Anda di halaman 1dari 19

PENGANTAR REKAYASA PERTAMBANGAN

PELEDAKAN

Disusun Oleh

: Kelompok 6
A. Bintang Ramadhan
B. Ikbal
C. Pahrurrozi
D. Satria Guntur Pangestu

PROGRAM STUDY DII TEK.PERTAMBANGAN


KONSTRASI BATUBARA
RINTISAN AKADEMI KOMUNITAS NEGERI KAB.LAHAT
PROGRAM STUDY DILUAR DOMISIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wataala yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang
Peledakan dan juga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai pemenuhan
tugas yang dimaksudkan untuk memenuhi nilai dan kelengkapan bukti belajar.
Karena bantuan dari berbagai pihak baik berupa nasihat maupun materi
yang mendorong semangat penulis sehingga laporan ini terwujud dengan tepat
waktu. Laporan ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih yang
setulusnya kepada instruktur mata kulah dan teman-teman yang membantu dalam
menyelesaikan makalah.
Penyusun menyadari bahwa jauh ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi
penulisan maupun dari isi makalah. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca, Terima kasih.

DAFTAR ISI
Halaman judul..............................................................................................1
Kata pengantar.............................................................................................2
Daftar isi.......................................................................................................3
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar belakang........................................................................................4
BAB II Pembahasan
2.1 Teori dasar..............................................................................................5
2.2 Peledakan tambang terbuka...................................................................6
2.3 Peledakan tambang bawah tanah...........................................................8
2.4 Alat dan perlengkapan peledakan........................................................10
2.5 Tahap tahap Peledakan......................................................................17
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan..........................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peledakan adalah merupakan kegiatan pemecahan suatu material (batuan) dengan
menggunakan bahan peledak atau Proses terjadinya ledakan. Peledakan
merupakan bagian penting dari siklus pertambangan. Hampir semua bentuk
pertambangan, batu dipecahkan oleh pengeboran dan peledakan. Teknologi
peledakan adalah proses patahan (fracturing) material dengan menggunakan
sejumlah perhitungan dari ledakan sehingga volume material pecah dapat
ditentukan.
Sejak awal peledakan dengan menggunakan bubuk hitam (black powder), telah
terjadi banyak perkembangan dalam penggunaan: bahan peledak, detonator,
teknik penundaan dan dalam pemahaman tentang mekanisme pecahnya batuan
dengan bahan peledak.

Desain ledakan dan pelaksanaan yang baik, sangat penting untuk operasi
pertambangan yang sukses. Praktek/pelaksanaan tidak benar atau buruk dalam
peledakan memiliki dampak sangat negatif pada ekonomi tambang. Penggunaan
bahan peledak yang berlebihan di lokasi tambang dapat mengakibatkan kerusakan
pada struktur batuan dan menyebabkan lubang bukaan yang tidak diinginkan dan
menambah peningkatan besar dalam biaya pendukung.

Peledakan bawah tanah juga mempunyai beberapa tujuan. Yaitu :


Meledakan batuan dengan tujuan menghasilkan ruangan, untuk: gudang,jalan,
saluran, terowongan pipan dan lain sebangainya.
Meledakkan batuan dengan tujuan mengambil material: operasi penambangan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Dasar


Peledakan digunakan di kedua sistem penambangan terbuka dan operasi
penambangan bawah tanah. Sementara peledakan tradisional biasanya
menggunakan bubuk hitam dan dinamit, ada banyak jenis bahan peledak yang
digunakan saat ini. Bahan peledak yang umum digunakan dalam industri saat ini
adalah ANFO (ammonium nitrate/fuel oil), slurries, dan emulsi (emulsions).
Banyak faktor yang perlu diperhitungkan saat menentukan apa jenis desain
peledakan atau bahan peledak yang akan digunakan. Jenis batuan, kepadatan, dan
strength merupakan faktor-faktor penting, serta kondisi fraktur batu, dan kondisi
air.

A. Mine Blast
Antara tahun 1978 dan 2000, tercatat ada sekitar 106 penambang tewas
dan 1.050 terluka oleh bahan peledak dan pecahan batu. Pada tahun 2001, ada 7
luka-terkait peledakan dan kematian di industri pertambangan. Selama dua dekade
terakhir, sebagian besar bahan peledak terkait cedera dan kematian di tambang
permukaan terjadi ketika pekerja sedang terkena batu, baik karena mereka terlalu
dekat dengan ledakan atau batu terlempar lebih jauh dari yang diharapkan.

Kedua penyebab utama adalah ledakan yang terjadi sebelum waktunya. Di


tambang bawah tanah, sebagian besar kematian terkait peledakan disebabkan oleh
penambang yang terlalu dekat dengan ledakan, diikuti oleh ledakan asap
keracunan, misfires, dan ledakan sebelum waktunya.

B. Misfires
kegagalan yang terjadi pada saat mencoba melakukan peledakan
menyebabkan cedera dan kematian sebagai akibat dari kelalaian penambang yang
mencoba untuk menggunakan kembali bahan peledak yang gagal meledak dalam
waktu ledakan sebenarnya.
5

Ledakan sebelum waktunya terjadi tanpa peringatan sementara seorang Blasters


berada dekat dengan lubang bor yang siap diledakan; peledakan tersebut dapat
dipicu oleh hulu ledak, dampak dari bahan peledak yang dijatuhkan ke bawah
lubang bor yang kering, atau penanganan yang ceroboh dari sistem penyalaan
(tutup peledak).

C. Misfire - cara menanganinya:


1) Bila masih terlihat kawat detonator dan diperiksa masih aktif atau sumbu
ledak, maka dapat diledakkan ulang menggunakan blasting machine.
2) Bila kawat dan sumbu tidak terlihat, dapat dilakukan peledakan ulang
dengan terlebih dahulu mengeluarkan stemming menggunakan kompresor.
3) Membongkar lubang ledak menggunakan alat gali misalnya shovel,
backhoe, atau dragline. Cara ini merupakan alternatif terakhir apabila tidak
ada cara lain yang relatif lebih aman.
4) Menetralisir bahan peledak ANFO dengan cara menuangkan atau
menyemprotkan air ke dalam lubang gagal ledak. Yang perlu diingat
bahwa bahan peledak emulsi, watergel, slurry, dan cartridge (primer) tidak
dapat larut. Oleh sebab itu tetap harus dilakukan penggalian atau
peledakan ulang untuk mengatasi lubang gagal ledak.

2.2 Peledakan Tambang Terbuka


Kebanyakan batuan yang keras membutuhkan peledakan sebelum penggalian
di tambang permukaan. Biasanya empat jenis bahan peledak umum digunakan di
pertambangan permukaan: slurries, Mixes dry, emulsi dan ANFO hybrid heavy.
Pemilihan bahan peledak tergantung pada banyak faktor, terutama meliputi:
critical diameter, hydrostatic pressure, temperature, minimum primer weight,
density weight strength, bulk strength, gap sensitivity, water resistance, loading
procedures, coupling atau decoupled properties, shelf life, reliability for bulk
operations, overall drilling, pengeboran secara keseluruhan dan ekonomi
peledakan.

Pola Bench Blasting pada Quarry / Open Pit

Blastholes / pola Inisiasi tembakan (lobang tembak) ke open face

2.3 Peledakan Tambang Bawah Tanah


Sebagian besar metode penambangan bawah tanah menggunakan peledakan
sebagai metode utama penggalian batu. Peledakan bawah tanah (Underground
Blasting pdf) memberikan gambaran yang baik untuk berbagai desain ledakan
ditambang bawah tanah. Sebuah tipikal pengaturan untuk peledakan dalam
metode VCR pertambangan seperti gambar di bawah ini:

2.4 Alat dan Perlengkapan Peledakan


A. Alat Peledakan
Alat Pemicu Ledak
1) Blasting Machine (BM)
Alat pemicu pada peledakan listrik dinamakan blasting machine (BM)
atau exploder merupakan sumber energi penghantar arus listrik menuju detonator.
Cara kerja BM pada umumnya didasarkan atas penyimpanan atau pengumpulan
arus pada sejenis kapasitor dan arus tersebut dilepaskan seketika pada saat yang
dikehendaki. Pengumpulan arus listrik dapat dihasilkan malalui:
a) Gerakan mekanis untuk tipe generator, yaitu dengan cara memutar engkol
(handle) yang telah disediakan. Putaran engkol dihentikan setelah lampu
indikator menyala yang menandakan arus sudah maksimum dan siap
dilepaskan. Saat ini tipe generator sudah jarang digunakan.
b) Melalui baterai untuk tipe kapasitor, yaitu dengan cara mengontakkan kunci
kearah starter dan setelah lampu indikator menyala yang menandakan arus
sudah terkumpul maksimum dan siap dilepaskan.
2) shot gun atau shot firer
Alat pemicu nonel (starter non-electric) dinamakan shot gun atau shot
firer atau shot shell primer. Seperti diketahui bahwa sumbu nonel mengandung
bahan reaktif (HMX) yang akan aktif atau terinisiasi oleh gelombang kejut
akibat impact. Alat pemicu nonel dilengkapi dengan peluru yang disebut shot
shell primer dengan ukuran tertentu. Shot shell primer diaktifkan oleh pemicu,
yaitu pegas bertekanan tinggi yang yang terdapat di dalam alat pemicu nonel.
Pada dasarnya bahwa alat pemicunya menggunakan striker yang disisipkan di
bagian atas barrel, kemudian transmisi impact melalui shot shell primer ke sumbu
nonel menggunakan hentakkan kaki. Sedangkan pada alat pemicu nonel
digenggam dan untuk melepas pegas di dalam alat pemicu agar shot shell
primer mentransmisikan impact ke sumbu nonel dengan cara dipukul.

Alat Bantu Ledak Listrik

10

Peledakan listrik memerlukan alat bantu agar peledakan listrik berlangsung


dengan aman dan terkendali. Alat bantu berfungsi sebagai pengukur tahanan,
pengukur kebocoran arus, detektor petir, dan kawat utama atau lead wire atau lead
lines ataufiring line.
A. Pengukur tahanan (Blastometer atau BOM)
Alat pengukur tahanan kawat listrik untuk keperluan peledakan dibuat khusus
untuk pekerjaan peledakan dan tidak disarankan digunakan untuk keperluan lain.
Sebaliknya, alat pengukur tahanan yang biasa dipakai oleh operator listrik umum,
yaitu multitester, dilarang digunakan untuk mengukur kawat pada peledakan
listrik. Ruas kawat yang harus diukur tahanannya adalah seluruh legwire dari
sejumlah detonator yang digunakan, connecting wire, bus wire, dan kawat utama.
Dengan demikian jumlah tahanan seluruh rangkaian dapat dihitung dan voltage
BM dapat ditentukan setelah arus dihitung.
Cara pengukuran tahanan ruas kawat menggunakan blastometer (BOM) pada
prinsipnya sama, hanya pada pengukuran legwire perlu ekstra hati-hati. Prosedur
pengukuran adalah sebagai berikut:
1) Untuk kawat penyambung (connecting wire), bus wire, dan kawat utama:
Kedua ujung kawat dihubungkan pada sepasang terminal yang tersedia pada
BOM, kemudian kencangkan.
BOM dikontakkan, biasanya dengan menekan tombol, sehingga jarum
menunjukkan angka tertentu, yaitu nilai tahanan kawat tersebut.
Catat angkanya sebagai data hasil pengukuran tahanan
2) Untuk legwire pada detonator listrik:
Kedua ujung legwire dari detonator dihubungkan pada sepasang terminal yang
tersedia pada BOM, kemudian kencangkan.
BOM dikontakkan, biasanya dengan menekan tombol, sehingga jarum
menunjukkan angka tertentu, yaitu nilai tahanan legwire dan kawat pijar (bridge
wire) di dalam detonator tersebut. Apabila jarum tidak bergerak, berarti detonator
rusak dan jangan dipakai, sebab ada kemungkinan kawat pijar
dalam fusehead putus.
Bila jarum bergerak, catat angkanya (biasanya sekitar 1,5 ohms) sebagai data
hasil pengukuran tahanan.
B. Pengukur kebocoran arus
Adanya kebocoran arus dapat terjadi akibat adanya kawat yang tidak terisolasi,
misalnya pada sambungan, yang kontak dengan air, tanah basah, atau batuan
konduktif. Kontak tersebut dapat menghentikan arus menuju detonator, sehingga
detonator tidak meledak dan dapat menyebabkan gagal ledak.
C. Multimeter peledakan
11

Multimeter peledakan disebut juga Blasting Multimeter adalah instrumen penguji


yang sekaligus dapat mengukur tahanan, voltage, dan arus. Alat multimeter
peledakan dirancang khusus untuk keperluan peledakan dan berbeda dengan
multimeter untuk keperluan operator listrik umum. Kegunaan multimeter
peledakan adalah:
Mengukur tahanan sebuah kawat detonator dan tahanan suatu sistem rangkaian
peledakan listrik,
Memeriksa ada-tidaknya arus tambahan di lokasi peledakan,
Mengukur kebocoran arus antara kawat detonator (legwire) dengan bumi,
Memeriksa kemenerusan (kontinuitas) dan ada-tidaknya arus pendek pada
kawat utama, connecting wire, dan legwire pada detonator
D. Rheostat dan Fussion tester
Alat ini digunakan untuk menguji efisiensi blasting machine (BM) tipe generator
maupun kapasitor dalam mengatasi tahanan sejumlah detonator . Alat ini terdiri
dari suatu seri resistor (coils) dengan tahanan yang berbeda. Setiap tahanan
ditandai dengan nilai ohms tertentu yang ekuivalen dengan sejumlah detonator
listrik yang memiliki panjang legwire tembaga 30 ft (10 m). Pengujian efisiensi
BM dilakukan sebagai berikut (lihat Gambar 1.7):
a. Ambil sejumlah detonator listrik dan hubungkan secara seri,
b. Salah satu kabel dari detonator dihubungkan dengan nilai ohm rheostat yang
ekuivalen dengan jumlah detotanor tersebut,
c. Hubungkan salah satu kawat detonator lainnya ke BM,
d. Hubungkan rheostat dengan BM,
e. Pengujian dimulai dengan mengontakkan BM, bila seluruh detonator meledak,
maka output dari BM cocok digunakan untuk peledakan seri dari sejumlah
detonator pada tahanan yang sama.
E. Detektor kilat (lightning detector)
Peledakan listrik sangat rawan terhadap udara mendung atau pada daerah-daerah
yang memiliki intensitas kilat dan petir cukup tinggi. Debu dan badai listrik yang
tinggi melebihi listrik statis pada atmosfir ditambah dengan petir sangat berbahaya
terhadap operasi peledakan. Untuk membantu pemantauan awal terhadap
fenomena tersebut diperlukan detektor kilat.

3.

Alat Bantu Peledak Lain


12

Kawat utama (lead wire)


Kawat utama termasuk pada peralatan peledakan, karena dapat dipakai berulang
kali. Berbeda dengan lead-in line atau extendaline atau sumbu nonel utama
pada peledakan nonel akan langsung rusak dan tidak boleh dipakai lagi karena
HMX yang terdapat didalamnya sudah bereaksi habis, walaupun sumbunya tetap
nampak utuh. Kawat utama berfungsi sebagai penghubung rangkaian peledakan
listrik dengan alat pemicu ledak listrik atau blasting machine. Ukuran untuk
peledakan pada kondisi normal adalah kawat tembaga ganda berukuran 23/0,076
yang diisolasi dengan plastik PVC dengan tahanan 5,8 ohms per 100 m. Atau
dapat pula digunakan kawat tembaga ganda berukuran 24/0,20 mm dengan
tahanan 4,6 ohms per 100 m.

B. Perlengkapan Peledakan
Perlengkapan peledakan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan,
namun penggunaannya hanya bias digunakan untuk satu kali kegiatan peledakan,
biasanya perlengkapan ini akan hancur/diledakkan :
1) Detonator
Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk
letupan(ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut terhadap
bahan peledak peka detonator atau primer. Terdapat dua jenis muatan bahan
peledak dalam detonator yang masing-masing fungsinya berbeda, yaitu:
a) Isian utama (primary charge) berupa bahan peledak kuat yang
peka (sensitive),fungsinya untuk menerima efek panas dengan sangat cepat
dan meledak sehingga menimbulkan gelombang kejut.
b) Sian dasar (base charge) disebut juga isian sekunder adalah bahan peledak
kuat dengan VoD tinggi, fungsinya adalah menerima gelombang kejut dan
meledak dengan kekuatan besarnya tergantung pada berat isian dasar tersebut.
Kekuatan ledak (strength) detonator ditentukan oleh jumlah isian dasarnya.
Jenis-jenis detonator :
a. Detonator biasa (plain detonator)
Sejenis detonator yang penyalannya dengan api/panas yang dihantarkan
melalui sumbu bakar.
b. Detonator listrik (electric detonator)
13

Jenis detonator yang penyalaannya dengan arus listrik yang dihantarkan


melalui kabel khusus untuk itu.
Keuntungan :
1)
2)
3)
4)

Jumlah lubang ledak yang dapat diledakkan sekaligus relatif lebih banyak
Pola peledakan lebih leluasa
Hasil peledakan lebih leluasa
Penanganan lebih mudah dan praktis
Kerugian :

1) Untuk daerah peledakan yang banyak kilat, pemakaian detonator listrik kurang
aman.
2) Pengaruh gelombang radio, televisi dan sumber-sumber arus listrik lainnya
harus dipertimbangkan.
3) Membutuhkan perlengkapan tambahan, seperti sumber arus listrik, alat-alat
pengetest dan lain-lain.
c. Detonator Non-Eletrik
Total sistem inisiasi non-listrik, dimana sumber inisiasi berasal dari gelombang
kejut, dikembangkan pada tahun 1960 oleh Dyno Nobel. Detonator non-eletrik
menekan pasar pada tahun 1973, menawarkan semua keuntungan dari inisiasi
listrik tetapi menambahkan manfaat keamanan (ketidakpekaan terhadap listrik,
energi frekuensi radio dan radiasi elektromagnetik) dan fleksibilitas operasional
yang luas (lebih mudah untuk merancang urutan inisiasi yang lebih besar, secara
teoritis dengan tak terbatas jumlah penundaan). Sistem inisiasi terdiri dari tabung
kejut terhubung ke detonator down-the-hole dan konektor permukaan. Meskipun
lapisan mereka bubuk reaktif dan berkat starter, tabung kejut mengirimkan
gelombang kejut ke detonator non-elektrik. Sambungan di lapangan adalah
"plumbing-like", dengan asumsi gelombang getaran seperti air, yang beredar
dalam tabung dari detonator yang lain. Detonator non-elektrik yang banyak
digunakan di seluruh dunia. Amerika Serikat selalu menjadi salah satu pasar
terbesar untuk jenis detonator.

d. Detonator elektronik (electronic detonator)


Komponen elektronik diperkenalkan di anisiasi-anisiasi eletrik dunia di akhir
1960-an. Meningkatkan ukuran setiap shot berubah menjadi strategis untuk pasar
14

inisiator, untuk detonator elektrik untuk dapat bersaing dengan yang baru
diperkenalkan detonator non-elektrik. Perkembangan elektronik membuat
penciptaan mesin peledakan sekuensial. Sekuensial mesin peledakan memberikan
waktu semburan secara elektronik waktu energi dapat diatur untuk beberapa
kawat timah, secara dramatis meningkatkan jumlah maksimum detonator listrik
blasters dapat terhubung dan karenanya meningkatkan jumlah kombinasi
potensial. Pada tahun 1990, miniaturisasi peningkatan komponen elektronik
melahirkan ide baru: menggunakan jam elektronik untuk memulai menggantikan
pyrotechnical (powder) unsur penundaan yang menciptakan ketidaktepatan untuk
detonator elektrik. Dari tahun 1990 sampai 2000, gerakan penelitian dan
pengembangan besar-besaran dilakukan oleh sejumlah besar pelaku untuk
mengembangkan pre-programmed atau diprogram detonator elektronik. Detonator
elektronik Programmable merupakan langkah maju dalam logika, menawarkan
fleksibilitas yang luar biasa dalam pilihan waktu inisiasi. Fleksibilitas ini
bersama-sama dengan akurasi dikontrol secara elektronik membuka pintu untuk
penundaan short rangkaian inisiasi kompleks yang sejak itu menunjukkan manfaat
yang signifikan (pengurangan gangguan, meningkatkan produktivitas) kepada
stakeholder pertambangan. Perangkat lunak simulasi numerik telah dikembangkan
untuk membantu insinyur pertambangan untuk berurusan dengan sejumlah besar
kemungkinan dalam desain shots mereka.
2) Bulk Anfo
Merupakan campuran AN (ammonium nitrat) dan FO (solar) sebesar 94,3%
AN dan 5,7% FO akan menghasilkan zero oxygen balanced dengan energi panas
sekitar 3800 joules/gr handak . Overfueled dengan 92% AN dan 8% FO akan
menurunkan energi 6% dan menghasilkan gas CO yang berbahaya. Under fueled
dengan 96% AN dan 4% FO menurunkan energi 18% dan menghasilkan gas NO2.
Memiliki Ukuran partikel AN antara 1-2 mm.
3) Bahan Peledak Nitro Gliserin
Kandungan utama dari bahan peledak ini adalah nitrogliserin, nitoglikol,
nitrocotton dan material selulosa. Kadang-kadang ditambah juga ammonium atau
sodium nitrat. Nitrogliserin merupakan zat kimia berbentuk cair yang tidak stabil
dan mudah meledak, sehingga pengangkutannya sangat beresiko tinggi. Alfred
Nobel yang pertama kali menemukan kiieselguhr sebagai penyerap nitrogliserin
yang baik dan hasil campurannya itu dinamakan bahan peledak dinamit. Saat itu
kandungan kiieselguhr dan NG divariasikan untuk memberikan energi yang
diinginkan dan keamanan dalam pengangkutannya. Bahan peledak ini
15

mempunyai sifat plastis yang konsisten (seperti lempung atau dodol), berkekuatan
(strength) yang tinggi, densitas tinggi, dan ketahanan terhadap air sangat baik,
sehingga dapat digunakan langsung pada lubang ledak yang berair. Bahan
dikemas (dibungkus) oleh kertas mengandung polyethylene untuk mencegah
penyerapan air dari udara bebas.
Adapun kelemahan bahan peledak jenis ini adalah :
A. Mengandung resiko kecelakaan tinggi pada saat pembuatan di pabrik
maupun pengangkutan.
B. Sensitif terhadap gesekan, sehingga sangat berbahaya apabila tertabrak
atau tergilas oleh kendaraan.
C. Membuat kepala pusing .
D. Tidak dapat digunakan pada lokasi peledakan yang bertemperatur
tinggi .
E. Biaya pembuatan tinggi
4) Sabre
Sabre 4000 adalah peralatan khusus yang dikembangkan oleh Smiths
Detection untuk mendeteksi partikel dari bahak peledak dan narkotika. Alat ini
merupakan pembaharuan dari penggunaan anjing pelacak yang memiliki
reliabilitas lebih rendah dan kemampuan penciuman yang terbatas. SECOM
menyediakan peralatan ini juga beserta jasa operator yang bisa mengoperasikan
alat dengan baik.
5) Recording
Perekaman merupakan pekerjaan akhir dari akuisisi data seismik, yaitu
merekam data seismik ke dalam pita magnetik (tape) yang nantinya akan diproses
oleh pusat pengolahan data (processing centre). Sebelum melakukan perekaman
kabel dibentangkan sesuai dengan posisi dan lintasannya berdasarkan desain
survey 2D. Pada saat perekaman, yang memegang kendali adalah observer dengan
memakai perlengkapan alat recording yang disebut LABO.
2.5 TAHAP-TAHAP PELEDAKAN:
A. Pembersihan lokasi yang akan diledakan
Lokasi yang akan diledakan (blasting) terlebih dahulu dibersihkan dari matrial
sisa yang mengganggu dengan bantuan bulldozer.
B. Penentuan Titik Bor.
16

Titik bor di tentukan setelah pembersihan area yang akan di ledakan agar alat bor
lebih mudah dalam membornya, dan hasil ledakan agar semaksimal mungkin
sempurna sesuai jenis matrial dan desain yang dipakai, penentuan titik bor
biasanya menggunakan tali seperti pita dengan tiga orang dan ditandai dengan
potongan pita yang di ikat dengan batu.
Seperti gambar dibawah ini yang menggunakan pola peledakan yang digunakan
adalah pola zigzag, ( staggered pattern)
C. Proses Drilling.
Proses pengeboran sesuai dengan titik yang sudah ditentukan, dan salah satu alat
bor yang dipakai dalam pembuatan lubang bor adalah Terex reedrill DR 069
dengan diameter bor 20 cm.
D. Pengisian Bahan Peledak.
Pengisian bahan peledak ini dengan menggunakan MMU (Mobil Mixing
Unit) dengan bahan peledak Amunium Nitrate
E. Persiapan Peledakan.
Persiapan peledakan yaitu meliputi pemasangan kabel kabel antar lubang ledak
dan memastikan kabel tersebut terhubung dengan baik, setelah semua OK. Lanjut.
F. Pengamanan Area.
Didalam pengamanan area yang akan diledakan ada aturan yang harus di terapkan
yaitu pengaman area front peledakan dari manusia dan alat yang beroprasi di area
tidak aman untuk peledakan, dan menjaga semua jalan masuk yang mengarah ke
area peledakan dari warga sekitar dan lalu lintas warga yang beraktifitas pada area
tidak aman, area aman peledakan untuk manusia berjarak 500 meter dari area
peledakan sedangkan untuk alat 300 meter dari area peledakan.
G. Peledakan.
Setelah semua aman dan di kosongkan dari alat dan manusia maka siap untuk
diledakan.

17

Bahan peledak yang dimaksudkan adalah bahan peledak kimia yang didefinisikan
sebagai suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk padat, cair,
atau campurannya yang apabila diberi aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan
awal akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat cepat dan hasil
reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas disertai panas dan tekanan
sangat tinggi yang secara kimia lebih stabil.
Panas dari gas yang dihasilkan reaksi peledakan tersebut sekitar 4000 C. Adapun
tekanannya, menurut Langerfors dan Kihlstrom (1978), bisa mencapai lebih dari
100.000 atm setara dengan 101.500 kg/cm atau 9.850 MPa ( 10.000 MPa).
Sedangkan energi per satuan waktu yang ditimbulkan sekitar 25.000 MW atau
5.950.000 kcal/s. Perlu difahami bahwa energi yang sedemikian besar itu bukan
merefleksikan jumlah energi yang memang tersimpan di dalam bahan peledak
begitu besar, namun kondisi ini terjadi akibat reaksi peledakan yang sangat cepat,
yaitu berkisar antara 2500 7500 meter per second (m/s). Oleh sebab itu kekuatan
energi tersebut hanya terjadi beberapa detik saja yang lambat laun berkurang
seiring dengan perkembangan keruntuhan batuan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahan peledak adalah zat yang berbentuk padat, cair, gas ataupun
campurannya yang apabila terkena suatu aksi, berupa panas, benturan,
tekanan, hentakan, atau gesekan akan berupa secara fisik maupun kimiawi
menjadi zat lain yang lebih stabil. Memberikan suasana kerja atau lingkungan
yang aman sehingga dicapai hasil kerja yang menguntungkan dan bebas dari
segala bahaya, baik terhadap manusia, mesin/alat, material ataupun metode
kerja pada saat dilakukannya operasi penambangan. Bilamana peledakan itu
dilakukan maka keselamatan dan lingkungan pun perlu diperhatikan sebagai
bagian utama dalam melakukan suatu peledakan.

18

19

Anda mungkin juga menyukai