PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam upaya Safe Motherhood Indonesia mencanangkan Making Pregnancy
Safer (MPS) sebagai strategi pembangunan kesehatan masyarakat menuju
Indonesia Sehat 2010. Dalam arti kata luas tujuan Safe Motherhood Indonesia dan
Making Pregnancy Safer (MPS) sama, yaitu melindungi hak reproduksi dan hak
asasi manusia dengan mengurangi beban kesakitan, kecacatan, dan kematian yang
berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya tidak perlu
terjadi. (Prawirohardjo, S. 2010).
Kehamilan merupakan hal yang fisiologis tetapi bisa saja terjadi komplikasi.
Salah satunya adalah letak sungsang (presentasi bokong) yaitu suatu keadaan
pada letak janin memanjang dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Insiden presentasi
bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan tunggal. Sekalipun
insidennya kecil tetapi mempunyai resiko yang besar dan dapat mengakibatkan
kematian ibu dan bayi.
AKI dan AKB di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN. Menurut
SDKI pada tahun 2007 AKI adalah 248/100.000 kelahiran hidup dan AKB adalah
27/1.000 kelahiran hidup. Namun angka-angka tersebut khususnya AKI masih
tinggi di antara negara ASEAN di luar Laos dan Kamboja. AKB di Indonesia
masih tergolong tertinggi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, yaitu
Singapura (3 per 1000), Brunei Darussalam (8 per 1000), Malaysia (10 per 1000),
Vietnam (18 per 1000) dan Thailand (20 per 1000).
(http://www.bascommetro.com diskses tanggal 05 Juni 2012).
Melihat tingginya kasus letak sungsang tersebut merupakan salah satu masalah
yang cukup penting mengingat resikonya pada saat persalinan cukup besar dan
dapat mengakibatkan kematian baik pada bayi maupun kematian ibunya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui dan
membahas secara spesifik mengenai kehamilan dengan letak sungsang dengan
menggunakan metode SOAP dengan judul Asuhan Kebidanan Pada Ny R
Dengan UK 30 3/7 Minggu yang telah memeriksakan kehamilannya di puskesmas
Wates.
Upaya untuk mencegah terjadinya persalinan dengan presentase bokong yaitu
dengan menganjurkan ibu melakukan tehnik posisi knee-chest (menungging)
sebelum umur kehamilan 37 minggu.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah praktek klinik kebidanan diharapkan mahasiswa mampu
melakukan perawatan dan asuhan kebidanan secara komprehensif kepada
ibu dengan kehamilan letak sungsang dengan pendekatan manajemen
kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengumpulkan data dasar dalam membuat asuhan
kebidanan pada ibu hamil letak sungsang
2. Mahasiswa mampu menginterprestasikan data dalam membuat asuhan
kebidanan pada ibu hamil letak sungsang
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah potensial dalam
membuat asuhan kebidanan pada ibu hamil letak sungsang.
4. Mahasiswa mampu mengevaluasi kebutuhan segera dalam membuat
asuhan kebidanan pada ibu hamil letak sungsang
5. Mahasiswa mampu membuat intervensi berdasarkan diagnosa yang
diperoleh dari pemeriksaan ibu hamil letak sungsang
6. Mahasiswa mampu membuat implementasi sesuai dengan intervensi
yang dibuat
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi semua tindakan yang sudah
dilakukan
2.1.2 Etiologi
Faktor faktor etiologi presentasi bokong meliputi:
1. karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban
Prematuritas masih banyak dan kepala nak relatif besar
2. Air ketuban yang berlebihan (hidramnion) karena anak
mudah bergerak
3. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke
dalam PAP
4. Bentuk rahim yang abnormal seperti uterus bikornis
5. Panggul sempit, walau panggul sempit sebagai sebab letak
sungsang masih disangsikan oleh berbagai penulis
6. Kelainan bentuk kepala, seperti anencephalus,
hydrocephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk
PAP
Setiap keadaan yang mempengaruhi masuknya kepala janin ke
dalam panggul mempunyai peranan dalam etiologic bokong. Banyak yang
tidak diketahui sebabnya, dan setelah mengesampingkan kemungkinan-
kemungkinan lain maka sebab malposisi tersebut baru dinyatakan hanya
karena kebetulan saja. Sebaliknya, ada presentasi bokong yang membakat.
Beberapa ibu melahirkan bayinya semuanya dengan presentasi bokong,
menunjukkan bahwa bentuk panggulnya adalah sedemikian rupa sehingga
lebih cocok untuk presentasi bokong dari pada presentasi kepala.
Implantasi plasenta di fundus atau cornu uteri cenderung mempermudah
terjadinya presentasi bokong. (Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi
Persalinan, Hal 195)
2.1.3 Prevalensi
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4 % dari
seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan cukup bulan ( 37
minggu), presentase bokong merupakan malpresentasiyang paling sering
dijumpai. Sebelum umur kehamilan 28 minggu, kejadian presentase
bokong berkisar antara 20-30%, dan sebagian besar akan berubah menjadi
presentase kepala setelah umur kehamilan 34 minggu. (Prawirohardjo, S.
2010. Hal: 588)
b. Versi Eksterna
1) Pengertian
Versi adalah tindakan untuk memutar janin dalam uterus
dengan tujuan mengubah presentasi. Sedangkan Versi Eksterna
adalah semua upaya manipulasi dilakukan lewat dinding abdomen.
Untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala
maka jenis versi yang digunakan adalah versi chepalic.
(Oxorn, H dan Forte, W. 2010. Hal: 367)
Persalinan bahu
a. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi
melintang atau miring.
b. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar
panggul.
c. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan
dibawah simpisis dan bertindak sebagai hipomoklion.
d. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
e. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan
depan sehingga seluruh bahu janin lahir.
f. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang
atau miring.
g. Bahu melakukan putaran paksi dalam.
Persalinan kepala janin
a. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi
dengan posisi dagu berada dibagian posterior.
b. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belak
ang tertaha oleh simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam
dan menempatkan suboksiput sebagai hipomiklion.
c. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung,
mata,dahi dan muka seluruhnya.
d. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga
seluruh kepala bayi dapat lahir.
e. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas
bebas dari lendir dan mekonium untuk memperlancar
pernafasan. Perawatan tali pusat seperti ini biasa. Persalinan ini
berlangsung tidak boleh lebih dari 8 menit.
Persalinan Pervaginam
Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat
yang harus dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban
sudah pecah, his adekuat dan tafsiran berat badan janin < 3600 gram.
Terdapat situasi-situasi tertentu yang membuat persalinan pervaginam tidak
dapat dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan pervaginam, direncanakan
bedah sesar tetapi terjadi proses persalinan yang sedemikian cepat,
persalinan terjadi di fasilitas yang tidak memungkinkan dilakukan bedah
sesar, presentasi bokong yang tidak terdiagnosis hingga kala II dan
kelahiran janin kedua pada kehamilan kembar. Persalinan pervaginam tidak
dilakukan apabila didapatkan kontra indikasi persalinan pervaginam bagi
ibu dan janin, presentasi kaki, hiperekstensi kepala janin dan berat bayi
>3600 gram, tidak adanya informed consent, dan tidak adanya petugas
yang berpengalaman dalam melakukan pertolongan persalinan
(Prawirohardjo, 2008, p.593).
Persalinan Spontan (Bracht)
Yaitu janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara
ini lazim disebut cara Bracht (Prawirohardjo, sarwono. 2014. Ilmu Bedah
Kebidanan. Jakarta : YBP-SP. Hal: 104 )
Prosedur Pertolongan Persalinan Spontan (Bracht)
I. Tahapan
1. Tahap pertama :
fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong sampai pusar (skapula
depan). Disebut fase lambat karena fase ini hanya untuk melahirkan
bokong, yaitu bagian janin yang tidak berbahaya.
2. Tahap kedua :
fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai lahirnya mulut.
Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala janin mulai masuk
pintu atas panggul, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit. Oleh
karena itu fase ini harus segera diselesaikan dan tali pusat segera
dilonggarkan. Bila mulut sudah lahir, janin dapat bernapas lewat
mulut.
3. Tahap ketiga :
fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.
Disebut fase lambat karena kepala akan keluar dari ruangan yang
bertekanan tinggi (uterus), ke dunia luar yang tekanannya lebih
rendah, sehingga kepala harus dilahirkan secara perlahan-lahan
untuk menghindari terjadinya perdarahan intra kranial (adanya
rupture tentorium serebelli).
(Prawirohardjo, sarwono. 2014. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:
YBP-SP. Hal: 104 )
II. Teknik
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan, penolong harus
memperhatikan sekali lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun
penolong. Pada persiapan kelahiran janin harus selalu disediakan
cunam Piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan
vulva. Ketika timbul his, ibu disuruh mengejan dengan merangkul
kedua pangkal paha. Pada waktu bokong mulai membuka vulva
(crowning) disuntikkan 2-5 unit oksitosin intra muskulus.
Pemberian oksitosin ini ialah untuk merangsang kontraksi Rahim
sehingga fase cepat dapat diselesaikan dalam 2 his berikutnya.
3. Episiotomi dikerjakan pada saat bokong membuka vulva. Segera
setelah bokong lahir, bokong dicengkeram secara Bracht, yaitu
kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan
jari-jari lain memegang panggul
III. Keuntungan
1. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir, sehingga
mengurangi bahaya infeksi.
2. Cara ini adalah cara yang paling mendekati persalinan fisiologis,
sehinga mengurangi trauma pada janin.
IV. Kerugian
1. 5-10% persalinan secara Bracht mengalami kegagalan, sehingga
tidak semua persalinan letak sungsang dapat dipimpin dengan cara
Bracht.
2. Persalinan secara Bracht mengalami kegagalan terutama dalam
keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku misalnya pada
primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.
2.1.7 Prognosis
Prognosa bagi Ibu pada letak sungsang tak banyak berbeda dengan
prognosa pada letak kepala, mungkin ruptura perineum lebih sering terjadi
Sebaliknya, prognosa bagi anak dengan letak sungsang lebih buruk
terutama kalau anaknya besar dan Ibunya seorang primigravida. Kematian
anak kurang lebih 14%. Kalau kematian karena prematuritas dikurangi
maka kematian anak dengan letak sungsang tetap 3 kali lebih besar
daripada kematian anak letak kepala
Sebab-Sebab Kematian Anak Letak Sungsang
1. Setelah pusat lahir, maka kepala anak masuk ke dalam rongga
panggul, sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan rongga
panggul. Diduga bahwa kepala harus lahir dalam 8 menit, sesudah
pusat lahir supaya anak dapat lahir dengan selamat
2. Pada letak sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala
dilahirkan dengan cepat.
3. Dapat terjadi kerusakan dari tulang belakang karena tarikan pada
badan anak.
4. Pada letak sungsang lebih sering terjadi prolapsus foeniculi karena
bagian depan kurang baik menutup bagian bawah rahim
Selain dari itu karena pertolongan mungkin terjadi fraktur dari
humerus atau klavikula, paralyse lengan karena tekanan atau tarikan pada
flexus brachialis.
I. PENGKAJIAN DATA
A. DATA SUBYEKTIF
1) Identitas (Biodata)
Merupakan data umum pribadi yang dikaji melalui anamnesa/
pertanyaan kepada ibu hamil
Nama : pengkajian nama dapat memudahkan
bidan dalam melakukan komunikasi saat
memberi asuhan kepada klien.
Usia : Menurut Puji Rochyati, primipara
muda berusia kurang dari 16 tahun,
primipara tua berusia lebih dari 35 tahun
memiliki resiko tinggi terhadap
kehamilan. Sedangkan menurut Ida
Bagus Gde Manuaba, menyederhanakan
faktor resiko yang perlu diperhatikan
adalah Usia ibu (< 19 tahun dan > 35
tahun.
Agama : mengetahui apa yang dilarang dan
dianjurkan dalam agama klien sehingga
dalam memberikan asuhan akan lebih
mudah.
Pendidikan : mengetahui tingkat pendidikan ibu agar
memudahkan dalam melakukan koseling.
Menentukan status sosial ibu dan
pengetahuan ibu mengenai perawatan
selama kehamilan.
Pekerjaan : mengetahui aktivitas-aktivitas ibu
sehari-hari.
Penghasilan : mengetahui tingkat perekonomian klien
dan menentukan persiapan mengenai
pembiayaan ibu dalam menghadapi
persalinan.
Telepon dan alamat : memudahkan tenaga kesehatan dalam
mengidintifikasi apakah daerah di sekitar
ibu beresiko tinggi penularan penyakit.
2) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan oleh ibu saat kehamilan saat ini :
Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan oleh ibu.
Lamanya mengalami gangguan tersebut.
Keluhan yang dirasakan oleh ibu trimester III biasanya adalah
sebagai berikut :
1. Peningkatan frekuensi berkemih (Nonpatologis)
2. Nyeri ulu hati
3. Konstipasi
4. Hemoroid
5. Dispareunia
6. Insomnia
7. Nyeri punggung bawah (Nonpatologis)
8. Hiperventilasi dan sesak napas (Nonpatologis)
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 538-453)
3) Riwayat Menstruasi
HPHT (Periode menstruasi terakhir) : tanggal pada hari pertama
periode menstruasi terakhir atau last normal menstrual periode
(LNMP) digunakan sebagai dasar untuk menentukan usia
kehamilan dan perkiraan taksiran partus (TP), maka penting
untuk mendapatkan tanggal perkiraan kelahiran yang seakurat
mungkin.
(Varney, Hellen. 2007 : 521)
Usia Kehamilan dan Taksirann Persalinan (menggunakan rumus
Neagel : tanggal HPHT ditambah 7 dan bulan dikurangi 3)
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 279)
4) Riwayat Kehamilan saat ini
Riwayat kehamilan sekarang digunakan untuk mendeteksi adanya
komplikasi, ketidaknyamanan, dan setiap keluhan seputar kehamilan
yang dialami wanita sejak HPHT nya.
Mengidentifikasi kehamilan
- Jumlah kunjungan ANC ke bidan
- Keluhan beserta terapi yang sudah diberikan pada
trimester sebelumnya
- Penyuluhan yang sudah didapat seputar kehamilan baik
dari bidan maupun dari sumber lainnya.
- Jumlah suntikan TT juga dikaji, untuk mengetahui dalam
tubuh ibu sudah terdapat kekebalan terhadap penyakit.
Gerakan bayi dalam kandungan.
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 279)
Penggunaan obat-obatan dan pengobatan selama kehamilan
merupakan hal yang kompleks dan bidan perlu meninjau setiap
obat dan menyeimbangkan alasan penggunaan obat dengan
resiko yang dapat timbul bila obat digunakan selama masa
hamil.
(Varney, Hellen. 2007 : 527)
5) Pola kesehatan ibu yang meliputi :
Pola aktivitas sehari-hari
Aktivitas yang terlalu berat dianjurkan untuk dikurangi karena
semakin tua usia kehamilan.
Pola eliminasi
Pola eliminasi merupakan indikator adakah masalah BAB/BAK
yang timbul saat kehamilan sudah memasuki trimester III.
Pola makan dan minum
Pemenuhan nutrisi pada ibu hamil trimester III dapat diketahui
dengan pengkajian pola makan dan minum, bidan akan
mengetahui bagaimana pemenuhan nutrisi ibu selama hamil.
6) Riwayat mengikuti Program Keluarga Berencana
7) Riwayat kehamilan, persalinan dan Nifas
Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya.
Cara persalinan.
Jumlah dan jenis kelamin anak hidup.
Berat badan lahir.
Cara pemberian asupan bagi bbayi yang dilahirkan.
Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir.
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 280)
8) Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Diabetes Mellitus, hipertensi atau hamil kembar
Kelainan bawaan
9) Riwayat penyakit ibu
Penyakit yang pernah diderita
DM, HDK, ISK
Jantung
Infeksi Virus Berbahaya
Alergi obat atau makanan tertentu
Pernah mendapat transfusi darah dan insdikasi tindakan
tersebut
Inkompatibilitas Rhesus
Paparan sinar-X/Rontgen
10) Riwayat Sosial
11) Riwayat Keadaan Psikososial
Bagaimana keadaan ibu dengan keluarga dan dukungan dari mereka.
Dengan keadaan psikologis yang baik pada ibu hamil trimester III
memungkinkan dalam proses persalinan seperti rasa cemas dan takut
terhadap persalinan dapat teratasi.
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 281)
B. DATA OBJEKTIF
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum
Tanda vital :
- TD : 110/70-120/80 mmHg (normal) <140 mmHg
- N : 80-100 x/mnt
- S : 36.5-37.5o C
- RR : 16-24 x/mnt
Lila : >23.5 cm
Berat Badan : berat badan diperkirakan akan bertambah 12,5 kg.
Tinggi Badan : >145 cm
(WHO. 2013 : 24)
2) Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Kepala
Mata
Hidung
Hygine mulut dan gigi
Karies
Bentuk dan ukuran abdomen
Payudara (pembesaran dan adanya striae)
Parut atau bekas luka operasi
Gerakan janin
Varises atau pelebaran vena
Hernia
Edema
Kebersihan kulit
Vulva/perineum adakah varises, konndiloma, edema, hemoroid,
atau kelainan lain.
Palpasi
TFU (menggunakan pita ukur bila usia kehamilan >20 minggu)
Usia kehamilan TM III adalah berkisar antara 26 cm 33 cm.
TFU yang normal untuk usia kehamilan 20-36 minggu dapat
diperkirakan dengan rumus :
(UK dalam minggu + 2 ) cm
TFU Usia Kehamilan
1/3 diatas pusat 28 minggu
pusat prosessus xifoideus 34 minggu
Setinggi prosesus xifoideus 36 minggu
Dua jari (4cm) di bawah prosesus 40 minggu
xifoideus
Palpasi abdomen menggunakan manuver Leopold I-IV :
Leopold I : TFU = 30 cm dan teraba keras, melenting,
bulat (kepala)
Leopold II : teraba seperti papan, datar, panjang sebelah
kanan ibu (puka), teraba bagian kecil sebelah
kiri ibu (ekstremitas)
Leopold III : teraba bulat, lunak (bokong), belum masuk
PAP
Leopold IV :-
TBJ : (TFU - 12) x 155
(30 12 ) x 155
=2790 gram
Auskultasi
DJJ menggunakan fetoskop atau doppler (jika UK >16
minggu). DJJ normal 120-160x/menit
(WHO. 2013 : 25-26)
3) Pemeriksaan Panggul luar
Distansia Spinarum : 24 26 cm
Distansia Cristarum : 28 30 cm
Konjugata Eksterna : 18 20 cm
Lingkar Panggul : 80 90 cm
Distansia tuberum : 10, 5 cm
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 198)
4) Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : >12, 5 g/dl
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 183)
Pemeriksaan Ultrasonografi
Pemeriksaan biometri untuk menaksir berat janin
Pemeriksaan derajat kematangan plasenta dan keadaan cairan
amnion. Kantung amnion kurang dari 2 cm atau indeks cairan
amnion kurang dari 5 cm, merupakan indikasi untuk mengakhiri
kehamilan. Perlu dilakukan penilaian adanya gangguan
pertumbuhan janin intrauterin.
Kelainan kongenital
Presentasi janin
( Sarwono, 2007 )
B. ANALISIS
G..P..... Uk 28-40 minggu, tunggal, hidup intra uterine, presentasi bokong,
letak membujur, kesan jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan janin
baik.
C. PENATALAKSANAAN
Tanggal..jam..
1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan kehamilan yang telah
dilakukan, Ibu mengerti kondisinya sekarang
2. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan gizi
seimbang, ibu bersedia mengonsumsi makanan tinggi protein.
3. Mengajari ibu untuk melakukan posisi knee chest selama 5-10 menit
untuk memutar kepala bayi menjadi bagian terendah, ibu mengerti dan
bersedia melakukannya.
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan senam hamil, ibu bersedia
melakukannya
5. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda persalinan (keluar lendir, darah,
rasa ingin mengejan, dan perut terasa kenceng-kenceng), ibu mengerti
penjelasan petugas dan dapat mengulang kembali.
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obgyn untuk
pemeriksaan USG
7. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi tablet Fe (1x1) pada waktu
malam hari, ibu bersedia meminumnya secara rutin.
8. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi atau segera
jika ada keluhan, ibu bersedia melakukan kunjungan ulang
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan kasus pada Ibu hamil dengan sungsang ini dilakukan setelah
melaksanakan penerapan teori yang digunakan sebagai landasan dalam melakukan
manajemen kebidanan. Dari hasil tersebut dapat diambil adanya suatu persamaan atau
perbedaan antara teori dan praktik. Dalam pengkajian pada Ny.A di BPM Ferie
Kusuma, Amd. Keb penulis akan membahas sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari manejemen kebidanan
dilaksanakan dengan mewawancarai dan observasi langsung dengan
melakukan pemeriksaan fisik, khusus, maupun penunjang.
Dalam pengkajian Ny.A dengan usia kehamilan 36 minggu ini
pemeriksa melakukan wawancara dengan menanyakan keluhan yang
dirasakan oleh Ny.A. Namun, Ny.A mengatakan bahwasanya tidak merasakan
keluhan apapun pada akhir kehamilan, gerakan janin sangat aktif terasa di
bagian pusat. Hal ini merupakan hal yang wajar, karena pada rekam medik
(Buku KIA) kami menemukan bahwa letak janin Ny.A adalah sungsang.
Pertanyaan berlanjut dengan menanyakan bagaimana pola aktivitas sehari-hari
yang berhubungan dengan kehamilan sekarang. Ny.A menjawab bahwa tidak
ada masalah dalam pola aktivitas, Ny.A aktif mengikuti senam hamil selama
kehamilan, beliau juga aktif melakukan posisi knee chest untuk membantu
agar janin bisa berputar dan menjadi presentasi kepala. Pada riwayat medik
yang kami dapatkan, janin Ny. A memiliki presentasi kepala di UK 28 mg.
Tetapi, pada kunjungan selanjutnya, saat dilakukan leopold, presentasi bagian
terbawah janin menjadi bokong. Pada teori nya, presentasi bokong memang
bisa dibantu dengan posisi knee chest. Setelah mengetahui janinya dalam
posisi sungsang, Ny.A rutin melakukan posisi knee chest, tetapi
janin tidak berputar posisi.
Pada Data Obyektif yang didapatkan pemeriksa, Ny.A memiliki TB
159 cm dan BB 58 kg dalam rumus Indeks Massa Tubuh, Ny.A memiliki
tubuh yang ideal. BB sebelum hamil adalah 47 kg sedangkan BB sekarang
adalah 58 kg. Dalam teori pada literatur yang ada kenaikan BB pada TM III
adalah 0,4-0,5 kg/minggu-nya. Pada akhir TM III Ny.A mengalami kenaikan
berat badan sebesar 11 kg. Jika dihitung menurut teori maka pada akhir
kehamilaan ini seharusnya Ny.A mengalami penambahan BB sebesar 9-12 kg.
Jadi apabila disimpulkan tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus
Ny.A dalam masalah BB.
Ny.A memiliki lingkar lengan sebesar 24 cm. Lila merupakan indikator
dari gizi ibu hamil Minimal ibu hamil harus memiliki Lingkar Lengan sebesar
23,5 cm agar tidak didiagnosa sebagai KEK (Kurang Energi Kronis). Dapat
disimpulkan bahwa Ny.A ini bukan termasuk KEK.
Pemeriksa melakukan palpasi untuk memastikan letak janin dalam
kandungan. Pada leopold I : telah teraba bagian di fundus yaitu kepala, TFU-
nya 30 cm.Sedangkan Leopold II : teraba punggung disebelah kanan
sedangkan ekstremitasnya sebelah kiri. Leopold III : Bokong belum masuk
PAP. Leopold IV tidak dikaji karena pada Leopold III belum masuk PAP.
Hasil palpasi menyimpulkan bahwa kehamilan tersebut adalah letak sungsang.
Pada kehamilan yang normal, seharusnya pada Leopold I kita menemukan
bagian yang berada di fundus yaitu bokong dan pada leopold III, bagian
terbawah janin adalah kepala. Sehingga ada kesenjangan antara teori dan
praktiknya. DJJ terdengar keras pada samping pusat sebelah kanan dengan
frekuensi teratur yaitu 144 x/menit menyimpulkan bahwa janin dalam kondisi
sehat. Tidak ada kesenjangan pada frekuensi DJJ baik teori maupun praktik
karena DJJ normal adalah 120-160x/menit.
Pada pemeriksaan penunjang, yaitu USG. Ibu telah melakukan
pemeriksaan USG sebanyak 4 kali, USG terakhir dilakukan pada UK 34 mg
dengan letak janin tetap sungsang. Berdasarkan teori, memang sulit untuk
mengubah posisi janin, karena rongga dalam rahim yang sudah mulai sempit
seiring dengan besar janin yang semakin berat.
2. Interpretasi Data
Dalam menentukan diagnosa, tidak terjadi kesenjangan antara teori dan
praktik. Menurut HPHT, kehamilan Ny.A adalah 36 minggu. Untuk
menentukan apakah HPHT yang disampaikan oleh ibu memang benar maka
perlu dilakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui berapa usia janin dalam
rahim. Hasil dari USG pada tanggal 06 Mei 2016 adalah 32 mg, sehingga
pada tanggal 10 Juni 2016, UK 37 mg. Ada kesenjangan UK jika
menggunakan perbandingan HPHT dan hasil USG dengan perbedaan 1
minggu. Hal ini bukan masalah yang besar mengingat kemungkinan kesalahan
tanggal HPHT Ibu. Dari hasil leopold, didapatkan bahwa kehamilan dengan
letak sungsang, begitu juga hasil dari USG, sehingga tidak ada kesenjangan
penegakkan diagnosa letak sungsang.
3. Perencanaan
Rencana asuhan pada ibu hamil letak sungsang dalam teori adalah : (1)
Memberikan support mental pada ibu (2) konseling untuk tetap rutin
mengikuti senam hamil (3) anjurkan Ibu untuk istirahat yang cukup dan tidak
melakukan aktifitas yang berlebihan (4) koseling pilihan persalinan untuk
kasus sungsang (5) terapi B1 dan Fe (6) anjurkan kontrol sesuai jadwal (7)
kolaborasi dengan dr.Sp.OG
Dari rencana tersebut, pemeriksa melakukan intervensi nomor (1), (2), (3),
(4), (5), (6), (7) dan pendokumentasian. Maka tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktiknya sebab bidan sudah mempunyai rencana yang sesuai
dengan teori
4. Pelaksanaan
Pada kasus pelaksanaan ini dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
bidan, pada perencanaan jadi tidak ada kesenjangan antara teori dan juga
praktiknya.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan sebuah perbandingan dari hasil yang aktual dengan hasil
yang diharapkan. Pada evaluasi ini penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus
BAB 5
PENUTUP
Setelah mempelajari dan mengkaji teori dan konsep asuhan ante natal serta
pengalaman langsung di lahan praktek melalui studi kasus pada Ny. A dengan
kasus Kehamilan dengan Letak Sungsang maka penulis dapat menaarik
kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :
5.1 Kesimpulan
1. Data subjektif dilakukan dengan cara anamnese, wawancara dan data yang
diperoleh dari status pasien. Pengumpulan data berupa data identitas ibu, data
biologis/fisiologis, data sosial ekonomi dan spiritual serta data penunjang dari
hasil pemeriksaan laboratorium dan USG.
2. Dari studi kasus pada Ny. A ditegakkan analisis yaitu GIP0A0, Umur
Tunggal, Hidup Keadaan Ibu dan Janin Baik dengan letak Sungsang.
3. Penatalaksanaan yang dilakukan terhadap kasus yang ditemukan pada klien
adalah dengan menganjurkan klien untuk melakukan posisi menungging
4. Dari hasil Asuhan yang telah diberikan kepada Ny. A yaitu pada tanggal 10
Juni 2016 dapat disimpulkan bahwa asuhan kebidanan antenatal yang telah
diterapkan terdapat yang kesenjangan antara tujuan dan evaluasi.
5. Posese Manajemen yang dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan
Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny. A dengan menggunakan langkah-
langkah pemecahan masalah. Sehingga alur kerja dari pengorganisasian
pikiran dan bertindak sebagai suatu langkah-langkah yang logis dan
menguntungkan baik bagi klien maupun bagi bidan kemudian
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Penulis
Diharapkan mahasiswa mampu dalam melakuan pemeriksaan pada ibu
hamil letak sungsang dan mampu dalam melakukan skrining antenatal
dengan menggunakan KSPR untuk menjaring kasus ibu hamil dengan
resiko tinggi
5.2.2 Untuk Institusi
Diharapkan institusi tetap mempertahankan kualitas sehingga dapat
menurunkan Aki dan AKB di Indonesia
5.2.3 Untuk Tenaga Kesehatan
Sebagai tenaga Kesehatan diharapkan dapat melakukan dan memberikan
pelayanan yang tepat dan bermutu pada ibu hamil dengan letak sungsang
5.2.4 Bagi Klien
Diharapkan pasien dan keluarga dapat mengetahui tanda-tanda bahaya
kehamilan dan persalinan pada letak sungsang jika terdapat tanda-tanda
tersebut keluarga dapat membawa ke faskes terdekat
5.2.5 Untuk masyarakat
Diharapkan masyarakat datang ke fasilitas layanan kesehatan untuk
memeriksakan kehamilannya sehingga dapat di deteksi secara dini
masalah dan resikonya dan dapat segera di tangani.
5.2.6 Untuk Lahan Praktek
Di harapkan tetap mempertahankan kualitas dalam bidang pelayanan ibu
hamil sehingga angka kunjungan antenatal dapat naik dari signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ai Yeyeh Rukiyah 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan
Manuaba, Ida Bagus Gde Fajar, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan,
dan KB. Jakarta : EGC
Oxorn, H dan Forte, W. 2010.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, sarwono. 2014. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : YBP-SP.
Sastrawinata, Sulaeman. Obstetri Patologi. Bandung : FK unpad
Varney, Hellen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol.1. Jakarta : EGC
WHO. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.