3 Dislipidemia
II.3.1 Definisi
II.3.2 Epidemiologi
II.3.5 Klasifikasi
Berdasarkan Penyebab, dislipidemia dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Dislipidemia Primer
2. Dislipidemia Sekunder
1. Aktivitas fisik
Bagi orang dewasa, disarankan untuk mengkonsumsi diet rendah kalori yang terdiri
dari buah-buahan dan sayuran, biji-bijian, ikan, dan daging tanpa lemak. Asupan
lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol juga harus dibatasi
3. Berhenti merokok
Merokok memiliki efek negatif yang besar pada kadar HDL dan rasio LDL/HDL.
Berhenti merokok minimal dalam 30 hari dapat meningkatkan HDL secara
signifikan
Terapi farmakologis diberikan setelah terapi non farmakologi tak berespon. Terapi
farmakologi berupa pemberian obat hipolipidemik, dengan sasaran profil lipid
setelah pengobatan menjadi:
Terapi Statin High intensity Terapi Statin Moderate Terapi Statin Low-intensity
Intensity
Memiliki rerata kemampuan Memiliki rerata kemampuan Memiliki rerata kemampuan
menurunkan kolesterol LDL menurunkan kolesterol LDL menurunkan kolesterol LDL <
50% sampai dengan < 50% 30%
Atorvastatin 40 -80 mg Atorvastatin 10 20 mg Simvastatin 10 mg Pravastatin
Rosuvastatin 20-40 mg Rosuvastatin 5 10 mg 10 20 mg Lovastatin 20 mg
Simvastatin 20 40 mg Fluvastatin 20 40 mg
Pravastatin 40 80 mg Pitavastatin 1 mg
Lovastatin 40 mg
Fluvastatin XL 80 mg
Fluvastatin 40 mg (2x1)
Pitavastatin 2- 4 mg
Sumber : AHA 2013
Lalu dilakuakn pemeantauan profil lipid 4-12 minggu, bila tidak tercapai target
penurunan profil lipid dilakukan evaluasi kepatuhan minum obat dan penyebab
sekunder dislipidemia.
II.4 Hipertensi
II.4.1 Definisi
II.4.2 Etiologi
1. Hipertensi Essensial
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologis
yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi essensial. Penyebab hipertensi
meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan
terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap
vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk faktor
lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress emosi, dan obesitas.
2. Hipertensi sekunder
II.4.3 Epidemiologi
Hipertensi umumnya terjadi pada usia > 40 tahun, meskipun banyak yang tidak
menyadari karena gejala tidak nyata. prevalensi hipertensi lebih besar pada pria,
penduduk pekotaan, dan orang gemuk. pada golongan umur 55-64 tahun prevalensi
penderita hipertensi pada pria dan wanita sama banyak, sedangkan >65 tahun penderita
hipertensi wanita lebih banyak daripada pria.
II.4.4 Gejala
Faktor risiko yang tidak dapat dirubah yang antara lain usia, jenis kelamin dan
genetik
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer
(essensial).
Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari
penderita hipertensi antara lain:
1. Kegemukan (obesitas)
Prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk
menderita hipertensi pada orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight)
3. Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida pada rokok yang
masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah
arteri dapat menyebabkan artereosklerosis dan tekanan darah tinggi.
6. Hiperlipidemia/Hiperkolestrolemia
II.4.2 Klasifikasi
II.4.3 Komplikasi
1. Stroke
Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke
dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi
otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah
yang diperdarahi berkurang.
2. Infark miokardium
Tatalaksana Non farmakologi apat dilaukan dengan cara mengendalikan Faktor Resiko
yang masih dapat dirubah, dengan cara:
Terdapat 5 kelompok obat lini pertama (first line drug) yang lazim digunakan untuk
pengobatan awal hipertensi yaitu diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (-
blocker), penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE nhibitor), penghambat
reseptor angiotensin (Angiotensin Receptor Blocker, ARB) dan antagonis kalsium.
Sedangkan untuk lini kedua yaitu penghambat saraf adrenergik, agonis alpha 2 sentral
dan vasodilator.
http://digilib.unila.ac.id/2440/9/BAB%20II.pdftreatment/dyslipidemia-induced-by-
stress
http://digilib.unila.ac.id/2430/10/BAB%20II.pdf
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122551-S-5407-Prevalensi%20dan-Literatur.pdf