Anda di halaman 1dari 13

Tekan tanda tanya untuk melihat tombol pintasan yang

tersedia

2017 Google Kebijakan Privasi Persyaratan Layanan Persyaratan Maps


Kawasan

Telusuri G

derman der
Publik
4 Des 2014
LAPORAN DASAR ILMU TANAH

I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Profil tanah adalah penampang pertikal tanah yang di mulai dari permukaan tanah sampai lapisan
induk dalam tanah. Tanah yang terbentuk di permukaan bumi berkembang dari bahan mineral
yang berasal dari batu-batuan yang melalui proses pelapukan, baik secara fisik maupun kimia
yang di bantu oleh pengaruh dari atmosfer, sehingga di dalam tanah terdapat empat komponen
utama yaitu bahan mineral, bahan organik, udara dan air tanah.
Bobot isi tanah adalah bobot kering suatu unit volume dalam keadaan utuh di nyatakan
dalam gram per satuan volume (cm). Bobot isi sangat di pengaruhi oleh perbandingan dari
volume total tanah yaitu antara volume padatan, volume pori di antara zarahtanah yang berisi
udaara serta volume kadar air tanah.
Warna tanah adalah sifat tanah yang paling jelas dan mudah di tentukan. Wlaupun warna tanah
ini mempunyai penagruh yang kecil terhadap kegunaan tanah, tetapi kadang-kadang dapat di
gunakan sebagai petunjuk kondisi tanah tersebut. Sifat-sifat tanah yang di hubungkan denagn
warna tanah antara lain kandungan bahan organic, keadaan drainase, aerase, temperature tanah,
dan bebrapa sifat tanah lainnya.
Struktur tanah adalah salah satu sifat dasar tanah yang mempengaruhi sifat tanah yang
lain serta besar pengaruhnya terhadap kemampuan tanah sebagai media pertamanan.
Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan pendispersi oleh benturan
tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan tergantung pada ketahanan jonjot tanah
melawan daya disperse air dan kekuatan sementasi atau pengikatan.
Penetapan reaksi tanah (pH) tertentu yang terukur pada tanah di tentukan oleh
seperangkat factor kimia tertentu. Oleh karena itu, penetuan pH tanah adalh salah satu uji yang
paling penting yang dapat di gunakan. Untuk menilai kesuburan tanah sering di lakukan dua
macam pengukuran pH tanah yaitu pH actual dan pH potensial.
Keberadaan kapur tanah erat kaitannya denagn keberadaan kalsium serta magnesium.
Magnesium berasal dari mineral fero-magnesium dan kalsium dari feldsfor serta akumulasi
bahan kapur (karbonat), dolomite, kalsit dan gypsum sebagai mineral sekunder. Kandungan
kapur tanah di pengaruhi oleh beberapa factor antara lain komposisi batuan induk dan iklim.
Keduan factor ini berhubungan dengan kadar lengas tanah, terbentuknya lapisan-lapisan tanah
dan tipe vegetas.
Bahan organic tanah terbentuk dari jasad hidup tanah yang terdiri dari flora dan fauna,
perakaran tanaman yang hidup dan mengalami modifikasi serta hasil sintesis baru yang berasal
dari tanaman dan hewan. Indicator biologi bila tanah subur dapat di lihat adanya bakteri dan
cacing tanah dalam tanah, dan organisme serta mikroorganisme. Karena syarat tumbuh keduanya
sama dengan tumbuhan seperti memrlukan bahan organic, O2, kelembaban dan suhu.
Berdasarkan hal ini maka perlu di lakukan identifikasi terhadap sifat-sifat yang mempengaruhi
bentuk-bentuk sifat kesuburan tanah.
Cacing tanah adalah organisme tanah yang lebih aktif pada malam hari, hidup pada tanah
yang lembab dengan sirkulasi udara yag bagus. Pada tanah berpasir dan kering, populasi cacing
tanah sanagat sedikit.
B.Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah unruk mengetahui sifat-sifat fisik dan morfologi tanah,
untuk mengetahui sifat kimia tanah, dan untuk mengetahui sifat biologi tanah.
Kegunaan dari praktikum ini adalah dapat mengetahui sifat-sifat fisik dan morfologi
tanah, dapat mengetahui sifat kimia tanah dan sifat biologi tanah serta cara penentuan ketiga sifat
tanah di atas.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Sifat Fisik dan Morfologi Tanah
Sifat morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang.
Sebagian dari sifat-sifat morfologi tanah merupakan sifat-sifat fisik dari tabah tersebut. ( Tim
Dosen Ilmu Tanah, 2013 ).
Tanah disusun dari butir-butir tanah dengan berbagai ukuran. Bagian butir tanah yang berukuran
lebih dari 2 mm disebut bahan kasar tanah seperti kerikil, koral sampai batu. Bagian butir tanah
yang berukuran kurang dari 2 mm disebut bahan halus tanah. ( Majid, A., 2007 ).
Menurut Hardjowigeno (1992) tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah
merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkan
dalam 12 klas tekstur. Kedua belas klas tekstur dibedakan berdasarkan prosentase kandungan
pasir, debu dan liat.
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur tanah ini
terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti
bahan organik, oksida-oksida besi, dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil (struktur tanah) ini
mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda.Tanah yang
terbentuk di daerah dengan curah hujan tinggi umumnya ditemukan struktur remah atau granular
di tanah lapisan atas (top soil) yaitu di horison A dan struktur gumpal di horison B atau tanah
lapisan bawah (sub soil). Akan tetapi pada daerah kering tanah yang terbentuk akan berstruktur
keras dan kering. ( Muslimin, 2012 ).
Menurut Hanafiah (2005) bahwa bobot isi tanah merupakan kerapatan tanah per satuan volume
yang dinyatakan dalam dua batasan yaitu kerapatan partikel (bobot partikel = BP) adalah bobot
massa partikel padat per satuan volume tanah, biasanya tanah mempunyai kerapatan partikel 2,6
gram cm-3, dan kerapatan massa (bobot isi = BI) adalah bobot massa tanah kondisi lapangan
yang dikering-ovenkan per satuan volume.Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan
tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin kasar akan makin berat. Tanah lapisan atas yang
bertekstur liat dan berstruktur granuler mempunyai bobot isi (BI) antara 1,0 gram cm-3 sampai
dengan 1,3 gram cm-3, sedangkan yang bertekstur kasar memiliki bobot isi antara 1,3 gram cm-3
sampai dengan 1,8 gram cm-3. Sebagai contoh pembanding adalah bobot isi air = 1 gram cm-3 =
1 ton gram cm-3 . ( Hanafiah, 2005 ).
Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah. Warna tanah
berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran warna yang dipantulkan
permukaan tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali
dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah. Makin luas permukaan spesifik
menyebabkan makin dominan menentukan warna tanah, sehingga warna butir koloid tanah
(koloid anorganik dan koloid organik) yang memiliki luas permukaan spesifik yang sangat luas,
sehingga sangat mempengaruhi warna tanah. ( Majid, A., 2007 )
Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa warna tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah,
karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut.
Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan
bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap. Sedangkan
dilapisan bawah, dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak
dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa
Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan
daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan tersebut ditunjukkan dari daya tahan
tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya yang akan mengubah bentuk tersebut
misalnya pencangkulan, pembajakan, dan penggaruan. Menurut Hardjowigeno (1992) bahwa
tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada
alat pengolah tanah.
Menurut Hanafiah (2005) bahwa air merupakan komponen penting dalam tanah yang dapat
menguntungkan dan sering pula merugikan. Beberapa peranan yang menguntungkan dari air
dalam tanah adalah sebagai pelarut dan pembawa ion-ion hara dari rhizosfer ke dalam akar
tanaman, sebagai agen pemicu pelapukan bahan induk, perkembangan tanah, dan differensi
horizon, sebagai pelarut dan pemicu reaksi kimia dalam penyediaan hara, yaitu dari hara tidak
tersedia menjadi hara yang tersedia bagi akar tanaman, sebagai penopang aktivitas mikrobia
dalam merombak unsur hara yang semula tidak tersedia menjadi tersedia bagi akar tanaman,
sebagai pembawa oksigen terlarut ke dalam tanah dansebagai stabilisator temperatur tanah.

B. Sifat Kimia Tanah


Tanah merupakan perantara penyedia suhu, udara, air dan unsur-unsur hara. Pertumbuhan
tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh tersedianya unsur hara dalam tanah, tetapi juga oleh
faktor-faktor lain seperti telah disebutkan diatas. (Hanafiah, K., A. 2007 ).
Tanah terbentuk dari batuan yang melapuk. Variasi kandungan unsur Silikon, Oksigen dan
Aluminium sangat banyak ditemui. Hal ini menunjukkan dominasi mineral silikat dan
aluminosilikat pada batuan beku. Selanjutnya adalah unsur besi, kalsium, magnesium, natrium,
dan kalium. Komposisi kimia batuan beku menyerupai komposisi mineralogik dari tanah yang
telah melapuk minimal atau sedang. Sejumlah tanah mengandung kuarsa, feldspar, dan mika
pada fraksi pasir dan debunya, liat silikat lapis 2:1 dalam fraksi liatnya, dan kebanyakan muatan
negatif liat dinetralisir dengan adsorpsi ion-ion kalsium, magnesium, sodium dan kalium. (
Muslimin, 2013 ).
Pada saat tanah melapuk dan komposisi mineralogi berubah setiap waktu, terjadi pula perubahan
komposisi kimiawi. Selama proses pembentukan tanah, terjadi kehilangan unsur-unsur Si relatif
terhadap Al dan Fe. Pelepasan dan kehilangan Ca, Mg, Na dan K lebih cepat dibandingkan Si,
dan hal ini ditunjukkan oleh rendahnya kandungan empat kation pada tanah-tanah yang melapuk
intensif. ( Hanafiah, K., A. 2007 ).
Sifat-sifat kimia tanah yang sangat berpengaruh langsung dalam pertumbuhan tanaman yang
penting untuk diketahui antara lain:
1) Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam
tanah. Makin tinggi kadar ion H+ dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah
selain ion H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH- yang jumlahnya berbanding terbalik
dengan banyaknya H+. Pada tanah-tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi dibanding OH-
, sedang pada tanah alkalin kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama
dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH=7. Konsentrasi H+ atau OH-
dalam tanah sebenarnya sangat kecil. Nilai pH berkisar antara 0-14 dengan pH 7 disebut netral
sedang pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis.
2) Koloid tanah adalah bahan mineral dan bahan organik tanah yang sangat halus sehingga
mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi persatuan berat. Liat termasuk koloid tanah
(koloid anorganik) dan humus (koloid organik). Koloid tanah merupakan bagian tanah yang
sangat aktif dalam reaksi-reaksi fisikokimia dalam tanah. Partikel-partikel koloid yang sangat
halus yang dikenal sebagai mikro sel pada umumnya bermuatan negatif, sehingga ion-ion yang
bermuatan positif akan tertarik dan membentuk lapisan ganda ion (ionic double layer).
3) Koloid organik utama adalah humus. Koloid organik tersusun atas C, H dan O. Humus
bersifat amorf, KTK tinggi dan lebih mudah dihancurkan dibandingkan liat. Sumber muatan
negatif humus adalah gugus karboksil dan gugus fenol. Muatan humus adalah tergantung pH.
Dalam keadaan masam, H+ dipegang kuat oleh gugusan karboksil atau fenol dan menjadi lemah
ikatannya jika pH lebih tinggi.
4) KTK adalah sifat kimia yang berkaitan dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi
mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah KTK rendah. Tanah
dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa seperti Ca, Mg, K, Na dapat meningkatkan
kesuburan tanah, tetapi bila didominasi oleh kation asam seperti Al dan H dapat mengurangi
kesuburan tanah. Tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai
KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah
berpasir. ( Hardjowigeno, S. 2003 ).

C. Sifat Bilologi Tanah


Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme. Jumlah tiap grup mikroorganisme sangat
bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa individu, akan tetapi ada pula yang jumlahnya
mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme tanah itu sendirilah yang bertanggung jawab
atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara. Dengan demikian mereka mempunyai
pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah (Anas 1989).
Jumlah total mikroorganisme yang terdapat didalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan
tanah (fertility indeks), tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang subur mengandung
sejumlah mikroorganisme, populasi yang tinggi ini menggambarkan adanya suplai makanan atau
energi yang cukup ditambah lagi dengan temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang cukup,
kondisi ekologi lain yang mendukung perkembangan mikroorganisme pada tanah tersebut. (
Anas, 1989),
Jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat organisme dalam
hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman profil tanah. Data ini
juga berguna dalam membandingkan keragaman iklim dan pengelolaan tanah terhadap aktifitas
organisme didalam tanah (Anas 1989).

II. METODE PRAKTIKUM


A.Waktu dan Tempat
Praktikum ini di laksanakan pada bulan September November 2013, bertempat di
kebun percobaan unhalu kecamatan moramo dan Laboratorium Agroteknologi Unit Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.
B.Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum, antara lain ring sampel, mistar, timbangan, open,
kantung kresek, karet, cangkul, pisau, pemotong/cuter, gunting, kertas label, peralatan tulis
menulis, skop, linggis, parang, bor tanah, pisau lapang, meteran, karet gelang, isolasi besar atau
lakban, pH tester, beker glass, stop watch, timbangan analitik, spektrofometer, labu ukur 100 ml,
dispenser 10 ml, pipet volume 5 ml, saringan 0,25 mesh, mortar, botol pengocok, pengaduk
gelas, pH meter, buku Munsell Soil Colour Chart, botol semprot.
Bahan yang di gumnakan dalam praktikum ini adalah air dan sampel tanah Bor, sampel
tanah (ring sampel), air destilata, K2SO4 0,1 N, aquades, dan KCl, 0,1 N HCl, HCl 2 N, 0,1 N
NaOH dan indicator phenol pthalin (pp) 1% serta kalsimeter, buku munsell soil colour chart dan
botol semprot, asam sulfat pekat, kalium dikromat (K2Cr2O7) 1 N, larutan standar 5000 ppm C,
alcohol 70% dan botol aqua dala keadaan bersih, bahan organic (serasah tanaman), pupuk
kandang dan cacing tanah (ukuran seragam).

C. Prosedur Kerja
v Pemboran dan pengamatan profil tanah
Sebelum membuat profil ada beberapa syarat yang harus di patuhi dalam menentukan lokasi
penganamatan, yaitu:
1. Keadaan penampang profil harus masih bersifat alami, sebelum di bawah lapisan atas atau
lapisan bawah belum banyak terganggu oleh tenaga mekanisme luar.
2. Jangan membuat penampang di tempat bekas timbunan pupuk, tanah galian atau
timbunan, bekas bangunan/jalan, kuburan tampat sampah atau lainnya untuk mencegah
kesalahan penagmatan.
3. Jarak penampang dari saluaran air, perumahan, pekarangan, gudang atau pabrik paling
dekat 500 meter.
Pemilihan tempat pembuatan penampang tanah di lakukan dengan cara:
1. Memperhatikan wilayah sekitar untuk mengenal keadaan wilayah sambil melakukan
pemboran untuk mengenal warna tanah, tekstur, dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam
dan permukaan tanah.
2. Melakukan pemboran sedalam 120 cm di 4-8 tempat berjarak sekitar 10 meter dari lokasi
yang akan di buat penampang untuk mengecek apakah tanah sudah homhogen jika 4-8 pemboran
tersebut menunjukkan keadaan yang sama, maka tempat pembuatan sudah cukup representative.
Adapun cara penagmatan profil tanah adalah sebagai berikut:
1. Sambil memperhatikan perbedaan warna, tekstur, konsistensi dapat di tarik batas-batas
lapisan sebagai tahap pertama, (jika warna dan tekstur sama maka pabedaan struktur, kosistensi
dan kandungan bahan kasar dapat digunakan untuk menentukan batas lapisan sebagai tahap ke
dua).
2. Tiap lapisan/horizon diberi nomor/kode berturut-turut dari atas kebawah kemudian di
lakuakn deskripsi denagan mengukur kedalam masing-masing lapisan, menetukan warna,
tekstur, struktur, pori, konsistensi, karatan, pH, serta kondisi perakaran.
3. Kemudian lakukan pengamatan penampang secara kseluruhan untuk menentukan itngkat
perkembangan tanah berdasrkan jumlah lapisan/horizon. Tentukan pula kedalaman solum, top
soil, sub soil, kedalam efektif dan kedalaman tanah.

v Kadar air, bobot isi dan total ruang pori tanah


Prosedur kerja pada praktikum kadar air, bobot isi dan total ruang pori tanah yaitu antara lain :
a. Mengsmbil ring yang telah berisi tanah hasil praktikum I, lepaskan penutup ring dan
menimbang beratnya, lalu dicatat sebagai berat tanah basah ( b = y = gram )
b. Tanah tersebut dikeringkan bersama ring ke dalam oven pada suhu 105C hingga berat
konstan ( 1x24 jam ). Setelah dingin ditimbang tanah kering bersama ring dan dicatat sebagai
berat tanah kering ( c = gram )
c. Kemudian, menimbang ring kosong yang telah dikeluarkan tanahnya ( a = y = gram )
d. Lalu, mengukur rata-rata tinggi dan diameter ring kosong untuk menghitung besarnya
volume tanah dengan menggunakan persamaan volume tabung
e. Ditentukan kadar air, bobot isi dan total ruang pori, dengan menggunakan persamaan :
KAT (Z) = b-c x 100 %
c-a
100
BV =(xy) (100 + Z)
Volume tanah
Total pori = 1- BV x 100 %
Bj
v Warna tanah
1. Mengambil bongkahan tanah dengan permukaan yang asli. Jika tanah dalam keadaan
kering dapat di basahkan untuk memperoleh permukaan tanah yang lembab/asli.
2. Membandingkan warna tanah dengan warna-warni pada Munsell Soil Colour Chart.
3. Lalu, mencatat hue, value dan chroma. Jika ada bercak dan konkresi tentukan juga
warnanya
4. Melakukan pengamatan serupa ( bongkah-bongkah ) untuk tanah dalam keadaan lembab
dan basah Konsistensi tanah dan stabilitas agregat
v Struktur tanah
Dalam struktur tanah ada dua prosedur pengamtan yaitu prosedur kerja kemantapan agregat dan
perkembangannya, untuk prosedur kerja kemantapan agregat prosedur kerjanya antara lain :
a. Mengambil gumpalan tanah ( sedapat mungkin dalam keadaan lembab ) sebesar kurang
lebih 10 cm pangkat 3
b. Lalu, pecahkan dengan menggunakan jari. Pecahan gumpalan tanah tersebut merupakan
agregat atau golongan agregat
c. Dari agregat tersebut ditentukan bentuk, ukuran, dan kemantapannya.
Untuk pada prosedur kerja kemantapan agregat dilakukan pada pengamatan sebagai berikut :
1. Memasukkan air destilat sebanyak 50 ml ke dalam baker 100 ml
2. Memasukkan 3 agregat tanah kering udara berukuran 3-5 mm
3. Setelah 2 jam dan 20 jam perendaman, diamati ada atau tidak pemecahan agregat ( slaking
) dan atau dispersi
4. Lalu, diberikan nilai skor
5. Jika terjadi slaking, dilanjutkan dengan pelumpuran (amoulding) agregat tanah dalam
keadaan lembab yaitu sekitas kapasitas lapang. Bentuk bola-bola kecil dengan ukuran 3 5
mm.
6. Dimasukkan kedalam air destilata seperti pada agregat kering udara
7. Lalu, dilakukan skoring
8. Sambil menunggu pengamatan dispersi, lakukan pengamatan konsistensi dengan jalan
meremas atau memmijat tanah pada tiga keadaan kandungan air yaitu kondisi kering, lembab dan
basah sesuai kriteria.

v Reaksi (ph) tanah


Prosedur kerja pada praktikum ini, yaitu :
a. Menghancurkan tanah yang telah di kering-anginkan dengan menggunakan mortar
b. Menyaring tanah dengan penyaring ukuran 0,25 mesh
c. Menimbang contoh tanah 5 g dimasukkan ke dalam botol pengocok
d. Ditambahkan aquades 12,5 ml untuk mengukur pH aktual atau 12,5 ml K2SO4 0,1 N untuk
mengukur pH potensial
e. Diaduk dengan pengaduk gelas sehingga tanah betul-betul larut selama lebih kurang 10
menit. Lalu di diamkan selama 15 menit
f. Ditentukan pH tanah dengan menggunakan pH meter
g. Kemudian, dibandingkan nilai ph yang diperoleh dengan tabel ph kualitatif berikut
v Penentuan kadar kapur tanah
1. Menimbang 10,000 g tanah untuk setiap tingkat penambahan basa dan masing-masing
dimasukkan ke dalam motol kocok 100 ml.
2. Ditambahkan dengan pipet larutan NaOH 0,02 N masing-masing sebanyak 0; 1; 2; 4; 6; 8
dan 10 ml dan air bebas ion sehingga jumlah setiap larutan menjadi 25 ml ( air ditambahkan
terlebih dahulu sebelum larutan NaOH 0,02 n ).
3. Penambahan NaOH ini menghasilkan deret penambahan basa 0; 0,02; 0,04; 0,08; 0,12;
0,16 dan 0.20 m.e.
4. Dikocok campuran selama 1 jam dan ukur pH suspensi dengan alat pH meter yang telah
dikalibrasi menggunakan larutan sangga pH 7,0 dan 4,0
Perhitungan:
Buat kurva hubungan m.e NaOH yang diperlukan dengan Ph tanah yang dihasilkan atau gunakan
persamaan regresi. Dapatkan m.e NaOH yang menghasilkan pH yang dikehendaki dan hitung
kebutuhan kapurnya sebagai berikut:
Kebutuhan kapur ( kw CaCO3 ha-1 ) = (m.e.NaOH x 50)x 10-8 x (1,5 x 108) x fk
= m.e. NaOH x 75 x fk
Keterangan :
50 = bst CaCO3
10-8 = konversi mg ke kuintal CaCO3
1,5 x 108 = konversi g contoh ke ha
Faktor koreksi kadar air (fk) = 100/ (100-% Kadar Air).
v Penentuan kadar bahan organik tanah
1. Menimbang 0,500 g contoh tanah ukuran < 0,5 mm, dimasukkan ke dalam labu ukur 100
ml
2. Ditambahkan 5 ml K2Cr2O7 1 N, lalu dokocok.
3. Ditambahkan 7,5 ml H2SO4 pekat, dikocok lalu diamkan selama 30 menit.
4. Diencerkan dengan air bebas ion, biarkan dingin dan diimpitkan.
5. Keesokan harinya diukur absorbansi larutan jernih dengan spektrofometer pada panjang
gelombang 561 nm.
6. Sebagai pembanding dibuat standar 0 dan 250 ppm, dengan memipet 0 dan 5 ml larutan
standar 5000 ppm ke dalam labu ukur 100 ml dengan perlakuan yang sama dengan pengerjaan
contoh.
Perhitungan :
Kadar c organik (%)
= ppm kurva x ml ekstrak 1000 ml-1 x 100 mg contoh-1 x fk
= ppm kurva x 100 1.000-1 x 500-1 x fk
= ppm kurva x 10 500-1 x fk
Keterangan:
ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva hubungan antara kadar deret standar dengan
pembacanya setelah dikoreksi blanko
100= konversi ke %
Fk = faktor koreksi kadar air = 100/ (100- % kadar air).
v Distribusi organisme tanah
Praktikum ini dilakukan dengan prosedur kerja sebagai berikut:
a. Praktikum ini dilakukan disekitar kampus
b. Membuat suatu plot ditanah sekitar kampus pada penggunaan lahan berbeda masing-
masing seluas 100 x 100 cm2 dan dibagi plot itu atas 100 subplot yang masing-masing berukuran
10 x 10 cm2.
c. Diambil tanah masing-masing plot dengan menggunakan skop dan pisau sedalam 5 cm dan
selanjutnya dibawa contoh tanah tersebut ke laboratorium
d. Menimbang tanah itu dan selanjutnya diekstraksi hewan tanah yang terdapat di dalamnya
dengan menggunakan corong Barlese-Tullgren selama lebih kurang 4 hari.
e. Lalu, di identifikasi hewan tanah yang di dapat dan dihitung masing-masing jenisnya (tiap
mahasiswa hanya menghitung satu jenis tertentu).
f. Bila identifikasi tidak dapat dilakukan sampai tingkat jenis, maka cukup nyatakan saja
family atau ordonya dengan memberi nomor untuk masing-masing jenis. Dari perhitungan itu
akan diketahui kepadatan populasi dari jenis-jenis hewan tanah yang terdapat pada plot
percobaan. Tiap tanah contoh diukur pula kadar organic dan kadar air tanahnya, serta beratnya
per cm3.
v Kepadatan populasi cacing tanah
Pada praktikum kepadatan populasi cacing tanah prosedur kerjanya yaitu sebagai berikut :
a. Pada percobaan ini pengambilan contoh cacing tanah dilakukan dengan metode sortir
tangan. Pada masing-masing lokasi diambil contoh cacing tanah dan sepuluh kuadrat contoh
yang luasnya perkuadrat 30 x 30 cm2.
b. Tanah pada praktikum ini digali dengan pacul dan skop sampai kedalaman 30 cm. Tanah
itu untuk sementara dimasukkan ke dalam karung plastik.
c. Pengambilan tanah masing-masing lokasi dilakukan pada waktu yang relatif bersamaan
d. Selanjutnya tanah contoh itu diletakkan pada lembaran plastik dan selanjutnya cacing tanah
yang terdapat padanya dikoleksi dengan metode sortir tangan.
e. Cacing tanah yang ditemukan dibedakan berdasarkan bentuk luarnya, dihitung dan dicuci
air sampai bersih dan di timbang. Selanjutnya cacing itu di awetkan dengan formalin 8 % dan
dibawa ke laboratorium. Di laboratorium cacing itu diidentifikasi
f. Selain pengambilan cacing tanah lokasi pengambilan contoh itu juga diukur suhunya, dan
sebagian tanahnya dibawa ke laboratorium untuk diukur Ph, kadar air, dan kadar bahan
organiknya. Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan pH meter atau dengan kertas
pH. Kadar air diukur dengan cara gravimetric.
v Pertumbuhan dan perkembangan cacing tanah
Prosedur kerja pada pertumbuhan dan perkembangan cacing tanah, yaitu sebagai berikut :
a. Disiapkan 9 toples berukuran seragam dalam keadaan bersih
b. Dimasukkan tanah yang telah disterilkan sebanyak 1 kg dalam tiap-tiap toples sebanyak 3
ekor ke dalam semua toples. Sebanyak 3 buah toples diberi masing-masing pupuk kandang
seberat 250 g dan 3 buah toples lainnya diberi 250 g serasah tanaman di atas permukaan tanah
dalam toples, sedang 3 buah toples lainnya tidak diberi perlakuan.
c. Ditutup toples tersebut dengan kain kasa dibagian atasnya. Kemudian beri air secukupnya
dengan jumlah yang sama untuk masing-masing toples dan disimpan selama kurang lebih 4
minggu
d. Terakhir, diamati jumlah dan berat cacing tanah serta sifat-sifat tanah lainnya.
B.Pembahasan
Pada hasil pengamatan pemboran diperoleh dari masing-masing arah angin dari tiap lapisan
dengan criteria warna, teksture dan konsistensi. Pada arah mata angin utara pada lapisan satu
didapatkan 10 yr 8/2 (sangat coklat muda), lapisan dua 10 yr 7/4 (sangat coklat muda) lapisan ke
tiga 10 yr 5/3 (sangat coklat muda) dan lapisan empat warna tanahnya sangat coklat muda. Pada
data eksternal didapatkan no titik lokasi arah utara, tanggal pemboran 01-09-2013.kordinasi
lokasi tidak ada, ketinggian tempat, dengan jenis vegetasi semak, drainase dan penghambat
perakaran tidak ada.
Pada hasil pengamatan diperoleh perbandingan berat tanah yang telah dikeringkan dengan tanah
yang tidak dikeringkan yaitu lebih berat tanah yang tidak dikeringkan. Ini dikarenakan tanah
yang tidak dikeringkan masih mengandung berat air dan udara yang terkandung didalamnya dan
juga pori-pori yang terdapat dapat dalam tanah. Sedangkan berat tanah yang telah dikeringkan
sudah tidak lagi terdapat kandungan air, sehinnga berat yang diukur lebih ringan dibandingkan
pada tanah yang tidak dikeringkan. Dari data pada table tersebut dapat dilihat bahwa pada
lapisan 1 kadar air tanah mencapai 23.06% bobot isi mencapai 1.51 gram/cm3 dan total ruang
pori tanah mencapai 42%. Sedangkan pada lapisan 2 kadar air tanah 13.95%. meningkat pada
lapisan 3 dan 4 yaitu 14.9% dan 15.37%.
Pada table warna tanah diketahui bahwa lapisan 1 arah utara berbeda dengan lapisan 1 pada arah
barat dan selatan, lapisan 1 arah utara berwarna coklat sedangkan lapisan 1 arah barat dan selatan
berwarna abu-abu. Hal ini dikarenakan lapisan 1 arah utara mengandung banyak bahan organic
dan arah barat serta selatan bahan organiknya sedikit, karena airase dan drainasenya kurang baik.
Senyawa yang terdeteksi adalah dalam bentuk ferro (Fe 2+) sehingga memberikan warna abu-
abu. Pada lapisan 2 warna tanah arah utara berwarna coklat sedangkan arah barat berwarna putih
dan selatan berwarna coklat. Pada lapisan 3 arah utara dan selatan juga masih berwarna coklat.
Hal ini dikarenakan bahan organic dalam lapisan tanahnya banyak. Pada lapisan 3 arah barat
berwarna kuning. Hal ini disebabkan status oksidasi besi untuk airase dan drainasenya cukup
baik.
Dari hasil yang pernah diperoleh bahwa tanah memiliki stablitas yang berbeda pada tiap lapisan
tingkat stabilitas agregat sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan organic dan kemampuan
pori-pori tanah yang dapat menyerap dan menyimpan air di dalam tanah. Pada lapisan 1 (Lapisan
permukaan) slaking lemah hal ini dikarenakan pada lapisan 1 kandungan bahan organiknya
sangat banyak. Pada lapisan 2 tingkat slaking dikamakan kandungan bahan organik tanah
relative sedikit. Pada lapisan 3 tingkat kuat dikarenakan kandungan bahan organik tanah relative
sedikit
Pada table 1 lapsan 1 nilai hasil pengukuran PH dengan menggunakan PH meter dan bahan H2O
adalah 4,71 dengan keterangan masam. Pada table 2 lapisan 1 nilai hasil pengukuran PH
tanahnya dengan menggunakan KCL dan menggunakan alat PH meter diperoleh nilai 2,28
dengan keterangan tanahnya termasuk tanah sangat masam. Pada lapisan 3 nilai hasil
pengukuran PH tanahnya yaitu 2,44 itu juga berarti keterangan tanahnya sangat masam.
Berdasarkan hasil pengamatan di atas bahwa tiap lapisa memiliki kandungan bahan organic (C
organi) yang berbeda ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kedalaman tanah, iklim,
teksture tanah, drainase, suhu dan curah hujan. Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan
curah hujan, makin kedaerah dingin kadar bahan organic dan N makin tinggi. Pada kondisi yang
sama kadar tanah organic dan N bertambah, 2-3 setiap suhu pertahun dan rata-rata turun 100 C.
bila kelembapan efektif meningkatkan kadar bahan organic dan N juga bertambah. Selain itu,
bahan organic berperan sebagai sumber makanan dan energy untuk mikroorganisme : nutrisi
tanaman melalui pelapukannya dan peranan pertukaran ion dari humus : penyedia bahan yang
diperlukan untuk pembentukan dan stabilitas dan stabilitas sgregat-agregat tanah.
Bahan organic memperbesar kemampuan tanah memegang air dan kapasitas kation tanah.
Perbaikan kedua parameter. Bahan-bahan tanaman mengandung berbagai macam gula, lemak
dan protein yang menyediakan banyak energy untuk mikroorganisme. Dan perombakan bahan
organic ini dilepaskan unsure-unsure yang diperlukan sebagai unsure hara tanaman dan juga
untuk mikroorganisme. Proses perombakan bahan organic menjadi bentuk ikatan-iktan yang
sederhana disebut sebagai minerlisasi. Hasil perombakan tersebut adalah air C02, nitrogen bebas,
omonia, gas methan dan beberapa garam dan mineral sederhana.
Pemberian kapur pada tanah masam bertujuan untuk meningkatkan nilai Ph tanah. Atau dengan
kata lain menambah jumlah konsentrasi ion hydrogen dalam tanah sehinngga tanah menjadi lebih
netral dan unsure hara dalam tanah dapat dengan mudah diserap dan diuraikan oleh tanaman.
Berdasarkan hasil diatas perlu dilakukan pengapuran. Dan berdasarkan hasil praktikum yang
dilakukan setelah adanya pengapuran dengan menambahkan pengapuran dan menambahkan
NaoH yang bersifat sangat alkalis nilai Ph tanah masing-masing lpisan meningkat. Pada lapisan I
dengan volume 2 ml NaoH dan 12 ml H2O menaikan menjadi agak alkalis yaitu 8,04. Pada
lapisan I dengan volume 2 ml NaoH dan 11 ml H2O dan turun menjadi 7,22. Kemudian nilai ph
berangsure turun seiring dengan berkurangnya volume H2O. hal tersebut terjadi juga pada
lapisan II, III dan IV dengan perlakuan yang sama, namun nilai Ph semakin berkurang seiring
dengan bertambahnya kedalaman lapisan. Maka dapat disimpulkan bahwa volume pengapuran
harus disesuai kan dengan kedalaman lapisan tanah serta volume pengapuran berjalan sejajar
dengan Ph tanah, semakin banyak volume dan konsentrasi kapur maka semakin tinggi nilai ph
tanah tersebut.

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum di atas dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Profil tanah merupakan penampang tegak lurus tanah yang penting untuk di pelajari
karena dapat menggambarkan karakteristik tanah.
2. Bobot isi adalah bobot kering suatu unit volume tanah dalam keadaan utuh yang di
nyatakan dalam gram per satuan volume (cm3).
3. Warna tanah adalah sifat tanah yang paling jelas dan mudah di tentukan.
4. Struktur tanah adalah salah satu sifat dasar tanah yang mempengaruhi sifat tanah yang lain
serta besar pengruhnya terhadap kemampuan tanah sebagai media pertanaman.
5. Penetapan reaksi pH tanah tertentu yang terukur pada tanah di tentukan oleh seperangkat
factor kimia tertentu.
6. Keberadaan kapur tanah erat kaitannya dengan keberadaan kalsium serta magnesium.
7. Bahan organic tanah terbentuk dari jasad hidup tanah yang terdiri dari flora dan fauna,
perakaran tanaman yang hidup dan mengalami modofikasi serta hasil sintesis baru yang berasal
dari tanaman dan hewan.
8. Cacing tanah adalah organism tanah yang lebih aktif pada malam hari, hidup pada tanah
yang lembab dengan sirkulasi udara yang bagus.
9. Konsistensi tanah adalah sifat yang melukiskan kekuatan rekat butiran tanah satu dengan
yang lain.
10. Distribusi hewan tanah di suatu daerah tergantung pada keadaan factor fisika kimia
lingkungan dan sifat biologis hewan itu sendiri.
11. Pada tanah yang berbeda factor fisika kimianya tentu kepadatan populasi cacing tanahnya
juga berbeda. Demikian juga jenis tumbuh tumbuhan yang tumbuh pada suatu daerah sangat
menentukan jenis cacing tanah dan kepadatan populasinya.
12. Tekstur tanah adalah sifat kasar halusnya tanah yang di lambangkan dengan perbandingan
persentase nisbih (relative) fraksi pasir, debu dan liat dalam tanah.
B. Saran
Saran untuk praktikum selanjunya yaitu agar di lakukan perbaikan terhadap waktu dan cara
pelaksanaan parktikum, pembuatan laporan mingguan, serta untuk para asisten dosen agartidak
menyulitkan pesrta praktikum.
tidak ada komentar
tidak ada plus satu
belum pernah dibagikan
Dibagikan kepada publik

Tambahkan komentar...

Anda mungkin juga menyukai