Anda di halaman 1dari 26

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1


A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 2
C. Tujuan ................................................................................................................... 2
D. Biografi Karl Marx .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
A. Pemikiran Sistem Ekonomi Sosialis ................................................................... 4
B. Kecaman terhadap kapitalis ............................................................................... 6
C. Teori Pertentangan Kelas .................................................................................... 8
D. Teori surplus value dan penindasan buruh .................................................... 8
E. Dialektika Materialisme Historis ...................................................................... 11
F. Fase-fase perkembangan masyarakat .............................................................. 15
G. Perbedaan sosialisme dan komunisme Menurut Marx .................................. 18
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 20
Kesimpulan ................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 25

i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak awal dikembangkannya ajaran liberalisme-kapitalisme telah
mengundang berbagai reaksi yang kritis dari berbagai pihak. Reaksi tidak
hanya dalam bentuk perdebatan secara teoritis, melainkan juga dalam bentuk
gerakan politik.
Di bawah panji-panji kapitalisme (tahap awal) di Eropa, golongan borjuis
mulai menguasai negara. Oleh kaum borjuis negara dijadikan sebagai
kekuatan dan alat pemaksa untuk mengatur organisasi ekonomi-politik dan
kemasyarakatan guna memenuhi berbagai kepentingan mereka.
Tentu tidak semua orang senang dengan apa yang dilakukan oleh kaum
borjuis di atas. Mereka yang tidak senang ini kemudian berusaha melakukan
balas dendam. Di banyak pabrik para pekerja mengamuk dan melakukan
pengrusakan terhadap pabrik dan mesin-mesin. Mereka melampiaskan rasa
tidak senang mereka karena ditindas oleh kaum borjuis yang hanya
mementingkan diri mereka saja, dan tidak peduli dengan nasib kaum proletar.
Kondisi rakyat di bawah kaum borjuis dapat diikuti dari buku England
green and pleasant land yang di tulis oleh William Blake (1775-1827).
Buku tersebut berisi sindiran sangat pahit tentang akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh liberalisme-kapitalisme bagi masyarakat Inggris. Dalam
buku dikisahkan tentang masa lalu Inggris yang indah, damai, setiap orang
hidup harmonis di daerah-daerah yang hijau subur. Kemudian keadaan
berubah seratus delapan puluh derajat setelah dikembangkannya ajaran
liberalisme-kapitalisme oleh pemikir-pemikir klasik. Ajaran kapitalisme telah
membawa masyaratkat ke arah hidup yang penuh persaingan dan perkelahian.
Sebagai wujud dari reaksi liberalisme maka muncul pemikiran-pemikiran
baru yang disebut sosialisme. Sosialisme muncul di akhir abad ke-18 dan
awal abad ke-19 sebagai reaksi dari perubahan ekonomi dan sosial yang
diakibatkan oleh revolusi industri. Revolusi industri ini memang memberikan
keberkahan buat para pemilik pabrik pada saat itu, tetapi di lain pihak para
pekerja justru malah semakin miskin. Semakin menyebar ide sistem industri

1
kapitalis ini, maka reaksi dalam bentuk pemikiran-pemikiran sosialis pun
semakin meningkat.
Diantara sekian banyak pakar sosialis, pandangan Karl Heindrich
Marx (1818-1883) dianggap paling berpengaruh. Dari segi teoritis, banyak
pakar dan pemikir ekonomi yang mengakui bahwa argumentasi Marx sangat
dalam dan luas. Teori-teorinya tidak hanya didasarkan atas pandangan
ekonomi saja, tetapi juga melibatkan moral, etika, sosial, politik, sejarah,
falsafah dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana analisis secara konseptual dan praktis teori ekonomi sosialis
Karl Marx dan relefansinya dengan kondisi saat ini.

C. Tujuan
Untuk mengetahui analisis secara konseptual dan praktis teori ekonomi
sosialis Karl Marx dan relefansinya dengan kondisi saat ini.

D. Biografi Karl Marx


Karl Marx dengan nama lengkap Karl Heinrich Marx, putra tertua dari
pasangan Heinrich dan Henrieta Marx, dilahirkan pada tanggal 5 Mei 1818 di
Trier, meninggal di London, Inggris, 14 Maret 1883 pada umur 64 tahun.
Karl Heinrich Marx adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori
kemasyarakatan dari Prusia. Kisaran Tahun 1818-1835 Marx besar di
kota Trier di Prussian Rhineland. Kedua orangtuanya berasal dari keluarga
Rabi (taat agama). 1835-1841: (Pendidikan Formal) Setelah menyelesaikan
SMA, Marx sempat belajar sebentar di Universitas Bonn yang dilanjutkan di
Universitas Berlin selama 5 tahun. 1842-1843: (Jurnalisme dan filsafat)
selama periode ini Marx bekerja sebagai seorang wartawan dan kemudian
mendapatkan promosi sebagai seorang editor untuk surat kabar Cologne,
Rheinische Zeitung. Artikel-artikelnya memperlihatkan dirinya sebagai sosok
pemikir liberal radikal. 1864-1872 (konferensi kaum buruh internasional) di
dalam kongres kaum buruh internasional, sebuah organisasi serikat buruh

2
seluruh Eropa, Marx memainkan peran sebagai lokomotif faktanya di tangan
Marxlah masa depan kaum buruh dipertaruhkan. 1873-1883 (tahun-tahun
terakhir) tahun-tahun terakhir kehidupan Marx ditandai oleh kondisi
kesehatan yang semakin memburuk. Dia menaruh minat kepada sejarah dan
masyarakat Rusia dan menjalin korespondensi dengan para sosialis Rusia
tentang strategi-strategi yang tepat untuk meletuskan suatu revolusi di
Negara-negara yang jauh dan belum tersentuh oleh kapitalisme (Jon Elster, 8-
15).

3
BAB II PEMBAHASAN

A. Pemikiran Sistem Ekonomi Sosialis


Pemikiran-pemikiran ekonomi beraliran sosialis secara garis besar dapat
dilihat atas tiga kelompok:
o Dari kelompok pemikir sebelum Marx
o Pandangan Marx dan Engels
o Kelompok pemikir sosialis sesudah Marx
Namun di sini kami akan membahas hanya pemikiran ekonomi menurut
pandangan Marx dan Engels.
Di antara sekian banyak pakar sosialis, pandangan Karl Heindrich Marx
(1818-1883) dianggap paling berpengaruh. Dari segi teoretis, banyak pakar
dan pemikir ekonomi yang mengakui bahwa argumentasi Marx sangat dalam
dan luas. Teori-teorinya tidak hanya didasarkan atas pandangan ekonomi saja,
tetapi juga melibatkan moral, etika, social, politik, sejarah, falsafah dan
sebagainya.
Suatu hal yang agak istimewa dari teori Marx, sebagaimana yang akan kita
lihat nanti, hampir seluruh pandangan Marx diliputi oleh konflik. Ajaran
Marx yang penuh dengan konflik ini boleh jadi sangat dipengaruhi oleh
kehidupan pribadi Marx sendiri yang dapat dikatakan penuh dengan
pertentangan. Pada waktu muda, ia mula-mula tertarik pada bidang hukum
karena ingin meniti karier di pemerintahan. Akan tetapi oposisinya terhadap
pemerintah Jerman (waktu itu) membuatnya mustahil untuk dapat
memperoleh kedudukan di pemerintahan. Oleh karena itu ia mengalihkan
studinya ke filsafat dengan harapan memperoleh karier di dunia universitas.
Namun, disertasi doktoralnya tentang akar doktrin Stoic dan Epicurus telah
membawanya pada paham atheis. Hal itu menyebabkannya tersingkir dari
dunia universitas. Sebagai langkah pelarian, ia memutuskan menjadi
wartawan. Tulisan-tulisannya lebih sering mengkritik pemerintah dari pada
memberikan saran-saran perbaikan.

4
Perkawinan Marx dengan anak seorang Baron (gelar kaum bangsawan di
Jerman), memungkinkannya bergaul dengan banyak kalangan, antara lain
para penganut sosialis. Salah seorang diantaranya adalah Joseph Proudhon
(1808-1865), yang kemudian banyak memengaruhi pikiran-pikiran Marx.
Proudhon sangat membenci kaum kapitalis. Hal ini dapat dilihat dari tulisan-
tulisannya. Dalam salah satu tulisannya ia menanyakan: Apa yang dimaksud
dengan kekayaan? (What is property?). Pertanyaan tersebut ia jawab sendiri:
kekayaan adalah hasil curian! (Properti is theft).
Kekayaan yang dimaksud Proudhon dalam tulisannya di atas adalah
kekayaan yang dimiliki kaum kapitalis. Kekayaan tersebut pada hakikatnya
merupakan hasil rampokan dari kaum buruh, yaitu dengan menggaji mereka
dengan tingkat upah yang sangat rendah. Pandangan Proudhon inilah yang
sesungguhnya menjadi dasar pemikiran Marx tentang kapitalis di kemudian
hari.
Marx mempunyai seorang teman yang sangat dekat, yang sekaligus sering
bertindak sebagai pendukung finansialnya, yaitu Friedrich Engels. Mereka
bertemu pertama kali tahun 1840 di Paris. Waktu itu Marx dalam
pembuangan karena banyak mengkritik pemerintahan Jerman. Pertemuan
antara dua sahabat karib yang sehaluan dalam pandangan, baik dalam filsafat,
sejarah, politik maupun ekonomi ini mempunyai arti sangat penting di
kemudian hari. Sebagaimana diketahui, tulisan-tulisan Marx sebagian besar
merupakan hasil kerja sama dengan (atau lebih sering lagi, diedit oleh)
Engels. Begitu dekatnya persahabatan kedua kawan karib ini sehingga sulit
untuk menelusuri mana tulisan Marx yang asli dan mana yang sebetulnya
ditulis, atau diedit oleh Engels. Hal itu karena, topic yang sama sering muncul
dalam tulisan-tulisan mereka.
Salah satu buku yang ditulis oleh Marx dan Engels yang sangat
berpengaruh adalah Manifesto Komunis (The Communist Manifesto) yang
terbit tahun 1848 dan Das Kapital. Volume pertama Das Kapital terbit tahun
1867, sedangkan volume II tidak berhasil diselesaikan oleh Marx karena ia
meninggal dunia tahun 1883. Akan tetapi, Marx sungguh beruntung

5
mempunyai seorang teman akrab bernama Friedrich Engels. Oleh Engels,
naskah tulisan-tulisan Marx yang berserakan diedit kembali sehingga
akhirnya volume II dari Das Kapital bisa diterbitkan tahun 1885, dua tahun
sesudah kematian Marx.

B. Kecaman terhadap kapitalis


Karl Marx sangat benci dengan sistem perekonomian liberal yang digagas
oleh Adam Smith dan kawan-kawan. Untuk menunjukkan kebenciannya,
Marx menggunakan berbagai argumen untuk membuktikan bahwa sistem
liberal/kapitalis itu buruk. Argumen-argumen yang disusun Marx dapat
dilihat dari berbagai segi, baik dari sisi moral, sosiologi maupun ekonomi.
Dari segi moral Marx melihat bahwa sistem kapitalis mewarisi
ketidakadilan dari dalam. Ketidakadilan ini akhirnya akan membawa
masyarakat kapitalis ke arah kondisi ekonomi dan sosial yang tidak bisa
dipertahankan.Walaupun ada pengakuan bahwa sistem yang didasarkan pada
mekanisme pasar pasar ini lebih efisien, sistem ini tetap dikecam. Hal itu
karena sistem liberal tersebut tidak perduli tentang masalah kepincangan dan
kesenjangan sosial. Dengan menerapkan sistem upah besi kaum buruh
dalam sistem perekonomian liberal tidak akan pernah mampu mengangkat
derajatnya lebih tinggi karena-sebagaimana diucapkan Marx- pasar bebas
memang telah mentakdirkan demikian. Untuk mengangkat harkat para buruh
yang sangat menderita dalam sistem liberal tersebut, Marx mengajak kaum
buruh untuk bersatu. Sistem perekonomian liberal-kapitalis harus digantikan
dengan sistem lain yang lebih memperhatikan masalah pemerataan bagi
semua untuk semua, yaitu sistem perekonomian sosialis-komunis.
Dari segi sosiologi, Marx melihat adanya sumber konflik antar kelas.
Dalam sistem liberal-kapitalis yang diamati Marx ada sekelompok orang
(yaitu para pemilik modal) yang menguasai kapital. Di lain pihak, ada
sekelompok orang lainnya (yaitu kaum buruh) sebagai kelas proletar yang
seperti sudah ditakdirkan untuk selalu menduduki posisi kelas bawah. Jika
tidak dilakukan sesuatu, demikian argumentasi Marx, jumlah kaum nestapa

6
ini akan semakin besar. Sebagai langkah antisipasi, Marx menganjurkan agar
sistem liberal yang menyebabkan kaum buruh menderita tersebut harus
diperbaiki, atau lebih tepat lagi diganti dengan sistem sosialis yang lebih
berpihak pada golongan kaum buru.
Alasan lain sistem perekonomian liberal harus diganti ialah karena sistem
liberal cenderung menciptakan masyarakat berkelas-kelas, yaitu kelas
kapitalis yang kaya raya dan kelas buruh yang sangat papa. Marx tidak
menginginkan bentuk masyarakat berkelas-kelas seperti ini. Obat satu-
satunya yang dapat dilakukan dalam usaha menciptakan masyarakat tanpa
kelas itu adalah dengan memperjuangkan sistem sosialis/komunis.
Dari segi ekonomi, Marx melihat bahwa akumulasi kapital di tangan kaum
kapitalis memungkinkan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Akan tetapi, pembangunan dalam sistem kapitalis sangat bias terhadap
pemilik modal. Untuk bisa membangun secara nyata bagi seluruh lapisan
masyarakat, perlu dilakukan perombakan struktural melalui revolusi sosial.
Jika langkah ini berhasil, langkah berikutnya yang harus diambil ialah
penataan kembali hubungan produksi (khususnya dalam sistem pemilikan
tanah, alat-alat produksi, dan modal). Menurut Marx, hanya atas dasar
hubungan yang lebih manusiawi ini pembangunan dapat berjalan lancer tanpa
hambatan dan dapat diterima oleh seluruh lapisan rakyat.
Atas pandangan yang sangat skeptis di atas, tidak mengherankan jika Marx
meramal bahwa suatu masa sistem kapitalis akan hancur. Menurut ramalan
Marx, sistem kapitalis hancur bukan disebabkan oleh faktor-faktor lain,
melainkan karena keberhasilannya sendiri. Sistem kapitalis dinilai Marx
mewarisi daya self destruction, suatu daya dari dalam yang akan membawa
kehancuran bagi sistem perekonomian liberal itu sendiri. Bagi Marx sistem
kapitalis adalah suatu sistem yang sudah busuk dari dalam dan tidak
mungkin diperbaiki. Untuk membawa masyarakat pada kehidupan yang lebih
baik, tidak ada jalan lain, sistem liberal atau kapitalis tersebut harus
dihancurkan dan diganti dengan sistem yang lain yang lebih manusiawi, yaitu
sistem sosialis/komunis.

7
C. Teori Pertentangan Kelas
Dalam buku Manifesto Komunis dapat diikuti bagaimana teori Marx
tentang pertentangan kelas. Menurut Marx, sejarah segala masyarakat yang
ada hingga sekarang pada hakikatnya adalah sejarah pertentangan kelas. Di
zaman kuno ada kaum bangsawan bebas dan budak yang terikat. Di zaman
pertengahan ada tuan tanah sebagai pemilik dan hamba sahaya yang
menggarap tanah bukan kepunyaannya. Bahkan, di zaman modern ini juga
ada majikan yang memiliki alat-alat produksi dan buruh yang hanya punya
tenaga kerja untuk dijual kepada majikan. Di samping itu, ada masyarakat
kelas kaya (the haves) dan kelas masyarakat tak berpunya (the haves not).
Semua kelas-kelas masyarakat ini dianggap Marx timbul sebagai hasil dari
kehidupan ekonomi masyarakat.
Menurut pengamatan Marx, di seluruh dunia ini, sepanjang sejarah, kelas
yang lebih bawah selalu berusaha untuk membebaskan dan meningkatkan
status kesejahteraan mereka. Sekarang pun (maksudnya di masa Marx) tidak
terkecuali, tetap ada perjuangan kelas. Dengan anggapan seperti ini, Marx
meramal bahwa kaum proletar yang terdiri para buruh akan bangkit melawan
kewenang-wenangan kaum pemilik modal dan akan menghancurkan kelas
yang berkuasa. Bagaimana Marx menganggap bahwa kaum proletar diisap
dan diperas oleh para pemilik modal? Teori yang digunakan untuk
menjelaskan penindasan tersebut adalah teori nilai lebih (theory of surplus
value), yang sebetulnya berasal dari kaum klasik sendiri.

D. Teori surplus value dan penindasan buruh


Menurut pandangan kaum klasik (Ricardo), nilai suatu barang harus sama
dengan biaya-biaya untuk menghasilkan barang tersebut, yang di dalamnya
sudah termasuk ongkos tenaga kerja berupa upah alami (natural wages).
Upah alami yang diterima oleh para buruh hanya cukup sekadar penyambung
hidup secara subsisten, yaitu untuk memenuhi kebutuhan yang sangat pokok-
pokok saja. Padahal, nilai dari hasil kerja para buruh jauh lebih besar dari
jumlah yang diterima mereka sebagai upah alami. Kelebihan nilai

8
produktivitas kerja buruh atas upah alami inilah yang disebut Marx sebagai
nilai lebih (surplus value), dinikmati oleh para pemilik modal. Semakin kecil
upah alami yang dibayarkan pada kaum buruh, semakin besar nilai surplus
yang dinikmati pemilik modal. Bagi Marx ini berarti semakin besar
pengisapan atau eksploitasi dari pemilik modal atas kaum buruh.
Lebih jelas lagi, menurut Marx, nilai (harga sesungguhnya) dari suatu
komoditas ditentukan oleh nilai labor yang diejawantahkan (embodied) secara
langsung maupun tidak langsung dalam komoditas, plus laba. Marx tidak
membantah bahwa dalam jangka pendek harga-harga komoditas ditentukan
oleh kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran, sehingga harga yang
terbentuk di pasar bisa berbeda dengan nilai labor yang terikut dalam
komoditas yang bersangkutan. Bahkan, dalam jangka panjang Marx juga tahu
bahwa harga-harga secara sistematis menjauh dari nilai labor.
Bagaimanapun juga, secara umum Marx percaya bahwa nilai suatu barang
atau komoditas umumnya sepadan dengan input-input labor, dan hanya labor
langsung yang dapat menghasilkan laba (yang disebutnya nilai surplus).
Lebih jelas, menurut Marx nilai suatu komoditas (C) adalah penjumlahan
biaya labor langsung (v), biaya labor tidak langsung (c) dan laba atau nilai
surplus (s), atau:
C=c+v+s
Harap dicatat bahwa dari persamaan di atas istilah Marx tentang modal
tetap atau biaya-biaya labor tak langsung (c) dan modal variable atau biaya-
biaya labor langsung (v) berbeda dengan istilah-istilah yang digunakan dalam
buku-buku ekonomi modern. Oleh Marx, modal tetap (c) merujuk pada
pengeluaran-pengeluaran untuk pabrik, mesin-mesin dan peralatan, inventory,
pengeluaran untuk materials. Sementara itu, pada masa modern ini, modal
tetap merujuk pada biaya-biaya produksi non-labor (depresiasi, biaya-biaya
material, asuransi, dan sebagainya). Begitu juga yang dimaksudkan biaya
labor langsung (v) adalah biaya-biaya upah.
Suatu hal yang membedakan labor dengan faktor-faktor produksi lain
(tanah, modal, material) ialah bahwa majikan dapat memaksa pekerja

9
menghasilkan nilai yang melebihi nilai labor yang masuk dalam proses
produksi. Misalnya, nilai labor yang sesungguhnya masuk dalam proses
produksi adalah Rp. 10.000,00. Akan tetapi, majikan cukup membayar Rp.
3.000,00 saja, sekadar membuat buruh dapat bertahan hidup. Kelebihannya,
yang disebut Mark dengan nilai surplus, dinikmati oleh majikan.
Nilai surplus adalah kelebihan nilai produktivitas kerja atas upah alami
yang diberikan kepada buruh. Semakin rendah nilai upah yang diberikan
kepada buruh, semakin besar nilai surplus yang dinikmati pemilik modal.
Tingkat surplus ini oleh Marx dalam Das Kapital dijadikan sebagai sebagai
ukuran eksploitasi terhadap kaum buruh. Tingkat eksploitasi (s) tersebut bisa
diukur dengan membandingkan nilai surplus (s) dengan upah yang diberikan
(v),
Tingkat Eksploitasi s = s/v
Dari uraian di atas, jelaslah bagaimana kaum pemilik modal memperoleh
kekayaan dengan menindas kaum buruh. Sebagian dari laba yang merupakan
surplus value tersebut ditanamkan kembali sebagai investasi, apakah untuk
memperluas usaha yang ada atau membuka lapangan usaha baru. Dari hasil
investasi ini kekayaan mereka akan semakin menumpuk, semakin lama
semakin besar.
Akumulasi kapital akan semakin berhasil jika para kapitalis bisa menindas
kaum buruh sekeras-kerasnya, yaitu dengan memberikan tingkat upah yang
sangat rendah. Di sini tampak perbedaan yang sangat nyata antara Marx dan
Smith dalam memandang persaingan. Smith menganggap persaingan bebas
sebagai prasyarat bagi terbentuknya masyarakat sejahtera. Sebaliknya, Marx
memandangnya sebagai penyebab terjadinya konsentrasi- konsentrasi
ekonomi atau monopoli. Kompetisi dinilai Marx mengandung suatu daya
suatu daya yang kalau tidak diawasi akan menghancurkan sendi-sendi
kehidupan masyarakat. Perusahaan-perusahaan besar akan mencaplok yang
kecil. Yang lemah akan tergusur dari pasar. Akibatnya, jumlah golongan
menengah menciut, sedangkan jumlah kaum proletar akan semakin banyak.

10
Sebagai ekses dari persaingan yang tidak sehat tersebut, maka sebagian
yang kalah tercampak dari pasar. Mereka yang tergusur dari pekerjaan semula
akan mengumpul di pusat-pusat industry, membentuk perkampungan-
perkampungan kumuh. Akan tetapi, adanya pemusatan para penganggur ini
justru menguntungkan kaum kapitalis, sebab mereka bisa dijadikan sebagai
cadangan tenaga kerja murah. Dengan banyaknya orang yang antri mencari
pekerjaan, kaum buruh-yang cukup beruntung memperoleh pekerjaan
walaupun dengan upah sangat rendah tersebut-tidak akan bisa macam-
macam. Kalau mereka membuat ulah, dengan segera mereka bisa dipecat
(PHK) dan seribu orang siap menggantikannya. Akibat yang lebih nyata dari
keadaan ini: kehidupan buruh kian lama kian terjepit.
Akan tetapi, dengan praktik gencet-menggencet seperti ini siapa
sesungguhnya yang rugi? Kaum buruh jelas rugi, sebab mereka hanya bisa
memperoleh nafkah sekadar penyambung hidup belaka. Bagaimana dengan
pemilik modal? Pada mulanya dengan menekan upah buruh mereka memang
untung. Akan tetapi, dengan jumlah buruh yang sangat banyak, sedangkan
pendapatan mereka sangat rendah menimbulkan masalah lain. Siapa yang
akan membeli barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik?
Karena daya beli masyarakat rendah, barang-barang yang dihasilkan menjadi
tidak laku. Pabrik-pabrik terpaksa tutup. Semua ini bukan kesalahan pihak
tertentu, melainkan karena tingkah tingkah kaum kapitalis sendiri. Lebih
lanjut, Marx menganalisis: jika pabrik-pabrik tutup, pengangguran akan
semakin merajalela, yang akan membawa kekalutan pada masyarakat. Marx
meramal akan datang suatu masa, terjadi krisis besar-besaran yang akan
mengakhiri riwayat sistem kapitalistis.

E. Dialektika Materialisme Historis


Dari setiap argumen yang dilontarkan Marx di atas, jelas sekali bahwa ide
tentang konflik selalu ditekankan: konflik antara ideal dan realitas; antara
kapital dan labor; juga antara pertumbuhan dan stagnasi. Dari setiap konflik
akan muncul perubahan. Untuk alasan ini, Marx berpendapat bahwa sistem

11
kapitalisme mesti diganti dengan sistem lain. Konflik diganti dengan harmoni
atau keselarasan etis, sosial dan ekonomi.
Proses pembangunan melalui konflik merupakan proses dialektik. Proses
ini mempunyai basis dalam pembagian masyarakat atas kaum pekerja dan
kapitalis. Bagi Marx, pangkal dari semua perubahan adalah karena
dilakukannya pengisapan perubahan adalah karena dilakukannya pengisapan
atau eksploitasi para kapitalis terhadap kaum buruh. Eksploitasi terhadap
buruh tersebut telah memungkinkan terjadinya akumulasi kapital di pihak
pemilik modal, tetapi menyebabkan kemiskinan di kalangan buruh.
Perbedaan yang sangat mencolok antara pemilik kapital dan kaum
proletariat sebagaimana dijelaskan di atas akan membawa ke arah revolusi
sosial.
Bagi Marx, dialektika sejarah merupakan suatu keniscayaan: sesuatu yang
musti bakal terjadi. Yang jelas, jika kaum proletar sudah tidak tahan lagi,
mereka akan melancarkan revolusi. Para pekerja akan menghancurkan pabrik-
pabrik dan merusak segala milik kapitalis.

12
Eksploitasi Labor
(Nilai Surplus)

Akumulasi Kapital Daya Beli Rendah

Tingkat Laba Substitusi Labor-Kapital Krisis Kapital


Berkurang (Konyuntur)

Cadangan
Terpusatnya Kapital Penganggur

Terkonsentrasinya Semakin Melaratnya


Kekayaan Kaum Proletar

Revolusi Sosial

GAMBAR 1.
Diagram Skematik Teori Marx tentang Pembangunan Kapitalis
Sumber: Daniel R. Fusfled, The Age of Economist (1977)

Jika ini terjadi, semua pihak akan rugi: baik kaum kapitalis maupun
mereka sendiri. Jika pabrik-pabrik hancur, berarti mereka akan tergusur dari
lapangan kerja. Untuk menghindari tindakan-tindakan yang merugikan semua
pihak, di sinilah peran kaum komunis diharapkan. Menurut Marx, kaum
komunis yang memperjuangkan nasib kaum proletar harus menuntun revolusi
yang dilancarkan kaum proletar ke arah yang benar. Revolusi pun harus
dilancarkan sebaik-baiknya.
Agar revolusi berjalan sukses, Marx menganjurkan kaum komunis
mendukung setiap gerakan melawan tatanan sosial politik sistem kapitalis.
Kaum proletar yang sudah sangat menderita dan tidak memiliki apa-apa di

13
bawah sistem kapitalis tidak akan kehilangan apa pun dalam memperjuangkan
revolusi. Bagi Marx, untuk memperjuangkan nasib mereka sendiri, kaum buruh
di seluruh negeri harus bersatu memperjuangkan sebuah sistem baru yang lebih
berpihak kepada kaum buruh, yaitu sistem sosialis/komunis.
Teori Marx tentang kejatuhan kapitalisme untuk kemudian digantikan
dengan sosialisme/komunisme di atas didasarkan pada dialektika materialisme
sejarah. Konsep dialektika materialisme ini dipelajari Marx dan filsuf Jerman
Georg Wilhelm Hegel dan Ludwig Feuerbach.
Dengan dialektika, ada tesis, antithesis, dan sintesis, yang saling kait-
mengkait antara satu sama lainnya. Dengan materialisme historis, Marx
percaya sejarah manusia ditentukan oleh kebutuhan ekonominya yang paling
dasar, yaitu kebutuhan akan materi. Dengan demikian, ia menyimpulkan
seluruh tindak tanduk manusia didorong oleh motif ekonomi, yaitu pemuasan
materi. Oleh Marx, ide atau gagasan tentang agama, etika, seni, sosial dan
politik hanya ikut mewarnai. Namun, yang paling menentukan adalah motif
ekonomi.
Berdasarkan dialektika materialisme sejarah di atas, Marx percaya bahwa
kekuatan-kekuatan ekonomi (yang disebutnya kekuatan-kekuatan produktif,
productive forces) sangat menentukan hubungan-hubungan produksi, pasar,
masyarakat, dan bahkan termasuk supra-struktur: (ideology, falsafah, hukum
sosial, budaya, agama, kesenian, dan sebagainya), nantinya diorganisasi.
Kekuatan-kekuatan produksi yang menurun (misalnya karena rendahnya
mutu sumber daya manusia dan kurangnya kapital) akan memberi dampak
langsung bagi pengaturan produksi barang-barang dan jasa hubungan
produksi). Sementara itu, kekuatan-kekuatan yang mantap akan membawa kita
pada pengaturan-pengaturan produksi yang lebih maju.
Sewaktu kekuatan-kekuatan produktif membaik, timbul hubungan-
hubungan ekonomi dan sosial baru yang sama sekali berbeda dengan yang
lama. Hubungan-hubungan ekonomi, sosial, dan budaya baru yang berbeda
dengan nilai-nilai lama tersebut biasanya akan menimbulkan konflik dalam
masyarakat. Akan tetapi, nilai-nilai baru akan menang dan menggantikan nilai-

14
nilai lama. Pengubahan seperti ini merupakan suatu keniscayaan, sebab
masyarakat ditakdirkan berevolusi dari tata rendah ke tata yang lebih tinggi.
Sistem yang tidak baik akan digantikan oleh sistem yang lebih maju.
Perbudakan akan digantikan oleh feodalisme, feodalisme akan digantikan oleh
kapitalisme, dan kapitalisme akan digantikan oleh sistem yang lebih maju lagi,
yaitu sosialisme dan komunisme.

F. Fase-fase perkembangan masyarakat


Menurut Marx, semua kelompok masyarakat akan mengalami fase-fase
sebagai berikut:
a. komunisme primitive (suku),
b. perbudakan,
c. feodalisme,
d. kapitalisme,
e. sosialisme, dan
f. komunisme
Dalam masyarakat komunisme primitif (atau lebih tepat disebut
masyarakat persukuan), dan juga sosialisme dan komunisme, alat berproduksi
merupakan milik bersama. Dalam kelompok-kelompok masyarakat tersebut
tidak ada pengisapan dari satu kelompok masyarakat terhadap kelompok
masyarakat lainnya. Namun, dalam tiga kelompok masyarakat yang lain, yaitu
perbudakan, feodalisme, dan kapitalisme, alat-alat atau modal produksi
dimiliki dan dikendalikan oleh suatu kelompok, sedangkan kelompok lainnya
hanya sebagai pekerja. Dalam kelompok masyarakat seperti ini sangat
potensial terjadi pengisapan dari suatu kelas masyarakat terhadap kelas
masyarakat lainnya. Para tuan akan menindas budak. Para tuan tanah mengisap
buruh tani. Para pemilik modal akan mengisap kaum buruh.
Menurut Marx, perubahan dari suatu fase ke fase berikutnya yang lebih
maju terjadi karena kurang atau tidak seimbangnya kemajuan dalam teknologi
dengan kemajuan dalam institusi. Teknologi merupakan suatu tenaga dinamis
yang sangat pentingdalam sejarah umat manusia, yang secara pasti dan tidak

15
bisa dielakkan, selalu mengalami perubahan dari fase yang lebih rendah ke fase
yang lebih tinggi.
Teknologi menentukan kekuatan produktif suatu kelompok masyarakat. Di
pihak lain, institusi menentukan hubungan produksi. Dari hasil studi sejarah,
Marx mengamati bahwa teknologi pada umumnya bergerak lebih cepat dari
institusi. Pada tahap awal kemajuan, teknologi yang menentukan kekuatan
produksi, bergerak selaras dengan kemajuan institusi yang mengatur hubungan
produksi. Namun, kemudian teknologi bergerak lebih cepat dan meninggalkan
institusi yang bergerak lebih lambat.
Kemajuan teknologi membawa berbagai pengubahan. Ia bahkan mampu
menciptakan kelas baru dalam masyarakat. Teknologi memiliki kekuatan dan
kekuasaan untuk merombak institusi yang bergerak lamban tersebut. Lembaga
baru akan diciptakan, tentu sesuai dengan kemauan dan keinginan para
perombaknya, yaitu mereka yang menguasai kekuasaan. Dengan diciptakannya
institusi baru, untuk sementara keadaan akan membaik. Akan tetapi, kemudian
teknologi kembali bergerak lebih cepat, melebihi gerak institusi yang ada.
Akibatnya, timbul lagi kelas masyarakat baru, yang pada gilirannya akan
melakukan perombakan terhadap institusi yang ada, sesuai yang mereka
inginkan. Proses seperti ini akan berjalan terus. Menurut Marx, geraknya pasti,
niscaya, tidak dapat ditahan, sehingga akhirnya sampai pada tahap atau fase
paling tinggi yang disebutnya komunisme penuh.
Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, kapitalisme bagi Marx hanya
jaya pada tahap awal. Akan tetapi, sistem ini menemui kesulitan. Kesulitan-
kesulitan timbul karena adanya kontradiksi internal dalam sistem itu sendiri.
Persaingan yang sangat sengit di antara pengusaha memacu mereka
menemukan cara-cara atau teknik berproduksi baru yang lebih efisien. Salah
satu dari hasil temuan tersebut adalah teknologi yang hemat tenaga kerja (labor
saving technology). Dalam jangka pendek, perusahaan yang menemukan
teknik-teknik baru ini akan memperoleh tingkat laba di atas normal. Akan
tetapi, sewaktu teknologimereka diadopsi perusahaan-perusahaan lain, tingkat
laba yang diperoleh semakin menurun. Sebagian perusahaan-perusahaan

16
marjinal pun dapat tersingkir dari pasar. Mereka memperpanjang barisan
penganggur yang sudah amat panjang.
Di pihak lain, dalam usaha untuk menghadapi penurunan tingkat laba,
perusahaan dipaksa meningkatkan eksploitasi mereka terhadap kaum buruh.
Kaum buruh yang cukup beruntung masih memperoleh pekerjaan tidak berani
bertindak apa-apa terhadap perlakuan sewenang-wenang dari para kapitalis
tersebut jika tidak ingin dipecat. Akibatnya, kesengsaraan kaum proletariat
semakin menjadi-jadi.
Di sinilah letak kontradiksi internal yang ada dalam sistem kapitalis.
Penemuan-penemuan teknik baru, di satu pihak memperbesar kapasitas
produksi. Sebaliknya, permintaan agregat dalam masyarakat (yang sebagian
besar adalah kaum buruh yang digaji sangat rendah) secara kronis anjlok.
Tidak sebandingnya produksi dan konsumsi inilah yang nanti menimbulkan
resesi atau bahkan depresi. Akibatnya, perekonomian mengalami krisis.
Menurut Marx, produksi yang berlebih-lebihan (over-production), tingkat
produksi rendah (under-consumption), disproporsi, dan eksploitasi serta
alienasi yang dialami kaum buruh, semuanya bergabung menciptakan suatu
konmdisi yang memaksa terjadinya revolusi sosial untuk menumbangkan
kapitalis.
Sistem kapitalis dikecam Marx sebab bias terhadap pemilik modal. Untuk
melaksanakan pembangunan yang sesungguhnya, yang bisa dinikmati seluruh
lapisan masyarakat, perlu dirombak struktur masyarakat itu sendiri. Beberapa
program yang dianjurkan Marx untuk dilakukan setelah revolusi berhasil antara
lain:
a. penghapusan hak milik atas tanah dan menggunakan semua bentuk sewa
tanah untuk tujuan-tujuan umum;
b. program pajak pendapatan progresif atau gradual;
c. penghapusan semua bentuk hak pewarisan;
d. pemusatan kredit di tangan Negara;
e. pemusatan alat-alat komunikasi dan transportasi di tangan Negara;
f. pengembangan pabrik-pabrik dan alat-alat produksi milik Negara.

17
Dari berbagai program di atas, yang sangat perlu diperhatikan ialah agar
alat-alat kekayaan produktif, terutama modal dan tanah, secara berangsur-
angsur harus dikuasai oleh negara. Negara yang nanti mendistribusikan alat-
alat kekayaan produktif tersebut untuk digunakan. Selanjutnya, hasilnya
dibagikan secara merata kepada seluruh lapisan masyarakat.
Jika program-program pembangunan sudah berjalan, perbedaan kelas
sudah berakhir, dan semua kegiatan produksi sudah berada di tangan masyarakat
luas, fungsi negara secara berangsur-berangsur akan hilang. Semua ini akan
dicapai pada fase terakhir, yaitu tahap komunisme penuh belum dicapai, fungsi
negara terutama elit pimpinan partai sangat diperlukan untuk menuntun
masyarakat ke arah komunisme penuh tersebut. Pada tahap ini peran negara tidak
lagi diperlukan dan setiap orang dapat bekerja sama secara bebas.

G. Perbedaan sosialisme dan komunisme Menurut Marx


Marx membedakan fase sosialisme dengan komunisme penuh atau
lengkap. Perbedaan di antara kedua fase tersebut dapat dilihat dari:
1. produktivitas
2. hakikat manusia sebagai produsen; dan
3. pembagian pendapatan.
Dalam fase sosialisme, produktivitas masih rendah dan kebutuhan materi
belum terpenuhi secara cukup. Sementara itu, dalam fase komunisme penuh
produktivitas sudah tinggi sehingga semua kebutuhan materi sudah
diproduksi secara cukup. Dengan begitu, perekonomian dapat memenuhi
kebutuhan semua anggota masyarakat secara berkelimpahan. Tentang hakikat
manusia sebagai produsen, dalam fase sosialisme manusia belum cukup
menyesuaikan diri sehingga menjdikan kerja sebagai hakikat dan masih
mementingkan insentif materi untuk bekerja. Pada tahap komunisme penuh,
kerja sudah menjadi hakikat. Manusia bekerja dengan penuh kegembiraan,
sukacita. Semua pekerjaan dilakukan secara sukarela, dengan efisien, tanpa
terlalu mengharapkan insentif langsung seperti upah, yang hanya merupakan
produk sampingan dari kerja.

18
Kesimpulannya, masalah-masalah seperti kelangkaan (scarcity) dan
insentif pribadi dengan sendirinya akan hilang jika masyarakat sudah sampai
pada tahap komunisme penuh. Bahkan, uang tidak perlu lagi digunakan.
Dalam tahap komunisme penuhtidak ada lagi soal kelangkaan, juga tidak ada
lagi kelas-kelas masyarakat, pengisapan dari suatu kelompok masyarakat
terhadap kelompok masyarakat lainnya. Bahkan, negara dengan sendirinya
juga hilang. Yang menjadi pertanyaan, kapan fase komunisme penuh sesuai
versi Marx tersebut akan tercapai? tidak ada yang tahu jawabannya.
Perlu diketahui bahwa pada waktu Marx menulis Manifesto Komunis,
belum ada suatu negara sosialis, apalagi negara komunis. Akan tetapi,
demikian ramalan Marx, kedatangannya tak terelakkan. Sebagai catatan, pada
awal abad ke-20 partai komunis Marxis telah menjadi partai radikal penting
di dunia, kecuali di negara-negara Inggris dan Amerika Serikat.

19
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa sesuai dengan makalah Menganalisis Secara Konseptual Dan Praktis
Teori Ekonomi Sosialis Karl Marx penulis menyimpulkan bahwa:
1. Sistem Ekonomi sosialis yaitu sistem ekonomi yang seluruh kegiatan
ekonominya direncanakan, dilaksanakan, dan diawasi oleh pemerintah
secara terpusat.
2. Faktor-faktor yang mendorong lahirnya sosialisme adalah pemikiran-
pemikiran ekonomi beraliran sosialis secara garis besar dapat dipilih atas
tiga kelompok:
o Dari kelompok pemikir sebelum Marx
o Pandangan Marx dan Engels
o Kelompok pemikir sosialis sesudah Marx
3. Ciri ciri sistem ekonomi sosialis :
o Sifat manusia ditentukan oleh pola produksi
o Peran pemerintah sangat kuat
o Lebih mengutamakan kebersamaan ( kolektivisme )
Kelebihan dan kebaikan sistem ekonomi sosialis :
o Disediakannya kebutuhan pokok
o Didasarkan oleh perencanaan Negara
o Produksi dikelola oleh Negara
Kelemahan sistem ekonomi sosialis
o Mengabaikan pendidikan moral
o Membatasi kebebasan
o Sulit melakukan transaksi
4. Dalam sistem ekonomi sosialisme mempunyai beberapa prinsip dasar
sebasagai berikut: Pemilikan Harta oleh Negara Seluruh bentuk produksi
dan sumber pendapatan menjadi milik masyarakat secara keseluruhan. Hak

20
individu untuk memiliki harta atau memanfaatkan produksi tidak
diperbolehkan.
5. Kesamaan Ekonomi Sistem ekonomi sosialis menyatakan, (walaupun sulit
ditemui disemua Negara komunis) bahwa hak-hak individu dalam suatu
bidang ekonomi ditentukan oleh prinsip kesamaan. Setiap individu
disediakan kebutuhan hidup menurut keperluan masing-masing.
6. Disiplin Politik Untuk mencapai tujuan diatas, keseluruhan Negara
diletakkan dibawah peraturan kaum buruh, yang mengambil alih semua
aturan produksi dan distribusi. Kebebasan ekonomi serta hak kepemilikan
harta dihapus. Aturan yang diperlakukan sangat ketat untuk lebih
menggefektifkan praktek sosialisme. Hal ini yang menunjukkan tanpa
adanya upaya yang lebih ketat mengatur kehidupan rakyat, maka
keberlangsungan system sosialis ini tidak akan berlaku ideal sebagaimana
dicita-citakan oleh Marx, Lenin dan Stalin.
A. Kelebihan dan Kebaikan Sistem Ekonomi Sosialis Pemikiran Karl
Marx:
1. Disediakannya kebutuhan pokok. Setiap warga negara disediakan
kebutuhan pokoknya, termasuk makanan dan minuman, pakaian,
rumah, kemudahan fasilitas kesehatan, serta tempat dan lain-lain.
Setiap individu mendapatkan pekerjaan dan orang yang lemah serta
orang yang cacat fisik dan mental berada dalam pengawasan Negara.
2. Didasarkan oleh perencanaan Negara. Semua pekerjaan dilaksanakan
berdasarkan perencanaan Negara Yang sempurna, diantara produksi
dengan penggunaannya. Dengan demikian masalah kelebihan dan
kekurangan dalam produksi seperti yang berlaku dalam System
Ekonomi Kapitalis tidak akan terjadi.
3. Produksi dikelola oleh Negara. Semua bentuk produksi dimiliki dan
dikelola oleh Negara, sedangkan keuntungan yang diperoleh akan
digunakan untuk kepentingan-kepentingan Negara.
4. Pemerintah lebih mudah mengendalikan inflasi, pengangguran dan
masalah ekonomi lainnya

21
5. Pasar barang dalam negeri berjalan lancer
6. Pemerintah dapat turut campur dalam hal pembentukan harga
7. Relatif mudah melakukan distribusi pendapatan
8. Jarang terjadi krisis ekonomi
B. Kekurangan dan Kelemahan Sistem Ekonomi Sosialis Pemikiran
Karl Marx:
1. Sulit melakukan transaksi. Tawar-menawar sangat sukar dilakukan
oleh individu yang terpaksa mengorbankan kebebasan pribadinya
dan hak terhadap harta milik pribadi hanya untuk mendapatkan
makanan sebanyak dua kali. Jual beli sangat terbatas, demikian pula
masalah harga juga ditentukan oleh pemerintah, oleh karena itu
stabilitas perekonomian negara sosialis lebih disebabkan tingkat
harga ditentukan oleh negara, bukan ditentukan oleh mekanisme
pasar.
2. Membatasi kebebasan. Sistem tersebut menolak sepenuhnya sifat
mementingkan diri sendiri, kewibawaan individu yang
menghambatnyadalam memperoleh kebebasan berfikir serta
bertindak, ini menunjukkan secara tidak langsung system ini terikat
kepada system ekonomi dictator. Buruh dijadikan budak masyarakat
yang memaksanya bekerja seperti mesin.
3. Mengabaikan pendidikan moral. Dalam system ini semua kegiatan
diambil alih untuk mencapai tujuan ekonomi, sementara pendidika
moral individu diabaikan. Dengan demikian, apabila pencapaian
kepuasan kebendaan menjadi tujuan utama dan nlai-nilai moral tidak
diperhatikan lagi.
C. Ciri-ciri sitem ekonomi sosialis
1. Lebih mengutamakan kebersamaan (kolektivisme).
Masyarakat dianggap sebagai satu-satunya kenyataan social,
sedangkan individu-individu fiksi belaka.
Tidak ada pengakuan atas hak-hak pribadi (individu) dalam
sistem sosialis.

22
2. Peran pemerintah sangat kuat
Pemerintah bertindak aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan
hingga tahap pengawasan.
Alat-alat produksi dan kebijaksanaan ekonomi semuanya diatur
oleh negara.
3. Sifat manusia ditentukan oleh pola produksi
Pola produksi (aset dikuasai masyarakat) melahirkan kesadaran
kolektivisme (masyarakat sosialis)
Pola produksi (aset dikuasai individu) melahirkan kesadaran
individualisme (masyarakat kapitalis).
D. Prinsip Dasar Sistem Ekonomi Sosialis
Dalam setiap sistem yang ada baik itu sosial maupun politik
memiliki sebuah prinsip yang dipegang sebagai suatu acuan untuk tetap
menjaga eksistensi dari sebuah system tersebut. Begitupun system
ekonomi sosialis yang memiliki beberapa prinsip diantaranya sebagai
berikut :
1. Dalam sistem ekonomi sosialisme mempunyai beberapa prinsip dasar
sebasagai berikut: Pemilikan Harta oleh Negara Seluruh bentuk
produksi dan sumber pendapatan menjadi milik masyarakat secara
keseluruhan. Hak individu untuk memiliki harta atau memanfaatkan
produksi tidak diperbolehkan.
2. Kesamaan Ekonomi Sistem ekonomi sosialis menyatakan, (walaupun
sulit ditemui disemua Negara komunis) bahwa hak-hak individu
dalam suatu bidang ekonomi ditentukan oleh prinsip kesamaan. Setiap
individu disediakan kebutuhan hidup menurut keperluan masing-
masing.
3. Disiplin Politik Untuk mencapai tujuan di atas, keseluruhan negara
diletakkan di bawah peraturan kaum buruh, yang mengambil alih
semua aturan produksi dan distribusi. Kebebasan ekonomi serta hak
kepemilikan harta dihapus. Aturan yang diperlakukan sangat ketat
untuk lebih menggefektifkan praktek sosialisme. Hal ini yang

23
menunjukkan tanpa adanya upaya yang lebih ketat mengatur
kehidupan rakyat, maka keberlangsungan system sosialis ini tidak
akan berlaku ideal sebagaimana dicita-citakan oleh Marx, Lenin dan
Stalin.
4. Marx membedakan fase sosialisme dengan komunisme penuh atau
lengkap. Dalam fase sosialisme, produktivitas masih rendah dan
kebutuhan materi belum terpenuhi secara cukup. Sementara itu dalam
fase komunisme penuh produktivitas sudah tinggi, sehingga semua
kebutuhan materi sudah diproduksi secara cukup. Dengan begitu,
perekonomian dapat memenuhi kebtuhan semua anggota masyarakat
secara berkelimpahan.
5. Tentang hakikat manusia sebagai produsen dalam fase sosialisme
manusia belum cukup menyesuaikan diri sehingga menjadikan kerja
sebagai hakikat dan masih mementingkan insentif materi untuk
bekerja. Pada tahap komunisme, kerja sudah menjadi hakikat. Semua
pekerjaan dikerjakan dengan sukarela, kegembiraan dan efesien tanpa
mengharapkan insentif langsung seperti upah yang merupakan produk
sampingan dari kerja.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunyaa dapat di
pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di
jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada
kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar pustaka makalah.

24
DAFTAR PUSTAKA

Marxis. 2014. Manifesto Partai Komunis Karl Marx & Friedrich Engel.Makassar:
Titik Api
Caporaso,A.James.2008.Teori Teori Ekonomi Politik.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Deliarnov. 2012. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Rajawali Pers.
Grosmann, Gregory. 2001. Sistem-Sistem Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara.
www.wikipedia.id

25

Anda mungkin juga menyukai