45 . Jika berada pada kondisi hiposalin (<10 ) atau hipersalin (>45 ),
2.5.5 Kecerahan
cahaya yang masuk ke kolom perairan. Perairan dengan kecerahan tinggi maka
intensitas cahaya yang masuk ke kolom air akan semakin dalam dan jika tingkat
kecerahan perairan rendah, intensitas cahaya yang masuk akan dangkal. Faktor
dengan substrat lumpur akan memiliki tingkat kecerahan rendah dan tingkat
kekeruhan tinggi. Sebaliknya pada perairan dengan substrat pasir atau batu akan
memiliki tingkat kecerahan yang lebih tinggi dan kekeruhan yang rendah. Pada
perairan pantai yang keruh, cahaya menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan
17
2.5.6 Oksigen Terlarut
parameter perairan yang sangat penting bagi pertumbuhan lamun. Oksigen terlarut
digunakan untuk respirasi akar dan rhizome lamun, respirasi biota air dan proses
2.5.7 Nutrien
yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis. Lamun mampu tumbuh dengan subur
pada daerah oligotrofik seperti daerah dekat terumbu karang. Seperti halnya
Fiksasi nitrogen pada lamun terjadi pada daun dan di dalam sedimen.
Sumber nitrogen yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis lamun tersedia dari
kadar anoxia dalam tanah dan keseimbangan proses nitrogen dalam tanah.
Sedangkan fosfat diperoleh dari komposisi sedimen atau substrat lamun. Pada
karbonat dari karang, fosfat akan bereaksi dengan karbonat sehingga fosfat bebas
menjadi sedikit.
2.5.8 Substrat
dikelompokkan menjadi kerikil (>2 mm), pasir (0,05-2 mm), lumpur (silt) (0,002-
18
0,05 mm) dan lempung (<0,002 mm). substrat yang menjadi tempat hidup lamun
adalah lumpur, pasir, karang mati (rubble), campuran dari dua jenis substrat
daerah pesisir komunitas ini mempunyai peranan ganda dalam pengendalian atau
perubahan ekosistem perairan yaitu sebagai makanan hewan air (penyu, ikan,
teripang, dll), habitat biota epifit, produsen serasah melalui proses dekomposisi,
pendaur zat hara organic maupun anorganik dan perangkap serta stabilisatotr
sedimen ( Agustinan Eka Putri, 2004). Fungsi utama lamun adalah sebagai berikut
ini:
1. Penstabil dan penahan dasar sedimen meskipun tekanan badai sangat keras.
19
2.7 Kerangka Pemikiran
Provinsi Gorontalo
Ekosistem Lamun
Struktur Komunitas
Padang Lamun
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada
tabel 1.
21
3.3 Metode Pengambilan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder.
Data primer diartikan sebagai data inti yang diambil secara langsung oleh
peneliti. Data primer dalam penelitian ini meliputi; data jenis lamun dan data
Data sekunder adalah data pendukung yang didapatkan dari studi literatur
dan penelitian terdahulu serta data-data terkait yang didapatkan dari instansi/pihak
yang berhubungan. Data skunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi;
data kondisi umum wilayah penelitian yang diambil dari instansi terkait, studi
survei, artinya pengamatan jenis lamun dan kondisi umun perairan dilakukan
plot). Petak contoh (Transek Plot) adalah metode pencuplikan contoh populasi
suatu komunitas dengan pendekatan petak contoh yang berada pada ekosistem
perairan. Petak contoh (Transek Plot) yang digunakan adalah petak contoh dengan
22
ukuran 1 x 1 meter yang terbuat dari pipa paralon yang dilubangi dan dibagi
dengan tali nilon menjadi 25 sub plot.Skema plot pengamatan lamun disajikan
Penutupan lamun adalah luas area yang tertutupi oleh suatu jenis-i. Penutupan
Keterangan:
Ci = Luas area yang tertutupi
ai = Luas total tutupan species i
A = Luas total pengambilan sampel
Penutupan relatif adalah perbandingan antara penutupan individu jenis ke-i
dengan jumlah total penutupan seluruh jenis. Penutupan relatif jenis dihitung dengan
menggunakan rumus.
23
Keterangan:
Fi = Frekuensi Jenis
Pi = Jumlah petak contoh dimana ditemukan species i
p = Jumlah total petak contoh yang diamati
3.6.2 Frekuensi
Frekuensi jenis adalah peluang suatu jenis ditemukan dalam titik contoh
Keterangan:
Fi = Frekuensi Jenis
Pi = Jumlah petak contoh dimana ditemukan species i
p = Jumlah total petak contoh yang diamati
Frekuensi Relatif adalah perbandingan antara frekuensi species (Fi)
Keterangan:
RFi = Frekuensi Relatif
Fi = Frekuensi species i
F = Jumlah frekuensi semua jenis
dan menghitung jumlah tegakannya. Bila kerapatan lamun terlalu rapat, namun
24
bila kerapatan lamun agak jarang digunakan transek kuadran yang lebih luas.
Keterangan:
Di = kerapatan jenis (jumlah individu/m2);
Ni = jumlah tegakan individu jenis ke-i; dan
A = luas area sampling (m2).
Keterangan:
Rdi = Kerapatan relatif
Ni = Jumlah total tegakan species i (tegakan)
n = Jumlah total individu seluruh jenis
3.6.4. Indeks Nilai Penting
keseluruhan dari peranan jenis lamun di dalam satu komunitas. Rumus yang
25
Keterangan:
INP = Indeks nilai penting
RDi = Tutupan relatif
RFi = Frekuensi relatif
RCi = Kerapatan relative
3.6.5 Keanekaragaman
Keterangan:
H = Indeks keanekaragaman Shannon
Pi =ni/N (Proporsi jenis ke-i)
ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu seluruh jenis
3.6.6 Keseragaman
26
Keterangan:
E = Indeks keseragaman
H = Indeks keanekaragaman
Hmaks = Indeks keanekaragaman maksimum = log2 S= 3,3219 log
S (dimana S = jumlah jenis)
3.6.7 Dominansi
Keterangan:
C = Indeks dominasi Simpson
ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu seluruh jenis
Nilai indeks dominansi berkisar antara 0 -1.Semakin besar nilai indeks
27
DAFTAR PUSTAKA
Putri, E A. 2004. Struktur Komunitas Lamun Di Perairan Pantai Pulau Tidung
Besar Kepulauan Seribu Jakarta. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Dwindaru, B. 2010. Variasi Spasial Komunitas Lamun Dan Keberhasilan
Transplantasi Lamun Di Pulau Pramuka Dan Kelapa Dua, Kepulauan
Seribu, Provinsi Dki Jakarta. Skripsi. Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Binandra
Dwindaru Skripsi Institut Pertanian Bogor.
Gosari. J. A. B. dkk, 2012. Studi Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun Di
Kepulauan Spermonde. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Nainggolan, p. 2011. Distribusi Spasial dan Pengelolaan Lamun (seagrass) Di
Teluk Bakau, Kepulauan Riau. Skripsi. Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor Bogor.
Nurzahraeni, 2014. Keragaman jenis dan kondisi Padang lamun di perairan pulau
panjang Kepulauan derawan kalimantan timur. Skripsi. Jurusan ilmu
kelautan.
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar.
Rahman, S. 2017. Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Sekatap
Kelurahan Dompak Kota Tanjungpinang. Skripsi. Jurusan Ilmu Kelautan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Haji
Tanjung Pinang.
Rizaldi, R. 2016. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Proteolitik yang Berasosiasi
dengan lamun Enhalus acoroides Di Pantai Bama, Taman Nasional
Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Skripsi. Program Studi Budidaya
Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Airlangga
Surabaya.
Sarfika. M. 2012. Pertumbuhan dan Produksi Lamun Cymodocea rotundata dan
cymodocea serrulata Di Pulau Pramuka dan Pulau Panggang, Kepulauan
Seribu, Dki Jakarta. Skripsi. Departemen ilmu dan teknologi kelautan
Fakultas perikanan dan ilmu kelautan Institut pertanian bogor.
Marwanto, 2017. Kondisi Ekosistem Padang Lamun Di Perairan Desa Mantang
Baru Kecamatan Mantang Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
Skripsi. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang
28