Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam upaya Safe Motherhood Indonesia mencanangkan Making Pregnancy
Safer (MPS) sebagai strategi pembangunan kesehatan masyarakat menuju
Indonesia Sehat 2010. Dalam arti kata luas tujuan Safe Motherhood Indonesia dan
Making Pregnancy Safer (MPS) sama, yaitu melindungi hak reproduksi dan hak
asasi manusia dengan mengurangi beban kesakitan, kecacatan, dan kematian yang
berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya tidak perlu
terjadi. (Prawirohardjo, S. 2010).
Kehamilan merupakan hal yang fisiologis tetapi bisa saja terjadi komplikasi.
Salah satunya adalah letak sungsang (presentasi bokong) yaitu suatu keadaan
pada letak janin memanjang dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Insiden presentasi
bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan tunggal. Sekalipun
insidennya kecil tetapi mempunyai resiko yang besar dan dapat mengakibatkan
kematian ibu dan bayi.
AKI dan AKB di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN. Menurut
SDKI pada tahun 2007 AKI adalah 248/100.000 kelahiran hidup dan AKB adalah
27/1.000 kelahiran hidup. Namun angka-angka tersebut khususnya AKI masih
tinggi di antara negara ASEAN di luar Laos dan Kamboja. AKB di Indonesia
masih tergolong tertinggi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, yaitu
Singapura (3 per 1000), Brunei Darussalam (8 per 1000), Malaysia (10 per 1000),
Vietnam (18 per 1000) dan Thailand (20 per 1000).
(http://www.bascommetro.com diskses tanggal 05 Juni 2012).
Melihat tingginya kasus letak sungsang tersebut merupakan salah satu masalah
yang cukup penting mengingat resikonya pada saat persalinan cukup besar dan
dapat mengakibatkan kematian baik pada bayi maupun kematian ibunya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui dan
membahas secara spesifik mengenai kehamilan dengan letak sungsang dengan
menggunakan metode SOAP dengan judul Asuhan Kebidanan Pada Ny R
Dengan UK 30 3/7 Minggu yang telah memeriksakan kehamilannya di puskesmas
Wates.
Upaya untuk mencegah terjadinya persalinan dengan presentase bokong yaitu
dengan menganjurkan ibu melakukan tehnik posisi knee-chest (menungging)
sebelum umur kehamilan 37 minggu.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah praktek klinik kebidanan diharapkan mahasiswa mampu
melakukan perawatan dan asuhan kebidanan secara komprehensif kepada
ibu dengan kehamilan letak sungsang dengan pendekatan manajemen
kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengumpulkan data dasar dalam membuat asuhan
kebidanan pada ibu hamil letak sungsang
2. Mahasiswa mampu menginterprestasikan data dalam membuat asuhan
kebidanan pada ibu hamil letak sungsang
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah potensial dalam
membuat asuhan kebidanan pada ibu hamil letak sungsang.
4. Mahasiswa mampu mengevaluasi kebutuhan segera dalam membuat
asuhan kebidanan pada ibu hamil letak sungsang
5. Mahasiswa mampu membuat intervensi berdasarkan diagnosa yang
diperoleh dari pemeriksaan ibu hamil letak sungsang
6. Mahasiswa mampu membuat implementasi sesuai dengan intervensi
yang dibuat
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi semua tindakan yang sudah
dilakukan

1.3 Metode Pengumpulan Data


Semua bahan yang digunakan dalam pembahasan disini diperoleh dari hasil
anamnese pasien, pemeriksaan,observasi, tinjauan kasus dan tinjauan pustaka.

1.4 Sistematika Penulisan


Halaman Judul
Format Lembar Pendahuluan
Lembar Pengesahan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.2 Manajemen Kebidanan Menggunakan Metode SOAP
Pohon Masalah
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
(Membahas tentang kesenjangan antara teori dan praktik)
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi Letak Sungsang
a) Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian
yang terendah (presentasi bokong) (Ai Yeyeh Rukiyah 2010, Hal 239)
b) Presentase bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. (Prawirohardjo, S.
2010. Hal: 588)

2.1.2 Etiologi
Faktor faktor etiologi presentasi bokong meliputi:
1. karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban
Prematuritas masih banyak dan kepala nak relatif besar
2. Air ketuban yang berlebihan (hidramnion) karena anak
mudah bergerak
3. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke
dalam PAP
4. Bentuk rahim yang abnormal seperti uterus bikornis
5. Panggul sempit, walau panggul sempit sebagai sebab letak
sungsang masih disangsikan oleh berbagai penulis
6. Kelainan bentuk kepala, seperti anencephalus,
hydrocephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk
PAP
Setiap keadaan yang mempengaruhi masuknya kepala janin ke
dalam panggul mempunyai peranan dalam etiologic bokong. Banyak yang
tidak diketahui sebabnya, dan setelah mengesampingkan kemungkinan-
kemungkinan lain maka sebab malposisi tersebut baru dinyatakan hanya
karena kebetulan saja. Sebaliknya, ada presentasi bokong yang membakat.
Beberapa ibu melahirkan bayinya semuanya dengan presentasi bokong,
menunjukkan bahwa bentuk panggulnya adalah sedemikian rupa sehingga
lebih cocok untuk presentasi bokong dari pada presentasi kepala.
Implantasi plasenta di fundus atau cornu uteri cenderung mempermudah
terjadinya presentasi bokong. (Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi
Persalinan, Hal 195)

2.1.3 Prevalensi
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4 % dari
seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan cukup bulan ( 37
minggu), presentase bokong merupakan malpresentasiyang paling sering
dijumpai. Sebelum umur kehamilan 28 minggu, kejadian presentase
bokong berkisar antara 20-30%, dan sebagian besar akan berubah menjadi
presentase kepala setelah umur kehamilan 34 minggu. (Prawirohardjo, S.
2010. Hal: 588)

2.1.4 Macam Letak Sungsang

1. Letak bokong murni: Presentasi bokong murni, dalam bahasa Inggris


Frank Breech. Bokong saja yang menjadi bagian depan, sedangkan
kedua tungkai lurus keatas
2. Letak bokong kaki (presentasi bokong kaki): Disamping bokong,
teraba kaki, dalam bahasa Inggris Complete Breech. Disebut letak
bokong kaki sempurna atau tidak sempurna kalau disamping bokong
teraba kedua kaki atau satu kaki saja.
3. Letak lutut (presentasi lutut) dan letak kaki (presentasi kaki) dalam
bahasa Inggris disebut Incomplete Breech. Tergantung pada
terabanya kedua kaki atau lutut atau lutut sempurna dan letak kaki
atau lutut tidak sempurna.

2.1.5 Diagnosis kedudukan


Pemeriksaan abdominal
1. Letaknya adalah memanjang
2. Di atas panggul terasa massa lunak, irregular dan tidak terasa seperti
kepala. Dicurigai bokong. Pada presentasi bokong murni otot otot
paha teregang di atas tulang tulang di bawahnya. Memberikan
gambaran keras menyerupai kepala dan menyebabkan kesalahan
diagnostic
3. Punggung di atas sebelah kanan dekat dengan garis tengah. Bagian
bagian kecil ada di sebelah kiri, jauh dari garis tengah dan di
belakang.
4. Kepala teraba di fundus uteri. Mungkin kepala sukar diraba bila
kepala di bawah hepar atau iga iga. Kepala lebih keras dan lebih
bulat daripada bokong. Dan kadang- kadang dapat dipantulkan
(ballotable). Kalau di fundus uteri teraba massa yang dapat
dipantulkan. Harus dicurigai presentasi bokong.
5. Tonjolan kepala tidak ada bokong tidak dapat dipantulkan.
Denyut jantung janin
Denyut jantung janin terdengar paling keras diatas umbilicus dan
pada posisi yang sama dengan punggung. Pada RSA denyut jantung
janin terdengar paling keras di kuadran kanan atas perut ibu. Kadang
kadang denyut jantung janin terdengar di bawah umbilicus; dalam hal
ini maka diagnosis yang dibuat dengan palpasi jangan dirubah oleh
karena denyut jantung janin terdengar tidak di tempat biasa. (Ilmu
Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan, Hal 198)
Pemeriksaan vaginal
1. Bagian terendah teraba tinggi.
2. Tidak teraba kepala keras, rata dan teratur dengan garis garis sutura
dan fontanella hasil pemeriksaan negative ini menunjukkan adanya
malpresentasi.
3. Bagian terendahnya teraba lunak dan irregular. Anus dan tuber
isciadidum terletak pada satu garis. Bokong dapat dikelirukan dengan
muka.
4. Kedang kadang pada presentasi bokong murni sacrum tertarik ke
bawah dan teraba oleh jari- jari pemeriksa. Ia dapat dikelirukan
dengan kepala oleh tulang yang keras.
5. Sacrum ada di kuadran kanan depan panggul, dan diameter
bitrohantericha ada pada diameter oblique kanan.
6. Kadang kadang teraba kaki dan harus di bedakan dengan tangan.
(Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan, Hal 198)
Kalau pembukaan sudah besar, maka pada pemeriksaan dalam dapat
teraba 3 tonjolan tulang ialah tuber ossis ischi dan ujung os sakrum,
sedangkan os sakrum dapat dikenal sebagai tulang yang meruncing
dengan deretan prosesi spinosi tengah-tengah tulang tersebut.
Antara 3 tonjolan tulang tadi, dapat diraba anus dan genetalia anak,
tapi jenis kelamin anak hanya dapat tertukar kalau oedema tidak terlalu
besar. Terutama kalau caput suksedaneum besar, bokong harus
dibedakan dari muka, karena kedua tulang pipi dapat menyerupai tubera
oschis ischi, dagu menyerupai ujung os sakrum, sedangkan mulut
disangka anus. Yang menentukan ialah os sakrum yang mempunyai
deretan prosesi spinosi, yang disebut krista sakralis media.
Pemeriksaan sinar x
Sinar x berguna baik menegakkan diagnosis maupun untuk
memperkirakan ukuran dan konfigurasi ibu. Pemeriksaan sinar x harus
dikerjakan pada semua primigravida dan pada multipara yang
mempunyai riwayat persalinan sukar atau bayi bayi yang dilahirkan
sebelumnya kecil semua. Sinar x menunjukkan dengan tepat sikap dan
posisi janin demikian pula kelainan- kelainan seperti hydrocephalus.
(Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan, Hal 198)

2.1.6 Penanganan Letak Sungsang


Mengingat bahaya-bahayanya sebaiknya persalinan dalam letak
sungsang dihindari untuk itu pada waktu pemeriksaan Antenatal dijumpai
letak sungsang terutama pada primigravida hendaknya diusahakan untuk
merubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala. Upaya-upaya
tersebut yaitu:
a. Melakukan Posisi Knee-Chest
Studi ini menunjukkan bahwa menasihati perempuan dengan
presentasi sungsang antara minggu ke-36 dan ke-37 minggu untuk
mengggunakan posisi lutut-dada selama 15 menit dalam 3x sehari itu
aman, sederhana dan secara signifikan mengurangi kejadian
presentasi bokong saat melahirkan.
Dari temuan ini kami percaya bahwa posisi lutut-dada
adalah posisi yang harus diperhatikan dalam presentasi sungsang antara
36 dan 37 minggu kehamilan. (Jurnal Does the Advice to Assume the
Knee-Chest Position at the 36th to 37th Weeks of Gestation Reduce the
Incidence of Breech Presentation at Delivery oleh B. Kenfack, J. Ateudjieu, F.
Fouelifack Ymele, P. M. Tebeu, J. S. Dohbit, and R. E. Mbu - Received 19
June 2012; Accepted 14 July 2012)
Gambar Posisi Knee-chest (bersujud dengan kaki sejajar pinggul
dan dada sejajar lutut)

b. Versi Eksterna
1) Pengertian
Versi adalah tindakan untuk memutar janin dalam uterus
dengan tujuan mengubah presentasi. Sedangkan Versi Eksterna
adalah semua upaya manipulasi dilakukan lewat dinding abdomen.
Untuk mengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala
maka jenis versi yang digunakan adalah versi chepalic.
(Oxorn, H dan Forte, W. 2010. Hal: 367)

Gambar Melakukan Versi Eksterna

2) Syarat Versi Luar


a. Kehamilan harus tunggal.
b. Janin harus dapat digerakkan dengan bebas.
c. Uterus harus lemas
d. Bagian terendah janin masih dapat dibebaskan dari rongga
panggul.
e. Dinding perut ibu harus cukup tipis dan rileks agar penolong dapat
memegang bagian-bagian janin.
f. Saat mengerjakan versi luar dalam kehamilan yaitu pada
primigravida pada umur kehmilan 34-36 minggu dan pada
multigravida pada umur klien kehamilan lebih dari 37 minggu
g. Pada inpartu pembukaan kurang dari 4 cm dan selaput ketuban
masih utuh.
3). Komplikasi Versi Luar
a. Gawat janin
b. Bisa terjadi prolapsus finiculi
c. Solution plasenta
d. Bradichardi janin setelah dilakukan versi luar
e. Dapat terjadi ketuban pecah dini
f. Kematian janin intra uterin
g. Kelainan kongenital berat pada janin
h. Bokong yang sudah masuk panggul
4) Kontra Indikasi
a. Panggul sempit
b. Ketuban pecah dini
c. Pendarahan antepartum
Bila pada perdarahan antepartum (plasenta previa atau plasenta
letak rendah), dilakukan pemutaran janin, di takutkan plasenta
akan terlepas dari insersinya sehingga perdarahan bertambah
banyak.
d. Hipertensi
Pada wanita hamil dengan hipertensi pada umunya sudah terjadi
perubahan-perubahan pada pembuluh darah arteriole di plasenta.
Bila dilakukan manipulasi dari luar kemungkinan akan mengenai
plasenta, sehingga pembuluh darah tersebut akan pecah dan dapat
terjadi solusio plasenta
e. Hamil kembar
Bila dilakukan versi luar pada kehamilan ganda, maka pada waktu
bahu janin diputar, janin yang lain dapat ikut berputar.
(Oxorn, H dan Forte, W. 2010. Hal: 36)

2.1.7 Persalinan Letak Sungsang


1. Definisi Persalinan Letak Sungsang
Persalinan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana
bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus
uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah (di daerah pintu atas
panggul/simfisis).
(Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal. 520)

Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga


tahap yaitu:
Persalinan bokong
a. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang
atau miring.
b. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi puta
ran paksi dalam sehingga trokanter depan berada di bawah
simfisis.
c. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya
berlanjut, sehingga distansia bitrokanterika janin berada di
pintu bawah panggul.
d. Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai
hipomoglion
e. Setelah trokanter belakang lahir, maka terjadi fleksi lateral
janin untuk persalinan trokanter depan, sehingga seluruh boko
ng janin lahir.
f. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi
kearah perut ibu.
g. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah
lahir.

Persalinan bahu
a. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi
melintang atau miring.
b. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar
panggul.
c. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan
dibawah simpisis dan bertindak sebagai hipomoklion.
d. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
e. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan
depan sehingga seluruh bahu janin lahir.
f. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang
atau miring.
g. Bahu melakukan putaran paksi dalam.
Persalinan kepala janin
a. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi
dengan posisi dagu berada dibagian posterior.
b. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belak
ang tertaha oleh simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam
dan menempatkan suboksiput sebagai hipomiklion.
c. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung,
mata,dahi dan muka seluruhnya.
d. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga
seluruh kepala bayi dapat lahir.
e. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas
bebas dari lendir dan mekonium untuk memperlancar
pernafasan. Perawatan tali pusat seperti ini biasa. Persalinan ini
berlangsung tidak boleh lebih dari 8 menit.

Komplikasi Persalinan Sungsang


Komplikasi pada janin:
- Kematian perinatal.
- Prolaps funikuli.
- Trauma pada bayi akibat: tangan yang extended, kepala yang
extended, pembukan serviks yang belum lengkap, CPD.
- Asfiksia karena prolapse funikuli, kompresi tali pusat, pelepasan
plasenta, kepala macet.
- Perlukaan/trauma pada organ abdominal atau pada leher.
Komplikasi pada ibu:
- Pelepasan plasenta
- Perlukaan vagina atau serviks
- Endometritis

Cara Persalinan Letak Sungsang


1. Persalinan pervaginam
Persalinan sungsang spontan (Bracht)
Ekstraksi bokong parsialis: manual aid, assisted breech delivery
Ekstraksi bokong/kaki totalis
2. Persalinan per abdominam: Seksio sesarea

Persalinan Pervaginam
Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat
yang harus dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban
sudah pecah, his adekuat dan tafsiran berat badan janin < 3600 gram.
Terdapat situasi-situasi tertentu yang membuat persalinan pervaginam tidak
dapat dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan pervaginam, direncanakan
bedah sesar tetapi terjadi proses persalinan yang sedemikian cepat,
persalinan terjadi di fasilitas yang tidak memungkinkan dilakukan bedah
sesar, presentasi bokong yang tidak terdiagnosis hingga kala II dan
kelahiran janin kedua pada kehamilan kembar. Persalinan pervaginam tidak
dilakukan apabila didapatkan kontra indikasi persalinan pervaginam bagi
ibu dan janin, presentasi kaki, hiperekstensi kepala janin dan berat bayi
>3600 gram, tidak adanya informed consent, dan tidak adanya petugas
yang berpengalaman dalam melakukan pertolongan persalinan
(Prawirohardjo, 2008, p.593).
Persalinan Spontan (Bracht)
Yaitu janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara
ini lazim disebut cara Bracht (Prawirohardjo, sarwono. 2014. Ilmu Bedah
Kebidanan. Jakarta : YBP-SP. Hal: 104 )
Prosedur Pertolongan Persalinan Spontan (Bracht)
I. Tahapan
1. Tahap pertama :
fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong sampai pusar (skapula
depan). Disebut fase lambat karena fase ini hanya untuk melahirkan
bokong, yaitu bagian janin yang tidak berbahaya.
2. Tahap kedua :
fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai lahirnya mulut.
Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala janin mulai masuk
pintu atas panggul, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit. Oleh
karena itu fase ini harus segera diselesaikan dan tali pusat segera
dilonggarkan. Bila mulut sudah lahir, janin dapat bernapas lewat
mulut.
3. Tahap ketiga :
fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.
Disebut fase lambat karena kepala akan keluar dari ruangan yang
bertekanan tinggi (uterus), ke dunia luar yang tekanannya lebih
rendah, sehingga kepala harus dilahirkan secara perlahan-lahan
untuk menghindari terjadinya perdarahan intra kranial (adanya
rupture tentorium serebelli).
(Prawirohardjo, sarwono. 2014. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:
YBP-SP. Hal: 104 )

II. Teknik
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan, penolong harus
memperhatikan sekali lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun
penolong. Pada persiapan kelahiran janin harus selalu disediakan
cunam Piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan
vulva. Ketika timbul his, ibu disuruh mengejan dengan merangkul
kedua pangkal paha. Pada waktu bokong mulai membuka vulva
(crowning) disuntikkan 2-5 unit oksitosin intra muskulus.
Pemberian oksitosin ini ialah untuk merangsang kontraksi Rahim
sehingga fase cepat dapat diselesaikan dalam 2 his berikutnya.
3. Episiotomi dikerjakan pada saat bokong membuka vulva. Segera
setelah bokong lahir, bokong dicengkeram secara Bracht, yaitu
kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan
jari-jari lain memegang panggul

Gambar Cara mencengkeram bokong janin secara Bracht


4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir
dan tampak sangat teregang, tali pusat dikendorkan lebih dahulu.
5. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin
guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin
didekatkan ke perut ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini
tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut hanya
disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan
dimulainya gerakan hiperlordosis ini, seorang asisten melakukan
ekspresi Kristeller pada fundus uterus, sesuai dengan sumbu
panggul. Maksud ekspresi Kristeller ini ialah:
6. Agar tenaga mengejan lebih kuat, sehingga fase cepat dapat segera
diselesaikan (berakhir).
7. Menjaga agar kepala janin tetap dalam posisi fleksi.
8. Menghindari terjadinya ruang kosong antara fundus uterus dan
kepala janin, sehingga tidak terjadi lengan menjungkit

Gambar Gerakan hiperlordosis

9. Dengan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut lahir pusar, perut,


bahu dan lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.
10. Janin yang baru lahir diletakkan di perut ibu. Seorang asisten segera
menghisap lender dan bersamaan itu penolong memotong tali pusat.
(Prawirohardjo, sarwono. 2014. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:
YBP-SP. Hal: 104 )
Gambar Gerakan hiperlordosis sampai kepala lahir

III. Keuntungan
1. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir, sehingga
mengurangi bahaya infeksi.
2. Cara ini adalah cara yang paling mendekati persalinan fisiologis,
sehinga mengurangi trauma pada janin.

IV. Kerugian
1. 5-10% persalinan secara Bracht mengalami kegagalan, sehingga
tidak semua persalinan letak sungsang dapat dipimpin dengan cara
Bracht.
2. Persalinan secara Bracht mengalami kegagalan terutama dalam
keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku misalnya pada
primigravida, adanya lengan menjungkit atau menunjuk.

2.1.7 Prognosis
Prognosa bagi Ibu pada letak sungsang tak banyak berbeda dengan
prognosa pada letak kepala, mungkin ruptura perineum lebih sering terjadi
Sebaliknya, prognosa bagi anak dengan letak sungsang lebih buruk
terutama kalau anaknya besar dan Ibunya seorang primigravida. Kematian
anak kurang lebih 14%. Kalau kematian karena prematuritas dikurangi
maka kematian anak dengan letak sungsang tetap 3 kali lebih besar
daripada kematian anak letak kepala
Sebab-Sebab Kematian Anak Letak Sungsang
1. Setelah pusat lahir, maka kepala anak masuk ke dalam rongga
panggul, sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan rongga
panggul. Diduga bahwa kepala harus lahir dalam 8 menit, sesudah
pusat lahir supaya anak dapat lahir dengan selamat
2. Pada letak sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala
dilahirkan dengan cepat.
3. Dapat terjadi kerusakan dari tulang belakang karena tarikan pada
badan anak.
4. Pada letak sungsang lebih sering terjadi prolapsus foeniculi karena
bagian depan kurang baik menutup bagian bawah rahim
Selain dari itu karena pertolongan mungkin terjadi fraktur dari
humerus atau klavikula, paralyse lengan karena tekanan atau tarikan pada
flexus brachialis.

2.2 KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN


DENGAN LETAK SUNGSANG
TANGGAL / JAM:
TEMPAT :
DIAGNOSA :
NO. REGISTER :

I. PENGKAJIAN DATA
A. DATA SUBYEKTIF
1) Identitas (Biodata)
Merupakan data umum pribadi yang dikaji melalui anamnesa/
pertanyaan kepada ibu hamil
Nama : pengkajian nama dapat memudahkan
bidan dalam melakukan komunikasi saat
memberi asuhan kepada klien.
Usia : Menurut Puji Rochyati, primipara
muda berusia kurang dari 16 tahun,
primipara tua berusia lebih dari 35 tahun
memiliki resiko tinggi terhadap
kehamilan. Sedangkan menurut Ida
Bagus Gde Manuaba, menyederhanakan
faktor resiko yang perlu diperhatikan
adalah Usia ibu (< 19 tahun dan > 35
tahun.
Agama : mengetahui apa yang dilarang dan
dianjurkan dalam agama klien sehingga
dalam memberikan asuhan akan lebih
mudah.
Pendidikan : mengetahui tingkat pendidikan ibu agar
memudahkan dalam melakukan koseling.
Menentukan status sosial ibu dan
pengetahuan ibu mengenai perawatan
selama kehamilan.
Pekerjaan : mengetahui aktivitas-aktivitas ibu
sehari-hari.
Penghasilan : mengetahui tingkat perekonomian klien
dan menentukan persiapan mengenai
pembiayaan ibu dalam menghadapi
persalinan.
Telepon dan alamat : memudahkan tenaga kesehatan dalam
mengidintifikasi apakah daerah di sekitar
ibu beresiko tinggi penularan penyakit.
2) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan oleh ibu saat kehamilan saat ini :
Jenis dan sifat gangguan yang dirasakan oleh ibu.
Lamanya mengalami gangguan tersebut.
Keluhan yang dirasakan oleh ibu trimester III biasanya adalah
sebagai berikut :
1. Peningkatan frekuensi berkemih (Nonpatologis)
2. Nyeri ulu hati
3. Konstipasi
4. Hemoroid
5. Dispareunia
6. Insomnia
7. Nyeri punggung bawah (Nonpatologis)
8. Hiperventilasi dan sesak napas (Nonpatologis)
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 538-453)
3) Riwayat Menstruasi
HPHT (Periode menstruasi terakhir) : tanggal pada hari pertama
periode menstruasi terakhir atau last normal menstrual periode
(LNMP) digunakan sebagai dasar untuk menentukan usia
kehamilan dan perkiraan taksiran partus (TP), maka penting
untuk mendapatkan tanggal perkiraan kelahiran yang seakurat
mungkin.
(Varney, Hellen. 2007 : 521)
Usia Kehamilan dan Taksirann Persalinan (menggunakan rumus
Neagel : tanggal HPHT ditambah 7 dan bulan dikurangi 3)
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 279)
4) Riwayat Kehamilan saat ini
Riwayat kehamilan sekarang digunakan untuk mendeteksi adanya
komplikasi, ketidaknyamanan, dan setiap keluhan seputar kehamilan
yang dialami wanita sejak HPHT nya.
Mengidentifikasi kehamilan
- Jumlah kunjungan ANC ke bidan
- Keluhan beserta terapi yang sudah diberikan pada
trimester sebelumnya
- Penyuluhan yang sudah didapat seputar kehamilan baik
dari bidan maupun dari sumber lainnya.
- Jumlah suntikan TT juga dikaji, untuk mengetahui dalam
tubuh ibu sudah terdapat kekebalan terhadap penyakit.
Gerakan bayi dalam kandungan.
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 279)
Penggunaan obat-obatan dan pengobatan selama kehamilan
merupakan hal yang kompleks dan bidan perlu meninjau setiap
obat dan menyeimbangkan alasan penggunaan obat dengan
resiko yang dapat timbul bila obat digunakan selama masa
hamil.
(Varney, Hellen. 2007 : 527)
5) Pola kesehatan ibu yang meliputi :
Pola aktivitas sehari-hari
Aktivitas yang terlalu berat dianjurkan untuk dikurangi karena
semakin tua usia kehamilan.
Pola eliminasi
Pola eliminasi merupakan indikator adakah masalah BAB/BAK
yang timbul saat kehamilan sudah memasuki trimester III.
Pola makan dan minum
Pemenuhan nutrisi pada ibu hamil trimester III dapat diketahui
dengan pengkajian pola makan dan minum, bidan akan
mengetahui bagaimana pemenuhan nutrisi ibu selama hamil.
6) Riwayat mengikuti Program Keluarga Berencana
7) Riwayat kehamilan, persalinan dan Nifas
Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya.
Cara persalinan.
Jumlah dan jenis kelamin anak hidup.
Berat badan lahir.
Cara pemberian asupan bagi bbayi yang dilahirkan.
Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir.
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 280)
8) Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Diabetes Mellitus, hipertensi atau hamil kembar
Kelainan bawaan
9) Riwayat penyakit ibu
Penyakit yang pernah diderita
DM, HDK, ISK
Jantung
Infeksi Virus Berbahaya
Alergi obat atau makanan tertentu
Pernah mendapat transfusi darah dan insdikasi tindakan
tersebut
Inkompatibilitas Rhesus
Paparan sinar-X/Rontgen
10) Riwayat Sosial
11) Riwayat Keadaan Psikososial
Bagaimana keadaan ibu dengan keluarga dan dukungan dari mereka.
Dengan keadaan psikologis yang baik pada ibu hamil trimester III
memungkinkan dalam proses persalinan seperti rasa cemas dan takut
terhadap persalinan dapat teratasi.
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 281)
B. DATA OBJEKTIF
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum
Tanda vital :
- TD : 110/70-120/80 mmHg (normal) <140 mmHg
- N : 80-100 x/mnt
- S : 36.5-37.5o C
- RR : 16-24 x/mnt
Lila : >23.5 cm
Berat Badan : berat badan diperkirakan akan bertambah 12,5 kg.
Tinggi Badan : >145 cm
(WHO. 2013 : 24)
2) Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Kepala
Mata
Hidung
Hygine mulut dan gigi
Karies
Bentuk dan ukuran abdomen
Payudara (pembesaran dan adanya striae)
Parut atau bekas luka operasi
Gerakan janin
Varises atau pelebaran vena
Hernia
Edema
Kebersihan kulit
Vulva/perineum adakah varises, konndiloma, edema, hemoroid,
atau kelainan lain.
Palpasi
TFU (menggunakan pita ukur bila usia kehamilan >20 minggu)
Usia kehamilan TM III adalah berkisar antara 26 cm 33 cm.
TFU yang normal untuk usia kehamilan 20-36 minggu dapat
diperkirakan dengan rumus :
(UK dalam minggu + 2 ) cm
TFU Usia Kehamilan
1/3 diatas pusat 28 minggu
pusat prosessus xifoideus 34 minggu
Setinggi prosesus xifoideus 36 minggu
Dua jari (4cm) di bawah prosesus 40 minggu
xifoideus
Palpasi abdomen menggunakan manuver Leopold I-IV :
Leopold I : TFU = 30 cm dan teraba keras, melenting,
bulat (kepala)
Leopold II : teraba seperti papan, datar, panjang sebelah
kanan ibu (puka), teraba bagian kecil sebelah
kiri ibu (ekstremitas)
Leopold III : teraba bulat, lunak (bokong), belum masuk
PAP
Leopold IV :-
TBJ : (TFU - 12) x 155
(30 12 ) x 155
=2790 gram
Auskultasi
DJJ menggunakan fetoskop atau doppler (jika UK >16
minggu). DJJ normal 120-160x/menit
(WHO. 2013 : 25-26)
3) Pemeriksaan Panggul luar
Distansia Spinarum : 24 26 cm
Distansia Cristarum : 28 30 cm
Konjugata Eksterna : 18 20 cm
Lingkar Panggul : 80 90 cm
Distansia tuberum : 10, 5 cm
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 198)
4) Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : >12, 5 g/dl
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 183)
Pemeriksaan Ultrasonografi
Pemeriksaan biometri untuk menaksir berat janin
Pemeriksaan derajat kematangan plasenta dan keadaan cairan
amnion. Kantung amnion kurang dari 2 cm atau indeks cairan
amnion kurang dari 5 cm, merupakan indikasi untuk mengakhiri
kehamilan. Perlu dilakukan penilaian adanya gangguan
pertumbuhan janin intrauterin.
Kelainan kongenital
Presentasi janin
( Sarwono, 2007 )
B. ANALISIS
G..P..... Uk 28-40 minggu, tunggal, hidup intra uterine, presentasi bokong,
letak membujur, kesan jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan janin
baik.
C. PENATALAKSANAAN
Tanggal..jam..
1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan kehamilan yang telah
dilakukan, Ibu mengerti kondisinya sekarang
2. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan gizi
seimbang, ibu bersedia mengonsumsi makanan tinggi protein.
3. Mengajari ibu untuk melakukan posisi knee chest selama 5-10 menit
untuk memutar kepala bayi menjadi bagian terendah, ibu mengerti dan
bersedia melakukannya.
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan senam hamil, ibu bersedia
melakukannya
5. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda persalinan (keluar lendir, darah,
rasa ingin mengejan, dan perut terasa kenceng-kenceng), ibu mengerti
penjelasan petugas dan dapat mengulang kembali.
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obgyn untuk
pemeriksaan USG
7. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi tablet Fe (1x1) pada waktu
malam hari, ibu bersedia meminumnya secara rutin.
8. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi atau segera
jika ada keluhan, ibu bersedia melakukan kunjungan ulang
BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan kasus pada Ibu hamil dengan sungsang ini dilakukan setelah
melaksanakan penerapan teori yang digunakan sebagai landasan dalam melakukan
manajemen kebidanan. Dari hasil tersebut dapat diambil adanya suatu persamaan atau
perbedaan antara teori dan praktik. Dalam pengkajian pada Ny.A di BPM Ferie
Kusuma, Amd. Keb penulis akan membahas sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari manejemen kebidanan
dilaksanakan dengan mewawancarai dan observasi langsung dengan
melakukan pemeriksaan fisik, khusus, maupun penunjang.
Dalam pengkajian Ny.A dengan usia kehamilan 36 minggu ini
pemeriksa melakukan wawancara dengan menanyakan keluhan yang
dirasakan oleh Ny.A. Namun, Ny.A mengatakan bahwasanya tidak merasakan
keluhan apapun pada akhir kehamilan, gerakan janin sangat aktif terasa di
bagian pusat. Hal ini merupakan hal yang wajar, karena pada rekam medik
(Buku KIA) kami menemukan bahwa letak janin Ny.A adalah sungsang.
Pertanyaan berlanjut dengan menanyakan bagaimana pola aktivitas sehari-hari
yang berhubungan dengan kehamilan sekarang. Ny.A menjawab bahwa tidak
ada masalah dalam pola aktivitas, Ny.A aktif mengikuti senam hamil selama
kehamilan, beliau juga aktif melakukan posisi knee chest untuk membantu
agar janin bisa berputar dan menjadi presentasi kepala. Pada riwayat medik
yang kami dapatkan, janin Ny. A memiliki presentasi kepala di UK 28 mg.
Tetapi, pada kunjungan selanjutnya, saat dilakukan leopold, presentasi bagian
terbawah janin menjadi bokong. Pada teori nya, presentasi bokong memang
bisa dibantu dengan posisi knee chest. Setelah mengetahui janinya dalam
posisi sungsang, Ny.A rutin melakukan posisi knee chest, tetapi
janin tidak berputar posisi.
Pada Data Obyektif yang didapatkan pemeriksa, Ny.A memiliki TB
159 cm dan BB 58 kg dalam rumus Indeks Massa Tubuh, Ny.A memiliki
tubuh yang ideal. BB sebelum hamil adalah 47 kg sedangkan BB sekarang
adalah 58 kg. Dalam teori pada literatur yang ada kenaikan BB pada TM III
adalah 0,4-0,5 kg/minggu-nya. Pada akhir TM III Ny.A mengalami kenaikan
berat badan sebesar 11 kg. Jika dihitung menurut teori maka pada akhir
kehamilaan ini seharusnya Ny.A mengalami penambahan BB sebesar 9-12 kg.
Jadi apabila disimpulkan tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus
Ny.A dalam masalah BB.
Ny.A memiliki lingkar lengan sebesar 24 cm. Lila merupakan indikator
dari gizi ibu hamil Minimal ibu hamil harus memiliki Lingkar Lengan sebesar
23,5 cm agar tidak didiagnosa sebagai KEK (Kurang Energi Kronis). Dapat
disimpulkan bahwa Ny.A ini bukan termasuk KEK.
Pemeriksa melakukan palpasi untuk memastikan letak janin dalam
kandungan. Pada leopold I : telah teraba bagian di fundus yaitu kepala, TFU-
nya 30 cm.Sedangkan Leopold II : teraba punggung disebelah kanan
sedangkan ekstremitasnya sebelah kiri. Leopold III : Bokong belum masuk
PAP. Leopold IV tidak dikaji karena pada Leopold III belum masuk PAP.
Hasil palpasi menyimpulkan bahwa kehamilan tersebut adalah letak sungsang.
Pada kehamilan yang normal, seharusnya pada Leopold I kita menemukan
bagian yang berada di fundus yaitu bokong dan pada leopold III, bagian
terbawah janin adalah kepala. Sehingga ada kesenjangan antara teori dan
praktiknya. DJJ terdengar keras pada samping pusat sebelah kanan dengan
frekuensi teratur yaitu 144 x/menit menyimpulkan bahwa janin dalam kondisi
sehat. Tidak ada kesenjangan pada frekuensi DJJ baik teori maupun praktik
karena DJJ normal adalah 120-160x/menit.
Pada pemeriksaan penunjang, yaitu USG. Ibu telah melakukan
pemeriksaan USG sebanyak 4 kali, USG terakhir dilakukan pada UK 34 mg
dengan letak janin tetap sungsang. Berdasarkan teori, memang sulit untuk
mengubah posisi janin, karena rongga dalam rahim yang sudah mulai sempit
seiring dengan besar janin yang semakin berat.

2. Interpretasi Data
Dalam menentukan diagnosa, tidak terjadi kesenjangan antara teori dan
praktik. Menurut HPHT, kehamilan Ny.A adalah 36 minggu. Untuk
menentukan apakah HPHT yang disampaikan oleh ibu memang benar maka
perlu dilakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui berapa usia janin dalam
rahim. Hasil dari USG pada tanggal 06 Mei 2016 adalah 32 mg, sehingga
pada tanggal 10 Juni 2016, UK 37 mg. Ada kesenjangan UK jika
menggunakan perbandingan HPHT dan hasil USG dengan perbedaan 1
minggu. Hal ini bukan masalah yang besar mengingat kemungkinan kesalahan
tanggal HPHT Ibu. Dari hasil leopold, didapatkan bahwa kehamilan dengan
letak sungsang, begitu juga hasil dari USG, sehingga tidak ada kesenjangan
penegakkan diagnosa letak sungsang.
3. Perencanaan
Rencana asuhan pada ibu hamil letak sungsang dalam teori adalah : (1)
Memberikan support mental pada ibu (2) konseling untuk tetap rutin
mengikuti senam hamil (3) anjurkan Ibu untuk istirahat yang cukup dan tidak
melakukan aktifitas yang berlebihan (4) koseling pilihan persalinan untuk
kasus sungsang (5) terapi B1 dan Fe (6) anjurkan kontrol sesuai jadwal (7)
kolaborasi dengan dr.Sp.OG
Dari rencana tersebut, pemeriksa melakukan intervensi nomor (1), (2), (3),
(4), (5), (6), (7) dan pendokumentasian. Maka tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktiknya sebab bidan sudah mempunyai rencana yang sesuai
dengan teori
4. Pelaksanaan
Pada kasus pelaksanaan ini dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat
bidan, pada perencanaan jadi tidak ada kesenjangan antara teori dan juga
praktiknya.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan sebuah perbandingan dari hasil yang aktual dengan hasil
yang diharapkan. Pada evaluasi ini penulis tidak menemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus
BAB 5
PENUTUP

Setelah mempelajari dan mengkaji teori dan konsep asuhan ante natal serta
pengalaman langsung di lahan praktek melalui studi kasus pada Ny. A dengan
kasus Kehamilan dengan Letak Sungsang maka penulis dapat menaarik
kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :

5.1 Kesimpulan
1. Data subjektif dilakukan dengan cara anamnese, wawancara dan data yang
diperoleh dari status pasien. Pengumpulan data berupa data identitas ibu, data
biologis/fisiologis, data sosial ekonomi dan spiritual serta data penunjang dari
hasil pemeriksaan laboratorium dan USG.
2. Dari studi kasus pada Ny. A ditegakkan analisis yaitu GIP0A0, Umur

Kehamilan 36 Minggu, Puka, Presentasi Bokong, belum masuk PAP, Janin,

Tunggal, Hidup Keadaan Ibu dan Janin Baik dengan letak Sungsang.
3. Penatalaksanaan yang dilakukan terhadap kasus yang ditemukan pada klien
adalah dengan menganjurkan klien untuk melakukan posisi menungging
4. Dari hasil Asuhan yang telah diberikan kepada Ny. A yaitu pada tanggal 10
Juni 2016 dapat disimpulkan bahwa asuhan kebidanan antenatal yang telah
diterapkan terdapat yang kesenjangan antara tujuan dan evaluasi.
5. Posese Manajemen yang dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan
Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny. A dengan menggunakan langkah-
langkah pemecahan masalah. Sehingga alur kerja dari pengorganisasian
pikiran dan bertindak sebagai suatu langkah-langkah yang logis dan
menguntungkan baik bagi klien maupun bagi bidan kemudian
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Penulis
Diharapkan mahasiswa mampu dalam melakuan pemeriksaan pada ibu
hamil letak sungsang dan mampu dalam melakukan skrining antenatal
dengan menggunakan KSPR untuk menjaring kasus ibu hamil dengan
resiko tinggi
5.2.2 Untuk Institusi
Diharapkan institusi tetap mempertahankan kualitas sehingga dapat
menurunkan Aki dan AKB di Indonesia
5.2.3 Untuk Tenaga Kesehatan
Sebagai tenaga Kesehatan diharapkan dapat melakukan dan memberikan
pelayanan yang tepat dan bermutu pada ibu hamil dengan letak sungsang
5.2.4 Bagi Klien
Diharapkan pasien dan keluarga dapat mengetahui tanda-tanda bahaya
kehamilan dan persalinan pada letak sungsang jika terdapat tanda-tanda
tersebut keluarga dapat membawa ke faskes terdekat
5.2.5 Untuk masyarakat
Diharapkan masyarakat datang ke fasilitas layanan kesehatan untuk
memeriksakan kehamilannya sehingga dapat di deteksi secara dini
masalah dan resikonya dan dapat segera di tangani.
5.2.6 Untuk Lahan Praktek
Di harapkan tetap mempertahankan kualitas dalam bidang pelayanan ibu
hamil sehingga angka kunjungan antenatal dapat naik dari signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ai Yeyeh Rukiyah 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan
Manuaba, Ida Bagus Gde Fajar, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan,
dan KB. Jakarta : EGC
Oxorn, H dan Forte, W. 2010.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, sarwono. 2014. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : YBP-SP.
Sastrawinata, Sulaeman. Obstetri Patologi. Bandung : FK unpad
Varney, Hellen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol.1. Jakarta : EGC
WHO. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai

  • ASKEB
    ASKEB
    Dokumen14 halaman
    ASKEB
    RismaAyuSaraswati
    Belum ada peringkat
  • Susunan Panitia Pisah Kenang (New)
    Susunan Panitia Pisah Kenang (New)
    Dokumen3 halaman
    Susunan Panitia Pisah Kenang (New)
    RismaAyuSaraswati
    Belum ada peringkat
  • Ebm
    Ebm
    Dokumen41 halaman
    Ebm
    RismaAyuSaraswati
    Belum ada peringkat
  • Review Buku
    Review Buku
    Dokumen6 halaman
    Review Buku
    RismaAyuSaraswati
    Belum ada peringkat
  • Pohon Masalah
    Pohon Masalah
    Dokumen1 halaman
    Pohon Masalah
    RismaAyuSaraswati
    Belum ada peringkat
  • GEMELLI
    GEMELLI
    Dokumen35 halaman
    GEMELLI
    RismaAyuSaraswati
    Belum ada peringkat