Anda di halaman 1dari 4

MAU TIDAK MAU, SUKA TIDAK SUKA, SIAP TIDAK SIAP …

Oleh : MOHAMMAD AGUS (gusadua@gmail.com)


Medio Mei 2010

“Mau tidak mau, suka tidak suka, siap tidak siap


Indonesia harus memasuki pasar bebas yang berlaku
tahun 2010 untuk negara maju dan 2020 untuk negara
berkembang.”

Kalimat di atas adalah seperti yang diucapkan mantan


Presiden RI Almarhum Soeharto saat penutupan KTT
APEC 1994 di Bogor.

Sebuah wacana 16 tahun yang lalu yang sudah merupakan pertanda bahwa Indonesia harus siap
untuk menghadapi kenyataan seperti yang terjadi saat ini. Ternyata sampai saat ini bangsa kita
masih belum siap untuk hal itu. Bangsa kita masih menjadi pengekor kebijakan ekonomi luar
negeri, kita terlena dengan gegap gempita reformasi politik, kita lupa infrastruktur ekonomi,
bahkan kita kalah oleh China yang sudah sangat siap memenangkan pertarungan ekonomi di
masa mendatang.

Dunia pendidikan di Indonesia pada akhir 90-an dan awal 2000-an, 10 tahun terakhir gegap
gempita melakukan perubahan paradigma pendidikan yang semula TEACHING menjadi
LEARNING, yang semula teacher centered menjadi student centered. Kurikulumpun terjadi
perubahan, dari Kurikulum 1994 menjadi Suplemen Kurikulum 1999, kemudian menjadi
Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004), menjelma lagi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP-2006) seiring terbitnya Permen Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.
Istilah berubah, metode berubah, peraturan berubah, gurupun harus juga berubah. Tapi siapkah
kita kemarin-kemarin untuk berubah mengantisipasi itu? Benarkan keprofesionalan kita adalah
hasil kesiapan yang benar-benar siap? Bukan sekedar pengekor sebagai penumpang terakhir di
gerbong paling akhir.

Dalam membuka Rembuk Nasional Pendidikan 2010 di Pusdiklat Pegawai Kementerian


Pendidikan Nasional, Depok, Jawa Barat, Rabu (3/3/2010), Menteri Pendidikan Nasional
(Mendiknas) Mohammad Nuh mengemukakan, seiring dengan adanya fakta-fakta di lapangan
maka terjadi pergeseran-pergeseran paradigma di dunia pendidikan. Menurutnya, ada
beberapa pergeseran paradigma yang harus dicermati. Mendiknas mengemukakan lima
pergeseran paradigma pendidikan.

Paradigma pertama, kata Mendiknas, adalah HAK BELAJAR. Wajib belajar sembilan tahun
bergeser menjadi hak belajar sembilan tahun. “Masyarakat, warga bangsa, punya hak untuk
menuntaskan sembilan tahun itu. Kalau itu menjadi hak maka kita semua, pemerintah, negara,
harus menyiapkan mulai dari sarana, prasarana, dan bisa kita jamin bahwa siapapun bisa
menuntaskan sembilan tahun untuk belajar,” katanya.

Paradigma kedua adalah KESETARAAN DALAM PENDIDIKAN. Menurutnya, ada warga


yang memerlukan layanan yang khusus. Kelompok khusus tersebut, kata Mendiknas, dapat
disebabkan karena faktor kewilayahan seperti tinggal di daerah perbatasan dan terpencil atau
karena faktor fisik. “Rumus umumnya, seseorang, kelompok, yang berstatus khusus maka
layanannya pun harus khusus. Jangan statusnya khusus, tetapi layanannya umum” katanya.

paradigma ketiga adalah pentingnya PENDIDIKAN YANG KOMPREHENSIF ATAU


HOLISTIK. Pendidikan harus mampu mengeksplorasi seluruh potensi anak. “Potensi-potensi
yang berupa kekuatan batin, karakter, intelektual, dan fisik. Semuanya itu harus kita
integrasikan menjadi sesuatu kekuatan dari sang anak itu,” katanya.
Mendiknas juga menekankan tentang pentingnya Pendidikan Karakter. Menurut Mendiknas,
bobot atau persentase tentang pendidikan karakter perlu mendapatkan perhatian khusus mulai
dari jenjang pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sampai perguruan tinggi.
“Oleh karena itu, kami ingin menegaskan, menekankan kembali, dan ini menjadi kesadaran kita
semua. Kami sangat yakin tentang pentingnya pendidikan karakter,” katanya.

Paradigma keempat, sebut Mendiknas, adalah FUNGSI SEKOLAH. Sekolah-sekolah negeri,


kata Mendiknas, ke depan bergeser menjadi sekolah publik. Pergeseran ini, menurutnya, akan
membawa dampak yang luar biasa. “Sebelumnya sekolah negeri hanya dipakai siswa untuk
aktivitas belajar dari siswa itu saja. Kalau sekolah publik ada ekspansi fungsi dan pemanfaatan,
” katanya.

Paradigma kelima, kata Mendiknas, adalah DASAR PEMIKIRAN. Mendiknas menjelaskan,


sekolah yang tadinya berdasarkan sisi pasokan (supply oriented) bergeser menjadi
berdasarkan kebutuhan (demand oriented). “Kita harus memberikan layanan kebutuhan siswa,
pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua. Dari situlah nanti ujungnya kenapa sekarang
bergeser orientasinya yaitu ingin memberikan keterjaminan dalam layanan itu karena memang
tugas kita adalah memberikan layanan,” katanya.

Jika perubahan paradigma yang pertama lebih menjurus ke arah personal (guru dan siswa), maka
pergeseran paradigma kedua lebih menjurus ke arah lembaga (instansi dan sekolah). Jika
kemarin-kemarin mungkin juga sampai sekarang dan yang akan datang kita dikejar dengan
merubah cara-cara kita memberikan pelayanan pembelajaran (kita dituntut untuk profesional
sebagai guru), maka ke depan lembaga kita (SMP Negeri 3 Krian) akan dikejar untuk
memberikan layanan-layanan sesuai pergeseran paradigma pendidikan di Indonesia.

Di sinilah masalahnya! Kita sebagai manusia yang sudah sangat menikmati zona nyaman,
kadang tidak mau mengambil resiko dengan wacana-wacana baru. Wacana baru yang
melahirkan teori-teori barupun kadang tidak dianggap (disepelekan). Jika hal tersebut masih
terjadi, kondisi yang terjadi adalah kita tetap berada pada posisi pengekor sebagai penumpang
terakhir di gerbong paling akhir. Tidak pernah berdiri di depan! Seandainyapun kita berhasil
atau berada pada predikat A, itupun karena fasilitas bukan kualitas. Mampukah kita berdiri di
depan sebagi pelaku bukan peniru, sebagai pelopor bukan sebagai pengekor?

“RAKER PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SMP NEGERI 3 KRIAN 2010/2011”


18 s/d 20 Mei 2010 adalah momentum kita mengawali sejarah perubahan SMP Negeri 3 Krian.
Di sanalah kita bisa menentukan langkah-langkah bagaimana gambaran SMP Negeri 3 Krian
tahun-tahun ke depan. Kita sebagai pendidik dan tenaga kependidikan harus mau, kita harus
suka dan kita harus siap terhadap perubahan dan pergeseran paradigma pendidikan. Jika kita
masih terlena dan masih menganggap wacana sebagai sesuatu yang melangit atau mengatakan
“Kake-an teori, sing penting praktek-e” yang jadi pertanyaan “Opo sing dipraktek-no? Nek
teorine-ae gak ngerti”. Semoga kita buka tipe-tipe seperti tersebut.

Dengan semangat perubahan kita sukseskan “RAKER PENDIDIK DAN TENAGA


KEPENDIDIKAN SMP NEGERI 3 KRIAN 2010/2011” 18 s/d 20 Mei 2010. Semoga SMP
Negeri 3 Krian menjadi sekolah yang berkualitas dan unggul. Amiien …

Jangan menganggap diri kita tidak mampu sebelum mencoba, belajar,


dan berlatih.

Kita memiliki keunikan masing-masing yang dapat menjadi


keunggulan kita masing-masing.

Jika Anda belum merasa memiliki keunggulan saat ini,


mungkin Anda belum memiliki semangat yang tinggi
dan motivasi yang kuat dalam rangka menggali potensi Anda.
Untuk meraih keunggulan lebih tinggi kita memerlukan bantuan orang
lain.
Dalam mengahadapi perubahan dan untuk menjadi manusia unggul,
ada satu jalan yang tidak boleh tidak harus kita lakukan,
yaitu selalu memperbaiki diri terus-menerus.

Allah SWT memerintahkan kita untuk mau berpikir


tentang penciptaan-Nya yang begitu menakjubkan, rumit, dan
kompleks.
Namun semua itu telah Allah SWT tundukan untuk kita.
Ini sebagai tanda bahwa manusia memiliki kemampuan (dari Allah)
untuk menundukan apa yang ada di langit dan di bumi.

Rencana adalah jembatan menuju mimpimu,


jika tidak membuat rencana,
berarti tidak memiliki pijakan langkahmu menuju apa yang kamu cita-
citakan.

Putuskan apa yang Anda inginkan,


kemudian tulislah sebuah rencana,
maka Anda akan menemukan kehidupan yang lebih mudah dibanding
dengan sebelumnya.

Rencana memberikan arah langkah Anda.

Kunci pengelolaan waktu yang efektif:


Mengeset prioritas dan konsentrasi pada satu pekerjaan pada satu
waktu.

Jika sukses merupakan akibat, tentu saja ada sebabnya.


Jadi langkah pertama jika Anda ingin sukses
ialah dengan mengetahui terlebih dahulu sebab-sebab yang membuat
orang lain sukses.

Apa yang membedakan Anda dengan orang lain yang sukses?


Jawabannya karena Anda tidak mengerjakan apa yang orang sukses
kerjakan.

Segala sesuatu yang kita kejar selalu menuntut bayaran.


Hal yang paling umum yang diperlukan saat mengejar cita-cita
ialah mengganggu zona nyaman.

Suatu saat mungkin Anda merasa dunia ini bau terasi,


kemanapun Anda pergi, bau terasi selalu tercium.
Sebelum Anda memutuskan bahwa dunia ini penuh dengan terasi,
Periksalah diri Anda, mungkin ada terasi pada kumis atau pakaian
Anda.

Untuk mengubah sikap, ternyata tergantung pada diri Anda sendiri.

Dengan disiplin bukan saja kita tidak mendapatkan sangsi,


tetapi dengan disiplin kita akan meraih sukses,
terhindar (insya Allah) dari kecelakaan, dan disiplin juga adalah
ibadah.

Tidak akan ada keberhasilan tanpa tindakan.


Tidak akan ada tindakan tanpa keberanian.
Jadi tidak akan ada keberhasilan tanpa keberanian.
Sukses sejalan dengan keberanian.

Anda mungkin juga menyukai