Anda di halaman 1dari 11

2.2.

Tidur

2.2.1 Pengertian Tidur

Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh

stimulus atau sensori yang sesuai, atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak

sadarkan diri yang relative, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan,

tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya

aktivitas yang minim, memiliki kesadaran bervariasi, terdapat perubahan proses

fisiologis, dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luaar.

2.2.2 Fisiologi tidur

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan

mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat

otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satau aktivitas tidur ini diatur oleh system

pengaktivasi retikulasi yang merupakan system yang mengatur seluruh kegiatan

susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan

aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak mesensefalon dan bagian atas pons. Selain

itu reticular activating system (RAS) dapat memberikan rangsangan

visual,pendengaran,nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks

serebri termasuk rangsangan emosi dan proses piker. Dalam keadaan sadar, neuron

dalam RAS akan melepaskan ketakolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada

saat tidur kemungkinan disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus

yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional

(BSR), sedangkan bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang di terima di


pusat otak dan system limbik. Dengan demikian system pada batang otak yang

mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR.

2.2.3 Jenis-jenis Tidur

Dalam prosesnya tidur dibagi dalam dua jenis. Pertama, jenis tidur yang

disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam system pengaktivasi retikularis, disebut

dengan tidur gelombang lambat (slow wave sleep) karena gelombang otak bergerak

sangat lambatatau disebut juga tidur non repid eye movement (NERM). Kedua jenis

tidur yang disenbabkan oleh penyaluran abnormal dari isyarat-isyarat dalam otak

meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara berarti. Disebut dengan jenis

tidur paradox, atau disebut juga dengan tidur rapid eye momen (REM).

1. Tidur Gelombang Lambat

Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh atau disebut

juga dengan tidur yang nyenyak. Pada tidur jenis ini, gelombang otak

bergerak lambat, sehingga menyebabkan tidur tanpa bermimpi.tidur

gelombang lambat bisa juga disebut tidur gelombang delta, dengan ciri-ciri :

betul-betul istirahat penuh. Tekanan darah menurun frekuensi napas

menurun,pergerakan bola mata melambat,mimpi berkurang dan metabolisme

menurun.

Perubahan selama proses tidur gelombang lambat adalah melalui

elektroensefalografi dengan memperlihatkan gelombang otak berada pada

setiap tahap tidur, yaitu : pertama, kewaspadaan penuh dengan gelombang

beta yang berfrekuensi tinggi dan bervoltase rendah; kedua, istirahat tenang
yang diperlihatkan pada gelombang alfa; ketiga,tidur ringan karena terjadi

perlambatan gelombang alfa ke jenis teta atau delta yang bervoltase rendah;

dan ke empat, tidur nyenyak karena gelombang lambat dengan gelombang

delta bervoltase tinggi dengan kecepatan 1-2 per detik.

Tahapan tidur jenis gelombang lambat

a. Tahap I

Tahap I merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri

sebagai berikut : rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa

mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi

dan nafas sedikit menurun, dapat bangun segera selama tahap ini

berlangsung selama 5 menit.

b. Tahap II

Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun

dengan ciri sebagai berikut : mata pada umumnya menetap, denyut

jantung dan frekuensi nafas menurun, temperature tubuh menurun,

metabolisme menurun, berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.

c. Tahap III

Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensi

napas dan proses tubuh lainnya lambat, disebabkan oleh adanya dominasi

sistem saraf parasimpatis dan sulit untuk bangun.

d. Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan

pernapasan turun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerak bola mata

cepat, sekresi lambung menurun, dan tonus otot menurun.

2. Tidur Paradoks

Tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20

menit, rata-rata timbul 90 menit.periode pertama terjadi selama 80-100 menit,

akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur sangat

cepatbahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur paradox adalah sebagai

berikut:

a. Biasanya disertai dengan mimpi aktif.

b. Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak gelombang

lambat.

c. Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukan inhibisi

kuat proyeksi spinal atas system pengaktivasi retikularis.

d. Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur.

e. Pada otot perifer terjadi beberapa rgerakan otot yang tidak teratur.

f. Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah

meningkat dan berfluktuasi, sekresi gaster meningkat,dan metabolism

meningkat.

g. Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam

belajar, memori, dan adaptasi.


Secara umum siklus tidur noral adalah sebagai berikut :

Bangun

NREM I REM

NREM II NREM II NREM II

NREM III NREM III

NREM IV

Gambar 1

Siklus tidur

2.2.4 Fungsi dan Tujuan Tidur

Funsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini bahwa

tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan,

mengurangi stress pada paru, kardiovaskular, endokrin dan lain-lain. Energi disimpan

selama tidur,sehingga dapat diarahkan kembali pada fungsi seluler yang penting.

Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur : pertama, efek pada system saraf

yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara

berbagai susunan saraf; kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan

kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selam tidur terjadi penurunan.
2.2.5 Kebutuhan Tidur

Kebutuhan tidur pada manusia tergantung pada tingkat perkrmbangan. Table 2

merangkum kebutuhan tidur manusia berdasarkan usia.

Tabel 1

Kebutuhan Tidur Manusia

Usia Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan

Tidur

0-1 bulan Masa neonates 14-18 jam/hari

1bulan -18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari

18 bulan- 3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari

3 tahun- 6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari

6 tahun -12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari

12 tahun- 18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari

18 tahun-40 tahun Masa dewasa muda 7-8 jam/hari

40 tahun 60 tahun Masa paruh baya 7 jam/hari

60 tahun ke atas Masa tua 6 jam/hari

2.2.6 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan tidur

Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas

tersebut dapat menunjukan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh

jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Di antara faktor yang dapat

mempengaruhinya adalah :
1. Penyakit

Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit

yang memperbesar kebutuhan tidur, misalnya penyakit yang disebabkan

oleh infeksi (infeksi limpa) akan memerlukan lebih banyak waktu tidur

untuk mengatasi keletihan. Banyak juga keadaan sakit menjadikan pasien

kuerang tidur bahkan tidak bisa tidur.

2. Latihan dan kelelahan

Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak

tidur untuk menjaga keseimbangan energy yang telah dikeluarkan. Hal

tersebut terlihat pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan

mencapai kelelahan. Maka, orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat

tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya diperpendek.

3. Stress psikologi

Kondisi psikologi dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa.

Hal tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis

mengalami kegelisahan sehinga sulit tidur.

4. Obat

Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang

dapat memengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat

deuretikmenyebabkan seseorang insomnia, anti depresi dapat menekan

REM, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan

kesulitan untuk tidur, golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya
insomnia, dan golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah

mengantuk.

5. Nutrisi

Terpenuhinya nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur.protein

yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur, karena adanya

typtophan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna.

Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga memengauhi

proses tidur, bahkan terkaang sulit untuk tidur.

6. Lingkungan

Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat

mempercepat terjadinya proses tidur.

7. Motivasimotivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang

untuk tidur, yang dapat memengaruhi proses tidur. Selain itu adanya

keinginan untuk menahantidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses

tidur.

2.2.7 Masalah Kebutuhan Tidur

1. Insomnia

Insomnia merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang

adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan tidur yang hanya

sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi menjadi tiga jenis yaitu : initial

insomnia, merupakan, ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau mengaeali

tibur, intermiten insomnia, merupakan ketidakmampuan tetap tidur karena


selalu terbangun pada malam hari; dan terminal insomnia merupakan

ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari.

Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya rasa

khawatir tertekan jiwa ataupun stress.

2. Hipersomnia

Hypersomnia merupakan gangguan tidur berlebihan, pada umumnya lebih

dari Sembilan jam pada malam hari, disebabkan oleh kemungkinan adanya

masalah psikologis, depresi, kecemasan, gangguan susunan saraf pusat, ginjal,

hati, dan gangguan metabolisme.

3. Parasomnia

Parasomia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu

pola tidur, seperti somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak

terjadi pada anak-anak yaitu pada tahap III dan IV pada tidur NREM.

Somnambulisme ini dapat menyebabkan cedera.

4. Enuresa

Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur atau

bisa juga disebut dengan istilah mengompol. Enuresa dibagi menjadi dua jenis

yaitu : enuresa nocturnal, merupakan mengompol di waktu tidur; dan enuresa

diurnal, mengompol pada saat bangun tidur. Enuresa nokturnal umumnya

merupakan gangguan pada tidur NREM.

5. Apnea tidur dan mendengkur


Mendengkur pada umumnya tidak termasuk dalam gangguan tidur, tetapi

mendengkur yang disertai dengan keadaan apnea dapat menjadi masalah.

Mendengkur sendiri disebabkan oleh adanya rintangan dalam pengaliran

udara di hidung dan mulut pada waktu tidur, biasanya disebabkan oleh adanya

adenoid, amandel atau mengendurnya otot di belakang mulut. Trjadinya apnea

dapat mengacaukan jalannya pernapasan sehingga dapat mengakibatkan henti

napas. Bila kondisi ini berlangsung lama, maka dapat menyebabkan kadar

oksigen dalam darah menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur.

6. Narcolepsy

Narcolepsy merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur,

misalnya tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau

disaat sedang membicarakan sesuatu. Hal ini merupakan suatu gangguan

neurologis.

7. Mengigau

Mengigau dikategorikan dalam gangguan tidur bila terlalu sering dan diluar

kebiasaan. Dari hasil pengamatan, ditemukan bahwa hamper semua orang

pernah mengigau dan terjadi sebelum tidur REM.

2.2.8 Gangguan Pola Tidur Secara Umum

Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan dimana individu

mengalami atau mempunyai risisko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola

istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang

diinginkan. Gangguan ini terlihat pada pasien dengan kondisi yang memperlihatkan
lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di daerah sekitar

mata,kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-

pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk. Penyebab dari gangguan

pola tidur ini antara lain kerusakan transport oksigen, gangguan metabolism

kerusakan eliminasi, pengaruh obat, imobilitas, nyeri pada kaki, takut operasi, faktor

lingkungan yang mengganggu, dan lain-lain(kdm).

Anda mungkin juga menyukai