Anda di halaman 1dari 7

Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar.

Dari kata ini timbul kata Disciplina yang


berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna
dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran
atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian.

Kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.
Menurut Moeliono (1993:208) disiplin artinya adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata
tertib, aturan, atau norma, dan lain sebagainya. Disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-
orang yang tergabung dalam suatu system tunduk pada peraturanperaturan yang ada dengan
senagng hati.

Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan bersama (yang
melibatkan orang banyak). Moeliono

dalam (nhowitzer.multiply.com) mengemukakan bahwa disiplin adalah ketaatan (kepatuhan)


kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan lain sebagainya. Robert menjelaskan bahwa,
disiplin menimbulkan gambaran yang amat keras, bayangan tentang hukuman, pembalasan dan
bahkan kesakitan. Pada sisi lain,"disiplin" mengacu pada usaha membantu orang lain melalui
pengajaran dan pelatihan. Contohnya, kata "a disciple" dalam bahasa Inggris berarti seseorang yang
mengikuti ajaran orang lain dalam (www.nakertrans.go.id). Istilah disiplin mengandung banyak
arti. Goods Dictionary of Education menjelaskan disiplin yaitu : (1) proses atau hasil pengarahan
atau pengendalian keinginan, dorongan atau kepentingan demi suatu citatcita atau untuk mencapai
tindakan yang lebih efektif dan dapat diandalkan; (2) pencarian cara-cara bertindak yang tepilih
dengan gigih, aktif dan diarahkan sendiri, sekalipun menghadapi rintangan atau gangguan; (3)
pengendalian perilaku murid dengan langsung dan otoriter melalui hukuman dan/atau hadiah; (4)
secara negatif pengekangan setiap dorongan, sering melalui cara yang tak enak, menyakitkan; (5)
suatu cabang ilmu pengetahuan (Sutisna 1989 : 109). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah kepatuhan atau ketaatan seseorang dalam
menjalankan peraturan yang ada dengan tegas dan senang hati tanpa ada paksaan dari pihak lain
atau dari luar, melainkan timbul dari dalam dirinya sendiri untuk mematuhinya. Sedangkan
kedisiplinan siswa dapat diartikan sebagai kepatuhan atau ketaatan anak dalam belajar yang
dilandasi rasa merupakan alat memperkenalkan perilaku yang disetujui anggota kelompok kepada
anak, dan fungsi freventif karena peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan.

Peraturan dianggap efektif apabila setiap pelanggaran atas peraturan itu mendapat konsekuensi
yang setimpal. Jika tidak, maka peraturan tersebut akan kehilangan maknanya. Peraturan yang
efektif akan membantu seorang anak agar merasa terlindungi sehingga anak tidak perlu melakukan
hal-hal yang tidak pantas.
. didalam keluarga. Proses penentuan setiap peraturan dan larangan bagi anak-anak bukan
merupakan sesuatu yang dapat dikerjakan seketika dan berlaku untuk jangka panjang, peraturan
dapat diubah agar dapat disesuaikan dengan perubahan keadaan, pertumbuhan fisik, usia dan
kondisi saat ini didalam keluarga.

b. Hukuman

Hukuman berasal dari kata latin Punier yang berarti menjatuhkan hukuman kepada seseorang
karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau balasan. Hukuman
memiliki tiga fungsi yang berperan penting dalam perkembangan anak, (1) menghalangi
pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat, (2) mendidik, sebelum anak mengerti
peraturan, mereka dapat belajar bahwa tindakan tersebut benar atau salah dengan mendapat
hukuman, (3) memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima di masyarakat.

c. Penghargaan

Istilah penghargaan berarti setiap bentuk penghargaan atas hasil yang baik. Penghargaan tidak
hanya berbentuk materi tetapi dapat juga berbentuk pujian, kata-kata, senyuman, atau tepukan di
punggung. Penghargaan mempunyai peranan penting yaitu, (1) penghargaan mempunyai nilai
mendidik, (2) penghargaan berfungsi motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara social
dan (3) penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial, dan tiadanya
penghargaan melemahkan perilaku tersebut.

d. Konsistensi

Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas, mempunyai tiga fungsi yaitu (1) mempunyai
nilai mendidik yang besar, (2) konsistensi mempunyai nilai motivasi yang kuat untuk melakuakn
tindakan yang baik di masyarakat dan menjauhi tindakan buruk, dan (3) konsistensi membantu
perkembangan anak untuk hormat pada aturan-aturan dan masyarakat sebagai otoritas. Anak-anak
yang telah berdisiplin secara konsisten mempunyai motivasi yang lebih kuat dan komitmen untuk
berperilaku sesuai dengan standar sosial yang berlaku dibanding dengan anak-anak yang berdisiplin
secara tidak konsisten.

Berdasarkan paparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peraturan berfungsi sebagai pedoman
perilaku, hukuman sebagai akibat dari pelanggaran peraturan, penghargaan berfungsi sebagai
penguatan positif untuk berperilaku baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku, serta konsisten
dalam mentaati peraturan dan cara yang digunakan untuk mengajarkan peraturan dan diwujudkan
dengan memiliki komitmen dalam melaksanakan peraturan.

3. Urgensi Kedisiplinan

Adanya sikap disiplin yang harus dimiliki oleh setiap anak didik sangat perlu dalam kehidupan
mereka, karena ketika mereka mempunyai sifat disiplin maka hidup mereka akan menjadi teratur.
Menurut Hurlock (1978: 83) mengemukakan bahwa disiplin itu perlu untuk perkembangan anak,
karena ia memenuhi beberapa kebutuhan tertentu, di antaranya adalah: (1) disiplin memberi anak
rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan; (2) dengan
membantu anak menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang salah, perasaan
yang pasti mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian kelompok sosial dan dengan demikian
memperoleh persetujuan social; (3) dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan
mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan. Hal ini
esensial bagi penyesuaian yang berhasil dan kebahagiaan; (4) disiplin yang sesuai dengan
perkembangan berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang
diharapkan darinya; (5) disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani atau suara dari dalam
yang membimbing dalam mengambil suatu keputusan dan pengendalian perilaku.

4. Tujuan Kedisiplinan

Kedisiplinan siswa dalam belajar sangatlah penting, oleh karena itu adanya sikap disiplin yang
tertanam pada siswa mempunyai tujuan agar dapat menjaga hal-hal yang menghambat atau
mengganggu kelancaran proses belajar-mengajar, juga dapat membuat anak didik terlatih dan
mempunyai kebiasaan yang baik serta bisa mengontrol setiap tindakannya sehingga akan
membentuk pribadi yang mempunyai ciri-ciri yang berbeda. Setiap tindakan yang dilakukan siswa
akan dampak pada perkembangan mereka sehingga mereka akan menyadari bahwa hakikat segala
apa yang diperbuat akan kembali pada diri mereka sendiri, sebagaimana firman Allah swt yang
berbunyi:

Artinya: Barang siapa yang mengerjakan kebaikan, maka kembali pada dirinya dan barang siapa
berbuat kejahatan maka akan menimpah pada dirinya sendiri. Kemudian pada Tuhan kamu
akandikembalikan.(Al-Jsiyah:15)

Selain tujuan di atas, Maman Rachman (1999) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah
: (1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, (2) mendorong siswa
melakukan yang baik dan benar, (3) membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan
tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan (4) siswa
belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.

Selain tujuan di atas, masih ada tiga tujuan lain yang berkaitan dengan kedisiplinan ini. Pertama,
kedisiplinan mesti diterapkan tanpa menunjukkan kelemahan, tanpa menunjukkan amarah dan
kebencian. Bahkan kalau perlu dengan kelembutan agar para pelanggar kedisiplinan menyadari
bahwa disiplin itu diterapkan demi kebaikan dan kemajuan dirinya. Kedua, kedisiplinan mesti
diterapkan secara tegas, adil dan konsisten. Aturan disiplin diterapkan tanpa pandang bulu dan
berlaku bagi masyarakat sekolah. Ketidakadilan dan inkonsistensi dalam menegakkan disiplin hanya
akan membuat ketidakjelasan dan kebingungan bagi siswa serta hilangnya kewibawaan dan
kepercayaan semua pihak terhadap sekolah. Ketiga, ketika kedisiplinan mulai menampakkan.
pertumbuhannya, sama seperti biji tanaman yang baru tumbuh, benih itu mesti dijaga dan dirawat
dengan penuh kesabaran. Sebaiknya hindari menggunakan ancaman-ancaman dan kekerasan karena
hal itu hanya akan menjadi panasnya terik matahari yang akan menghanguskan benih yang sedang
tumbuh itu. Perlu dipakai cara-cara yang selaras dengan perkembangan dan kebutuhan siswa
sehingga mereka semakin jatuh cinta pada kegiatan belajar. terhadap peraturan yang ada. Disiplin
korektif, yaitu upaya mengarahkan siswa untuk tetap mematuhi peraturan. Bagi yang melanggar
diberi sanksi untuk memberi pelajaran dan memperbaiki dirinya sehingga memelihara dan mengikuti
aturan yang ada.

Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (1974 : 14) jenis perilaku disiplin adalah sebagai berikut: (1)
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) kepatuhan dinamis, artinya bukan kepatuhan yang mati
dalam mewajibkan seseorang untuk patuh; (3) kesadaran, yang artinya adanya kepatuhan yang
sudah menyatu dengan hati dan perbuatan;. (4) rasional, yaitu kepatuhan melalui proses berfikir; (5)
sikap mental yang menyatu dalam diri, artinya kepatuhan yang sudah dijabarkan dalam setiap
perilaku dan perbuatan, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga yang bertanggung jawab
terhadap bangsa dan negara; (6) keteladanan, artinya setiap orang harus dapat menjadi teladan atau
contoh yang baik bagi orang lain; (7) keberanian dan kejujuran, artinya sikap yang tidak mendua,
yaitu sikap tegas dan lugas dalam menerapkan aturan atau sanksi.

Seseorang yang dalam hatinya telah tertanam kedisiplinan akan terdorong untuk melakukan sesuatu
yang sesuai dengan norma dan peraturan yang berlaku. Sikap dan perbuatan yang selalu taat pada
peraturan yang berlaku tersebut merupakan perwujudan dari perilaku disiplin yang akan menyatu
dengan seluruh aspek kepribadian seseorang. Untuk mewujudkan perilaku disiplin secara terus-
menerus, maka kualitas atau kriteria tersebut di atas harus didukung oleh aspirasi dan kehendak
berbuat dari para pelakunya.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan


Sifat disiplin yang dimiliki oleh siswa merupakan hasil interaksi berbagai unsur di sekelilingnya.
Disiplin juga merupakan sikap yang bersifat lahir dan batin yang pembentukannya memerlukan
latihan-latihan yang disertai oleh rasa kesadaran dan pengabdian, dimana perbuatan setiap perilaku
merupakan pilihan yang paling tepat bagi dirinya. Hal ini tidak terlepas karena sikap disiplin
seseorang sangat relatif tergantung pada dorongan yang ada di sekelilingnya, dimana dorongan
tersebut sangat mudah mengalami perubahan, bisa meningkat, menurun bahkan bisa hilang. Itu
artinya sikap disiplin yang ada pada diri siswa tergantung dengan keadaan lingkungan sekitarnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya sikap disiplin siswa tidak terlepas dari faktor yang
mempengaruhi belajar, karena pada dasarnya sikap disiplin adalah tahap belajar siswa dari sikap
tidak teratur menjadi sikap teratur. Faktor-faktor itu antara lain:

a. Faktor keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan utama, tapi juga dapat menjadi penyebab
kesulitan disiplin dalam belajar. Itu artinya keluarga adalah salah satu lembaga pendidikan yang
pertama kali yang mendidik anak menjadi baik. Dalam keluarga inilah anak didik mendapat
pengetahuan pertama kali tentang apapun, begitu juga dengan sikap disiplin harus pertama kali
ditanamkan pada anak ketika masih berada dalam lingkungan keluarga, karena keluarga adalah
komunitas sosial kecil yang pertama yang di terjuni anak. Ketika disiplin sudah ditanamkan sejak
kecil atau dini dalam lingkungan keluarga maka sikap disiplin pada anak akan menjadi suatu
kebiasaan ketika mereka berada di

luar rumah atau lingkungan keluarga. Hal ini terjadi karena tiap pengaruh lingkungan yang
menentukan tingkah laku si anak yang terutama ialah dari

keluarga. faktor-faktor yang mempengauhi kedisiplinan siswa adalah faktor guru, hal ini disebabkan
karena kadang-kadang guru tidak kulifiet, misalnya sebagi berikut: (1) Dalam pengambilan metode
yang ia gunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya, sehingga dalam penyampaian mata
pelajaran kurang pas dengan metodenya yang menyebabkan anak didik malas mengikuti pelajaran
atau kurang; (2) Hubungan guru dengan murid kurang baik, yang bermula pada sikap guru yang tidak
di senangi oleh murid- muridnya seperti kasar, tidak pernah senyum, menjengkelkan, suka
membengkak dan lain- lain; (3) Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan
belajar, misalnya dalam bakat, minat, sifat, kebutuhan-kebutuhan anak dan sebagainya; (4) Guru
menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak. Artinya ketika guru menyampaikan pelajaran
sedangkan siswa tidak memahaminya, maka guru masih terus melanjutkan pelajaran yang ia
sampaikan pada murid karena dia menganggap bahwa pelajaran yang ia sampaikan pada siswa
sudah sesuai dengan standar. Padahal materi yang di berikan oleh guru tidak di pahami oleh siswa,
sehingga menyebabkan malasnya belajar pada diri siswa.

c. Masyarakat

Masyarakat sebagai suatu lingkungan yang lebih luas daripada keluarga dan sekolah turut
menentukan berhasil tidaknya pendidikan dan pembinaan disiplin. Situasi masyarakat tidak
selamanya konstan atau stabil, sehingga situasi tersebut dapat menghambat atau memperlancar
terbentuknya disiplin anggota masyarakat.

Masyarakat yang dapat dijadikan medan pembinaan disiplin ialah masyarakat yang mempunyai
karakter campuran antara masyarakat yang menekankan ketaatan dan loyalitas penuh,serta
masyarakat yang permisif atau terlalu terbuka. Dalam situasi mesyarakat seperti ini, tetap
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur kebudayaan dan bersikap terbuka namun selektif terhadap
pengaruh dari luar. Control yang disertai kelonggaran yang bijaksanan akan mewujudkan pribadi
yang semakin matang dan bertanggung jawab.

Menurut Brown dan Brown ada beberapa penyebab perilaku siswa yang indisiplin, dan
mengelompokkannya sebagai berikut: (1) Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru; (2)
Perilaku tidak disiplin bias disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang menyenangkan,
kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak disiplin; (3)
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa, siswa yang berasal dari keluarga yang broken
home; (4) Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku,
tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak
disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada
umumnya dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah seorang siswa
berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap, teladan, perbuatan dan
perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk
begitu dalam ke dalam hati sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari
orang tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya
merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah.

Guru sebagai pendidik mempunyai peranan penting dalam mengembangkan disiplin siswa.
Tanggung jawab guru bukan hanya membantu siswa menguasai informasi dan keterampilan baru,
namun sebenarnya guru memiliki tanggung jawab yang lebih dari itu. Dalam hal penmgembangan
disiplin, guru membimbing siswa agar memiliki pemahaman tentang peraturan atau norma-norma
dan dapat berperilaku sesuai dengan peraturan atau norma tersebut. Yusuf (1989:60)
mengemukakan beberapa hal yang perlu menjadi perhatian guru:
1. Guru hendaknya menjadi model bagi siswa

Guru hendaknya berperilaku yang mencerminkan nilai-nilai moral, sehingga ia menjadi figure central
bagi siswa dalam menterjemahkan nilai-nilai tersebut dalam perilakunya. Guru sebagai model,
berarti dia telah menerjemahkan nilai-nilai tersebut pada dirinya, seperti berlaku jujur, berdisiplin
diri dalam melaksanakan tugas, rajin belajar, dan bersikap optimis dalam menghadapi persoalan-
persoalan hidup

2. Guru hendaknya memahami dan menghargai pribadi siswa a. Guru hendaknya memahami bahwa
setiap siswa itu memiliki kelebihan dan kekurangannya b. Guru mau menghargai pendapat siswa c.
Guru hendaknya tidak mendominasi siswa

. d. Guru hendaknya tidak mencemooh siswa e. Guru memberikan pujian kepada siswa yang
berperilaku atau berprestasi baik. f. Guru memberikan bimbingan kepada siswa g. Mengembangkan
iklim kelas yang bebas dari ketegangan dan yang bernuansa membantu perkembangan siswa h.
Memberikan informasi tentang cara-cara mengembangkan disiplin i. Mengadakan dialog dengan
siswa tentang tujuan dan manfaat peraturan yang ditetapkan sekolah j. Membantu siswa untuk
mengembangkan kebiasaan yang baik k. Membantu mengembangkan sikap positif siswa terhadap
disiplin l. Membantu siswa yang mengalami masalah m. Memberiakn informasi tentang nilai-nilai
yang berlaku, dan mendorongnya agar berperilaku sesuai denagn niali-nilai tersebut.

Sekolah juga merupakan wahana pendidikan dimana para siswa juga agar tidak terjadi
penyalahgunaan hak antar siswa.

Anda mungkin juga menyukai