Laporan Praktikum Biofarmasi - Farmakokin
Laporan Praktikum Biofarmasi - Farmakokin
Kelompok : 4B
Tanggal praktikum: 31 Desember 2013
Tanggal pengumpulan : 07 Januari 2013
I. Tujuan Percobaan
Dapat mengetahui dan memahami prinsip dan cara menentukan profil
farmakokinetika sediaan oral pada tikus.
2. Distribusi.
Obat setelah diabsorpsi akan tersebar melalui sirkulasi darah ke seluruh
badan dan harus melalui membran sel agar tercapai tepat pada efek aksi.
Molekul obat yang mudah melintasi membran sel akan mencapai semua cairan
tubuh baik intra maupun ekstra sel, sedangkan obat yang sulit menembus
membran sel maka penyebarannya umumnya terbatas pada cairan ekstra sel
(Shargel & Yu, 1988).
Kadang-kadang beberapa obat mengalami kumulatif selektif pada
beberapa organ dan jaringan tertentu, karena adanya proses transport aktif,
pengikatan dengan zat tertentu atau daya larut yang lebih besar dalam lemak.
Kumulasi ini digunakan sebagai gudang obat (yaitu protein plasma, umumnya
albumin, jaringan ikat dan jaringan lemak) (Shargel & Yu, 1988).
Selain itu ada beberapa tempat lain misalnya tulang , organ tertentu, dan
cairan transel yang dapat berfungsi sebagai gudang untuk beberapa obat tertentu.
Distribusi obat kesusunan saraf pusat dan janin harus menembus sawar khusus
yaitu sawar darah otak dan sawar uri.Obat yang mudah larut dalam lemak pada
umumnya mudah menembusnya (Shargel & Yu, 1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses distribusi, yaitu :
a. Perfusi darah melalui jaringan
b. Kadar gradien, pH dan ikatan zat dengan makro molekul
c. Partisi ke dalam lemak
d. Transport aktif
e. Sawar, seperti sawar darah otak dan sawar plasenta, sawar darah cairan
cerebrospinal
f. Ikatan obat dan protein plasma.
(Katzung, 2004).
3. Metabolisme
Tujuan metabolisme obat adalah pengubahannya yang sedemikian rupa
hingga mudah diekskresi ginjal,dalam hal ini menjadikannya lebih hidrofil. Pada
umumnya obat dimetabolisme oleh enzim mikrosom di retikulum endoplasma
sel hati. Pada proses metabolisme molekul obat dapat berubah sifat antara lain
menjadi lebih polar. Metabolit yang lebih polar ini menjadi tidak larut dalam
lemak sehingga mudah diekskresi melalui ginjal. Metabolit obat dapat lebih aktif
dari obat asal (bioaktivasi), tidak atau berkurang aktif (detoksifikasi atau bio-
inaktivasi) atau sama aktifitasnya.Proses metabolisme ini memegang peranan
penting dalam mengakhiri efek obat(Shargel & Yu, 1988).
Hal-hal yang dapat mempengaruhi metabolisme (Katzung, 2004):
a. Fungsi hati, metabolisme dapat berlangsung lebih cepat atau lebih lambat,
sehingga efek obat menjadi lebih lemah atau lebih kuat dari yang kita
harapkan.
b. Usia, pada bayi metabolismenya lebih lambat.
c. Faktor genetik (turunan), ada orang yang memiliki faktor genetik tertentu
yang dapat menimbulkan perbedaan khasiat obat pada pasien.
d. Adanya pemakaian obat lain secara bersamaan, dapat mempercepat
metabolisme (inhibisi enzim).
4. Ekskresi.
Pengeluaran obat atau metabolitnya dari tubuh terutama dilakukan oleh
ginjal melalui air seni, dan dikeluarkan dalam bentuk metabolit maupun bentuk
asalnya.disamping ini ada pula beberapa cara lain, yaitu (Katzung, 2004).:
Kulit, bersama keringat.
Paru-paru, dengan pernafasan keluar, terutama berperan pada anestesi
umum, anestesi gas atau anestesi terbang.
Hati, melalui saluran empedu, terutama obat untuk infeksi saluran empedu.
Air susu ibu, misalnya alkohol, obat tidur, nikotin dari rokok dan alkaloid
lain. Harus diperhatikan karena dapat menimbulkan efek farmakologi atau
toksis pada bayi.
Usus, misalnya sulfa dan preparat besi.
E. Parasetamol
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non
narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di
Sistem Syaraf Pusat (SSP). Parasetamol digunakan secara luas di
berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-
antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat
flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas (Darsono, 2002).
Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit
fenasetin dan telah digunakan sejak tahun 1893.Parasetamol
(asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak
mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta
peradangan lambung(Katzung, 2004).
Hal ini disebabkan Parasetamol bekerja pada tempat yang
tidak terdapat peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit
yang melepaskan peroksid sehingga efek anti inflamasinya tidak
bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang,
seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain
(Katzung, 2004).
Parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik
sama dengan asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak
seperti Asetosal, Parasetamol tidak mempunyai daya kerja antiradang,
dan tidak menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung. Sebagaiobat
antipiretika, dapat digunakan baik Asetosal, Salsilamid maupun
Parasetamol. Diantara ketigaobat tersebut, Parasetamol mempunyai efek
samping yang paling ringan dan aman untuk anak-anak.
Untuk anak-anak di bawah umur dua tahun sebaiknya digunakan
Parasetamol, kecuali ada pertimbangan khusus lainnya dari dokter.
Dari penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahawa kombinasi
Asetosal dengan Parasetamol bekerja lebih efektif terhadap demam
daripada jika diberikan sendiri-sendiri (Sartono, 1996).
Hewan Uji
Tikus jantan putih
IV. Prosedur
a. Pembuatan sediaan suspensi parasetamol
- Sediaan suspensi parasetamol 50 mg/mL dibuat yang mengandung CMC-
Na 0,5%, propilenglikol 0,2% dan sirupus simpleks hingga 60 mL.
b. Pembuatan kurva baku parasetamol
- Parasetamol 7,5% ditimbang, kemudian dimasukkan kedalam labu ukur.
- Ditambahkan NaOH 25 mL dan aquadest 50 mL, kemudian dikocok 15
menit.
- Ditambahkan aquadest hingga 100 mL.
- Masing-masing dipipet dengan konsentrasi konsentrasi 0,5; 0,75; 1; 1,25;
1,5 mL, kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL.
- NaOH 10 ml ditambahkan, kemudiaan ditambahkan aquadest hingga 10
mL.
c. Pemberian obat pada tikus
- Obat parasetamol diberikan pada tikus setelah dipuasakan 5 jam, obat
diberikan secara oral
d. Pengambilan darah
- Sampel darah diambil dari bagian ekor tikus setelah pemberian obat
sebanyak 0,5 ml pada menit ke- 15; 30; 60. 90; 120.
- Darah yang didapat disentrifugasi pada kecepatan 4000 rpm selama 15
menit.
- Supernatan dipipet sebanyak 0,5 mL, kemudian diencerkan dengan
campuran metanol : asam aseat 1% (80:20). Disentrifugasi kembali pada
kecepatam 4000 rpm selama 15 menit.
- Supernatan dipipet sebanyak 0,5 mL, kemudian ditambahkan NaOH 0,5
mL.
- Kadar parasetamol dianalisis dengan spektrofotometer uv-vis.
- Perhitungan menentukan kadar parasetamol.
e. Tentukan persamaan dan parameter farmakokinetiknya
Waktu Absorbansi
(menit) Tikus I Tikus II
15 0,851 0,872
30 0,333 0,235
60 0,375 0,361
90 0,876 0,288
b. Perhitungan
Kurva Kalibarasi
Konsentrasi ln C
Volume Absorbansi
(mg/mL)
0,5 3,75 0,263 1,32
0,75 5,625 0,395 1,73
1 7,5 0,523 2,01
1,25 9,375 0,672 2,24
1,5 11,25 0,79 2,42
Grafik Kurva Kalibrasi
0.9
0.8 y = 0.071x - 0.0038
0.7 R = 0.9991
0.6
Absorbansi
0.5
0.4 Y-Values
0.3
Linear (Y-Values)
0.2
0.1
0
0 5 10 15
Konsentrasi
1.5
1 Y-Values
0
0 20 40 60 80 100
waktu (menit)
Regresi linier antara ln C ( t : 60, 90) dengan t (waktu)
y = 3,37 + 0,016x
Intersep B = 29,08
Konstanta eliminasi = 0,016
r2= 1
2 y = -0.0167x + 3.37
R = 1
konsentrasi
1.5
1 Y-Values
Linear (Y-Values)
0.5
0
0 50 100
waktu (menit)
Waktu C
Absorbansi Konsentrasi Ekstrapolasi C residual
(menit) (g/mL)
15 0,851 10,46 y = 3,37 + 0,016(15) = 3,61 6,85
30 0,333 6,136 y = 3,37 + 0,016(30) = 3,85 2,28
1.5
1 y = -0.0733x + 3.02 Y-Values
0.5 R = 1
Linear (Y-Values)
0
0 10 20 30 40
waktu (menit)
Parameter Farmakokinetik:
[Cp = 20,49 e-0,073t 29,08e-0,016t]
2
y = -0.0054x + 2.1714
konsentrasi
1.5 R = 0.3361
1 Y-Values
Linear (Y-Values)
0.5
0
0 50 100
waktu
Regresi linier antara ln C ( t : 60, 90) dengan t (waktu)
y = 2,05 + 0,003x
Intersep B = 7,768
Konstanta eliminasi = 0,003
1.8
y = -0.0033x + 2.05 Y-Values
1.75
R = 1 Linear (Y-Values)
1.7
0 50 100
Axis Title
Waktu C
Absorbansi Konsentrasi Ekstrapolasi C residual
(menit) (g/mL)
15 0,361 10,64 y = 2,05 + 0,003(15) = 2,09 8,55
30 0,288 5,32 y = 2,05 + 0,003(30) = 2,14 3,18
2
konsentrasi
1.5
y = -0.0653x + 3.12
1 R = 1 Y-Values
0
0 10 20 30 40
waktu
Parameter Farmakokinetik:
[Cp = 22,87 e-0,066t 7,768 e-0,003]
VI. Pembahasan
Pada praktikum biofarmasi-farmakokinetik kali ini (Selasa, 31 Desember
2013) kami melakukan percobaan farmakokinetika sediaan oral. Percobaan kali
ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami prinsip dan cara menentukan
profil farmakokinetika sediaan oral pada tikus.
Pada sediaan oral (suspensi parasetamol) yang kita berikan pada tikus
terjadi proses farmakokinetika meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme dan
eliminasi. Yang dimaksud absorpsi atau penyerapan zat aktif adalah masuknya
molekul-molekul obat ke dalam tubuh atau menuju ke peredaran darah tubuh
setelah melewati sawar biologik. Penyerapan ini hanya dapat terjadi bila molekul
zat aktif dalam bentuk terlarut. (Aiache, 1993, Halaman 8). Oleh karena itu
parasetamol dibuat dalam bentuk suspensi agar mudah diabsorbsi oleh tubuh.
Kemudian terjadi proses distribusi. Pada tahap ini zat aktif tersebut
(parasetamol) akan disebarkan ke seluruh bagian tubuh dan kemudian disalurkan
ke tempat kerjanya. (Aiache, 1993, Halaman 9).
Kemudian terjadi proses metabolisme adalah proses perubahan senyawa
obat sehingga lebih mudah larut dalam air dalam organisme dan biasanya terjadi
di dalam hati. Sehingga obat menjadi aktif dan dapat dieksresikan melalui
saluran eksresi. (Mutschler, 1991, Halaman 20).
Pada beberapa individu absorbsi obat setelah dosis oral tunggal tidak
terjadi dengan segera, sehubungan dengan faktor-faktor fisiologik seperti waktu
pengosongan lambung dan pergerakan usus. Penundaan waktu absorbsi sebelum
permulaan absorbsi obat orde kesatu terjadi terkenal sebagai lag time. (Shargel,
2012, Halaman 146).Lag time untuk suatu obat dapat diamati jika dua garis
residual yang diperoleh dengan cara residual kurva kadar plasma absorpsi obat
waktu berpotongan pada suatu titik setelah t=0 pada sumbu x. Waktu pada titik
perpotongan pada sumbu x merupakan lag time. Lag time t=0 menyatakan
permulaan absorpsi obat yang menyatakan waktu yang diperlukan obat untuk
mencapai konsentrasi efektif minimum. (Shargel, 2012, Halaman 146).
Lag time ini akan dihilangkan dengan digunakannya persamaan Cp = Be
Kt
Ae Kat . Dimana A dan B intersep pada sumbu y setelah ekstrapolasi garis-
garis residual berturut-turut untuk absorpsi dan eliminasi. (Shargel, 2012,
Halaman 147).
VII. Kesimpulan
1. Sediaan oral suspensi parasetamol mengikuti orde kesatu. Pada orde ke satu
dianggap bahwa pada saat diabsorpsi obat tidak sepenuhnya sampai di saluran
sistemik.
2. Parameter farmakokinetikanya meliputi konstanta laju absorbsi, konstanta laju
eliminasi, fraksi obat terabsorpsi secara sistemik, dan volume distribusi.
3. Obat dibuat dalam bentuk sediaan suspensi karena parasetamol memiliki
kelarutan yang kecil di dalam air (70 bagian air) dan rasanya pahit, oleh
karena itu dalam formulanya digunakan CMC Na (suspending agent),
propilenglikol (pembawa) dan sirupus simpleks (pemanis).
4. Proses farmakokinetiknya meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme dan
eksresi. (ADME).
Daftar Pustaka