PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik
pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degenerative, penyakit
paru obstruktif kronis, cyctic fibrosis, stroke, parkison, gagal jantung/heart failure,
penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS yang memerlukan
perawatan lebih lanjut, disamping kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
Namun saat ini, pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh kebutuhan
pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut, terutama pada stadium
lanjut dimana prioritas pelayanan tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga
perawatan agar mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan
keluarganya.
Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami
berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak napas, penurunan berat badan,
gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien
pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala
fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, social dan
spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin. Pada perawatan pasien
dalam kondisi terminal menekankan pentingnya integrasi perawatan lebih dini agar
masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan baik.
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Sebagai arahan bagi perawatan pasien terminal di rumah sakit
Tujuan Khusus :
1. Terlaksananya perawatan pasien terminal yang bermutu sesuai standar yang
berlaku di rumah sakit
2. Tersusunnya panduan pasien terminal
3. Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih
4. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan
C. Pengertian
1. Keadaan Terminal
Adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada harapan lagi
bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu
penyakit atau suatu kecelakaan.
2. Kematian
Adalah suatu pengalaman tersendiri, dimana setiap individu akan
mengalami/menghadapi seorang diri, sesuatu yang tidak dapat dihindari dan
merupakan suatu kehilangan.
A. PENGERTIAN
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi.
Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba tanpa
peringatan atau mengikuti periode sakit yang panjang
B. TAHAP-TAHAP BERDUKA
Dr.Elisabeth Kublerr-Ross telah mengidentifikasi lima tahap berduka yang dapat
terjadi pada pasien menjelang ajal :
1. Denial ( pengingkaran )
Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia tidak dapat
menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin
mengingkarinya
2. Anger ( Marah )
Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia akan
meninggal
3. Bergaining ( tawar-menawar )
Merupakan tahapan proses berduka dimana pasien mencoba menawar waktu
untuk hidup
4. Depetion ( depresi )
Tahap dimana pasien datang dengan kesadaran penuh bahwa ia akan segera
mati, ia sangat sedih karna memikirkan bahwa ia tidak akan lama lagi bersama
keluarga dan teman-teman.
5. Acceptance ( penerimaan )
Merupakan tahap selama pasien memahami dan menerima kenyataan bahwa
ia akan meninggal. Ia akan berusaha keras untuk menyelesaikan tugas-
tugasnya yang belum terselesaikan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL
A. PENGKAJIAN
1) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang
b. Riwayat kesehatan dahulu
Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah sakit
dengan penyakit yang sama
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pernah menderita penyakit yang sama dengan
klien
2) Head To Toe
Perubahan fisik saat kematian mendekat
1. Pasien kurang rensponsif
2. Fungsi tubuh melambat
3. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja
4. Rahang cenderung jatuh
5. Pernafasan tidak teratur dan dangkal
6. Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah
7. Kulit pucat
8. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Ansietas/ ketakutan individu , keluarga yang berhubungan diperkirakan dengan
situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut
akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup
b) Berduka yang berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang
dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang
lain
c) Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga, takut akan hasil (kematian) dengan lingkungnnya penuh dengan stres
(tempat perawatan)
d) Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari
system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri
dalam menghadapi ancaman kematian
KRITERIA HASIL
a) Klien atau keluarga akan :
1. Mengungkapkan ketakutan yang berhubungan dengan gangguan
2. Menceritakan pikiran tentang efek gangguan pada fungsi normal,
tanggung jawab peran dan gaya hidup
b) Klien akan :
1. Mengungkapkan kehilangan dan perubahan
2. Mengungkapkan perasaan yang berkaitan kehilang dan perubahan
3. Menyatakan kematian akan terjadi
Anggota keluarga akan melakukan hal berikut :
Mempertahankan hubunag erat yang efektif, yang dibuktikan dengan cara
berikut:
Menghabiskan waktu bersama klien
Mempertahankan kasih sayang, komunikasi terbuka dengan klien
Berpartisipasi dalam perawatan
c) Anggota keluarga atau kerabat terdekat akan:
1. Megungkapkan akan kekhawatirannya mengenai prognosis klien
2. Mengungkapkan kekhawatirannya mengenai lingkungan tempat
perawatan
3. Melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontinue selama
perawatan klien
d) Klien akan mempertahankan praktik spiritualnya yang akan mempengaruhi
penerimaan terhadap ancaman kematian
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa I
Ansietas / ketakutan ( individu , keluarga ) yang berhubungan denga situasi yang
tak dikenal. Sifat kondisi yang tak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek
negative pada gaya hidup.
Kriteria Hasil
Klien atau keluarga akan :
1. Mengungkapkan ketakutannya yang brhubungan dengan gangguan
2. Menceritakan tentang efek gangguan pada fungsi normal, tanggungn jawab,
peran dan gaya hidup
No Intervensi Rasional
1) Bantu klien untuk mengurangi ansietasnya :
a. Berikan kepastian dan kenyamanan
b. Tunjukkan perasaan tentang pemahaman dan empati, jangan
menghindari pertanyaan
c. Dorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan
yang berhubungan dengan pengobatannya
d. Identifikasi dan dukung mekanisme koping efektif klien yang cemas
mempunyai penyempitan lapang persepsi dengan penurunan
kemampuan untuk belajar. Ansietas cenderung untuk memperburuk
masalah. Menjebak klien pada lingkaran peningkatan ansietas tegang,
emosional dan nyeri fisik
2) Kaji tingkat ansietas klien : rencanakan penyuluhan bila tingkatnya rendah
atau sedang. Beberapa rasa takut didasari oleh informasi yang tidak akurat
dan dapat dihilangkan dengan memberikan informasi akurat. Klien dengan
ansietas berat atau parah tidak menyerap pelajaran
3) Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan
mereka Pengungkapan memungkinkan untuk saling berbagi dan
memberikan kesempatan untuk memperbaiki konsep yang tidak benar
4) Berikan klien dan keluarga kesempatan dan penguatan koping positif.
Menghargai klien untuk koping efektif dapat menguatkan respon koping
positif yang akan datang
Diagnosa II
Berduka yang berhubungan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi
penurunan fungsi, perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain
Klien akan :
1. Mengungkapkan kehilangan dan perubahan
2. Mengungkapkan perasaan yang berkaitan kehilangan dan perubahan
3. Menyatakan kematian akan terjadi
Anggota keluarga akan melakukan hal berikut :
Mempertahankan hubungan erat yang efektif, yang dibuktikan dengan cara sbb:
a. Menghabiskan waktu bersama klien
b. Mempertahankan kasih sayang, komunikasi terbuka dengan klien
c. Berpartisipasi dalam perawatan
No Intervensi Rasional
1) Berikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan
perasaan, didiskusikan kehilangan secara terbuka, dan gali makna pribadi
dari kehilangan. Jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan
sehat. Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan yang dibutuhkan dan
bahwa kematian sedang menanti dapat menyebabkan menimbulkan
perasaan ketidak berdayaan, marah dan kesedihan yang dalam dan respon
berduka yang lainnya. Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu klien dan
anggota keluarga menerima dan mengatasi situasi dan respon mereka
terhadap situasi tersebut
2) Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti yang
memberikan keberhasilan pada masa lalu. Strategi koping positif membantu
penerimaan dan pemecahan masalah
3) Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut diri yang positif.
Memfokuskan pada atribut yang positif meningkatkan penerimaan diri dan
penerimaan kematian yang terjadi
4) Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab
semua pertanyaan dengan jujur. Proses berduka, proses berkabung adaptif
tidak dapat dimulai sampai kematian yang akan terjadi di terima
5) Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan
ketidak nyamanan dan dukungan. Penelitian menunjukkan bahwa klien
sakit terminal paling menghargai tindakan keperawatan berikut :
a. Membantu berdandan
b. Mendukung fungsi kemandirian
c. Memberikan obat nyeri saat diperlukan dan
d. Meningkatkan kenyamanan fisik ( skoruka dan bonet 1982 )
DIAGNOSA III
Perubahan proses keluarga yang berhubunga dengan gangguan kehidupan takut
akan hasil (kematian) dan lingkungannya penuh stres (tempat perawatan)
Anggota kelurga atau kerabat terdekat akan :
1. Megungkpakan akan kekhawatirannya mengenai prognosis klien
2. Menungkapkan kekawtirannnya mengenai lingkungan tempat perawatan
3. Melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontinyu selama perawatan klien
No Intervensi Rasional
1) Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat klien dan tunjukkan
pengertian yang empati. Kontak yang sering dan mengkomunikasikan sikap
perhatian dan peduli dapat membantu mengurangi kecemasan dan
meningkatkan pembelajaran
2) Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan,
ketakutan dan kekawatiran. Saling berbagi memungkinkan perawat untuk
mengidentifikasi ketakutan dan kekhawatiran kemudian merencanakan
intervensi untuk mengatasinya
3) Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU. Informasi ini dapat membantu
mengurangi ansietas yang berkaitan dengan ketidak takutan
4) Jelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan post operasi yang dipikirkan dan
berikan informasi spesifik tentang kemajuan klien
5) Anjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam tindakan perawatan.
Kunjungan dan partisipasi yang sering dapat meningakatkan interaksi keluarga
berkelanjutan
6) Konsul dengan atau berikan rujukan kesumber komunitas dan sumber lainnya.
Keluarga denagan masalah-masalah seperti kebutuhan financial, koping yang
tidak berhasil atau konflik yang tidak selesai memerlukan sumber-sumber
tambahan untuk membantu mempertahankankan fungsi keluarga
Diagnosa IV
Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari
system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam
menghadapi ancaman kematian. Klien akan mempertahankan praktik spritualnya
yang akan mempengaruhi penerimaan terhadap ancaman kematian
No Intervensi Rasional
1) Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek atau ritual
keagamaan atau spiritual yang diinginkan bila yang memberi kesempatan pada
klien untuk melakukannya. Bagi klien yang mendapatkan nilai tinggi pada doa
atau praktek spiritual lainnya, praktek ini dapat memberikan arti dan tujuan dan
dapat menjadi sumber kenyamanan dan kekuatan
2) Ekspesikan pengertian dan penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan
dan praktik religius atau spiritual klien. Menunjukkan sikap tak menilai dapat
membantu mengurangi kesulitan klien dalam mengekspresikan keyakinan dan
prakteknya
3) Berikan prifasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai kebutuhan klien
dapat dilaksanakan Privasi dan ketenangan memberikan lingkungan yang
memudahkan refresi dan perenungan
4) Bila anda menginginkan, tawarkan untuk berdoa bersama klien lainnya atau
membaca buku ke agamaan. Perawat meskipun yang tidak menganut agama
atau keyakinan yang sama dengan klien dapat membantu klien memenuhi
kebutuhan spritualnya
5) Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius atau rohaniwan rumah
sakit untuk mengatur kunjungan. Jelaskan ketidak setiaan pelayanan ( kapel
dan injil RS ). Tindakan ini dapat membantu klien mempertahankan ikatan
spiritual dan mempraktikkan ritual yang penting ( Carson 1989 )
D. IMPLEMENTASI
Diagnosa I
1. Membantu klien untuk mengurangi ansientasnya :
a. Memberikan kepastian dan kenyamanan
b. Menunjukan perasan tentang pemahaman dan empati, jangan menghindari
petayaan
c. Mendorong klien untuk mengungkan setiap ketakutan permasalahan yang
berhubungan dengan pengobatannya.
d. Mengidentifikasi dan mendorong mekanisme koping efektif
2. Mengkaji tingkat ansientas klien. Merencanakan penyuluhan bila tingkatnya
rendah atau sedang
3. Mendorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan atau pikiran
mereka
4. Memberikan klien dan keluarga dengan kepastian dan penguatan prilaku
koping positif
5. Memberikan dorongan pada klien unyuk menggunakan teknik relaksasi seperti
paduan imajines dan pernafasan relaksasi
Diagnosa II
1. Memberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan
perasaan, diskusikan kehilangan secara terbuka dan gali makna pribadi dari
kehilangan. Jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan sehat.
2. Memberikan dorongan penggunaam strategi koping positif yang terbukti
memberikan keberhasilan pada masa lalu
3. Memberikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut dari yang
positif
4. Membantu klien menyatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab
semua pertanyaan dengan jujur
5. Meningkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan
ketidak nyamanan dan dukungan
Diagnosa III
1. Meluangkan waktu bersama keluarga / orang terdekat klien dan tunjukkan
pengertian yang empati
2. mengizinkan keluarga klien / orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan ,
ketakutan dan kekhwatiran
3. Menjelaskankan lingkungan dan peralatan itu
4. Menjelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi yang dipikirkan
dan memberikaninformasi spesifik tentang kemajuan klien
5. Menganjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam tindakan
keperawatan
6. Mengkonsul atau memberikan rujukan ke sumber komunitas dan sumber
lainnya
Diagnosa IV
1. Menggali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktik atau ritual
keagamaan atau spiritual yang diizinkan, bila ia memberikan kesempatan pada
klien untuk melakukannya
2. mengekpresikan pengertian dan penerimaan anda tentang pentingnya
keyakinan dan praktik religius atau spiritual klien
3. Memberika privasi dan ketenangan untuk ritual, spiritual sesuai kebutuhan klien
dan dapat dilaksanakan
4. Menawarkan untuk menghubungi religius atau rohaniwan rumah sakit untuk
mengatur kunjungan menjelaskan ketersediaan pelayanan misalnya : Al-Quran
dan ulama bagi yang beragama islam
E. EVALUASI
1. Klien merasa nyaman dan mengekpresikan perasaannya pada perawat
2. Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan
3. Klien selalu ingat kepada allah dan selalu bertawakkal
4. Klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan allah swt akan kembali
kepadanya