Anda di halaman 1dari 13

Bisnis, Lingkungan Hidup dan Etika

Materi 11

A. Hubungan Manusia dengan Alam


Masalah lingkungan hidup menimbulkan suatu cabang filsafat baru yang
berkembang dengan cepat yaitu filsafat lingkungan hidup. Salah satu ciri khas
sikap manusia modern adalah usahanya untuk menguasai dan menaklukkan alam.
Alam dipandang sebagai binatang buas yang perlu dijinakkan oleh manusia.
Tujuan itu dibantu dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekarang perlu
disadari bahwa hubungan manusia dengan alam tidak dapat dipisahkan apalagi
bertentangan dengan alam karena ia termasuk alam itu sendiri seperti setiap
makhluk hidup lainnya. Pandangan manusia modern dengan alam adalah
antroposentris karena menempatkan manusia pada pusatnya. Pandangan baru yang
kita butuhkan bila kita ingin mengatasi masalah lingkungan hidup maka harus
bersikap ekosentris di mana menempatkan alam dalam pusatnya.
Hubungan manusia dengan alamnya mengandung beberapa aspek, antara
lain manusia tidak lepas dari interaksinya bersama sesama manusia juga dengan
hewan, tumbuhan, lingkungan / alam. Aspek-aspek tersebut sangat berarti bagi
manusia, dan manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, tanpa
bantuan di sekitar lingkungan hidupnya. Karena manusia adalah makhluk termulia
di bumi ini, maka segala sesuatu memang disediakan untuknya. Di antara tugas
manusia, yaitu memanfaatkan alam dan tenaga yang dikandungnya guna
memenuhi keperluan dan kebutuhannya dan juga teman-temannya. Hubungan
manusia terhadap alam adalah sebagai pemanfaat, dan bukan sebagai saingan.
Dalam konsep kemakhlukan ini manusia memperoleh konsesi dari Yang Maha
Penciptanya untuk memperlakukan alam sekitarnya dengan dua macam tujuan:
1. Pendayagunaan, baik dalam arti mengkonsumsi langsung maupun dalam arti
memproduksi.
(mengambil pelajaran) terhadap fenomena yang terjadi dari hubungan antara
manusia dengan alam sekitarnya, maupun hubungan antara alam itu sendiri
(ekosistem), baik yang berakibat konstruktif (ishlh) maupun yang berakibat
destruktif (ifsd).

B. Permasalahan Utama Lingkungan Hidup


Problematika sekitar lingkungan hidup baru mulai disadari sepenuhnya dalam
tahun 1960-an. Sekaligus disadari pula bahwa permasalahan itu secara langsung
maupun tidak langsung disebabkan oleh bisnis modern, khususnya akibat
berproduksi dalam industri yang berlandaskan ilmu dan teknologi maju.
Bagaimana tidak, cara berproduksi besar-besaran dalam industri modern dulu
mengandaikan begitu saja dua hal yang sekarang diakui sebagai kekeliruan besar.
Pertama, bisnis modern mengandaikan bahwa komponen-komponen lingkungan
seperti air dan udara merupakan bagian umum, sehingga boleh dipakai seenaknya.
Kedua, diandaikan pula bahwa sumber daya alam seperti air dan udara itu tak
terbatas.
Pada zaman kita, masalah lingkungan hidup sua mencapai suatu taraf global.
Terutama ada enam problem yang dengan jelas menunjukkan dimensi global itu:
akumulasi bahan beracun, efek rumah kaca, perusakan lapisan ozon, hujan asam,
deforestasi dan penggurunan, dan kematian bentuk-bentuk kehidupan.1[6] Lebih
rincinya sebagai berikut:
1. Akumulasi bahan beracun, adalah bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses
produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun karena sifat (toxicity,
framability, reactivity, dan corrosivity) dengan jumlah yang banyak dan secara
langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan.
2. Efek rumah kaca, adalah naiknya suhu permukaan bumi. Panas yang diterima
bumi karena penyinaran matahari terhalang oleh partikel-partikel gas yang
dilemparkan dalam atmosfer oleh ulah manusia, sehingga tidak bisa keluar.
3. Perusakan lapisan ozon, O3 (ozon) memiliki peranan penting dalam melindungi
kehidupan terhadap sinar ultraviolet dari matahari. Rupanya 80 persen penyinaran
ultra violet dari matahari disaring olehnya. Kerusakan lapisan ozon
mengakibatkan radiasi ultraviolet dari matahari bisa mencapai permukaan bumi,
yang akan membawa pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kehidupan manusia
pada umumnya di bumi. Perusakan lapisan ozon disebabkan beberapa sebab yang
berbeda, namun yang paling berpengaruh adalah pelepasan bahan CFC
(Clorofluorocarbon) ke dalam udara.
4. Hujan asam, adalah asam dalam emisi industri bergabung dengan air hujan yang
mencemari daerah yang luas, merusak hutan dan pohon pohon lain, mencemari air
danau, merusak gedung gedung, dan sebagainya. Bagi manusia hujan asam bisa
mengakibatkan gangguan saluran pernapasan dan paru paru.
5. Deforestasi dan penggurunan, Penggunaan kayu untuk berbagai keperluan telah
mendorong penebangan hutan secara tak terkendali, yang mengakibatkan hutan
semakin cepat berkurang, termasuk hutan tropis yang menghasilkan kayu kayu
yang berkualitas tinggi. Penebangan hutan (deforestation) secara besar besaran
mempunya dampak penting atas lingkungan hidup, karena dengan demikian maka
salah satu fungsi hutan, yakni meresap karbon dioksida yang disebabkan oleh
pembakaran bahan bakar fosil (industri, kendaraan bermotor)- suatu penyebab
penting terjadinya efek rumah kaca- menjadi terancam. Erosi tanah dapat
mengakibatkan juga meluasnya penggurunan (desertification), khususnya di
negara negara di sekitar gurun sahara diperkirakan merambat ke arah selatan jauh
400 kilometer. Di banyak kota besar di seluruh dunia, termasuk juga Indonesia ,
tingkatan air tanah menurun terus karena dipompa oleh industri , hotel hotel dan
rumah tangga untuk berbagai keperluan. penggunaan dan pemborosan air yang
semakin tak terkendali telah mengakibatkan kualitas tanah semakin menurun.
6. Keanekaan hayati, adalah jenis jenis kehidupan (species) yang ada di bumi, yang
memiliki makna yang sangat penting untuk segala aspek kehidupan manusia,
seperti makanan, obat-obatan, dan sebagainya. Salah satu akibat besar dari
kerusakan lingkungan adalah kepunahan semakin banyak spesies hidup. Dan
spesies hidup yang punah sekarang akan hilang lenyap dari muka bumi untuk
selamanya. Yang memiliki andil besar terhadap kemusnahan tersebut adalah
penggunaan pestisida dan herbisida yang semakin intens. Hutan di banyak
kawasan daerah Indonesia telah berubah menjadi lahan pertanian dan perkebunan,
sebagian menjadi terlantar karena ditinggalkan dalam keadaan rusak oleh
penebang liar yang tidak bertanggung jawab terjadinya erosi tanah dan banjir
besar yang menelan korban jiwa dan harta benda.

C. Lingkungan Hidup dan Ekonomi


1. Lingkungan hidup sebagai the Common
Sebelumnya kita sudah melihat bahwa bisnis modern mengandaikan begitu saja
status lingkungan hidup sebagai ranah umum. Dianggapnya di sini tidak ada
pemilik dan tidak ada kepentingan pribadi. Tetapi, kita lihat juga pengandaian ini
adalah keliru. Sering kali the commons adalah padang rumput yang dipakai oleh
semua penduduk kampung sebagai tempat untuk mengembala ternaknya. Dalam
zaman modern, dengan bertambahnya penduduk, sistem ini tidak bisa
dipertahankan lagi dan ladang umum itu di privitasi dengan menjualnya kepada
penduduk perorangan. Bagai masyarakat bersangkutan kejadian ini merupakan
suatu perubahan sosial ekonomi besar, antara lain karena menjadi awal mula
kepemilikan tanah dalam kuantitas besar oleh orang kaya (the landlords). The
tragedy of the commons dapat dipandang sebagai kebalikannya dari the invisible
And menurut Adam Smith. Smith berpendapat bahwa kemakmuran umum dengan
sendirinya akan terwujud, jika semua orang mengejar kepentingan diri di pasar
bebas. Tetapi jika semua orang mengejar kepentingan diri masing-masing dalam
konteks lingkungan hidup, tidak akan dihasilkan kemakmuran umum, melainkan
justru kehancuran bersama.
2. Lingkungan hidup tidak lagi eksternalitas, mau tidak mau, perlu kita akui,
lingkungan hidup dan komponen-komponen di dalamnya tetap terbatas, walaupun
barangkali tersedia dalam kuantitas besar. Sumber daya alam pun ditandai
kelangkaan. Jika para peminat berjumlah besar, maka air, udara, dan komponen-
komponen lingkungan hidup lain menjadi barang langka dan karena itu tidak bisa
dipakai lagi dengan gratis. Karena sumber daya alam pun merupakan barang
langka dan harus diberi suatu harga ekonomis, komponen-komponen lingkungan
hidup itu tidak lagi merupakan eksternalitas untuk ekonomi.
3. Pembangunan berkelanjutan, Jika krisis lingkungan dipertimbangkan dengan
serius, bagi ekonomi masih ada suatu konsekuensi lain yang sulit dihindari.
Ekonomi selalu menekankan perlunya pertumbuhan. Ekonomi yang sehat adalah
ekonomi yang tumbuh. Selanjutnya semakin disadari bahwa penghabisan sumber
daya alam barangkali masih dapat diimbangi dengan ditemukannya teknologi
baru. Karena itu penghabisan sumber daya alam tidak merupakan masalah hidup
atau mati. Masalah yang lebih mendesak adalah kerusakan lingkungan hidup yang
sangat memperihatinkan. Yang secara mutlak harus dibatasi adalah tekanan
semakin besar pada sistem-sistem ekologis karena efek-efek negatif dari kegiatan
manusia. Kapasitas alam untuk menampung tekanan dari polusi udara dan air,
degradasi tanah, dan sebagainya tidak diimbangi dengan teknologi baru.

D. Tantangan Globalisasi dalam Pelestarian Lingkungan


Globalisasi layaknya seperti keping uang logam, yang memiliki 2 sisi yang
sangat bertolak belakang satu sama lain. Globalisasi di satu sisi memberikan
dampak positif dan di sisi lain memberikan dampak negatif. Dan salah satu dari
dampak negatif globalisasi berimbas pada masalah lingkungan. Ada serangkaian
proses yang harus dilewati untuk menuju pada tahap perusakan lingkungan akibat
globalisasi, yang pada umumnya terjadi di negara-negara berkembang. Dengan
semakin menipisnya batas-batas negara karena doktrin kepahaman globalisasi
yang menuntut setiap negara jika hendak menjadi negara maju, maka harus
membuka selebar-lebarnya terhadap bantuan-bantuan dan kerja sama dengan
pihak asing, maka hal inilah yang kemudian menjadi pintu masuk bagi para
investor-investor asing untuk berlomba masuk dan menanamkan sahamnya di
negara-negara berkembang. Sehingga kemudian menginisiasi maraknya
industrialisasi, privatisasi, serta deregulasi di negara-negara berkembang.
Dalam dunia industri, bahan mentah adalah salah satu hal penting untuk
menjalankan suatu roda perindustrian. Dan bahan-bahan mentah ini, banyak
ditemukan di negara-negara berkembang yang memang dalam segi geografinya
berada pada jalur lintang dan bujur yang subur. Namun, negara berkembang
terkendala dalam melakukan pengelolaan akan sumber daya alam yang melimpah
tersebut akibat keterbatasan modal dan teknologi yang dimilikinya. Sehingga
negara-negara berkembang membutuhkan suntikkan dana dan jasa dari negara-
negara maju. Adapun bentuknya bisa berupa hutang, pinjaman, ataupun hibah.
Namun sangat disayangkan bahwa berbagai bantuan dana dalam bentuk
pinjaman maupun hibah oleh negara maju tersebut sebagian besar digunakan
untuk membeli teknologi-teknologi dari negara maju. Dengan kata lain pinjaman
dari negara maju, kembali masuk ke saku negara maju lagi dalam bentuk
pembelian teknologi oleh negara berkembang, di lain waktu negara berkembang
masih harus melunasi hutang-hutang kepada negara maju beserta dengan
bunganya. Ini adalah satu dari sekian banyak bentuk kerja sama di era globalisasi
antara negara maju dan negara berkembang yang mana secara tidak langsung
merugikan negara-negara berkembang.

Lima R penyelamat lingkungan hidup


1. Reference (acuan), Setiap agama apapun tidak membenarkan umatnya untuk
merusak alam. Setiap manusia boleh memanfaatkan alam untuk memenuhi
kebutuhannya bukan keinginannya. Yang dimaksud reference di sini adalah
semua kitab suci yang dimiliki oleh setiap agama yang ada di bumi. Apabila
setiap manusia mempercayai setiap kitab sucinya sebagai pedoman hidup, maka
tidak ada manusia yang bertindak sewenang-wenang di luar kebutuhan yang dapat
dipenuhi dengan tindakan yang secukupnya.
2. Respect (sikap hormat menghormati), Respect dalam hal ini adalah penghargaan
kepada semua makhluk hidup yang diajarkan oleh agama sebagai makhluk ciptaan
Tuhan. Apapun yang ada di bumi adalah makhluk Tuhan. Setiap makhluk
mempunyai kedudukan yang sama di mata Tuhan. Di antara makhluk hidup yang
perlu mendapat perhatian adalah tanaman, hewan dan manusia. Ketiga makhluk
hidup ini memerlukan tempat tinggal untuk hidup dan berkembang. Oleh karena
manusia merupakan makhluk hidup yang paling istimewa yaitu mempunyai akal,
maka manusia mempunyai kewajiban memelihara kelestarian dan keseimbangan
untuk kehidupan makhluk hidup lainnya.
3. Restrain (Pengendalian), yang dimaksud dengan restrain adalah kemampuan
untuk mengelola dan mengontrol sumber daya alam supaya penggunaannya tidak
mubazir, artinya setiap pemanfaatan sumber daya alam harus diperhitungkan nilai
manfaat, jangan sampai ada salah kelola atau salah manfaat.
4. Redistribution (pemerataan), resdistribution adalah kemampuan untuk menyebar
luaskan kekayaan, kegembiraan dan kebersamaan. Indonesia yang terletak di jalur
khatulistiwa terkenal akan sumber daya alamnya. Tetapi kenapa bisa terjadi
ketimpangan dengan kekayaan yang melimpah tetapi masyarakatnya masih
miskin?. Di mana sumber daya alam tersebut hilang?. Penyebabnya tidak lain
karena distribusi kekayaan tidak merata, kekayaan banyak di korupsi oleh orang
yang tidak bertanggung jawab.
5. Responsibility (pertanggungjawaban), Responsibility adalah sikap bertanggung
jawab dalam merawat kondisi lingkungan dan alam. Banyak investor yang telah
memanfaatkan sumber daya alam Indonesia mulai dari perkebunan sampai
penambangan. Tetapi dengan dibukanya sumber daya alam tersebut belum
dirasakan manfaatnya melalui peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar
proyek tersebut. Masyarakat masih hidup seperti itu saja. Padahal apabila investor
bertanggung jawab melalui program CSR (Corporate Social Responsibility)
dengan menyisihkan sekitar 3% dari keuntungan untuk program tersebut, maka
kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar akan meningkat, selain itu melalui
program tersebut kerusakan sumber daya alam merupakan dampak negatif dari
pembukaan lahan tersebut dapat diminimalisasi. Untuk itu investor jangan hanya
mengeksploitasi sumber daya alam untuk kepentingan ekonomi mereka saja
(keuntungan sesaat) saja tetapi kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat
serta kerusakan lingkungan harus dikelola, sehingga lingkungan dapat
dimanfaatkan secara lestari dan berkelanjutan.

E. Pandangan Islam Terhadap Pelestarian Lingkungan


Tanggung jawab moral bisnis, implementasinya bisa pada tanggung jawab
sosial. Bahkan yang tidak kalah pentingnya tanggung jawab pada lingkungan
alam. Dari sejumlah tanggung jawab itu sebenarnya yang paling krusial adalah
tanggung jawab pada diri sendiri dan kepada Tuhan.2[10]
Dalam kaitan dengan pengelolaan sumber daya alam dan pelestariannya,
Islam menuntun manusia agar mengelola kekayaan alam dengan ilmu dan amal.
Di samping, mengingat agar dalam mengelola (memproduksi) kekayaan alam itu
memperhatikan batas-batas haram dan halal, dan memelihara kelestariannya.3[12]
Al-quran menerangkan bahwa pemanfaatan kekayaan yang tersimpan dan
tersebar di alam ini, tergantung pada dua hal,4[13] yakni pertama, ilmu
pengetahuan yang didasarkan pada tafakkur dan penggunaan akal. Ilmu yang
dimaksud di sini adalah ilmu-ilmu khusus (spesialis) dalam berbagai ilmu
pengetahuan dan berbagai bidang kehidupan. Kedua, adalah amal
(Action/Implementation). Sesungguhnya ilmu saja tidak akan membuahkan hasil
jika tidak diikuti oleh amal (tindak lanjut) dengan melakukan berbagai eksplorasi.
Hubungan manusia dengan alamnya mengandung beberapa aspek, antara lain
manusia tidak lepas dari interaksinya bersama sesama manusia juga dengan
hewan, tumbuhan, lingkungan / alam. Aspek-aspek tersebut sangat berarti bagi
manusia, dan manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, tanpa
bantuan di sekitar lingkungan hidupnya.
Dengan demikian, tujuan akhir pengelolaan sumber daya alam adalah
kesejahteraan masyarakat (social welfare) dengan tujuan antara seperti sumber
devisa, pemenuhan kebutuhan manusia, pelestarian lingkungan, pembangunan
daerah/masyarakat dan pemerataan. Dengan demikian pembangunan ekonomi
yang mesti diterapkan adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan dalam
arti tidak menguras sumber daya alam dan merusak lingkungan. Keterkaitan
antara ekonomi dan lingkungan dapat diringkas ke dalam tiga macam hubungan
yang saling terkait yaitu terdapat hubungan positif antara jumlah dan kualitas
barang sumber daya dengan pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi pertumbuhan
ekonomi, maka kebutuhan akan sumber daya alam akan semakin meningkat.
Terlepas dari situ, untuk menyelamatkan lingkungan kita harus memahami
konsep lima R yakni: reference, respect, restrain, redistribution and
responsibility. Kelima R tersebut sangat berkaitan erat dengan etika lingkungan.
Adapun islam sendiri memandang bahwa dalam pengelolaan sumber daya alam
dan pelestariannya, Islam menuntun manusia agar mengelola kekayaan alam
dengan ilmu dan amal. Di samping, mengingat agar dalam mengelola
(memproduksi) kekayaan alam itu memperhatikan batas-batas haram dan halal,
dan memelihara kelestariannya.
Dengan demikian pembangunan ekonomi yang mesti diterapkan adalah
pembangunan yang berwawasan lingkungan dalam arti tidak menguras sumber
daya alam dan merusak lingkungan.

Ini adalah beberapa kerusakan-kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh


bisnis/industri yang tidak mempunyai etika berlingkungan hidup

Krisis lingkungan Hidup.


Masalah sekitar lingkungan hidup baru mulai disadari sepenuhnya dalam tahun
1960-an. Sekaligus disadari pula bahwa masalah itu- secara langsung atau tidak
langsung disebabkan oleh bisnis modern, khususnya oleh cara berproduksi dalam
industri yang belandaskan ilmu dan teknologi maju. Tentu saja sejak permulaan
industri di inggris akhir abad ke 18, sudah terdengar banyak keluhan tentang
pengaruh negative dari industri atas lingkungan hidup. Dalam kesusastraan dan
sumber-sumber lain dapat kit abaca bagaimana industri mengakibatkan timbulnya
kota-kota yang suram dan kotor. Tempat penghunian di sekitar pabrik-pabrik
diasosiasikan dengan suasana asap, jelaga, dan bau tidak sedap. Keadaan suram
dan gelap di daerah industri, pada waktu itu sering dipertentangkan dengan
keadaan romantis di kawasan pertanian dan peternakan. Jika disana bau pupuk
alam kadang-kadang bisa menyengat hidung juga, factor kurang bagus itu hanya
bersifat sementara dan hilang dalam suatu suasana menyeluruh yang positif.

Akumulasi Bahan Beracun


Industri kimia tidak diperbolehkan lagi membuang limbahnya ke dalam sungai
atau Laut. Pembuangan sebelumnya sudah mengakibatkan banyak factor negative,
antara lain ikan tidak layak lagi dikonsumsi karena kadar merkuri di dalamnya
atau bahan beracun lainnya menjadi terlalu tinggi. Air tanah dicemari dan tidak
layak guna lagi diminum oleh manusia dan ternak, karena bahan kimia yang
dibuang disitu merembes ke dalamnya. Pestisida yang dipakai untuk
meningkatkan produksi pangan ternyata masuk dalam rantai makanan Manusia,
sampai air susu ibu (ASI) yang diminum oleh bayi. Beberapa herbisida seperti
Silvex yang dulu banyak dipakai, diketahui mengandung dioksin yang merupakan
racun kuat dan dapat mengakibatkan Banker. Fosfat dari detergen cuci membuat
alga dalam air bertambah bayak dan oksigen berkurang, sehingga memusnahkan
bentuk hidup lain dalam air.

Dekade-dekade terakhir ini sering timbul berita dala pers internasional tentang
Negara industri maju yang mengeksport limbahnya berupa bahan beracun
berbahaya ke Negara-negara miskin. Negara-negara miskin tersebut tentu tergiur
oleh pembayaran oleh valuta asing, tetapi tidak cukup menyadari dampak negative
untuk lingkungan hidupnya selama jangka waktu panjang.

Efek Rumah Kaca


Menurut para ahli suatu gejala yang sangat mengkhawatirkan adalah naiknya suhu
permukaan bumi. Hal itu disebabkan oleh greenhouse effect atau efek rumah kaca.
Panas yang diterima bumi karena penyinaran matahari, terhalang oelh partikel-
partikel gas yang dilemparkan dalam atmosfer oleh ulah manusia, sehingga tidak
bisa keluar. Salah satu sebab utama adalah karbondioksida (CO2).
Karbondioksida ini terlepas dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara
dan produk-produk minyak bumi lainnya. Jadi industri dan kendaraan bermotor
memainkan peran besar dalam mengakibatkan keadaan ini.

Perusakan Lapisan Ozon


Bumi dikelilingi lapisan ozon (O3) dalam atmosfer yang mempunyai fungsi
sangat penting, yaitu melindungi kehidupan terhadap sinar ultraviolet dari
matahari. Konsentrasi ozon itu paling besar pada ketinggian kira-kira 20-30 km
dari atas permukaan bumi. Rupanya 80% penyinaran sinar ultravioleta dari
matahari disaring olehnya.

Perusakan lapisan ozon diakibatkan pelh beberapa sebab yang berbeda. Tetapi
menurut para ahli, penyebab paling berpengaruh adalah pelepasan bahan CFC
(klorofluorokarbon) ke dala mudara. CFC adalah bahan kimia yang banyak
dipakai dalam kaleng penyemprotan aerosol, lemari es, dan alat AC (penyejuk)
dan juga dalam karet busa.

Hujan Asam
Sejak beberapa dekade terakhir ini di kawasan industri padat seperti Kanada dan
bagian utara dari Amerika serikat, jerman barat, dan negara Belanda terjadi hujan
asam (acid rain). Asam dalam emisi industri bergabung dengan air hujan dan
mencemari daerah yang luas. Hujan asam merusak hutan dan pohon-pohon lain,
mencemari air danau, merusak gedung-gedung, dan sebagainya.

Deforestasi dan Penggurunan


Kayu adalah barang yang sangat laris dalam kalangan bisnis, dan teknologi
modern menyediakan alat-alat untuk menebang pohon dengan cepat dan efisien.
Konsekuensi logis adalah hutan semakin cepat berkurang dimana-mana, termasuk
hutan tropis yang menghasilkan kayu berkualitas tinggi. Hutan dibabat juga untuk
memperoleh lahan pertanian baru. Hal itu dilakukan oleh penduduk setempat yang
bertambah banyak jumlahnya atau oleh perusahaan.

Penebangan hutan (deforestasi) besar-besaran itu mempunyai dampak penting atas


lingkungan hidup. Salah satu fungsi hutan adalah menyerap karbondioksida yang
disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil (industri dan kendaraan bermotor),
suatu penyebab penting terjadinya efek rumah kaca.

Keanekaan Hayati
Yang dimaksud dengan keanekaan hayati adalah jenis-jenis kehidupan (species)
yang ada di bumi. Kekayaan alam sebagian besar ditentukan oleh banyaknya
species. Keanekaan Hayati sangat penting untuk segala aspek untuk segala aspek
kehidupan manusia seperti makanan dan obat-obatan.

Lingkungan Hidup dan Ekonomi


Lingkugan hidup sebagai the Commons
Menurut Hardin, masalah lingkungan hidup dan masalah kependudukan dapat
dibandingkan dengan proses menghilangnya the commons. Disini tidak ada suatu
solusi teknis, seperti dalam masalahnya the commons pun tidak ada jalan keluar
teknis, misalnya memakai pupuk buatan supaya tersedia rumput lebih banyak.
Jalan keluar yang efektif terletak dibidang moral karena pembatasan harus
kebebasan harus dilaksanakan dengan adil.

DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius


Budianta, Dedik. 2010. Pentingnya Etika Lingkungan Untuk Meminimalkan Global
Warming (Tesis). Palembang: Universitas Sriwijaya.
Djakfar, Muhammad. 2007. Etika Bisnis dalam Perspektif Islam. Malang: UIN-Malang
Press.
Mahmudi. 2006. Hubungan Manusia dan Alam Menurut Pandangan Syahrur (Skripsi).
Semarang: IAIN Wali Songo.
Maksi Baid. 2015. Hubungan Manusia dengan Alam. Academia,
https://www.academia.edu/7121973/HUBUNGAN_MANUSIA_DENGAN_ALA
M. 24 Maret 2016.
Sari, Riana. 2014. Dampak globalisasi bagi kesehatan dan lingkungan. Slideshare,
http://www.slideshare.net/rianams/dampak-globalisasi-bagi-kesehatan-dan-
lingkungan?from_ action=save, 24 Maret 2016.
Qardawi, Yusuf. 1995. Peran dan Nilai Moral dalam Perekonomian Islam, ter. K.H.
Didin Hafidhuddin, dkk. Jakarta: Robbani Press.

Anda mungkin juga menyukai