Disusun oleh:
Helen Anastasya 1915010
Herlina Sari Haloho 1915030
Enny Yuliana Indah 1915032
Silvia Saraswati Somya 1915038
ANATOMI
◦ Dinding abdomen terdiri dari jaringan musculomembranosum yang
mengelilingi suatu cavitas besar (cavitas abdominalis).
◦ Di bagian superior, rongga abdomen dibatasi oleh diafragma (setinggi sela iga
ke 4) dan bagian inferior oleh pintu atas panggul.
◦ Bagian abdomen sering dibagi menjadi 9 regio maupun 4 kuadran.
Pembagian berdasarkan 9 regio:
◦ Regio hipokondriak kanan, meliputi organ : lobus kanan hepar, kantung empedu, sebagian duodenum
dan fleksura hepatika kolon, sebagian ginjal kanan dan kelenjar suprarenal kanan.
◦ Regio epigastrika, meliputi organ : pilorus gaster, duodenum, pankreas, dan sebagian hepar
◦ Regio hipokondriak kiri, meliputi organ : gaster, lien, bagian kaudal pankreas, fleksura lienalis kolon,
bagian proksimal ginjal kiri kelenjar suprarenal kiri.
◦ Regio lumbal kanan, meliputi organ : kolon asendens, bagian distal ginjal kanan, sebagian duodenum,
dan jejunum.
◦ Regio umbilicus, meliputi organ : omentum, mesenterium, bagian bawah duodenum, jejunum, dan
ileum.
◦ Regio lumbal kiri, meliputi organ : kolon asendens,bagian distal ginjal kiri, sebagian jejunum dan ileum.
◦ Regio iliaka kanan, meliputi organ : caecum, apendiks, bagian distal ileum, ovarium kanan, dan ureter
kanan
◦ Regio hipogastrika, meliputi organ : ileum, vesica urinaria, dan uterus (pada kehamilan)
◦ Regio iliaka kiri, meliputi organ : kolon sigmoid, ureter kiri, dan ovarium kiri
Pembagian berdasarkan 4 kuadran:
◦ Kuadran kanan atas/ Right Upper Quadrant (RUQ)
◦ Kuadran kiri atas/ Left Upper Quadrant (LUQ)
◦ Kuadran kanan bawah/ Right Lower Quadrant (RLQ)
◦ Kuadran kiri bawah/ Left Upper Quadrant (LUQ)
Lapisan Dinding Abdomen
Dinding perut mengandung struktur muskulo-aponeurosis yang
kompleks. Di bagian belakang, struktur ini melekat pada tulang
belakang pada tulang belakang, di sebelah atas pada iga, dan di bagian
bawah melekat pada tulang panggul. Dinding perut terdiri atas
beberapa lapis, yaitu dari luar ke dalam, lapisan kulit yang terdiri dari:
1. Kutis
2. Subkutis
Fascia superfisial (fascia camper)
Fascia profunda (fascia scarpa)
3. Otot dinding perut
Kelompok ventrolateral
Tiga otot pipih : Musculus obliquus abdominis eksternus , Musculus obliquus
abdominis internus, Musculus transversus abdominis
Satu otot vertikal: musculus rectus abdominis
Kelompok posterior : musculus psoas major, musculus psoas
minor, musculus iliacus, musculus quadratus lumborum
4. Fascia tranversalis
5. Peritonium
Vascularisasi dan Inervasi
Dinding Abdomen
Vaskularisasi abdomen berasal dari beberapa arah. Dari kraniodorsal
diperoleh dari cabang aa.interkostales VI s.d XII dan a. Epigastrica superior
(cabang dari a.thoracica interna). Dari kaudal : a.iliaka sirkumfleksa superfisialis,
a.pudenda eksterna dan a.epigastrica inferior. Kekayaan vaskularisasi ini
memungkinan sayatan perut horizontal dan vertikal tanpa menimbulkan
gangguan perdarahan.
Dinding abdomen dipersarafi secara segmental oleh n.torakalis VI-XII dan
n.Lumbalis I.
◦ Akut abdomen : suatu keadaan klinis akibat kegawatdaruratan di rongga perut
yang biasanya timbul mendadak, dengan nyeri hebat sebagai keluhan utama
dan memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah.
◦ Akut abdomen : kondisi intra-abdomen akut yang serius disertai nyeri, nyeri
tekan, dan kekakuan otot, dan biasanya memerlukan tindakan bedah segera.
Epidemiologi
◦ Kasus abdominal pain tercatat 5-10% dari semua kunjungan gawat darurat
atau 5-10 juta pasien di Amerika Serikat.
◦ Studi lain menunjukkan bahwa 25% dari pasien yang datang ke IGD mengeluh
nyeri perut.
◦ Diagnosis bervariasi sesuai untuk kelompok usia, yaitu anak dan geriatri.
Sebagai contoh nyeri perut pada anak-anak lebih sering disebabkan oleh
apendisitis, sedangkan penyakit empedu, usus diverticulitis, dan infark usus
lebih umum terjadi pada elderly.
Etiologi ◦ Penyebab secara umum :
◦ 1. Infeksi – radang
◦ 2. Kelainan bawaan
◦ 3. Neoplasma – keganasan
◦ 4. Trauma
◦ 5. Lain-lain (miscellaneous)
◦ Gangguan metabolisme
◦ Kelainan vaskuler
◦ Kelainan letak akut
◦ Penyebab Khusus :
◦ 1. Infeksi – radang
◦ Appendisitis, kolesistitis, pankreatitis, divertikulitis
◦ 2. Perforasi – ruptur
◦ Gaster, ileum pada Typhoid, Vesica fellea, hepar, lien
◦ 3. Perdarahan
◦ Gaster, duodenum, usus halus (typhoid), kolon (angiodysplasia),
aneurysma Aorta Abdominalis
◦ 4. Gangguan passage usus
◦ Ileus, pseudoobstruksi kolon
◦ 5. Gangguan letak akut
◦ Volvulus, torsio testis / ovarium
◦ 6. Kelainan vaskuler
◦ Thrombosis / emboli a./v. mesenterica (infrak mesenterialis)
◦ 7. Gangguan metabolisme :
◦ Pseudoakut abdomen pada ketoasidosis, hypokalemia, uremia
PATOFISIOLOGI
AKUT ABDOMEN
Patofisiologi
◦ Akut abdomen terjadi karena nyeri abdomen yang timbul tiba – tiba atau sudah
berlangsung lama.
◦ Nyeri yang dirasakan dapat ditentukan atau tidak oleh pasien tergantung pada
nyeri itu sendiri.
◦ Nyeri abdomen dapat berasal dari organ dalam abdomen termasuk nyeri
viseral, dari otot, dan lapisan dari dinding perut (nyeri somatic).
◦ Lokasi dari nyeri abdomen bisa mengarah pada lokasi organ yang menjadi
penyebab nyeri tersebut. Walaupun sebagian nyeri yang dirasakan merupakan
penjalaran dari tempat lain.
JENIS NYERI
AKUT ABDOMEN
Nyeri Viseral
◦ Rasa sakit visceral berasal dari abdomen viscera, yang dipersarafi oleh serabut saraf
otonom dan merespons terutama sensasi distensi dan kontraksi otot.
◦ Nyeri viseral biasanya tidak jelas, hal ini kurang terlokalisasi.
Nyeri Somatik
◦ Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi saraf
tepi, misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding
perut.
◦ Nyeri dirasakan seperti disayat atau ditusuk, dan pasien dapat menunjuk
dengan tepat dengan jari lokasi nyeri.
Referred Pain
◦ Ini terjadi jika seseorang merasakan nyeri di bagian tubuh yang letaknya jauh
dari jaringan yang menyebabkan rasa nyeri.
◦ Biasanya nyeri ini mula-mula timbul didalam salah satu daerah di permukaan
tubuh.
◦ Dan nyeri ini dialihkan ke daerah dalam tubuh yang tidak tepat betul dengan
daerah organ yang menimbulkan nyeri.
◦ Hal ini terkait dengan innervasi organ oleh serabut nyeri aferen yang mengikuti
jalur serupa seperti sistem saraf simpatik
Nyeri Iskemik
◦ Iskemik menyebabkan nyeri viseral dengan cara yang tepat sama seperti
timbulnya rasa nyeri di jaringan lain,
◦ hal ini dikarenakan terbentuknya produk akhir metabolik yang asam atau
produk yang dihasilkan oleh jaringan degeneratif seperti bradikinin, enzim
proteolitik, atau bahan lain yang merangsang ujung serabut nyeri.
Nyeri Kolik
◦ Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga
◦ biasanya diakibatkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi
usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer).
◦ Nyeri ini timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran.
Karena kontraksi berbeda maka kolik dirasakan hilang timbul.
Nyeri Kontiniu
◦ Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal akan dirasakan terus
menerus karena berlangsung terus menerus, misalnya pada reaksi radang.
◦ Pada penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding perut
menunjukkan defans muskuler secara refleks untuk melindungi bagian yang
meradang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat.
Penatalaksanaan
◦ Tujuan dari penatalaksanaan akut abdomen :
◦ Penyelamatan jiwa penderita
◦ Meminimalisasi kemungkinan terjadinya cacat dalam fungsi fisiologis alat pencernaan
penderita.
◦ Biasanya langkah-langkah itu terdiri dari :
◦ Tindakan penanggulangan darurat resusitasi untuk memperbaiki sistem
pernapasan dan kardiovaskuler.
◦ Restorasi keseimbangan cairan dan elektrolit.
◦ Pencegahan infeksi dengan pemberian antibiotika.
◦ Tindakan penanggulangan definitif
◦ Meminimalisasi cacat yang mungkin terjadi dengan cara :
• Menghilangkan sumber kontaminasi.
• Meminimalisasi kontaminasi yang telah terjadi membersihkan rongga peritoneum.
• Mengembalikan kontinuitas passage usus dan menyelamatkan sebanyak mungkin usus
yang sehat meminimalisasi cacat fisiologis.
◦ Tindakan untuk mencapai tujuan ini berupa operasi dengan membuka rongga
abdomen yang dinamakan laparotomi.
◦ Langkah-langkah pada laparotomi darurat adalah :
• Segera mengadakan eksplorasi menemukan sumber perdarahan.
• Usaha menghentikan perdarahan secepat mungkin.
• Perdarahan dari organ padat tampon abdomen untuk sementara.
• Perdarahan dari arteri besar klem vaskuler.
• Perdarahan dari vena besar penekanan langsung.
◦ Setelah perdarahan berhenti kesempatan anestesi untuk memperbaiki volume
darah.
◦ Bila terdapat perforasi atau laserasi usus penutupan lubang perforasi atau
reseksi usus dengan anastomosis.
◦ Diadakan pembersihan rongga peritoneum dengan irigasi larutan NaCl
fisiologik.
◦ Sebelum rongga peritoneum ditutup eksplorasi sistematis dari seluruh organ
dalam abdomen mulai dari kanan atas sampai kiri bawah dengan
memperhatikan daerah retroperitoneal duodenum dan bursa omentalis.
◦ Bila sudah ada kontaminasi rongga peritoneum drain dan subkutis serta kutis
dibiarkan terbuka.
◦ Laparotomi eksplorasi darurat
◦ Tindakan sebelum operasi
◦ Keadaan umum sebelum operasi setelah resusitasi sedapat mungkin harus stabil. Bila ini
tidak tercapai karena perdarahan yang sangat besar operasi langsung untuk
menghentikan sumber perdarahan.
◦ Pemasangan NGT (nasogastric tube)
◦ Pemasangan dauer-katheter
◦ Pemberian antibiotika secara parenteral pada penderita dengan persangkaan perforasi usus,
shock berat, atau trauma multipel.
◦ Pemasangan thorax-drain pada penderita dengan fraktur iga, haemothoraks, atau
pneumothoraks.
◦ Insisi laparotomi untuk eksplorasi sebaiknya insisi median atau para median panjang.
Komplikasi Post Operatif
◦ Ileus dan Post Operative Bowel Obstruction
Disebabkan oleh gangguan elektrolit, inflamasi intra abdominal atau infeksi,
pankreatitis, atau obat-obatan (opioid, antikolinergik, phenothiazine, dan
psikotropika)
Gejala klinik : mual, muntah, distensi abdomen, kram, dan obstipasi
◦ Adhesi
◦ Retensi Urin
Prognosis
◦ Tergantung dari etiologi dan keparahan dari gejala, umur, penyakit komorbid,
kecepatan diagnosis dan penanganan
◦ Perforasi meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas
◦ Pada pasien usia lanjut, prognosis makin buruk
◦ Pasien obesitas memiliki angka morbiditas yang lebih tinggi dan peningkatan
kemungkinan komplikasi post operatif.
◦ Pasien yang sedang hamil memiliki peningkatan risiko morbiditas dan
mortalitas pada ibu dan janinnya ( kelahiran premature / abortus)
HERNIA
DEFINISI
◦ Suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek)
yang diliputi oleh dinding.
◦ Protrusi / penonjolan isi suatu rongga (organ atau jaringan) melalui suatu defek atau
bagian lemah dari dinding rongga tersebut dimana isi tersebut seharusnya berada
dalam keadaan normal yang tertutup
Struktur yang berhubungan dengan
hernia
◦ Defek / bagian lemah dari dinding rongga
◦ Kantong hernia
◦ Isi hernia
◦ Cincin hernia
Cincin hernia merupakan bagian kantung hernia yang menyempit akibat
defek dinding suatu rongga
Bagian bagian dari hernia :
◦ Pintu hernia
Hernia dinamai berdasarkan dari pintunya
◦ Kantung hernia
peritoneum parietalis, bagiannya adalah kolum, korpus
dan basis
◦ Kanalis inguinalis
saluran yang berjalan oblik (miring) dengan panjang 4 cm
dan terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinale
Insidensi
75% hernia dinding abdomen hernia inguinal
2/3 hernia indirek
Pria 25 > sering dari wanita
Hernia inguinal lebih sering terjadi di sebelah kanan
Prevalensi hernia meningkat sesuai usia terutama
hernia inguinal, umbilikal dan femoralis
Hernia inguinal dibagi menjadi 2 yaitu hernia
inguinalis lateralis dan hernia inguinalis medialis
Etiologi
1. Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
◦ Overweight
◦ Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan
ukuran badan
◦ Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi
atau gangguan saluran kencing
◦ Adanya tumor yang mengakibatkan sumbatan usus
◦ Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis,
asthma, emphysema, alergi
◦ Kehamilan
◦ Ascites
2. Adanya kelemahan jaringan /otot.
3. Tersedianya kantung.
KLASIFIKASI
Casten membagi hernia menjadi tiga stage, yaitu:
• Stage 1 : hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
• Stage 2 : hernia direk dengan pembesaran atau distorsi cincin interna.
• Stage 3 : semua hernia direk atau hernia femoralis.
Menurut sifatnya :
- hernia reponibilis
- hernia ireponibilis
- hernia inkarserata
- hernia strangulata
Perbedaan HIL dan HIM
Hernia femoralis
Benjolan di lipat paha melalui anulus femoralis hernia masuk ke dalam
kanalis femoralis keluar pada fosa ovalis di lipat paha
Hernia umbilicalis / hernia
umbilikus
◦ kelainan kongenital
◦ tidak sempurnanya penutupan umbilikus (bekas tali pusar)
◦ isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian
tekanan intra abdomen
◦ biasanya akan regresi spontan (6 bln – 1thn) bila cincin hernia < 2 cm
◦ Bila > 2 cm operasi
Hernia eksternal
Bisa dilihat langsung secara kasat mata dari luar
- hernia inguinalis
- hernia scrotalis
- hernia umbilikalis
Hernia internal
◦ tidak bisa dilihat dari luar secara kasat mata
Hernia strangulasi :
◦ Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik
◦ Adanya gangguan sistemik pada usus.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Radang
Appendisitis gangrenosa
Appendisitis
supuratif akut
Tahap-tahap Appendisitis
mucus
obstruction
Distention
Gangrene
inflammatory bowel
ruptured ectopic pregnancy Nephrolithiasis and
disease
urinary tract infection
testicular torsion mittelschmerz
(Male)
Gejala Klinis
◦ Nyeri awal di daerah epigastrium
◦ Berpindah ke titik McBurney
◦ Febris
◦ Nausea, Vomitus, Anorexia
◦ Obstipasi/Diare
Pemeriksaan fisik
◦ Nyeri tekan (+) Mc. Burney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran
kanan bawah atau titik Mc. Burney dan ini merupakan tanda kunci diagnosis.
◦ Nyeri lepas/Blumberg sign (+) karena rangsangan peritoneum. Rebound
tenderness (nyeri lepas tekan) adalah nyeri yang hebat di abdomen kanan bawah
saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan penekanan
perlahan dan dalam di titik Mc. Burney.
◦ Defens muskuler (+) karena rangsangan m. Rektus abdominis. Defence muscular
adalah nyeri tekan seluruh lapangan abdomen yang menunjukkan adanya
rangsangan peritoneum parietale.
◦ Rovsing sign (+). Rovsing sign adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah
apabila dilakukan penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal ini
diakibatkan oleh adanya nyeri lepas yang dijalarkan karena iritasi peritoneal
pada sisi yang berlawanan.
◦ Psoas sign (+). Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas
oleh peradangan yang terjadi pada apendiks.
◦ Obturator sign (+). Obturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul
dan lutut difleksikan kemudian dirotasikan ke arah dalam dan luar secara pasif,
hal tersebut menunjukkan peradangan apendiks terletak pada daerah
hipogastrium.
◦ Peningkatan suhu
Pemeriksaan Penunjang
◦ Pemeriksaan Laboratorium
Pada sebagian besar penderita, jumlah leukosit meningkat dengan 75% atau lebih
neutrofil. Jumlah leukosit yang sangat tinggi (>20,000/mL) dapat menjadi tanda
suatu komplikasi dengan gangren dan perforasi. Selain pemeriksaan hematologi
rutin, pemeriksaan urinalisis juga berguna untuk membedakan appendisitis
dengan pielonefritis dan nefrolitiasis.
Pemeriksaan Radiografi
◦ CT (Computed tomography) Scan: pemeriksaan menggunakan CT Scan sering digunakan
untuk menunjang diagnosis appendisitis pada orang dewasa, CT Scan memiliki 90%
sensitivitas dan 80% spesifisitas dalam pemeriksaan tersebut. Diagnosis appendisitis dapat
dilihat dari adanya appendix yang menebal dan terinflamasi, dengan diameter lebih dari 7
mm dan gambaran target sign yang berlebih. Cairan periappendix dan adanya udara juga
dapat menunjang adanya appendisitis dan perforasi.
◦ USG (Ultrasonography): pada pemeriksaan menggunakan USG, inflamasi pada appendix biasanya
menunjukkan gambaran appendix yang menebal, immobile, dan tidak kompresibel. Salah satu
keuntungan menggunaan USG adalah tidak adanya radiasi ion, meskipun penggunaannya sangat
bergantung pada operator.
◦ MRI (Magnetic Resonance Image): biasanya digunakan untuk penderita yang sedang hamil,
dan menunjukkan gambaran pembesaran appendix (>7 mm), penebalan (>2 mm) dan
adanya tanda-tanda inflamasi.
Penatalaksanaan
Terapi untuk appendicitis acuta yaitu pembedahan
1. Persiapan Operasi
Pemberian antibiotik, pemberian cairan per intavenous, observasi rutin, puasa
2. Pembedahan
◦ Open appendectomy
◦ McBurney (oblique)
◦ Rocky Davis (transverse);
◦ right paramedian
◦ midline incision
◦ Laparoscopic appendectomy
Open appendectomy
Open Appendectomy:
Laparoscopy
2. Laparoscopy:
Perawatan pasca operasi:
1. Tanpa komplikasi
2. Dengan komplikasi : pemberian antibiotik, diet sesuai keadaan pasien,
observasi untuk ileus, drainase abses bila perlu
Komplikasi
◦ Surgical Site Infection
◦ Adhesi
◦ Fistula Enterocutaneous
APAKAH INJEKSI CORTICOSTEROID
DIANJURKAN PADA PASIEN YG TDK
RESPONSIF DGN MEDIKASI PER ORAL
DAN APAKAH ADA BATAS MAKSIMAL
UNTUK TERAPI INJEKSI
KORTIKOSTEROID?
Terapi Trigger Finger
◦ Mengistirahatkan dan menghindari gerakan yang menyebabkan cedera atau
penggunaan berlebihan
◦ Splinting untuk menjaga jari dalam posisi lurus dan membantu mengurangi
rasa sakit, ketidaknyamanan, dan keinginan untuk mengepal
◦ Latihan dgn peregangkan lembut dan meningkatkan rentang gerak
◦ Obat akan membantu meredakan nyeri dan peradangan untuk shg
meningkatkan pergerakan
◦ Suntikan kortikosteroid ke selubung tendon yang terletak di dasar jari yang
terkena dicoba dua suntikan dan bila tidak membaik pembedahan
1. Apa definisinya?
atau adhesive capsulitis adalah gangguan berupa rasa nyeri dan
kaku di area bahu menyebabkan terbatasnya pergerakan bahu
hingga terkadang tidak dapat digerakkan sama sekali .
◦ Gejala frozen shoulder umumnya berkembang perlahan dalam tiga
tahapan, yang setiap tahapannya bisa berlangsung selama beberapa
bulan, yaitu:
• Tahap pertama atau freezing stage. Bahu mulai terasa nyeri tiap
digerakkan dan pergerakan bahu mulai terbatas. Periode ini biasanya
berlangsung 2-9 bulan.
• Tahap kedua atau frozen stage. Nyeri mulai berkurang, namun bahu
menjadi makin kaku atau tegang sehingga sulit digerakkan. Periode ini bisa
berlangsung selama 4 bulan hingga 1 tahun.
• Tahap ketiga atau thawing stage. Pada periode ini, kondisi dan gerakan
bahu mulai membaik. Tahap ini umumnya terjadi dalam 1 hingga 3 tahun.
◦ 3. Bagaimana terapinya?
Terapi konservatif :
• Fisioterapi : untuk meregangkan otot bahu dan mengembalikan
jangkauan gerakan lengan. Pasien butuh beberapa minggu hingga 9
bulan .
• TENS (transcutaneous electrical nerve stimulation). TENS adalah
terapi yang dilakukan dengan mengantarkan arus listrik kecil melalui
elektroda yang ditempelkan pada kulit. Arus listrik tersebut akan
merangsang pelepasan molekul penghambat nyeri (endorfin) sehingga
menghalangi timbulnya nyeri.
◦ obat pereda nyeri, seperti ibuprofen atau paracetamol, yang berguna untuk mengurangi
rasa sakit dan peradangan. Bila diperlukan, dokter akan memberi suntikan
kortikosteroid langsung pada sendi bahu.
Jika terapi fisik dan obat-obatan tidak membantu, dokter dapat melakukan
beberapa pilihan prosedur, seperti:
• Manipulasi bahu. Prosedur ini dilakukan dengan memberikan bius total terlebih dahulu,
agar pasien tidak merasakan nyeri saat dokter menggerakkan bahu ke berbagai arah.
Prosedur ini dilakukan untuk melemaskan jaringan-jaringan yang tegang.
• Distensi bahu, adalah prosedur penyuntikan air steril ke dalam kapsul sendi, untuk
meregangkan jaringan pada bahu dan memudahkan pergerakan sendi.
• Artroskopi, ditujukan untuk membuang jaringan parut dan jaringan yang merekat di
dalam sendi bahu. Bedah dilakukan menggunakan sebuah alat kecil, yang dimasukkan
melalui irisan di sekitar sendi bahu .
OSTEOARTHRITIS GENU
DENGAN DEFORMITAS
PARAH
1. Apa itu deformitas?
◦ Adalah perubahan bentuk atau suatu kondisi kelainan bentuk secara
anatomi dimana struktur tulang berubah dari bentuk yang seharusnya.
◦ Pada osteoarthritis grade 3 : sudah terbentuk deformitas
2. Osteoarhtritis seperti apa yang
dilakukan total knee replacement?
◦ Berdasarkan pemeriksaan radiologi klasifikasi Kellgren and Lawrence grade 3 dan 4 :
permukaan sendi rusak setiap pasien beraktivitas akan kesakitan
◦ Grade 1 dan 2 jangan di operasi : diberikan penghilang rasa nyeri NSAID, menghilangkan
beban pemberat keluhan (overweight/obesitas), latihan/olahraga rutin (jogging, berenang,
senam), dan berjemur di pagi hari