Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Hipertensi atau yang juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi


merupakan keadaan peningkatan tekanan darah persisten, dimana menurut
JNC 7 seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan sistolik 140 mmHg
atau lebih dan/atau tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih.1 Lebih dari 90
kasus hipertensi tidak diketahui penyebabnya dengan pasti, atau dapat disebut
dengan hipertensi esensial atau primer atau idiopatik. Hipertensi primer
adalah hipertensi tanpa kelainan dasar patologis yang jelas. 1 Faktor risiko
hipertensi meliputi faktor yang tidak dapat dimodifikasi serta faktor yang
dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain umur,
jenis kelamin, serta genetik dimana genetik mempengaruhi kepekaan terhadap
natrium, kepekaan terhadap stres, reaktivitas pembuluh darah terhadap
vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk
faktor yang dapat dimodifikasi antara lain konsumsi alkohol, diet tinggi
natrium, kebiasaan merokok, stres emosi, obesitas, serta kurangnya olah raga.
Pada sebagian besar pasien, kenaikan berat badan yang berlebihan dan gaya
hidup sedentary tampaknya memiliki peran yang utama dalam menyebabkan
hipertensi. Kebanyakan pasien hipertensi memiliki berat badan yang berlebih
dan penelitian pada berbagai populasi menunjukkan bahwa kenaikan berat
badan yang berlebih (obesitas) memberikan risiko 65-70 % untuk terkena
hipertensi primer.3,4
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI
tahun 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 adalah
sebanyak 9,5% dimana jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun 2007
yaitu sebanyak 7,6%. Untuk di Bali sendiri, prevalensi hipertensi tahun 2013
yaitu sebanyak 8,8%, meningkat dibandingkan pada tahun 2007 yang
sebanyak 6,1%.2 Penyakit hipertensi di Puskesmas Tejakula 1 masih
merupakan 5 besar penyakit terbanyak.
Dalam rangka pengobatan hipertensi, selain penatalaksanaan
farmakologis, penatalaksanaan non farmakologis juga sangat berperan dalam

1
menjaga tekanan darah tetap stabil. Penatalaksanaan non farmakologis pada
pasien hipertensi adalah dengan pengendalian faktor risiko yang dapat
diubah, yaitu antara lain mengurangi asupan garam natrium sampai dengan
maksimal setengah sendok teh sehari, mengatasi obesitas dan menurunkan
kelebihan berat badan, melakukan olahraga secara teratur, berhenti merokok,
berhenti mengonsumsi alkohol, serta menciptakan keadaan rileks dan
mengurangi stres.3 Pengendalian faktor risiko inilah yang masih sedikit
diketahui dan dipahami oleh masyarakat.
Atas dasar tersebut maka dilakukanlah penyuluhan tentang hipertensi
dengan target pengunjung Puskesmas Tejakula 1. Penyuluhan diarahkan
dengan informasi umum tentang hipertensi, faktor risiko, komplikasi, serta
ditekankan pada modifikasi gaya hidup serta diet yang disarankan pada
pasien hipertensi maupun untuk mencegah hipertensi pada pasien yang
berisiko terkena hipertensi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hipertensi atau yang juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi merupakan
keadaan peningkatan tekanan darah persisten, dimana menurut JNC 7
seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih
dan/atau tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih.1

2.2 Etiologi dan Faktor Risiko


Hipertensi yang tidak terkendali dapat menyebabkan kerusakan pada organ-
organ penting di dalam tubuh. Akan tetapi perubahan yang menyebabkan
masalah tekanan darah pada setiap individu sulit untuk dilacak dan masih
belum diketahui dengan jelas. Lebih dari 90% kasus hipertensi tidak diketahui
penyebabnya dengan pasti, atau dapat disebut dengan hipertensi esensial atau
primer atau idiopatik.1 Hipertensi primer adalah hipertensi tanpa kelainan
dasar patologis yang jelas. Akan tetapi, terdapat faktor risiko yang dapat
berkontribusi pada terjadinya hipertensi yaitu faktor yang tidak dapat
dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi.
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
1. Usia
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar
sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu
sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas usia 65 tahun. 3 Pada usia
lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan
sistolik. Sedangkan menurut WHO memakai tekanan diastolik sebagai
bagian tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya
hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur yang
disebabkan oleh perubahaan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga
lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih
kaku, sebagai akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah sistolik. 5
2. Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria
lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan rasio

3
sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Namun, setelah
memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat.
Setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih meningkat
dibandingkan dengan pria yang diakibatkan faktor hormonal. 3,4 Data
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) menyebutkan bahwa prevalensi
penderita hipertensi di Indonesia lebih besar pada perempuan (8,6%)
dibandingkan laki-laki (5,8%).2
3. Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer.
Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan
renin membran sel. Bila kedua orang tuanya menderita hipertensi, maka
sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya
yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-
anaknya.3,4
b. Faktor yang dapat dimodifikasi
1. Kegemukan (obesitas)
Kegemukan adalah presentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam
Indeks Massa Tubuh (IMT). Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar
20-33% memiliki berat badan lebih. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
seorang yang badannya normal.4
2. Psikososial dan stress
Stress dapat merangsang kelenjar adrenal melepaskan hormon adrenalin
dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga
tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan
berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau
perubahaan patologis.5
3. Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap
melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan
endotel pembuluh darah arteri yang mengakibatkan proses artereosklerosis
dan tekanan darah tinggi.5,6

4
4. Olahraga
Olahraga dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner melalui
mekanisme penurunan denyut jantung, tekanan darah, penurunan tonus
simpatis, meningkatkan diameter arteri koroner, sistem kolateralisasi
pembuluh darah, meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein) dan
menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein) darah. Melalui kegiatan
olahraga, jantung dapat bekerja secara lebih efisien dimana frekuensi
denyut nadi berkurang, namun kekuatan jantung semakin kuat, penurunan
kebutuhan oksigen jantung pada intensitas tertentu, penurunan lemak
badan dan berat badan serta menurunkan tekanan darah.5
5. Konsumsi alkohol berlebih
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan.
Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan
asupan alkohol dilaporkan menimbulkan efek terhadap tekanan darah baru
terlihat apabila mengkomsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar
setiap harinya.6 Komsumsi alkohol seharusnya kurang dari dua kali per
hari pada laki-laki untuk pencegahan peningkatan tekanan darah. Bagi
perempuan dan orang yang memiliki berat badan berlebih,
direkomendasikan tidak lebih satu kali minum per hari.4
6. Konsumsi garam berlebihan
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik
cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan
volume dan tekanan darah.5 Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer
(essensial) terjadi respon penurunan tekanan darah dengan mengurangi
asupan garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah rata-rata
rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8 gram
tekanan rata-rata lebih tinggi. Sumber utama natrium adalah garam dapur
atau NaCl, selain itu garam lainnya bisa dalam bentuk soda kue
(NaHCO3), baking powder, natrium benzoate dan vetsin (monosodium
glutamate). WHO menganjurkan bahwa komsumsi garam yang dianjurkan
tidak lebih 6 gram/hari setara 110 mmol natrium.1,3,4
7. Hiperlipidemia/Hiperkolestrolemia

5
Kelainan metabolisme lipid (lemak) yang ditandai dengan peningkatan
kadar kolestrol total, trigliserida, kolestrol LDL atau penurunan kadar
kolestrol HDL dalam darah. Kolestrol merupakan faktor penting dalam
terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan peninggian tahanan perifer
pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat. 5 Sering
mengkomsumsi lemak jenuh mempunyai risiko untuk terserang hipertensi
sebesar 7,72 kali dibandingkan orang yang tidak mengkomsumsi lemak
jenuh.6

2.3 Patofisiologi
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norpinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana
sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang
emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresikan kortisol dan steroid lainnya
yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dapat
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukkan angiotensin
I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal sehingga
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.5

2.4 Gejala Hipertensi


Perjalanan penyakit hipertensi berkembang secara perlahan tetapi secara
potensial sangat membahayakan, terkadang seseorang tidak mengetahui
setelah hipertensi dideritanya menyebabkan komplikasi. Gejala yang sering
dijumpai dan dikeluhkan pada pasien hipertensi antara lain sakit kepala
bagian belakang, kaku kuduk, sulit tidur, gelisah, kepala pusing, dada

6
berdebar-debar, lemas, sesak nafas, berkeringat dan pusing. Pada pemeriksaan
fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi
pada hipertensi yang sudah terjadi komplikasi dapat pula ditemukan kelainan
yang berhubungan dengan gangguan retina, saraf, jantung, fungsi ginjal, dan
serebral.1,3,4

2.5 Komplikasi Hipertensi


1. Stroke
Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh otak yang terpajan tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah
ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang. Arteri-arteri otak yang
mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma.5
2. Infark miokardium
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak
dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menyumbat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Akibat
hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi dapat menimbulkan
perubahaan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga
terjadi distritmia, hipoksia jantung dan peningkatan risiko pembentukan
trombus.1,5
3. Gagal ginjal
Mekanisme terjadinya hipertensi pada gagal ginjal kronik oleh karena
penimbunan garam dan air atau sistem renin angiotensin aldosteron (RAA).
Pasien hipertensi berisiko 4 kali lebih besar terhadap kejadian gagal ginjal
bila dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami hipertensi.5,6
4. Ensefalopati
Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang
meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong ke dalam ruang intersitium

7
diseluruh susunan saraf pusat. Keterikatan antara kerusakan otak dengan
hipertensi, bahwa hipertensi berisiko 4 kali terhadap kerusakan otak
dibandingkan dengan orang yang tidak menderita hipertensi.5,6

2.6 Usaha Pencegahan Hipertensi


Pencegahan lebih baik dari pada pengobatan, demikian juga dengan
hipertensi. Sebenarnya sangat sederhana dan tidak memerlukan biaya, hanya
diperlukan disiplin dan ketekunan menjalankan aturan hidup sehat. Usaha
pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak
menjadi parah dan terhindar dari komplikasi fatal hipertensi. Usaha
pencegahan antara lain dilakukan dengan cara sebagai berikut :1,3,4,6
a. Mengurangi konsumsi garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2-6 gram garam
dapur untuk diet setiap hari atau tidak lebih dari -1 sendok teh sehari, sesuai
dengan derajat keparahan hipertensi yang diderita.
b. Menghindari kegemukan (obesitas)
Hindari kegemukan dengan menjaga berat badan. Kontrol berat badan dengan
menghitung IMT serta menjaga pola makan sesuai dengan kalori yang
dibutuhkan.
c. Membatasi konsumsi lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolestrol darah tidak terlalu
tinggi. Kadar kolestrol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
aterosklerosis yang lama kelamaan akan menyumbat arteri dan mengganggu
peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan
memperparah hipertensi. American Heart Association (AHA) menganjurkan
agar mengkonsumsi kolestrol dalam makanan dibatasi tidak lebih dari 300 mg
setiap hari.
d. Olahraga teratur
Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot
tubuh seperti : gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan
melakukan olahraga yang menegangkan.
e. Banyak makan buah dan sayuran
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral.Buah yang
mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah.
f. Tidak merokok dan minuman alkohol
g. Berusaha dan membina hidup yang positif

8
Dalam kehidupan penuh dengan persaingan, tuntutan atau tantangan yang
menumpuk menjadi tekanan atau beban stress bagi setiap orang. Jika tekanan
stress terlampau besar sehingga melampaui daya tahan seseorang maka akan
menimbulkan nyeri kepala, tidak bisa tidur yang merupakan salah satu faktor
terjadinya hipertensi. Agar terhindar dari efek negatif tersebut, orang harus
berusaha membina hidup yang positif.

2.7 Penatalaksanaan Diet Bagi Penderita Hipertensi


Macam diet garam rendah pada hipertensi adalah sebagai berikut:1,3
a. Diet Garam Rendah I (200-400 mg)
Diet ini diberikan pada pasien dengan edema, asitesis, dan hipertensi berat.
Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur, hindari
makanan tinggi natrium.
b. Diet Garam Rendah II (600-800 mg)
Diet ini berlaku kepada pasien odema, asitesis, dan hipertensi tidak terlalu
berat. Dalam pengolahan makanannya boleh menggunakan sendok teh
garam dapur (2 gr).
c. Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diet ini diberikan pada pasien dengan odema atau hipertensi ringan. Dalam
pengolahan makananya boleh menggunakan garam 1 sendok teh (6 gr) garam
dapur.

9
BAB III
METODE

3.1 SASARAN
Jumlah peserta penyuluhan sejumlah 35 orang yang terdiri dari pasien lansia
yang memiliki faktor risiko terkena hipertensi dan pasien yang sudah
menderita hipertensi.

3.2 STRATEGI
Pengajuan topik dilakukan dengan berdiskusi bersama dokter pembimbing
yaitu dr. Kadek Awi Darma Putra. Pembagian topik dilakukan kepada masing-
masing dokter internship dengan mempertimbangkan jenis penyakit yang
paling banyak terdaftar di Puskesmas Tejakula 1, salah satunya adalah
penyakit Hipertensi. Setelah dilakukan pembagian topik, maka
dipersiapkanlah materi untuk penyuluhan/KIE pada masing-masing pasien
yang berisiko hipertensi dan pasien yang menderita hipertensi. Media
penyuluhan berupa pamflet yang berisi tentang informasi umum mengenai
hipertensi, faktor risiko, komplikasi serta ditekankan tentang modifikasi gaya
hidup serta diet yang disarankan untuk penderita hipertensi. Penyuluhan
dilakukan bertempat di poliklinik umum serta puskesmas keliling atau
puskesmas pembantu, dimana dokter internship memberikan konseling dan
edukasi pada pasien dibantu dengan media pamflet, serta memberikan ruang
bagi pasien untuk bertanya mengenai penyakit hipertensi. Bagi pasien yang
sekiranya kurang bisa menerima informasi, maka informasi diberikan pada
pengantar pasien yang tinggal serumah dan diharapkan dapat menerapkan di
kehidupan sehari-hari pasien. Pada akhir penyuluhan, pamflet diberikan
kepada pasien atau pengantar dengan pesan bahwa isi dari pamflet tersebut
sangat penting dan dapat dijadikan acuan untuk modifikasi diet untuk
mencegah hipertensi, tidak hanya untuk pasien tetapi juga orang terdekat
pasien.

3.3 METODE

10
Penyuluhan dilakukan dengan cara Konsultasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
pada pasien yang memiliki faktor risiko terkena hipertensi dan pasien yang
sudah menderita hipertensi.

3.4 MEDIA PENYULUHAN


Media yang digunakan adalah pamflet yang berisi materi penyuluhan berupa
pengetahuan tentang definisi penyakit, tanda dan gejala, faktor risiko,
komplikasi, dan informasi tentang modifikasi gaya hidup dan diet yang sesuai
untuk penyakit hipertensi. Pada penyuluhan ditekankan tentang modifikasi
gaya hidup serta bahan makanan yang disarankan, yang dikurangi, serta yang
dihindari pada pasien hipertensi.

3.5 TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN


Hari/Tanggal : 19 Januari-13 Februari 2015
Pukul : 08.00-14.30 WITA
Tempat : Poliklinik Umum dan Puskesmas Keliling (Pusling)
Puskesmas Tejakula 1

11
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
- Pelaksanaan penyuluhan dapat dikatakan lancar serta mendapat antusiasme
yang tinggi dari masyarakat oleh karena masyarakat jarang mendapat
informasi berupa penyuluhan terkait dengan penyakit terutama hipertensi.
- Penderita usia lanjut yang tidak ditemani oleh sanak keluarga sulit untuk
disuluh sehingga solusinya adalah berpesan untuk menyampaikan pamflet
pada keluarga serumah.

4.2 Saran
- Puskesmas perlu lebih sering mengadakan kegiatan serupa berupa promosi
kesehatan, tidak hanya berupa pamflet atau poster, melainkan juga berupa
informasi lisan, baik terjadwal maupun berupa KIE dengan menggunakan
media pamflet.
- Dilakukan follow up kepada pasien pada kunjungan berikutnya, apakah telah
menerapkan pola hidup sehat sesuai yang dianjurkan.

12
LAPORAN PENYULUHAN

Nama Peserta dr. Anlidya Permatasari Gunawijaya, Tanda Tangan


S. Ked

Nama dr. Kadek Awi Darma Putra Tanda Tangan


Pendamping

Nama Wahana Puskesmas Tejakula 1, Kecamatan Tejakula, Kabupaten


Buleleng
Tema Penyuluhan Hipertensi
Tujuan Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Kecamatan
Penyuluhan Tejakula yang berkunjung ke Puskesmas Tejakula 1 tentang
penyakit hipertensi mulai dari definisi penyakit, tanda dan
gejala, faktor risiko, komplikasi, dan informasi tentang
modifikasi gaya hidup dan diet yang sesuai untuk penyakit
hipertensi.
Hari/Tanggal 19 Januari-13 Februari 2015

Waktu 08.00-14.30 WITA


Tempat Poliklinik Umum dan Puskesmas Keliling (Pusling)
Puskesmas Tejakula 1
Jumlah Peserta 35 orang

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Chobanian, A.V., G.L. Bakris, dkk. 2003. JNC 7 Complete Version - Seventh
Report Of The Joint National Committee On Prevention, Detection,
Evaluation, And Treatment Of High Blood Pressure. American Heart
Association, Inc.
2. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
3. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana
Penyakit Hipertensi. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Direktorat Jenderal PP & PL Departemen Kesehatan RI.
4. Kementerian Kesehatan RI. 2005. Infodatin-Hipertensi. Kementerian
Kesehatan RI.
5. Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi : Sistem Kardiovaskular. Jakarta :
EGC
6. Madhur, MS. 2014. Hypertension. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/241381-overview (15 Februari 2015).

14

Anda mungkin juga menyukai