Disusun oleh :
1.AHMAD F WIJAYA. (135150201111083)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
Penyusun
BAB 1 PENDAHULUAN
C.Tujuan ......................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A.Kesimpulan....................................................................................................... 18
B. Saran ........................................................................................................ 18
C.DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 18
Drs. Sudarmaji
Drs. Sudarmaji berpendapat, seni adalah segala manifestasi batin dan pengalaman estetis
dengan menggunakan media garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan gelap terang.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seni merupakan hasil
aktivitas batin yang direfleksikan dalam bentuk karya yang dapat membangkitkan perasaan
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. (Qs. Al-Alaq [96]: 1).
Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh
berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari
Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman
kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam. Paradigma inilah yang telah mencetak
muslim-muslim yang taat dan shaleh tapi sekaligus cerdas dalam iptek. Itulah hasil dan
prestasi cemerlang dari paradigma Islam ini yang dapat dilihat pada masa kejayaan IPTEK
Dunia Islam antara tahun 700 M - 1400 M.
Pada masa inilah dikenal nama-nama seperti :
1. Jabir bin Hayyan (w. 721) sebagai ahli kimia termasyhur,
2. Al-Khawarizmi (w. 780) sebagai ahli matematika dan astronomi,
3. Al-Battani (w. 858) sebagai ahli astronomi dan matematika,
4. Al-Razi (w. 884) sebagai pakar kedokteran, ophtalmologi, dan kimia,
5. Tsabit bin Qurrah (w. 908) sebagai ahli kedokteran dan teknik, dan masih banyak lagi.
Maka integrasi Imtaq dan iptek harus diupayakan dalam format yang tepat sehingga
keduanya berjalan seimbang (hand in hand) dan dapat mengantar kita meraih kebaikan dunia
(hasanah fi al-Dunya) dan kebaikan akhirat (hasanah fi al-akhirah) seperti doa yang setiap
saat kita panjatkan kepada Tuhan:
Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka (Q.S. Al-Baqarah
:201).
Integrasi Imtaq dan iptek, berarti, kita harus membongkar filsafat ilmu sekuler yang
selama ini dianut. Kita harus membangun epistemologi islami yang bersifat integralistik yang
menegaskan kesatuan ilmu dan kesatuan Imtaq dan iptek dilihat dari sumbernya, yaitu Allah
SWT seperti banyak digagas oleh tokoh-tokoh pendidikan Islam kontemporer. Selain pada
Ada dua fungsi utama manusia di dunia, yaitu sebagai Abdun(hamba Allah) dan
sebagai Khalifah Allah (wakil Allah) di bumi. Esensi dari Abdun adalah ketaatan,
ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi dari
Fungsi Pertama dalam konteks Abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah
yang memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada
penciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta
dirinya akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan Sang pencipta
kepadanya. Dengan hilangnya rasa syukur mengakibatkan manusia menghamba kepada
selain Allah, termasuk menghambakan diri kepada hawa nafsunya. Keikhlasan manusia
menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah penghambaan manusia kepada sesama
manusia termasuk kepada dirinya.
Fungsi kedua adalah sebagai Khalifah (wakil Allah) di muka bumi. Dalam posisi ini
manusia mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungannya
tempat mereka tinggal. Manusia diberikan kebebasan untuk mengeksploitasi, menggali
sumber-sumber alam, serta memanfaatkannya dengan sebesar-besarnya untuk kemanfaatan
umat manusia, asalkan tidak berlebih-lebihan dan melampaui batas. Karena pada dasarnya,
alam beserta isinya ini diciptakan oleh Allah untuk kehidupan dan kemaslahatan manusia.
Untuk menggali potensi alam dan pemanfaatannya diperlukan ilmu pengetahuan yang
memadai. Hanya orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang cukup (para ilmuwan atau
para cendekiawan) yang sanggup menggali dan memberdayakan sumber-sumber alam ini.
Akan tetapi, para ilmuwan juga harus sadar bahwa potensi sumber daya alam ini terbatas dan
akan habis terkuras apabila tidak dijaga keseimbangannya. Oleh karena itu, tanggung jawab
memakmurkan, melestarikan, memberdayakan dan menjaga keseimbangan alam semesta
banyak bertumpu pada para ilmuwan dan cendekiawan. Mereka mempunyai amanat atau
tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai ilmu
pengetahuan.
Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan karena ulah tangan manusia
sendiri (Qs. Ar Rum : 41). Mereka banyak yang menghianati perjanjiannya sendiri kepada
Allah. Mereka tidak menjaga amanat sebagai khalifah yang bertugas untuk menjaga,
melestarikan alam ini. Justru mengeksploitir alam ini untuk kepentingan pribadi dan
kelompoknya.
Kedua fungsi manusia tersebut tidak boleh terpisah, artinya keduanya merupakan satu
kesatuan yang utuh yang seharusnya diaktualisasikan dalam kehidupan manusia. Jika hal
tersebut dapat dilakukan secara terpadu, akan dapat mewujudkan manusia yang ideal (insan
kamil) yakni manusia sempurna yang pada akhirnya akan memperoleh keselamatan hidup
dunia dan akhirat.