Anda di halaman 1dari 24

GAMBARAN RADIOLOGIS

PADA KANKER PENIS

Dosen Pembimbing:
dr. Elvita R. Daulay, Sp.Rad (K)

Oleh:
Daniel Anthonio Situmorang : 130100263
Fildzah Nashirah : 130100169
Nehemia Hawan Sembiring Meliala : 130100372
Amanda Hannan Tiffany : 130100005
Savithra A/P Selva Rajoo : 130100466

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
GAMBARAN RADIOLOGIS
PADA KANKER PENIS

Paper ini diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk memperoleh kelulusan Program Pendidikan Profesi Dokter
di Departemen Radiologi

Oleh:
Daniel Anthonio Situmorang : 130100263
Fildzah Nashirah : 130100169
Nehemia Hawan Sembiring Meliala : 130100372
Amanda Hannan Tiffany : 130100005
Savithra A/P Selva Rajoo : 130100466

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
i

KATA PENGANTAR

Puji sykur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Gambaran
Radiologis pada Kanker Penis. Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat
untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter
di Departemen Radiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dokter
pembimbing, dr. Elvita R. Daulay, Sp.Rad (K) yang telah meluangkan waktunya dan
memberikan banyak masukan dalam penyusunan makalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan
sara dan kritik dari pembaca sebagai koreksidalam penulisan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bbagi pembaca, akhir katapenulis mengucapkan
terima kasih.

Medan, April 2017

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar................. i
Daftar Isi............... ii
Daftar Gambar...... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian ........................................................................... 2
1.3. Manfaat Penelitian ......................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........ 3


2.1. Anatomi Penis .............................................................................. 3
2.2. Kanker Penis ................................................................................ 4
2.2.1. Definisi.............................................. ............................... 4
2.2.2. Epidemiologi .................................................................... 4
2.2.3. Etiologi dan Faktor Risiko ............................................... 4
2.2.4. Patofisiologi ..................................................................... 5
2.2.5. Gejala Klinis..................................................................... 6
2.2.6. Diagnosis .......................................................................... 6
2.2.7. Gambaran radiologi .......................................................... 8
2.2.8. Penatalaksanaan ............................................................... 14
2.2.9. Prognosis .......................................................................... 16

BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN.......... 17


3.1. Kesimpulan .................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 18
LAMPIRAN
iii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Anatomi Penis 6


2.2. USG Penis Normal 8
2.3. USG Pada Kanker Penis (lesi hiperekoik) 9
2.4. USG Pada Kanker Penis (gambaran skematik 9
struktur yang berbeda)
2.5. Tumor pada glans 10
2.6. CT Scan Pelvis Normal 10
2.7. CT Scan Pelvis Pada Kanker Penis (Nodul) 11
2.8. CT Scan Pelvis Pada Kanker Penis 11
(Jaringan lunak pada selangkangan kiri)
2.9. CT Scan Pelvis Pada Kanker Penis 12
(Ukuran Lesi Meningkat)
2.10. CT Scan Pelvis Pada Kanker Penis 12
(Respon pasien terhadap pengobatan)
2.11. Gambaran MRI Penis Normal 13
2.12. Gambaran MRI Pada Kanker Penis (Potongan Sagital) 14
2.13. Gambaran MRI Pada Kanker Penis (Potongan Aksial) 14
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker penis merupakan keganasan yang jarang terjadi di Negara Barat


dan Negara berkembang, meskipun kanker ini lebih banyak dijumpai di Negara
berkembang yang dapat mewakili hingga 10% jenis kanker pada pria.1 Mayoritas
dari kanker penis adalah squamous cell carcinoma (SCC), meskipun masih ada
lagi tipe kanker penis yang lainnya.2 Di Negara Barat, jumlahnya hanya sekitar
0,4-0,6% dari seluruh keganasan di Amerika dan Eropa.2,3 Namun, lain halnya
dengan bagian negara lain seperti Asia, Afrika dan Amerika Selatan yang
mewakili 20-30% pria yang terdiagnosa kanker penis.3 Kanker penis juga sering
terjadi di Negara dengan populasi Human Papiloma Virus (HPV) yang tinggi dan
memiliki korelasi yang kuat dengan HPV tipe 16 dan 18.2,4

Rata-rata usia pasien yang didiagnosa kanker penis adalah usia 60 tahunan
dan insidensinya meningkat seiring bertambahnya usia.5 Di daerah perkotaan
India, kejadian kanker penis berdasarkan usia berkisar antara 0,7-2,3% kasus per
100.000 orang, sedangkan di daerah pedesaannya adalah sekitar 3 kasus per
100.000 orang. Kemudian, di negara seperti Uganda, sekitar 2% kanker penis
dijumpai per 100.000 orang dan 1% di antaranya berusia 75 tahun.3 Sedangkan di
Indonesia, kasus kanker penis itu sendiri umumnya dialami oleh pria berusia
sekitar 40-50 tahun.6

Pemeriksaan radiologi tumor primer pada karsinoma sel squamous penis


penting untuk menentukan prognosis dan terapi yang akan dipakai untuk
kepentingan pasien. Prognosis akan berbeda pada kanker penis yang sudah masuk
lebih dalam pada bagian penis daripada yang masih terdapat di permukaan penis.7
2

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mejelaskan Kanker Penis dari beragam aspek.
2. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik senior
program pendidikan profesi kedokteran di Departemen Radiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3 Manfaat
Manfaat yang didapat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menambah wawasan kepada dokter umum yang bertugas di rumah sakit
dalam menegakkan diagnosis dan penatalaksaan Kanker Penis
2. Dapat menambah wawasan pembaca tentang Kanker Penis khususnya bagi
mahasiswa kedokteran
3. Dapat melihat dan mengetahui aspek dalam bidang radiologi dalam
menegakkan diagnosis dari Kanker Penis.
3

Bab 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Penis


Komponen penis terdiri atas tiga massa dari jaringan erektil yang berbentuk
silindris. Tiga massa tersebut terdiri atas dua corpus cavernosum dan sebuah
corpus spongiosum. Komponen ini melingkupi lapisan fasia, saraf, pembuluh
limfe, dan pembuluh darah. Terdapat dua ligamen suspensori, yang berasal dari
8
jaringan fiber elastik, untuk menyangga bagian pangkal penis.

Gambar 2.1 Anatomi Penis, A. Axial view B. Sagital view7


4

2.2 Kanker Penis


2.2.1 Definisi
Squamous cell carcinoma (SCC) merupakan tipe kanker penis yang paling
umum ditemukan dengan jumlah di atas 95% dari semua kanker penis. Secara
klinis, kanker penis ditemukan sebagai lesi yang terlihat dan dapat di palpasi yang
dikarakteristikkan sebagai lesi nodul atau ulser pada penis.9 SCC penis biasanya
timbul dari epitel prepusium dalam atau glans penis. SCC penis ada dalam
beberapa subtipe histologi. Patologinya serupa dengan SCC pada orofaring,
kelamin perempuan (serviks, vagina dan vulva) dan anus.2 Kemudian, bagian
yang paling sering terkena keganasan ini adalah glans penis.9

2.2.2 Epidemiologi
Angka kejadian penderita Kanker Penis yang terdapat di Eropa dan
Amerika Serikat berkisar < 1.00/100.000. Kemudian, kanker penis berkaitan
dengan prevalensi HPV disuatu negara, seperti di India 0,7-3/100.000 pria,
8,3/100.000 pria di Brazil bahkan terdapat kejadian lebih tinggi lagi di Uganda.2
Kejadian di rumah sakit RS Cipto Mangunkusumo dan RS Dharmais
menyebutkan adanya 69 kasus dalam kurun waktu 11 tahun (6.3 kasus per tahun).
Di RS Sardjito terdapat 35 kasus dari tahun 2006-2013.6

2.2.3 Etiologi dan Faktor Risiko


Penyebab paling penting terjadinya kanker penis adalah adanya foreskin
yang dapat menyebabkan terakumulasinya smegma. Karena itu, pria dengan
riwayat tidak sirkumsisi akan berisiko tiga kali lipat mengalami penyakit ini
daripada pria yang telah melakukan sirkumsisi.10 Begitu pula dengan kebersihan
yang buruk yang juga berpengaruh terhadap perkembangan kanker penis oleh
karena adanya akumulasi smegma yang mengakibatkan inflamasi kronis yang
merangsang keganasan penis. Kemudian, phimosis juga berhubungan dengan
terjadinya kanker penis dan dapat dilihat pada 25-60% penderita kanker penis.1,9,11
Adapun faktor risiko lainnya yang juga berhubungan dengan peningkatan
kejadian kanker penis adalah infeksi kronik, Lichen Sklerosis, Balanitis, trauma
5

dan merokok. Kemudian, banyaknya jumlah pasangan dalam melakukan


hubungan seksual, serta penyakit menular seksual (PMS) juga sangat berkaitan
dengan kejadian kanker penis, seperti HIV dan terutama HPV. Infeksi virus HPV
sangat tinggi hubungannya dengan terjadinya kanker penis. Kanker penis
memiliki korelasi yang kuat dengan HPV tipe 16 dan 18, kemudian risikonya juga
meningkat seiring dengan terkenanya penyakit Condyloma acuminata. Kemudian,
pria dengan trauma pada penis berisiko tiga kali lipat mengalami kanker penis.2,9

2.2.4 Patofisiologi
Kanker penis biasanya dimulai dari sebuah lesi kecil yang secara bertahap
akan meluas dan melibatkan seluruh glans, shaft (batang), dan prepusium. Lesinya
dapat berupa lesi papiler dan lesi eksofitik atau lesi datar dan lesi ulseratif.
Tingkat pertumbuhan kedua lesi papiler dan lesi ulseratif sama, tetapi tumor
ulseratif cenderung mengalami metastasis nodular lebih awal. Tumor akan
membesar dan merusak jaringan sekitarnya kemudian mengadakan invasi
limfogen ke kelenjar limfe inguinal dan selanjutnya menyebar ke kelenjar limfe di
daerah pelvis hingga subklavia. Kemudian, jika Fasia Buck yang berfungsi
sebagai penghambat dalam penyebaran sel-sel kanker penis terinfiltrasi oleh
tumor, sel tumor akan lebih mudah menginvasi hematogen.11,12
Lesi >5 cm dan lesi yang meluas >75% dari seluruh batang penis juga
berhubungan dengan peningkatan kejadian metastasis dan penurunan angka
harapan hidup, namun hubungan yang konsisten antara ukuran kanker, adanya
metastasis nodular inguinal dan angka harapan hidup masih belum pasti.3,12 Secara
mikroskopi, tumor dapat bervariasi mulai dari tumor keratinisasi yang
terdiferensiasi baik sampai ke karsinoma anaplastik solid dengan keratinisasi
sedikit. Kemudian, kanker penis secara progresif dan tanpa henti menjadi fatal
pada kebanyakan pasien yang tidak mendapat terapi dalam 2 tahun. Jenis SCC
memiliki tingkat rekurensi sebanyak 28% dan metastasis pada kelenjar limfe
sebanyak 28-39% tergantung sejauh mana dan grade pada tumor tersebut. Tingkat
mortalitas sebanyak 20-38% dan angka harapan hidup 10 tahun sebesar 78%.
Remisi yang berlangsung secara spontan belum pernah dilaporkan.3
6

2.2.5. Gejala Klinis


Gejala pertama dari kanker penis yang paling sering dijumpai adalah
adanya perubahan pada kulit penis. Kemungkinan perubahan ini paling banyak
terjadi pada glans ataupun prepusium penis, tetapi bisa juga terjadi pada batang
penis. Kemungkinan tanda-tanda lainnya adalah :
a. area kulit menjadi semakin tebal atau berubah warna
b. terdapat benjolan pada penis
c. ulser yang mungkin berdarah
d. ruam kemerahan
e. terdapat benjolan yang kecil dan kemerahan
f. terdapat cairan yang berbau di bawah prepusium
g. pembengkakan pada ujung penis terutama jika prepusium berkerut
kemungkinan merupakan tanda dari kanker penis
h. terdapat benjolan di sekitar groin13

2.2.6 Diagnosis
Penderita dengan kanker penis lebih sering menunda pengobatan. Bahkan
beberapa pasien menunda hingga lebih dari setahun dalam mencari pengobatan.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rasa malu, rasa bersalah, rasa takut ataupun
ketidakpedulian dari pasien itu sendiri, sehingga penundaan inisiasi diagnosa dan
pengobatan yang diberikan oleh dokter perlu dipertimbangkan.12
Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah melalui pemeriksaan
sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Fisik
Pada umumnya kebanyakan lesi hanya terbatas pada penis. Lesi pada penis
dinilai menurut ukuran, lokasi, fiksasi dan keterlibatan dengan daerah korpus
penis. Pemeriksaan fisik harus termasuk palpasi untuk menilai invasi lokal.2,12
b. Biopsi
Konfirmasi diagnosis dari kanker penis dan penilaian dari kedalaman invasi,
tanda invasi pada pembuluh darah, dan grading secara histologi dilakukan dengan
7

pemeriksaan mikroskopik dari hasil spesimen biopsi dan wajib dilakukan sebelum
terapi awal. Biopsi bisa dilakukan terpisah dengan operasi.12
c. Hasil aboratorium
Hasil laboratorium pada umumnya normal. Anemia dan leukositosis mungkin
tampak pada pasien yang memiliki penyakit menahun atau infeksi lokal.
Hiperkalemia tanpa adanya metastasi pada tulang memiliki hubungan dengan
kejadian kanker penis.12,14
d. Pemeriksaan radiologi
1. Pemeriksaan Ultrasonography (USG)
Berbagai struktur khas dari penis dapat dilihat di USG dan digunakan untuk
melihat staging kanker penis. Keganasan ini sendiri digambarkan dalam bentuk
lesi hipoekoik.7 Ultrasound memperlihatkan gambaran hipoekoik yang berlainan,
lesi non-absorbent dengan kontur lobulated, yang mana vaskularisasinya buruk
pada warna doppler. Perluasan tumor (biasanya mempengaruhi glans) sampai ke
corpora cavernosa secara langsung terlihat, dengan menginterupsi tunica
albuginea. Kemudian, ultrasound bukan merupakan referensi untuk local
staging.15
2. Pemeriksaan Computed Tomography (CT)
CT-Scan menggunakan X-ray untuk membuat potongan gambar pada organ
tubuh. Untuk sebagai gantinya gambaran yang di ambil pada pemerikasaan x-ray,
CT-Scan mengambil gambaran organ tubuh kemudian komputer akan
menggabungkannya ke dalam bentuk bagian potongan tubuh. Sebelum dilakukan
pemeriksaan pasien mungkin akan meminum larutan kontras oral atau
mendapatkan suntikan kontras intravena. Injeksi ini dapat menyebabkan
kemerahan dan rasa hangat. Beberapa orang alergi terhdap pewarna dan gatal-
gatal atau reaksi jarang terjadi seperti kesulitan bernapas dan tekanan darah yang
rendah.13
3. Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI membantu dalam mengevaluasi tumor penis primer, terutama pada
invasi lokal. Tumor tampak relatif hipointens pada T2 dan pada T1 tampak
isointens dan meningkat setelah injeksi.13
8

2.2.7 Gambaran Radiologi


a. Ultrasonography (USG)

Gambar 2.2

(a) Gambaran transversal dan (b) longitudinal dari penis yang normal.
Tampak gambaran ekoik yang seragam sepanjang korpus kavernosum (c)
Gambaran tunika yang ekoik (tanda panah yang terbuka) dan dinding dari
pembuluh darah korpus kavernosum mudah diidentifikasi (panah).16
9

Berbagai struktur khas dari penis dapat digambarkan oleh USG dan
digunakan untuk menentukan stadium kanker penis. Tumor sendiri seringkali
menunjukkan gambaran lesi hipoekoik (Gambar 2.3). Hal ini dapat dibedakan dari
uretra. Pemakaian kateter uretra dapat membantu dalam menggambarkan tumor.
Tunika albuginea yang mengelilingi kedua corpora cavernosa terlihat sebagai
struktur hyperechoic (Gambar 2.4). Ultra sound terbukti mampu memberikan
gambaran infiltrasi ke dalam corpora cavernosa, tapi itu tidak cukup dalam
membedakan tingkat sebenarnya dari infiltrasi ke korpus spongiosum dari glans.7

Gambar 2.3 USG pada kanker penis. Gambaran anak panah


menunjukkan lesi hiperekoik.7

Gambar 2.4 USG pada kanker penis dengan gambaran skematik dari
struktur yang berbeda.7
10

Gambar 2.5 Tumor pada glans (squamous cell carcinoma): Ultrasound Doppler :
Tumor mendapatkan vaskularisasi dengan gambaran kontur lobulated. Tumor
tersebut menginvasi bagian dalam korpus spongiosum.15

b. Computed Tomography (CT-Scan)


Gambaran CT-Scan pada penis normal :

Gambar 2.6 CT Scan pelvis normal pada pria yang menunjukkan gambaran penis
normal.17
11

Gambaran CT-Scan pada kanker penis :

Gambar 2.7 CT scan dari pelvis menunjukkan nodul berukuran 1 cm 1 cm yang


membesar pada bagian pangkal penis kiri.18

Gambar 2.8 CT-scan menunjukkan densitas dari jaringan lunak pada


selangkangan kiri. 19
12

Gambar 2.9 CT scan: Ukuran lesi meningkat dengan cepat dalam kurun waktu 2
bulan.19

Gambar 2.10 Pasien menunjukkan tanda klinis yang lengkap terhadap pengobatan
setelah satu siklus.19
13

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Gambaran MRI pada penis normal :

Gambar 2.11 Hasil MRI pada penis yang normal. a. Potongan aksial T2. Korpus
kavernosum tertanam di ischiopubic rami. Pada bagian tengah adalah awal dari
korpus spongiosum yang dikenal sebagai bulb (tanda panah tipis). Gambaran otot
transversal superfisial (tanda panah tebal); b. Potongan perineal. Gambaran
hyposignal U menunjukkan otot bulbocavernosus; c. bagian aksial dari penis
(datar pada abdomen) pada rangkaian gambaran T2. Korpus kavernosum (tanda
bintang) menunjukkan gambaran normal (hipersignal) , dikelilingi tunika
albuginea (hiposignal) (tanda panah). Uretra dapat dilihat berada didalam korpus
spongiosum; d. Gambaran aksial T1 dari penis, tunika albuginea muncul dalam
gambaran hiposignal (tanda panah).1
14

Gambaran MRI pada kanker penis :

Gambar 2.12 Potongan sagittal T2: Lesi tampak relatif hiposignal menempati
seluruh glans (korpus spongiosum) dan menginvasi bagian distal dari korpus
kavernosum.15

Gambar 2.13 Potongan aksial T1 setelah injeksi: tampak peningkatan gambaran


kontras dari korpus kavernosum kiri yang sudah terinvasi.15

2.2.8 Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam penatalaksanaan adalah untuk menjaga dalam segi
kosmetik dan mengembalikan fungsi dari penis. Pencapaian untuk menjadi baik
bergantung pada diagnosis dan penatalaksanaan yang cepat. Neoplasma Intraepitel
seperti bowen disease ataupun erythroplasia of Queyrat bisa saja di berikan terapi
dengan 5-fluorouracil topikal. Terapi ini dapat dilakukan jika belum terdapat
invasi hingga ke basal membran.3
15

a. Operasi Primer
Pada saat ini operasi merupakan pilihan jika sudah terjadi invasi dari kanker
penis, mulai dari prosedur sederhana dengan melakukan eksisi dan sirkumsisi
hingga dibuang sebagian ataupun seluruh dari penis (penectomy). Pada umumnya,
teknik operasi dapat dibagi menjadi tiga kategori.
Bagian kecil dan superfisial lesi penis, sirkumsisi, eksisi lokal yang luas, dan
teknik epitel ablatif. Kedua, untuk granular dan tumor penis distal, sangat penting
dipertimbangkan secara kosmetik dan fungsi penis dengan penektomi parsial.
Ketiga, untuk kanker penis yang sudah berlanjut dapat di lakukan total penektomi
dilanjutkan dengan rekonstruksi penis (phalloplasty).20
Panduan Perhimpunan Urologi di Eropa mengatakan bahwa lesi superfisial
(Tis, Ta, T1a) dapat diterapi dengan teknik:

Insisi lokal dengan atau tanpa sirkumisi


Terapi laser
Operasi Mohs Micrographic ( verrucous carcinoma )
Terapi Fotodinamik (lesi superfisial)3
b. Terapi Radiasi
Radioterapi dapat digunakan sebagai alternatif lain dari operasi pada beberapa
pasien. Pada pasien yang mengalami trauma setelah dilakukan parsial atau total
penektomi dianjurkan melakukan terapi radiasi untuk melihat berbagai teknik
dalam terapi kanker penis, namun tidak semua pasien bersedia untuk melakukan
radioterapi.
Adapun beberapa radioterapi yang dianjurkan adalah :
1. Eksternal beam radiation therapy
Dosis yang dilakukan pada kanker < 4cm adalah 4.000cGy dalam 20 fraksi
selama 4 minggu terhadap seluruh batang penis.
2. Brachytherapy
Dilakukan dengan cara meletakkan cetakan yang berisi radioaktif diletakkan
pada penis dan dipakai 12 jam sehari selama 7 hari dengan dosis 0.6-Gy pada
tumor dan 0.5-Gy pada utrethra, juga dapat dilakukan teknik lain melibatkan
16

iridium lr 192 yang diletakkan pada penis dan dilepaskan saat seluruh dosis telah
terpakai.
c. Kemoterapi
Penggunaan kemoterapi dilakukan pada pasien sudah terdapat metastasis
terhadap pelvis dan kelenjar inguinal. Obat yang paling sering digunakan meliputi
cisplatin, bleomycin, methotrexate dan fluorouracil. Walaupun kemoterapi tidak
efektif untuk tumor yang berat, namun terdapat respon yang baik dengan
digunakannya terapi kombinasi kemoterapi diikuti dengan operasi.3

2.2.9 Prognosis
Kanker penis relatif jarang terjadi. Tingkat kelangsungan hidup yang
akurat berdasarkan tahapan kanker penis sulit untuk ditentukan.21 Prognosis dan
pilihan pengobatan tergantung pada tahap kanker, lokasi tumor, ukuran tumor,
dan apakah kanker ini baru saja didiagnosis atau kembali kambuh lagi.3,21
Tingkat kelangsungan hidup biasanya berdasarkan pada hasil jumlah
berapa besar orang yang memiliki penyakit ini. Banyak faktor lain yang dapat
mempengaruhi prospek seorang pria, seperti usia, kesehatan umum dan seberapa
jauh kanker penis merespon pada pengobatan.21 Menurut hasil dari yang
dipublikasi oleh American Cancer Society, kanker penis yang tidak meluas hingga
keluar penis memiliki angka harapan hidup 5 tahun sebanyak 85%. Untuk kanker
yang telah meluas ke daerah terdekat atau nodul limfe, angka harapan hidup 5
tahun sebanyak 59% dan kanker yang telah metasase ke organ lain angka harapan
hidup 5 tahunnya adalah 11%.13
17

Bab 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pemeriksaan radiologis pada kanker penis harus disesuaikan dengan temuan


dari anamnesa dan pemeriksaan fisik yang sebelumnya dilakukan.
2. Pemeriksaan radiologis kanker penis dapat dilakukan menggunakan USG, CT-
scan dan MRI.
18

DAFTAR PUSTAKA
1. Marchionne E, Perez C, Hui A, Khachemoune A. Penile squamous cell carcinoma: a
review of the literature and case report treated with Mohs micrographic surgery. Anais
Brasileiros de Dermatologia. 2017 Feb;92(1):95-9.
2. Hakenberg OW, Comprat E, Minhas S, Necchi A, Protzel C, Watkin N. Guidelines on
penile cancer. Eur Urol (im Druck) [Internet]. 2014. Available from:
http://uroweb.org/wp-content/uploads/12-Penile-Cancer_LR1.pdf
3. Brosman SA, Schwartz BF. Penile cancer [Internet]. Emedicine.medscape.com.
2012;27 [cited 30 Maret 2017]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/446554-overview#a7
4. Clark PE, Spiess PE, Agarwal N, Biagioli MC, Eisenberger MA, Greenberg RE, Herr
HW, Inman BA, Kuban DA, Kuzel TM, Lele SM. Penile cancer. JNCCN.
2013;11(5):594-615.
5. Bleeker MC, Heideman DA, Snijders PJ, Horenblas S, Dillner J, Meijer CJ. Penile
cancer: epidemiology, pathogenesis and prevention. World J Urol. 2009;27(2):141.
6. Prayoga DA, Tranggono U. Evaluasi Klinis dan Manajemen Kanker Penis di Rumah
Sakit Sardjito, Yogyakarta. Ind J Cancer. 2016 Jan 10;10(1):29-34.
7. Horenblas S, Kroon BK, Olmos RV, Hoefnagel CA. Considerations: Imaging in Penis
Carcinoma. Imaging Onco Urol. 2009:353-60.
8. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar, edisi 12. Jakarta: EGC; 2012. p.374
9. Suh CH, Baheti AD, Tirumani SH, Rosenthal MH, Kim KW, Ramaiya NH et al.
Multimodality imaging of penile cancer: what radiologists need to know. Abdominal
imaging. 2015;40(2):424-35.
10. Singh AK, Saokar A, Hahn PF, Harisinghani MG. Imaging of Penile Neoplasms 1.
Radiographics. 2005;25(6):1629-38.
11. Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. Edisi Ketiga. Jakarta: Sagung Seto; 2011. P.
12. Pettaway CA, Crook JM, FRCPC, Pagliaro LC. Tumors of the Penis. In: Wein A,
Kavoussi L, Partin A, Peters C, ed. by. Campbell-Walsh Urology. 11th ed.
Philadelphia: Elsevier, Inc.; 2016. p. 849
13. American Cancer Society. Penile Cancer [Internet]. Cancer.org. 2017 [cited 2 April
2017]. Available from: https://www.cancer.org/cancer/penile-cancer.html
14. Presti JC. Genital Tumors. In: Tanagho EMcAninch J, ed. by. Smith's General Urology.
17th ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2008. p. 385.
15. Rocher L, Glas L, Cluzel G, Ifergan J, Bellin MF. Imaging tumours of the penis.
Diagnostic Interv. 2012;93(4):319-28.
16. Myron A. Pozniak. Doppler Ultrasound of the Penis [Internet]. 2016 March [Cited 2017 April
6] Chapter 12. Available from: http://radiologykey.com/doppler-ultrasound-of-the-penis/)
17. Radiologic Anatomy Index [Internet]. Health Auckland 2017 [Cited April 6]. Available
from: http://www.health.auckland.ac.nz/webpath/radiol/radnorm/abct56.htm)
18. Ok-Jun Lee, Seok-Joong Yun,et all. Locally recurrent penile apocrine carcinoma
initially diagnosed as metastatic adenocarcinoma of colon [Internet] 2013 Sep [Cited
2017 April 6]. 25(6): 777780. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3872557/
19. Nowicki, Stefan; Hendry, David; Russell, John. A Case of Metastatic Penile Cancer
Showing a Prolonged Disease Free Survival of over Five Years After Cisplatin and
19

Gemcitabine Combination Chemotherapy [Internet]. 2012 Jul [Cited 2017 April 6]


Available from: www.bjuinternational.com
20. Van Poppel H, Watkin NA, Osanto S, Moonen L, Horwich A, Kataja V, ESMO
Guidelines Working Group. Penile cancer: ESMO Clinical Practice Guidelines for
diagnosis, treatment and follow-up. Ann Onco. 2013;24(suppl 6):vi115-24.
21. National Cancer Institute. Penile cancer [Internet]. National Cancer Institute 2017
[Cited April 6]. Available from: https://www.cancer.gov/

Anda mungkin juga menyukai