Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang spesial, karena pada saat tersebut
terjadi pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan
dengan timbulnya pubertas. Perubahan pada remaja akan mempengaruhi kebutuhan,
absorpsi, serta cara penggunaan zat gizi, hal ini disertai dengan pembesaran organ dan
jaringan tubuh yang cepat. Perubahan hormon yang menyertai pubertas juga
menyebabkan banyak perubahan fisiologis yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada
remaja. (Poltekes, Depkes, 2010:21).

Kebutuhan gizi remaja berpengaruh terhadap pertumbuhan fisiologis tubuh pada

masa pubertas. Kebutuhan gizi bervariasi pada masing-masing remaja. Pengkajian status

gizi pada remaja perlu dilakukan, karena pada periode ini sering terjadi adanya gangguan

gizi sangat tinggi, contohnya obesitas.

Hasil survey nasional di Amerika menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada


remaja semakin meningkat, dari 12 % pada tahun 1991 menjadi 17,9 % pada tahun 1998.
Hal serupa juga ditemui di DKI Jakarta yang menunjukkan prevalensi obesitas yang
meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pada anak umur 6-12 tahun ditemukan
obesitas sekitar 4 %, pada remaja 12-18 tahun ditemukan 6,2 %, dan pada umur 17-18
tahun 11,4 %. Kasus obesitas pada remaja lebih banyak ditemukan pada wanita (10,2 %)
dibanding laki-laki (3,1 %).(Poltekes, Depkes, 2010: 20).
Sejak tahun 1970 hingga sekarang, kejadian obesitas meningkat 2 (dua) kali lipat
pada anak usia 2-5 tahun dan usia 12-19 tahun, bahkan meningkat tiga (3) kali lipat pada
anak usia 6-11 tahun. Di Indonesia, prevalensi obesitas pada anak usia 6-15 tahun
meningkat dari 5% tahun 1990 menjadi 16% tahun 2001. (Atikah, Proverawati,
2010:83).
Data obesitas di Indonesia belum bisa menggambarkan data obesitas di seluruh

penduduk. Data SUSENAS menunjukkan bahwa prevalensi obesitas di Indonesia baik di

perkotaan maupun di pedesaan mengalami peningkatan. Di perkotaan pada tahun 1989

prevalensi obesitasditemukan pada laki-laki 4,6% dan pada perempuan5,9%, pada tahun

1992 meningkat menjadi pada laki-laki 6,3%dan pada perempuan8%. Kejadian obesitas

dewasa pada tahun 1996/1997 di ibukota propinsi menunjukkan bahwa 8,1% laki-laki
mengalami overweight dan 6,8% mengalami obesitas. Pada wanita 10,5 % mengalami

overweight dan 13,5 % obesitas.

Papalia, Olds, dan Feldman (2004) mengatakan bahwa obesitas atau

kegemukan terjadi jika individu mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang

dibutuhkannya. Berdasarkan pada hasil penelitian, ditemukan bahwa obesitas dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor genetik, disfungsi salah

satu bagian otak, pola makan yang berlebih, kurang gerak atau kurang olahraga,

emosi, dan, faktor lingkungan (Mutadin, 2002:20). Berdasarkan data yang

diperoleh terlihat bahwa semakin maju-nya suatu bangsa maka individu yang

mengalami obesitas juga meningkat dan berkembang menjadi masalah kesehatan

global yang sangat penting. Apabila obesitas dialami seseorang maka akan ada

pengaruh yang akan dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari baik dampak positif

maupun negatif.

Menurut Dodoh khodijah, Remaja yang mengalami obesitas biasanya pasif dan

depresif, karena sering tidak dilibatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman

sebayanya, sulit mendapatkan pacar karena merasa potongan tubuhnya jelek, tidak

modis, merasa rendah diri, dan obesitas pada masa remaja akan berakibat pada masa

selanjutnya. Ketidakmatangan pola pikir serta keinginan kuat untuk mengimitasi

lingkungan menimbulkan masalah tersendiri bagi remaja. Keterbatasan fungsi fisik,

mental, emosional dan sosial akan berdampak pada kualitas hidupnya.

WHO mengartikan kualitas hidup sebagai persepsi individu mengenai posisinya

dalam kehidupan, dalam konteks kultur dan sistem nilai dimana mereka hidup, dalam

hubungan dengan tujuan, harapan, standar, yang ada dan perhatian mereka. Kualitas

hidup adalah persepsi individu terhadap kondisi kehidupan dalam konteks budaya dan

sistem nilai ditempat dimana dia berada yang dihubungkan dengan tujuan, harapan,
standar dan perhatian yang dimiliki. Kualitas hidup merupakan indikator penting untuk

menilai keberhasilan intervensi pelayanan kesehatan disamping morbiditas, mortalitas,

fertilitas dan kecacatan. Penelitian kualitas hidup mencakup dimensi peran sosial, fungsi

fisik, fungsi emosional dan fungsi. Beberapa penelitian menunjukkan ada hubungan

obesitas dengan kualitas hidup anak dan remaja. Di Amerika dan Australia rata-rata

kualitas hidup anak obesitas lebih rendah.

Menurut Dodoh Khodijah, hasil penelitiannya dilakukan pada siswa di SMPN 37

Jakarta Selatan didapatkan rata-rata kualitas hidup remaja yang mengalami obesitas lebih

rendah, Kualitas hidup semakin rendah dengan bertambahnya usia remaja dan laki-laki

mempunyai kualitas hidup yang lebih rendah.

Di Pontianak, belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan antara

obesitas dengan kualitas hidup. Berdasarkan prevalensi obesitas di Pontianak yang cukup

tinggi dan dampak yang negatif yang ditimbulkan terhadap kualitas hidup, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang hal tersebut. Berdasarkan latar belakang

tersebut, dirumuskan permasalahan penelitian, apakah ada hubungan antara obesitas

dengan kualitas hidup remaja di SMA Santo Paulus Pontianak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan permasalahan

sebagai berikut apakah ada hubungan obesitas terhadap kualitas hidup remaja di SMA

Santo Paulus Pontianak.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penelitian ini adalah:


1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara obesitas

terhadap kualitas hidup remaja di SMA Santo Paulus Pontianak.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi gambaran obesitas pada remaja.

b. Mengidentifikasi gambaran kualitas hidup pada remaja SMA.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi perawat

Sebagai suatu ide, masukan dan bahan penambahan pengetahuan dan wawasan bagi

perawat tentang adanya hubungan antara obesitas terhadap kualitas hidup pada

remaja.

2. Bagi Lembaga Pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan menambah pengetahuan tentang hubungan antara obesitas

terhadap kualitas hidup.

3. Bagi Tempat Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna untuk meningkatkan kesadaran para remaja dalam

mengkonsumsi makanan yang bergizi untuk mencegah terjadinya obesitas yang

berpengaruh terhadap kualitas hidup.

Anda mungkin juga menyukai