Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KONSEP IPTEK DALAM ISLAM


Diajukan sebagai tugas presentasi mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Disusun oleh :
1.AHMAD F WIJAYA. (135150201111083)

2.HENDI MARYANTO. (135150207111102)

3.MALLA NURHIDAYATI. (135150201111087)

4.MAYANG ARINDA Y. (135150201111046)

5.GUNTUR WAHYU PAMUNGKAS. (135150201111281)

PROGRAM TEKNOLOGI INFORMASI DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Makalah IPTEK dan Seni dalam Islam 1


Kata Pengantar
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan
tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, motivasi dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Konsep Iptek
dalam islam, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi,
referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu
yang datang dari diri kami maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Brawijaya.
Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jau dari sempurna. Untuk itu,
kepada dosen Pendidkan Agama Islam kami meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca.

Malang, 8 Oktober 2014

Penyusun

Makalah IPTEK dan Seni dalam Islam 2


Daftar Isi
Kata Pengantar .............................................................................................. 2

Daftar isi .............................................................................................. 3

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang ............................................................................................. 4

B.Rumusan Masalah ........................................................................................... 4

C.Tujuan ......................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Definisi IPTEK dan Seni

2.1.1.Definisi IPTEK .............................................................................. 6

2.1.2.Definisi Seni ................................................................................... 9

2.2.Paradigma Hubungan Agama,Iptek dan Seni..............................................11

2.3.Integrasi Iman,Iptek dan Seni dalam Islam................................................ 13

2.4.Keutamaan dan Tanggung jawab Ilmuan................................................ 16

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan....................................................................................................... 18

B. Saran ........................................................................................................ 18

C.DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 18

Makalah IPTEK dan Seni dalam Islam 3


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dizaman modern yang canggih seperti saat ini, kemajuan akan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (yang kemudian disingkat IPTEK) dan Seni, sangatlah berpengaruh terhadap
segala aspek dalam kehidupan manusia. Tidak dapat dipungkiri, keberadaan IPTEK dan seni
tidak pernah lepas dengan keberadaan manusia. Manusia sebagai subjek dari berkembangnya
ilmu pengetahuan itu sendiri. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka
berkembanglah pula teknologi dan seni. Keberadaan yang tidak akan pernah terpisahkan
tersebut, kemudian memunculkan beberapa dampak terhadap kehidupan manusia didunia.
Dampak tersebut berupa dampak positif dan negatif. Adanya dampak negatif terhadap
kehidupan manusia ini, akan menimbulkan beberapa yang kurang di inginkan.
Peran Islam dalam perkembangan IPTEK pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang
seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang.
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran
(qaidah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti bahwa Aqidah Islam
sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu
pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan
diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan.
Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi
pemanfaatan IPTEK dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang
seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme)
seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan
IPTEK, didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam
boleh memanfaatkan IPTEK jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu
aspek IPTEK dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam
memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan
manusia.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa definisi IPTEK dan seni?
b. Bagaimana paradigma hubungan agama,IPTEK dan seni?
c. Bagaimana integrasi agama dan IPTEK dalam islam?
d. Apa keutamaan dan tanggung jawab Ilmuan?

Makalah IPTEK dan Seni dalam Islam 4


1.3 Tujuan
a. Mengetahui apa maksud dan definisi dari IPTEK dan seni.
b. Mengetahui paradigma hubungan agama,IPTEK dan seni.
c. Mengetahui integrasi agama dan IPTEK dalam islam.
d. Mengetahui Keutamaan dan dan tanggung jawab Ilmuan.

Makalah IPTEK dan Seni dalam Islam 5


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi IPTEK dan Seni
2.1.1 Definisi IPTEK
IPTEK adalah singkatan dari ilmu pengetahuan, teknologi. Ilmu adalah pengetahuan
yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi, dan diinterpretasi, menghasilkan
kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah
(International Websters Dictionary dalam Modul Acuan Proses Pembelajaran MPK, 2003)
Secara etimologis, kata ilmu berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari
akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854
kali dalam Al-quran. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan
obyek pengetahuan (Quraish Shihab, 1996). Setiap ilmu membatasi diri pada salah satu
bidang kajian. Oleh sebab itu seseorang yang memperdalam ilmu-ilmu tertentu disebut
sebagai spesialis. Dari sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan
pengetahuan.
Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh
melalui proses yang disebut metode ilmiah. Sedang teknologi adalah pengetahuan dan
ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-
hari.
Jadi ilmu pengetahuan atau sains adalah himpunan pengetahuan manusia yang
dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat dinalar atau dapat diterima oleh akal.
Dengan kata lain, sains dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang sudah sistematis
(science is systematic knowledge). Dalam pemikiran sekuler, sains mempunyai tiga
karakteristik, yaitu obyektif, netral dan bebas nilai, sedangkan dalam pemikiran Islam, sain
tidak boleh bebas nilai, baik nilai lokal maupun nilai universal.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua sosok yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu memberikan kemungkinan munculnya
berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari
ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong
manusia untuk berkembang lebih maju lagi. Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa
dasar-dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali
dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Seperi kita ketahui, teknologi kini telah merembet dalam kehidupan kebanyakan
manusia bahkan dari kalangan atas hingga menengah kebawah sekalipun. Dimana upaya

Makalah IPTEK dan Seni dalam Islam 6


tersebut merupakan cara atau jalan di dalam mewudkan kesejahteraan dan meningkatkan
harkat dan martabat manusia. Atas dasar kreatifitas, akalnya, manusia mengembangkan
IPTEK dalam rangka untuk mengolah SDA yang di berikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Dimana dalam pengembangan IPTEK harus didasari terhadap moral dan kemanusiaan yang
adil dan beradab, agar semua masyarakat mengecam IPTEK secara merata. Disatu sisi telah
terjadi perkembangan yang sangat baik sekali di aspek telekomunikasi, namun pelaksanaan
pembangunan IPTEK masih belum merata.
Masih banyak masyarakat kurang mampu yang putus harapannya untuk mendapatkan
pengetahuan dan teknologi. Hal itu dikarenakan tingginya biaya pendidikan yang harus
mereka tanggung. Maka dari itu pemerintah perlu menyikapi dan menanggapi masalah-
masalah tersebut, agar peranan IPTEK dapat bertujuan untuk meningkatkan SUMBER
DAYA MANUSIA yang ada. Perkembangan IPTEK disamping bermanfaat untuk kemajuan
hidup Indonesia juga memberikan dampak negatif.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan IPTEK untuk menekan dampaknya
seminimal mungkin antara lain:
1. Menjaga keserasian dan keseimbangan dengan lingkungan setempat.
2. Teknologi yang akan diterapkan hendaknya betul-betul dapat mencegah timbulnya
permasalahan di tempat itu.
3. Memanfaatkan seoptimal mungkin segala sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
ada.
Dengan perkembangan dan kemajuan zaman dengan sendirinya pemanfaatan dan
penguatan IPTEK mutlak diperlukan untuk mencapaikesejahteraan bangsa. Visi dan Misi
IPTEK dirumuskan sebagai paduan untuk mengoptimalkan setiap sumber daya IPTEK yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia.Undang-undang No.18 Tahun2002 tentang Sistem Nasional
Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang telah
berlaku sejak 29 Juli 2002, merupakan penjabaran dari visi dan misi IPTEK sebagaimana
termaksud dalam UUD 1945 Amandemen pasal 31 ayat 5, agar dapat dilaksanakan oleh
pemerintah beserta seluruh rakyat dengan sebaik baiknya. Selain itu pula perkembangan
IPTEK di berbagai bidang di tengah perkembangan zaman yang semakin pesat semestinya
dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di tengah bermunculannya dampak
negatif dari adanya perkembangan IPTEK, sehingga diperlukan pemikiran yang serius dan
mantap dalam menghadapi permasalahan dalam penemuan-penemuan baru tersebut.
Pengetahuan yang dimiliki manusia ada dua jenis, yaitu:

Makalah IPTEK dan Seni dalam Islam 7


1. Dari luar manusia, ialah wahyu, yang hanya diyakini bagi merekayang beriman kepada
Allah SWT. Ilmu dari wahyu diterima dengan yakin,sifatnya mutlak.
2. Dari dalam diri manusia, dibagi dalam tiga kategori : pengetahuan,ilmu pengetahuan, dan
filsafat. Ilmu dari manusia diterima dengan kritis,sifatnya nisbi.Al-Quran dan As-Sunnah
adalah sumber Islam yang isi keterangannyamutlak dan wajib diyakini (QS. Al-Baqarah/2:1-
5 dan QS. An-Najm/53:3-4).
Dalam sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dengan ilmu sangatberbeda
maknanya.Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahuimanusia melalui tangkapan
pancaindra, intuisi dan firasat sedangkan, ilmuadalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi,
diorganisasi, disistematisasidan diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran obyektif,
sudah diujikebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah.Secara etimologis katailmu
berarti kejelasan, oleh karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri
kejelasan. Dalam Al-Quran, ilmu digunakan dalamarti proses pencapaian pengetahuan dan
obyek pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan. Dalam kajian filsafat, setiap ilmu
membatasi diri padasalah satu bidang kajian.Sebab itu seseorang yang memperdalam
ilmutertentu disebut sebagai spesialis, sedangkan orang yang banyak tahu tetapitidak
mendalam disebut generalis.Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan.Dalam
sudutpandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasilpenerapan
praktis dari ilmu pengetahuan.Meskipun pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik
obyektif dan netral.Dalam situasi tertentu teknologitidak netral lagi karena memiliki potensi
untuk merusak dan potensikekuasaan.Di sinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan
teknologi.
Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dankesejahteraan bagi
manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan
dalam kehidupan manusia danlingkungannya yang berakibat kehancuran alam
semesta.Dalam pemikiran Islam,ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu.Keduanya tidak
boleh dipertentangkan.Manusia diberi kebebasan dalammengembangkan akal budinya
berdasarkan tuntunan Al-Quran dan sunnahrasul. Atas dasar itu, ilmu dalam pemikiran Islam
ada yang bersifat abadi(perennial knowledge) tingkat kebenarannya bersifat mutlak,
karenabersumber dari Allah. Ada pula ilmu yang bersifat perolehan (aquiredknowledge)
tingkat kebenarannya bersifat nisbi, karena bersumber dari akal pikiran manusia.Dalam
pemikiran sekuler (perennial knowledge) yang bersumber dariwahyu Allah tidak diakui
sebagai ilmu, bahkan mereka mempertentangkanantara wahyu dengan akal, agama
dipertentangkan dengan ilmu.Sedangkandalam ajaran Islam wahyu dan akal, agama dan ilmu

Makalah IPTEK dan Seni dalam Islam 8


harus sejalan tidakboleh dipertentangkan.Memang demikian adanya karena hakikat
agamaadalah membimbing dan mengarahkan akal.

2.1.2 Definisi Seni


Seni berasal dari kata sani (Sanskerta) yang berarti pemujaan, persembahan, dan
pelayanan. Kata tersebut berkaitan erat dengan upacara keagamaan yang disebut kesenian.
Menurut Padmapusphita, kata seni berasal dari bahasa Belanda genie dalam bahasa Latin
disebut genius, artinya kemampuan luar biasa yang dibawa sejak lahir. Seiring dengan
perkembangan waktu, banyak definisi seni diungkapkan oleh beberapa ahli. Berikut diuraikan
beberapa definisi seni menurut para ahli.
Everyman Encyklopedia
Menurut Everyman Encyklopedia, seni adalah segala sesuatu yang dilakukan orang,
bukan atas dorongan kebutuhan pokoknya, melainkan karena kehendak kemewahan,
kenikmatan, ataupun kebutuhan spiritual.
Ensiklopedi Indonesia
Di dalam Ensiklopedia Indonesia dinyatakan bahwa seni merupakan ciptaan segala hal
karena keindahannya orang senang melihat atau mendengarkannya.
Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara berpendapat, seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari
hidupnya, perasaan, dan bersifat indah sehingga dapat menggetarkan jiwa perasaan manusia.
Akhdiat Karta Miharja
Akhdiat Karta Miharja berpendapat, seni adalah kegiatan rohani manusia yang
merefleksikan kenyataan dalam suatu karya, bentuk, dan isinya mempunyai daya untuk
membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam rohani.
Prof. Drs. Suwaji Bastomi
Hal senada diungkapkan oleh Prof. Drs. Suwaji Bastomi bahwa seni adalah aktivitas batin
dengan pengalaman estetis yang dinyatakan dalam bentuk agung, mempunyai daya untuk
membangkitkan rasa takjub dan haru.

Drs. Sudarmaji
Drs. Sudarmaji berpendapat, seni adalah segala manifestasi batin dan pengalaman estetis
dengan menggunakan media garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan gelap terang.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seni merupakan hasil
aktivitas batin yang direfleksikan dalam bentuk karya yang dapat membangkitkan perasaan

Makalah IPTEK dan Seni dalam Islam 9


orang lain. Dalam pengertian ini yang termasuk seni adalah kegiatan yang menghasilkan
karya indah. Definisi umum seni adalah segala macam keindahan yang diciptakan oleh
manusia.
Pandangan Islam tentang seni. Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan keindahan
menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya ini. Allah melalui
kalamnya di Al-Quran mengajak manusia memandang seluruh jagat raya dengan segala
keserasian dan keindahannya. Allah berfirman: Maka apakah mereka tidak melihat ke langit
yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada
baginya sedikit pun retak-retak? [QS 50: 6].
Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi saw.,
kepada para sahabatnya. Ibnu Masud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda :
Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terbetik sifat sombong seberat
atom. Ada orang berkata, Sesungguhnya seseorang senang berpakaian bagus dan bersandal
bagus. Nabi bersabda, Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai keindahan. Sedangkan
sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. (HR. Muslim).
Bahkan salah satu mukjizat Al-Quran adalah bahasanya yang sangat indah, sehingga
para sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya merasa kalah berhadapan dengan
keindahan sastranya, keunggulan pola redaksinya, spesifikasi irama, serta alur bahasanya,
hingga sebagian mereka menyebutnya sebagai sihir. Dalam membacanya, kita dituntut untuk
menggabungkan keindahan suara dan akurasi bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus.
Rasulullah bersabda :
Hiasilah Al-Quran dengan suaramu. (HR. Ahmad, Abu Dawud, NasaI, Ibnu
Majah, Ibnu Hibban, Darimi)
Maka manusia menyukai kesenian sebagai representasi dari fitrahnya mencintai
keindahan. Dan tak bisa dipisahkan lagi antara kesenian dengan kehidupan manusia. Namun
bagaimana dengan fenomena sekarang yang ternyata dalam kehidupan sehari-hari nyanyian-
nyanyian cinta ataupun gambar-gambar seronok yang diklaim sebagai seni oleh sebagian
orang semakin marak menjadi konsumsi orang-orang bahkan anak-anak.Sebaiknya di
kembalikan kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Bahwa dalam Al-Quran disebutkan :
Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak
berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan
jalan Allah itu sebagai olok-olokan. Mereka itu memperoleh azab yang menghinakan.
(Luqman:6)

Makalah IPTEK dan Seni dalam Islam10


Jikalau kata-kata dalam nyanyian itu merupakan perkataan-perkataan yang tidak
berguna bahkan menyesatkan manusia dari jalan Allah, maka HARAM nyanyian tersebut.
Nyanyian-nyanyian yang membuat manusia terlena, mengkhayalkan hal-hal yang tidak patut
maka kesenian tersebut haram hukumnya.
2.2 Paradigma Hubungan Agama dan IPTEK
Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek. Agama yang dimaksud di sini,
adalah agama Islam, yaitu agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw,
untuk mengatur hubungan manusia dengan Penciptanya (dengan aqidah dan aturan ibadah),
hubungan manusia dengan dirinya sendiri (dengan aturan akhlak, makanan, dan pakaian), dan
hubungan manusia dengan manusia lainnya (dengan aturan muamalah dan uqubat/sistem
pidana). Dalam Al Quran surat Ali Imron ayat 190 191 yang artinya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,. (yaitu) orang-orang yang mengingat
Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa
neraka.
Dari ayat diatas menjelaskan betapa pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk dipelajari dan dimiliki.
Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan
keduanya, terdapat 3 (tiga) jenis paradigma :
Pertama, paradagima sekuler, yaitu paradigma yang memandang agama dan iptek
adalah terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah
dipisahkan dari kehidupan agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi perannya
dalam hubungan pribadi manusia dengan tuhannya. Agama tidak mengatur kehidupan
umum/publik. Paradigma ini memandang agama dan IPTEK tidak bisa mencampuri dan
mengintervensi yang lainnya.
Kedua, paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan
eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada, tidak ada hubungan dan kaitan apa pun
dengan IPTEK. IPTEK bisa berjalan secara independen dan lepas secara total dari agama.
Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler di atas, tapi lebih ekstrem. Dalam paradigma
sekuler, agama berfungsi secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan keberadaannya, tapi hanya
dibatasi perannya dalam hubungan vertikal manusia-tuhan. Berdasarkan paradigma sosialis

Makalah IPTEK dan Seni dalam Islam11


ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan IPTEK. Seluruh bangunan
ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialis didasarkan pada ide dasar materialisme,
khususnya Materialisme Dialektis. Paham Materialisme Dialektis adalah paham yang
memandang adanya keseluruhan proses perubahan yang terjadi terus menerus melalui proses
dialektika, yaitu melalui pertentangan-pertentangan yang ada pada materi yang sudah
mengandung benih perkembangan itu sendiri. Sedang dalam paradigma sosialis, agama
dipandang secara ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist) dan dibuang sama sekali dari
kehidupan. Berdasarkan paradigma sosialis ini, maka agama tidak ada sangkut pautnya sama
sekali dengan iptek.
Ketiga, paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah
dasar dan pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan.
Aqidah Islam yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam al-Qur`an dan al-Hadits--
menjadi qaidah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di atasnya dibangun
seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia. Paradigma ini memerintahkan
manusia untuk membangun segala pemikirannya berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari
aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari ayat yang pertama kali turun:

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. (Qs. Al-Alaq [96]: 1).
Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh
berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari
Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan iman
kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam. Paradigma inilah yang telah mencetak
muslim-muslim yang taat dan shaleh tapi sekaligus cerdas dalam iptek. Itulah hasil dan
prestasi cemerlang dari paradigma Islam ini yang dapat dilihat pada masa kejayaan IPTEK
Dunia Islam antara tahun 700 M - 1400 M.
Pada masa inilah dikenal nama-nama seperti :
1. Jabir bin Hayyan (w. 721) sebagai ahli kimia termasyhur,
2. Al-Khawarizmi (w. 780) sebagai ahli matematika dan astronomi,
3. Al-Battani (w. 858) sebagai ahli astronomi dan matematika,
4. Al-Razi (w. 884) sebagai pakar kedokteran, ophtalmologi, dan kimia,
5. Tsabit bin Qurrah (w. 908) sebagai ahli kedokteran dan teknik, dan masih banyak lagi.

Makalah IPTEK dan Seni dalam Islam12


2.3 Integrasi Iman dan IPTEK dalam Islam.
Diakui bahwa iptek, disatu sisi telah memberikan berkah dan anugerah yang luar
biasa bagi kehidupan umat manusia. Namun di sisi lain, iptek telah mendatangkan petaka
yang pada gilirannya mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Kemajuan dalam bidang iptek
telah menimbulkan perubahan sangat cepat dalam kehidupan umat manusia. Perubahan ini,
selain sangat cepat memiliki daya jangkau yang amat luas. Hampir tidak ada segi-segi
kehidupan yang tidak tersentuh oleh perubahan. Perubahan ini pada kenyataannya telah
menimbulkan pergeseran nilai nilai dalam kehidupan umat manusia, termasuk di dalamnya
nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan.
Dalam perkembangannya lebih lanjut, setelah terjadi revolusi industri di Barat ,
terutama sepanjang abad XVIII dan XIX, sains bahkan menjadi agama baru atau agama
palsu(Pseudo Religion). Dalam kajian teologi modern di Barat, timbul mazhab baru yang
dinamakan saintisme dalam arti bahwa sains telah menjadi isme, ideologi bahkan agama
baru. Namun sejak pertengahan abad XX, terutama seteleh terjadi penyalahgunaan iptek
dalam perang dunia I dan perang dunia II, banyak pihak mulai menyerukan perlunya integrasi
ilmu dan agama, iptek dan imtaq. Pembicaraan tentang iptek mulai dikaitkan dengan moral
dan agama hingga sekarang (ingat kasus kloning misalnya). Dalam kaitan ini, keterkaitan
iptek dengan moral (agama) di harapkan bukan hanya pada aspek penggunaannya saja
(aksiologi), tapi juga pada pilihan objek (ontologi) dan metodologi (epistemologi)-nya
sekaligus.
Di Indonesia, gagasan tentang perlunya integrasi Imtaq dan iptek ini sudah lama
digulirkan. Hal ini, selain karena adanya problem dikotomi antara apa yang dinamakan ilmu-
ilmu umum (sains) dan ilmu-ilmu agama (Islam), juga disebabkan oleh adanya kenyataan
bahwa pengembangan iptek dalam sistem pendidikan kita tampaknya berjalan sendiri, tanpa
dukungan asas iman dan takwa yang kuat, sehingga pengembangan dan kemajuan iptek tidak
memiliki nilai tambah dan tidak memberikan manfaat yang cukup berarti bagi kemajuan dan
kemaslahatan umat dan bangsa dalam arti yang seluas-luasnya.
Secara lebih spesifik, integrasi Iman dan iptek ini diperlukan karena empat
alasan.
Pertama, sebagaimana telah dikemukakan, iptek akan memberikan berkah dan
manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh
asas iman dan takwa kepada Allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas Imtaq, iptek bisa
disalahgunakan pada tujuan-tujuan yang bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-

Makalah IPTEK dan Seni dalam Islam13


nilai kemanusiaan. Jika demikian, iptek hanya absah secara metodologis, tetapi batil dan
miskin secara maknawi.
Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah
menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan
hedonistik, yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh
bangsa kita.
Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan sepotong roti (kebutuhan
jasmani), tetapi juga membutuhkan Imtaq dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh
karena itu, penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi
pincang dan berat sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah
menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan bathin, dunia dan akhirat.
Keempat, Imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar
manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar Imtaq, segala atribut duniawi, seperti
harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar manusia
meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Tuhan,
hanya akan mengahsilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan
palsu.
Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang
datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu Dia
tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah
memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat
perhitungan-Nya. (Q.S. An-Nur:39).

Maka integrasi Imtaq dan iptek harus diupayakan dalam format yang tepat sehingga
keduanya berjalan seimbang (hand in hand) dan dapat mengantar kita meraih kebaikan dunia
(hasanah fi al-Dunya) dan kebaikan akhirat (hasanah fi al-akhirah) seperti doa yang setiap
saat kita panjatkan kepada Tuhan:
Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka (Q.S. Al-Baqarah
:201).
Integrasi Imtaq dan iptek, berarti, kita harus membongkar filsafat ilmu sekuler yang
selama ini dianut. Kita harus membangun epistemologi islami yang bersifat integralistik yang
menegaskan kesatuan ilmu dan kesatuan Imtaq dan iptek dilihat dari sumbernya, yaitu Allah
SWT seperti banyak digagas oleh tokoh-tokoh pendidikan Islam kontemporer. Selain pada

Makalah IPTEK dan Seni dalam Islam14


pada aspek filsafat, orientasi, tujuan, dan epistemologi pendidikan seperti telah diuraikan di
atas, integrasi Imtaq dan iptek itu perlu dilakukan dengan metode pembelajaran yang tepat.
Pendidikan Imtaq pada akhirnya harus berbicara tentang pendidikan agama (Islam) di
berbagai sekolah maupun perguruan tinggi. Untuk mendukung integrasi pendidikan Imtaq
dan iptek dalam sistem pendidikan nasional kita, maka pendidikan agama Islam disemua
jenjang pendidikan tersebut harus dilakukan dengan pendekatan yang bersifat holistik,
integralistik dan fungsional.
Dengan pendekatan holistik, Islam harus dipahami secara utuh, tidak parsial dan
partikularistik. Pendidikan islam dapat mengikuti pola iman, Islam dan Ihsan, atau pola iman,
ibadah dan akhlakul karimah, tanpa terpisah satu dengan yang lain, sehingga pendidikan
Islam dan kajian Islam tidak hanya melahirkan dan memparkaya pemikiran dan wacana
keislaman, tetapi sekaligus melahirkan kualitas moral (akhlaq al karimah) yang menjadi
tujuan dari agama itu sendiri. Pendidikan Islam dengan pendekatan ini harus melahirkan
budaya berilmu amaliah dan beramal ilmiah. Integrasi ilmu dan amal, Imtaq dan iptek
haruslah menjadi ciri dan sekaligus nilai tambah dari pendidikan islam.
Secara pendekatan integralistik, pendidikan agama tidak boleh terpisah dan
dipisahkan dari pendidikan sains dan teknologi. Pendidikan iptek tidak harus dikeluarkan dari
pusat kesadaran keagamaan dan keislaman kita. Ini berarti, belajar sains tidak berkurang dan
lebih rendah nilainya dari belajar agama. Belajar sains merupakan perintah Tuhan (Al -
Quran), sama dan tidak berbeda dengan belajar agama itu sendiri. Penghormatan Islam yang
selama ini hanya diberikan kepada ulama (pemuka agama) harus pula diberikan kepada kaum
ilmuan (Saintis) dan intelektual.
Secara fungsional, pendidikan agama harus berguna bagi kemaslahatan umat dan
mampu menjawab tantangan dan pekembangan zaman demi kemuliaan Islam dan kaum
muslim. Dalam perspektif Islam ilmu memang tidak untuk ilmu dan pendidikan tidak untuk
pendidikan semata. Pendidikan dan pengembangan ilmu dilakukan untuk kemaslahatan umat
manusia yang seluas-luasnya dalam kerangka ibadah kepada Allah SWT.
Semetara dari segi metodologi, pendidikan dan pengajaran agama disemua jenjang
pendidikan tersebut, tidak cukup dengan metode rasional dengan mengisi otak dan
kecerdasan peserta didik semata-mata, sementara jiwa dan spiritualitasnya dibiarkan kosong
dan hampa. Pendidikan agama perlu dilakukan dengan memberikan penekanan pada aspek
afektif melalui praktik dan pembiasaan, serta melalui pengalaman langsung dan keteladanan
prilaku dan amal sholeh. Dalam tradisi intelektual Islam klasik, pada saat mana Islam
mencapai puncak kejayaannya, aspek pemikiran teoritik (al aql al nazhari) tidak pernah

Makalah IPTEK dan Seni dalam Islam15


dipisahkan dari aspek pengalaman praksis (al aql al amali). Pemikiran teoritis bertugas
mencari dan menemukan kebenaran, sedangkan pemikiran praksis bertugas mewujudkan
kebenaran yang ditemukan itu dalam kehidupan nyata sehingga tugas dan kerja intelektual
pada hakekatnya tidak pernah terpisah dari realitas kehidupan umat dan bangsa. Dalam
paradigma ini, ilmu dan pengembangan ilmu tidak pernah bebas nilai. Pengembangan iptek
harus diberi nilai rabbani (nilai ketuhanan dan nilai Imtaq), sejalan dengan semangat wahyu
pertama, iqra bismi rabbik. Ini berarti pengembangan iptek tidak boleh dilepaskan dari
Imtaq. Pengembangan iptek harus dilakukan untuk kemaslahatan kemanusiaan yang sebesar-
besarnya dan dilakukan dalam kerangka ibadah kepada Allah SWT.
Barang siapa ingin menguasai dunia dengan ilmu, barang siapa ingin menguasai akhirat
dengan ilmu, dan barang siapa ingin menguasai kedua-duanya juga harus dengan ilmu (Al-
Hadist).
Penanaman kesadaran pentingnya nilai-nilai agama memberi jaminan kepada siswa
akan kebahagiaan dan keselamatan hidup, bukan saja selama di dunia tapi juga kelak di
akhirat. Jika hal itu dilakukan, tidak menutup kemungkinan para siswa akan terhindar dari
kemungkinan melakukan perilaku menyimpang, yang justru akan merugikan masa depannya
serta memperburuk citra kepelajarannya. Untuk itu, komponen penting yang terlibat dalam
pembinaan keimanan dan ketakwaan (Imtaq) serta akhlak siswa di sekolah adalah guru.
Kendati faktor lain ikut mempengaruhi, tapi dalam pembinaan siswa harus diakui guru faktor
paling dominan. Ia ujung tombak dan garda terdepan, yang memberi pengaruh kuat pada
pembentukan karakter siswa.
Tujuan pendidikan sebenarnya mengisyaratkan, proses dan hasil harus
mempertimbangkan keseimbangan dan keserasian aspek pengembangan intelektual dan aspek
spiritual (rohani), tanpa memisahkan keduanya secara dikhotomis. Namun praktiknya, aspek
spiritual seringkali hanya bertumpu pada peran guru agama. Ini dirasakan cukup berat,
sehingga pengembangan kedua aspek itu tidak berproses secara simultan. Upaya melibatkan
semua guru mata ajar agar menyisipkan unsur keimanan dan ketakwaan (Imtaq) pada setiap
pokok bahasan yang diajarkan, sesungguhnya telah digagas oleh pihak Departeman
Pendidikan Nasional maupun Departemen Agama.

2.4 Keutamaan dan Tanggung Jawab Ilmuwan

Ada dua fungsi utama manusia di dunia, yaitu sebagai Abdun(hamba Allah) dan
sebagai Khalifah Allah (wakil Allah) di bumi. Esensi dari Abdun adalah ketaatan,
ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi dari

Makalah IPTEK dan Seni dalam Islam16


Khalifah adalah tanggung jawab terhadap dirinya dan lingkungannya, baik lingkungan sosial
maupun lingkungan alam.

Fungsi Pertama dalam konteks Abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah
yang memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada
penciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta
dirinya akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan Sang pencipta
kepadanya. Dengan hilangnya rasa syukur mengakibatkan manusia menghamba kepada
selain Allah, termasuk menghambakan diri kepada hawa nafsunya. Keikhlasan manusia
menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah penghambaan manusia kepada sesama
manusia termasuk kepada dirinya.

Fungsi kedua adalah sebagai Khalifah (wakil Allah) di muka bumi. Dalam posisi ini
manusia mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam dan lingkungannya
tempat mereka tinggal. Manusia diberikan kebebasan untuk mengeksploitasi, menggali
sumber-sumber alam, serta memanfaatkannya dengan sebesar-besarnya untuk kemanfaatan
umat manusia, asalkan tidak berlebih-lebihan dan melampaui batas. Karena pada dasarnya,
alam beserta isinya ini diciptakan oleh Allah untuk kehidupan dan kemaslahatan manusia.

Untuk menggali potensi alam dan pemanfaatannya diperlukan ilmu pengetahuan yang
memadai. Hanya orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang cukup (para ilmuwan atau
para cendekiawan) yang sanggup menggali dan memberdayakan sumber-sumber alam ini.
Akan tetapi, para ilmuwan juga harus sadar bahwa potensi sumber daya alam ini terbatas dan
akan habis terkuras apabila tidak dijaga keseimbangannya. Oleh karena itu, tanggung jawab
memakmurkan, melestarikan, memberdayakan dan menjaga keseimbangan alam semesta
banyak bertumpu pada para ilmuwan dan cendekiawan. Mereka mempunyai amanat atau
tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai ilmu
pengetahuan.

Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan karena ulah tangan manusia
sendiri (Qs. Ar Rum : 41). Mereka banyak yang menghianati perjanjiannya sendiri kepada
Allah. Mereka tidak menjaga amanat sebagai khalifah yang bertugas untuk menjaga,
melestarikan alam ini. Justru mengeksploitir alam ini untuk kepentingan pribadi dan
kelompoknya.

Kedua fungsi manusia tersebut tidak boleh terpisah, artinya keduanya merupakan satu
kesatuan yang utuh yang seharusnya diaktualisasikan dalam kehidupan manusia. Jika hal
tersebut dapat dilakukan secara terpadu, akan dapat mewujudkan manusia yang ideal (insan
kamil) yakni manusia sempurna yang pada akhirnya akan memperoleh keselamatan hidup
dunia dan akhirat.

Makalah IPTEK dan Seni dalam Islam17


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan iptek dan seni, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek dan seni. Dari uraian di atas dapat
dipahami, bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek dan seni setidaknya ada
2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu
pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek dan seni.
Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya
dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek dan seni.
Untuk itu setiap muslim harus bisa memanfaatkan alam yang ada untuk
perkembangan iptek dan seni, tetapi harus tetap menjaga dan tidak merusak yang ada. Yaitu
dengan cara mencari ilmu dan mengamalkanya dan tetap berpegang teguh pada syariat
Islam.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca memahami bagaimana
sebenarnya paradigma islam itu dalam menyaikapi Ilmu pengetahuan, Teknologi dan seni
tersebut. Selain itu, para pembaca juga diharapkan mampu memahami bagaimana integrasi
Imtaq (Iman dan Taqwa) dalam Iptek dan seni tersebut.
Karena semakin berkembangnya zaman, keberadaan Iptek dan seni sangat
berpengaruh terhadap kepribadian hidup manusia. Untuk itu diperlukan pegangan yang
berfungsi sebagai pengendali akan adanya perubahan-perubahan tersebut.
Akan tetapi makalah kami masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran dari
pembaca sangat kami butuhkan guna pembuatan makalah kami berikutnya yang lebih baik.

3.3 Daftar Pustaka


-http://heri14yulianto.blogspot.com/2013/06/
-http://mindaudahedu.wordpress.com/2012/05/23/

Makalah IPTEK dan Seni dalam Islam18

Anda mungkin juga menyukai