Anda di halaman 1dari 7

A.

Pengantar Kualitas Batubara

Batubara merupakan endapan organic yang mutunya sangat ditentukan oleh


beberapa factor antara lain tempat terdapatnya cekungan, umur dan banyaknya
kontaminasi. Didalam penggunaannya perancangan mesin yang mempergunakan
batubara sebagai bahan bakar harus menyesuaikan dengan kualitas batubaranya agar
mesin yang dipergunakan tahan lama.

1. Pengenalan umum kualitas batubara


Batubara merupakan bahan baku pembangkit energy dipergunakan untuk
industry. Mutu dari batubara akan sangat penting dalam menentukan peralatan
yang dipergunakan. Untuk menentukan kualitas batubara, beberapa hal yang
harus diperhatikan adalah : High heating value (kcal.kg), Total moisture (%),
Inherent moisture (%), Volatile matter (%), Ash content (%), Sulfur content (%),
Coal size (%), Hardgrove grindability index (<3mm)
Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang
mempengaruhi potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral
dan mineral matter penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank).
Umumnya, untuk menentukan kualitas batubara dilakukan analisa kimia
pada batubara yang diantaranya berupa analisis proksimat dan analisis ultimat.
Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air (moisture), zat
terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash),
sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia
pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur
tambahan dan juga unsur jarang.

2. Kualitas dan Klasifikasi Batubara


Kualitas batubara ditentukan dengan analisis batubara di laboraturium,
diantaranya adalah analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat
dilakukan untuk menentukan jumlah air, zat terbang, karbon padat, dan kadar abu,
sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia
pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur
tambahan dan juga unsur jarang.
Kualitas batubara ini diperlukan untuk menentukan apakah batubara
tersebut menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan
batubara di daerah penelitian.
Klasifikasi batubara berdasarkan tingkat energinya (SNI 136011-1999)
dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu Batubara Energi Rendah dan Batubara
Energi Tinggi.
a. Batubara Energi Rendah (Brown Coal) : Merupakan jenis batubara yang
paling rendah peringkatnya, mudah rapuh, lunak, memiliki kadar air tinggi
(10-70 %), terdiri atas batubara energi rendah lunak (soft brown coal) dan
batubara lignitik yang memperlihatkan struktur kayu. Nilai kalorinya < 7000
kalori per gram (dalam bentuk dryASTM).

1
b. Batubara Energi Tinggi (Hard Coal) : Semua jenis batubara yang
peringkatnya lebih tinggi dari brown coal, kompak, sulit rapuh, bersifat lebih
keras, memiliki kadar air relatif rendah, umumnya struktur kayu tidak tampak
lagi, pada saat penanganan (coal handling) relatif tahan terhadap kerusakan
fisik. Nilai kalorinya > 7000 kalori per gram (dalam bentuk dryASTM).

Untuk menentukan jenis batubara, digunakan klasifikasi American Society


for Testing and Material (ASTM, 1981, op cit Wood et al., 1983)(Tabel 5.2).
Klasifikasi ini dibuat berdasarkan jumlah karbon padat dan nilai kalori dalam
basis dry, mineral matter free (dmmf). Untuk mengubah basis air dried (adb)
menjadi dry, mineral matter free (dmmf) maka digunakan Parr Formulas (ASTM,
1981, op cit Wood et al., 1983) :
Menurut American Society for Testing Material (ASTM), secara umum
batubara digolongkan menjadi 4 berdasarkan kandungan unsur C dan H2O yaitu:
anthracite, bituminous coal, sub bituminous coal, lignite dan peat (gambut).

a. Anthracite
Warna hitam, sangat mengkilat, kompak, kandungan karbon sangat
tinggi, kandungan airnya sedikit, kandungan abu sangat sedikit, kandungan
sulfur sangat sedikit.

b. Bituminous/subbituminous coal
Warna hitam mengkilat, kurang kompak, kandungan karbon relative
tinggi, nilai kalor tinggi, kandungan air sedikit, kandungan abu sedikit,
kandungan sulfur sedikit.

c. Lignite
Warna hitam, sangat rapuh, kandungan karbon sedikit, nilai kalor
rendah, kandungan air tinggi, kandungan abu banyak, kandungan sulfur
banyak.

2
Tabel 1. Klasifikasi batu bara menurut ASTM (Geiger and Gibson,1981)
Fixed
Carbon
Vol.Matter Calory value
Limit, %
Limit % (dry limit (moist.
(dry Min. Agglomerating
No. Class Grup min.mat.water min.water free
matter character
free basis) basis)
water free
basis)
< > <
1 Anthacite 1.Meta anthrac. 98 - - 2 - - Non
2. Antrac. 92 98 2 8 - - Agglomerating
3. Semi antrac. 86 92 8 14 - -
2. Bituminus 1. Low.Vol.Bit.Coal 78 86 14 22 - -
2. Med.Vol.bit.coal 69 78 22 31 - -
3. High Vol.A - 69 31 - 14000 - commonly
bit.coal
4. High Vol.B - - - - 13000 14000 agglomerating
bit.coal
5. High Vol.C - - - - 11000 13000 Agglomerating
bit.coal
3. SubBit 1. Subbit. A Coal - - - - 10500 11500 Non
agglomerating
2. Subbit B coal - - - - 9500 10500
3. Subbit C coal - - - - 8300 9500
4 Lignite 1. Lignite A - - - - 6300 11300
2. Lignite B - - - - - 6300

Dari tabel klasifikasi batubara oleh ASTM diatas, dapat dilihat beberapa rank dan
grup batubara, yaitu :

a. Rank Anthracite
Merupakan Rank batubara paling tinggi, merupakan batubara berkualitas
paling baik dimana persentase kandungan fixed carbonnya berkisar 86% -
98%. Terdiri atas beberapa grup:

Meta Anthracite ; Merupakan grup batubara pada rank anthracite yang


memiliki kualitas paling baik, dimana kandungan fixed carbonnya bisa
mencapai >98% serta persentase kandungan volatile matternya <2%
(dalam keadaan dry).

3
Anthracite ; Merupakan grup batubara pada rank anthracite yang
mengandung persentase fixed carbon >92% - <98% serta persentase
kandungan volatile matternya >2% - <8% (dalam keadaan dry).
Semi Anthracite ; Merupakan grup batubara pada rank anthracite yang
mengandung persentase fixed carbon >86% - <92% serta persentase
kandungan volatile matternya >9% - <14% (dalam keadaan dry).

b. Rank Bituminous
Merupakan Rank batubara yang memiliki persentase fixed carbon sebesar
<69% - <86% serta persentase kandungan volatile matter >32% - <22%.
Terdiri atas beberapa grup :
Low - Volatile Bituminous ; Merupakan grup batubara dalam rank
bituminous yang mengandung persentase fixed carbon sebesar >78% -
<86% serta persentase kandungan volatile matternya sebesar >14% -
<22% (dalam keadaan dry).
Medium Volatile Bituminous ; Merupakan grup batubara dalam rank
bituminous yang memiliki kandungan fixed carbon sebesar >69% - <78%
serta persentase kandungan volatile matter sebesar >22% - <31% (dalam
keadaan dry).
High Volatile A Bituminous ; Merupakan grup batubara dalam rank
bituminous yang memiliki persentase fixed carbon sebesar <69% ,
persentase kandungan volatile matternya sebesar >31%, serta nilai
kalorinya >14000 BTU/lb (dalam keadaan dry).
High Volatile B Bituminous ; Merupakan batubara dalam rank
bituminous yang mempunyai nilai kalori sebesar >13000 BTU/lb - <14000
BTU/lb (dalam keadaan dry).
High Volatile C Bituminous ; Merupakan batubara dalam rank
bituminous yang mempunyai nilai kalori sebesar >11500 BTU/lb - <13000
BTU/lb (dalam keadaan dry).

c. Rank Subbituminous
Merupakan Rank batubara yang mengandung nilai kalori >8300 BTU/lb -
<11500 BTU/lb. Terdiri atas beberapa grup :

Subbituminous A ; Merupakan batubara dalam rank subbituminous yang


mempunyai nilai kalori sebesar >10500 BTU/lb - <11500 BTU/lb (dalam
keadaan dry).

4
Subbituminous B ; Merupakan batubara dalam rank subbituminous yang
mempunyai nilai kalori sebesar >9500 BTU/lb - <10500 BTU/lb (dalam
keadaan dry).
Subbituminous C ; Merupakan batubara dalam rank subbituminous yang
mempunyai nilai kalori sebesar >8300 BTU/lb - <9500 BTU/lb (dalam
keadaan dry).

d. Rank Lignitic
Merupakan Rank batubara yang paling rendah dan memiliki kualitas
rendah dengan nilai kalori <6300 BTU/lb - <8300 BTU/lb. Terdiri atas
beberapa grup :
Lignite A ; Merupakan grup batubara dalam rank lignitic yang
mempunyai nilai kalori sebesar >6300 BTU/lb - <8300 BTU/lb (dalam
keadaan dry).
Lignite B ; Merupakan grup batubara dalam rank lignitic yang
mempunyai nilai kalori <6300 BTU/lb (dalam keadaan dry).

3. Faktor Penentuan Kualitas Batubara


Batubara yang diperoleh dari hasil penambangan mengandung bahan pengotor
(impurities). Hal ini bisa terjadi ketika proses coalification ataupun pada proses
penambangan yang dalam hal ini menggunakan alat-alat berat yang selalu
bergelimang dengan tanah. Ada dua jenis pengotor yaitu:

a. Inherent impurities
Merupakan pengotor bawaan yang terdapat dalam batubara. Batubara
yang sudah dibakar memberikan sisa abu. Pengotor bawaan ini terjadi
bersama-sama pada proses pembentukan batubara. Pengotor tersebut dapat
berupa gybsum (CaSO42H2O), anhidrit (CaSO4), pirit (FeS2), silica (SiO2).
Pengotor ini tidak mungkin dihilangkan sama sekali, tetapi dapat dikurangi
dengan melakukan pembersihan.

b. Eksternal impurities
Merupakan pengotor yang berasal dari uar, timbul pada saat proses
penambangan antara lain terbawanya tanah yang berasal dari lapisan penutup.
Sebagai bahan baku pembangkit energi yang dimanfaatkan industri, mutu
batubara mempunyai peranan sangat penting dalam memilih peralatan yang
akan dipergunakan dan pemeliharaan alat.

Dalam menentukan kualitas batubara perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain:

a. Heating Value (HV) (calorific value/Nilai kalori)

5
Banyaknya jumlah kalori yang dihasilkan oleh batubara tiap satuan berat
dinyatakan dalam kkal/kg. semakin tingi HV, makin lambat jalannya batubara
yang diumpankan sebagai bahan bakar setiap jamnya, sehingga kecepatan
umpan batubara perlu diperhatikan. Hal ini perlu diperhatikan agar panas yang
ditimbulkan tidak melebihi panas yang diperlukan dalam proses industri.

b. Moisture Content (kandungan lengas).


Lengas batubara ditentukan oleh jumlah kandungan air yang terdapat
dalam batubara. Kandungan air dalam batubara dapat berbentuk air internal
(air senyawa/unsur), yaitu air yang terikat secara kimiawi.
Jenis air ini sulit dihilangkan tetapi dapat dikurangi dengan cara
memperkecil ukuran butir batubara. Jenis air yang kedua adalah air eksternal,
yaitu air yang menempel pada permukaan butir batubara. Batubara
mempunyai sifat hidrofobik yaitu ketika batubara dikeringkan, maka batubara
tersebut sulit menyerap air, sehingga tidak akan menambah jumlah air
internal.

c. Ash content (kandungan abu)


Komposisi batubara bersifat heterogen, terdiri dari unsur organik dan
senyawa anorgani, yang merupakan hasil rombakan batuan yang ada di
sekitarnya, bercampur selama proses transportasi, sedimentasi dan proses
pembatubaraan. Abu hasil dari pembakaran batubara ini, yang dikenal sebagai
ash content. Abu ini merupakan kumpulan dari bahan-bahan pembentuk
batubara yang tidak dapat terbaka atau yang dioksidasi oleh oksigen. Bahan
sisa dalam bentuk padatan ini antara lain senyawa SiO2, Al2O3, TiO3,
Mn3O4, CaO, Fe2O3, MgO, K2O, Na2O, P2O, SO3, dan oksida unsur lain.

d. Sulfur Content (Kandungan Sulfur)


Belerang yang terdapat dalam batubara dibedakan menjadi 2 yaitu dalam
bentuk senyawa organik dan anorganik. Beleranga dalam bentuk anorganik
dapat dijumpai dalam bentuk pirit (FeS2), markasit (FeS2), atau dalam bentuk
sulfat. Mineral pirit dan makasit sangat umum terbentuk pada kondisi
sedimentasi rawa (reduktif). Belerang organik terbentuk selama terjadinya
proses coalification. Adanya kandungan sulfur, baik dalam bentuk organik
maupun anorganik di atmosfer dipicu oleh keberadaan air hujan,
mengakibatkan terbentuk air asam. Air asam ini dapat merusak bangunan,
tumbuhan dan biota lainnya.

e. Coal Size
Ukuran butir batubara dibatasi pada rentang butir halus dan butir kasar.
Butir paling halus untuk ukuran <3mm>

6
f. Hardgrove Grindability Index (HGI)
Kapasitas mill (pulverizer) dirancang pada Hardgrove grindability index
tertentu, maka untuk HGI lebih rendah kapasitasnya lebih rendah dari nilai
patoknya untuk menghasilkan fineness yang sama.

g. Ash Fusion Characteristic


Ash Fusion Characteristic akan mempengaruhi tingkat fouling, slagging
dan operasi

Anda mungkin juga menyukai