PENDAHULUAN
1
menjaga tekanan darah tetap stabil. Penatalaksanaan non farmakologis pada
pasien hipertensi adalah dengan pengendalian faktor risiko yang dapat
diubah, yaitu antara lain mengurangi asupan garam natrium sampai dengan
maksimal setengah sendok teh sehari, mengatasi obesitas dan menurunkan
kelebihan berat badan, melakukan olahraga secara teratur, berhenti merokok,
berhenti mengonsumsi alkohol, serta menciptakan keadaan rileks dan
mengurangi stres.3 Pengendalian faktor risiko inilah yang masih sedikit
diketahui dan dipahami oleh masyarakat.
Atas dasar tersebut maka dilakukanlah penyuluhan tentang hipertensi
dengan target pengunjung Puskesmas Tejakula 1. Penyuluhan diarahkan
dengan informasi umum tentang hipertensi, faktor risiko, komplikasi, serta
ditekankan pada modifikasi gaya hidup serta diet yang disarankan pada
pasien hipertensi maupun untuk mencegah hipertensi pada pasien yang
berisiko terkena hipertensi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertensi atau yang juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi merupakan
keadaan peningkatan tekanan darah persisten, dimana menurut JNC 7
seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih
dan/atau tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih.1
3
sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Namun, setelah
memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat.
Setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih meningkat
dibandingkan dengan pria yang diakibatkan faktor hormonal. 3,4 Data
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) menyebutkan bahwa prevalensi
penderita hipertensi di Indonesia lebih besar pada perempuan (8,6%)
dibandingkan laki-laki (5,8%).2
3. Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer.
Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan
renin membran sel. Bila kedua orang tuanya menderita hipertensi, maka
sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya
yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-
anaknya.3,4
b. Faktor yang dapat dimodifikasi
1. Kegemukan (obesitas)
Kegemukan adalah presentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam
Indeks Massa Tubuh (IMT). Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar
20-33% memiliki berat badan lebih. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
seorang yang badannya normal.4
2. Psikososial dan stress
Stress dapat merangsang kelenjar adrenal melepaskan hormon adrenalin
dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga
tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan
berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau
perubahaan patologis.5
3. Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan
endotel pembuluh darah arteri yang mengakibatkan proses artereosklerosis
dan tekanan darah tinggi.5,6
4
4. Olahraga
Olahraga dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner melalui
mekanisme penurunan denyut jantung, tekanan darah, penurunan tonus
simpatis, meningkatkan diameter arteri koroner, sistem kolateralisasi
pembuluh darah, meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein) dan
menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein) darah. Melalui kegiatan
olahraga, jantung dapat bekerja secara lebih efisien dimana frekuensi
denyut nadi berkurang, namun kekuatan jantung semakin kuat, penurunan
kebutuhan oksigen jantung pada intensitas tertentu, penurunan lemak
badan dan berat badan serta menurunkan tekanan darah.5
5. Konsumsi alkohol berlebih
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan.
Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan
asupan alkohol dilaporkan menimbulkan efek terhadap tekanan darah baru
terlihat apabila mengkomsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar
setiap harinya.6 Komsumsi alkohol seharusnya kurang dari dua kali per
hari pada laki-laki untuk pencegahan peningkatan tekanan darah. Bagi
perempuan dan orang yang memiliki berat badan berlebih,
direkomendasikan tidak lebih satu kali minum per hari.4
6. Konsumsi garam berlebihan
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik
cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan
volume dan tekanan darah.5 Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer
(essensial) terjadi respon penurunan tekanan darah dengan mengurangi
asupan garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah rata-rata
rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8 gram
tekanan rata-rata lebih tinggi. Sumber utama natrium adalah garam dapur
atau NaCl, selain itu garam lainnya bisa dalam bentuk soda kue
(NaHCO3), baking powder, natrium benzoate dan vetsin (monosodium
glutamate). WHO menganjurkan bahwa komsumsi garam yang dianjurkan
tidak lebih 6 gram/hari setara 110 mmol natrium.1,3,4
7. Hiperlipidemia/Hiperkolestrolemia
5
Kelainan metabolisme lipid (lemak) yang ditandai dengan peningkatan
kadar kolestrol total, trigliserida, kolestrol LDL atau penurunan kadar
kolestrol HDL dalam darah. Kolestrol merupakan faktor penting dalam
terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan peninggian tahanan perifer
pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat. 5 Sering
mengkomsumsi lemak jenuh mempunyai risiko untuk terserang hipertensi
sebesar 7,72 kali dibandingkan orang yang tidak mengkomsumsi lemak
jenuh.6
2.3 Patofisiologi
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norpinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana
sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresikan kortisol dan steroid lainnya
yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dapat
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukkan angiotensin
I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal sehingga
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.5
6
berdebar-debar, lemas, sesak nafas, berkeringat dan pusing. Pada pemeriksaan
fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi
pada hipertensi yang sudah terjadi komplikasi dapat pula ditemukan kelainan
yang berhubungan dengan gangguan retina, saraf, jantung, fungsi ginjal, dan
serebral.1,3,4
7
diseluruh susunan saraf pusat. Keterikatan antara kerusakan otak dengan
hipertensi, bahwa hipertensi berisiko 4 kali terhadap kerusakan otak
dibandingkan dengan orang yang tidak menderita hipertensi.5,6
8
Dalam kehidupan penuh dengan persaingan, tuntutan atau tantangan yang
menumpuk menjadi tekanan atau beban stress bagi setiap orang. Jika tekanan
stress terlampau besar sehingga melampaui daya tahan seseorang maka akan
menimbulkan nyeri kepala, tidak bisa tidur yang merupakan salah satu faktor
terjadinya hipertensi. Agar terhindar dari efek negatif tersebut, orang harus
berusaha membina hidup yang positif.
9
BAB III
METODE
3.1 SASARAN
Jumlah peserta penyuluhan sejumlah 35 orang yang terdiri dari pasien lansia
yang memiliki faktor risiko terkena hipertensi dan pasien yang sudah
menderita hipertensi.
3.2 STRATEGI
Pengajuan topik dilakukan dengan berdiskusi bersama dokter pembimbing
yaitu dr. Kadek Awi Darma Putra. Pembagian topik dilakukan kepada masing-
masing dokter internship dengan mempertimbangkan jenis penyakit yang
paling banyak terdaftar di Puskesmas Tejakula 1, salah satunya adalah
penyakit Hipertensi. Setelah dilakukan pembagian topik, maka
dipersiapkanlah materi untuk penyuluhan/KIE pada masing-masing pasien
yang berisiko hipertensi dan pasien yang menderita hipertensi. Media
penyuluhan berupa pamflet yang berisi tentang informasi umum mengenai
hipertensi, faktor risiko, komplikasi serta ditekankan tentang modifikasi gaya
hidup serta diet yang disarankan untuk penderita hipertensi. Penyuluhan
dilakukan bertempat di poliklinik umum serta puskesmas keliling atau
puskesmas pembantu, dimana dokter internship memberikan konseling dan
edukasi pada pasien dibantu dengan media pamflet, serta memberikan ruang
bagi pasien untuk bertanya mengenai penyakit hipertensi. Bagi pasien yang
sekiranya kurang bisa menerima informasi, maka informasi diberikan pada
pengantar pasien yang tinggal serumah dan diharapkan dapat menerapkan di
kehidupan sehari-hari pasien. Pada akhir penyuluhan, pamflet diberikan
kepada pasien atau pengantar dengan pesan bahwa isi dari pamflet tersebut
sangat penting dan dapat dijadikan acuan untuk modifikasi diet untuk
mencegah hipertensi, tidak hanya untuk pasien tetapi juga orang terdekat
pasien.
3.3 METODE
10
Penyuluhan dilakukan dengan cara Konsultasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
pada pasien yang memiliki faktor risiko terkena hipertensi dan pasien yang
sudah menderita hipertensi.
11
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
- Pelaksanaan penyuluhan dapat dikatakan lancar serta mendapat antusiasme
yang tinggi dari masyarakat oleh karena masyarakat jarang mendapat
informasi berupa penyuluhan terkait dengan penyakit terutama hipertensi.
- Penderita usia lanjut yang tidak ditemani oleh sanak keluarga sulit untuk
disuluh sehingga solusinya adalah berpesan untuk menyampaikan pamflet
pada keluarga serumah.
4.2 Saran
- Puskesmas perlu lebih sering mengadakan kegiatan serupa berupa promosi
kesehatan, tidak hanya berupa pamflet atau poster, melainkan juga berupa
informasi lisan, baik terjadwal maupun berupa KIE dengan menggunakan
media pamflet.
- Dilakukan follow up kepada pasien pada kunjungan berikutnya, apakah telah
menerapkan pola hidup sehat sesuai yang dianjurkan.
12
LAPORAN PENYULUHAN
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Chobanian, A.V., G.L. Bakris, dkk. 2003. JNC 7 Complete Version - Seventh
Report Of The Joint National Committee On Prevention, Detection,
Evaluation, And Treatment Of High Blood Pressure. American Heart
Association, Inc.
2. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
3. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana
Penyakit Hipertensi. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Direktorat Jenderal PP & PL Departemen Kesehatan RI.
4. Kementerian Kesehatan RI. 2005. Infodatin-Hipertensi. Kementerian
Kesehatan RI.
5. Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi : Sistem Kardiovaskular. Jakarta :
EGC
6. Madhur, MS. 2014. Hypertension. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/241381-overview (15 Februari 2015).
14