Anda di halaman 1dari 5

Limbah Perikanan

Dalam industri pembekuan udang ada dua jenis limbah. Pertama adalah limbah cair
yang berupa suspensi air dan kotoran udang serta yang kedua limbah limbah padat
yang berupa kepala udang. Limbah cair jika didiamkan akan menimbulkan bau tidak
sedap dan akan mencemari sungai atau areal persawahan yang ada di dekatnya. Begitu
juga limbah padat yang sarat akan bakteri jika didiamkan merupakan smber
kontaminan yang mengganggu lingkungan. Limbah yang berbentuk cair sudah tidak
bisa dimanfaatkan lagi sehingga penanganan yang terbaik adalah menggunakan waste
water treatment. Lain halnya dengan limbah padat. Limbah ini masih bisa dimanfaatkan
menjadi produk lanjut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, misalnya kitin, tepung
ikan untuk pakan ternak, dan flavor udang. Limbah udang merupakan sumber yang
kaya akan kitin, yaitu kurang lebih 30% dari berat kering (Purwaningsih,1995).

Limbah padat crustacea (kulit, kepala, kaki) merupakan salah satu


masalah yang harus dihadapi oleh pabrik pengolahan krustacea. Selama ini limbah
tersebut dikeringkan dan dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau pupuk denagn nilai
yang rendah. Mengolahnya menjadi kitin atau kitosan akan memberikan nilai tambah
yang cukup tinggi.
Menurut Handayani (2004) bahwa salah satu permasalahan yang membuat udang
kurang diminati yanitu ukuran kepala udang yang lebih besar dati badannya, sehingga
bagian yang dimakan menjadi lebih kecil. Berdasarkan hal tersebut banyak sekali
limbah yang terbuang, sehingga dapat menimbulkan permasalahan terutama
pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, telah bantyak dilakukan pengolahan limbah
udang, diantaranya pembuatan terasi, kerupuk, dan juga diekstrak guna menghasilakn
chitin dan chitosan.
Sebagian besar rajungan diekspor dalam bentuk rajungan beku tanpa kepala dan kulit.
Produksi rajungan yang diekspor pada tahun 1993 sebanyak 422,724 ton dalam bentuk
tanpa kepala dan kulit, sedangkan yang dikonsumsi dalam negeri diperkirakan lebih
banyak. Dengan demikian, jumlah hasila samping produksi yang berupa kepala, kulit,
ekor, maupun kaki rajungan yang umumnya 25-50% dari berat, sangat berlimpah. Hasil
samping ini, di Indonesia belum banyak digunakan sehingga hanya menjadi limbah
yang mengganggu lingkungan, terutama pengaruh pada bau yang tidak sedap dan
pencemaran air (kandungan BOD5, COD, dan TSS perairan di sekitar pabrik cukup
tingi). Melalui pendekatan teknologi yang tepat, potensi limbah ini dapat diolah lebih
lanjut menjadi polisakarida (polisaccharide), di mana di dalamnya termasuk chitin
[(C8H13NO5)n], chitin ini dapat diolah lebih lanjut menjadi chitosan [(999C6H11NO4)]
dan glukosamine (C6H13NO5). Ketiga produksi ini mempunyai sifat mudah terurai dan
tidak mempunyai sifat beracn, sehingga sangat ramah terhadap lingkungan (Sopiah dan
Prayitno,2002).
Chitin & Chitosan
Khitosan merupakan bahan kimia multiguna berbentuk serat dan merupakan
kopopolimer berbentuk lembaran tipis, berwarna putih atau kuning, tidak berbau.
Kitosan merupakan produk diasetilasi kitin melalui proses kimia menggunakan enzim
kitin diacetilase (Rismana,2001).
Chitosan (CS), derivat deasetilasi dari chitin terdiri atas satuan-satuan glukosamine
yang terpolimerisasi oleh rantai -1,4-glikosidic (Simunek et al,2006).
Chitosan(poli--1,4-glucosamine) disiapkan secara komersial dengan deasetilase basa
kitin yang didapat dari eksoskeleton crustacea laut, chitosan mempunyai nilai pKa kiira-
kira 6,3 pada nilai pH lebih rendah, molekulnya bersifat kation karena protonasi dari
grup amino. Laporan selanjutna, terindikasikan bahwa ketika chitosan dilarutkan dalam
garam, air suling, atau media labolatorium, menunjukkan aktivitas antimikrobial
melawan srtain-strain berfilamen dari fungi, yeast, bakteri (Rhoades and Roller,2000).
Menurut Hardjito (2001) bahwa karena memiliki gugus aktif yang akan berikatan
denagn mikroba, maka kitosan juga mampu menghambat pertmbuhan mikroba.
Menurut Rismana (2001) multiguna kitosan tidak terlepas dari sifat alaminya, sifat alami
tersebut dapat dibagi menjadi dua sifat besar, yaitu sifat kimia dan sifat biologi. Sifat
kimia kitosan sama denagn kitin tetapi yang khas antara lain :

Merupakan polimer poliamin berbentuk linier.


Mempunyai gugus amino aktif.
Mempunyai kemampuan mengikat beberapa logam.

Sifat biologi kitosan antara lain :

Bersifat biokompatibel, artinya sebagai polimer alami sifatnya tidak mempunyai akibat
samping, tidak beracun, tidak dapat dicerna, mudah diuraikan oleh mikroba
(biodegradable).
Dapat berikatan dengan sel mamalia dan sel mikroba secara agresif.
Mampu meningkatkan pembentkan tulang.
Bersifat hemostatik, fungistatik, spermisidal, antitumor, antikolesterol.
Bersifat sebagai depresan pada sistem syaraf pusat.
Berdasarkan kedua sifat tersebut maka kitosan mempunyai sifat fisik khas, yaitu mudah
dibentk menjadi spons, larutan, gel, pasta, membran, dan serat yang sangat
bermanfaat dalam aplikasinya.

Prinsip dan Proses Pembuatan Chitin


Ekstraksi kitin umumnya melalui tahapan penggilingan, deproteinasi, demineralisasi,
pengeringan, dan pembubukan, sedangkan kitosan diperoleh dengan penbambahan
alkali kuat terhadap kitin pada suhu tinggi.
Adapun teknologi pengolahan kitin dan kitosan dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu
:
1.Demineralisasi
Limbah cangkang udang dicuci denagn air mengalir dan dikeringkan di bawah sinar
matahari sampaikering, kemudian dicuci di dalam air panas dua kali lalu direbus selama
10 menit. Tiriskan dan keringkan. Bahan yang sudah kering lalu digiling samapi menjadi
serbuk ukuran 40-60 mesh.
Kemudian dicampur asam klorida 1N (HCl 1N) denagn perbandingan 10:1 untuk pelarut
dibandingkan dengan kulit udang, lalu diaduk merata sekitar 1 jam. Biarkan sebentar,
kemudian panaskan pada suhu 90oC selama 1 jam. Residu berupa padatan dicuci
denagn air sampai pH netral dan selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 80oC
selama 24 jam atau dijemur sampai kering.
2.Deproteinasi
Limbah udang yang telah dimineralisasi dicampur denagn larutan sodium hidroksida
3,5% (NaOH 3,5%) dengan perbandingna antara pelarut dan cangkang udang 6:1.
Aduk sampai merata sekitar 1 jam. Selanjutnya biarkan sebentar, lalu dipanaskan pada
suhu 90oC selama 1jam. Larutan lalu disaring dan didinginkan sehinggadiperoleh residu
padatan yang kemudian dicuci denagn air samapai pH netral dan dikeringkan pada
suhu 80oC selama 24 jam atau dijemur sampai kering.
3.Deasetilasi

kitin menjadi kitosan


Kitosan dibuat dengan menambahkan sodium hidroksida (NaOH) 50% denagn
perbandingan 20:1 (pelarut dibanding kitin). Aduk sampai merata selama 1 jam dan
biarkan sekitar 30 menit, lalu dipanaskan selama 90 menit denagn suhu 140oC. Larutan
kemudian disaring untuk mendapatkan residu berupa padatan, lalu dilakukan pencucian
denagn air sampai pH netral, kemudian dikeringkan denagn oven suhu 70oC selama
24jam atau dijemur sampai kering. Bentuk akhir kitosan bisa berbentuk serbuk maupun
serpihan.

Kelebihan dan Kekurangan Chitosan


Berdasarkan sifat-sifat biologi dan kimianya, maka khitosan mempunyai sifat fisik khas,
yaitu mudah dibentuk menjadi spons, larutan, gel, pasta, membran, dan serat yang
sangat bermanfaat aplikasinya. Tidak seperti serat lam lain, kitosan mempunyai sifat
unik, karena memberikan daya pengikat lemak yang sanagt tinggi. Pada kondisi normal
kitosan mampu menyerap 4-5 kali lemak dibandingkan serat lain (Rismana,2001).
Menurut Prasetiyo (2006) dari segi ekonomi, pemanfaatan khitin dari limbah cangkang
udang untuk bahan utama dan bahan pendukung dalam berbagai bidang dan industri
sangat menguntungkan karena bahan bakunya berupa limbah berasal dari sumberdaya
lokal (local content).
Khitosan merupakan polisakarida yang unik dan telah secara luas digunakan dalam
bermacam aplikasi biomedis disebabkan kemudah cocokannya dengan unsur makhluk
hidup, toxicitasnya rendah, mudah diuraikan, tidak bersifat imunogenik, dan sifatnya
non-karsinogenik (Irawan,2007).
Kelebihan dan kekurangan khitosan menurut Kusumawati (2006) bahwa karena sifatnya
yang dapat menarik lemak, kitosan bnayak dibuat untuk tablet/pil penurun berat badan.
Kitosan dapat menyyerap lemak dalam tubuh dengan cukup baik. Dalam kondisi
optimal, kitosan dapat menyerap lemak sejumlah 4-5 kali berat kitosan. Beeberapa
penelitian telah berhasil membuktikan bahwa kitosan dapat menurunkan kolesterol
tanpa menimbulkan efek samping. Hanya satu saja yang harus diperhatikan, konsumsi
kitosan harus tetap terkontrol, karena kitosan juga dapat menyerap mineral kalsium
dan vitamin yang ada di dalam tubuh. Selain itu, orang yang biasanya mengalami alergi
terhadap makanan laut sebaiknya menghindari dari mengkonsumsi tablet/pil kitosan.

Manfaat dan Kegunaan Chitosan


Kitin mempunyai kegunaan yang samngat luas, tercatat sekitar 200 jenis
penggunaannya, dari industri pangan, bioteknologi, farmasi, dan kedokteran, serta
lingkungan. Di industri penjernihan air, kitin telah banyak dikenal sebagai bahan
penjernih. Kitin juga banyak digunakan di dunia farmasi dan kosmetik, misalnya sebagai
penurun kadar kolesterol darah, mempercepat penyembuhan luka, dan pelindung kulit
dari kelembaban.
Sifat kitosan sebagai polimer alami mempunyai sifat menghambat absorbsi lemak,
penurun kolesterol, pelangsing tubuh, atau pencegahan penyakit lainnya. Kitosan
bersifat tidak dapat dicernakan dan tidak diabsorbsi tubuh, sehinga lemak dan
kolesterol makanan terikat menjadi bentuk non absorbsi yang tak berkalori. Sifat khas
kitosan yang lain adalah kemampuannya untuk menurunkan kandungan LDL kolesterol
sekaligus mendorong meningkatkan HDL kolesterol dalam serm darah. Peneliti Jepang
menjuluki kitosan sebagai suatu senyawa yang menunjukkan zat hipokolesterolmik
yang sanagt efektif. Dengan kata lain, kitosan mampu menurunkan tingkat kolesterol
dalam serum denagn efektif dan tanpa menimbulkan efek samping (Rismana,2001).
Beberapa tahun yang lkalu, chitosan dan beberapa tipe modifikasinya dilaporkan
penggunaannya untuk aplikasi biomedis, seperti artificial skin, penembuh luka, anti
koagulan, jahitan pada luka (suuture), obat-obatan, bahan vaksin, dan dietary fiber.
Baru-baru ini, penggunaan chitosan dan derivatnya telah diterima banyak perhatian
sebagai tempat penggantungan sementara untuk proses mineralisai, atau pembentukan
tulang stimulin endokrin (Irawan,2007).
Pada penelitian yang dilakukan Handayani (2004) menunjukkan bahwa chitin dan
chitosan dap[at digunakan sebagai bahan koagulasi pada sari buah tomat. Untuk
penggunaan chitin dan chitosan sebagai bahan koagulasi pada sari buah tomat
menunjukkan bahwa chitin dan chitosan dapat digunakan sebagai bahan koagulasi,
ditandai denagn uji vitamin C, viscositas, pH, dan TPT yang menunjukkan hasil yang
tidak berbeda jauh dengan bahan koagulasi yang umum digunakan pada sari buah
tomat.
Chitosan choating telah terbukti meminimalisasi oksidasi, ditunjukkan oleh angka
peroksida, perubahan warna, dan jumlah mikroba pada sampel (Yingyuad et al, 2006).

Pengertian dari Chitosan adalah merupakan gula yang diperoleh dari rangka luar yang keras
darikerang termasuk kepiting, lobster, serta udang.Chitosan juga dapat di artikan sebagai suatu
polisakarida berbentuk linier yang terdiri darimonomer N-asetilglukosamin (GlcNAc) dan D-
glukosamin (GlcN). Bentukan derivatif deasetilasi dari polimer ini adalah kitin. Kitin adalah jenis
polisakarida terbanyak ke dua di bumisetelah selulosa dan dapat ditemukan pada eksoskeleton
invertebrata dan beberapa fungi padadinding selnya. Kitosan memiliki bentuk yang unik dan
memiliki manfaat yang banyak bagi pangan, agrikultur, dan medis. Namun, untuk melarutkan
kitosan ini cukup sulit karena kitosandapat larut apabila dilarutkan pada asam dan viskositas
yang tinggi.Sumber Chitosan karena merupakan hasil ekstrak dari kulit udang, lobster dan
kepiting,, jugacangkang kerang chitosan merupakan senyawa berserat yang dapat menghalangi
penyerapanlemak makanan dan kolesterol.Fungsi dari Chitosan sendiri adalah : Chitosan dapat
digunakan untuk mengobati obesitas,kolesterol tinggi, penyakit Chron. Juga digunakan untuk
mengobati komplikasi yang biasadihadapi pasien gagal ginjal pada dialisis termasuk kolesterol
tinggi,darah lelah (anemia),kehilangan kekuatan serta nafsu makan,sulit tidur (insomnia).
Beberapa orang menggunakankitosan langsung ke gusi mereka untuk mengobati peradangan
yang dapat menyebabkanhilangnya gigi (periodontitis) atau mengunyah permen karet yang
mengandung chitosan untuk mencegah rongga (karies gigi).Sebagai upaya untuk membantu
jaringan donor membangun kembali dirinya, ahli bedah plastik kadang kala menggunakan
chitosan langsung pada tempat dimana jaringannya telahmereka ambil untuk digunakan
didaerah lain. Pada pabrik farmasi, chitosan digunakan sebagai pengisi dalam tablet; sebagai
pembawa dalam obat yang dikontrol pengeluarannya; untuk meningkatkan cara pelarutan
beberapa obat dan untuk menutupi rasa pahit sebagai solusi pengkonsumsian lewat mulut

Anda mungkin juga menyukai