SKRIPSI
Oleh :
FAKULTAS HUKUM
BENGKULU
2017
2
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Pada Fakultas Hukum Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH. Bengkulu
Oleh :
FAKULTAS HUKUM
BENGKULU
3
2017
Disetujui Oleh :
Mengesahkan :
DEKAN
4
iii
PENGESAHAN OLEH TIM PENGUJI
Hari : .
Tanggal : .
Tempat: .
1. . (.)
Ketua
2.. (.)
Anggota
3. ... (.)
Anggota
5
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
Persembahan :
- Rekan-rekan Almamaterku
6
v
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
NPM : 13010235
FAKULTAS : HUKUM
J U R U S A N : HUKUM
vi
7
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena
atas rahmat dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat saya selesaikan tepat
pada waktunya.
3. Bapak Indradefi, SH, M.Hum selaku pembimbing Pertama dan juga kepada
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Prof. Dr. Hazairin,
vii
8
4. Bapak dan Ibu Staf Fakultas Hukum Universitas Prof. Dr. Hazairin,
skripsi ini.
5. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang juga
telah ikut membantu saya dalam penulisan skripsi ini, baik moril
maupun materiil.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.
Penulis
viii
9
ABSTRAK
ABSTRACT
x
11
DAFTAR ISI
Hal
..19
.19
19
12
G. Sistematika Penulisan......................................................................20
xi
BAB II TINJAUAN UMUM
A. Pengertian Waralaba.22
B. Pembuatan Perjanjian Waralaba...26
C. Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba (STPUW)....33
D. Pelaksanaan Perjanjian Waralaba.....................................................37
E. Pelanggaran Perjanjian Waralaba.....................................................40
F. Upaya Hukum Akibat Pelanggaran Perjanjian Waralaba Oleh
Penerima Waralaba..........................................................................44
Utara....................49
di Bengkulu Utara........................
.53
B. Pembahasan..........................................................................................57
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................67
B. Saran-saran..........................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
13
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kepada masyarakat luas, begitu populernya kegiatan usaha ini, sehingga cepat
sekali berkembang dan meliputi berbagai jenis bidang usaha. Di Indonesia, bisnis
pompa bensin.
2. Ayam Goreng Wong Solo dan Tahu Tek-Tek, yang memperlopori bisnis
pebisnis waralaba asing dimana mereka memberikan izin kepada pengusaha lokal
14
menimbulkan saingan yang berat bagi pengusaha kecil lokal yang bergerak di
Melalui sistem bisnis waralaba ini, kegiatan usaha para pengusaha kecil di
pihak pemberi lisensi waralaba. Para pengusaha kecil tidak perlu bersusah payah
konsep bisnis waralaba yang sudah teruji kemungkinan besar mengimbangi biaya
awal dan royalti selanjutnya dari waralaba tersebut. Besarnya biaya tersebut
berikut ini :
yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh usaha nasional dalam memasarkan
itu, Pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara dapat memantau dan menyusun data
16
Waralaba baik jumlah maupun jenis usaha yang diwaralabakan. Untuk itu,
Pemerintah dan calon Penerima Waralaba. Disisi lain, apabila terjadi kesepakatan
Waralaba.
serangkaian kiat sukses di bisnis ini. Selain itu prinsip kehati-hatian juga harus
dijaga. Perjanjian yang akan dibuat hendaknya benar-benar dipahami oleh para
pihak agar dikemudian hari tidak terjadi sengketa yang berujung pada gugatan
lebih jauh yang akan penulis tuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul :
BENGKULU UTARA.
B. Rumusan Masalah
Bengkulu Utara ?
C. Tujuan Penelitian
penelitian adalah :
Bengkulu Utara.
D. Tinjauan Pustaka
CST Cansil, (2000:11) mengatakan : Aturan yang harus diturut dalam tingkah
unsur, yaitu :
manusia yang dilindungi oleh hukum biasa disebut hak, dan hak memberikan
serta mempertahankan hak tersebut jika dilanggar pihak yang tidak mempunyai
hak dan yang tidak dapat mempertahankan sesuatu yang menjadi haknya adalah
pihak yang lemah. Jadi esensi dari perlindungan hukum lebih ditujukan untuk
melindungi pihak yang lemah terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan
norma hukum yang berlaku dari pihak-pihak yang lebih memiliki kekuatan,
kemampuan, dan kekuasaan baik dari aspek ekonomi, politik, dan sebagainya.
bersumber pada Pancasila dan prinsip negara hukum yang berdasarkan pada
Pancasila.
2. Definisi Waralaba
kejujuran atau kebebasan hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun
sebagai Warlaba yang terdiri dari kata wara dan laba. Wara artinya lebih
diartikan sebagai usaha yang dapat memberikan untung lebih atau laba
20
hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap
sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau
jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan
Waralaba berbunyi :
dana yang relatif terbatas, karena dengan melibatkan investor lain untuk turut
lebih luas daripada lisensi. Hal ini disebakan pada waralaba di dalamnya antara
lain ada lisensi penggunaan hak kekayaan intelektual yang disertai dengan suatu
3. Perjanjian Waralaba
waralaba berbunyi :
Indonesia dan apabila masih dalam bentuk bahasa asing maka harus
waralaba berbunyi :
Hal tersebut seperti diatur dalam Pasal 1 ayat (1) PP No. 42 Tahun 2007 yang
berbunyi : Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan
atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka
memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat
23
waralaba.
bahwa subyek hukum yang bisa menjadi pemberi waralaba adalah perorangan
maupun badan usaha. Untuk jenis-jenis bentuk hukum dari suatu badan usaha
yakni :
1. Perusahaan perseorangan
usaha harus memiliki suatu bisnis dengan konsep yang unik. Kriteria lebih
Pendaftaran perjanjian Waralaba tersebut dapat dilakukan oleh pihak lain yang
Waralaba Lanjutan berlaku paling sedikit 5 (lima) tahun. Pemberi Waralaba dari
luar negeri wajib memiliki surat keterangan legalitas usaha yang dikeluarkan
Subjek hukum adalah sesuatu yang menurut hukum dapat memiliki hak
dan kewajiban, atau sebagai pendukung hak dan kewajiban, menurut Achmad
diakui sebagai manusia pribadi, artinya diakui sebagai orang atau persoon.
Karena itu setiap manusia diakui sebagai subyek hukum (recht persoon
wenang untuk melakukan tindakan hukum apabila dia itu dewasa dan sehat
Pengertian dari obyek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi
subyek hukum dan dapat menjadi pokok suatu hubungan hukum yang
dilakukan oleh para subyek hukum. Dalam bahasa hukum, obyek hukum
dapat juga di sebut hak atau benda yang dapat dikuasai dan/ atau
dimiliki subyek hukum. Misalnya, A meminjamkan buku kepada B. di
26
sini yang menjadi obyek hukum dalam hubungan hukum antara A dan B
adalah buku. Buku menjadi obyek hukum dari hak yang dimiliki A.
Tahun 2007 tentang waralaba yang berbunyi : Pemberi Waralaba adalah orang
badan usaha yang diberikan hak oleh Pemberi Waralaba untuk memanfaatkan
Nasional.
dan tata cara penerbitan surat tanda pendaftaran usaha waralaba yakni :
intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki Pemberi Waralaba
waralaba yakni :
5. Pengertian Wanprestasi
1234 KUH Perdata yaitu berupa :Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan
kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik yang timbul perjanjian
persetujuan kedua belah pihak mengenai apa yang menjadi obyek perjanjian. Si
yang berkewajiban yang tidak melakukan apa saja yang dijanjikannya, maka
pihak yang ia melakukan wanprestasi atau ingkar janji sesuai dengan Pasal
E. Hipotesis
dapat menuntut adanya ganti kerugian berdasarkan apa yang telah ditetapkan
F. Metode Penelitian
a. Populasi
30
pendapat ahli yaitu menurut Ronny Hanitijo Soemitro, (1990 : 44) yang
unit yang diteliti. Karena populasi biasanya sangat besar dan sangat luas,
maka kerap kali tidak mungkin untuk meneliti seluruh populasi itu.
b. Penentuan Sampel
purposive sampling.
Bengkulu Utara
a. Data Primer
b. Data Sekunder
permasalahan.
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
menguraikan tentang :
A. Hasil Penelitian
Bengkulu Utara
B. Pembahasan
BAB IV PENUTUP
saran.
DAFTAR PUSTAKA
34
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Pengertian Waralaba
Waralaba merupakan suatu konsep bisnis berupa hak khusus yang dalam
menggunakan suatu sistem dan metode yang ditetapkan oleh Pemberi Waralaba
yang telah ditetapkan oleh Pemberi Waralaba oleh Penerima Waralaba membawa
akibat lebih lanjut bahwa suatu usaha waralaba adalah usaha yang mandiri, yang
Waralaba.
Hal tersebut seperti diatur dalam Pasal 1 ayat (1) PP No. 42 Tahun 2007 yang
berbunyi : Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan
atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka
memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat
35
waralaba.
Suatu cara melakukan kerja sama dibidang bisnis antara 2 (dua) atau lebih
perusahaan, di mana 1 (satu) pihak akan bertindak sebagai franchisor dan
pihak yang lain sebagai franchisee, di mana didalamnya diatur bahwa pihak
franchisor sebagai pemilik suatu merek dari know-know terkenal,
memberikan hak kepada franchisee untuk melakukan kegiatan bisnis dari/ atas
suatu produk barang atau jasa, berdasar dan sesuai dengan rencana komersil
yang telah dipersiapkan, diuji keberhasilannya dan diperbaharui dari waktu
kewaktu, baik atas dasar hubungan yang eksklusif ataupun non eksklusif, dan
sebaliknya suatu imbalan tertentu akan dibayarkan kepada franchisor
sehunbungan dengan hal tersebut.
10. Melakukan pembayaran royalti dalam bentuk, jenis dan jumlah yang
telah disepakati seeara bersama;
11. Atas pengakhiran waralaba, mengembalikan seluruh data, informasi
maupun keterangan yang diperolehnya;
12. Atas pengakhiran waralaba, tidak memanfaatkan lebih lanjut seluruh
data, informasi maupun keterangan yang diperoleh oleh Penerima
Waralaba selama masa pelaksanaan waralaba;
1. Hak untuk melakukan penjualan alas produk berupa barang dan atau jasa
dengan mempergunakan nama dagang atau merek dagang tertentu;
2. Hak untuk melaksanakan kegiatan usaha dengan atau berdasarkan pada
suatu format bisnis yang telah ditentukan oleh Pemberi Waralaba.
dan biasanya franchisor memiliki hak tolak pertama (rights of first refusal).
Selain itu biasanya ditentukan juga dalam hal kematian atau
ketidakcakapan bertindak dari pihak franchisee, pihak franchisor harus
memberikan izin kepada pihak ahli waris atau yang berhak lainnya untuk
meneruskan usaha franchise, kecuali pihak ahli waris atau yang berwenang
lainnya tidak memenuhi ketentuan atau persyaratan standar untuk
menjalanan usaha tersebut.
Hal tersebut sesuai dengan Pasal 1318 KUHPerdata bahwa :Jika setiap
orang minta diperjanjikan suatu hal, maka dianggap bahwa itu adalah
untuk ahli waris-ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak
daripadanya, kecuali jika dengan tegas ditetapkan atau dapat disimpulkan
dari sifat perjanjianm bahwa tidak demikian maksudnya.
Pendaftaran perjanjian dalam Pasal 11 ayat (1) dan (2) Kepmendag No.
Jadi secara garis besar disini dibedakan dua prosedur dalam pendaftaran
1. Penerima Waralaba Utama yang berasal dari Pemberi Waralaba Luar Negeri
2. Penerima Waralaba Utama yang berasal dari Pemberi Waralaba dalam negeri
(Ayam Goreng Wong Solo, es Teller 77, dll) dan Penerima Waralaba Lanjutan
yang berasal dari Pemberi Waralaba Luar Negeri dan Dalam Negeri.
45
Utama dengan Penerima Waralaba Lanjutan berlaku paling sedikit 5 (lima) tahun.
Sampai saat ini peraturan menteri terbaru sebagai peraturan pelaksana dari
Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralaba, maka saat ini peraturan pelaksanan yang
Tahun 2007 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran
46
tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha
Waralaba adalah paling lambat lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak
1. Bagi Penerima Waralaba Utama yang berasal dari Pemberi Waralaba Luar
Negeri :
Menteri Perdagangan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri
2. Bagi Penerima Waralaba Utama yang berasal dari Pemberi Waralaba
Dalam Negeri, Penerima Waralaba Lanjutan yang berasal dari Pemberi
Waralaba Dalam dan Luar Negeri khusus untuk pengajuan permohonan di
DKI Jakarta :
Menteri Perdagangan Gubernur DKI Kadin Perdagangan
3. Bagi Penerima Waralaba Utama yang berasal dari Pemberi Waralaba
48
kepada pejabat penerbit STPUW maka paling lambat 5 (lima) hari kerja terhitung
sejak diterimanya Daftar Isian Permohonan STPUW secara lengkap dan benar,
Apabila Daftar Isian Permintaan STPUW dinilai belum lengkap dan benar,
paling lambat 5 (lima) hari kerja, pejabat penerbit STPUW membuat surat
jangka waktu lima tahun, seperti diatur dalam Pasal 12 ayat (5), (6), dan (7)
asalkan bisnis tersebut mempunyai ciri khas usaha, terbukti sudah memberikan
49
penawaran waralaba dari pemberi waralaba yang telah didaftarkan pada instansi
terkait, pembuatan perjanjian waralaba dan paling lambat lambat 30 (tiga puluh)
Perolehan Usaha Waralaba. Jika tidak ada ada kendala berarti maka dalam waktu
paling lambat 5 (lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya Daftar Isian
menerbitkan STPUW.
hanya saja agak berbeda dengan pengertian lisensi pada umumnya, waralaba
prosedur, metode pemasaran dan penjualan maupun hal-hal lain yang ditentukan
oleh pemberi waralaba secara eksklusif, serta tidak boleh dilanggar maupun
cenderung bersifat eksklusif. Seorang atau suatu pihak yang menerima waralaba
tidaklah dimungkinkan untuk melakukan kegiatan lain yang sejenis atau yang
50
adalah suatu bentuk perjanjian, yang isinya memberikan hak dan kewenangan
1. Hak untuk melakukan penjualan alas produk berupa barang dan atau jasa
sebagai suatu perjanjian, waralaba juga tunduk pada ketentuan umum yang
berlaku bagi sahnya suatu perjanjian sebagaimana diatur dalam Buku III Kitab
instansi yang berwenang saja. Untuk pengaturan tentang bagaimana jika terjadi
Atas dasar pasal tersebut, maka syarat suatu perjanjian waralaba jika tidak
Pelaksanaan dan pengawasan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan. Tata
pelaksanaan perjanjian harus secara cermat dipikirkan pada saat akan dibuatnya
perjanjian selain membutuhkaan adanya itikad baik juga perlu dikelola secara
pelaksanaannya juga akan terjadi kegagalan atau hal-hal yang dapat menghambat
yang dilakukan oleh Rudi Hadisuwarno terhadap My Salon dimana pihak Rudy
menaikkan fee franchise sampai dua kali lipat secara sepihak dimana hal tersebut
Hal seperti contoh tersebut bisa saja terjadi karena pihak pemberi
waralaba yang dalam hal ini secara ekonomi memang berada pada posisi yang
lebih kuat jika dibandingkan dengan pihak penerima waralaba, karenanya tidak
menutup kemungkinan dengan situasi dan kondisi yang seperti tersebut akan
memaksakan kehendaknya.
53
seseorang lain, atau di mana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan
melaksanakan perjanjian dengan sempurna dan dengan tepat sesuai dengan apa
yang telah disetujui untuk dilakukan. Namun tidak menutup kemungkinan akan
waralaba sangatlah sering terjadi seperti dalam contoh kasus antara My Salon dan
pihak Rudi Hadisuwarno. Sudah menjadi hukum alam bahwa pihak yang kuat
bertindak seenaknya terhadap pihak yang lemah. Demikian pula halnya antara
dari si Pemberi Waralaba. Semakin terkenal sebuah brand dari waralaba, maka
terjadi dalam beberapa cara, misalnya salah satu pihak dengan tegas melepaskan
pelanggaran dalam suatu perjanjian yang telah dibuat, dapat disebabkan oleh dua
hal, yaitu :
54
berlaku jika surat peringatan sudah melayang tiga kali. Tujuannya untuk mendidik
berikut :
sebelumnya oleh kedua belah pihak dan telah disetujui tidak dapat digugat
untuk dimintakan kompensasi.
3. Kewajiban memperkecil kerugian;
Pihak yang dirugikan (penerima waralaba) mempunyai kewajiban untuk
mengurangi atau memperkecil kerugiannya, yaitu mengambil langkah-
langkah yang patut atau perlu untuk mengurangi kerugian itu berupa
antisipasi agar kerugian tidak semakin meluas.
4 Menilai lebih dahulu kerugian yang mungkin terjadi.
Dalam beberapa hal, pihak-pihak yang meramalkan kemungkinan terjadi
pelanggaran dalam perjanjian semula, berusaha untuk menilai lebih dahulu
kerugian-kerugian yang dapat dibayar karena pelanggaran itu. Tuntutan
ganti rugi sebesar yang dituntut baru bisa dibenarkan, kalau memang
orang dapat meramalkan atau menduga adanya kemungkinan
munculnya kerugian sampai sebesar itu.
Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Pasal 1244 KUH Perdata, jika
terjadi hal-hal yang tidak terduga (pembuktiannya di pihak debitur) yang
menyebabkan terjadinya kegagalan dalam melaksanakan perjanjian, hal
tersebut bukan termasuk ke dalam kategori force majeure, yang
pengaturan hukumnya lain sama sekali kecuali jika debitur dimintakan
tanggung jawabnya.
Waralaba
pihak.
Menurut Widjaja Gunawan, (2002: 86) ada 4 macam tata cara penyelesaian
a. Konsultasi
c. Mediasi
d. Konsiliasi
57
Atas dasar perbuatan melawan hukum ini pihak yang merasa dirugikan
dapat menuntut adanya ganti kerugian sesuai dengan prosedur hukum yang
berlaku.
1. Badan Peradilan
a) Pengadilan Negeri
lingkup peradilan ini upaya hukum yang ditempuh jika salah satu pihak
menolak putusan dari pengadilan tingkat pertama (judex facti) maka bisa
b) Pengadilan Niaga
adalah Arbitrase. Dalam hal ini pengadilan tidak berwenang untuk mengadili
pranata arbitrase di Indonesia saat ini telah diatur dalam suatu peraturan
Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa objek perjanjian arbitrase atau dalam hal ini
ayat (1) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tersebut, namun jika dilihat
Intelektual.
Pasal 5 ayat (1) , seharusnya juga memiliki makna yang luas. Hal ini juga
60
perdamaian.
Arbitrase.
jalur pengadilan.
BAB III
A. Hasil Penelitian
dengan responden 20 Juni Tahun 2017 dengan Ibu Siti Qoriah Rosydiana
dapat menuntut adanya ganti kerugian berdasarkan apa yang telah ditetapkan
terjadi dalam beberapa cara, misalnya salah satu pihak dengan tegas
pihaknya.
berlaku jika surat peringatan sudah melayang tiga kali. Tujuannya untuk
peraturan.
waralaba.
yakni pemberi waralaba dapat menuntut ganti rugi. Ini adalah upaya
hukum yang utama bagi pelanggaran perjanjian. Pada asasnya bentuk dari
ganti rugi yang lazim dipergunakan ialah kompensasi uang, oleh karena
alat yang paling praktis, yang paling sedikit menimbulkan selisih dalam
mengulangi.
menuntut adanya ganti kerugian berdasarkan apa yang telah ditetapkan oleh
1. Karena adanya wanprestasi, yakni salah satu pihak mengingkari isi atau
sebelumnya
dengan responden 25 Juni Tahun 2017 dengan Bapak Feri, Bapak Terza dan
Utara
dengan responden 20 juni Tahun 2017 dengan Ibu Siti Qoriah Rosydiana
mengenai prosedur perolehan hak waralaba atau sering disebut dengan Surat
yaitu suatu Prospektus harus mencakup semua rincian dan fakta material
yang paling penting harus dibuat ringkasannya dan diungkapkan pada bagian
diketahui secara jelas tentang keadaan dan kondisi suatu perusahaan, karena
secara riil apabila hendak membeli suatu barang maka barang-barang tersebut
Pemberi Waralaba baik dari luar negeri dan dalam negeri guna menciptakan
baik jumlah maupun jenis usaha yang diwaralabakan. Disisi lain, apabila
(tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal berlakunya Perjanjian Waralaba
perusahaan;
Waralaba;
Waralaba.
dengan responden 25 Juni Tahun 2017 dengan Bapak Feri, Bapak Terza dan
B. Pembahasan
1. Bahwa perlindungan hukum pemberi waralaba atas
untuk menggunakan suatu sistem dan metode yang ditetapkan oleh Pemberi
Kewajiban untuk mempergunakan metode dan tata cara atau prosedur yang
akibat lebih lanjut bahwa suatu usaha waralaba adalah usaha yang mandiri,
Hal tersebut seperti diatur dalam Pasal 1 ayat (1) PP No. 42 Tahun 2007
tentang waralaba yang berbunyi : Waralaba adalah hak khusus yang dimiliki
oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri
khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti
Dari pengertian tersebut jelas bahwa subyek hukum yang bisa menjadi
memiliki suatu bisnis dengan konsep yang unik. Kriteria lebih spesifik diatur
menuntut adanya ganti kerugian berdasarkan apa yang telah ditetapkan oleh
cara, misalnya salah satu pihak dengan tegas melepaskan tanggung jawabnya
2. Jika pelanggaran itu cukup berat, akan memberikan hak kepada pihak yang
surat peringatan sudah melayang tiga kali. Tujuannya untuk mendidik dan
penerima waralaba dapat menuntut ganti rugi. Ini adalah upaya hukum yang
utama bagi pelanggaran perjanjian. Pada asasnya bentuk dari ganti rugi yang
sengketa. Selain uang, masih ada bentuk-bentuk lain yang diperlukan sebagai
ganti rugi, yaitu : pemulihan pemenuhan prestasi perjanjian seperti semula (in
1. Karena adanya wanprestasi, yakni salah satu pihak mengingkari isi atau
2. Karena adanya Overmacht, atau suatu peristiwa yang tidak terduga pada
konstruksi dan sengketa yang dimaksud adalah sengketa perdata (bukan pidana).
Arbitrase. Dalam hal ini pengadilan tidak berwenang untuk mengadili sengketa
forum peradilan dikhawatirkan oleh pihak pemberi waralaba akan menjadi suatu
forum "bukabukaan" bagi Penerima Waralaba yang tidak beriktikad baik. Untuk
arbitrase di Indonesia saat ini telah diatur dalam suatu peraturan perundang-
objek perjanjian arbitrase atau dalam hal ini adalah sengketa yang akan
bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan
ada suatu penjelasan resmi mengenai maksud ketentuan Pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tersebut, namun jika dilihat pada Pasal 66
huruf (b) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tersebut dikatakan bahwa yang
disebutkan dalam Pasal 5 ayat (1) , seharusnya juga memiliki makna yang luas.
Hal ini juga sejalan dengan ketentuan selanjutnya dalam Pasal 5 ayat (2), yang
yang dianggap tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa yang
huruf (b) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tersebut, maka sengketa yang
jalur pengadilan.
mengenai prosedur perolehan hak waralaba atau sering disebut dengan Surat
yaitu suatu Prospektus harus mencakup semua rincian dan fakta material
keputusan pemodal. Prospektus harus dibuat sedemikian rupa sehingga jelas dan
Publik, dan pihak lain untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu
dengan prospektus, pada dasarnya agar dapat diketahui secara jelas tentang
keadaan dan kondisi suatu perusahaan, karena secara riil apabila hendak membeli
Pemberi Waralaba baik dari luar negeri dan dalam negeri guna menciptakan
transparansi informasi usaha yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh usaha
itu, Pemerintah dapat memantau dan menyusun data Waralaba baik jumlah
maupun jenis usaha yang diwaralabakan. Disisi lain, apabila terjadi kesepakatan
Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba adalah paling lambat lambat 30 (tiga puluh)
Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba
yakni :
1) Daftar Isian Permohonan STPUW yang telah diisi dan ditandatangani oleh
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
menuntut adanya ganti kerugian berdasarkan apa yang telah ditetapkan oleh
B. Saran
dahulu sehingga kerugian yang di derita penerima waralaba tidak bertambah lagi
dengan adanya proses hukum melalui pengadilan yang akan memakan waktu dan
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Cst Kansil, dkk., 2000, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta.
Dudu Duswara Machmudin, 2001, Pengantar Ilmu Hukum Sebuah Sketsa, Refika
Aditama, Bandung.
81
Gunawan Widjaya, 2004, Lisensi Atau Waralaba, Suatu Panduan Praktis, Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Hardijan Rusli, 1996, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta.
Munir Fuady, 2001, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung.
---------, 2002, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Citra Aditya Bhakti,
Bandung.
---------, 2005, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global,
Citra Aditya Bakti, Bandung.
Roy Sembel Tedy Ferdiansyah, Tujuh Jurus Pendanaan Di Tahun Kuda Air,
USAHAWAN No. 03 Th. XXXI, Jakarta, 2002.
B. Peraturan Perundang-undangan