Anda di halaman 1dari 43

IDENTIFIKASI E.

COLI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas
dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di
darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan
tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk
hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak
memiliki klorofil dan berukuran renik atau mikroskopik (http://makalah biologiku.com).
Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak bahaya kerusakan. Hal itu terlihat dari
kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, tumbuhan, dan menimbulkan penyakit yang
berkisar dari infeksi ringan sampai kepada kematian. Mikroorganisme juga dapat mencemari
makanan, dan menimbulkan perubahan-perubahan kimiawi didalamnya, membuat makanan
tersebut tidak dapat dikomsumsi atau bahkan beracun.
Manusia dan binatang memiliki flora normal yang melimpah dalam tubuhnya yang
penyakit melimpah dalam tubuhnya yang biasanya tidak menyebabkan tetapi mencapai
keseimbangan yang menjamin bakteri dan inang untuk tetap bertahan, tumbuh dan berpropagasi.
Beberapa bakteri penting yang menyebabkan penyakit pada perbenihan biasanya tumbuh
bersama dengan flora normal (misalnya Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus). Ada
beberapa bakteria yang sudah jelas patogen (misalnya Salmonella typhi), tapi infeksi tetap belum
kelihatan atau subklinis dan inang merupakan pembawa bakteri (Brooks, dkk 2005).
Escherichia coli adalah salah satu yang paling sering menyebabkan banyak infeksi bakteri
umum, termasuk kolesistitis , bakteremia , kolangitis , infeksi saluran kemih (ISK), dan traveler's
diare, dan infeksi klinis lain seperti neonatal meningitis dan pneumonia.
Infeksi saluran kemih adalah salah satu penyakit saluran kemih yang dilalui urin. Infeksi
saluran kemih merupakan penyakit nomor dua paling banyak yang menyerang manusia tiap
tahunnya.Saat urin akan melewati saluran kemih maka "jalur" yang dilaluinya berurutan
sebagaimana posisi dari atas ke bawah, yaitu ginjal, ureter, vesika urinaria (kantung kemih), dan
uretra. Ginjal merupakan organ yang menyaring sisa metabolisme dari saluran darah, mengatur
keseimbangan cairan, dan pembentukan hormon. Ureter berfungsi mengalirkan cairan hasil
penyaringan ginjal ke kandung kemih untuk disimpan sementara dan bila kandung kemih sudah
penuh maka akan dikeluarkan melalui saluran uretra.

Biasanya sakit yang timbul pada penderita infeksi saluran kencing ada di daerah atas
tulang kemaluan, bagian bawah perut yang pada dunia kedokteran disebut dengan regio
hypogastrica. Apabila Anda merasa anyang-anyangan (rasa ingin kencing terus-menerus) dan
keluarnya kencing tidak lancar atau sedikit-sedikit disertai rasa nyeri pada bagian bawah perut,
Anda perlu mencurigai terserang ISK. Apalagi jika berdasarkan pemeriksaan dokter dan hasil
laboratorium pada urin Anda ditemukan kadar leukosit j-ang tinggi di dalam urin melebihi batas
normal 4.1-10.9 dengan satuan 109/L. Hal itu menandakan adanya infeksi. Infeksi saluran kemih
terbagi menjadi dua jenis, yaitu dengan penyulit dan tidak dengan penyulit.

Infeksi saluran kencing dengan penyulit adalah terjadinya infeksi saluran kencing
diakibatkan adanya sumbatan pada saluran kencing, yaitu sumbatan pada prostat atau adanya
batu pada saluran kemih. Biasanya pada penderita batu ureter atau batu saluran kemih akan
terjadi gesekan batu dengan dinding epitel (kulit) saluran ureter atau dinding epitel (kulit) vesika
urinaria, sehingga menyebabkan adanya kandungan eritrosit di dalam hasil pemeriksaan urin.

Infeksi saluran kemih tidak dengan penyulit adalah terjadinya infeksi saluran kencing
diakibatkan oleh bakteri atau kuman yang masuk ke dalam saluran kencing yang dapat masuk
dari luar, misalnya dari air ketika membersihkan sehabis buang air.

Infeksi saluran kemih dapat menyerang segala usia, baik pria maupun wanita. Namun
yang paling sering terkena biasanya adalah wanita. Mungkin hal ini disebabkan saluran ureter
pada wanita lebih pendek dibandingkan dengan pria, bedanya sekitar 3-5 sentimeter.

Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis spesies utama bakteri
gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat
ditemukan dalam usus besar manusia. Kebanyakan E. Coli tidak berbahaya, tetapi beberapa,
seperti E. Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada
manusia. E. Coli yang tidak berbahaya dapat menguntungkan manusia dengan memproduksi
vitamin K2, atau dengan mencegah baketi lain di dalam usus.
E. coli banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika. Biasa digunakan sebagai
vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. E. coli dipilih
karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi bakteri
Escherichia coli dalam sampel yang digunakan yaitu air got. Selain itu, praktikum juga
dimaksudnkan untuk mengetahui jenis dari bakteri Escherichia coli dalam sampel.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengisolasi dan mengidentifaki
bakteri Escherichia coli dalam air dan penyakit-penyakit yang ditimbulkannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Eschericia coli
Escherichia coli pertama kali diidentifikasikan oleh dokter hewan Jerman, Theodor
Escherich dalam studinya mengenai sistem pencernaan pada bayi hewan. Pada tahun 1885,
beliau menggambarkan organisme ini sebagai komunitas bakteri coli dengan membangun segala
perlengkapan patogenitasnya di infeksi saluran pencernaan. Nama Bacterium coli sering
digunakan sampai pada tahun 1991. Ketika Castellani dan Chalames menemukan genus
Escherichia dan menyusun tipe spesies E. Coli (http)
2.2 Klasifikasi Escherichia coli
Superdomain : Phylogenetica
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli

2.3 Morfologi
E. coli merupakan kuman berbentuk batang pendek (koko basil) Gram negatif, ukuran
0,4-0,7m X 1,4m, sebagian gerak positif dan beberapa strain mempunyai kapsul. Escherichia
coli tumbuh baik pada hampir semua media yang biasa dipakai di laboratorium mikrobiologi
pada media yang dipergunakan untuk isolasi kuman enterik. Sebagian besar strain E. coli
tumbuh sebagai koloni yang meragi laktosa. E. coli bersifat mikroaerofilik. Beberapa strain bila
ditanam pada agar darah menunjukkan hemolisis tipe beta (Karsinah, 1994). Koloni yang
berwarna merah pada agar Mac Conkey menunjukkan bahwa basil memfermentasi laktosa dan
bersifat non patogen di dalam intestin (Gibson, 1996).
Tempat yang paling sering terkena infeksi Escherichia coli adalah salurankemih,
saluran empedu, dan tempat-tempat lain di rongga perut. Bakteri ini juga menghasilkan
enterotoksin penyebab diare. Escherichia coli memproduksi enterotoksin yang tahan panas dapat
menyebabkan diare yang ringan, sedangkan enterotoksin yang tidak tahan panas dapat
menyebabkan sekresi air dan klorida ke dalam lumen usus, menghambat reabsorbsi natrium
(Jawetz et al., 2005).
2.4 Antigen
Escherichia coli memiliki antigen O tersusun dari komplek polisakarida-phospolipid
dengan fraksi protein yang tahan terhadap pemanasan, sehingga antigen O dikenal sebagai
antigen permukaan yang tahan panas (heat-stable). Antigen K merupakan antigen kapsul atau
amplop. Antigen K terletak di atas antigen O dan mencegah antigen O kontak dengan antibodi O.
tersusun dari lipopolisakarida Antigen fimbria terletak pada fimbria (pili), yang merupakan
penonjolan pada dinding sel dan tersusun dari protein. Antigen H merupakan antigen flagela,
protein dan tidak tahan panas (Gross,1997).
Antigen yang digunakan untuk menentukan serotipe adalah sebagai berikut:
Somatik atau antigen O. Dituliskan menggunakan numeral Arabik; sebagai contoh, O33 (Carter,
2004). Antigen O merupakan bagian terluar dinding sel lipopolisakarida dan terdiri unit berulang
lipopollisakarida. Beberapa polisakarida spesifik O mengandung gula unik. Antigen O tahan
terhadap panas dan alcohol dan biasanya dideteksi dengan cara aglutinasi bakteri. Antibodi
terhadap antigen O adalah IgM. Sedangkan tiap jenis enterobacteriaceae digabungkan dengan
kelompok khusus O sehingga tiap organisme tunggal dapat membawa beberapa antigen O yang
sama dengan E. coli. E. coli dapat bereaksi silang dengan beberapa spesies providencia,
klebsiella, dan salmonella. Biasanya antigen O berhubungan dengan penyakit khusus pada
manusia, misalnya tipe spesifik O dari E. coli ditemukan pada diare dan infeksi saluran kemih
(Brooks, 1995).
Antigen K (permukaan atau amplop). Ada lebih dari 80 Antogen K yang berbeda-beda.
Dituliskan menggunakan numeral Arabik; contoh, K4 (Carter, 2004). Antigen K merupakan
bagian luar dari antigen O pada beberapa, tetapi tidak pada semua enterobacteriaceae. Beberapa
antigen K adalah polisakarida, termasuk antigen K dari E. coli dan yang lainnya protein. Antigen
K dapat berpengaruh pada reaksi aglutinasi dengan antisera O dan mereka dapat dihubungkan
dengan virulensi misalnya strain E. coli memproduksi K1 yang merupakan penyebab utama pada
meningitis neonatal, dan antigen K dari E. coli menyebabkan perlekatan bakteri pada sel
epithelial yang memungkinkan invasi ke sistem gastrointestinal atau saluran kemih) (Brooks,
1995).
Antigen H atau flagella. Ditulis dengan H diikuti dengan numeral Arabik; contoh, H2. Apabila
tidak ada flagella , dituliskan dengan NM (nonmotil) (Carter, 2004). Antigen H terletak pada
flagella dan denaturasi atau dihilangkan oleh panas atau alkohol. Mereka dapat diawetkan
dengan pemberian formalin pada varian bakteri yang motil. Antigen H mengadakan aglutinasi
dengan antibodi H , biasanya Ig G. Penentu dalam antigen H merupakan fungsi dari rangkaian
asam amino pada protein flagella (flagellin) (Brooks, 1995).

2.5 Gejala Klinis


Escherichia coli adalah spesies yang paling penting dari genus Escherichia dan
merupakan flora normal yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran kencing, luka, bakterimia,
septisemia dan meningitis serta infeksi gastrointestinal (Gaani A, 2003).
Sehubungan dengan infeksi pada usus dikenal lima jenis Escherichia coli, yaitu:
a) Enteropathogenik Escherichia coli (EPEC)
EPEC menyebabkan diare pada bayi atau anak anak kurang dari 1 tahun dan jarang pada orang
dewasa dengan gejala berupa demam tidak tinggi, muntah, malaise dan diare.
b) Enterotoxigenik Escherichia coli (ETEC)
ETEC menyebabkan diare pada anak anak dan dewasa di daerah tropis dan subtropics pada
Negara yang sedang berkembang. Infeksi ETEC ditandai dengan gejala demam rendah dan tinja
encer.
c) Enteroinvasive Escherichia coli (EIEC)
EIEC menyebabkan diare mirip dengan yang disebabkan oleh shigella, baik pada anak anak
maupun orang dewasa. Tinja agak encer bahkan seperti air, mengandung nanah, lender dan darah
dengan gejala panas dan malaise.
d) Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC)
EHEC dikenal sebagai penyebab diare hemorhagik dan colitis serta hemolytic uremic syndrome
(HUS) yang ditandai dengan jumlah trombosit berkurang, anemia hemolitik dan kegagalan
ginjal. Tinja encer berair, mengandung darah dan abdomen terasa sakit, kram serta demam
rendah atau tanpa demam.
e) Enterodherant Escherichia coli (EAEC)
EAEC menyebabkan diare dengfan cara menempel kuat pada permukaan mukosa usus dengan
gejala tinja encer berair, muntah, dehidrasi, dan biasanya sakit pada abdomen.

2.6 Media Selektif


a) Media Mac Conkay Agar (MCA)
Escherichia coli merupakan salah satu bakteri gram negative (merah) sehingga pertumbuhannya
cocok dengan media Mac Conkay Agar (MCA). Pertumbuhan bakteri yang baik ditandai dengan
koloni bulat, sedang-besar, keeping-cembung, merah keruh dan smooth.
b) Media Endo Agar
Endo agar merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
Pertumbuhan yang baik ditandai dengan koloni besar-besar, elevasi cembung, smooth dan
berwarna merah tua metalik.
c) Media EMBA (Eosin Methylen Blue Agar)
Pada media ini pertumbuhan bakteri dapat dilihat dengan koloni tampak sedang, keeping,
smooth, berwarna hijau metalik dan terkadang ditengahnya koloni terdapat warna ungu.

2.7 Kerangka Identifikasi


BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
Objek Glass
Ose bulat dan ose lurus
Lampu spiritus
Bak pewarnaan
Tabung reaksi
Mikroskop
Pipet tetes
Incubator
Korek gas

3.1.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
a) Reagen
- Darah
- NaCl 0,9 %
- KOH 10%
- Safranin
- CGV (Carbol Gentian Violet)
- Alcohol 96%
- Lugol
- Indicator methyl red
- - naftol
b) Media
- Media BHIB (Brain Heart Infussion Broth)
- Media MCA (Mac Conkay Agar)
- Media ENDO Media
- Media EMBA (Eosin Methylen Blue)
- Media SIM (Sulfur Indol Motility)

- Media Urea
- Media MR/VP

- Media SCA (Simon Citrat Agar)


- Media Gula-gula (glukosa, sukrosa, maltose, laktosa, dan manitol)
3.2 Metode Kerja
Langkah-langkah dalam pemeriksaan bakteri Escherichia coli adalah
sebagai berikut :
Hari pertama (I)
Penanaman sampel pada media pemupuk BHIB
1) Ambil air got lalu centrifuge selama 15 menit.
2) Buang supernatanya. Dengan menggunakan ose ambil endapan dan tanam pada
media BHIB.
3) Di incubator selama 18-24 jam pada suhu 37C.
Hari Kedua (II)
1) Lakukan pewarnaan gram
Ambil suspensi bakteri pada BHIB.
Buat apusan pada objek glass yang bersih dan bebas lemak. Setelah kering,
fiksasi sediaan.
Warnai sediaan dengan CGV selama 1-2 menit kemudian bilas dengan air
mengalir.
Tetesi sediaan dengan lugol selama 45 detik-1 menit, bilas dengan air mengalir.
Lunturkan sediaan dengan alcohol 96% sampai warna luntur, bilas dengan air.
Tetesi sediaan zat warna safranin selam 1 menit, bilas dengan air.
Setelah preparat kering, amati dibawah mikroskop dengan perbesaran objektif
100.
2) Penanaman pada media selektif MCA, ENDO, dan EMBA
Dengan menggunakan ose steril ambil suspensi bakteri pada BHIB lalu goreskan
dipermukaan media MCA, ENDO, dan EMBA.
Incubator selama 18-24 jam dengan suhu 37C.
Hari Ketiga (III)
Lakukan Pewarnaan gram dengan mengambil koloni yang sesuai pada media
MCA, ENDO, dan EMBA.
Penanaman pada media TSIA. Dengan menggunakan ose lurus (nahl), tusuk
media TSIA sampai dasar tabung dan buat goresan pada daerah miring.
Media yang sudah ditanami dimasukkan dalam incubator selama 18-24 jam
dengan suhu 37C.
Hari keempat (IV)
Lakukan pewarnaan gram dengan mengambil koloni dari media TSIA.
Penanaman pada media biokimia dan gula-gula. Dengan koloni yang sama, ambil
dan tanam pada media biokimia (SIM, SCA, urea, dan MR/VP), dan gula-gula
(glukosa, sukrosa, maltose, manitol, dan laktosa)
Hari kelima (V)
Amati perubahan yang terjadi pada media SIM, SCA, MR/VP, urea, glukosa,
laktosa, maltose, sukrosa, dan manitol.
Untuk media SIM tabahkan dengan reagen covacs 2-3 tetes.
Untuk media MR ditetesi dengan indicator Methyl Red 3 tetes.
Untuk media VP ditetesi dengan KOH 10% 4 tetes dan - naftol 12 tetes.
Hasil pengamatan disesuaikan dengan tabel biokimia untuk menentukan jenis
bakteri.

ESCHERICIA COLI
Metode APM (Angka Paling Mungkin)
Prinsip :
Pertumbuhan E.Coli yang di tandai oleh terbentuknya gas didalam tabung
Durham setelah di inkubasikan dalam perbenihan yang cocok pada suhu 44oC
selama 24-48 jam, yang di ikuti oleh uji biokimia dan selanjutnya di rujuk pada
tabel APM.

Landasan Teori :

E-Coli

E.Coliadalahbaktricoliformyangseringditemukanpadafacesmanusiadan
hewanberdarahpanas.Organismeinitersebarluasdialambiasanyalazimterdapatdalamsel
pencernaanmanusiadanhewan.DalamMerchantdanParker(1961)disebutkanspesiesE.coli
tidakdapatmengurangiasamsitratdangaramasamsitratsebagaisumberkarbontunggaldan
tidakmenghasilkanpigmen,tetapikadangkadangmenghasilkanpigmenberwarnakuning.
KlasifikasiEscherichiacoli:
Divisio:Schizomycota
Kelas:Schizomycetec
Ordo:Eubacteriaceae
Genus:Escherichia
Species:Escherichiacoli(Salle,1961)

E. coli adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang yang tidak membentuk spora yang
merupakanfloranormaldiusus.Meskipundemikian,beberapajenisE.colidapatbersifatpatogen,
yaituserotipeserotipeyangmasukdalamgolonganE.coliEnteropatogenik,E.coliEnteroinvasif,
E. coli Enterotoksigenik dan E.coli Enterohemoragik . Jadi adanya E. coli dalam air minum
menunjukkan bahwa airminum tersebut pernah terkontaminasi kotoran manusiadan mungkin
dapatmengandungpatogenusus.OlehkarenanyastandarairminummensyaratkanE.coliharus
absendalam100ml.

BerbagaicarapengujianE.colitelahdikembangkan,tetapianalisiskonvensionalyangmasih
banyakdipraktekkan adalahdengan4tahapanalisisyangmemerlukanwaktu57hari.Empat
tahapanalisistersebutadalahUjiPendugaandenganmetodeMPN(mostprobablenumber),Uji
penguatpadamediumselektif,Ujilengkapdenganmediumlactosebroth,sertaUjiIdentifikasi
denganmelakukanreaksiIMViC(indol,methylred,VoguesPraskauer,dancitrate).Jadiuntuk
dapatmenyimpulkanE.coliberadapadaairataumakanandiperlukanseluruhtahapanpengujian
di atas. Apabila dikehendaki untuk mengetahui serotipe dari E. coli yang diperoleh untuk
memastikan apakah E.coli tersebut patogen atau bukan maka dapat dilakukan uji serologi.
Meskipundemikian,beberapaserotipepatogentertentusepertiO157:H7yangganastidakdapat
diujilangsungdenganpengujian4tahapinidanmemerlukanpendekatananalisiskhusussejak
awal.

E.colitersebardiseluruhduniadanditularkanbersamaairataumakananyangterkontaminasi
olehfeses.Escherichiacoliberbentukbatang, tebal 0,5m; panjang antara 1,0 3,0 m;
bervariasi daribentukkoloid sampaiberbentuksepertifilamenyangpanjang;tidakberbentuk
spora;motildanfilamenperithinbeberapagalurtidakmemilikiflagella;bersifatGramnegatif
(MerchantdanParker,1961).

E. coli bersifat aerob atau kualitatif anaerob, dapat tumbuh pada media buatan.
BeberapasifatE.coliantaralainpertumbuhanoptimumpadasuhu37C,dapattumbuhpada
suhu 15C 45C,tumbuhbaikpadapH7,0tapitumbuhjugapadapHyanglebihtinggi
(MerchantdanParker,1961)

Koloni terlihat basah, mengkilat, tidak bening, bulat dandengantepiyangterlihathalus


dan rata. Koloni muda terlihat granuler halus dan makin tua menjadi granuler kasar.
Escherichia coli menghasilkan asam dan gas dari glukosa, laktosa, fruktosa, maltosa,
arabinosa, xylosa, rhamnosa dan manitol; dapat atau tidak memfermentasi sukrosa,
rafinosa,salisin,eskulin,dulsitoldangliserol;bervariasi dalam memfermentasi sakrosa dan
salisin,pektindanadonitoljarangdifermentasikan;dekstrin,patidanglikogendaninositol
tidakpernahdifermentasikan(MerchantdanParker,1961).

Escherichia coli menghasilkan katalase, tidak mencairkan gelatin, membentuk


indol,mereduksinitrat,mengoksidasidanmengasamkanairsusutanpapeptonisasi,mengoksidasi
kentang sehingga berwarna coklat gelap,tidak menghasilkan gas H2S (Merchant dan Parker,
1961).

Peralatan:
a.Penangasair
b.WaterbathInkubator4445oC
c.PipetVolume1mL,10mL
d.Ose
e.LabuErlenmeyer
f.TabungReaksi

Perbenihandanpereaksi
a.EschericiaColiBroth(ECBroth)
b.BGLBBroth
c.EMBAgar
d.MRVPMedium
e.NutrientAgar(NA)
f.LarutanMethylRed
g.PereaksiVogesProskauer
h.PereaksiuntukPewarnaanGram
i.PereaksiIndol
j.LarutanalfaNaphtol
k.LarutanKOH40%
CaraKerja:

a)Masukkan1sengkelitbiakanyangpositifgaspadaLBdanpengujianAPM
bakteriColiformkedalamtabung berisi E.C Broth yang di dalamnya terdapat
tabung durhamterbalik.
b) Inkubasikan dalam penangas air pada suhu 44-45oC selama 24-48 jam.
c) Catat tabung yang didalamnya terbentuk gas (E.Coli dianggap positif, jika di
dalam tabung terbentukgas).
d) Lanjutkan penetapan E.Coli dengan menginokulasikan biakan yang membentuk
gas ke perbenihan EMB atau VRBA dalam cawan petri.
e) Inkubasikan pada suhu 37oC selama 18-24 jam.
f) Pilih koloni berwarna merah gelap (VRBA) yang berdiameter 0,5 mm atau lebih
atau koloni berwarna kilat logam hijau metalik (EMB Agar) dan di inokulasikan
pada
g) Nutrien Agar miring dalam tabung, Inkubasikan pada suhu 35oC selama 18-24
jam.

1. Tinjauan Umum Coliform

Bakteri Coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam

saluran pencernaan manusia. Bakteri Coliform adalah kuman batang pendek

gram-negatif yang dapat membentuk rantai. Adanya bakteri Coliform di dalam

makanan dan minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme yang

bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan.

Bakteri Coliform dapat dibedakan atas dua grup yaitu: Coliform fekal,

misalnya Escherichia coli dan Coliform nonfekal, misalnya Enterobacter

aerogenes. Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan

maupun manusia, sedangkan E.aerogenes biasanya ditemukan pada hewan atau

tumbuhan yang telah mati. (Fardiaz, 1989).


Penentuan Coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah

koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu,

mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi

bakteri patogenik lain. Jadi, Coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit

kandungan Coliform berarti kualitas air semakin baik. ( Imron, 2008).

E.coli digunakan sebagai indikator pemeriksaan kualitas bakteriologi secara

universal dalam analisis dengan alasan:

a). E. coli secara normal hanya ditemukan di saluran pencernaan manusia (sebagai

flora normal) atau hewan mamalia, atau bahan yang telah terkontaminasi dengan

tinja manusia atau hewan; jarang sekali ditemukan dalam air dengan kualitas

kebersihan yang tinggi,

b). E. coli mudah diperiksa di laboratorium dan sensitivitasnya tinggi jika

pemeriksaan dilakukan dengan benar,

c). Bila dalam air tersebut ditemukan E. coli, maka air tersebut dianggap berbahaya

bagi penggunaan domestik,

d). Ada kemungkinan bakteri enterik patogen yang lain dapat ditemukan bersama-

sama dengan E. coli dalam air tersebut.


Bakteri Coliform ini menghasilkan zat ethionine yang pada penelitian

menyebabkan kanker. Bakteri-bakteri pembusuk ini juga memproduksi

bermacam-macam racun seperti indole, skatole yang dapat menimbulkan penyakit

bila berlebih didalam tubuh.

Bakteri Coliform merupakan parameter mikrobiologi terpenting kualitas air

minum. Meskipun jenis bakteri ini tidak menimbulkan penyakit tertentu secara

langsung, keberadaannya di dalam air minum menunjukkan tingkat sanitasi

rendah. Oleh karena itu, air minum harus bebas dari semua jenis Coliform.

Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri Coliform, semakin tinggi pula risiko

kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia

dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam

air terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas adalah Shigella,

yaitu mikroba penyebab gejala diare, deman, kram perut, dan muntah-muntah.

Kekeruhan Air
Posted on March 19, 2011 by lelykesehatan

Air bawah tanah (ground water) atauakifer (aquifer) adalah air yang terdapat pada
pori-pori tanah-pasir-kerikil-batuan yang telah jenuh terisi air. ( Choesin, dkk,
2004)
Kekeruhan adalah jumlah dari butir-butir zat yang tergenang dalan air. Kekeruhan
mengukur hasil penyebaran sinar dari butir-butir zat tergenang:
Makin tinggi kekuatan dari sinar yang terbesar, makin tinggi kekeruhannya.
Bahan yang menyebabkan air menjadi keruh termasuk:
Tanah liat
Endapan (lumpur)
Zat organik dan bukan organik yang terbagi dalam butir-butir halus
Campuran warna organik yang bisa dilarutkan
Plankton
Jasad renik (mahluk hidup yang sangat kecil). (Nuijten, 2007)
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat
dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan
anorganik dan organic yang berupa plankton dan mikro organism lain.
Kekeruhan dinyatakan dalam satuan turbiditas, yang setara dengan 1mg/liter
SiO2. Peralatan yang pertama kali digunakan untuk mengukur turbiditas atau
kekeruhan adalah Jackson Candler Turbidimeter, yang dikalibrasi dengan
menggunakan silika. Kemudian, Jackson Candler Turbidimeter dijadikan sebagai
alat baku atau standar bagi pengukuran kekeruhan. Satu Unit turbiditas Jackson
Candler Turbidimeter dinyatakan dengan satuan 1 JTU. Pengukuran kekeruhan
dengan menggunakan Jackson Candler Turbidimeter bersifat visual, yaitu
membandingkan air sampel dengan standar.
Selain dengan menggunakan Jackson Candler Turbidimeter, kekeruhan sering
diukur dengan metode Nephelometric. Pada metode ini, sumbercahaya dilewatkan
pada sampel dan intensitas cahaya yang dipantulkan oleh bahan-bahan penyebab
kekeruhan diukur dengan menggunakan suspensi polimer formazin sebagai
larutan standar. Satuan kekeruhan yang diukur dengan menggunakan metode
Nephelometric adalah NTU (Nephelometric Tubidity Unit). Satuan JTU dan NTU
sebenarnya tidak dapat saling mengkonversi, akan tetapi Sawyer dan MC Carty
(1978) mengemukakan bahwa 40 NTU setara dengan 40 JTU.
Menurut Lloyd (1985) peningkatan nilai turbiditas pada perairan dangkal dan
jernih sebesar 25 NTU dapat mengurangi 13%-50% produktivitas primer.
Peningkatan turbiditas
sebesar 5 NTU di danau dan sungai dapat mengurangi produktivitas primer
berturut-turut sebesar 75% dan 3%-13%.
Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai
padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi, tetapi tidak berarti
memiliki kekeruhan yang tinggi.
Kekeruhan pada air yang tergenang (lentik), misalnya danau, lebih banyak
disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel halus.
Sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan
oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar, yang berupa lapisan
permukaan tanah yang terbawa oleh aliran air pada saat hujan. Kekeruhan yang
tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya,
pernafasan dan daya lihat organism akuatik, serta dapat menghambat penetrasi
cahaya kedalaman air. Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempersulit usaha
penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air.
(Effendi,2003)
Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi: tanah liat, lumpur,
bahan-bahan organik yang tersebar secara baik dan partikel-partikel kecil yang
tersuspensi lainnya. Nilai yang menunjukkan kekeruhan didasarkan pada bahan-
bahan tersuspensi pada jalannya sinar melalui sampel.
Nilai ini tidak secara langsung menunjukkan banyaknya bahan tersuspensi, tetapi
ia menunjukkan kemungkinan penerimaan konsumen terhadap air tersebut.
Kekeruhan tidak merupakan sifat dari air yang membahayakan, tetapi ia menjadi
tidak disenangi karena rupanya. Untuk membuat air memuaskan untuk
penggunaan rumah tangga, usaha penghilangan secara hampir sempurna bahan-
bahan yang menyebabkan kekeruhan, adalah penting.
Standar yang ditetapkan oleh U.S. Public health Service mengenai kekeruhan ini
adalah batas maksimal 10 ppm dengan skala silikat, tetapi dalam angka praktik
angka standar ini umumnya tidak memuaskan. Kebanyakan bangunan pengolahan
air yang modern menghasilkan air dengan kekeruhan 1 ppm atau kurang. Menurut
Clair N Sawyer dkk. Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus
dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi umum, mengingat
bahwa kekeruhan tersebut akan mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam
usaha penyaringan dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi. (Sutrisno,
2006).
Sebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air permukaan
seperti sungai, danau dan sebagainya. Salah satu langkah penting pengolahan
untuk mendapatkan air bersih adalah menghilangkan kekeruhan dari air baku
tersebut. Kekeruhan ini sendiri diakibatkan oleh adanya partikel-partikel kecil dan
koloid yang berukuran 10 nm sampai 10 m. Partikel-partikel kecil dan koloid
tersebut tidak lain adalah kwarts, tanah liat, sisa tanaman, ganggang dan
sebagainya.
Kekeruhan dihilangkan melalui pembubuhan sejenis bahan kimia dengan sifat-
sifat tertentu yang disebut flokulan. Umumnya flokulan tersebut adalah tawas,
namun dapat pula garam Fe (III), atau salah satu polielektrolit organis. Selain
pembubuhan flokulan diperlukan pengadukan sampai flok-flok terbentuk. Flog-
flog ini mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid tersebut (bertumbukan)
dan akhirnya bersama-sama mengendap. (Alaerts, 1987).
Kekeruhan dipengaruhi oleh:
1. Benda-benda halus yang disuspensikan seperti lumpur dan sebagainya.
2. Adanya jasad-jasad renik (plankton) dan
3. Warna Air
Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai
dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan
mana yang tidak keruh, agak keruh, dan paling keruh. Air yang tidak terlampau
keruh dan tidak pula terlampau jernih baik untuk kehidupan ikan dan udang
budidaya. (Ghufron, 2007).
Kekeruhan adalah Ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai
dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (nephelo metrix
turbidity unit) atau JTU (jackson turbidity unit) atau FTU (formazin turbidity
unit), kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid
di dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi estetika maupun dari segi
kualitas air itu sendiri.

Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan


organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh
buangan industri. Dan akibatnya bagi budidaya perairan adalah dapat
mengganggu masuknya sinar matahari, membahayakan bagi ikan maupun bagi
organisme makanan ikan. dan juga dapat mempengaruhi corak dan sifat optis dari
suatu perairan.
Peningkatan konsentrasi padatan tersuspensi sebanding dengan peningkatan
konsentrasi kekeruhan dan berbanding terbalik dengan kecerahan. Keberadaan
total padatan tersuspensi di perairan mempengaruhi intensitas cahaya matahari
yang masuk ke dalam badan air. Dan dampaknya bagi budidaya perairan adalah
adanya absorbsi cahaya oleh air dan bahan bahan terlarut, pembiasan cahaya
yang di sebabkan oleh bahan bahan yang melayang. Nilai kecerahan suatu
perairan berhubungan erat dengan penetrasi cahaya matahari ke dalam badan air.

Cara mengatasi kekeruhan


Ada beberapa cara untuk penanggulangan kekeruhan pada suatu perairan.
Yaitu proses Purifikasi/proses pemurnian air. Pemurnian air dalam bahasa Inggris
disebut water purification yaitu proses merubah keadaan air dari keruh, berbau
dan berwarna, pH beraneka menjadi air yang jernih, bebas dari keruh, berbau dan
berwarna serta pH yang netral.
Mengatasi kekeruhan dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1. Pengendapansecara alami (proses sedimentasi) dengan cara membiarkan
maka air yang mengandung lumpur kasar maupun halus akan perlahan-
lahan mengendap.
2. Melalui proses koagulasi ,Air yang mengandung koloidal akan diendapkan
memakai bahan koagulant.
3. Proses sedimentasi aktif

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui

sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan

bumi. Air bersih penting bagi kehidupan manusia.1[1]

1
Namun air banyak mendapat pencemaran baik dari sumber domestik maupun

non domestik. Semua bahan pencemar tersebut secara langsung ataupun tidak langsung

akan mempengaruhi kualitas air. Adanya pencemar ini dapat menyebabkan kekeruhan

pada air.2[2]

Kekeruhan pada air dalam istilah teknik biasanya disebut dengan turbiditas. Kekeruhan
adalah keadaan buram atau kekaburan dari cairan yang disebabkan oleh partikel individu
(padatan tersuspensi) yang umumnya tidak terlihat dengan mata telanjang, mirip dengan
asap di udara. Pengukuran kekeruhan adalah tes kunci dari kualitas air. Kekeruhan dalam
air permukaan dapat disebabkan oleh pertumbuhan fitoplankton, kegiatan manusia yang
mengganggu tanah, seperti konstruksi dapat menyebabkan tingkat sedimen yang tinggi
ketika memasuki perairan selama musim hujan karena limpasan air hujan sehingga
menciptakan kondisi keruh.3[3]

Kekeruhan dapat diukur dalam banyak cara. Secara tradisional, metode Jackson

Candle dapat digunakan untuk mengukur kekeruhan dimana hasilnya dinyatakan sebagai

Jackson Turbidity Unit (JTU). Namun, metode ini tidak dapat mengukur kekeruhan dalam

konsentrasi rendah sehingga harus digunakan turbidimeter. 4[4]

Turbidimetri adalah suatu metoda analisis kuantitatif yang berdasarkan pada

pelenturan sinar oleh suspensi zat padat. Pada dasarnya yang diukur adalah

perbandingan antara intensitas sinar yang diteruskan dengan intesitas sinar mula mula.

Proses pengayakan adalah pemisahan bahan berdasarkan ukuran mesh kawat

ayakan, bahan yang mempunyai ukuran lebih kecil diameter mesh akan lolos dan bahan

yang mempunyai ukuran lebih besar akan tertahan pada perkumukaan kawat ayakan.

Bahan yang lolos melewati lubang ayakan mempunyai ukuran yang seragam dan bahan

4
yang tertahan dikembalikan untuk dilakukan penggilingan ulang. Proses pengayakan juga

sebagai alat pembersih, memisahkan kontaminan yang ukurannya berbeda dari bahan

baku. Berbagai jenis pengayak yang dapat digunakan dalam proses sortasi bahan pangan

klasifikasinya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu ayakan dengan celah yang berubah-

ubah (screen aperture).5[5] Berdasarkan latar belakang ini, maka dilakukanlah percobaan

turbiditas untuk mengukur tingkat kekeruhan dari air serta penggunaan grain size untuk

mengayak tepung.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana menentukan nilai turbiditas air sungai ?

2. Bagaimana menentukan nilai koefisien varians dari tepung beras?

C. Tujuan

1. Menentukan nilai turbiditas air sungai.

2. Menentukan nilai koefisien varians dari tepung beras.

D. Manfaat

Manfaat dari percobaan ini, yaitu :

1. Dapat mengetahui cara mengukur sampel menggunakan turbidimeter.

2. Dapat mengetahui turbiditas air sungai.

5
3. Dapat mengetahui cara analisis grain size pada sampel tepung beras.

4. Dapat menentukan nilai koefisien varians dari tepung beras.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O. Satu molekul air tersusun

atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat

tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan

100 kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0 C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut

yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya,

seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul

organik.6[6]

Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat

kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah

tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai

sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida

(OH-).7[7]

Air tersusun atas molekul-molekul triatomik sederhana, tetapi tingkah laku air sangat
kompleks dan beberapa hal agak unik. Sifat unik air muncul terutama dari struktur
molekular dan resultan gaya-gaya intermolekularnya. Atom oksigen dalam molekul air
dilukiskan membentuk orbital hibrida terluar sp 3, dengan dua pasang elektron non-
ikatan. Sifat elektronegatif yang sangat tinggi bagi atom oksigen lebih lanjut

7
mengakibatkan terbentuknya ikatan hidrogen antar molekul air yang sangat kuat pula. 8
[8]

Pada saat ini, pencemaran berlangsung dimana-mana dengan laju begitu cepat

yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Sekarang ini beban pencemaran dalam

lingkungan air sudah semakin berat dengan masuknya limbah industri dari berbagai

bahan kimia yang kadang kala sangat berbahaya dan beracun meskipun dalam

konsentrasi yang masih rendah seperti bahan pencemar logam-logam berat : Hg, Pb, Cd,

As dan sebagainya. 9[9]

Warna dan tingkat kekeruhan pada air dan larutan lainnya sangat bervariasi.

Beberapa larutan, seperti air kemasan terlihat jernih, sementara yang lain kelihatan

sangat tercemar oleh limbah industri sehingga terlihat keruh dan buram. Kekeruhan yang

terjadi ini disebut turbidity. Kekeruhan disebabkan oleh partikel halus tersuspensi dalam

air yang menyebabkan cahaya tidak dapat merambat lurus dalam air. Clay, lanau,

plankton dan mikroorganisme lainnya merupakan contoh partikulat yang menyebabkan

kekeruhan. Banyak penyebab kekeruhan tidak selalu berbahaya bagi kesehatan manusia,

tetapi kekeruhan dapat menjadi tanda lain bagi masalah yang lebih serius. Misalnya, air

kolam keruh mungkin tidak berbahaya untuk perenang, tetapi bisa menunjukkan adanya

kelebihan karbonat yang dapat merusak kolam itu sendiri. 10[10]

Turbidimetri adalah suatu metoda analisis kuantitatif yang berdasarkan pada

pelenturan sinar oleh suspensi zat padat. Pada dasarnya yang diukur adalah

perbandingan antara intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar mula

10
mula. Sinar yang dipancarkan oleh lampu (sumber cahaya) akan dipantulkan oleh cermin

cekung dan kemudian dijatuhkan pada contoh yang mengandung partikel yang

tersuspensi. Sinar yang jatuh pada partikel partikel yang tersuspensi tersebut akan

ditebarkan / dihamburkan. Kemudian sinar yang dihamburkan oleh cuplikan akan

ditangkap oleh nephelometer yang mana arahnya tegak lurus ( 90 O ) dari sumber cahaya.

Sinar yang diteruskan ditangkap oleh pengamat yang arahnya membentuk garis lurus

11
dari sumber cahaya disebut turbidimeter. [11]

(Gambar 1. Instrumen Turbidimeter)12[12]

Turbidimeter merupakan sifat optik akibat disperse sinar dan dapat dinyatakan

sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas

cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspense adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-

kondisi lainnya konstan. Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga

golongan, yaitu pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap

intensitas cahaya yang datang; pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana

cahaya mulai tidak tampak di dalam lapisan medium yang keruh. Instrumen pengukur

perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall meter. Dalam instrument ini intensitas

diukur secara langsung, sedang pada nefelometer, intensitas cahaya diukur dengan

larutan standar. Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan. Turbiditas

berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan, tetapi turbiditas tergantung juga

pada warna. Untuk partikel yang lebih kecil, rasio Tyndall sebanding dengan pangkat tiga

11

12
dari ukuran partikel dan berbanding terbalik terhadap pangkat empat panjang

gelombangnya.13[13]

Menurut Riza Julianti (2010), metode pengukuran turbiditas dapat

dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu sebagai berikut :

1. pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap intensitas

cahaya yang datang;

2. pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya mulai tidak tampak di dalam

lapisan medium yang keruh.

3. instrumen pengukur perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall meter. Dalam

instrumen ini intensitas diukur secara langsung. Sedang pada nefelometer, intensitas

cahaya diukur dengan larutan standar.

(Gambar 2. Turbidimeter)14[14]

Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan. Turbiditas

berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan, tetapi turbiditas tergantung. juga

pada warna. Untuk partikel yang lebih kecil, rasio Tyndall sebanding dengan pangkat tiga

dari ukuran partikel dan berbanding terbalik terhadap pangkat empat panjang

gelombangnya.15[15]

Turbiditas disebabkan oleh partikel-partikel padat yang tersuspensi dalam air.

Suspensi adalah suatu sistem heterogen dimana partikel atau molekul zat terlarut

13

14

15
(solute) terbagi diantara partikel atau molekul pelarut (solvent) yang mana masih bisa

dilihat antara solute dengan solvent, misalnya suspensi pasir di dalam air. Sehingga

menyebabkan cahaya yang dilewati pada cairan tersebut terhamburkan oleh partikel

partikel tersebut dan cairan secara fisik akan terlihat keruh. Partikel-partikel yang

menyebabkan kekeruhan dalam cairan diantaranya zat padat yang tidak larut, plankton

dan mikroorganisme lainnya yang terdapat di dalam air. 16[16]

Meskipun partikel-partikel tersuspensi belum tentu berbahaya bagi manusia,

namun turbiditas merupakan suatu indikator awal dari pencemaran air oleh beberapa

material. Semakin tinggi turbiditas, maka tingkat pencemaran dalam air semakin tinggi

pula. Ada dua metoda yang digunakan untuk mengukur turbiditas, yaitu:

1. Metode Jackson Candell Unit

Satuan Jackson Turbidity Unit (JTU), dimana 1 JTU sama dengan turbiditas yang

disebabkan oleh 1 mg/l SiO2 dalam air

2. Metoda Nephelometric Turbidity Unit (NTU)

Sebuah turbidimeter selalu memantau cahaya pantulan dari partikel dan tidak

atenuasi karena keadaan keruh. Di Amerika Serikat pemantauan lingkungan unit standar

kekeruhan disebut Nephelometric Turbidity Unit (NTU), sedangkan unit standar

internasional disebut Formazin Nephelometric Unit (FNU). Unit berlaku paling umum

adalah Formazin Turbidity Unit (FTU), meskipun metode pengukuran yang berbeda

dapat memberikan nilai sangat berbeda seperti yang dilaporkan dalam FTU. 17[17]

16

17
Pengayakan merupakan pemisahan berbagai campuran partikel padatan yang

mempunyai berbagai ukuran bahan dengan menggunakan ayakan. Proses pengayakan

juga digunakan sebagai alat pembersih, pemisah kontaminan yang ukurannya berbeda

dengan bahan baku. Pengayakan memudahkan untuk mendapatkan tepung dengan

ukuran yang seragam. Dengan demikian pengayakan dapat didefinisikan sebagai suatu

metoda pemisahan berbagai campuran partikel padat sehingga didapat ukuran partikel

yang seragam serta terbebas dari kontaminan yang memiliki ukuran yang berbeda

dengan menggunakan alat pengayakan.18[18]

Untuk menganalisis hasil penghancuran bahan-bahan dilakukan dengan ayakan

standar yang disusun secara seri dalam satu tumbukan, pada bagian bawah dari

tumbukan susunan ayakan ditempatkan pan sebagai penampung produk akhir.

Penyusunan ayakan dimulai dari ayakan yang mempunyai ukuran mesh kawat lebih besar

sampai ke ukuran mesh yang lebih kecil. Penyusunan ayakan dimulai dari ayakan yang

mempunyai ukuran mesh kawat lebih besar sampai keukuran mesh yang lebih kecil,

ukuran mesh yang digunakan dalam percobaan ini disusun dari mulai ukuran 100 mesh,

80 mesh, 60 mesh dan terakhir pan. Pengayak yang digunakan jenis ini bentuknya

sederhana, banyak ditemukan di areal pertanian. Pengayak tipe ini merupakan pengayak

berbadan datar dan digunakan secara luas dalam proses sortasi, berdasarkan ukuran dari

bahan baku seperti kacang-kacangan dan biji-bijian. Juga digunakan dalam proses sortasi

selama proses pengolahan dan produk akhir dari seperti tepung, gula, garam, bumbu-

bumbu masak dan rempah-rempah. Pengayak ini mempunyai rancangan celah atau

lubang yang tetap yang disebut fixed aperture.19[19]

18

19
Proses pengayakan ini digunakan untuk memisahkan bahan pangan, yang

mekanisasinya dapat memberikan nilai tambah yang tidak dapat disangkal lagi dalam

proses pengolahan pangan. Pengukuran ukuran (size reduction) adalah unit operasi

dimana ukuran rata-rata bahan pangan padat dikecilkan dengan alat penggiling

(grinding). Keuntungan pengecilan ukuran bahan pangan adalah adanya kenaikan ratio

luas permukaan dengan volume bahan pangan sehingga mempercepat laju pengeringan,

pemanasan, dan pendinginan serta meningkatnya laju ekstraksi, adanya ukuran yang

seragam, meningkatkan efisiensi pencampuran misalnya tepung sup dan kue, dan baik

pada pengecilan maupun emulsi tidak menimbulkan efek pengawetan. 20[20]

20
BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat dilaksanakannya percobaan ini, yaitu sebagai berikut :

Hari/Tanggal : Kamis/ 12 April 2012

Pukul : 13.30 16.00 WITA

Tempat : Laboratorium Biokimia Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Alauddin Makassar

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat - alat yang digunakan pada percobaan ini adalah satu set alat grand size

Retsch AS 200, satu set alat turbidimeter Lovibond, neraca analitik, gelas kimia 250 mL ;

500 mL, erlenmeyer 250 mL, corong, pipet skala 3 mL, batang pengaduk dan sikat gigi.

2. Bahan

Bahan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah air sungai, aquades

(H2O), kertas saring biasa, kertas saring nomor 1 (kertas saring Whatman), kertas saring

nomor 42 dan tepung beras.


12

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada percobaan ini, yaitu sebagai berikut :

1. Turbiditas

a) Memasukkan larutan standar 0,1 NTU ; 20 NTU ; 200 NTU dan 800 NTU ke dalam

turbidimeter, kemudian membaca turbiditas setiap standar.

b) Mengambil sampel lapangan berupa air sungai pada tiga tempat berbeda dengan sungai

yang sama. Mencampurkan dan menghomogenkan sampel lapangan sehingga menjadi

sampel laboratorium.

c) Membilas tabung turbidimeter dengan aquades dan memasukkan sampel ke dalam

tabung turbidimeter kemudian membaca turbiditasnya pada turbidimeter.

d) Membagi sampel menjadi dua bagian untuk pengamatan duplo dan menyaringnya

dengan kertas saring biasa. Memasukkan ke dalam tabung turbidimeter dan kemudian

membaca turbiditasnya.

e) Menyaring sampel dengan kertas saring nomor 1 dan memasukkannya ke dalam tabung

turbidimeter, kemudian membaca turbiditasnya.

f) Menyaring sampel dengan kertas saring nomor 42 dan memasukkannya ke dalam tabung

turbidimeter dan kemudian membaca turbiditasnya.


2. Grain size

a) Menimbang setiap pan sieve pada neraca analitik.

b) Memasukkan sampel tepung beras ke dalam grand size.

c) Memasang pengait grain size dengan kuat.

d) Mengatur amplitudo pada 50 A dan waktu 20 menit.

e) Menyalakan alat dan menunggu hasil pengayakan selesai.

f) Menimbang setiap pan sieve dan menentukan bobot tepung beras pada setiap pan sieve

ya ng berhasil diayak.
methyl yellow

A. Dasar Teori
Metyl yellow merupakan zat pewarna sintesis berbentuk serbuk padat berwarna
kuning kecoklatan , larut dalam air , agak larut dalam aseton . metanil yellow biasa
digunakan untuk merwarnai wool,nilon,kertas,cat,aluminium,kayu dan lain-lain . metyl
yellow tidak boleh digunakan untuk minuman,makanan, obat-obatan , kosmetik karena
dalam paparan waktu lama dapat menyebabkan kanker pada saluran kemih dan kandung
kemih . (MENKES RI, 1985)

Pewarna kuning metanil sangat berbahaya jika terhirup , mengenai kulit ,


mengenai mata dan tertelan . dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran
pernafasan , iritasi pada kulit , iritasi pada mata, dan bahaya kanker .

Apabila tertelan dapat menyebabkan muntah-muntah , mual, sakitperut,diare ,


panas , rasa tidak enak dan tekanan darah rendah . bahaya lebih lanjutnya yakni
menyebabkan kanker pada kantong kemih dan saluran kemih .

Ciri-ciri makanan yang meggunakan metanil yellow adalah :


Warnanya mencolok
Cerah mengkilap
Warnanya tidak homogen(ada yang menggumpal )
Muncul rasa gatal di tenggorokan apabila selesai mengkonsumsinya .
B. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui mengidentifikasi methyl yellow pada makanan/minuman.
Mahasiswa dapat mengetahui makanan/minuman yang mengandung methyl yellow.

C. Alat dan Bahan


I. Alat :
a. Lumpang
b. Petridish
c. Beaker glass
d. Pipet Ukur
e. Pipet Tetes
f. Cawan porselin
g. Tabung reaksi
II. Bahan :
a. Sampel minuman
b. Reagent methanyl yellow-1
c. Larutan standard warna methanyl yellow
d. Aquadest

D. Prosedur Pemeriksaan
1. Timbang sampel sebanyak 25 gr dalam volume 50 gr air.
2. Haluskan dengan menggunakan lumpang.
3. Untuk sampel minuman yang sudah cair tidak perlu dilakukan perlakuan awal.
4. Siapkan tabung reaksi, dan masukkan 0,5 1 ml sampel.
5. Tambahkan reagent Metanhyl Yellow-1 sebanyak 2 tetes.
6. Diamkan beberapa saat akan terbentuk warna merah muda seulas sampai pekat (merah
tajam) menunjukkan methyil yellow positif.
7. Bandingkan dengan deret standard warna methyil yellow.
8. Untuk lebih meyakinkan bandingkan dengan standard methanyl tellow yang diperlukan
sebagai sampel.
9. Bandingkan dengan larutan standar methanyl yellow.

E. Hasil

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada pemeriksaan methyl pada


makanan nutrijell negative tidak mengandung pewarna .metyl yellow yaitu 0 mg/l

F. Analisa hasil

Berdasarkan hasil yang telah kami dapatkan pada pemeriksaan methyl yellow
pada nutrijrl pudding tidak mengandung pewarna methyl yellow , karena pada saat
penambahan larutan reagen methylan yellow tidak terjadi perubahan warna .

Selain itu sampel diambil di took yang sudah terkenal dan pembuatnya telah
mengetahui bahwa menggunakan bahan pewarna pada makanan dilarang oleh
permenkes 722/menkes/per/VI/88 .karena dapat menganggu kesehatan manusia
apabila di konsumsi .

G. Kesimpulan

Dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa , hasil pemeriksaan


methylan yellow negatif tidak menggunakan metyl yellow .

PEMERIKSAAN METHYL YELLOW PADA MAKANAN


A. DASAR TEORI
Zat pewarna makanan yang bisa mengganggu kesehatan
manusia bila dikonsumsi melebihi batas, di negeri kita juga seringkali
ditemukan makanan atau minuman yang menggunakan bahan
pewarna yang dilarang oleh Permenkes 722/MenKes/Per/VI/1988 atau
Permenkes No. 1168/MenKes/1999.
Bahan-bahan pewarna tersebut diantaranya Methyl Yellow yang
dicampurkan ke dalam saus tomat, minuman, Mie basah maupun
kering, tahu, serta makanan dan minuman yang umum diperjual
belikan di lingkunagn kita. Padahal sebenarnya, pewarna tersebut,
pewarna tersebut digunakan untuk industri tekstil. Bila Methyl Yellow
dikonsumsi, akibatnya akan fatal.
Methanyl Yellow / Metanil yellow atau kuning metanil merupakan
zat warna sintetis berbentuk serbuk, padat, berwarna kuning
kecoklatan. Kuning metanil umumnya digunakan sebagai pewarna
tekstil, dan cat.
Saat ini banyak kuning metanildi salah gunakan untuk pangan,
beberapa telah ditemukan untuk beberapa jenis pangan di antaranya,
kerupuk, mie,pangan jajanan berwarna kuning dan banyak juga
sebagai pewarna pada tahu. Ciri pangan dengan pewarna kuning
metanil biasanya, berwarna kuning menyolok dan cenderung
berpendar, banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen
(misalnya pada kerupuk).
Zat pewarna kuning Metanil yellow, merupakan zat pewarna
industry tekstil yangdilarang untuk produk makanan, yang pada
umumnya menggunakan zat anorganik ataupunmineral alam. Zat
warna anorganik berasal dari persenyawaan logam berat seperti
aluminium,besi, tembaga dan lainnya. Zat warna ini bersifat racun dan
berbahaya karena mengandungresidu logam berat. Industri tekstil
menggunakan logam berat sebagai bahan pengikat warnaagar warna
warna yang dihasilkan menjadi lebih terang dan indah.
Bahkan ada beberapaindustry tekstil yang menggunakan logam
berat sebagai bahan pewarna. Logam berat yangterkandung di dalam
pewarna tekstil dapat dilihat dari jenis limbah yang dihasilkan
industrytekstil tersebut, terutama arsenic (Ar), Kadmium (Cd), krom
(Cr), timbal (Pb), tembaga (Cu),zinc/seng (Zn) (Agus widodo, 2006)
Dalam jangka panjang akan terjadi kerusakan organ hati dan
ginjal, hingga menyebabkan kanker.

B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengidentifikasi methyl
yellow pada makanan
2. Mahasiswa dapat mengetahui makanan yang mengandung
methyl yellow.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Lumpang
b. Petrish
c. Beaker glass
d. Pipet ukur
e. Pipet tetes
f. Cawan porselin
g. Tabung reaksi
2. Bahan
a. Sampel
b. Reagent Methanyl Yellow
c. Larutan standard warna Methanyl Yellow
d. Aquadest

D. PROSEDUR KERJA
1. Timbang sampel sebanyak 25 gr dalam volume gr aquades
2. Haluskan dengan menggunakan lumpang
3. Untuk sampel minuman yang sudah cair tidak perlu dilakukan
perlakuan awal.
4. Siapkan tabung reaksi, dan masukkan 0,5-1 ml sampel
5. Tambahkan reagent Methanil Yellow-1 sebanyak 2 tetes
6. Diamkan beberapa saat akan terbentuk warna merah muda
seluas sampai pekat (merah tajam) menunjukkan Methil Yellow
7. Untuk lebih meyakinkan bandingkan dengan standard Methanil
Yellow yang diperlukan sampel awal.
8. Bandingkan dengan larutan standard methanil yellow.

E. HASIL
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka didapatkan hasil
pemeriksaan sebagai berikut :
Sampel Karakteristi Label sampel Hasil
k fisik
Fruit Mark (Agar & Jelly Berwarna Lokasi : Alfamidi Negatif (-)
Jeruk) kuning, bantabantaeng
Waktu : 11.59 wita
kenyal,
Tanggal : 09
November 2015
Pengambil : kelompok
2

F. ANALISA HASIL
Berdasarkan pemeriksaan methil yellow pada sampel yang
dilakukan diperoleh hasil yaitu negatif atau tidak mengandung pewarna
methil yellow. Meskipun warna sampel kuning namun pewarna yang
digunakan bukanlah methil yellow bisa saja pewarnanya berasal dari
pewarna alami ataupun sintesis tapi telah diatur batas
penggunanaanya baik dalam makanana maupun dalam tubuh. Methil
yellow yang berhasil masuk ke dalam tubuh dapat mengganggu dan
merusakan sistem, jaringan dan organ dalam tubuh. Dalam jangka
panjang, dapat menyebakan kanker pada saluran dan kandung kemih.
Identifikasi dilakukan dengan cara menambahkan reagent methanil
yellow apabila terjadi peruahan warna merah muda sampai pekat
makan positif mengandung methil yellow. Untuk lebih meyakinkan kita
menggunakan standard warna.

G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan analisa hasil yang dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa sampel fruit mark yang kami gunakan tidak
mengandung pewrarna methil yellow.
A. Dasar Teori :

Air sumur adalah air tanah dangkal sampai kedalaman kurang


dari 30 meter, umumnya terletak pada kedalaman 15 meter dan dinamakan
juga sebagai air tanah bebas karena lapisan air tanah tersebut tidak
berada di dalam tekanan. Untuk memenuhi kebutuhan air sumur yang
bersih terdapat tiga parameter, yaitu parameter fisik yang meliputi bau,
rasa, warna dan kekeruhan. Parameter kedua adalah parameter kimia
yang meliputi kimia organik dan kimia anorganik yang mengandung
logam, seperti Fe, Cu, Ca dan lain-lain. Parameter ketiga adalah
parameter bakteriologi yang terdiri dari koliform fekal dan koliform
total (Waluyo, 2004).

Kualitas bakteriologis sumur gali yang dianjurkan berdasarkan


Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1990 adalah golongan B atau sebagai air
baku air minum harus dijaga agar selalu memenuhi kriteria sebagai air baku
air minum.

Macam-macam sumur gali

1. Sumur beton merupakan sumur kerekan dengan konstruksi dari batu bata
dan diplester memiliki bawah air tidak mudah masuk secara langsung
kedalam sumur, pencemaran yang terjadi berasal dari septik tank yaitu
bila jarak antara sumur dan septic tank atau bangunannya tidak memenuhi
syarat.
2. Sumur non beton yaitu hanya menggunakan konstruksi cadas, selain
mudah terkontaminasi oleh bahan bangunan dari segi keselamatan juga
kurang baik. Air yang membawa kotoran dengan leluasa dapat masuk
ke dalam sumur, karena cadas mempunyai kerapatan partikel tanah yang
longgar.
3. Sumur suntik hanya menggunakan pipa dengan kedalaman tertentu
(Boekoesoe, 2010).

Syarat sumur yang sehat


Menurut Entjang (2000), sumur sehat minimal harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :

1. Syarat lokasi atau jarak. Agar sumur terhindar dari pencemaran maka
harus diperhatikan antara jarak sumur dengan jamban, lubang galian
untuk air limbah dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut
tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah, lokasi sumur pada
daerah yang bebas banjir, jarak sumur minimal 15 meter dan lebih
tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat
sampah dan sebagainya.

2. Syarat konstruksi ; dinding sumur, bibir sumur serta lantai sumur.


3. Dinding sumur gali. Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah
dan dinding sumur gali harus terbuat dari tembok yang kedap air.
4. Bibir sumur gali. Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air,
setinggi minimal 70 cm, untuk mencegah pengotoran dari air
permukaan serta untuk aspek keselamatan (Boekoesoe, 2010).

Dalam metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas


mikrobiologi air digunakan kelompok koliform sebagai indicator.
Kelompok kolifrm mencakup bakteri yang bersifat aerob dan bakteri yang
bersifat anaerob fakultatif, batang gram negative dan tidak membentuk
spora. Koliform memfermentasi laktosa dengan pembentukan gas dan
asam dalam waktu 48 jam pada suhu 35o-37oC. Kelompok koliform dipilah
menjadi koliform asal tinja dan bukan tinja (missal tanah). Koliform asal
tinja mampu menghasilkan gas media laktosa dalam waktu 24 jam pada
suhu 44oC.

Metode MPN merupakan uji deretan tabungyang menyuburkan


pertumbuhan koliform sehingga diperoleh nilai untuk menduga jumlah
koliform dalam sampel yang diuji. Jumlah koliform ini bukan perhitungan
yang tepat namun merupakan angka yang mendekati jumlah sebenarnya.

Uji ini diawali dengan memasukkan 10ml sampel kedalam medium


laktosa broth. Uji awal ini disebut uji duga (presumptive test). Dalam uji
ini setiap tabung yang menghasilkan gas dalam masa inkubasi diduga
mengandung bakteri koliform. Uji dinyatakan negative bila terlihat gas
dalam tabung durham.

Tabung yang memperlihatkan pembentukan gas diuji lebih lanjut


dengan uji penegasan dan bila diperlukan uji koliform asal tinja. Uji
dilakukan untuk penegasan bahwa gas yang terbentuk disebabakan oleh
kerjasama beberapa spesies sehingga menghasilkan gas.

Uji koliform asal tinja dilakukan bila ingin mengetahui bahwa


kuman koliform yang diperoleh termasuk koliform asal tinja. Untuk uji
penegasan digunakan medium Briliant Green Bile Laktosa Broth (BGLB),
yang diinokulasi dengan ose, media yang memperlihatkan hasil positif
pada uji duga. Kaldu BGLB diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam.

Untuk uji koliform asal tinja inokulasi dilakukan pada media


BGLB yang diinkubasi pada suhu 44o C selama 24jam. Pembentukan gas
dalam tabung menunjukkan hasil positif. Uji positif menghasilkan angka
indeks, angka ini disesuaikan dengan table MPN untuk menentukan
jumlah koliform dalam sampel. Bila diperlukan dapat dilakukan uji
lengkap dengan menggunakan medium yang menunjukkan hasil positif
pada uji penegasan.

Anda mungkin juga menyukai