Kelas L - Infeksi Jamur Dan Parasit
Kelas L - Infeksi Jamur Dan Parasit
KELOMPOK 2 :
Ratna Fitria 260110120094
Fachreza Erdi P. 260110150015
Muhammad Naufal 260110150016
Puty Prianti N. 260110150017
Mohammad Irfan F. 260110150018
Derif Azis A. 260110150019
Rain Kihara 260110150021
Zafira Zahrah 260110150022
Alif Virisy Berlian 260110150023
Anasya RidhaN. 260110150024
Nadia Ariati M. 260110150025
Kiara Puspa D. 260110150026
Alamanda Puspita 260110150027
Nadya NurPuspa 260110150028
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
I. Definisi
Tinea pedis
Tinea pedis adalah infeksi kulit dari jamur superfisial pada kaki. Tinea pedis
merupakan infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari dan telapak
kaki.Tinea pedis merupakan golongan dermatofitosis pada kaki.Istilah dermatofitosis
harus dibedakan dengan dermatomikosis.Dermatofitosis adalah penyakit pada
jaringan yang mengandung zat tanduk atau stratum korneum pada lapisan epidermis
di kulit, rambut dan kuku yang disebabkan oleh golongan jamur
dermatofita.Dermatomikosis merupakan arti umum, yaitu semua penyakit jamur yang
menyerang kulit. Jenis-jenis Tinea Pedis :
1. Interdigitalis
Bentuk ini adalah yang tersering terjadi pada pasien tinea pedis.Di
antara jari IV dan V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan
ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh
karena daerah ini lembab, maka sering terdapat maserasi.Aspek klinis maserasi
berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka
akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah diserang oleh jamur. Jika
perspirasi berlebihan (memakai sepatu karet/boot, mobil yang terlalu panas) maka
inflamasi akut akan terjadi sehingga pasien terasa sangat gatal. Bentuk klinis ini
dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan sama
sekali. Kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi
selulitis, limfangitis dan limfadenitis.
3. Lesi Vesikobulosa
4. Tipe Ulseratif
(Mulja,1987) .
Tinea Unguium
Dermatofitosis (Tinea Unguium) adalah infeksi jamur dermatofit yang
menyerang kuku.Penyakit ini bersifat menahun dan sangat resisten terhadap
pengobatan.Penyakit ini sering dijumpai dinegara tropis karena udara yang lembab
dan panas sepanjang tahun sangat cocok bagi perkembangan penyakit
jamur. Kurangnya kebersihan pribadi dapat menjadi faktor yang berkontribusi besar
seperti memakai kaos kaki untuk waktu yang lama menciptakan lingkungan yang
sempurna untuk pertumbuhan jamur, berbagai alas kaki dan barang-barang pribadi
lain juga menimbulkan resiko yang siknifikan ada berbagai faktor yang dapat
memperburuk kondisi ini, antara lain: ketidakseimbangan dalam tingkat ph,
kurangnya personal hygiene, alas kaki yang digunakan oleh banyak orang, berjalan
tanpa alas kaki, tidak mengeringkan kaki setelah mandi, penurunan imunitas
( Adiguna,1999 ).
KULIT
Kulit merupakan salah satu organik terbesar dari tubuh dimana kulit
membentuk 15% dari berat badan keseluruhan. Kulit mempunyai daya regenerasi
yang besar, misalnya jika kulit terbuka, maka sel-sel dalam dermis melawan infeksi
lokal kapiler dan jaringan ikat akan melakukan regenerasi epitel yang tumbuh dari
tepi luka menutupi jaringan ikat yang bergenerasi sehingga terbentuk jaringan parut
yang pada mulanya berwarna kemerahan karena meningkatnya jumlah kapiler dan
akhirnya berubah menjadi serabut kolagen keputihan yang terlihat melalui epitel.
Fungsi kulit
Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh bersambung dengan selaput
lendir yang melapisi rongga yang berfungsi sebagai berikut:
1. Sebagai pelindung
Ada beberapa kemampuan perlindungan dari kulit yaitu:
Kulit adalah relatif tak tertembus air, dalam arti bahwa ia menghindarkan
hilangnya cairan dari jaringan dan menghindarkan masuknya air, sehingga
tidak ada penarikan dan kehilangan air.
Kulit melindungi struktur internal dari tubuh terhadap trauma dan terhadap
invasi oleh mikroorganisme yang membahayakan.
Selain itu pula sebagai alat pelindung diberikan oleh lapisan zat tanduk,
tambahan pula perlindungan diberikan oleh keasaman dari keringat dan
terdapatnya asam lemak pada sebum, yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme.
Kulit mengandung pigmen melamin yang melindungi terhadap sinar matahari/
ultraviolet.
2. Sebagai peraba atau alat komunikasi
Merasakan sentuhan, rasa nyeri, perubahan suhu, dan tekanan kulit dari
jaringan subkutan, dan ditransmisikan melalui saraf sensoris ke medula spinalis
atau otak, juga rasa sentuhan yang disebabkan oleh rangsangan pada ujung saraf
didalam kulit berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang.
Rasa sentuhan disebabkan rangsangan pada ujung saraf, di kulit berbeda
menurut ujung saraf yang dirangsang (panas, dingin, dan lain-lan).
Rasa sakit disebabkan karena tekanan yang dalam dan rasa yang berat dari
suatu benda, misanya mengenai suatu otot dan tulang atau sendi.
Kulit mempunyai banyak ujung saraf peraba yang menerima rangsangan dari
luar diteruskan kepusat saraf otak.
Kulit merupakan media ekspresi wajahdan reflek vaskuler yang penting dalam
komunikasi.
3. Sebagai alat pengatur panas
Suhu tubuh seseorang adalah tetap, meskipun terjadi perubahan suhu
lingkungan.Suhu normal (sebelah dalam) tubuh, yaitu suhu visera dan otak ialah
36C sampai 37,5C, suhu kulit sedikit lebi rendah. Pengaturan ini dapat
berlangsung melalui mekanisme adanya pernafasan vase motorik yang
mengendalikan arteriol kutan dengan dua cara yaitu:
Vasodilitasi, kulit melebar, kulit menjadi panas, kelebihan panas dipancarkan
ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh.
Vasokonstruksi, pembuluh darah mengkerut, kulit pucat dan dingin, hilangnya
dibatasi dan panas tubuh tidak dikeluarkan.
4. Sebagai tempat penyimpanan
Kulit beraksi sebagai alat penampung air dan lemak, yang dapat
melepaskannya bilamana diperlukan.Kulit dan jaringan di bawahnya bekerja
sebagai tempat penyimpanan air, jaringan adiposa di bawah kulit merupakan
tempat penyimpanan lemak yang utama pada tubuh.
5. Sebagai alat absorpsi
Kulit dapat mengabsorpsi:
Sinar ultraviolet yang beraksi atas prekusor vitamin D yang penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan tulang
Obat-obatan tertentu yang digunakan sebagai salep.
6. Sebagai ekskresi
Zat berlemak, air dan ion-ion tertentu sepertidiekskresi melalui kulit
Lapisan kulit
Lapisan kulit dari lapisan luar kedalam terdiri dari epidermis, dermis, sub dermis
dengan sumsum sebagai berikut:
1. Lapisan Epidermis/Kutikula
Merupakan lapisan terluar, sebagian besar terdiri dari epitel skuamosa yang
bertingkat yang mengalami keratinisasi yang tidak memiliki pembuluh darah.Sel-
sel yang menyususn epidermis secara terus menerus terbentuk dari lapisan
germinial dalam epitelium kolumnar.Pigmentasi dari kulit sebagian besar Karena
melanin (suatu pigmen yang berwarna hitam, pada lapisan terdalam epidermis),
pigmentasi ini sebagian besar dikontrol oleh hormon adrenalin dan pituatari.
Lapisan epidermis terdiri dari:
a. Startum Korneum (lapisan tanduk), yang terdiri dari sel gepeng yang mati
tidak berinti, mengandung keratin (sel tanduk).
b. Stratum Lusidum, merupakan sel gepeng tanpa inti, yang jelas terlihat pada
telapak tangan dan kaki dengan ketebalan empat sampai tujuh lapis sel.
c. Stratum Granulosum, yang merupakan sel gepeng berkulit kasar dan berinti,
sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapisan yang sejajar dengan permukaan
kulit.
d. Startum spinosum (stratum akantosum), yaitu lapisan yang paling tebal dan
terdiri dari banyak glikogen. Sel-selnya disebut spinosum karena sel-selnya
terdiri dari sel yang bentukna polygonal atau banyak sudut dan mempunyai
banyak tanduk (spina) dan disebut akantosum sebab sel-selnya berduri.
e. Startum Basale(germinatifum), bentuknya silindris dengan inti yang
lonjong, didalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin
warna. Disini terjadi pembelahan yang cepat dan sel baru di dorong masuk
kelapisan berikutnya.
2. Lapisan Dermis
Dermis merupakan lapisa kedua dari kulit, batas dengan epidermis
dilapisi oleh membran basilis dan di sebelah bawah berbatasan dengan
subkutis.Di dalam lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan
saraf juga lapisannya elastik, fibrosanya padat dan terdapat folikel rambut.
Dermis terdiri dari 2 lapisan:
Bagian atas, pars papilare (stratum papilarl)
Menonjol ke epidermis, terdiri dari serabut saraf, dan epidermis yang di
atasnya.
Bagian bawah,pars retikulare(stratum retikularis). Menonjol ke arah
subkutan, serabut panjang yaitu serabut kolagen, elastis, dan serabut
retikulus. Serabut kolagen tugasnya memberikan kekuatan pada kulit dan
serabut elastis tugasnya memberikan kelenturan pada kulit dan member
kekuatan pada alat disekitar kelenjar dan folikel rambut.
Persarafan kulit
Kulit dipersarafi oleh saraf sensori dan simpatis. Serat saraf sensorif berakhir
pada kulit dalam berbagai bentuk antara lain:
Ujung saraf bebas.
Fleksus saraf disekitar folikel rambut.
Korpuskel meissnerian, suatu struktur kecil yang tertutupditemukan disekitar
ujung saraf pada papilla.
Korpuskel paccinium, suatu struktur besar tertutup ditemukan disebelah dalam
dermis.
Serat saraf simpatis mensarafi arteriole, kelenjar keringat, dan pili arektor
otot. Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf spinal dan permukaan
yang terdiri dari saraf-saraf motorik berguna untuk menggerakan sel-sel otot yang
terdapat pada kulit, Sedangkan saraf sensorik berguna untuk menerima rangsangan
yang terdapat dari luar kulit. Pada kulit ujung-ujung saraf ini membentuk bermacam-
macam kegiatan untuk menerima rangsangan.Ujung-ujung saraf yang bebas
menerima rangsangan sakit atau nyeri banyak terdapat di epidermis, disini juga
ujung-ujung sarafnya mempunyai bentuk yang khas yang sudah merupakan suatu
organ.Sensasi kulit meliputi panas, dingin, sentuh dan nyeri.Reseptor-reseptor untuk
panas, dingin, dan sentuh hanya sedikit dalam organ dalaman (viselar).Reseptor nyeri
agak terdistribusi menyeluruh dan sensasi ini diperoleh pada kebanyakan organ.
Pada permukaan kulit, distribusi reseptor berbeda dan tidak merata.reseptor
dingin lebih banyak dibandingkan dengan reseptor panas dan reseptor nyeri lebih
banyak dibandingkan dengan reseptor sentuh/tekan.Reseptor untuk sensasi tekanan
terletak langsung di bawah kulit.Sensasi serupa terjadi jika kandung kemih atau
ruktum diisi urin atau feces (sensasi kepenuhan).Ujung jari dan ujung lidah lebih
peka terhadap tekanan.Hilangnya sensasi disebabkan oleh kenyataan bahwa reseptor
beradaptasi terhadap stimuli.Dengan demikian tidak membentuk impuls saraf sampai
terjadi perubahan stimulus. Nyeri acuan adalah fenomena asing penerimaan nyeri
dalam satu cara tubuh jika area lain menerima stimulus.
STRUKTUR KUKU
Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk yang menebal.Bagian kuku terdiri dari:
Matriks kuku: merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru
Matriks sebenarnya adalah akar kuku. Daerah ini tidak terlihat,
tersembunyi dan dilindungi oleh Lipat Nail Proximinal.Matriks menghasilkan sel
keratin yang membentuk lempeng kuku.sel keratin yang di produksi jika
semakin banyak maka akan mendorong yang lebih tua ke arah luar dan
diratakan, dan menjadi bagian dari lempeng kuku. Selain memproduksi sel-sel
keratin yang membentuk lempeng kuku, matriks juga menentukan bentuk dan
ketebalan kuku. Panjang keseluruhan dari matriks akan menentukan ketebalan
kuku, maka semakin lama matriks tebal kuku.
Pada embrio usia 20 minggu sel-sel matriks mengalami pembelahan,
diferensiasi dan keratinisasi. Pada saat ini Lempeng Kuku mulai terbentuk dan
bergerak ke arah distal. Pada embrio usia 36 minggu, Lempeng Kuku terbentuk
sempurna dan mencapai ujung jari.
Dinding kuku (nail wall): merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi bagian
pinggir dan atas
Dasar kuku (nail bed): merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku
Dasar kuku merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku, yaitu dari batas
lunula sampai ke hiponichium. Sebagian sel epidermis dasar kuku menyatu
dengan lempeng kuku, yaitu bagian ventral lempeng kuku. Pada dasar kuku yang
matur tidak terdapat granula keratohialin, tetapi pada beberapa keadaan patologis
dasar kuku menunjukkan lapisan granular, dan terdapat produksi stratum
korneum yang sama dengan epidermis normal. Produksi sel-sel tanduk dalam
keadaan seperti ini dapat mendorong lempeng kuku ke atas.
Alur kuku (nail grove): merupakan celah antar dinding dan dasar kuku
Akar kuku (nail root): merupakan bagian proksimal kuku
Lempeng kuku (nail plate): merupakan bagian tengah kuku yang
dikelilingidinding kuku
Lempeng kuku (LK) berbentuk empat persegi panjang, keras, cembung
ke arah lateral dan dorsal, transparan, terletak di dorsal falang distal.Sebagian
besar kuku terlihat berwarna merah muda disebabkan transmisi warna pembuluh
darah dasar kuku.Lempeng kuku bertindak sebagai perisai pelindung, melindungi
jaringan halus dari Bed Nail mendasarinya.
Lempeng Kuku terbuat dari bahan tanduk yang tidak mengalami
deskuamasi tetapi tumbuh ke arah distal untuk waktu yang tidak terbatas.
Kecepatan tumbuh kuku jari tangan 0,1 mm/hari, sedangkan kuku jari kaki
1/31/2 kecepatan kuku jari tangan. Pertumbuhan keseluruhan kuku dalam waktu
satu bulan adalah sekitar 3mm. Tebal kuku jari tangan bervariasi 0,5mm- 0,75
mm, sedang tebal kuku jari kaki dapat mencapai 1,0 mm. Pada orang tua kuku
tumbuh lebih lambat dan lebih tebal. Dikatakan bahwa trauma kecil dapat
merangsang pertumbuhan, sedangkan imobilisasi dapat memperlambat
pertumbuhan kuku.
Lempeng Kuku dibentuk oleh pendataran sel basal matriks, fragmentasi
inti dan kondensasi sitoplasma untuk membentuk sel tanduk datar yang saling
melekat satu sama lain.
Lempeng kuku terdiri dari 3 lapis horisontal yang masing- masing adalah
:
Lapisan dorsal tipis yang dibentuk oleh matriks bagian proksimal (1/3
bagian).
Lapisan intermediate yang dibentuk oleh matriks bagian distal. Lapisan ini
lebih tebal dari lapisan dorsal (2/3 bagian).
Lapisan ventral yang dibentuk oleh lapisan tanduk dasar kuku dan hiponikium
yang mengandung keratin lunak.
Lunula: merupakan bagian lempeng kuku yang berwarna putih didekat akar kuku
berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit
Lunula atau bulan sabit terletak di proksimal Lempeng Kuku .Lunula
merupakan ujung akhir matriks kuku.Warna putih lunula disebabkan epitel yang
lebih tebal dari epitel dasar kuku dan kurang melekatnya epitel di bawahnya
sehingga transmisi warna pembuluh darah kurang dipancarkan.lunula biasanya
lebih menonjol pada ibu jari. Bentuk lunula menentukan bentuk tepi bebas / tepi
distal.Lempeng kuku tumbuh dan melekat sepanjang dasar kuku ke arah distal.
Bagian ujung distal Lempeng Kuku tidak melekat pada jaringan di
bawahnya; daerah di bawah Lempeng Kuku bebas ini disebut hiponikium. Alur
kuku dan lipat kuku merupakan batas dan pelindung kuku.Lipat kuku proksimal
merupakan perluasan epidermis dorsum kuku yang melindungi matriks kuku.
Produk akhirnya adalah kutikel.
Eponikium (kutikula): merupakan dinding kuku bagian proksima, kulit
arinyamenutupi bagian permukaan lempeng kuku
Hiponikium: merupakan dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yang bebas
(freeedge) menebal
Sirkulasi darah ke kuku berasal dari arteri digitalis yang berjalan di lateral jari
dan mengeluarkan cabang dorsal dan ventral sebelum dan sewaktu mencapai pulpa
falang terminal. Pada permukaan Lempeng Kuku alur longitudinal yang berjalan
sejajar tampak lebih nyata pada orang tua.
Lipat kuku proksimal dan lateral merupakan batas dan pelindung struktur dan
menolong arah pertumbuhan kuku. Lipat kuku proksimal merupakan perluasan dari
epidermis pada dorsum kuku yang melindungi matriks dan kutikula adalah produk
keratinnya.Struktur ini sangat panting, karena penyakit kuku yang terbanyak,
paronikia kronik, terutama mengenai daerah ini.Lipat kuku terdiri dari dua lapis
epidermis yaitu bagian dorsal, yang membentuk dorsal epidermis jari dan bagian
ventral yang menutupi lempeng kuku yang baru dibentuk. Proses keratinisasi tidak
berbeda dengan epidermis di tempat lain. Lapisan tanduk bagian ventral menjadi
melekat dengan permukaan lempeng kuku yang baru dibentuk dan bergerak ke distal
untuk jarak pendek.Lapisan tanduk ini disebut kutikula.Penyakit yang mengenai lipat
kuku proksimal mempengaruhi lempeng kuku yang baru dibentuk.
Struktur subkutan Dermis pada apendiks kuku dibatasi oleh falang di
bawahnya, dan tidak terdapat jaringan subkutis.Dermis dan epidermis dasar kuku
bersatu dengan gambaran tongue in groove.Daerah dermis ini mengandung banyak
kapiler yang memberi wama pink, serta badan glomus.
Darah dialirkan dari arteri digitalis yang mempunyai banyak cabang dorsal,
ventral dan cabang untuk lipat kuku proksimal.Bagian distal membentuk ranting-
ranting proksimal dan distal yang memberi makan pulpa, dasar kuku dan
hiponikium.
Jalannya saraf sesuai dengan pembuluh darah.
III. Patofisiologi
Faktor risiko Tinea pedis adalah penggunaan sepatu tertutup yang lama setiap
hari, pemakaian kaus kaki yang tidak dapat menyerap keringat, adanya paparan
jamur, bertambahnya kelembaban karena keringat, pecahnya kulit karena mekanis,
pertambahan usia dimana daya tahan tubuh semakin menurun dengan pertambahan
usia, dan Kondisi sosial ekonomi serta kurangnya kebersihan pribadi. Faktor resiko
tinea unguium kurang lebih sama seperti pada tinea pedis seperti pemakaian sepatu
tertutup yang lama, pemkaian kaus kaki yang tidka menyerap keringat dan
bertambahnya kelembaban. (Kurniawati, 2006).
a. Gejala
Tinea Unguium
1. Distal Lateral Subungual Onychomycosis (DLSO)- tersering. Tampak
diskromia unguium (perubahan warna kuku), onikolisis (lepasnya lempeng
kuku dari dasar kuku), hipertropia unguium (penebalan lempeng kuku) dan
subungual hyperkeratosis/debris.
2. SuperfisialmWhite Onychomycosis (SWO) = Leuconychia Mycotica.
Biasanya pada kuku kaki. Permukaan lempeng kuku ada bercak batas jelas,
pulau-pulau opak, putih (bila lama berwarna kuning), permukaan menjadi
kasar, lunak seperti kapur dan mudah di kerok. Pada pasien AIDS dapat di
kuku tangan.
3. Proximal Subungual Onychomycosis (PSO), gejala klinis pada proximal
kuku. Banyak di temukan pada penderita AIDS, penerima transplantasi organ,
penyakit jaringan ikat.
(Soetomo , 2007)
Tinea Pedis
1. Gejala kutu air yaitu kaki gatal-gatal dan berbau.
2. Kelainan kulit mulai dari kemerahan (eritema), erosi kulit dan skuama (kulit
mengelupas),
3. Hiperkeratotik (terjadi penebalan), sampai kadang bisa membentuk saluran
(fissura) bahkan pada kasus yang lebih jarang vesikel atau pustula (bentol2
berisi cairan).
(Budi IP,2008).
b. Manifestasi Klinis
TINEA PEDIS
Umumnya, pasien tinea pedis menggambarkan pruritus, lingkaran bersisik dan fisura
pada celah antara jari kaki yang menyakitkan. Pasien juga menggambarkan lesi
vesikular atau ulseratif.Pada umumnya pasien dengan tinea pedis memiliki
kemungkinan 4 gambaran klinis ini:
1. Tinea pedis Interdigitalis, yang merupakan tinea pedis tersering. Bentuk ini adalah yang
tersering terjadi pada pasien tinea pedis. Di antara jari IV dan V terlihat fisura
yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari
(subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab,
maka sering terdapat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan
rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit
baru, yang pada umumnya juga telah diserang oleh jamur.1 Jika perspirasi
berlebihan (memakai sepatu karet/boot, mobil yang terlalu panas) maka
inflamasi akut akan terjadi sehingga pasien terasa sangat gatal.Bentuk klinis
ini dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan
sama sekali. Kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga
terjadi selulitis, limfangitis dan limfadenitis (Budimulja, 2005).
2. Tinea pedis tipe moccasin atau Squamous-Hyperkeratotic Type umumnya
bersifat hiperkeratosis yang bersisik dan menahun (kronis).(6) Seluruh kaki,
dari telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisik;
eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Di bagian
tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel.1Sumber lain
mengatakan eritema dan plak keratolitik ditemukan diatas daerah lesi yang
mengalami likenifikasi. Biasanya kronis, jarang dikeluhkan dan kadang tidak
begitu dihiraukan oleh penderita (Siregar, 2005).
3. Tinea Pedis Subakut atau Vesikobulosa. Bentuk ini adalah subakut yang
terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula yang terisi cairan
jernih. Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke
punggung kaki atau telapak kaki. Setelah pecah, vesikel tersebut
meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran yang disebut koleret. Keadaan
tersebut menimbulkan gatal yang sangat hebat. Infeksi sekunder dapat terjadi
juga pada bentuk selulitis, limfangitis dan kadang-kadang menyerupai
erisipelas. Jamur juga didapati pada atap vesikel (Budimulja, 2005).
4. Tinea pedis Ulseratif. Bentuk ini merupakan penyebaran dari tipe interdigiti
yang meluas ke dermis akibat maserasi dan infeksi sekunder (bakteri); ulkus
dan erosi pada sela-sela jari mengeluarkan bau. Diagnosis tipe ini lebih sulit,
karena biasanya pada pemeriksaan kerokan dan kultur sudah tidah ditemukan
jamur (Mansjoer, 2007).
TINEA UNGUIUM
Kuku jari kaki lebih sering terinfeksi dibandingkan kuku jari tangan.1 Sekitar 80%
tinea unguium terjadi pada kaki. Gambaran klinis tinea unguium berdasarkan
klasifikasinya, yaitu:
1. Onikomikosis Distal Subungual (ODS)
Onikomikosis Distal Subungual (ODS) merupakan pola tinea unguium yang
paling sering terjadi.Infeksi dimulai dari stratum korneum daerah hiponokium
atau lipatan kuku, kemudian masuk ke subungual.Onikomikosis Distal
Subungual (ODS) sering dikaitkan dengan tinea pedis.Biasanya disebabkan
oleh T. rubrum (Wolff and Johnson, 2007).
Gambar 2. Onikomikosis Subungual Distal (OSD)
VII. Obat
Terapi obat yang ditetapkan pada kasus ini dimana pasien mengalami gejala
yang sesuai dengan penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur diantaranya tinea
pedis, dan tinea unguium.Ditambah dengan adanya luka bakar pada daerah sekitar
infeksi. Berikut terapi obat yang sudah ditetapkan:
a. Itrakonazol
Itrakonazol adalah obat untuk mengatasi infeksi jamur dengan cara membunuh
jamur dan ragi penyebab infeksi.
Indikasi: Kandidiasis orofarings dan vulvo vaginal; ptyriasis versicolor,
infeksi dermatofita lainnya; onychomycosis; histo-plasmosis;
terapi alternatif bila antijamur lain tidak cocok atau tidak efektif
pada infeksi sistemik (aspergilosis, kriptokokosis, kandidiasis
termasuk meningitis), terapi pemeliharaan pada pasien AIDS,
profilaksis infeksi jamur pada neutropenia bila terapi standar tidak
cocok (PIO Nas, 2015).
Peringatan: hindari pemakaian pada riwayat gangguan fungsi hati.
Pemeriksaan fungsi hati harus dilakukan bila pengobatan lebih
dari 1 bulan atau bila timbul mual, anoreksia, muntah, lelah,
sakit perut atau urin berwarna gelap (hentikan obat bila hasil
tes abnormal); gangguan fungsi ginjal (bioavailabilitas dapat
berkurang); absorpsi berkurang pada penderia AIDS dan
neutreopenia (periksa kadar dalam darah dan bila perlu dosis
dapat dinaikkan); hentikan obat bila terjadi neuropati perifer;
kehamilan dan ibu menyusui (PIO Nas, 2015).
Dosis: Untuk tinea pedis 100 mg/hari, selama 4 minggu (30 hari)(PIO Nas,
2015).
Efek samping: mual, sakit perut, dispepsia, konstipasi, sakit kepala, pusing,
kenaikan enzim hati, gangguan haid, reaksi alergi (pruritus,
ruam, urtikaria, angioudem), hepatitis dan ikterus kolestatik
(terutama bila pengobatan melebihi satu bulan); neuropati
perifer (hentikan obat), pernah dilaporkan sindrom Stevens-
Johnson; hipokalemia pada penggunaan jangka panjang,
udem dan rambut rontok (PIO Nas, 2015).
b. Cetirizine
Cetirizine adalah obat yang termasuk dalam golongan antihistamin, mekanisme
kerjanya adalah menghalangi zat kimia dalam tubuh yang disebut
histamin.Histamin adalah mediator kimia yang sering muncul pada reaksi
peradangan dan alergi, memiliki efek pada tubuh berupa kemerahan pada kulit,
gatal dan pembengkakan (Mediskus, 2015).
Indikasi: mengobati alergi dingin seperti hayfever, alergi sepanjang tahun
seperti bersin-bersin karena bulu hewan, alergi debu, dan alergi
kulit bentol, gatal, kemerahan (dikenal sebagai urtikaria atau
biduran) baik pada orang dewasa maupun anak-anak.Adapun
penyakit gatal yang disebabkan oleh parasit, bakteri, atau jamur,
maka perlu dikombinasikan dengan obat yang bisa membunuh
mikroorganisme tersebut (Mediskus, 2015).
Peringatan: Bagi anak-anak, wanita hamil, sedang menyusui, atau
berencana hamil, sesuaikan dosis dan pemakaian dengan
anjuran dokter. Jika mengalami kantuk setelah mengonsumsi
obat ini, jangan mengemudi atau mengoperasikan alat berat.
Harap berhati-hati bagi pengidap gangguan ginjal, gangguan
hati, diabetes, dan porfiria, atau memiliki alergi terhadap obat-
obatan terutama antihistamin. Hentikan penggunaan obat
ketika gejala telah membaik. Jika terjadi reaksi alergi atau
overdosis, segera hubungi dokter (Mediskus, 2015).
Dosis: Dewasa 5 10 mg secara oral atau diminum sekali sehari
(Mediskus, 2015).
Efek samping: Beberapa efek samping yang bisa muncul akibat
penggunaan obat ini antara lain: kantuk, sakit kepala,
pusing, kelelahan, kegelisahan, sakit tenggorokan, sakit
perut, diare, mual, dan mulut kering. Jika salah satu atau
beberapa gejala di atas muncul da menetap atau ketika itu
dianggap parah, maka sebaiknya konsultasikan dengan
dokter atau apoteker. Terlebih lagi apabila mengalami
gejala berat berikut ini: Reaksi alergi parah (misalnya
kesulitan bernapas, pembengkakan wajah, leher, lidah
atau tenggorokan). Kejang kejang Memar di bawah
kulit atau terjadinya perdarahan lebih mudah dari
biasanya (Mediskus, 2015).
1. Tablet Itrakonazol yang merupakan anti fungi, digunakan sehari 2 kali selama
4 minggu
2. Tablet Cetirizin yang merupakan antihistamin, digunakan sehari sekali
sesudah makan, dan digunakan jika sedang mengalami gejala
3. Krim asam fusidat, digunakan dua kali sehari sehabis mandi, selama 7 hari,
dengan dioleskan tipis-tipis dan merata.
Untuk mengurangi infeksi yang terjadi, selain menggunakan obat yang diberikan
adalah;
Elewski BE, Hughey LC, Sobera JO, Hay R. 2008. Fungal Disease. In: Bolognia J L,
Lorizzo J L, Rapini RP, editors. Dermatology. 2nd ed. New York: Mosby
Elsevier; p. 1265-70.
Hello Health Group. 2016. Apa Itu Fusidic Acid. Tersedia online di
https://hellosehat.com/obat/fusidic-acid/ [diakses pada tanggal 30 November
2016].
Soekandar, TM. Angka Kejadian Dan Pola Jamur Penyebab Tinea Pedis Di Asrama
Brimob Semarang,Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin FK. Undip.
Semarang.
Wolff KL. Johnson RA. 2007. Disorder of The Nail Apparatus. In: Fitzpatricks
Color Atlas & Sinopsis Of Clinical Dermatology, 5th ed. New York: The
McGraw-Hill companies;p.1016-21.
Wolff KL. Johnson RA. 2007. Disorder of The Nail Apparatus. New York: The
McGraw-Hill companies.