AKUT ABDOMEN
Bedah umum diseluruh dunia ditopang oleh 4 bidang keilmuan bedah; yaitu :
1. Bedah Endocrinology
2. Bedah Oncology
3. Bedah Visceral / Abdomen
4. Bedah Traumatology
Penguasaan bidang bedah Visceral / Abdomen adalah Ultima Ratio yang tidak bisa
ditawar lagi . Salah satu inti pendidikan bedah, baik untuk resident calon dokter bedah ,
maupun untuk CoAss yang sedang menjalankan pendidikan ilmu kedokteran bedah .
Akut Abdomen adalah kasus akut yang paling sering ditemui dalam praktek sehari hari
dokter bedah maupun oleh dokter umum .
Tulisan ini bertujuan untuk membantu para CoAss bedah untuk membuat alur pikir
tentang Differential Diagnose Akut Abdomen .
Penyebab Akut Abdomen
Penyebab akut abdomen bisa sangat bermacam macam . Ada 6 kelompok besar yang
paling sering menyebabkan akut abdomen .
1.
2.
3.
4.
5.
Pada saat membuat anamnese ada beberapa faktor yang bisa membimbing / mengarahkan
kita untuk secara klinis lebih focus melakukan tindakan diagnostik dan menegakan
diagnose kerja maupun diagnose banding dan bisa mulai dengan therapi dasar .
3
Bisa terjadi karena vasovagale reflex atau karena tumpukan isi usus yang membalik
karena isi itu tidak bisa didorong terus kearah distal .
Muntahan bisa berisi darah, cairan lambung / duodenum / empedu atau faeces .
Gangguan keadaan umum
Gangguan keadaan umum menunjukan bahwa keadaan akut abdomen sudah berlanjut
menuju kearah CENTRALISASI ( reaksi tubuh pada shock berat ) hanya organ organ
vital yang mendapat aliran darah cukup untuk menjaga kehidupan .
Manifestasi klinisnya adalah :
Shock ( Tensi menurun, Nadi naik ), pada shock berat tensi dan nadi kadang
kadang tidak terukur lagi
Tachycardi
Tachypnoe
Differential Diagnose Akut Abdomen
Akut abdomen dengan penyebab Intraabdominal ( 20 )
Akut abdomen dengan penyebab Extraabdominal ( 7 )
Intra abdominal
1. gastroenteritis
2. appendicitis
3. ileus mekanik
4. general peritonitis
5. diverticulitis
6. perforasi ulcus
7. pankreatitis
8. kolik renal, kolik kantung empedu
9. adnexitis, KE, KET
10. hernia incarcerata
11. torsi testis
12. invaginasi usus
13. mesenterial infark
14. aorta aneurysma
15. ruptur lien, liver, ginjal
16. rectus hematoma
17. retroperitoneal bleeding/ abses
18. hematoma dinding usus
19. perforasi thypoid abdominalis
20. kasus kasus umum seperti : retensio urinae, koprostase, menstruasi
Extra abdominal :
1. infark jantung dinding belakang
2. insuffisien acut jantung kanan
3. pleuropneumonia
4
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Hiatus Hernia
Perforasi Esophagus / Perforasi Duodenum
Pankreatitis akut
Ruptur Aneurysma Aorta / Mesenterial infark akut
Enteritis Necroticans
Retensio Urinae
Ext Abd : Angina Pectoris
Ext Abd : Infark Jantung
Ext Abd : Pleuritis
1. Abses Subphrenic
2. Pankreatitis
3. Colon Tumor kiri
4. Infark Lien
5. Ruptur Lien
6. Batu Ginjal kiri
7. Pyelitis kiri
8. Ext Abd : Infark Jantung
9. Pleuritis kiri
10. Basal Bronchopneumonia kiri
11. Ulcus ventriculi gaster
1. Adexitis
2. Batu Ureter
3. Morbus Crohn
4. Meckel Divertikel
5. Invaginasi atau Intussusepsi Usus ( Pada anak anak )
6. KE atau KET
7. Perforasi Kantung Empedu atau kadan kadan Perforasi Lambung
8. Lymphadenitis Mesenterialis
9. Rotasi Testis ( Pada anak anak )
10. Rotasi Ovarii
7
11. Thypus Abdominalis / Thypus Perforasi
12. Hernia Incarcerata
1. Perforasi Duodenum
2. Perforasi Lambung
3. Cholezystitis Akut
4. Perorasi Kantung Empedu
5. Pankratitis
6. Abses Hati
7. Appendicitis Subhepatis
8. Ruptur Hati
9. Tumor Colon di Flexura dextra
10. Subphrenic Abses
8
11. Penyakit bendungan di Hati
12. Ext Abd : Pleuritis kanan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sigma Diverticulitis
Recto-Sigmoid Ca
Batu Ureter
Adnexitis
KE / KET
Hernia Incarcerata
Pancaran Nyeri
Perforasi Esophagus
Perforasi Lambung
Hiatus Hernia
Infark Jantung
- Kolik Empedu
- Pankratitis akut
Pankreatitis akut
Perforasi Lambung
Penyakit bendungan
Di Hati
Appendicitis akut
Perforasi Thypoid
Tumor Caecum
KE/KET
- Cholezystitis
- Pankreatitis
- Ulcus Duodeni
- Batu Ginjal
- Batu Ureter
- Torsio Testis
- Adnexitis
Diagnostik
1. Anamnese yang akurat : Sejak kapan mulai terasa nyeri, Lokalisasi abdomen yang
paling terasa nyeri, mual, muntah ( Apa muntahannya ), Diarrhea, Bagaimana
karakteristika nyerinya, Apakah pernah dioperasi .
2. Pemeriksaan Klinis : Luka operasi, Nyeri tekan, Nyeri lepas, Defense Musculair,
Peritonism, Resistent ( nyeri tekan pada resistent, bentuk resistent ) .
3. Pemeriksaan rectal : Douglass nyeri tekan / menggelembung, nyeri diportio saat
digerakan, Prostat membesar, ada darah pada sarung tangan , teraba tumor?.
4. Auskultasi : Peristaltik atau .
5. Lab : Darah + Urine lengkap, kalau mungkin Faal pankreas/hati, Gol darah
6. Roetgen : Thorax berdiri, Abdomen datar dan left lateral , kalau mungkin USG /
CT Scann . USG : Apakah ada Kokarde / Target Sign pada Appendicitis ?, KE.
Pada foto roentgen polos : Free Air?, bayangan radio opaque ( batu ) di area
empedu, ginjal, ureter?
10
CT Scann : Bisa mendeteksi lebih akurat dan banyak, sampai perdarahan/ abses di
ruang retroperitonealpun terlihat
7. Pada riwayat trauma abdomen : Peritoneal Lavage , hasil lavage, kalau murni
darah > langsung cito OP; kalau ragu ragu periksakan dilab > mintalah
pemeriksaan yang teliti A) cairan lambung,cairan usus halus?, Empedu,
mengandung Amylase? , B) mengandung Faeces? C) Kalau mengandung darah,
berapa jumlah darah per kubik mm?
8. Pada penemuan klinis mekanik Ileus : Pemeriksaan zat kontras dengan
Gastrografin; jangan pakai Barium kalau ada perforasi kecil, bisa menyebabkan
barium peritonitis yang letal . Gastrografin kontras juga bisa digunakan pada
kasus kasus perforasi untuk menentukan lokasi perforasi .
Therapi
1. Setelah diagnose kerja ditegakan, tentukan harus Operasi atau tidak
2. Ada 3 Stage indikasi operasi :
- Cito segera :
Cidera Lien, Hati, Pankreas dengan perdarahan besar
KET
Ruptur Aneurysma Aorta / Perdarahan dari Art. Mesenterica
- Operasi dengan persiapan singkat :
Ileus
Appendicitis perforasi
Perforasi lambung, usus halus
Hernia incarcerata
- Operasi dengan persiapan lebih baik dan menunggu hasil diagnostik :
Cholezystitis akut / Batu empedu
Pankreatitis
3. Ada beberapa tindakan standart yang perlu dilakukan :
- Pemasangan Infus
- NGT
- Catheter
- Cross Blood > sediakan darah
- Obat obatan baru diberikan setelah diagnose jelas
- Selalu pasien dipuasakan sampai diagnose jelas
ILEUS
Guidesymtoma pada Ileus
1.
2.
3.
4.
Mual, Muntah
Nyeri abdominal ( kejang perut )
Meteorism
Tidak bisa BAB & Flatus
11
Guideproblema pada Ileus
1.
2.
3.
4.
Ileus Mechanik
Passage usus terhalang atau berhenti samasekali akibat hambatan mekanis , keadaan akut
untuk kehidupan yang harus ditangani segera .
STRANGULASI ILEUS
Stop secara mekanis daripada passage usus dengan kelibatan Meseterial Vasa dan
gangguan supply darah segmental ; biasanya diusus halus .
1. Inkarcerata ( Hernia atau Post OP Bridge )
2. Invaginasi , banyak pada anak anak, kadang kadang oleh Tumor2 polypos atau
Meckel Divertikel
3. Volvulus akibat Rotasi usus pada anak anak, atau Sigma volvulus pada dewasa
OCCLUSI ILEUS
1.
2.
3.
4.
5.
Klinis :
1. Rasa nyeri ?
2. Muntah, kadang kadang faeces
3. Terlihat bentuk usus pada dinding abdomen
4. Septic schock?
5. Peristaltik?
6. Anamnese?
Ileus Paralytic
Lumpuh usus akibat reaksi non spesifik atas gangguan local atau systemic
1. Infeksi : diffus bacteriel,chemical, toxic peritonitis, intraabdominal absess, sepsis
2. Metabolis : uremi, hypokaliemi, diabetic asidosis
3. Reflectoris : retensio urinae, torsi testis, Gallblader atau kolik urenal, torsi ovar,
retroperitoneal hematom
4. Vasculer : emboli Mesenterial Vasa
12
5. Spastik : ascarida, intoxikasi timah
Klinis :
1. Nyeri ?
2. Muntah? Singultus
3. Tanda tanda dehydrasi
4. Abdomen ?
5. Peristaltik?
DD Ileus
Klinis : - Anamnese
- Muntah
- Nyeri
- BAB / flatus
- Peristaltik
Ileus paralytik
Ileus
paralytik
Anamnese
( waktu )
Sedang
Muntah
Nyeri
BAB
Periataltik
Mula mula
mual, lalu
muntah
dengan
muntahan
panjang
Diffus
Sukar BAB
atau BAB
sedikit
dengan
klysma
Negatif
Ileus mekanik
Ileus usus
halus letak
tinggi
Ileus usus
halus letak
rendah
Ileus usus
besar
Ileus
strangulasi
Pendek
Early
Intermittens
BAB
paraumbillical
Awalnya
hyperpristaltik
Sedang
Late
Diffus,
Kramp
Awalnya
BAB ( + )
Hyperperistaltik
Lama,
sampai
beberapa
hari
Sangat
pendek,
segera
Dalam
stadium
lanjut
Nyeri perut
sedang
BAB
sedikit atau
(-)
Hyperperistaltik
panjang
Early
reflectoric
Nyeri tetap
dengan kolik
hebat
Mula mula
BAB ( + ),
lalu ( - )
Awalnya
hyperperistaltik
Diagnostik dini
13
Radiologi ( Roentgen Thorax, Abdomen polos & Left lateral ) / USG ( Cairan
dalam rongga abdomen )
Laboratorium parameter
14
Ileus Colon
Ileus usus halus letak rendah
Perhatikan distribusi udara pada foto roentgen .
Therapi
Pada Ileus mekanik pada prinsipnya tindakan bedah dengan beberapa indikasi
1. Absolut ( segera ) :
Gallstone ileus, Bridge ileus, Adhesive ileus, Tumor, Stenosis,
Invagination, Stangulasi, Hernia incarcerata external atau internal,
Mesenterial infark > Vasculer ileus, Peritonitis dgn Paralitik ileus
2. Relatif :
Chronic reccurens Subileus, Penyakit peradangan usus > M.Crohn, Colitis
ulcerosa, Thypoid , Peritoneal carcinosis, Paralyse Post OP, Ileus Post
penyinaran
3. Kontra indikasi :
15
Paralytik reflectoric Ileus : Renal stone, Paralyse Vesicaurinaria,
Hematoma retroperitoneal, Fraktur Vertebrae, Fraktur Pelvis .
Paralytik metabolic Ileus : Intoxikasi Pb, Kekacauan elektrolyte dalam
darah, Coma diabeticum, Uremia .
Prinsip , Strategi dan Taktik pembedahan
Dekompressi usus dengan mengurut usus kearah oral kemudian dihisap melalui
NGT
Menyingkirkan hambatan mekanik dengan :
1. Reseksi + Anastomose atau Bypass Anastomose
2. Reseksi dengan Anus Praeter oralwarts ( Hartmann Procedure )
3. Membebaskan usus dari Bridge, Adhesions
4. Reposisi pada Intussusepsi atau Invaginasi terutama pada anak anak
Reseksi pada Segmen usus yang mengalami gangguan aliran darah permanen
( thrombosis daripada A.Mesenterica
Melakukan debridement dan menyingkirkan penyebab peritonitis ( Abses intra
abdominal )
Perawatan Ileus selalu diruang Rawat Ketat ( Recovery Room )> semi ICU
Letalitas : Sangat variable tergantung penyebabnya > antara 10 25%
ABDOMINAL SEPSIS
Istilah peritonitis pada awal tahun 1995 telah disepakati untuk diganti dengan abdominal
sepsis sebagai standart kesepakatan para ahli bedah diseluruh dunia; atas dasar pemikiran
bahwa peritonitis hanya menunjukan gejala local atau regional saja.
Sedangkan yang terjadi adalah komplex penyakit yang systemic , melibatkan
metabolisme, multi organ yang harus ditangani secara multi komprehensive pula .
Abdominal sepsis sampai sekarang menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas
post operatif abdomen .
Secara klinis ada dua gambaran; yaitu :
- Kejadian local intraabdominal ( peritonitis ) dan
- Reaksi umum extraperitoneal ( sepsis )
Konsep therapinya didefinisikan s.b.b
- Utama ( Primer ) Menghilangkan penyebab utama ( sumber ) penyakit,
contohnya operasi untuk perforasi usus dan sebagainya .
- Kedua ( Sekender ) Tindakan untuk mencegah reinfeksi daripada organism,
contohnya debridement, abdominal spooling, relaparatomy yang direncanakan .
- Ketiga ( Tertier ) Adjuvan therapi umum; therapi intensif + kombinasi
antibiotika kuat dan berspektrum luas + antibody ( gamma globulin ) .
16
Klassifikasi / Score
Dibuat berdasarkan kriteria quantitatif dan qualitatif untuk memantau satu persatu effek
dari tindakan pengobatan berdasarkan data parameter biokimia ( Lab ) , physiologis
( fungsi organ ) .
Tergantung pada alur infeksi daripada bahan bahan kimiawinya dan bahan
microbakterinya; dibuatlah guidline berdasarkan konsensus . Konsensus ini terkenal
sebagai gabungan konsensus APACHE II + Goris Score + Natanson + Ohmann Index.
Peritonitis Alur peradangan
Primer
Hematogen,
lymphogen,
intraluminal
Sekender Perforasi Organ
berongga
Tertier
Contoh
Peritonitis pada Scirrhosis hati, TBC,
Pneumococcus pneumonia, Pelveoperitonitis
17
Strategi Bedah dalam penangan peritonitis
Cara
Sanitasi sumber peradangan dengan cara
pembedahan
Debridement, Spooling
- Drainage
>>
- Close Spooling
>>
- Programmed Relaparotomy
>>
- Open Spooling ( Laparostoma )
>>
- Penutupan dinding perut
>>
- Pembentukan abdominal
Kompartement
>>
- Fistula intestinal
>>
Tujuan
Menyingkirkan sumber peradangan
Mengatasi existensi peritonitis
Sebagai therapi daripada peradangan
yang berlanjut ( Reinfeksi )
Mengurangi Effek samping penyakit dan
therapi
Pathogenesis Sepsis
I. Titik titik serangan dan tabel untuk perencanaan therapi
Insult = Serangan bakteri, virus, jamur atau mixed infections
Schock
18
Reaksi Antiinflammatoric
Reaksi Proinfalammatoric
Balance
Immunsuppresion
MARS=mixed
antagonistic responce
syndrom
Therapi :
Immun stimulator : IFN- Gamma,
G-CSF
Therapi :
Infections Blocking : Antitoxin,
Antimediator
Berikut adalah bagan Circulus Vitiosus daripada peritonitis, menunjukan bahwa apabila
penanganan peritonitis tidak serius; bisa sangat letal akibatnya .
19
20
21
Diagnose
Diagnose pasti Peritonitis diffusa relatif mudah ditegakan, yang sulit adalah sudah sampai
phase mana perjalanan penyakitnya .
Penegakan diagnose peritonitis secara primer adalah klinis.
Beberapa cara untuk memantau tahapan tahapan peritonitis ( harus dilakukan berulang
ulang ) :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
:
Hyperventilasi
Extremitas panas dan kering
Kesadaran menurun
Marmored color daripada tubuh
Circulasi :
- Hypotensi
- Normovolemic
- Tekanan Central Venae Cetheter naik
- Oligury
- Tachycardy
Laboratorium :
- Respiratoric Alkalosis
- Leucopenia
- Thrombopenia
- Lactatcidaemia
- Fibrinogen turun
- Po2 turun
Penyebab peritonitis berdasarkan data klinis
1. Appendicitis phlegmonosa dan gangrenosa , thypoid ?
22
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Therapi
1. Tindakan operasi cito ; menyingkirkan penyebab, drainage, spooling
intraabdomen
2. High dose, broadspectrum Antibiotica
3. Heparinisasi untuk mencegah consumption coagulopathy
4. Therapi / mencegah terjadinya acute renal insufficient
5. Atasi metabolisme Acidosis
6. Applikasi substant ( bahan ) Vasoactive
7. Applikasi Glucocorticoid
8. Digitalisasi jantung dengan digoxin
9. Pemberian Gamma-Globulin
10. Pemberian Antiproteinase ( Trasylol )
11. Intubasi dgn mesin PEEP
12. Antipyretica untuk febrisnya
13. Infus dgn cairan elektrolyte dan Kolloidum
14. Prophylaksis Stress ulcera
15. Infus High Calori + Aminoacid + Lemak
16. Pasien dirawat intensif di ICU-Bedah
O > Letalitas peritonitis dengan Septic Schock sangat tinggi : +/- 40 80%
O> Prognosenya tergantung pada kecepatan diagnostik dan therapinya
O> Therapi peritonitis adalah Jointwork yang ketat antara dokter bedah dan anastesi
O> Last but not Least ; peritonitis adalah kasus yang mahal dari segi biaya
23
TRAUMA ABDOMEN
Kombinasi trauma abdomen dengan trauma lainnya memberikan angka letalitas tinggi :
+/- 30 - 40%.
Letalitas trauma tumpul abdomen dengan cedera organ intraabdominal : 30 60%.
1/3 meninggal langsung akibat trauma abdomen, 2/3 meninggal karena komplikasi
cardio-pulmonal. 80% dari cedera Aorta atau Vena Cava langsung meninggal ditempat
kejadian trauma .
Prognose dan letalitas trauma abdomen tergantung pada beberapa faktor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
24
2. Tindakan : Pengawasan ketat, lakukan diagnostik berulang kali dengan
batas waktu 12 jam sambil persiapan OP
25
26
27
Basis Diagnostik
28
Peritoneal Lavage
Dizaman USG semakin canggih; metode ini sering dilupakan , USG hanya bisa menilai
ada atau tidaknya cairan dalam rongga abdomen. Untuk menentukan apa isi cairan itu
tidak bisa, lagi pula untuk menilai kerusakan organ, lebih baik pakai CT-Scann saja.
Keunggulan peritoneal lavage adalah; bisa menentukan cairan didalam rongga abdomen
berasal dari organ apa dan secara quantitatif jumlah cairannya .
Contoh :
Cairan darah murni
Cairan mengandung cairan empedu
Cairan kotor mengandung cairan usus halus
Cairan mengalir kembali melalui catheter urine atau mengandung urine
Cairan mengalir melalui Thorax drainage
Cairan mengandung faeces atau coli bakteri
Cairan mengandung darah > 100.000 Erys / mm3
Cairan mengandung Lekosit > 500 / mm3
Cairan mengandung Amylase > 200 m U/ mm3
Temuan ini sudah bisa menjadi dasar kuat untuk indikasi laparotomy .
Teknik melakukan peritoneal lavage relatif mudah dan tidak memerlukan peralatan
canggih . Teknik ini harus dikuasai oleh para dokter jaga di UGD, terutama dirumah sakit
yang tidak diperlengkapi dengan peralatan canggih .
Material yang paling sederhana yang dibutuhkan adalah
1. Cairan Ringer 1000 cc
2. Selang Infus
3. Pisau bedah, Kocher Klemm 2, gunting
29
4. Local anasteticum 5 10 cc
Teknik pelaksanaan
30
Organ organ intraabdominal yang paling sering terkena cedera dan uraian tentang cedera
dan penangannya
Pada trauma abdomen organ yang paling cedera adalah :
1. Limpa ( Lien )
2. Hati ( Hepar )
3. Pankreas
4. Mesenterium
5. Usus halus
6. Usus besar
7. Vesica Urinaria
8. Diaphragma
9. Gaster / Duodenum
10. Kantung empedu
11. Retroperitoneal hematoma
Tingkat ( Gradasi ) cedera Limpa
Grad
I . Hematoma
Gambaran
Subkapsuler, tidak expansif, < 10% dari
luas limpa.
Laserasi >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> Kapsul robek, tidak berdarah, kedalaman
luka < 1 cm
II. Hematoma
Subkapsuler, tidak expansif, 10 50% dari
luas limpa, intraparenchym, non expansif,
< 2 cm dalam radius lingkaran.
Laserasi >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> Kapsul robek, Aktif bleeding, 1 3 cm
kedalaman luka, vasa trabeculae tidak
cedera
III. Hematoma
Subkapsuler, > 50% dari luas limpa,
expansif, ruptur vasa trabeculae dengan
aktif bleeding, intraparenchym hematoma >
2cm dan expansif.
Laserasi >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> Ruptur > 3 cm kedalaman parenchym
dengan cedera vasa trabeculae
IV. Hematoma
Ruptur hematoma intraparenchym dengan
bleeding aktif.
Laserasi >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> Ruptur segmental atau Hillus vasculer atau
Devascularisasi > 25% limpa
V. Laserasi vasculer
Total kerusakan organ limpa dengan
Hillusnya dan total devascularisasi limpa
31
1. Pada grad I , konservatif dengan pengawasan ketat selama 48 72 jam ( cave :
delayed ruptures )
2. Pada grad II, Pool reseksi, atau Infrared coagulasi, atau coagulasi dengan Argon
Beamer, Mesh Wrapping atau dilem dengan Lem Fibrin
3. Pada grad III sampai dengan V, paling baik dilakukan Splenectomy : Kalau tidak
ada pencemaran oleh isi organ lain; terutama yang tidak infektious ; bisa
dilakukan Retransplantasi Lien ( metodenya bermacam macam )
Tingkat ( Gradasi ) cedera Hepar
Grade
I. Hematoma
Gambaran
Subkapsuler, non expansif, < 10% dari luas
hati .
Laserasi >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
IV. Hematoma
Laserasi >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
V. Laserasi
Vasculer >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
VI. Vasculer
32
Cedera Pankreas
Grad
I. Hematoma
Laserasi >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
II. Hematoma
Laserasi >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
III. Laserasi
IV. Laserasi
V. Laserasi
Gambaran
Contusio tanpa cedera saluran pankreas .
Luka robek kecil pada permukaan pankreas
tanpa cedera saluran
Highgrade contusio tanpa cedera saluran
atau kehilangan jaringan .
Luka yang dalam dijaringan tanpa cedera
saluran atau kehilangan jaringan
Ruptur organ distal atau destruksi
parenchym dengan cedera saluran
Ruptur organ proximal atau destruksi
parenchym dengan cedera Ampulla Vateri
Total destruksi daripada Caput Pankreas
33
Grad I
Grad II
Grad III
Grad IV
Operasi pankreas adalah operasi yang penuh risiko ; disamping letalitasnya yang tinggi;
juga komplikasi postoperatif yang sangat sering terjadi, misalnya :
1. Sering terjadi kebocoran pada anastomose karena enzym pankreas bersifat
proteolytic
2. Komplikasi hormonal, karena pankreas memproduksi hormon hormon penting
bagi metabolisme
3. Necrosis dan Abses
4. Komplikasi terhadap organ lainnya karena sifat proteolyticnya itu
34
Cedera ginjal
Gradasi cedera ginjal
Tingkat luka
Ringan ( 60 80% )
Sama
Berat ( 10 30% )
Grad
Ia
Ib
IIa
Sama
IIb
Sama
IIc
Kritis ( < 5% )
III
Grad Ia
Grad IIa
Gambaran
Contusio dengan hematoma subkapsuler
Bleeding parenchym
Ruptur ginjal incomplett dengan extravasat
subkapsuler
Ruptur ginjal incomplett dengan extravasat
perirenal
Ruptur ginjal complett dengan extravasat
retroperitoneal
Ruptur multiple, Crash parenchym, saluran urine
robek atau putus
Grad Ib
Grad IIb
35
Grad IIc
Grad IIc
Grad IIc
Grad III
Therapi
1. Grad Ia, Ib, IIa > konservatif dengan pengawasan ketat apabila ada komplikasi
segera operasi
2. Grad IIb, IIc > harus operasi
3. Grad III, > Nephrectomy
36
Oleh
Dr. S.J. Harianto SpB AFC dari R.S.A.D. Moch. Ridwan Meuraksa untuk keperluan pendidikan CoAss
bagian bedah Universitas YARSI . Publikasi bebas