Anda di halaman 1dari 13

Makalah Bahasa Indonesia

DIKSI ATAU PILIHAN KATA :


PENGERTIAN, SYARAT-SYARAT, GAYA BAHASA DAN IDIOM

DisusunOleh:

LisHandayani

AtiaZaidiah

DitaNirmala

Dian Nurlaili

Vonnyelisaoktavia

College of Languages

SULTAN AGUGNG ISLAM UNIVERSITY


SEMARANG2013

DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................ i


Daftar Isi ................................................................................................................. ii

Bab I Pendahuluan
a) Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
b) Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
c) Ruang Lingkup .......................................................................................... 3

Bab II Pembahasan
a) Pengertian Diksi ........................................................................................ 4
b) Syarat-syarat Ketepatan Diksi ................................................................... 5
c) Gaya Bahasa dan Idiom ............................................................................ 8

Bab III Penutup


a) Simpulan .................................................................................................... 12
b) Saran ........................................................................................................... 13

Daftar Pustaka

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Secara menyolok aktivitas seorang mahasiswa setiap hari sebenarnya berkisar


pada persoalan kosa kata. Sepanjang hari ia harus mengikuti perkuliahan atau
membuat soal-soal ujian, menulis karya-karya tulis atau skripsi; pada waktu istirahat
ia harus bertukar pikiran dengan kawan mahasiswanya atau berkonsultasi dengan
para dosen. Malam hari, ia harus mempelajari lagi bahan-bahan kuliah, baik dari
catatan-catatannya maupun dari buku-buku yang diwajibkan atau yang dianjurkan.
Bila ia seorang yang rajin ia masih menyisihkan waktu untuk membaca majalah-
majalah ilmiah, artikel-artikel dalam mingguan, bulanan, dan surat kabar. Melalui
semua aktivitas itu, kata beserta gagasannya seolah-olah membanjiri masuk satiap
saat ke dalam benaknya. Ia harus membuka hatinya lebar-lebar untuk menerima
semua itu. Mengabaikan sebagian kecil saja, berarti ia akan ketinggalan dari kawan-
kawannya.
Seiring seorang mahasiswa harus mengutuk dirinya karena dalam menghadapi
soal-soal ujian ia mengetahui gagasannya, tetapi tidak mengetahui kata atau
istilahnya. Atau sebaliknya, ia mengetahui kata atau istilahnya, tetapi tidak
mengetahui gagasan yang didukungnya. Sebab itu, kedua aspek itu, kata dan gagasan
sama pentingnya. Keduanya harus diketahui dan dikuasai.
Tidak dapat disangkal bahwa dalam penggunaan kosa kata adalah bagian yang
sangat penting dalam dunia perguruan tinggi. Prosesnya mungkin lamban dan sukar,
tapi orang akan merasa lega dan puas sebab tidak akan sia-sia semua jerih payah yang
telah diberikan. Manfaat dari kemampuan yang diperolehnya itu akan lahir dalam
bentuk penguasaan terhadap pengertian-pengertian yang tepat bukan sekedar

3
mempergunakan kata-kata yang hebat tanpa isi. Dengan pengertian-pengertian yang
tepat itu, kita dapat pula menyampaikan pikiran kita secara sederhana dan langsung.
Mereka yang luas kosa katanya akan memiliki pula kemampuan yang tinggi
untuk memilih setepat-tepatnya kata mana yang paling harmonis untuk mewakili
maksud atau gagasannya. Secara populer orang akan mengatakan bahwa kata meneliti
sama artinya dengan kata menyelidiki, mengamati, dan menyidik. Karena itu, kata-
kata turunannya seperti penelitian, penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan adalah
kata yang sama artinya atau merupakan kata yang bersinonim. Mereka yang luas kosa
katanya menolak anggapan itu. Karena tidak menerima anggapan itu, maka mereka
akan berusaha untuk menetapkan secara cermat kata man yang harus dipakainya
dalam sebuah konteks tertentu. Sebaliknya yang miskin kosa katanya akan sulit
menemukan kata lain yang lebih tepat, karena ia tidak tahu bahwa ada kata lain yang
lebih tepat dan karena ia tidak tahu bahwa ada perbedaan antara kata-kata yang
bersinonim itu. Maka atas dasar tersebutlah kita sebagai mahasiswa yang baik
hendaknya mengetahui dan memahami bagaimana penggunaan pilihan kata yang
tepat dan cermat dalam konteks yang tepat pula.

B. TUJUAN PENULISAN

Dengan dibuatnya makalah ini penulis berharap informasi yang terdapat pada
makalah ini dapat berguna bagi penulis dan para pembaca.
Adapuntujuandari penulisan ini adalah :
1. Untukmenambahilmupengetahuantentangbagaimanatatacaradalampenyusunan
/ pembuatan sebuah makalah yang baik dan benar.
2. Makalahinidapatdijadikan media
untukmenambahilmupengetahuanparamahasiswa/i Stikom Dinamika Bangsa
Jambi.
3. Sebagai modul pembelajaran bagi mahasiswa/i dari mata kuliah Bahasa
Indonesia pembahasan mengenai Diksi atau Pilihan Kata.

4
C. RUANG LINGKUP

Adapun ruang lingkup dalam pembahasan makalah ini meliputi pengertian diksi
atau pilihan kata, syarat-syarat ketepatan diksi, gaya bahasa dan idiom.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DIKSI ATAU PILIHAN KATA

Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata
tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atauwacana.Pemilihan kata dapat
dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau
bermiripan.Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang tepat, melainkan juga
memilih kata yang cocok.Cocok dalam arti sesuai dengan konteks di mana kata itu
berada, dan maknanya tidal bertentangan dengan yang nilai rasa masyarakat
pemakainya.
Diksi adalah ketepatan pilihan kata.Penggunaan ketepatan pilihan kata
dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan
mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara
aktif yang dapa tmengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu
mengkomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.

Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep,


pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi
antara lain :
a) Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.

5
b) Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
c) Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
d) Mencegah perbedaan penafsiran.
e) Mencagah salah pemahaman.
f) Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

B. SYARAT-SYARAT KETEPATAN DIKSI

Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang


sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan
oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha
secermat mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut. Ketepatan
tidak akan menimbulkan salah paham.

Selainpilihan kata yang tepat, efektivitaskomunikasimenuntutpesyaratan yang


harus di penuhiolehpenggunabahasa, yaitukemampuanmemilih kata yang
sesuaidengantuntutankomunikasi.

Adapun syarat-syarat ketepatanpilihankata adalah :


1. Membedakansecara cermat denotasi dan konotasi.
Denotasi ialah kata yang bermakna lugas atau tidak bermakna ganda. Sedangkan
konotasi ialah kata yang dapat menimbulkan bermacam-macam makna.
Contoh :
Bunga eldeweis hanya tumbuh ditempat yang tinggi. (Denotasi)
Sinta adalah bunga desa di kampungnya. (Konotasi)

2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.

6
Contoh:
Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha?
Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubah peraturan
yang selama ini memberatkan pengusaha.
3. Membedakan kata-kata yang mirip ejaannya.
Contoh:
Intensif insensif
Karton kartun
Korporasi koperasi
4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri,
jika pemahaman belum dapat dipastikan.
Contoh :
Modern : canggih (secara subjektif)
Modern : terbaru atau muktahir (menurut kamus)
Canggih : banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya
intelektual (menurut kamus)

5. Waspada terhadap penggunaan imbuhan asing.


Contoh :
Dilegalisir seharusnya dilegalisasi.
Koordinir seharusnya koordinasi.

6. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.


Contoh :
Pasangan yang salah Pasangan yang benar
antara ..... dengan .... antara .... dan .....
tidak ..... melainkan ..... tidak ..... tetapi .....
baik ..... ataupun ..... baik ..... maupun .....
bukan ..... tetapi ..... bukan ...... melainkan .....

7
7. Membedakan kata umum dan kata khusus secara cermat.
Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang
luas bidang lingkupnya. Sedangkan kata khusus adalah kata yang mengacu kepada
pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret.
Contoh :
Kata umum : melihat
Kata khusus : melotot, membelak, melirik, mengintai, mengamati,
mengawasi, menonton, memandang, menatap.
8. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah
dikenal.
Contoh :
Isu (berasal dari bahasa Inggris issue) berarti publikasi, perkara.
Isu (dalam bahasa Indonesia) berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya,
kabar angin, desas-desus.

9. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofon, dan


berhomograf.
Sinonim adalah kata-kata yang memiliki arti sama.
Homofon adalah kata yang mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan, dan
berbeda makna.
Homograf adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan berbeda
makna.
Contoh :
Sinonim : Hamil (manusia) Bunting (hewan)
Homofon : Bank (tempat menyimpan uang) Bang (panggilan kakak laki-
laki)
Homografi : Apel (buah) Apel (upacara)

10. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat.

8
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan kata konkret
mempunyai referensi objek yang diamati.
Contoh :
Kata abstrak
Kebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan sifat terpuji.
Kata konkret
APBN RI mengalami kenaikkan lima belas persen.

C. GAYA BAHASAdan IDIOM

Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah
cara penutur mengungkapkan maksudnya. Banyak cara yang dapat dipakai untuk
mengungkapkan maksud. Ada cara yang memakai perlambang (majas metafora,
personifikasi) ada cara yang menekankan kehalusan (majas eufemisme, litotes) dam
masih banyak lagi majas yang lainnya. Semua itu pada prinsipnya merupakan corak
seni berbahasa untuk menimbulkan kesan tertentu bagi mitra komunikasi kita
(pembaca/pendengar).

Sebelum menampilkan gaya tertentu ada enam faktor yang mempengaruhi


tampilan bahasa seorang komunikator dalam berkomunikasi dengan mitranya, yaitu :

a) Cara dan media komunikasi : lisan atau tulisan, langsung atau tidak
langsung, media cetak atau media elektronik.
b) Bidang ilmu : filsafat, sastra, hukum, teknik, kedokteran, dll.
c) Situasi : resmi, tidak resmi, setangah resmi.
d) Ruang atau konteks : seminar, kuliah, ceramah, pidato.
e) Khalayak : dibedakan berdasarkan umur (anak-anak, remaja, dewasa, orang
tua); jenis kelamin (laki-laki, perempuan); tingkat pendidikan dan status sosial
(rendah, menengah, tinggi).

9
f) Tujuan : membangkitkan emosi, diplomasi, humor, informasi.

GAYA BAHASA BERDASARKAN PILIHAN KATA

Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat
dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya
penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat.
Dengan kata lain, gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam
menghadapi situasi-situasi tertentu.
Dalam bahasa standar (bahasa baku) dapatlah dibedakan menjadi :
a. Gaya Bahasa Resmi
Gaya bahasa resmi adalah gaya bahasa dalam bentuknya yang lengkap, gaya
yang dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan
oleh mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Gaya
bahasa resmi biasa kita jumpai dalam penyampaian amanat kepresidenan, berita
negara, khotbah-khotbah mimbar, tajuk rencana, pidato-pidato yang penting, artikel-
artikel yang serius atau esai yang memuat subyej-subyek yang penting, semuanya
dibawakan dengan gaya bahasa resmi.

Contoh dalam pembukaan UUD 1945,


Bahwa sesungguhnya kemerdekaan ini ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagai dengan seelamat sentausa mengantarkan rakyat
Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur. ...(selanjutnya)

b. Gaya Bahasa Tak Resmi

10
Gaya bahasa tak resmi juga merupakan gaya bahasa yang dipergunakan dalam
bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau
kurang formal. Gaya bahasa ini biasanya dipergunakan dalam karya-karya tulis,
buku-buku pegangan, artikel-artikel mingguan atau bulanan yang baik, dalam
perkuliahan, dan sebagainya. Singkatnya gaya bahasa tak resmi adalah gaya bahasa
yang umum dan normal bagi kaum terpelajar.
Contoh :
Sumpah pemuda yang dicetuskan pada tanggal 28 Oktober 1928 adalah
peristiwa nasional, yang mengandung benih nasionalisme. Sumpah Pemuda
dicetuskan pada zaman penjajahan. Nasionalisme pada zaman penjajahan
mempunyai watak khusus yakni anti penjajahan. Peringatan kepad Sumpah Pemuda
sewajarnya berupa usaha merealisasikan gagasan-gagasan Sumpah Pemuda.
o Gaya Bahasa Percakapan
Dalam gaya bahasa percakapan, pilihan katanya adalah kata-kata populer dan
kata-kata percakapan. Kalau dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan tak resmi,
maka gaya bahasa percakapan ini dapat diumpamakan sebagai bahasa dalam pakaian
sport. Itu berarti bahasanya masih lengkap untuk suatu kesempatan, dan masih
dibentuk menurut kebiasaan-kebiasaan, tetapi kebiasaan ini agak longgar bila
dibandingkan dengan kebiasaan pada gaya bahasa resmi dan tak resmi.
Contoh berikut adalah hasil rekaman dari sebuah diskusi dalam seminar
Bahasa Indonesia tahun 1996 di Jakarta :
Pertanyaan yang pertama, di sini memang sengaja saya tidak membedakan antara
istilah jenis kata atau word classes atau parts of speech. Jadi ketiganya saya artikan
sama di sini. Maksud saya ialah kelas-kelas kata, jadi penggolongan kata, dan hal itu
tergantung kepada dari mana kita melihat dan dasar apa yang kita pakai untuk
menggolongkannya. .......(selanjutnya)

IDIOM

11
Menurut Moeliono, Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara
langsung dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya. Sedangkan menurut Badudu, idiom
adalah bahasa yang teradatkan. Oleh karena itu, setiap kata yang membentuk idiom
berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.

Walaupun dengan prinsip ekonomi bahasa, salah satu unsurnya tidak boleh
dihilangkan. Setiap idiom sudah tepatri sedemikian rupa sehingga para pemakai
bahasa mau tidak mau harus tunduk pada aturan pemakaiannya. Sebagian besar idiom
yang berupa kelompok kata, misalnya gulung tikar, adu domba, muka tembok tidak
boleh dipertukarkan susunannya menjadi *tikar gulung, *domba adu, *tembok muka
karena ketiga kelompok kata yang terakhir itu bukan idiom.

BAB III
PENUTUP

D. SIMPULAN

Dari pembahasan yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan menjadi beberapa


poin penting yaitu :

1. Diksi atau pilhan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa makna
dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk
yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat
pendengar.
2. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar
kosa kata atau perbendaharaan kata itu.
3. Diksi berfungsi sebagai alat agar tidak terjadi kesalahpahaman antara pembaca atau
penulis terhadap pendengar atau pembaca dalam berkomunikasi.
4. Diksi memiliki beberapa syarat-syarat ketepatan agar menimbulkan imajinasi yang
sesuai antara pembicara dan pendengar.

12
5. Fungsi diksi secara umum ialah agar masyarakat dapat berkomunikasi dengan baik
dan benar agar terhindar dari salah penafsiran dan kesalahpahaman antara
pembicara/penulis dengan pendengar/pembaca.
6. Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara penutur
mengungkapkan maksudnya.
7. Gaya bahasa menurut pilihan kata dalam bahasa standar (bahasa baku) terbagi
menjadi 3 jenis yaitu : Gaya bahasa resmi, gaya bahasa tak resmi dan gaya bahasa
percakapan.

DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia. 2006.


Hs, Widjono. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengenmbangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo. 2007
www.Blogspot.com

www.google.com

13

Anda mungkin juga menyukai