Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

FARMAKOTERAPI PENYAKIT INFEKSI

INFEKSI JAMUR DAN PARASIT

KELOMPOK 2 :
Ratna Fitria 260110120094
Fachreza Erdi P. 260110150015
Muhammad Naufal 260110150016
Puty Prianti N. 260110150017
Mohammad Irfan F. 260110150018
Derif Azis A. 260110150019
Rain Kihara 260110150021
Zafira Zahrah 260110150022
Alif Virisy Berlian 260110150023
Anasya RidhaN. 260110150024
Nadia Ariati M. 260110150025
Kiara Puspa D. 260110150026
Alamanda Puspita 260110150027
Nadya NurPuspa 260110150028

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
I. Definisi

Tinea pedis
Tinea pedis adalah infeksi kulit dari jamur superfisial pada kaki. Tinea pedis
merupakan infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari dan telapak
kaki.Tinea pedis merupakan golongan dermatofitosis pada kaki.Istilah dermatofitosis
harus dibedakan dengan dermatomikosis.Dermatofitosis adalah penyakit pada
jaringan yang mengandung zat tanduk atau stratum korneum pada lapisan epidermis
di kulit, rambut dan kuku yang disebabkan oleh golongan jamur
dermatofita.Dermatomikosis merupakan arti umum, yaitu semua penyakit jamur yang
menyerang kulit. Jenis-jenis Tinea Pedis :

1. Interdigitalis
Bentuk ini adalah yang tersering terjadi pada pasien tinea pedis.Di
antara jari IV dan V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan
ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh
karena daerah ini lembab, maka sering terdapat maserasi.Aspek klinis maserasi
berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka
akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah diserang oleh jamur. Jika
perspirasi berlebihan (memakai sepatu karet/boot, mobil yang terlalu panas) maka
inflamasi akut akan terjadi sehingga pasien terasa sangat gatal. Bentuk klinis ini
dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan sama
sekali. Kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi
selulitis, limfangitis dan limfadenitis.

2. Moccasin foot (plantar)

Tinea pedis tipe moccasin atau Squamous-Hyperkeratotic Type umumnya


bersifat hiperkeratosis yang bersisik dan biasanya asimetris yang disebut foci.
Seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan
bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian tepi lesi.Di
bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel.Tipe ini
adalah bentuk kronik tinea yang biasanya resisten terhadap pengobatan.

3. Lesi Vesikobulosa

Bentuk ini adalah subakut yang terlihat vesikel, vesiko-pustul dan


kadang-kadang bula yang terisi cairan jernih.Kelainan ini dapat mulai pada daerah
sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki.Setelah pecah,
vesikel tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran yang disebut
koleret.Keadaan tersebut menimbulkan gatal yang sangat hebat.Infeksi sekunder
dapat terjadi juga pada bentuk selulitis, limfangitis dan kadang-kadang
menyerupai erisipelas.Jamur juga didapati pada atap vesikel.

4. Tipe Ulseratif

Tipe ini merupakan penyebaran dari tipe interdigiti yang meluas ke


dermis akibat maserasi dan infeksi sekunder (bakteri); ulkus dan erosi pada sela-
sela jari; dapat dilihat pada pasien yang imunokompromais dan pasien diabetes.

(Mulja,1987) .
Tinea Unguium
Dermatofitosis (Tinea Unguium) adalah infeksi jamur dermatofit yang
menyerang kuku.Penyakit ini bersifat menahun dan sangat resisten terhadap
pengobatan.Penyakit ini sering dijumpai dinegara tropis karena udara yang lembab
dan panas sepanjang tahun sangat cocok bagi perkembangan penyakit
jamur. Kurangnya kebersihan pribadi dapat menjadi faktor yang berkontribusi besar
seperti memakai kaos kaki untuk waktu yang lama menciptakan lingkungan yang
sempurna untuk pertumbuhan jamur, berbagai alas kaki dan barang-barang pribadi
lain juga menimbulkan resiko yang siknifikan ada berbagai faktor yang dapat
memperburuk kondisi ini, antara lain: ketidakseimbangan dalam tingkat ph,
kurangnya personal hygiene, alas kaki yang digunakan oleh banyak orang, berjalan
tanpa alas kaki, tidak mengeringkan kaki setelah mandi, penurunan imunitas
( Adiguna,1999 ).

1.Onikomikosis Distal Subungual (ODS)


Onikomikosis Distal Subungual (ODS) merupakan pola tinea unguium yang
paling sering terjadi.Infeksi dimulai dari stratum kor
neum daerah
hiponokiumataulipatankuku,kemudianmasukkesubungual.OnikomikosisDistalSubung
ual (ODS) sering dikaitkan dengan tinea pedis.Biasanya disebabkanoleh T. rubrum.
2. Onikomikosis Subungual Proksimal (OSP)
Jamur masuk melalui kutikula lipatan kuku posterior kemudian
berpindahsepanjang lipatan kuku proksimal menginvasi matrik kuku.Pada tipe
ini,paling sering disebabkan oleh T. rubrum.Tipe ini selalu dikaitkan dengankeadaan
immunocompromised.BanyakditemukanpadapasienHIV.OnikomikosisSubungual
Proksimal(OSP)dapat mengenaisatuataudua kuku.Gambaran klinis yang dapat
ditemukan adalah bintik putih di bawahlipatan kuku proksimal.
3.Onikomikosis Superfisial Putih (OSPT)
Pada tipe ini, jamur menginvasi permukaan dorsal kuku.Penyebab
terbanyakadalah T. mentagrophytes atau T. rubrum (pada anak-anak).Penyebab
yangjarang Acremonium, Fusarium, dan Aspergillus terreus. Permukaan lempeng
kuku yang terinvasi oleh jamur menunjukkan gambaran putih, seperti tepung/serbuk
kapur (chalky white) dan kadang mudah retak
4. Onikomikosis Endoniks
Onikomikosis endoniks adalah tipeyangpaling jarang.Umumnyadisebabkan
oleh T.soundanesedan T.violaceum.Dapatdiasosiasikandengan infeksi pada plantar.
Gambaran klinis berupa perubahan warna putih susu dandifus opak pada lempeng
kuku tanpa subungual keratosis dan onikolisis. (Amiruddin ,2003)
II. Anatomi Fisiologi

KULIT

Kulit merupakan salah satu organik terbesar dari tubuh dimana kulit
membentuk 15% dari berat badan keseluruhan. Kulit mempunyai daya regenerasi
yang besar, misalnya jika kulit terbuka, maka sel-sel dalam dermis melawan infeksi
lokal kapiler dan jaringan ikat akan melakukan regenerasi epitel yang tumbuh dari
tepi luka menutupi jaringan ikat yang bergenerasi sehingga terbentuk jaringan parut
yang pada mulanya berwarna kemerahan karena meningkatnya jumlah kapiler dan
akhirnya berubah menjadi serabut kolagen keputihan yang terlihat melalui epitel.

Fungsi kulit
Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh bersambung dengan selaput
lendir yang melapisi rongga yang berfungsi sebagai berikut:
1. Sebagai pelindung
Ada beberapa kemampuan perlindungan dari kulit yaitu:
Kulit adalah relatif tak tertembus air, dalam arti bahwa ia menghindarkan
hilangnya cairan dari jaringan dan menghindarkan masuknya air, sehingga
tidak ada penarikan dan kehilangan air.
Kulit melindungi struktur internal dari tubuh terhadap trauma dan terhadap
invasi oleh mikroorganisme yang membahayakan.
Selain itu pula sebagai alat pelindung diberikan oleh lapisan zat tanduk,
tambahan pula perlindungan diberikan oleh keasaman dari keringat dan
terdapatnya asam lemak pada sebum, yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme.
Kulit mengandung pigmen melamin yang melindungi terhadap sinar matahari/
ultraviolet.
2. Sebagai peraba atau alat komunikasi
Merasakan sentuhan, rasa nyeri, perubahan suhu, dan tekanan kulit dari
jaringan subkutan, dan ditransmisikan melalui saraf sensoris ke medula spinalis
atau otak, juga rasa sentuhan yang disebabkan oleh rangsangan pada ujung saraf
didalam kulit berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang.
Rasa sentuhan disebabkan rangsangan pada ujung saraf, di kulit berbeda
menurut ujung saraf yang dirangsang (panas, dingin, dan lain-lan).
Rasa sakit disebabkan karena tekanan yang dalam dan rasa yang berat dari
suatu benda, misanya mengenai suatu otot dan tulang atau sendi.
Kulit mempunyai banyak ujung saraf peraba yang menerima rangsangan dari
luar diteruskan kepusat saraf otak.
Kulit merupakan media ekspresi wajahdan reflek vaskuler yang penting dalam
komunikasi.
3. Sebagai alat pengatur panas
Suhu tubuh seseorang adalah tetap, meskipun terjadi perubahan suhu
lingkungan.Suhu normal (sebelah dalam) tubuh, yaitu suhu visera dan otak ialah
36C sampai 37,5C, suhu kulit sedikit lebi rendah. Pengaturan ini dapat
berlangsung melalui mekanisme adanya pernafasan vase motorik yang
mengendalikan arteriol kutan dengan dua cara yaitu:
Vasodilitasi, kulit melebar, kulit menjadi panas, kelebihan panas dipancarkan
ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh.
Vasokonstruksi, pembuluh darah mengkerut, kulit pucat dan dingin, hilangnya
dibatasi dan panas tubuh tidak dikeluarkan.
4. Sebagai tempat penyimpanan
Kulit beraksi sebagai alat penampung air dan lemak, yang dapat
melepaskannya bilamana diperlukan.Kulit dan jaringan di bawahnya bekerja
sebagai tempat penyimpanan air, jaringan adiposa di bawah kulit merupakan
tempat penyimpanan lemak yang utama pada tubuh.
5. Sebagai alat absorpsi
Kulit dapat mengabsorpsi:
Sinar ultraviolet yang beraksi atas prekusor vitamin D yang penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan tulang
Obat-obatan tertentu yang digunakan sebagai salep.
6. Sebagai ekskresi
Zat berlemak, air dan ion-ion tertentu sepertidiekskresi melalui kulit

Lapisan kulit
Lapisan kulit dari lapisan luar kedalam terdiri dari epidermis, dermis, sub dermis
dengan sumsum sebagai berikut:
1. Lapisan Epidermis/Kutikula
Merupakan lapisan terluar, sebagian besar terdiri dari epitel skuamosa yang
bertingkat yang mengalami keratinisasi yang tidak memiliki pembuluh darah.Sel-
sel yang menyususn epidermis secara terus menerus terbentuk dari lapisan
germinial dalam epitelium kolumnar.Pigmentasi dari kulit sebagian besar Karena
melanin (suatu pigmen yang berwarna hitam, pada lapisan terdalam epidermis),
pigmentasi ini sebagian besar dikontrol oleh hormon adrenalin dan pituatari.
Lapisan epidermis terdiri dari:
a. Startum Korneum (lapisan tanduk), yang terdiri dari sel gepeng yang mati
tidak berinti, mengandung keratin (sel tanduk).
b. Stratum Lusidum, merupakan sel gepeng tanpa inti, yang jelas terlihat pada
telapak tangan dan kaki dengan ketebalan empat sampai tujuh lapis sel.
c. Stratum Granulosum, yang merupakan sel gepeng berkulit kasar dan berinti,
sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapisan yang sejajar dengan permukaan
kulit.
d. Startum spinosum (stratum akantosum), yaitu lapisan yang paling tebal dan
terdiri dari banyak glikogen. Sel-selnya disebut spinosum karena sel-selnya
terdiri dari sel yang bentukna polygonal atau banyak sudut dan mempunyai
banyak tanduk (spina) dan disebut akantosum sebab sel-selnya berduri.
e. Startum Basale(germinatifum), bentuknya silindris dengan inti yang
lonjong, didalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut butir melanin
warna. Disini terjadi pembelahan yang cepat dan sel baru di dorong masuk
kelapisan berikutnya.

2. Lapisan Dermis
Dermis merupakan lapisa kedua dari kulit, batas dengan epidermis
dilapisi oleh membran basilis dan di sebelah bawah berbatasan dengan
subkutis.Di dalam lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan
saraf juga lapisannya elastik, fibrosanya padat dan terdapat folikel rambut.
Dermis terdiri dari 2 lapisan:
Bagian atas, pars papilare (stratum papilarl)
Menonjol ke epidermis, terdiri dari serabut saraf, dan epidermis yang di
atasnya.
Bagian bawah,pars retikulare(stratum retikularis). Menonjol ke arah
subkutan, serabut panjang yaitu serabut kolagen, elastis, dan serabut
retikulus. Serabut kolagen tugasnya memberikan kekuatan pada kulit dan
serabut elastis tugasnya memberikan kelenturan pada kulit dan member
kekuatan pada alat disekitar kelenjar dan folikel rambut.

3. Subkatis atau hypodermis


Subkatis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel lemak dan diantaranya terdapat
serabut-serabut jaringan ikat dermis. Lapisan lemak ini disebut penikulus
adiposus yang tebalnya tidak sama. Kegunaan dari penikulus adiposus adalah
sebagai shokbreker atau pegas bila terjadi tekanan trauma mekanis yang
menimpa pada kulit dan sebagai tempat penimbunan kalori dan tambahan unruk
kecantikan tubuh.

Persarafan kulit
Kulit dipersarafi oleh saraf sensori dan simpatis. Serat saraf sensorif berakhir
pada kulit dalam berbagai bentuk antara lain:
Ujung saraf bebas.
Fleksus saraf disekitar folikel rambut.
Korpuskel meissnerian, suatu struktur kecil yang tertutupditemukan disekitar
ujung saraf pada papilla.
Korpuskel paccinium, suatu struktur besar tertutup ditemukan disebelah dalam
dermis.

Serat saraf simpatis mensarafi arteriole, kelenjar keringat, dan pili arektor
otot. Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf spinal dan permukaan
yang terdiri dari saraf-saraf motorik berguna untuk menggerakan sel-sel otot yang
terdapat pada kulit, Sedangkan saraf sensorik berguna untuk menerima rangsangan
yang terdapat dari luar kulit. Pada kulit ujung-ujung saraf ini membentuk bermacam-
macam kegiatan untuk menerima rangsangan.Ujung-ujung saraf yang bebas
menerima rangsangan sakit atau nyeri banyak terdapat di epidermis, disini juga
ujung-ujung sarafnya mempunyai bentuk yang khas yang sudah merupakan suatu
organ.Sensasi kulit meliputi panas, dingin, sentuh dan nyeri.Reseptor-reseptor untuk
panas, dingin, dan sentuh hanya sedikit dalam organ dalaman (viselar).Reseptor nyeri
agak terdistribusi menyeluruh dan sensasi ini diperoleh pada kebanyakan organ.
Pada permukaan kulit, distribusi reseptor berbeda dan tidak merata.reseptor
dingin lebih banyak dibandingkan dengan reseptor panas dan reseptor nyeri lebih
banyak dibandingkan dengan reseptor sentuh/tekan.Reseptor untuk sensasi tekanan
terletak langsung di bawah kulit.Sensasi serupa terjadi jika kandung kemih atau
ruktum diisi urin atau feces (sensasi kepenuhan).Ujung jari dan ujung lidah lebih
peka terhadap tekanan.Hilangnya sensasi disebabkan oleh kenyataan bahwa reseptor
beradaptasi terhadap stimuli.Dengan demikian tidak membentuk impuls saraf sampai
terjadi perubahan stimulus. Nyeri acuan adalah fenomena asing penerimaan nyeri
dalam satu cara tubuh jika area lain menerima stimulus.

DEFINISI/PENGERTIAN TENTANG KUKU


Kuku merupakan penutup dan pelindung ujung jari tangan dan kaki yang
kegunaannya untuk membantu jari memegang benda dan pada sebagian orang dewasa
kuku dijadikan tren modis dijaman sekarang.Beberapa penyakit menimbulkan
perubahan kuku yang sama disebabkan karena kuku hanya mampu bereaksi dengan
pola tertentu saja; sehingga sulit membuat diagnosis klinis dan mengobati kelainan
kuku.
Kuku mempunyai 2 fungsi utama.
Fungsi pertama yang diketahui secara umum ialah sebagai pelindung dari
ujung jari.
Fungsi keduanya yang juga sangat penting adalah memberi sensitifitas daya
sentuh .
Pada ujung jari terdapat banyak reseptor yang berfungsi untuk menghantarkan
rangsang sentuh saat kita menyentuh suatu objek sehingga kita dapat merasakan
bersentuhan dengan objek yang kita sentuh

STRUKTUR KUKU
Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk yang menebal.Bagian kuku terdiri dari:
Matriks kuku: merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru
Matriks sebenarnya adalah akar kuku. Daerah ini tidak terlihat,
tersembunyi dan dilindungi oleh Lipat Nail Proximinal.Matriks menghasilkan sel
keratin yang membentuk lempeng kuku.sel keratin yang di produksi jika
semakin banyak maka akan mendorong yang lebih tua ke arah luar dan
diratakan, dan menjadi bagian dari lempeng kuku. Selain memproduksi sel-sel
keratin yang membentuk lempeng kuku, matriks juga menentukan bentuk dan
ketebalan kuku. Panjang keseluruhan dari matriks akan menentukan ketebalan
kuku, maka semakin lama matriks tebal kuku.
Pada embrio usia 20 minggu sel-sel matriks mengalami pembelahan,
diferensiasi dan keratinisasi. Pada saat ini Lempeng Kuku mulai terbentuk dan
bergerak ke arah distal. Pada embrio usia 36 minggu, Lempeng Kuku terbentuk
sempurna dan mencapai ujung jari.
Dinding kuku (nail wall): merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi bagian
pinggir dan atas
Dasar kuku (nail bed): merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku
Dasar kuku merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku, yaitu dari batas
lunula sampai ke hiponichium. Sebagian sel epidermis dasar kuku menyatu
dengan lempeng kuku, yaitu bagian ventral lempeng kuku. Pada dasar kuku yang
matur tidak terdapat granula keratohialin, tetapi pada beberapa keadaan patologis
dasar kuku menunjukkan lapisan granular, dan terdapat produksi stratum
korneum yang sama dengan epidermis normal. Produksi sel-sel tanduk dalam
keadaan seperti ini dapat mendorong lempeng kuku ke atas.
Alur kuku (nail grove): merupakan celah antar dinding dan dasar kuku
Akar kuku (nail root): merupakan bagian proksimal kuku
Lempeng kuku (nail plate): merupakan bagian tengah kuku yang
dikelilingidinding kuku
Lempeng kuku (LK) berbentuk empat persegi panjang, keras, cembung
ke arah lateral dan dorsal, transparan, terletak di dorsal falang distal.Sebagian
besar kuku terlihat berwarna merah muda disebabkan transmisi warna pembuluh
darah dasar kuku.Lempeng kuku bertindak sebagai perisai pelindung, melindungi
jaringan halus dari Bed Nail mendasarinya.
Lempeng Kuku terbuat dari bahan tanduk yang tidak mengalami
deskuamasi tetapi tumbuh ke arah distal untuk waktu yang tidak terbatas.
Kecepatan tumbuh kuku jari tangan 0,1 mm/hari, sedangkan kuku jari kaki
1/31/2 kecepatan kuku jari tangan. Pertumbuhan keseluruhan kuku dalam waktu
satu bulan adalah sekitar 3mm. Tebal kuku jari tangan bervariasi 0,5mm- 0,75
mm, sedang tebal kuku jari kaki dapat mencapai 1,0 mm. Pada orang tua kuku
tumbuh lebih lambat dan lebih tebal. Dikatakan bahwa trauma kecil dapat
merangsang pertumbuhan, sedangkan imobilisasi dapat memperlambat
pertumbuhan kuku.
Lempeng Kuku dibentuk oleh pendataran sel basal matriks, fragmentasi
inti dan kondensasi sitoplasma untuk membentuk sel tanduk datar yang saling
melekat satu sama lain.
Lempeng kuku terdiri dari 3 lapis horisontal yang masing- masing adalah
:
Lapisan dorsal tipis yang dibentuk oleh matriks bagian proksimal (1/3
bagian).
Lapisan intermediate yang dibentuk oleh matriks bagian distal. Lapisan ini
lebih tebal dari lapisan dorsal (2/3 bagian).
Lapisan ventral yang dibentuk oleh lapisan tanduk dasar kuku dan hiponikium
yang mengandung keratin lunak.

Lunula: merupakan bagian lempeng kuku yang berwarna putih didekat akar kuku
berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit
Lunula atau bulan sabit terletak di proksimal Lempeng Kuku .Lunula
merupakan ujung akhir matriks kuku.Warna putih lunula disebabkan epitel yang
lebih tebal dari epitel dasar kuku dan kurang melekatnya epitel di bawahnya
sehingga transmisi warna pembuluh darah kurang dipancarkan.lunula biasanya
lebih menonjol pada ibu jari. Bentuk lunula menentukan bentuk tepi bebas / tepi
distal.Lempeng kuku tumbuh dan melekat sepanjang dasar kuku ke arah distal.
Bagian ujung distal Lempeng Kuku tidak melekat pada jaringan di
bawahnya; daerah di bawah Lempeng Kuku bebas ini disebut hiponikium. Alur
kuku dan lipat kuku merupakan batas dan pelindung kuku.Lipat kuku proksimal
merupakan perluasan epidermis dorsum kuku yang melindungi matriks kuku.
Produk akhirnya adalah kutikel.
Eponikium (kutikula): merupakan dinding kuku bagian proksima, kulit
arinyamenutupi bagian permukaan lempeng kuku
Hiponikium: merupakan dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yang bebas
(freeedge) menebal
Sirkulasi darah ke kuku berasal dari arteri digitalis yang berjalan di lateral jari
dan mengeluarkan cabang dorsal dan ventral sebelum dan sewaktu mencapai pulpa
falang terminal. Pada permukaan Lempeng Kuku alur longitudinal yang berjalan
sejajar tampak lebih nyata pada orang tua.
Lipat kuku proksimal dan lateral merupakan batas dan pelindung struktur dan
menolong arah pertumbuhan kuku. Lipat kuku proksimal merupakan perluasan dari
epidermis pada dorsum kuku yang melindungi matriks dan kutikula adalah produk
keratinnya.Struktur ini sangat panting, karena penyakit kuku yang terbanyak,
paronikia kronik, terutama mengenai daerah ini.Lipat kuku terdiri dari dua lapis
epidermis yaitu bagian dorsal, yang membentuk dorsal epidermis jari dan bagian
ventral yang menutupi lempeng kuku yang baru dibentuk. Proses keratinisasi tidak
berbeda dengan epidermis di tempat lain. Lapisan tanduk bagian ventral menjadi
melekat dengan permukaan lempeng kuku yang baru dibentuk dan bergerak ke distal
untuk jarak pendek.Lapisan tanduk ini disebut kutikula.Penyakit yang mengenai lipat
kuku proksimal mempengaruhi lempeng kuku yang baru dibentuk.
Struktur subkutan Dermis pada apendiks kuku dibatasi oleh falang di
bawahnya, dan tidak terdapat jaringan subkutis.Dermis dan epidermis dasar kuku
bersatu dengan gambaran tongue in groove.Daerah dermis ini mengandung banyak
kapiler yang memberi wama pink, serta badan glomus.
Darah dialirkan dari arteri digitalis yang mempunyai banyak cabang dorsal,
ventral dan cabang untuk lipat kuku proksimal.Bagian distal membentuk ranting-
ranting proksimal dan distal yang memberi makan pulpa, dasar kuku dan
hiponikium.
Jalannya saraf sesuai dengan pembuluh darah.

III. Patofisiologi

a. Patofisiologis Tinea Pedis


Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, dan Epidermophyton
floccosum paling sering menyebabkan tinea pedis, dengan Trichophyton rubrum
menjadi penyebab paling umum di seluruh dunia. Dengan menggunakan enzim yang
disebut keratinases, jamur dermatofita menyerang keratin superfisial kulit, dan infeksi
masih terbatas pada lapisan ini.Dinding dermatofita juga mengandung mannans
(sejenis polisakarida), yang dapat menghambat respon kekebalan tubuh.Trichophyton
rubrum khususnya mengandung mannans yang dapat mengurangi proliferasi
keratinosit, sehingga menyebabkan penurunan tingkat peluruhan dan keadaan infeksi
kronis (Robbins dan Boni, 2016).
Pemakaian bahan yang tidak berpori akan meningkatkan temperatur dan
keringat sehinggamengganggu fungsi barier stratum korneum. Infeksi dimulai dari
terjadinya kolonisasi hifa ataucabang-cabangnya dalam jaringan keratin yang
mati.Hifa ini memproduksi enzim keratolitikyang mengadakan difusi ke dalam
jaringan epidermis dan merusak keratinosit (Robbins dan Boni, 2016).
Faktor suhu dan serum, seperti globulin beta dan feritin, tampaknya memiliki
efek penghambatan pada pertumbuhan dermatofit. Namun, patofisiologi ini tidak
sepenuhnya dipahami. Sebum juga menghambat pertumbuhannya, sehingga
sebagianinfeksi dermatofit memiliki kecenderungan menginfeksi kaki, yang tidak
memiliki kelenjar sebaceous. Faktor-faktor host seperti pecah di kulit dan maserasi
kulit dapat menunjang invasi dermatofit. Presentasi dari kulit tinea pedis juga
tergantung pada sistem kekebalan tubuh inang dan infeksi dermatofit (Robbins dan
Boni, 2016).
b. Patofisiologis Tinea Unguium
Pada tinea unguium invasi terjadi pada kuku yang sehat. Jamur dapat masuk
melalui tiga cara yaitu dari manusia ke manusia (antrofopilik), dari hewan ke manusia
(zoofilik) dan dari tanah ke manusia (geofilik). Dermatofita, tidak seperti kebanyakan
jamur lain, menghasilkan keratinases (enzim yang memecah keratin), yang
memungkinkan untuk invasi jamur ke dalam jaringan keratin. Dinding
seldermatofitjuga mengandungmannans (sejenis polisakarida) yang dapat
menghambat respon kekebalan tubuh. Trichophyton rubrum khususnya mengandung
mannans yang dapat mengurangi proliferasi keratinosit.Terdapat beberapa
predisposisi yang memudahkan terjadinya tinea unguium yang mungkin sama dengan
penyakit jamur superfisial lainnya seperti kelembaban, trauma berulang pada kuku,
penurunan imunitas serta gaya hidup seperti penggunaan kaos kaki dan sepatu
tertutup terus-menerus, olahraga berlebihan dan juga penggunaan tempat mandi
umum. Invasi kuku oleh jamur juga akan meningkat pada pasien dengan defek pada
suplai vaskularisai seperti akibat pertambahan usia, insufisiensi vena, penyakit arteri
perifer, serta pasien imunokompromise (Elewski, B. E, et al, 2008) .
Jamur menyerang kuku melalui berbagai area sesuai dengan bagian kuku yang
pertama diinfeksinya. Invasi jamur ke kuku biasanya di mulai dari lipatan kuku lateral
atau ujung kuku, hal ini akan memberikan gambaran klinis berbeda sesuai dengan
klasifikasi berdasarkan bagian kuku yang terkena. Selanjutnya dapat terjadi
onikomikosis sekunder dimana infeksi terjadi setelah jaringan di sekitar kuku sudah
terinfeksi seperti pada psoriasis atau trauma pada kuku.tinea unguium pada kuku jari
kaki biasanya terjadi setelah tinea pedis, pada kuku jari tangan dikaitkan dengan tinea
manus, tinea corporis dan tinea kapitis (Wolff and Johnson, 2007).
IV. Faktor Resiko

Faktor risiko Tinea pedis adalah penggunaan sepatu tertutup yang lama setiap
hari, pemakaian kaus kaki yang tidak dapat menyerap keringat, adanya paparan
jamur, bertambahnya kelembaban karena keringat, pecahnya kulit karena mekanis,
pertambahan usia dimana daya tahan tubuh semakin menurun dengan pertambahan
usia, dan Kondisi sosial ekonomi serta kurangnya kebersihan pribadi. Faktor resiko
tinea unguium kurang lebih sama seperti pada tinea pedis seperti pemakaian sepatu
tertutup yang lama, pemkaian kaus kaki yang tidka menyerap keringat dan
bertambahnya kelembaban. (Kurniawati, 2006).

Faktor risiko pemulung terkena Tinea pedis


Beberapa faktor risiko yang menempatkan pemulung sebagai kelompok
masyarakat yang berisiko terkena Tinea pedis antara lain :
1. Pemakaian sepatu tertutup oleh pemulung dalam jangka waktu yang lama,
termasuk jenis sepatu tertutup, bahan sepatu karet atau plastik.
2. Pemakaian kaus kaki dan frekuensi mengganti kaus kaki
3. Pecahnya kulit karena mekanis (adanya lesi-lesi kecil)
4. Adanya paparan jamur, mengingat TPA merupakan tempat yang potensial
penyebaran jamur
5. Personal higiene baik kebersihan pribadi pemulung maupun kebersihan di
lingkungan rumahnya
6. Kondisi sosial ekonomi yang sangat rendah
(Kurniawati, 2006).
V. Manifestasi Klinik dan Gejala

a. Gejala

Tinea Unguium
1. Distal Lateral Subungual Onychomycosis (DLSO)- tersering. Tampak
diskromia unguium (perubahan warna kuku), onikolisis (lepasnya lempeng
kuku dari dasar kuku), hipertropia unguium (penebalan lempeng kuku) dan
subungual hyperkeratosis/debris.
2. SuperfisialmWhite Onychomycosis (SWO) = Leuconychia Mycotica.
Biasanya pada kuku kaki. Permukaan lempeng kuku ada bercak batas jelas,
pulau-pulau opak, putih (bila lama berwarna kuning), permukaan menjadi
kasar, lunak seperti kapur dan mudah di kerok. Pada pasien AIDS dapat di
kuku tangan.
3. Proximal Subungual Onychomycosis (PSO), gejala klinis pada proximal
kuku. Banyak di temukan pada penderita AIDS, penerima transplantasi organ,
penyakit jaringan ikat.
(Soetomo , 2007)
Tinea Pedis
1. Gejala kutu air yaitu kaki gatal-gatal dan berbau.

2. Kelainan kulit mulai dari kemerahan (eritema), erosi kulit dan skuama (kulit
mengelupas),
3. Hiperkeratotik (terjadi penebalan), sampai kadang bisa membentuk saluran
(fissura) bahkan pada kasus yang lebih jarang vesikel atau pustula (bentol2
berisi cairan).
(Budi IP,2008).
b. Manifestasi Klinis

TINEA PEDIS

Umumnya, pasien tinea pedis menggambarkan pruritus, lingkaran bersisik dan fisura
pada celah antara jari kaki yang menyakitkan. Pasien juga menggambarkan lesi
vesikular atau ulseratif.Pada umumnya pasien dengan tinea pedis memiliki
kemungkinan 4 gambaran klinis ini:

1. Tinea pedis Interdigitalis, yang merupakan tinea pedis tersering. Bentuk ini adalah yang
tersering terjadi pada pasien tinea pedis. Di antara jari IV dan V terlihat fisura
yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari
(subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab,
maka sering terdapat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan
rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit
baru, yang pada umumnya juga telah diserang oleh jamur.1 Jika perspirasi
berlebihan (memakai sepatu karet/boot, mobil yang terlalu panas) maka
inflamasi akut akan terjadi sehingga pasien terasa sangat gatal.Bentuk klinis
ini dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan
sama sekali. Kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga
terjadi selulitis, limfangitis dan limfadenitis (Budimulja, 2005).
2. Tinea pedis tipe moccasin atau Squamous-Hyperkeratotic Type umumnya
bersifat hiperkeratosis yang bersisik dan menahun (kronis).(6) Seluruh kaki,
dari telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisik;
eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Di bagian
tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel.1Sumber lain
mengatakan eritema dan plak keratolitik ditemukan diatas daerah lesi yang
mengalami likenifikasi. Biasanya kronis, jarang dikeluhkan dan kadang tidak
begitu dihiraukan oleh penderita (Siregar, 2005).
3. Tinea Pedis Subakut atau Vesikobulosa. Bentuk ini adalah subakut yang
terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula yang terisi cairan
jernih. Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke
punggung kaki atau telapak kaki. Setelah pecah, vesikel tersebut
meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran yang disebut koleret. Keadaan
tersebut menimbulkan gatal yang sangat hebat. Infeksi sekunder dapat terjadi
juga pada bentuk selulitis, limfangitis dan kadang-kadang menyerupai
erisipelas. Jamur juga didapati pada atap vesikel (Budimulja, 2005).
4. Tinea pedis Ulseratif. Bentuk ini merupakan penyebaran dari tipe interdigiti
yang meluas ke dermis akibat maserasi dan infeksi sekunder (bakteri); ulkus
dan erosi pada sela-sela jari mengeluarkan bau. Diagnosis tipe ini lebih sulit,
karena biasanya pada pemeriksaan kerokan dan kultur sudah tidah ditemukan
jamur (Mansjoer, 2007).

TINEA UNGUIUM

Kuku jari kaki lebih sering terinfeksi dibandingkan kuku jari tangan.1 Sekitar 80%
tinea unguium terjadi pada kaki. Gambaran klinis tinea unguium berdasarkan
klasifikasinya, yaitu:
1. Onikomikosis Distal Subungual (ODS)
Onikomikosis Distal Subungual (ODS) merupakan pola tinea unguium yang
paling sering terjadi.Infeksi dimulai dari stratum korneum daerah hiponokium
atau lipatan kuku, kemudian masuk ke subungual.Onikomikosis Distal
Subungual (ODS) sering dikaitkan dengan tinea pedis.Biasanya disebabkan
oleh T. rubrum (Wolff and Johnson, 2007).
Gambar 2. Onikomikosis Subungual Distal (OSD)

2. Onikomikosis Subungual Proksimal (OSP)


Jamur masuk melalui kutikula lipatan kuku posterior kemudian berpindah
sepanjang lipatan kuku proksimal menginvasi matrik kuku.Pada tipe ini,
paling sering disebabkan oleh T. rubrum.Tipe ini selalu dikaitkan dengan
keadaan immunocompromised.Banyak ditemukan pada pasien
HIV.Onikomikosis Subungual Proksimal (OSP) dapat mengenai satu atau dua
kuku.Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah bintik putih di bawah
lipatan kuku proksimal (Wolff and Johnson, 2007).

Gambar 3. Onikomikosis Subungual Proksimal (OSP)


3. Onikomikosis Superfisial Putih (OSPT)
Pada tipe ini, jamur menginvasi permukaan dorsal kuku.Penyebab terbanyak
adalah T. mentagrophytes atau T. rubrum (pada anak-anak).Penyebab yang
jarang Acremonium, Fusarium, dan Aspergillus terreus.Permukaan lempeng
kuku yang terinvasi oleh jamur menunjukkan gambaran putih, seperti tepung/
serbuk kapur (chalky white) dan kadang mudah retak (Wolff and Johnson,
2007).

Gambar 3. Onikomikosis Superfisial Putih (OSPT)


4. Onikomikosis Endoniks
Onikomikosis endoniks adalah tipe yang paling jarang.Umumnya disebabkan
oleh T.soundanesedan T.violaceum.Dapat diasosiasikan dengan infeksi pada
plantar. Gambaran klinis berupa perubahan warna putih susu dan difus opak pada
lempeng kuku tanpa subungual keratosis dan onikolisis (Tosti, et al, 2003).

VI. Parameter Biokimia Klinik

Diagnosis suatu penyakit jamur dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium


yiatu :
1. Pemeriksaan langsung
Untuk melihat apakah ada infeksi jamur perlu dibuat preparat langsung dari kerokan
kulit, rambut atau kuku. Sediaan dituangi KOH 10-40% dengan maksud melarutkan
keratin kulit atau kuku sehingga akan tinggal kelompok hifa. Sesudah 15 menit atau
sesudah dipanasi di atas api kecil, jangan sampai menguap, dilihat di bawah
mikroskop, dimulai dengan perbesaran 10 kali.
Adanya elemen jamur tampak berupa benang benang bersifat kontur ganda.Selain itu,
tampak juga bintik spora berupa bola kecil sesar 1-3.
Bahan bahan yang diperlukan untuk diperiksa didapat dari :
a. Kulit
Bahan diambil dan dipilih dari bagian lesi yang aktif, yaitu daerah
pinggir.Terlebih dahulu dibersihkan dengan alkohol 70% lalu dikerok dengan
skalpel sehingga memperoleh skuama yang cukup.Letakkan di atas gelas objek,
lalu dituangi dengan KOH 10%.
b. Rambut
Rambut yang dipilih adalah rambut yang terputus putus atau rambut yang
warnanya tak mengkilat lagi, tuangi KOH 20%, lihat adanya infeksi endo atau
ektorik.
c. Kuku
Bahan yang diambil adalah masa detritus dari bawah kuku yang sudah rusak atau
dari bahan kukunya sendiri, selanjutnya dituangi dengan KOH 20-40% dan dilihat
di bawah mikroskop, dicari hifa atau spora.
2. Pembiakar/ Kultur
Pembiakan dilakukan dalam media agar saboroud pada suhu kamar (25-30C),
kemudian dalam 1 minggu dlihat dan dinilai apakah ada perubahan atau pertumbuhan
jamur. Hal hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Bentuk koloni
Ada 3 bentuk koloni jamur yaitu :
Koloni ragi
Makroskopis tampak bundar, lunak atau lembek dengan permukaan
halus atau rata, mengkilat,tidak berpigmen, warna kekuningan, seperti
koloni bakteri. Bila diperiksa secara makroskopis hanya didapati sel
sel ragi yang berupa sek yang bulat dan tampak seolah olah
mempunyai dua dnding dan kadang kadang ada tunas (satu bola besar
dengan tunas bola yang kecil disebut BUDDING) misalnya pada
kandida.
Koloni menyerupai ragi
Secara makroskopis tampak lembek, permukaan halus, mengkilat, dan
warnanya putih kekuningan.Secara mikroskopis tampak sebagai sel
tunggal dan kadang kadang tampak miselium semu (sel sel panjang)
tetapi khas dan tidak bersekat).Juga ada sel yang berbentuk bulat dan
kadang kadng ada yang bertunas.
Koloni filamen
Secara makroskopis tampak seperti kapas berupa benang halus,
permukaan dan pinggir tidak rata, dan menonjol di atas permukaan
media. Mikroskopis tampai sebagai hifa sejati, yaitu benang benang
yang bersifat kontur ganda, berinti dan mempunyai sekat, misalnya :
trikofiton, mikrosporon, dan epidermofiton. Kadang kadang tampak
bentuk campuran, yaitu pembiakkan pada temperatur 37C dapat
menghasilkan koloni ragi , tetapi pada temperatur kamar akan
menghasilkan koloni filamen misalnya sporotrikosis.
b. Bentuk hifa
Bentuk hifa ini dapat dibedakan dalam beberapa jenis yaitu :
Menurut fungsinya
- Hifa vegetatif, berfungsi untuk perkembangan dan mengambil
makanan.
- Hifa reproduktif, dikhususkan untuk membentuk atau
memperbanyak diri dengan spora.
Menurut jenisnya :
- Hifa beseptum
- Hifa tidak berseptum (sunisistik)
Pembagian lain:
- Hifa sejati yaitu apabila panjang hifa lebih dari lebar
- Hifa semu
3. Reaksi Imunologis (Alergi)
Dengan menyuntikkan secara intrakutas semacam antigen yang dibuat dari koloni
jamur, reaksi (+) berarti infeksi oleh jamur (+), misalnya :
a. Reaksi trikofitin
Antigen yang dibuat dari pembiakan trikofitosis.Tanda (+) menandakan ada
infeksi trikofiton.
b. Reaksi histoplasmin
Antigen yang dibuat dari pembiakan histoplasma.Tanda (+) menandakan adanya
infeksi histoplasma (+).
c. Reaksi sporotrikin
Antigen dibuat dari kolono Sporotricium schenkii. Tanda (+) menandakan infeksi
spesies sporotrikum..
4. Biopsi atau pemeriksaan gambaran histopatologi
Khusus dilakukan untuk pemeriksan penyakit jamur golongan mikosis dalam.Dengan
pewarnaan khusus dari suatu jaringan biopsi, dapat dicari elemen jamur dalam
jaringan tersebut.Pewarnaan khusus seperti pewarnaan gram, HE dan PAS dapat
mewarnai elemen jamur dalam jaringan sehingga tampak lebih jelas.Selain itu,
pemeriksaan histopatologi sangat penting untuk melihat reaksi jaringan akibat infeksi
jamur.
5. Pemeriksaan dengan sinar Wood
Sinar wood adalah sinar ultraviolet yang telah melewati suatu saringan wood, sinar
yang tadinya polikromatis menjadi monokromatis dengan panjang gelombang 3600
angstrom. Sinar ini tidak dapat dilihat. Bila sinar ini diarahkan ke kulit atau rambaut
yang mengalami infeksi oleh jamur jamur tertentu, sinar ini akan berubah menjadi
dapat dilihat dengan membenri warna yang kehijauan atau fluorosensi. Apabila
pemeriksaan dengan cara ini memeberi fluorosensi pemeriksaan sinar wood disebut
positif, dan apabila tidak ada fluorosensi disebut negatif. Jamur jamur yang
memberikan fluorosensi adalah Microsporum lanosum, Microsporum audouinii, M.
Canis, dan Malassezia furfur (penyebab tinea versikolor) (Siregar, R. S., 2004).

VII. Obat

Terapi obat yang ditetapkan pada kasus ini dimana pasien mengalami gejala
yang sesuai dengan penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur diantaranya tinea
pedis, dan tinea unguium.Ditambah dengan adanya luka bakar pada daerah sekitar
infeksi. Berikut terapi obat yang sudah ditetapkan:

a. Itrakonazol
Itrakonazol adalah obat untuk mengatasi infeksi jamur dengan cara membunuh
jamur dan ragi penyebab infeksi.
Indikasi: Kandidiasis orofarings dan vulvo vaginal; ptyriasis versicolor,
infeksi dermatofita lainnya; onychomycosis; histo-plasmosis;
terapi alternatif bila antijamur lain tidak cocok atau tidak efektif
pada infeksi sistemik (aspergilosis, kriptokokosis, kandidiasis
termasuk meningitis), terapi pemeliharaan pada pasien AIDS,
profilaksis infeksi jamur pada neutropenia bila terapi standar tidak
cocok (PIO Nas, 2015).
Peringatan: hindari pemakaian pada riwayat gangguan fungsi hati.
Pemeriksaan fungsi hati harus dilakukan bila pengobatan lebih
dari 1 bulan atau bila timbul mual, anoreksia, muntah, lelah,
sakit perut atau urin berwarna gelap (hentikan obat bila hasil
tes abnormal); gangguan fungsi ginjal (bioavailabilitas dapat
berkurang); absorpsi berkurang pada penderia AIDS dan
neutreopenia (periksa kadar dalam darah dan bila perlu dosis
dapat dinaikkan); hentikan obat bila terjadi neuropati perifer;
kehamilan dan ibu menyusui (PIO Nas, 2015).
Dosis: Untuk tinea pedis 100 mg/hari, selama 4 minggu (30 hari)(PIO Nas,
2015).
Efek samping: mual, sakit perut, dispepsia, konstipasi, sakit kepala, pusing,
kenaikan enzim hati, gangguan haid, reaksi alergi (pruritus,
ruam, urtikaria, angioudem), hepatitis dan ikterus kolestatik
(terutama bila pengobatan melebihi satu bulan); neuropati
perifer (hentikan obat), pernah dilaporkan sindrom Stevens-
Johnson; hipokalemia pada penggunaan jangka panjang,
udem dan rambut rontok (PIO Nas, 2015).

b. Cetirizine
Cetirizine adalah obat yang termasuk dalam golongan antihistamin, mekanisme
kerjanya adalah menghalangi zat kimia dalam tubuh yang disebut
histamin.Histamin adalah mediator kimia yang sering muncul pada reaksi
peradangan dan alergi, memiliki efek pada tubuh berupa kemerahan pada kulit,
gatal dan pembengkakan (Mediskus, 2015).
Indikasi: mengobati alergi dingin seperti hayfever, alergi sepanjang tahun
seperti bersin-bersin karena bulu hewan, alergi debu, dan alergi
kulit bentol, gatal, kemerahan (dikenal sebagai urtikaria atau
biduran) baik pada orang dewasa maupun anak-anak.Adapun
penyakit gatal yang disebabkan oleh parasit, bakteri, atau jamur,
maka perlu dikombinasikan dengan obat yang bisa membunuh
mikroorganisme tersebut (Mediskus, 2015).
Peringatan: Bagi anak-anak, wanita hamil, sedang menyusui, atau
berencana hamil, sesuaikan dosis dan pemakaian dengan
anjuran dokter. Jika mengalami kantuk setelah mengonsumsi
obat ini, jangan mengemudi atau mengoperasikan alat berat.
Harap berhati-hati bagi pengidap gangguan ginjal, gangguan
hati, diabetes, dan porfiria, atau memiliki alergi terhadap obat-
obatan terutama antihistamin. Hentikan penggunaan obat
ketika gejala telah membaik. Jika terjadi reaksi alergi atau
overdosis, segera hubungi dokter (Mediskus, 2015).
Dosis: Dewasa 5 10 mg secara oral atau diminum sekali sehari
(Mediskus, 2015).
Efek samping: Beberapa efek samping yang bisa muncul akibat
penggunaan obat ini antara lain: kantuk, sakit kepala,
pusing, kelelahan, kegelisahan, sakit tenggorokan, sakit
perut, diare, mual, dan mulut kering. Jika salah satu atau
beberapa gejala di atas muncul da menetap atau ketika itu
dianggap parah, maka sebaiknya konsultasikan dengan
dokter atau apoteker. Terlebih lagi apabila mengalami
gejala berat berikut ini: Reaksi alergi parah (misalnya
kesulitan bernapas, pembengkakan wajah, leher, lidah
atau tenggorokan). Kejang kejang Memar di bawah
kulit atau terjadinya perdarahan lebih mudah dari
biasanya (Mediskus, 2015).

c. Krim Asam Fusidat


Krim Asam Fusidat adalah obat yang berguna untuk mengobati infeksi kulit
karena bakteri staphylococcus.Infeksi ini termasuk impetigo, angular cheilitis
(infeksi di sekitar mulut), dan infeksi dermatitis.Obat ini bekerja dengan
menghentikan pertumbuhan bakteri penyebab infeksi (Hello Health Group,
2016).
Cara Penggunaan: Gunakan obat sesuai arahan dokter. Oleskan krim/salep
tipis pada area yang terinfeksi dan gosok dengan
lembut. Ingat untuk mencuci tangan dengan benar
setelah selesai menggunakannya (jika Anda tidak
menggunakannya untuk mengobati tangan) (Hello
Health Group, 2016).
Peringatan: Sebelum menggunakan obat, beritahu dokter jika Anda: hamil
atau menyusui (walaupun asam fusidic tidak berbahaya bagi
bayi yang belum lahir, Anda perlu memberitahu dokter jika
Anda mengira Anda sedang hamil), pernah mengalami reaksi
alergi obat atau persiapan kulit (Hello Health Group, 2016).
Dosis: dewasa: 2% salep/krim/gel: oleskan di area yang terpengaruh 3-4
kali sehari sampai mulai membaik. Jika kain kasa dibalutkan,
frekuensi penggunaan mungkin berkurang menjadi 1-2 kali per hari
(Hello Health Group, 2016).
Efek samping: Akibat krim asam fusidat dapat menimbulkan ruam, rasa
tersengat dan iritasi, gatal dan radang (Hello Health Group,
2016).

VIII. Terapi dan Monitoring

Dalam kasus ini, obat yang diberikan kepada pasien adalah;

1. Tablet Itrakonazol yang merupakan anti fungi, digunakan sehari 2 kali selama
4 minggu
2. Tablet Cetirizin yang merupakan antihistamin, digunakan sehari sekali
sesudah makan, dan digunakan jika sedang mengalami gejala
3. Krim asam fusidat, digunakan dua kali sehari sehabis mandi, selama 7 hari,
dengan dioleskan tipis-tipis dan merata.

Untuk mengurangi infeksi yang terjadi, selain menggunakan obat yang diberikan
adalah;

1. Disarankan kaki selalu dalam keadaan kering, termasuk saat mandi


2. Disarankan tidak menggunakan sepatu yang terlalu ketat dan sempit
3. Disarankan untuk menjaga kuku kaki selalu pendek dan terpotong rapi
(penggunaan gunting kuku untuk yang terinfeksi harus dipisahkan, karena
dikhawatirkan akan menginfeksi kembali)
4. Menggunakan kaos kaki yang mudah menyerap air (keringat)
5. Menjaga kebersihan kaos kaki, dan sepatu yang digunakan
6. Selalu mengupayakan sepatu terkena matahari saat tidak digunakan
Daftar Pustaka

Adiguna.1999. Onikomikosis Dan Pengobatannya Dengan Cat Kuku Saklopiroksa,


Dalam Majalah Kedokteran Indonesia Vol. 49. Jakarta.
Amiruddin ,2003. Ilmu Penyakit Kulit. Makassar: Bagian Ilmu Penyakit Kulit
&Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Budi IP,2008. Onikomikosis. Medan: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Budimulja U. 2007.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 5th ed. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Elewski BE, Hughey LC, Sobera JO, Hay R. 2008. Fungal Disease. In: Bolognia J L,
Lorizzo J L, Rapini RP, editors. Dermatology. 2nd ed. New York: Mosby
Elsevier; p. 1265-70.
Hello Health Group. 2016. Apa Itu Fusidic Acid. Tersedia online di
https://hellosehat.com/obat/fusidic-acid/ [diakses pada tanggal 30 November
2016].

Kurniawati, Ratna Dian. 2006. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Tinea Pedis Pada Pemulung Di TPA Jatibarang.Program Studi Kesehatan
Lingkungan. Undip. Semarang.

Mansjoer, arif.et al.2007.Dermatofitosis, Kapita Selekta jilid 2 edisi ketiga.Jakarta :Media


Aesculapius Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Mediskus. 2015. Obat Cetirizine. Tersedia online di
http://mediskus.com/cetirizine[diakses pada tanggal 30 November 2016].

Mulja, 1987.Mikosis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta : FK UI


PIO Nas. 2015. Itrakonazol. Tersedia online di
http://pionas.pom.go.id/monografi/itrakonazol[diakses pada tanggal 30
November 2016].
Robbins, Courtney M. dan Boni E Elewski. 2016. Tinea Pedis. Tersedia online di
http://emedicine.medscape.com/article/1091684-overview [Diakses pada
tanggal 25 November 2016 pukul 08.15 WIB].
Siregar, R.S. 2004. Penyakit Jamur Kulit. Jakarta : EGC.
Siregar, R.S. 2005. Tinea Pedis Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi kedua.Jakarta
: EGC.

Soekandar, TM. Angka Kejadian Dan Pola Jamur Penyebab Tinea Pedis Di Asrama
Brimob Semarang,Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin FK. Undip.
Semarang.

Soetomo , 2007.Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya:Airlangga University


Press
Tosti A, Baran R, Dawber RP, Haneke E. 2003. Onychomycosis and its treatmen.
London: Taylor & Francis Group: Universitas Sumatera Utara.

Wolff KL. Johnson RA. 2007. Disorder of The Nail Apparatus. In: Fitzpatricks
Color Atlas & Sinopsis Of Clinical Dermatology, 5th ed. New York: The
McGraw-Hill companies;p.1016-21.
Wolff KL. Johnson RA. 2007. Disorder of The Nail Apparatus. New York: The
McGraw-Hill companies.

Anda mungkin juga menyukai