Disusun oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah yang telah dilimpahkan-Nya, Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik,yang berjudul KESEHATAN IBU DAN ANAK.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan,oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua
kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami
selanjutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Penyusun.
i
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
ii
3.5 Fungsi Pemanfaatan Buku KIA terhadap Pengetahuan Kesehatan
Ibu dan Anak pada Ibu ....................................................................... 15
3.6 Kesehatan Ibu Dan Anak : Persepsi Budaya Dan Dampak
Kesehatannya ........................................................................................ 16
BAB IV : PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 18
4.2 Saran ..................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Strategi KIA antara lain pemberdayaan perempuan/suami dan keluarga,
pemberdayaan masyarakat, adanya kerjasama lintas sektor/mitra lain termasuk
pemerintah daerah dan lembaga legislatif dan yang terakhir adalah peningkatan
cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak secara terpadu dengan
komponen kesehatan reproduksi yang lain. Penggunaan Buku KIA merupakan
salah satu strategi pemberdayaan masyarakat terutama keluarga untuk memelihara
kesehatannya dan mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang
berkualitas. Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan
kesehatan ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS balita dan catatan pelayanan
kesehatan ibu dan anak. Buku KIA disimpan di rumah dan dibawa setiap kali ibu
atau anak datang ke tempat-tempat peayanan kesehatan di mana saja untuk
mendapatkan pelayanan KIA.
Petugas kesehatan akan mencatatkan hasil pemeriksaan ibu dengan
lengkap di buku KIA. Hal ini dimaksudkan agar ibu dan keluarga lainnya
mengetahui dengan pasti keadaan kesehatan ibu dan anak. Pencatatan sedini
mungkin dapat mengantisipasi adanya risiko tinggi pada kehamilan ibu dan untuk
mengetahui perkembangan serta pertumbuhan balita (Ernoviana, 2005).
Pemanfaatan buku KIA oleh tenaga kesehatan dinilai masih sangat rendah,
hanya sebesar 2,2%. Menurut JICA ada 10 materi yang harus disampaikan pada
ibu hamil sebagai materi penyuluhan. Faktor yang berhubungan peran bidan desa
dalam pengisian buku KIA yaitu motivasi dalam pengisian buku KIA, peran bidan
desa yang masih kurang yaitu pengisian mengenai status perkembangan serta
catatan imunisasi (Nur E, 2003; Nurhayati, 2011).
Ibu yang memiliki buku KIA lebih sering berkunjung ke pelayanan
kesehatan dibandingkan ibu yang tidak memiliki buku KIA. Ibu yang memiliki
buku KIA walaupun pengetahuannya kurang atau karena tidak pernah membaca
informasi di buku KIA, tetap akan terbiasa dengan informasi kesehatan karena
tenaga kesehatan akan selalu mempergunakan buku KIA sebagai panduan dalam
pemberian informasi/layanan KIA (hagiwara A, 2011).
Hasil cakupan buku KIA di Puskesmas masih dibawah cakupan kunjungan
ibu hamil pertama kali (K1). Pada dasarnya cakupan buku KIA dan cakupan K1
2
seharusnya adalah sama, karena buku KIA diberikan pertama kali saat ibu periksa
hamil.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi
ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses
tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas
manusia seutuhnya. Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :
1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi
tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10
keluarga, Posyandu dan sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu,
dan Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
meneteki, bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.
2.2.Perkembangan Konsep
1. Pelayanan keshatan reproduksi (yang terpadu) tidak hanya meliputi KIA dan
KB tetapi juga program program lain khususnya dalam konteks pelayanan
dasar, misalnya peanggulangan PMS
2. Pendekatan Multisektoral sesuai hasil ICPD Kairo 1994 yang ditujukan pada
konsep kesehatan produksi utama, yaitu hak- hak reproduksi untuk
memperoleh derajat kesehatan reproduksi yang memadai
3. Perubahan sikap dalam kehidupan berkeluarga yang menitikberatkan pria atas
perilaku seksual atau reproduksi serta akibatnya terhadap fungsi dan proses
reproduksi dalam kehidupan berkeluarga.
5
4. Penyadaran bahwa peningkatan pelayanan kespro berarti kualitas pelayanan
yang lebih baik dilihat dariperspektif klien. Ukuran kualitas pelayanan yang
memuaskan ialah bila klien memperoleh pemahaman yang akurat dan
memadai tentang ruang lingkup kesehatan reproduksi
2.3.Hak Reproduksi
Hak adalah kewenangan yang melekat pada diri untuk melakukan atau
tidak melakukan, memperoleh atau tidak memperoleh sesuatu. Kesadaran tentang
hak sebagai manusia dan sebagai perempuan sebagai kekuatan bagi perempuan
untuk melakukan berbagai aktivitas bagi kepentingan diri, keluarga, masyarakat.
Sehat adalah tidak hanya berkaitan ketidaknyamanan fisik, tetapi juga
mental dan sosial. Ketiga aspek ini saling berhubungan satu sama lainnya dan
saling mempengaruhi, yang dapat membuat seseorang sakit atau sehat.
Reproduksi adalah menghasilkan kembali atau kemampuan perempuan untuk
menghasilkan keturunan secara berulang (Kumalasari, 2012).
Dari defenisi diatas maka makna hak kesehatan reproduksi menjadi
serangakaian kata yang memiliki visi, misi dan program, bahwa kesehatan
reproduksi menjadi dua konsep yang tidak terbatas pada persoalan medis organ
reproduksi saja. Konsep pertama adalah hak reproduksi, konsep kedua adalah
kesehatan reproduksi. Dikutip dari Implication of the ICPD (International
Confren on Population and Development, Kairo 1994) bahwa yang dimaksud
ruang lingkup kesehatan reproduksi adalah:
Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,
mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan
prosesnya.
Kesehatan Reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem
dan fungsi, serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari
penyakit atau kecacatan.
6
Hak-hak reproduksi merupakan hak pria dan waita untuk memperoleh
informasi dan mempunyai akses terhadap berbagai metode keluarga berncana
yang mereka pilih, aman, efektif, terjangkau, serta metode-metode pengendalian
kelahiran lainnya yang mereka pilih dan tidak bertentangan dengan hukum serta
perundang-undangan yang berlaku. Hak-hak ini mencakup hak untuk
memperolehpeayanan kesehatan yang memadai sehingga para wanita mengalami
kehamilan dan proses melahirkan anak secara aman, serta memberikan
kesempatan bagi para pasangan untuk memiliki bayi yang sehat. (Pasalbessy,
2010).
Hak-hak reproduksi meliputi hal-hal berikut ini.
1. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
2. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi.
3. Hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi.
4. Hak untuk dilindungi dari kematian karenakehamilan.
5. Hak unntuk menetukan jumlah dan jarak kelahiran anak.
6. Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya.
7. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
8. Hak untuk bebas dari penganiyaan dan perilaku buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual.
9. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
10. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan
berkeluarga dan kehidupan reproduksi.
Hak atas kebebasan berkumpul dan berpatisipasi dalam politik yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
7
2.4.Bentuk Perlindungan Ibu dan Anak
8
5. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3670);
6. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO
Convention No. 138 Concerning Minimum Age
for Admission to Employment (KonvensiILO mengenai Usia Minimum untuk
Diperbolehkan Bekerja) (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 56,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3835)
7. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3886);
8. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan ILO Convention
No.182 Concerning The Prohibition and Immediate Action for The
Elimination ofThe Worst Forms of Child Labour (Konvensi ILO No. 182
mengenaiPelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk
PekerjaanTerburuk untuk Anak) (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 30,
TambahanLembaran Negara Nomor 3941).
9. Sementara untuk perlindungan anak, lewat UU No 12/ 2002 tentang
Perlindungan Anak,dijelaskanbahwa tiap anak berhak hidup, tumbuh,
berkembang, dan secara optimal serta mendapat perlingdungan dari kekerasan
dan diskriminasi Dan ketentuan pidana bagi pelaku kekerasan, atau ancaman
kekerasan dan penganiayaan terhadap anak serta perdagangan anak dapat
dijatuhi hukuman hingga maksimal 15 tahun kurungan.
9
kematian ibu dan bayi paling besar akan dilakukan intervensi melalui program
EMAS.
Program EMAS atau Expanding Material and Neonatal Survival bertujuan
untuk menurunkan 25% jumlah kematian ibu dan anak melalui penguatan pada
kualitas pelayanan kesehatan yang akan dijalankan di enam provinsi yang
menyambungkan jumlah kematian dan anak terbesar yaitu Sumatra
Utara,Banten,Jawa Barat,Jawa Tengah,Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
Sedangkan 20 provinsi yang dimiliki masalah kesehatan ibu dan anak
tinggi adalah Sumatera Utara, Lampung,Sumatera Selatan,Riau,Sumatera
Barat,Jawa Tengah,Jawa Timur,Banten,Kalimantan Selatan,Kalimantan
Barat,Nusa Tenggara Barat,Nusa Tenggara Timur,Sulawesi Selatan,Sulawesi
Tengah,Sulawesi Tenggara,Gorontalo,Maluku,Papua,dan Papua Barat.
Kebijakan Operasional dalam percepatan penurunan angka kematian ibu
dan bayi akan mengunakan pendekatan layanan berkelanjutan. Layanan
berkelanjutan diberika sejak bayi masih berada dalam kandunga hingga 1.000
hari. Petama kehidupan bayi. Untuk melaksanakan program tersebut, Kementrian
Kesehatan juga melakukan perbaikan fasilitas kesehatan seperti meningkatkan
kualitas pelayanan emergensi obsteri dan bayi baru lahir minimal 150 rumah sakit
(PONEK) dan 300 puskesmas/balkesmas (PONED) dan fasilitas swata.Selain itu
juga dilakukan sistem rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan
rumash sakit.
Sejak tahun 2011, Pemerintah pernah menjalankan program jaminan
persalinan (Jampersal) yang membebaskan biaya bersalin bagi ibu hamil yang
tidak memiliki asuransi kesehatan, dalam rangka menurunkan angka kematian ibu
dan angka kematian bayi. Menurut Survei Denografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2017, Angka kematian ibu di Indonesia sebesar 228 per 100 ribu
kelahiran hidup, masih cukup jauh dari target MDG sebesar 102 per 100 ribu
kelahiran hidup. Penyebab utama kematian pada ibu adalah pendarahan dan
ekplamsia (50% kasus) dan 45% sisanya disebabkan oleh penyebab tidak
langsung seperti infeksi, penyakit jantung, hipetensi, diabetes melitus, dan
epilepsi.
10
2.6. Tugas dan Peran Tenaga Kesmas terhadap KIA
11
11. Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada
kepentingan kesehatan masyarakat luas (tidak merokok di tempat umum).
12. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit. (Wiguna,
2014)
12
BAB III
JURNAL
3.2 Strategi Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak Keluarga Migran Miskin
melalui Perspektif Multidimensi
Isu kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan isu penting untuk diangkat
kepermukaan karena untuk kasus Indonesia, angka kematian ibu (AKI) masih
tinggi. Persoalan KIA ini semakin berat dihadapi oleh keluarga migran miskin di
perkotaan karena mereka menghadapi keterbatasan akses pada beragam hal, yang
pada gilirannya dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup. Salah satu
13
permasalahan AKI ditengerai terkait dengan aksesibilitas terhadap pelayanan
kesehatan yang belum secara menyeluruh dan adil dapat dinikmati oleh berbagai
pihak, meskipun berbagai program pemerintah sudah banyak diimplementasikan
untuk mengatasi permasalahan tersebut, antara lain Askeskin, Jamkesmas,
Jamkesda, dan Jampersal maupun program jaminan kesehatan atau yang biasa
disebut SJSN. Hasil penelitian P2K-LIPI yang dilakukan di Kota Bandung dan
Makassar terhadap penduduk migran miskin (2009-2011, 2014) menunjukkan
bahwa masih banyak penduduk migran miskin di perkotaan terkendala dalam
mengakses layanan kesehatan yang pada akhirnya akan berdampak pada status
kesehatan ibu dan anak yang relative rendah. Berdasarkan hasil kajian tersebut,
tulisan ini mengangkat persoalan KIA dengan memfokuskan pada kelompok
marjinal perkotaan, yaitu keluarga migran miskin.
14
puskesmas yang lebih baik antara masyarakat perkotaan dan pedesaan hampir
sama. Hal ini mengindikasikan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak yang
diberikan oleh puskemas belum memenuhi harapan masyarakat.
3.4 Perilaku Masyarakat dan Masalah Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
di Provinsi Riau
Status kesehatan masyarakat yang rendah di Indonesia ditandai oleh angka
kematian ibu dan angka kematian bayi yang tinggi sebagaimana terlihat pada
indikator pelayanan KIAyang belum ideal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui situasi pelayanan KIAdan mengkaji faktor perilaku sebagai penyebab
masalah KIAdi Provinsi Riau. Riset inimenggunakan rancangan studi deskriptif
dengan data kuantitatif dan kualitatif mengenai indikator keberhasilan pelayanan
KIA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator-indikator kinerja
pelayanan KIAada yang tercapai, ada pula yang tidak. Sementara itu, perilaku
masyarakat terhadap pengetahuan tentang kehamilan ibu tergolong baik, sikap
netral, dan praktek baik. Seseorang yang berpengaruh besar terhadap pengambilan
keputusan dalam upaya tindakan kesehatan sebagian besar menyatakan
suami/istri. Jika dilihat dari aspek kecepattanggapan keluarga dalam merespon
anggota keluarga yang mempunyai masalah KIA, sebagian besar tidak ada
keterlambatan. Masih banyak kepercayaan masyarakat yang belum sesuai dengan
nilai-nilai kesehatan, terutama terhadap aspek KIA.
15
ibu yang mempunyai anak berusia kurang dari 5 tahun. Sampel diambil sebanyak
91 orang dilakukan dengan teknik proportional random sampling. Analisis data
meliputi univariat dengan melakukan uji distribusi frekuensi, dan analisis bivariat
dengan uji kai kuadrat (x2). Hasil fungsi pencatatan buku KIAkurang baik
ditemukan sekitar 44 %, fungsi edukasi buku KIAbaik sekitar 57,1%, fungsi
komunikasi buku KIAbaik sekitar 61,5%, dan pengetahuan ibu tentang KIAbaik
adalah sekitar 56%. Ada hubungan antara fungsi pencatatan buku KIAdengan
pengetahuan KIA, tidak ada hubungan antara fungsi edukasi dan komunikasi buku
KIAdengan pengetahuan KIA.
3.6 Kesehatan Ibu Dan Anak : Persepsi Budaya Dan Dampak Kesehatannya
Hingga saat ini sudah banyak program-program pembangunan kesehatan
di Indonesia yang ditujukan pada penanggulangan masalah-masalah kesehatan ibu
dan anak. Pada dasarnya program-program tersebut lebih menitik beratkan pada
upayaupaya penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar dan
angka kematian ibu. Hal ini terbukti dari hasil-hasil survei yang menunjukkan
penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar. Namun tidak
demikian halnya dengan angka kematian ibu (MMR) yang selama dua dekade ini
tidak menunjukkan penurunan yang berarti. SKRT 1994 menunjukkan hahwa
MMR sebesar 400 450 per 100.000 persalinan. Selain angka kematian, masalah
kesehatan ibu dan anak juga menyangkut angka kesakitan atau morbiditas.
Penyakit-penyakit tertentu seperti ISP A, diare dan tetanus yang sering diderita
oleh bayi dan anak acap kali berakhir dengan kematian. Demikian pula dengan
peryakit-penyakit yang diderita oleh ibu hamil seperti anemia, hipertensi, hepatitis
dan lain-lain dapat membawa resiko kematian ketika akan, sedang atau setelah
persalinan. Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak
sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di
dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor
kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai
berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-
sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif
16
maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pacta
dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan
cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu,
termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan
pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Upaya Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
Dengan adanya program KIA maka akan tercapai kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, serta meningkatnya
derajat kesehatan. anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal
4.2 Saran
Kesehatan ibu dan anak dapat lebih ditingkatkan dengan cara
menjarangkan kelahiran paling sedikit antaradua tahun, dengan mencegah
kehamilan sebelum usia 18 tahun, dan dengan mem-batasi kehamilan hingga
empat kali.
Untuk mengurangi bahaya-bahaya pada saat melahirkan, semua wanita
yang hamil harus memeriksakan diri kepada petugas kesehatan, agar mendapatkan
perawatan sebelum melahirkan, dan setiap kelahiran bayi harus dibantu oleh bidan
yang terlatih.
Peran dan tugas tenaga kesehatan masyarakat, antara lain mengumpulkan,
mengolah data dan informasi, menginventarisasi permasalahan, serta
melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan masyarakat, merencanakan, melaksanakan, mengendalikan,
mengevaluasi, dan melaporkan kegiatan Puskesmas, menyiapkan bahan
kebijakan, bimbingan dan pembinaan, serta petunjuk teknis sesuai bidang
tugasnya, melaksanakan upaya kesehatan masyarakat, melaksanakan upaya
kesehatan perorangan, dan lain-lain.
18
DAFTAR PUSTAKA
.Ernoviana M.H. 2005. Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak di Dinas
Kesehatan Kota Sawahlunto. [Edisi 2005, diakses tanggal 16 April 2009].
Diunduh dari :http://www.lrc-kmpk.ugm.ac.id/id/UP-PDF/_working/
No.29_Ernoviana_07_06.pdf
Ariawan Iwan Masalah kesehatan ibu dan anak [Jurnal]. - jakarta : FKM UI, 2007.
19