Respirasi KelompokFiix
Respirasi KelompokFiix
Tn. Z usia 45 tahun di rawat di ruang penyakit dalam dengan diagnose medis PPOK (penyakit
paru obstruksi kronis). Klien memiliki riwayat asma. Suara nafas ronkhi positif dan batuk yang
sering. Klien mengatakan perutnya sakit karena sering batuk.
1. Pengertian
Menurut ATS (American Thoracic Society) dan ERS (European Respiratory Society),
rehabilitasi paru adalah suatu intervensi yang komprehensif, multi disiplin dan
berdasarkan bukti ilmiah pada penderita penyakit paru kronik yang terdapat gejala dan
penurunan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Gejala-gejala yang membatasi aktivitas fisik yaitu adanya sesak dan atau fatigue
(kelelahan) yang disebabkan oleh hambatan ventilasi, pertukaran udara yang abnormal,
disfungsi otot perifer, disfungsi jantung atau kombinasi dari keseluruhannya. Kecemasan
dan motivasi yang kurang juga berperan terhadap aktivitas fisik.
Rehabilitasi paru secara menyeluruh mencakup beberapa hal yaitu evaluasi penderita,
edukasi dan dukungan psikososial,latihan relaksasi, latihan pernapasan, latihan fisik dada,
dan latihan fisik (exercise training).
1) Evaluasi Penderita
Akan tetapi sebenarnya tidak ada suatu penurunan fungsi paru spesifik yang
dijadikan standar pada program rehabilitasi paru. Kontraindikasi relatif
rehabilitasi paru adalah pasien yang tidak dapat berjalan disebabkan kelainan
ortopedi atau saraf, angina pektoris tidak stabil atau infark miokard, gangguan
psikiatrik atau kognitif tidak dapat berkomunikasi dengan efektif.
b. Evaluasi medis
c. Uji diagnostik
d. Status psikososial
Pasien harus mengerti bagaimana memakai obat inhalasi secara tepat. Kebiasaan
merokok harus dihentikan karena dapat memperburuk kapasiti fungsional pasien
dan juga karena pasien yang masih tetap merokok biasanya akan menolak
program rehabilitasi dengan alasan yang tidak jelas. Penderita PPOK cenderung
untuk kehilangan berat badannya, terutama bagi penderita dengan derajat
obstruksi yang berat. Kehilangan berat badan selalu dihubungkan dengan tingkat
kematian yang tinggi. Oleh karena itu, jika hal ini dapat diatasi maka akan
meningkatkan survival rate. Dibutuhkan dukungan nutrisi pada penderita PPOK.
3) Latihan relaksasi
Tujuan latihan relaksasi adalah:
a. Menurunkan tegangan otot pernapasan, terutama otot bantu pernapasan.
b. Menghilangkan rasa cemas karena sesak napas.
c. Memberikan sense of well being
4) Latihan Pernapasan
Latihan pernapasan dilakukan setelah latihan relaksasi dikuasai penderita.
Tujuan latihan pernapasan adalah untuk:
a. Mengatur frekuensi dan pola napas sehingga mengurangi air trapping
b. Memperbaiki fungsi diafragma
c. Memperbaiki mobilitas sangkar toraks
d. Memperbaiki ventilasi alveoli untuk memperbaiki pertukaran gas tanpa
meningkatkan kerja pernapasan
e. Mengatur dan mengkoordinir kecepatan pernapasan sehingga bernapas
lebih efektif dan mengurangi kerja pernapasan.
Selama PLB tidak ada udara ekspirasi yang mengalir melalui hidung, karena
terjadi elevasi involunter dari palatum molle yang menutup lubang
nasofaring. Dengan pursed lips breathing (PLB) akan terjadi peningkatan
tekanan pada rongga mulut, kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui
cabang-cabang bronkus sehingga dapat mencegah air trapping dan kolaps
saluran napas kecil pada waktu ekspirasi. Hal ini akan menurunkan volume
residu, kapasitas vital meningkat dan distribusi ventilasi merata pada paru
sehingga dapat memperbaiki pertukaran gas di alveol. Selain itu PLB dapat
menurunkan ventilasi semenit, frekuensi napas, meningkatkan volume tidal,
PaO2 saturasi oksigen darah, menurunkan PaCO2 dan memberikan
keuntungan subjektif karena mengurangi rasa sesak napas pada penderita.
Pursed lips breathing akan menjadi lebih efektif bila dilakukan bersama-
sama dengan pernapasan diafragma. Ventilasi alveoler yang efektif terlihat
setelah latihan berlangsung lebih dari 10 menit.
c. Latihan batuk
Batuk merupakan cara yang efektif untuk membersihkan benda asing atau
sekret dan saluran pernapasan. Batuk yang efektif harus memenuhui
kriteria:
Kapasitas vital yang cukup untuk mendorong sekret.
Mampu menimbulkan tekanan intra abdominal dan intratorakal
yang cukup untuk mendorong udara pada fase ekspulsi.
Drainase postural adalah cara membersihkan jalan napas dari lendir dengan
meletakkan penderita pada berbagai posisi pada waktu tertentu sehingga gravitasi
akan membantu aliran lendir. Lendir digerakkan dari bronkial ke bronkus dan
menuju trakea untuk dibatukkan. Posisi lobus yang akan didrainase diletakkan
lebih tinggi daripada bronkus utama. Tindakan ini dilakukan 2 kali sehari selama
5 menit. Sebelum dilakukan drainase postural sebaiknya penderita minum banyak
atau diberikan mukolitik, bronkodilator perinhalasi untuk memudahkan
pengaliran sekret.
Latihan fisik dapat mengurangi gejala sesak napas dengan cara mengurangi
hiperinflasi dinamik pada pasien PPOK. Hiperinflasi dinamik terjadi pada saat
latihan fisik yang menyebabkan peningkatan kebutuhan ventilasi dan
berkurangnya waktu ekspirasi hingga terjadi air trapping. Latihan fisik
menurunkan kebutuhan ventilasi dan frekuensi napas sehingga memberikan waktu
yang cukup untuk ekspirasi dan mengurangi hiperinflasi paru. Desensitisasi
perasaan sesak terjadi di otak melalui mekanisme yang belum dapat dijelaskan.
Kecemasan dan depresi pada pasien PPOK berkurang sebagai efek dari
peningkatan kapasiti latihan.
DAFTAR PUSTAKA