Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KESEHATAN IBU DAN ANAK

Disusun oleh :

Denabilla Billqis 01150000026


Muhamad Taufik Nurrachman 01150000006
Windi Winarto Putri 01150000039

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJU


PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah yang telah dilimpahkan-Nya, Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik,yang berjudul KESEHATAN IBU DAN ANAK.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas yang diberikan


oleh Ibu Wydia Novyanti,SST, M.Kes

Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan,oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua
kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami
selanjutnya.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Jakarta, Selasa 03 Oktober 2017

Penyusun.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 3

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan Ibu dan Anak ..................................................... 4

2.2 Perkembangan Konsep ............................................................................ 5

2.3 Hak Reproduksi ...................................................................................... 6

2.4 Bentuk Perlindungan Ibu dan Anak .................................................... 8

2.5 Situasi Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia ..................................... 9

2.6 Tugas dan Peran Tenaga Kesmas terhadap KIA .............................. 11

BAB III : JURNAL

3.1 Ketentuan Tentang Keluarga Berencana Dan Asas Nondiskriminasi


Dikaitkan Dengan Hak Reproduksi Perempuan .............................. 13
3.2 Strategi Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak Keluarga Migran
Miskin melalui Perspektif Multidimensi ........................................... 13
3.3 Perbedaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Perkotaan dan
Daerah Terpencil ................................................................................. 14
3.4 Perilaku Masyarakat dan Masalah Pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak di Provinsi Riau ......................................................................... 15

ii
3.5 Fungsi Pemanfaatan Buku KIA terhadap Pengetahuan Kesehatan
Ibu dan Anak pada Ibu ....................................................................... 15
3.6 Kesehatan Ibu Dan Anak : Persepsi Budaya Dan Dampak
Kesehatannya ........................................................................................ 16
BAB IV : PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 18
4.2 Saran ..................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Program Kesehatan Ibu Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan, dan bayi neonatal. Salah satu
tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit pada ibu dan
anak melalui peningkatan mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan
kesehatan ibu dan perinatal di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan rujukan
primer.
Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia
yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa,
dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara Asia
Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per
100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44
per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup, dan
Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).
Angka kematian ibu (AKI) Di Indonesia masih tinggi. Berdasarkan data
Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pada 2015 tercatat ada 305 ibu meninggal
per 100 ribu orang. Menurut Direktur Jenderal Kesehatan Keluarga Kemenkes
Eni Gustina, tingginya angka kematian pada ibu dipengaruhi status kesehatan
dan gizi yang rendah. Dilihat dari status kesehatan perempuan, khususnya ibu
hamil, berdasarkan data Kemenkes, sekitar 28,8% ibu hamil menderita
hipertensi. Hipertensi bisa mengakibatkan gangguan kardiovaskular yang
menjadi faktor penyebab kematian pada ibu saat melahirkan. Selain itu, 32,9%
ibu hamil mengalami obesitas dan 37,1% menderita anemia, bisa disebabkan
faktor gizi dan asupan makanan yang kurang," papar Eni dalam diskusi bertema
Ibu sehat, anak cerdas berkualitas yang diselenggarakan Kemenkes di Jakarta,
kemarin, dalam rangka menyambut Hari Ibu setiap 22 Desember.

1
Strategi KIA antara lain pemberdayaan perempuan/suami dan keluarga,
pemberdayaan masyarakat, adanya kerjasama lintas sektor/mitra lain termasuk
pemerintah daerah dan lembaga legislatif dan yang terakhir adalah peningkatan
cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak secara terpadu dengan
komponen kesehatan reproduksi yang lain. Penggunaan Buku KIA merupakan
salah satu strategi pemberdayaan masyarakat terutama keluarga untuk memelihara
kesehatannya dan mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang
berkualitas. Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan
kesehatan ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS balita dan catatan pelayanan
kesehatan ibu dan anak. Buku KIA disimpan di rumah dan dibawa setiap kali ibu
atau anak datang ke tempat-tempat peayanan kesehatan di mana saja untuk
mendapatkan pelayanan KIA.
Petugas kesehatan akan mencatatkan hasil pemeriksaan ibu dengan
lengkap di buku KIA. Hal ini dimaksudkan agar ibu dan keluarga lainnya
mengetahui dengan pasti keadaan kesehatan ibu dan anak. Pencatatan sedini
mungkin dapat mengantisipasi adanya risiko tinggi pada kehamilan ibu dan untuk
mengetahui perkembangan serta pertumbuhan balita (Ernoviana, 2005).
Pemanfaatan buku KIA oleh tenaga kesehatan dinilai masih sangat rendah,
hanya sebesar 2,2%. Menurut JICA ada 10 materi yang harus disampaikan pada
ibu hamil sebagai materi penyuluhan. Faktor yang berhubungan peran bidan desa
dalam pengisian buku KIA yaitu motivasi dalam pengisian buku KIA, peran bidan
desa yang masih kurang yaitu pengisian mengenai status perkembangan serta
catatan imunisasi (Nur E, 2003; Nurhayati, 2011).
Ibu yang memiliki buku KIA lebih sering berkunjung ke pelayanan
kesehatan dibandingkan ibu yang tidak memiliki buku KIA. Ibu yang memiliki
buku KIA walaupun pengetahuannya kurang atau karena tidak pernah membaca
informasi di buku KIA, tetap akan terbiasa dengan informasi kesehatan karena
tenaga kesehatan akan selalu mempergunakan buku KIA sebagai panduan dalam
pemberian informasi/layanan KIA (hagiwara A, 2011).
Hasil cakupan buku KIA di Puskesmas masih dibawah cakupan kunjungan
ibu hamil pertama kali (K1). Pada dasarnya cakupan buku KIA dan cakupan K1

2
seharusnya adalah sama, karena buku KIA diberikan pertama kali saat ibu periksa
hamil.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan ibu dan anak ?
2. Apa saja ruang lingkup kesehatan ibu dan anak ?
3. Sebutkan hak-hak resproduksi ?
4. Apa saja bentuk-bentuk perlindungan perempuan dan anak ?

1.3 Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian kesehatan ibu dan anak.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup kesehatan ibu dan anak.
3. Untuk mengetahui hak-hak resproduksi
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perlindungan perempuan dan anak

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan Ibu dan Anak


Pengertian kesehatan ibu dan anak dalam hal ini adalah pemeliharaan terhadap
ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan balita serta anak usia pra sekolah.
Saat ini banyak sekali program pemerintah yang memperhatikan Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA).
Upaya Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi
masyarakat untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya
mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan
persalinan.
Dalam KIA keluarga mempunyai peran yang besar dalam mempengaruhi
kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya,
dan yang paling berperan sebagai pendidik anak-anaknya adalah ibu. Peran
seorang ibu dalam keluarga terutama anak adalah mendidik dan menjaga anak-
anaknya dari usia bayi sehingga dewasa, karena anak tidak jauh dari pengamatan
orang tua terutama ibunya. (Asfryati, 2003)
Ruang lingkup Kesehatan Ibu dan Anak secara luas meliputi:
1. Kesehatan Maternal
2. Kesehatan Perinatal dan neonatal
3. Kesehatan Bayi dan Anak
4. Kesehatan Reproduksi

4
Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi
ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses
tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas
manusia seutuhnya. Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah :
1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi
tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,paguyuban 10
keluarga, Posyandu dan sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu,
dan Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau TK.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
meneteki, bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.

2.2.Perkembangan Konsep
1. Pelayanan keshatan reproduksi (yang terpadu) tidak hanya meliputi KIA dan
KB tetapi juga program program lain khususnya dalam konteks pelayanan
dasar, misalnya peanggulangan PMS
2. Pendekatan Multisektoral sesuai hasil ICPD Kairo 1994 yang ditujukan pada
konsep kesehatan produksi utama, yaitu hak- hak reproduksi untuk
memperoleh derajat kesehatan reproduksi yang memadai
3. Perubahan sikap dalam kehidupan berkeluarga yang menitikberatkan pria atas
perilaku seksual atau reproduksi serta akibatnya terhadap fungsi dan proses
reproduksi dalam kehidupan berkeluarga.

5
4. Penyadaran bahwa peningkatan pelayanan kespro berarti kualitas pelayanan
yang lebih baik dilihat dariperspektif klien. Ukuran kualitas pelayanan yang
memuaskan ialah bila klien memperoleh pemahaman yang akurat dan
memadai tentang ruang lingkup kesehatan reproduksi

2.3.Hak Reproduksi

Hak adalah kewenangan yang melekat pada diri untuk melakukan atau
tidak melakukan, memperoleh atau tidak memperoleh sesuatu. Kesadaran tentang
hak sebagai manusia dan sebagai perempuan sebagai kekuatan bagi perempuan
untuk melakukan berbagai aktivitas bagi kepentingan diri, keluarga, masyarakat.
Sehat adalah tidak hanya berkaitan ketidaknyamanan fisik, tetapi juga
mental dan sosial. Ketiga aspek ini saling berhubungan satu sama lainnya dan
saling mempengaruhi, yang dapat membuat seseorang sakit atau sehat.
Reproduksi adalah menghasilkan kembali atau kemampuan perempuan untuk
menghasilkan keturunan secara berulang (Kumalasari, 2012).
Dari defenisi diatas maka makna hak kesehatan reproduksi menjadi
serangakaian kata yang memiliki visi, misi dan program, bahwa kesehatan
reproduksi menjadi dua konsep yang tidak terbatas pada persoalan medis organ
reproduksi saja. Konsep pertama adalah hak reproduksi, konsep kedua adalah
kesehatan reproduksi. Dikutip dari Implication of the ICPD (International
Confren on Population and Development, Kairo 1994) bahwa yang dimaksud
ruang lingkup kesehatan reproduksi adalah:
Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,
mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan
prosesnya.
Kesehatan Reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem
dan fungsi, serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari
penyakit atau kecacatan.

6
Hak-hak reproduksi merupakan hak pria dan waita untuk memperoleh
informasi dan mempunyai akses terhadap berbagai metode keluarga berncana
yang mereka pilih, aman, efektif, terjangkau, serta metode-metode pengendalian
kelahiran lainnya yang mereka pilih dan tidak bertentangan dengan hukum serta
perundang-undangan yang berlaku. Hak-hak ini mencakup hak untuk
memperolehpeayanan kesehatan yang memadai sehingga para wanita mengalami
kehamilan dan proses melahirkan anak secara aman, serta memberikan
kesempatan bagi para pasangan untuk memiliki bayi yang sehat. (Pasalbessy,
2010).
Hak-hak reproduksi meliputi hal-hal berikut ini.
1. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.
2. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi.
3. Hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi.
4. Hak untuk dilindungi dari kematian karenakehamilan.
5. Hak unntuk menetukan jumlah dan jarak kelahiran anak.
6. Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya.
7. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
8. Hak untuk bebas dari penganiyaan dan perilaku buruk termasuk
perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual.
9. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.
10. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan
berkeluarga dan kehidupan reproduksi.
Hak atas kebebasan berkumpul dan berpatisipasi dalam politik yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi.

7
2.4.Bentuk Perlindungan Ibu dan Anak

Perjuangan emansipasi wanita setelah kemerdekaan, telah dituangkan


dalam beraneka bentuk, baik berupa perundang-undangan maupun yuris prudensi
Mahkamah Agung dan hal ini membuktikan bahwa kedudukan kaum wanita
dimata hukum Indonesia ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat dan
positif.Berdasarkan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, secara hukum kaum
wanitadi Indonesia mempunyai kedudukan yang sama dengan kaum pria. Di
Indonesia tidak ada Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang khusus untuk
dikenakankepada anak-anak yang melakukan perbuatan pidana. Ini berarti bahwa
terhadapseorang anak yang melakukan perbuatan pidana, dikenakan pula sanksi
dari Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang berlaku bagi orang
dewasa. Akan tetapi mengenai penerapannya dibedakan antara anak yang belum
dewasa (cukup umur) dari orang orang dewasa. Diharapkan hukum itu menjadi
fasal-fasal yang hidup dimana diumpamakan sama dengan menginginkan agar ia
dapat bekerja bagaikan mantra-mantra yang selepas diucapkan oleh pawangnya
terus menimbulkan akibat yang dikehendakinya.
Seperti halnya UU tentang perlindungan anak dan wanita:UU RI nomor 23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak:
1. Pasal 20, Pasal 20A ayat (1), Pasal 21, Pasal 28B ayat (2), dan Pasal 34
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak
(Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3143)
3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala
BentukDiskriminasi terhadap Perempuan (Convention on The Elimination of
all Formsof Discrimination Against Women) (Lembaran Negara Tahun 1984
Nomor 29,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3277)
4. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3668);

8
5. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3670);
6. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO
Convention No. 138 Concerning Minimum Age
for Admission to Employment (KonvensiILO mengenai Usia Minimum untuk
Diperbolehkan Bekerja) (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 56,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3835)
7. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3886);
8. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan ILO Convention
No.182 Concerning The Prohibition and Immediate Action for The
Elimination ofThe Worst Forms of Child Labour (Konvensi ILO No. 182
mengenaiPelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk
PekerjaanTerburuk untuk Anak) (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 30,
TambahanLembaran Negara Nomor 3941).
9. Sementara untuk perlindungan anak, lewat UU No 12/ 2002 tentang
Perlindungan Anak,dijelaskanbahwa tiap anak berhak hidup, tumbuh,
berkembang, dan secara optimal serta mendapat perlingdungan dari kekerasan
dan diskriminasi Dan ketentuan pidana bagi pelaku kekerasan, atau ancaman
kekerasan dan penganiayaan terhadap anak serta perdagangan anak dapat
dijatuhi hukuman hingga maksimal 15 tahun kurungan.

2.5.Situasi Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia

Sebanyak 20 provinsi masih memiliki masalah besar untuk kesehatan ibu


dan anak sehingga Indonesia diperkirakan tidak dapet memenuhi target MDG
untuk penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) jika
tidak dilakukan intervensi. Provinsi-provinsi itu menjadi prioritas dalam
pembinaan kesehatan ibu dan anak. Untuk daerah yang menyumbangkan jumlah

9
kematian ibu dan bayi paling besar akan dilakukan intervensi melalui program
EMAS.
Program EMAS atau Expanding Material and Neonatal Survival bertujuan
untuk menurunkan 25% jumlah kematian ibu dan anak melalui penguatan pada
kualitas pelayanan kesehatan yang akan dijalankan di enam provinsi yang
menyambungkan jumlah kematian dan anak terbesar yaitu Sumatra
Utara,Banten,Jawa Barat,Jawa Tengah,Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
Sedangkan 20 provinsi yang dimiliki masalah kesehatan ibu dan anak
tinggi adalah Sumatera Utara, Lampung,Sumatera Selatan,Riau,Sumatera
Barat,Jawa Tengah,Jawa Timur,Banten,Kalimantan Selatan,Kalimantan
Barat,Nusa Tenggara Barat,Nusa Tenggara Timur,Sulawesi Selatan,Sulawesi
Tengah,Sulawesi Tenggara,Gorontalo,Maluku,Papua,dan Papua Barat.
Kebijakan Operasional dalam percepatan penurunan angka kematian ibu
dan bayi akan mengunakan pendekatan layanan berkelanjutan. Layanan
berkelanjutan diberika sejak bayi masih berada dalam kandunga hingga 1.000
hari. Petama kehidupan bayi. Untuk melaksanakan program tersebut, Kementrian
Kesehatan juga melakukan perbaikan fasilitas kesehatan seperti meningkatkan
kualitas pelayanan emergensi obsteri dan bayi baru lahir minimal 150 rumah sakit
(PONEK) dan 300 puskesmas/balkesmas (PONED) dan fasilitas swata.Selain itu
juga dilakukan sistem rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan
rumash sakit.
Sejak tahun 2011, Pemerintah pernah menjalankan program jaminan
persalinan (Jampersal) yang membebaskan biaya bersalin bagi ibu hamil yang
tidak memiliki asuransi kesehatan, dalam rangka menurunkan angka kematian ibu
dan angka kematian bayi. Menurut Survei Denografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2017, Angka kematian ibu di Indonesia sebesar 228 per 100 ribu
kelahiran hidup, masih cukup jauh dari target MDG sebesar 102 per 100 ribu
kelahiran hidup. Penyebab utama kematian pada ibu adalah pendarahan dan
ekplamsia (50% kasus) dan 45% sisanya disebabkan oleh penyebab tidak
langsung seperti infeksi, penyakit jantung, hipetensi, diabetes melitus, dan
epilepsi.

10
2.6. Tugas dan Peran Tenaga Kesmas terhadap KIA

Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi dan


memberdayakan masyarakat, mampu melibatkan kerja sama lintas sektoral,
mampu mengelola sistem pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, mampu
menjadi pemimpin, pelopor, pembinaan dan teladan hidup sehat.
Dalam upaya kesehatan program yang diperlukan adalah program
kesehatan yang lebih efektif yaitu program kesehatan yang mempunyai model-
model pembinaan kesehatan (Health Development Model) sebagai paradigma
pembangunan kesehatan yang diharapkan mampu menjawab tantangan sekaligus
memenuhi program upaya kesehatan. Model ini menekankan pada upaya
kesehatan dan mempunyai ciri-ciri, antara lain :
1. Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk
20-25 tahun mendatang
2. Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada
3. Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-
preventif-protektif dengan pendekatan pro-aktif
4. Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit
5. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi
kesehatannya secara penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak
sakit (85%) agar lebih tahan terhadap penyakit.
6. Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi, anak,
dan juga melindungi masyarakat dari pencemaran.
7. Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan serta
perlindungan masyarakat terhadap pengaruh lingkungan buruk (melalui
perubahan perilaku)
8. Penggerakan peran serta masyarakat.
9. Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup dan
bekerja secara sehat.
10. Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.

11
11. Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada
kepentingan kesehatan masyarakat luas (tidak merokok di tempat umum).
12. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit. (Wiguna,
2014)

12
BAB III
JURNAL

3.1 Ketentuan Tentang Keluarga Berencana Dan Asas Nondiskriminasi


Dikaitkan Dengan Hak Reproduksi Perempuan
Gerakan KB di Indonesia muncul sebagai fenomena baru pada awal tahun
tujuh puluhan, dan masih menjadi persoalan sampai dengan sekarang. Masalah
KB dan kesehatan reproduksi tidak dapat lepas dari persoalan ketimpangan status
dan peran antara laki-laki dan perempuan. Asas nondiskriminasi dalam program
KB di Indonesia masih belum terlaksana secara nyata, sehingga perlu diteliti
Bagaimana gambaran ketentuan - ketentuan tentang Keluarga Berencana dan
hubungannya dengan azas non Diskriminasi, Bagaimana gambaran hubungan
ketentuan-ketentuan tentang Keluarga Berencana dan asas nondoskriminasi
dikaitkan dengan hak reproduksi perempuan. Metode penelitian yang digunakan
dalam tesis ini adalah deskriptif analitis dengan metode pendekatan yuridis
normatif. Jenis data adalah data sekunder dengan bahan, hukum primer, sekunder
dan tersier. Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah studi
kepustakaan dengan metode kualitatif normatif. Hasil penelitian, ketentuan
tentang keluarga berencana dan asas non Diskriminasi dikaitkan dengan hak
reproduksi perempuan sangat berkaitan, sehingga jika ketentuan tentang keluarga
berencana dan hak reproduksi perempuan dijalankan perlu ada kejelasan tentang
pelaksanaan asas nondiskriminasi terhadap perempuan untuk menentukan hak
reproduksinya secara mandiri dan terbebas dari ancaman hukum.

3.2 Strategi Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak Keluarga Migran Miskin
melalui Perspektif Multidimensi
Isu kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan isu penting untuk diangkat
kepermukaan karena untuk kasus Indonesia, angka kematian ibu (AKI) masih
tinggi. Persoalan KIA ini semakin berat dihadapi oleh keluarga migran miskin di
perkotaan karena mereka menghadapi keterbatasan akses pada beragam hal, yang
pada gilirannya dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup. Salah satu

13
permasalahan AKI ditengerai terkait dengan aksesibilitas terhadap pelayanan
kesehatan yang belum secara menyeluruh dan adil dapat dinikmati oleh berbagai
pihak, meskipun berbagai program pemerintah sudah banyak diimplementasikan
untuk mengatasi permasalahan tersebut, antara lain Askeskin, Jamkesmas,
Jamkesda, dan Jampersal maupun program jaminan kesehatan atau yang biasa
disebut SJSN. Hasil penelitian P2K-LIPI yang dilakukan di Kota Bandung dan
Makassar terhadap penduduk migran miskin (2009-2011, 2014) menunjukkan
bahwa masih banyak penduduk migran miskin di perkotaan terkendala dalam
mengakses layanan kesehatan yang pada akhirnya akan berdampak pada status
kesehatan ibu dan anak yang relative rendah. Berdasarkan hasil kajian tersebut,
tulisan ini mengangkat persoalan KIA dengan memfokuskan pada kelompok
marjinal perkotaan, yaitu keluarga migran miskin.

3.3 Perbedaan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Perkotaan dan


Daerah Terpencil
Perbaikan pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia berjalan lamban
dan tidak merata. Mutu layanan kesehatan sangat bervariasi karena distribusi
tenaga kesehatan yang tidak merata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
mutu layanan kesehatan ibu dan anak di daerah pedesaan dan perkotaan. Survei
ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mogang yang mewakili daerah terpencil
dan Puskesmas Buhit yang mewakili wilayah perkotaan di Kabupaten Samosir.
Mutu layanan kesehatan dinilai dengan metode Services Quality. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ratarata skor harapan untuk semua dimensi mutu layanan
kesehatan di Puskesmas Buhit dan Puskemas Mogang tinggi. Persepsi pelayanan
kesehatan oleh pasien di Puskemas Buhit dan Puskesmas Mogang dimensi
tangibility, reliability, emphaty, accessibility,dan affordabilityyang berbeda (p <
0,05). Tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap dimensi tangibility,
reliability, responsiveness, assurance,dan emphaty(p > 0,05). Ada perbedaan
nyata antara harapan dan kondisi mutu layanan kesehatan yang dipersepsikan oleh
masyarakat pengguna puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Buhit dan
Puskesmas Mogang (p < 0,05). Harapan masyarakat pada pelayanan kesehatan

14
puskesmas yang lebih baik antara masyarakat perkotaan dan pedesaan hampir
sama. Hal ini mengindikasikan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak yang
diberikan oleh puskemas belum memenuhi harapan masyarakat.

3.4 Perilaku Masyarakat dan Masalah Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
di Provinsi Riau
Status kesehatan masyarakat yang rendah di Indonesia ditandai oleh angka
kematian ibu dan angka kematian bayi yang tinggi sebagaimana terlihat pada
indikator pelayanan KIAyang belum ideal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui situasi pelayanan KIAdan mengkaji faktor perilaku sebagai penyebab
masalah KIAdi Provinsi Riau. Riset inimenggunakan rancangan studi deskriptif
dengan data kuantitatif dan kualitatif mengenai indikator keberhasilan pelayanan
KIA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator-indikator kinerja
pelayanan KIAada yang tercapai, ada pula yang tidak. Sementara itu, perilaku
masyarakat terhadap pengetahuan tentang kehamilan ibu tergolong baik, sikap
netral, dan praktek baik. Seseorang yang berpengaruh besar terhadap pengambilan
keputusan dalam upaya tindakan kesehatan sebagian besar menyatakan
suami/istri. Jika dilihat dari aspek kecepattanggapan keluarga dalam merespon
anggota keluarga yang mempunyai masalah KIA, sebagian besar tidak ada
keterlambatan. Masih banyak kepercayaan masyarakat yang belum sesuai dengan
nilai-nilai kesehatan, terutama terhadap aspek KIA.

3.5 Fungsi Pemanfaatan Buku KIA terhadap Pengetahuan Kesehatan Ibu


dan Anak pada Ibu
Pemanfaatan buku kesehatan ibu dan anak (KIA) masih belum maksimal
terbukti dari data cakupan buku KIAPuskesmas Ajibarang I sekitar 72,34%, yang
masih dibawah target Standar Pelayanan Minimal. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis hubungan antara fungsi buku KIAyang meliputi pencatatan, edukasi,
dan komunikasi dengan pengetahuan ibu terhadap KIA. Penelitian ini
menggunakan desain studipotong lintang, yang dilakukan pada peiode bulan Juni-
Oktober 2012, pada ibu di wilayah kerja Puskesmas Ajibarang I. Populasi adalah

15
ibu yang mempunyai anak berusia kurang dari 5 tahun. Sampel diambil sebanyak
91 orang dilakukan dengan teknik proportional random sampling. Analisis data
meliputi univariat dengan melakukan uji distribusi frekuensi, dan analisis bivariat
dengan uji kai kuadrat (x2). Hasil fungsi pencatatan buku KIAkurang baik
ditemukan sekitar 44 %, fungsi edukasi buku KIAbaik sekitar 57,1%, fungsi
komunikasi buku KIAbaik sekitar 61,5%, dan pengetahuan ibu tentang KIAbaik
adalah sekitar 56%. Ada hubungan antara fungsi pencatatan buku KIAdengan
pengetahuan KIA, tidak ada hubungan antara fungsi edukasi dan komunikasi buku
KIAdengan pengetahuan KIA.

3.6 Kesehatan Ibu Dan Anak : Persepsi Budaya Dan Dampak Kesehatannya
Hingga saat ini sudah banyak program-program pembangunan kesehatan
di Indonesia yang ditujukan pada penanggulangan masalah-masalah kesehatan ibu
dan anak. Pada dasarnya program-program tersebut lebih menitik beratkan pada
upayaupaya penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar dan
angka kematian ibu. Hal ini terbukti dari hasil-hasil survei yang menunjukkan
penurunan angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran kasar. Namun tidak
demikian halnya dengan angka kematian ibu (MMR) yang selama dua dekade ini
tidak menunjukkan penurunan yang berarti. SKRT 1994 menunjukkan hahwa
MMR sebesar 400 450 per 100.000 persalinan. Selain angka kematian, masalah
kesehatan ibu dan anak juga menyangkut angka kesakitan atau morbiditas.
Penyakit-penyakit tertentu seperti ISP A, diare dan tetanus yang sering diderita
oleh bayi dan anak acap kali berakhir dengan kematian. Demikian pula dengan
peryakit-penyakit yang diderita oleh ibu hamil seperti anemia, hipertensi, hepatitis
dan lain-lain dapat membawa resiko kematian ketika akan, sedang atau setelah
persalinan. Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak
sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di
dalam masyarakat dimana mereka berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor
kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai
berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-
sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif

16
maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pacta
dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan
cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu,
termasuk pola makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan
pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.

17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Upaya Kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki,
bayi dan anak balita serta anak prasekolah.
Dengan adanya program KIA maka akan tercapai kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, serta meningkatnya
derajat kesehatan. anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal

4.2 Saran
Kesehatan ibu dan anak dapat lebih ditingkatkan dengan cara
menjarangkan kelahiran paling sedikit antaradua tahun, dengan mencegah
kehamilan sebelum usia 18 tahun, dan dengan mem-batasi kehamilan hingga
empat kali.
Untuk mengurangi bahaya-bahaya pada saat melahirkan, semua wanita
yang hamil harus memeriksakan diri kepada petugas kesehatan, agar mendapatkan
perawatan sebelum melahirkan, dan setiap kelahiran bayi harus dibantu oleh bidan
yang terlatih.
Peran dan tugas tenaga kesehatan masyarakat, antara lain mengumpulkan,
mengolah data dan informasi, menginventarisasi permasalahan, serta
melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan masyarakat, merencanakan, melaksanakan, mengendalikan,
mengevaluasi, dan melaporkan kegiatan Puskesmas, menyiapkan bahan
kebijakan, bimbingan dan pembinaan, serta petunjuk teknis sesuai bidang
tugasnya, melaksanakan upaya kesehatan masyarakat, melaksanakan upaya
kesehatan perorangan, dan lain-lain.

18
DAFTAR PUSTAKA
.Ernoviana M.H. 2005. Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak di Dinas
Kesehatan Kota Sawahlunto. [Edisi 2005, diakses tanggal 16 April 2009].
Diunduh dari :http://www.lrc-kmpk.ugm.ac.id/id/UP-PDF/_working/

No.29_Ernoviana_07_06.pdf

Nur E, Kristiani, Sri W. 2003. Pemanfaatan Buku KIA Sebagai Materi


Penyuluhan dalam Pelayanan Antenatal Oleh Bidan Puskesmas di Kota Bengkulu.
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 6 (3) : 162-155.

Hagiwara, A; Ueyama, M; Ramlawi, A; Sawada, Y. 2012. Is The Maternal and


Child Health (MCH) Handbook Effective In Improving Health Related Behavior
? Evidence From Palestine. PubMed, 34 (1): 31-45.

Pemerintah Republik Indonesia-UNICEF.1989. Analisa Situasi Anak dan Wanita


di Indonesia. Jakarta: Pemerintah RI-UNICEF

Kementerian Kesehatan RI. Rencana Operasional Promosi Kesehatan Ibu


danAnak. (www.promkes.depkes.go.id accesed (28 September 2017)

Ariawan Iwan Masalah kesehatan ibu dan anak [Jurnal]. - jakarta : FKM UI, 2007.

Eny Kusmiran kesehatan reproduksi remaja dan wanita [Jurnal]. - jakarta :


salemba medika, 2011.

19

Anda mungkin juga menyukai