Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan teknologi dan perkembangan kegiatan industri membawa dampak negatif
bagi lingkungan. Pertumbuhan industri yang pesat mengakibatkan banyak limbah yang
dikeluarkan dan permasalahan yang kompleks bagi lingkungan. Limbah yang sangat
berbahaya dan berdaya racun tinggi umumnya berasal dari hasil pembuangan industri,
terutama industri kimia dan industri logam. Oleh karena itu, proses penanganan limbah
menjadi bagian yang sangat penting dalam industri. Logam berat termasuk bahan berbahaya
dan beracun (B3) yang pada kadar tertentu dapat membahayakan lingkungan sekitarnya
karena bersifat toksik bagi hewan dan manusia.
Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah petani dimana kebanyakan
penduduknya menjadikan beras sebagai makanan pokok. Sehingga sumber bahan pokok yang
satu ini ada dimana-mana khususnya daerah perkampungan. Berdasarkan angka perkiraan III
Badan Pusat Statistik (BPS) produksi gabah nasional tahun ini diperkirakan mencapai 57,05
juta ton gabah kering giling (GKG). Dengan produksi ini terjadi peningkatan 2,59 juta ton
(4,76%) jika dibandingkan dengan angka tetap (Atap) produksi 2006. Kenaikan produksi ini
didorong perluasan lahan panen seluas 379,18 ribu Ha (3,22%). Dengan pertumbuhan
produksi sebesar 5%, tahun depan target produksi padi nasional akan mencapai 59,9 juta ton.
Angka ini dicapai dengan peningkatan produksi sebesar 2,85 juta ton GKG.
Negara Indonesia sendiri mempunyai sekitar 60.000 mesin penggiling padi yang
tersebar di seluruh daerah yang menghasilkan limbah berupa sekam padi 15 juta ton per
tahun. Dalam jumlah besar, beberapa mesin penggiling padi dapat menghasilkan limbah 10-
20 ton sekam padi per hari. Sekam padi yang sering dikatakan sebagai limbah pengolahan
padi ini sering diartikan sebagai bahan buangan/bahan sisa dari proses pengolahan hasil
pertanian. Proses penghancuran limbah ini pun secara alami berlangsung lambat, sehingga
limbah tidak saja mengganggu lingkungan sekitarnya tetapi juga mengganggu kesehatan
manusia. Pada saat penggilingan padi selalu kita lihat tumpukan bahkan gunungan sekam
yang semakin lama semakin tinggi. Namun pemanfaatan sekam padi tersebut masih sangat
sedikit, sehingga sekam tetap menjadi bahan limbah yang mengganggu lingkungan. Alternatif
pengolahan sekam sangatlah terbatas karena massa jenisnya yang rendah, dekomposisi secara
alami sangat lambat, dapat menimbulkan penyakit pada tanaman padi maupun tanaman lain,
kandungan mineral yang tinggi. Hal yang paling sering dilakukan petani terhadap sekam padi
adalah dengan pembakaran., akan tetapi aktivitas ini dapat meningkatkan jumlah polutan
dalam udara dan dapat mengganggu kesehatan masyarakat.
Sekitar 20% silika dalam sekam padi merupakan suatu sumber silika yang cukup
tinggi, silika dari sekam merupakan saingan dari sumber silika lain seperti pasir, bentonit dan
tanah diatomae tetapi biasanya silika dari sekam padi mempunyai keuntungan karena jumlah
elemen lain (pengotor) yang tidak diinginkan adalah sangat sedikit dibandingkan jumlah
silikanya. Silika diperoleh dari pembakaran sekam untuk menghasilkan abu atau secara
ekstraksi sebagai natrium silikat dengan larutan alkali.
Silika adalah salah satu bahan anorganik yang memiliki sifat stabil terhadap pengaruh
mekanik, panas, pelarut organik, dan kondisi pH ektrem, sehingga silika dari ampas tebu
dapat dibuat menjadi membran penyaring limbah logam berat industri. Limbah industri yang
mengandung logam berat tidak dapat dibuang langsung ke sungai, waduk atau laut karena
keberadaan logam berat sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, hewan, dan lingkungan.
Salah satu cara yang dapat dikembangkan untuk mengolah limbah cair yang mengandung
logam berat adalah penggunaan membran. Membran berfungsi memisahkan material
berdasarkan ukuran dan bentuk molekul, menahan partikel yang berukuran lebih besar dari
pori-pori membran, dan melewatkan partikel yang berukuran lebih kecil. Penggunaan
membran silika dari bahan dasar ampas tebu merupakan solusi yang efisien dan tepat untuk
pengolahan limbah industri. Membran sintetis ini dibuat dengan ukuran nanopori sehingga
dapat menjerap semua logam berat yang terkandung dalam limbah industri.

1.2 Identifikasi Masalah


Beberapa masalah yang terdapat pada topik ini sehingga penulis tertarik adalah:
Limbah sekam padi tersedia melimpah di Indonesia, proses penghancuran limbah
ini pun secara alami berlangsung lambat, sehingga limbah tidak saja mengganggu
lingkungan sekitarnya tetapi juga mengganggu kesehatan manusia.
Pemanfaatan limbah sekam padi ini masih sangat kurang, sehingga limbah ini
dapat mengganggu lingkungan.
Limbah sekam padi mengandung silika yang cukup tinggi, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai material pembuat membran silika.
Membran silika dapat digunakan sebagai saringan penjerat logam berat untuk
limbah industri.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penulisan makalah ini adalah meliputi pembuatan membran dari
limbah sekam padi dan pengujian manfaat membran silika untuk pengolahan limbah industri
ataupun rumah tangga.

1.4 Rumusan Masalah


Mengapa limbah sekam padi dipilih menjadi bahan pembuat membran silika?
Bagaimanakah proses pembuatan limbah sekam padi menjadi membran silika?
Seberapa efektifkah membran silika untuk pengolahan limbah industri dan rumah
tangga?

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penulisan topik membran silika nanopori dari limbah sekam padi adalah:
Menjajaki pemanfaatan limbah sekam padi sebagai bahan baku membran silika
nanopori untuk menjerap logam berat limbah industri.
Menjajaki peningkatan nilai guna dan nilai ekonomis limbah sekam padi dengan
memanfaatkannya menjadi bahan dasar pembuatan membran silika nanopori yang
berdaya jual tinggi.
Menjajaki efektivitas ukuran nanopori pada membran silika dari bahan dasar
sebagai penjerap logam berat.

1.6 Manfaat Penelitian


Penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak pemerintah, industri pertanian, industri
kimia, kalangan industri pada umumnya, masyarakat, dan bagi akademisi. Manfaat tersebut
di antaranya
Pemerintah dapat mengembangkan limbah sekam padi secara lebih optimum
sehingga dapat menambah penghasilan negara.
Pengembangan produk membran silika nanopori akan memicu jiwa kreatif dan
inovatif industri untuk meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomis dari limbah
sekam padi.
Industri kimia dan kalangan industri pada umumnya dapat mengatasi penjerapan
logam berat dengan menggunakan membran silika nanopori ini sehingga bisa
menjadi solusi alternatif untuk mengatasi permasalahan limbah industri saat ini.
Masyarakat sekitar kawasan industri memperoleh lingkungan perairan yang sudah
terbebas dari logam berat berbahaya limbah industri.
Kalangan akademisi dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan
menjadikan tulisan ini sebagai bahan rujukan dalam membuat karya tulis lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Sekam Padi
Limbah pertanian dapat berbentuk bahan buangan tidak terpakai dan bahan sisa hasil
pengolahan. Penghancuran limbah secara alami berlangsung lambat, sehingga tumpukan
limbah dapat mengganggu lingkungan sekitarnya dan berdampak terhadap kesehatan
manusia. Padahal melalui pendekatan teknologi, limbah pertanian dapat diolah lebih lanjut
menjadi hasil samping yang berguna disamping hasil utamanya. Salah satu limbah pertanian
adalah sekam yang merupakan buangan pengolahan padi. Limbah sekam padi banyak
terdapat didaderah pedesaan dengan potensi yang melimpah (Balai Penelitian Pasca Panen
Pertanian, 2008).
Sekitar 20% berat padi, merupakan sekam padi (Daifullah, 2003). Komposisi utama
sekam padi terdiri atas selulosa 33 34 % berat, lignin 19 47 % berat, jika dibakar dengan
oksigen akan menghasilkan abu sekam 13- 29 % berat, sekam padi yang mengandung silika
cukup tinggi yaitu 87 97 % berat abu sekam padi (Harsono, 2002).
Sekam padi tersusun atas berbagai unsur logam dan nonlogam. Kandungan unsur
karbon, oksigen, dan silikon dalam sekam padi lebih dominan dibanding dengan unsur yang
lain, seperti tampak pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia sekam padi kering.
Komposisi kimia Kandungan (% berat)
Karbon 41.44
Hidrogen 4.94
Oksigen 37.32
Nitrogen 0.57
Silikon 14.66
Potassium 0.59
Sodium 0.035
Sulfur 0.3
Fosfor 0.07
Kalsium 0.06
Besi 0.006
Magnesium 0.003
Sekam padi merupakan bahan dengan kandungan silika yang cukup tinggi yaitu
sekitar 87 97 % berat abu sekam padi. Hal tersebut disebabkan oleh komposisi silikon
yang dominan dalam sekam padi. (Hartono, 2002).
2.1.2 Silika (SiO2)
Senyawa kimia silikon dioksida yang juga dikenal sebagai silika merupakan oksida
dari silikon yang memiliki rumus kimia SiO2. Di alam silika dalam keadaan bebas atau
dalam senyawa dengan basa mineral silikat, ada 2 golongan yaitu silika kristalin dan silika
amorf. Bentuk paling umum silika kristalin adalah kuarsa, tridmit dan kristobalit. Selain
terbentuk secara alami, silika dengan struktur Kristal tridmit dapat diperoleh dengan cara
memanaskan pasir kuarsa pada suhu 870oC dan bila pemanasan dilakukan pada suhu
1470oC dapat diperoleh silika dengan struktur kristobalit (Cotton and Wilkinson, 1989).
Silika juga dapat terbentuk dengan mereaksikan silikon dengan oksigen atau udara pada
suhu tinggi (Iller,1979). Sifat fisis silika dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik fisika, mekanika, termal, dan sifat elektrik silika
amorf dan silika kristal (Sigit dan Jetty, 2001)

No Parameter Satuan Silika Silika


Amorf kristal
1 Densitas g/cm3 2,65 2,2
2 Konduktivitas termal W/mK 1,3 1,4
3 Koefisien ekspansi termal K-1 12,3.10-6 0,4.10-6
4 Kekuatan tarik Mpa 55 110
5 Kekuatan desak Mpa 2070 690 1380
6 Rasio Poissons 0,17 0,165
7 Kekuatan retak Mpa - 0,79
8 Modulus elastisitas Mpa 70 73
9 Daya tahan kejut termal Baik sekali Baik sekali
10 Permitivitas () 3,8 5,4 3,8
11 Faktor kehilangan () 0,0015 -
12 Kekuatan bidang dielektrik kV/mm 15,0 25,0 15,0 40,0
13 Resistifitas m 1012 - 1016 > 1018

Silika terbentuk melalui ikatan kovalen yang kuat serta memiliki struktur dengan
empat atom oksigen terikat pada posisi sudut tetrahedral di sekitar atom pusat yaitu atom
silikon. Gambar 1. memperlihatkan struktur silika tetrahedral.
Gambar 1. Struktur silika tetrahedral (Shriver, 1999 dan Canham, 2002).

Sudut ikatan di sekitar O-Si-O merupakan sudut tetrahedral sebesar 109 derajat, jarak

antara atom Si-O sebesar 1,61 . Silika memiliki ikatan yang disebut jembatan oksigen yang

terdapat di antara atom silikon, hal inilah yang memberikan sifat unik pada silika. Sudut

ikatan pada Si-O-Si sekitar 145 derajat, tetapi nilai ini sangat bervariasi antara 100 170

derajat yang dipengaruhi oleh perubahan energi ikat, sehingga memungkinkan terjadinya

rotasi ikatan secara bebas (Shriver, 1999 dan Canham, 2002). Gambar 2. memperlihatkan

sudut ikat Si-O-Si.

Gambar 2. Sudut ikat Si-O-Si (Shriver, 1999 dan Canham, 2002).

Struktur SiO2 terbentuk melalui unit-unit SiO4 yang saling berikatan melalui atom
oksigen pada sudut-sudut tetrahedralnya, ikatan ini dapat terbentuk dalam berbagai variasi
sudut. Variasi sudut yang terbentuk sangat memungkinkan terbentuknya struktur kristal yang
berbeda-beda pada silika, dan dapat dengan mudah membentuk struktur amorf. Silika
memiliki 35 bentuk kristal dengan berbagai kerapatan yang berbeda-beda yaitu sekitar 17
sampai 43 unit SiO2 per 100 3. Beberapa bentuk kristal silika yaitu: kristobalit,
tridimit, dan kuarsa.
Silika yang diperoleh dari sekam padi telah banyak dimanfaatkan dan dikembangkan
antara lain sebagai adsorben (Kalaphaty, 2000), adsorben asam lemak jenuh (Farook et al,
2000), filter komposit (Jamarun, 1997), bahan porselen, asbes dan gelas (Daifullah, 2003),
bahan keramik (Siriluk & Yuttapong, 2005).

2.1.3. Silika Sekam Padi


Untuk memperoleh silika dari sekam padi, digunakan beberapa metode antara lain:
2.1.3.1 Metode Pre-treatment
Sekam padi yang diambil dari pabrik penggilingan dicuci hingga bersih dengan
menggunakan air panas selanjutnya direndam sejenak. Sekam padi yang direndam akan
menjadi 2 bagian, bagian yang mengapung dan bagian yang tenggelam, bagian yang
tenggelam diambil untuk diproses ke tahap selanjutnya. Sekam padi yang telah dicuci
kemudian direndam dengan menggunakan air panas selama 6 jam untuk menghilangkan
kotoran-kotoran (zat organik) yang larut dalam air lalu tiriskan dan keringkan di bawah sinar
matahari hingga kering. Selama proses penjemuran, sekam padi diratakan agar sekam dapat
kering secara menyeluruh dan merata.
2.1.3.2 Metode Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pengambilan zat terlarut dari suatu larutan oleh suatu
pelarut yang tidak dapat dicampur air (Vogel, 1985). Proses ekstraksi yang dilakukan adalah
50 gram sekam padi diletakkan dalam beaker glass, kemudian diberi larutan KOH 5%
sebanyak 500 ml hingga sekam terendam seluruhnya. Setelah itu didihkan, dan dalam
keadaan mendidih diaduk-aduk selama 30 menit. Setelah 24 jam, hasil ekstraksi disaring
menggunakan corong bucher sehingga didapatkan filtrat yang mengandung silika terlarut.
Selanjutnya adalah proses pengasaman, filtrat hasil ekstraksi yang diletakkan dalam labu
erlenmeyer ditetesi HCL 10% setetes demi setetes. Setiap satu tetes, erlenmeyer digoyang.
Tetesan dihentikan jika pembentukan endapan telah berhenti. Pengasaman bertujuan untuk
mendapatkan silika dalam bentuk gel berwarna coklat yang mengendap pada larutan. Untuk
menghilangkan warna coklatnya, maka silika gel perlu dibilas, silika gel dalam erlenmeyer
dituangi larutan bayclin, diaduk-aduk beberapa saat, lalu dituang ke atas kertas saring yang
berada dalam corong bucher, kemudian disiram menggunakan aquades untuk menghilangkan
kandungan bayclin yang berlebih. Selanjutnya dikeringkan dengan tujuan untuk mendapatkan
silika dalam bentuk serbuk berwana putih. Prosesnya adalah dengan meletakkan silika gel
yang telas dibilas ke dalam cawan tahan panas, kemudian dipanaskan menggunakan kompor
listrik sambil terus diaduk-aduk sehingga diperoleh silika padat (Nurhayati, 2006).
Hasil silika yang diperoleh pada metode ini bersifat amorf, ukuran partikel 50m3,
diameter pori 0,00045 m, volume pori 4,7297 cm3/g danluas permukaan spesifik 63 m2/g
(Yalcin, 2001).
2.1.4. Kalsinasi
Kalsinasi merupakan proses pemanasan suatu benda hingga temperatur tinggi, tetapi
masih dibawah titik lebur untuk menghilangkan kandungan yang dapat menguap, karbonat
dan air (Anonim E, 2011). Memanaskan suatu bahan dalam keadaan padat merupakan cara
yang dilakukan untuk menguji apakah terjadi perubahan fasa yang akan berpengaruh
terhadap sifat-sifat mekanis suatu bahan. Selain itu proses perlakuan panas dapat
mempengaruhi fungsionalitas (Ginting, 2010). Proses perlakuan panas dipengaruhi beberapa
faktor, yaitu suhu pemanasan, waktu penahanan suhu dan kecepatan pendinginan
(Sembiring, 2008).
2.1.5 Scanning Electron Microscopy (SEM)
Mikroskop elektron yang dikenal dengan SEM (Scanning Elektron Mikroscopy)
adalah suatu teknik analisis yang telah banyak digunakan untuk membantu mengatasi
permasalahan analisis struktur mikro dan morfologi yang mampu memberikan hasil analisis
secara rinci dalam berbagai material seperti keramik, komposit dan polimer. Dengan resolusi
yang tinggi, SEM mampu memberikan informasi dalam skala atomik. SEM dilengkapi
dengan sistem pencahayaan menggunakan radiasi elektron yang mempunyai daya pisah
dalam ukuran 1 200 Angstrom, sehingga dapat difokuskan dalam bentuk titik yang sangat
kecil atau dengan perbesaran 1.000.000 kali. SEM memiliki daya pisah dalam skala nano
dengan kemampuan perbesaran sekitar 500.000 kali (Sembiring, 2007). SEM mempunyai
ketajaman gambar yang sangat tinggi dan mempunyai daya pisah sekitar 0,5 nm dengan
perbesaran maksimum 500.000 kali. Kemampuan daya pisah ini disebabkan karena SEM
menggunakan elektron sebagai sumber radiasinya. Gambar yang dihasilkan adalah dalam
bentuk gambar tiga dimensi dengan ketajaman yang sangat tinggi akibat adanya high depth
of field (Brendon, 1991).
Pada prinsipnya SEM terdiri dari beberapa komponen yaitu kolom elektron (electron
coloum), ruang sampel (specimen chamber), sistem pompa vakum (vacuum pumping
system), kontrol elektronik dan sistem bayangan. Kolom elektron terdiri dari elektron gun
dan beberapa lensa. Bagian dari electron gun adalah katoda (Nyono, 2008). Katoda berupa
filamen berbentuk v, yang biasanya dibuat dari bahan tungsen dan lanthanum hexaboride,
yang berfungsi sebagai penghasil elektron. Dengan aliran arus listrik bertegangan tinggi
melalui filamen akan menimbulkan perbedaan potensial hingga 1000-30.000 eV, dan
menghasilkan elektron. Berkas elektron (electron beam) yang dihasilkan selanjutnya akan
melewati celah pelindung menuju anoda setelah difokuskan oleh sebuah lensa magnetik dan
dua buah lensa kondenser (condenser lens) dan sebuah lensa objektif ke suatu titik untuk
menghasilkan bayangan (Sembiring, 2007). Skematik kerja SEM ditunjukkan pada Gambar
5.

Gambar 5. Skema Scanning Electron Mi


2.1.6 Pembuatan Membran Silika
Preparasi membran, dalam metode ini sebanyak 17 gram silika dicampurkan dengan
35 ml 1-propanol, dan campuran tersebut dimasukan dalam botol 100 ml kemudian
disentrifuse dengan kecepatan 600 rpm selama 10 menit. Langkah selanjutnya, tambahkan 3,5
gram CTAB yang telah dilarutkan dalam 9 ml air deionisasi. Larutan tersebut kemudian
diaduk dengan ultrasonik selama 10 sampai 15 jam. Tujuan dari penggunaan CTAB
(surfaktan nonionik) dan pengadukan dengan ultrasonik agar terbentuk pori membran yang
berukuran nano. Sol silika kemudian dicetak dan dikalsinasi pada suhu 450 oC selama 90 menit
dengan pendinginan 0,2oC min-1 (Chowdhury SR et al 2006).

2.2 Hipotesis
Nilai paling umum kandungan silica dari abu sekam padi adalah 90 96%. Silika yang
terdapat dalam sekam memiliki struktur amorf terhidrat (Houston, 1972 dalam Harsono,
2002). Melalui rangkaian proses dengan kondisi variable operasi optimum tertentu dapat
menghasilkan SiO2 dari abu sekam padi dengan tingkat kemurnian sebesar 90% dengan
kristalinitas yang tinggi, ditandai dengan terbentuknya fase kristobalit dan tridimit (Hara,
1986 dalam Harsono 2002).
III. PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian eksperimen. Eksperimen


akan dilakukan terhadap beberapa sampel sekam padi di wilayah Cepu. Eksperimen juga akan
dilakukan beberapa kali terhadap tiap sampel. Pendekatan hasil penelitian yang akan
digunakan adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif yang dimaksud
adalah dapat diketahui bahwa dari sejumlah sekam padi yang digunakan dalam eksperimen ini
diperoleh beberapa hasil eksperimen terkait berapa banyak SiO2 dalam wujud serbuk
(padatan) yang dapat dihasilkan dari sejumlah sekam padi. Adapun pendekatan kualitatif yang
dimaksud adalah dapat diketahui kristalinitas SiO2 yang dihasilkan.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu pelaksanaan penelitian mulai tanggal 13 September 2016 sampai dengan
13 Oktober 2016. Penelitian akan dilakukan di Jl. Gajah Mada No. 38 , Cepu,
tempatnya di STEM Akamigas dengan menggunakan fasilitas STEM Akamigas
berupa Laboratorium Kimia dan Laboratorium Minyak Bumi.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah limbah sekam padi.
Sebagai sampel, peneliti menggunakan limbah sekam padi di persawahan Cepu.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling peluang,
tepatnya sampling acak sederhana.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Sesuai dengan sumber data serta maksud dan tujuan penyusunan karya ilmiah ini, maka
dalam pengumpulan data penulis menggunakan beberapa metode sebagai berikut :
Studi Kepustakaan
Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggunakan dan
mempelajari buku-buku, internet, atau media lain yang ada hubungannya dengan
masalah karya tulis ini.
Penelitian Lapangan
Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara meninjau dan
mengamati secara langsung.
Interview
Metode pengumpulan data dengan tanya jawab secara langsung.
Literature
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan memanfaatkan buku - buku
referensi sebagai penunjang dalam pengambilan teori dasar.

3.5 Instrumen Penelitian


Dalam karya ilmiah ini dibutuhkan peralatan yang dibutuhkan saat dilakukannya
penelitian adapun alat-alat yang akan digunakan seperti:
Oven
Beaker glass
Corong bucher
Incubator
Kertas saring bebas abu
Pengaduk ultrasonic
Kompor listrik
Labu Erlenmeyer
Ayakan 150 mesh
Centrifuge

3.6 Variabel
Variabel bebas : Pretreatment 1 dan Pretreatment 2
Konsentrasi KOH
Konsentrasi HCl
Variabel tetap : Sekam Padi
KOH
HCl
Bayclin
3.7 Langkah Kerja
Pretreatment 1 Sekam Padi
Sekam padi yang diambil dari pabrik penggilingan dicuci hingga bersih
dengan menggunakan air panas selanjutnya direndam sejenak.
Sekam padi yang direndam akan menjadi 2 bagian, bagian yang mengapung
dan bagian yang tenggelam, bagian yang tenggelam diambil untuk diproses
ke tahap selanjutnya.
Sekam padi yang telah dicuci kemudian direndam dengan menggunakan air
panas selama 6 jam untuk menghilangkan kotoran-kotoran (zat organik) yang
larut dalam air
lalu tiriskan dan keringkan di bawah sinar matahari hingga kering. Selama
proses penjemuran, sekam padi diratakan agar sekam dapat kering secara
menyeluruh dan merata.

Pretreatment 2 Sekam Padi


Sekam padi dibakar untuk keperluan industri batu bata
Abu sekam padi sisa pembakaran diambil

Ekstraksi SiO2
Siapkan alat dan bahan sesuai dengan yang tertera diatas
50 gram sekam padi yang telah melalui pre-treatment diletakkan dalam
beaker glass,
Beri larutan KOH hingga sekam terendam seluruhnya. Lakukan dengan
berbagai konsentrasi KOH yang berbeda. (Referensi Nurhayati, 2006
penggunaan KOH 5% dalam 500 mL).
Didihkan, dan dalam keadaan mendidih diaduk selama 30 menit. Setelah 24
jam, hasil ekstraksi disaring menggunakan corong bucher sehingga
didapatkan filtrat yang mengandung silika terlarut.
Filtrat hasil ekstraksi yang diletakkan dalam labu erlenmeyer ditetesi larutan
HCL setetes demi setetes. Lakukan dengan berbagai konsentrasi HCL yang
berbeda. (Referensi Nurhayati, 2006 penggunaan HCL sebesar 10%). Adapun
setiap satu tetes, erlenmeyer digoyang-goyangkan. Tetesan dihentikan jika
pembentukan endapan telah berhenti.
Silika gel yang terbentuk dalam erlenmeyer dituangkan larutan bayclin,
diaduk-aduk beberapa saat, lalu dituang ke atas kertas saring yang berada
dalam corong bucher.
Bilas silika gel menggunakan aquades untuk menghilangkan kandungan
bayclin yang masih terikut.
Letakkan silika gel yang telah dibilas ke dalam cawan tahan panas, kemudian
dipanaskan menggunakan kompor listrik sambil terus diaduk-aduk sehingga
diperoleh silika padat.
Lakukan hal yang sama seperti diatas namun dengan sekam padi yang telah
diabukan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai