Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.


Alhamdulillahirabbilalamin Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya
dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak khususnya
kepada Bapak Drs. Harsoyo, M. Si sebagai Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Keuangan Negara dan Pembangunan, dan tidak lupa kepada rekan-rekan yang
telah memotivasi dan mendukung kami dalam tersusunnya makalah ini.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini, kita semua khususnya para
mahasiswa mendapat manfaat ilmu dan menambah pengetahuan serta dapat
mengaplikasikan ilmu-ilmu serta pengetahuan yang didapat didalam kehidupan
sehari-hari.
Kami pun menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
sudah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah yang sederhana bisa dengan mudah di mengerti dan dapat di
pahami maknanya. Kami minta maaf bila ada kesalahan kata dalam penulisan
makalah ini, serta bila ada kalimat yang kurang berkenan di hati pembaca.
Wassalamualaikum wr. wb.

Blora, Juli 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................. 1
B. Rumusan Masalah .................................................... 2
C. Tujuan dan Manfaat ................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sistem ...................................................... 4
B. Pengertian Keuangan Daerah ........................................ 5
BAB III PEMBAHASAN
A. Keuangan Daerah ........................................................ 7
B. Pendapatan Daerah ................................................... 9
C. Pengeluaran Daerah .................................................. 13
D. Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah ........................ 14
BAB IV PENUTUP .................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Semenjak era reformasi yang dimulai pada tahun 1998, bangsa Indonesia
telah maju selangkah lagi menuju era keterbukaan. Dalam era keterbukaan ini,
masyarakat semakin menyadari hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan
lebih dapat menyampaikan aspirasi yang berkembang yang salah satunya
perbaikan terhadap sistem pengelolaan keuangan pada badan-badan pemerintah.
Pengelolaan keuangan daerah merupakan salah satu bagian yang
mengalami perubahan mendasar dengan ditetapkannya UU No.32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah dan UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Kedua Undang-
Undang tersebut telah memberikan kewenangan lebih luas kepada pemerintah
daerah. Kewenangan yang dimaksud diantaranya adalah keleluasaan dalam
mobilisasi sumber dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan
anggaran.
Keuangan Daerah haruslah dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
Di sisi lain tuntutan transparansi dan akuntabilitas dalam sistem pemerintah
semakin meningkat pada era reformasi saat ini, tidak terkecuali transparansi dalam
pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah. Transparansi dapat diartikan sebagai
suatu situasi dimana masyarakat dapat mengetahui dengan jelas semua
kebijaksanaan dan tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam menjalankan
fungsinya beserta sumber daya yang digunakan. Sedangkan akuntabilitas dapat
diartikan sebagai bentuk kewajiban pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi untuk mencapai tujuan atau sasaran
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

1
tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah, Keuangan Daerah adalah semua
hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah
yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan
yang berhubungan dengan hak dan kewajiban. Sementara pengelolaan keuangan
daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah
kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.

Hak dan kewajiban daerah tersebut perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan
keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari sistem
pengelolaan keuangan Negara dan merupakan elemen pokok dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah. Pengelolaan keuangan daerah juga harus
dilakukan dengan cara yang baik dan bijak agak keuangan daerah tersebut bisa
menjadi efisien penggunaanya yang sesuai dengan kebutuhan daerah

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan sistem keuangan daerah ?
2. Apa yang dimaksud dengan pendapatan daerah dan apa saja sumber
pendapatan daerah ?
3. Apa yang dimaksud dengan pengeluaran daerah (belanja daerah) dan apa
saja sumber pengeluaran daerah ?
4. Bagimanakah sisklus pengelolaan keuangan daerah ?

C. Tujuan dan Manfaat

2
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang ingin di capai dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari sistem keuangan daerah.
2. Untuk menjelaskan dan mengetahui tentang pendapatan daerah dan sumber
pendapatan daerah.
3. Untuk mengetahui tentang pengeluaran (belanja daerah) dan sumber
pengeluaran daerah.
4. Untuk mengetahui siklus pengelolaan keuangan daerah.

BAB II

3
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistem

Pengertian sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang


saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh,
untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari suatu organisasi,
sedangkan prosedur-prosedur yang saling berhubungan disusun sesuai dengan
skema yang menyeluruh adalah suatu urut-urutan pekerjaan, biasanya melibatkan
beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya
perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi yang terjadi dalam suatu
organisasi (Baridzwan,1998 : 3).

L. James Havery:
Menurutnya sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu
rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud
untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang
telah ditentukan.
John Mc Manama:
Menurutnya sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-
fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik
untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien.
C.W. Churchman.
Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk
melaksanakan seperangkat tujuan.
J.C. Hinggins:
Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling berhubungan.
Edgar F Huse dan James L. Bowdict:
Menurutnya sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang saling
berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling
pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan.
B. Pengertian Keuangan Daerah

4
Menurut Jaya (1999 :11) keuangan daerah adalah seluruh tatanan, perangkat
kelembagaan dan kebijaksanaan anggaran daerah yang meliputi pendapatan dan
belanja daerah.
Menurut Mamesah ( 1995 :16 ) keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban
yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang
maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum
dimiliki/dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi, serta pihak lain sesuai
dengan ketentuan daerah yang berlaku.

Mardiasmo ( 2000 : 3 ) mengatakan bahwa dalam pemberdayaan pemerintah


daerah ini, maka perspektif perubahan yang diinginkan dalam pengelolaan
keuangan daerah dan anggaran daerah adalah :
1. pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan publik
(public oriented);
2. kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada umumya dan
anggaran daerah pada khususnya;
3. desentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran para partisipan
yang terkait dalam pengelolaan anggaran, seperti DPRD, KDH, Sekda dan
perangkat daerah lainnya;
4. kerangka hukum dan administrasi atas pembiayaan, investasi dan
pengelolaan keuangan daerah berdasarkan kaidah mekanisme pasar, value
for money, transparansi dan akuntabilitas;
5. kejelasan tentang kedudukan keuangan DPRD, KDH dan PNS Daerah, baik
ratio maupun dasar pertimbangannya;
6. ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran kinerja, dan
anggaran multi-tahunan;
7. prinsip pengadaan dan pengelolaan barang daerah yang lebih professional;
8. prinsip akuntansi pemerintah daerah, laporan keuangan, peran DPRD, peran
akuntan publik dalam pengawasan, pemberian opini dan rating kinerja
anggaran, dan transparansi informasi anggaran kepada publik;

5
9. aspek pembinaan dan pengawasan yang meliputi batasan pembinaan, peran
asosiasi, dan peran anggota masyarakat guna pengembangan
profesionalisme aparat pemerintah daerah;
10. pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk menyediakan
informasi anggaran yang akurat dan pengembangan komitmen pemerintah
daerah terhadap penyebarluasan informasi.
Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur keuangan daerah itu
sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989 : 279-280)
adalah sebagai berikut.
1. Tanggung jawab (accountability). Pemerintah daerah harus
mempertanggung jawabkan keuangannya kepada lembaga atau orang yang
berkepentingan sah, lembaga atau orang itu adalah Pemerintah Pusat,
DPRD, Kepala Daerah dan masyarakat umum.
2. Mampu memenuhi kewajiban keuangan. Keuangan daerah harus ditata dan
dikelola sedemikian rupa sehingga mampu melunasi semua kewajiban atau
ikatan keuangan baik jangka pendek, jangka panjang maupun pinjaman
jangka panjang pada waktu yang telah ditentukan.
3. Kejujuran. Hal-hal yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah pada
prinsipnya harus diserahkan kepada pegawai yang benar-benar jujur dan
dapat dipercaya.
4. Hasil guna (effectiveness) dan daya guna (efficiency). Merupakan tata cara
mengurus keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan
program dapat direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
pemerintah daerah dengan biaya yang serendah-rendahnya dan dalam waktu
yang secepat-cepatnya.
5. Pengendalian. Aparat pengelola keuangan daerah, DPRD dan petugas
pengawasan harus melakukan pengendalian agar semua tujuan tersebut
dapat tercapai

6
BAB III
PEMBAHASAN

A. KEUANGAN DAERAH
Peraturan pemerintah No 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah mendefinisikan Keuangan Daerah sebagai semua hak dan kewajiban
daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai
dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. yang dimaksud daerah di sini adalah
pemerintah daerah yang merupakan daerah otonom berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Daerah otonom ini terdiri dari pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten dan pemerintah kota. karena pemerintah daerah merupakan
bagian dari pemerintah (pusat) maka keuangan daerah merupakan bagian tak
terpisahkan dari keuangan negara.
Timbulnya hak akibat penyelenggaraan pemerintah daerah tersebut
menimbulkan aktivitas yang tidak sedikit. Hal itu harus diikuti dengan adanya
suatu sistem pengelolaan keuangan daerah untuk mengelolanya. Pengelolaan
keuangan daerah sebagaimana dimaksud, merupakan subsistem dari sistem
pengelolaan keungan negara dan merupakan elemen pokok dalam
penyelenggaraan pemerintahaan daerah. Untuk menjamin pelaksanaan
pengelolaan keuangan daerah tersebut maka hendaknya sebuah pengelolaan
keuangan daerah meliputi keseluruhan dari kegiatan-kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan
keuangan daerah.
1. Dasar Hukum keuangan daerah
Undang-undang Dasar 1945 pasal 18 menyebutkan bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi
itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan
kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dalam undang-
undang. Lebih lanjut pada pasal 18 A dijelaskan bahwa hubungan keuangan,
pelayanan umum, pemanfaatn sumber daya alam dan sumber daya lainnya

7
antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan
secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.
Berkaitan dengan pelaksanaan dari pasal 18 dan 18 A tersebut di atas
setidaknya terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang
menjelaskan lebih lanjut. adapun Peraturan tersebut antara lain :
a. UU No 17 tahun 2003 tentang Keaungan Negara
b. UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
c. UU No 15 tahun 2003 tentang Pemeriksaan atas tanggung jawab
pengelolaan Keuangan Negara
d. UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional
e. UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
f. UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah
Undang-undang tersebut diatas menjadi acuan pengelolaan keuangan
daerah. Peraturan perundang-undangan diatas terbit atas dasar pemikiran
adanya keinginan untuk mengelola keuangan negara dan daerah secara
efektif dan efisien. Ide dasar tersebut kemudian mengilhami suatu
pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik yang memiliki tiga pilar
utama, yaitu transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif.
Banyaknya Undang-undang yang menjadi acuan dalam pengelolaan
anggaran mengakibatkan perlunya akomodasi yang baik dalam tingkat
pelaksanaan (atau peraturan dibawahnya yang berwujud peraturan
pemerintah). Peraturan pelaksanaan yang berwujud Peraturan Pemerintah
tersebut harus komprehensif dan terpadu (omnibus regulation) dari berbagai
undang-undang tersebut diatas. Hal ini bertujuan agar memudahkan dalam
pelaksanaanya dan tidak menimbulkan multi tafsir dalam penerapanya.
Peraturan tersebut memuat barbagai kebijakan terkait dengan perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah.
Beberapa permasalahan yang dipandang perlu diatur secara khusus
diatur dalam Peraturan menteri Dalam Negeri terpisah. Beberapa contoh

8
Permendagri yang mengatur masalah pengelolaan keuangan daerah secara
khusus antara lain :
a. Permendagri No 7 tahun 2006 tentang standarisasi sarana dan
prasarana kerja pemerintahan daerah jo permendagri No 11 tahun
2007
b. Permendagri No 16 tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah tantag Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
dan Rancangan Peraturan Kepala daerah tentang Penjabaran Angaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
c. Permendagri No 17 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis pengelolaan
Barang Milik Daerah
d. Permendagri N0 61 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah

2. Ruang Lingkup Keuangan Daerah


Bahasan ruang lingkup keuangan daerah meliputi hak daerah,
kewajiban daerah, penerimaan daerah, pengeluaran daerah, kekayaan daerah
dan kekayaan pihak lain yang dikuasai daerah. secara lebih rinci dapat
dijelaskan bahwa ruang lingkup keuangan daerah meliputi hal-hal dibawah
ini:
a. hak daerah untuk memungut pajak Daerah dan retribusi daerah serta
melakukan pinjaman ;
b. kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan
daerah dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. penerimaan daerah, adalah keseluruhan uang yang masuk ke kas
daerah. pengertian ini harus dibedakan dengan pengertian
pendapatan daerah karena tidak semua penerimaan merupakan
pendapatan daerah. Yang dimaksud dengan pendapatan daerah adalah
hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayan
bersih;

9
d. pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.
Seringkali istilah pengeluaran daerah tertukar dengan belanja daerah.
yang dimaksud dengan belanja daerah adalah kewajiban pemerintah
daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih;
e. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa
uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat
dinilai dengan uanga, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada
perusahaan daerah;
f. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam
rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau
kepentingan umum. UU keuangan Negara menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan kekayaan pihak lain adalah meliputi kekayaan yang
dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah,
yayasan-yayasan di lingkungan kementerian negara/lembaga, atau
perusahaan negara/daerah
B. PENDAPATAN DAERAH
Pendapatan daerah pada dasarnya merupakan penerimaan daerah dalam
bentuk peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan.
Menurut Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto (2002:82-82) mengungkap bahwa
pendapatan daerah adalah arus masuk bruto manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas pemerintah satu periode yang mengakibatkan kenaikan ekuitas dan
bukan berasal dari pinjaman yang harus dikembalikan.
Sedangkan menurit Abdul Halim (2002:66) pendapatan adalah
penambahan dalam manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus
masuk atau peningkatan aset/aktiva, atau pengurangan utang/kewajiban yang
mengakibatkan penambahan dana yang berasal dari kontribusi dana.
Menurut UU RI No. 32 Tahun 2001 tentang Pemerintah Daerah pasal 1
ayat 15 pengertian pendapatan daerah yaitu: pendapatan daerah adalah semua
hak daerah yang diakui sebagai penambahan nilai kekayaan bersih dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan.

10
1. Sumber Pendapatan Daerah
Maka sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku yaitu UU
RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 157, sumber-
sumber pendapatan daerah dapat dikelompokan sebagai berikut:
1) Pendapatan Asli Daerah.
a. Hasil pajak daerah
b. Hasil retribusi daerah
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
d. Lai-lain PAD yang sah
2) Dana Perimbangan, yaitu:
a. Bagi hasil pajak atau bagi hasil bukan pajak
b. Dana alokasi umum
c. Dana alokasi khusus
d. Bagi hasil pajak dan Bantuan keuangan dari propinsi
3) Lain-lain pendapatan daerah yang sah
1) Pendapatan Asli Daerah
Menurut UU RI No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan Daerah penjelasan pasal 1 ayat 28,
menyatakan tentang pengertian Pendapatan Asli Daerah yaitu:
pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan menurut Indra Bastian (2002:83) mengemukakan bahwa :
pendapatan Asli Daerah adalah semua pendapatan yang berasal dari
sumber ekonomi asli daerah.
Kelompok PAD diklarifikasikan 4 jenis:
a. Pajak Daerah ( contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor, Pajak Air.
b. Retribusi Daerah ( seperti: Retribusi Pelayanan Kesehatan,
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Pasar Grosir dan
Pertokoan, Retribusi kelebihan Muatan, Retribusi Perizinan
Pelayanan dan pengendalian.)

11
c. Bagian Laba Perusahaan Daerah dan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah Lainnya yang dipisahkan ( seperti : Bagian
laba Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bagian Laba Perusahaan
Daerah, dan Bagi hasil investasi pada pihak ketiga.
d. Lain-lain PAD ( yaitu semua yang bukan berasal dari pajak,
retribusi dan laba usaha daerah, antara lain: hasil penjualan barang
milik daerah, penerimaan jasa giro, penerimaan ganti rugi atas
kekayaan daerah, denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan,
penerimaan bunga deposit.\
2) Dana Perimbangan
dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. ( UU RI No. 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah pasal 1 ayat 19).
Menurut Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto (2002:84)
mengemukakan bahwa kelompok dana perimbangan adalah:
a. Bagi hasil pajak seperti: Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB) , Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan ( BPHTB).
b. Bagi Hasil Bukan Pajak seperti : Sumber Dana daya Hutan,
Pemberian atas Hak Tanah Negara, Penerimaan iuran eksplorasi.
c. Dana Alokasi Khusus adalah perimbangan dalam rangka untuk
membiayai kebutuhan tertentu.
d. Dana perimbangan dari propinsi adalah dana perimbangan dalam
pemerintah kabupaten/kota yang berasal dari pemerintah propinsi.
3) Lain-lain Pendapatan yang sah
Menurut UU RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah pada bagian penjelasan pasal 3
ayat 4 menyatakan bahwa : Lain-lain pendapatan yang sah antara lain:
hibah, dana darurat, dan penerimaan lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku,

C. PENGELUARAN DAERAH

12
Menurut Sri Lesminingsih ( Abdul Halim, 2001:199) bahwa pengeluaran
daerah adalah semua pengeluaran kas daerah selama periode tahun anggaran
bersngkutan yang mengurangi kekayaan pemerintah daerah.
Menurut Halim (2002:73) mengemukakan bahwa:
Belanja daerah merupakan bentuk penurunan dalam manfaat ekonomi selama
periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau deplesi aset, atau terjadinya
utang yang mengakibatkan berkurangnya ekuitas dana, selain yang berkaitan
dengan distribusi kepada para peserta ekuitas dana.
Dan menurut Pemendagri No. 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas
Pemendagri No.13 Thun 2006 tentang Pedoman pengelolaan Keuangan Daerah
diungkap pengertian pelanja daerah yiaitu belnja daerah adalah kewajiban
pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih.
Dari pengertian diatas tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belanja daerah
adalah semua pengeluaran pemerintah pada periode anggaran daerah yang berupa
aktive keluar, timbulnya utang yang bukan disebabkan oleh pembagian kepada
pemilik ekuitas dana (rakyat).
Belanja Daerah ada 2 yaitu Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung:
1. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, terdiri dari: ( belanja
pegawai, belanja barang dan jasa,belanja modal)
2. Belanja Tidak Langsung adalah belanja yang dianggarkan tidak terkait
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
diklasifikasikan menjadi: ( belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah,
bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tak
terduga).
Struktur belanja berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 relatif
berbedadengan struktur belanja menurut Kepmendagri Nomor 29 Tahun
2002.

D. SISKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH


Siklus pengelolaan keuangan daerah terdiri dari lima tahapan sebagai berikut :
1. Perencanaan sasaran dan tujuan fundamental

13
Tahap pertama merupakan tanggung jawab legislatif dan eksekutif yang
dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
2. Perencanaan operasional
Tahap kedua eksekutif menyusun perencanaan tahunan yang disebut
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
3. Penganggaran
Pada tahap ketiga, berdasarkan dokumen perencanaan disusunlah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah
4. Pengendalian dan pengukuran
Sedangkan tahap keempat merupakan pelaksanaan anggaran dan
pengukuran
5. Pelaporan dan umpan balik
Dan tahap kelima merupakan pelaporan atas pelaksanaan anggaran yang
terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus kas
dan catatan laporan keuangan
Dalam PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dikatakan
bahwa Pemerintah Daerah harus membuat sistem akuntansi yang diatur dengan
Peraturan Kepala Daerah. Sistem akuntansi ini untuk mencatat, menggolongkan,
menganalisis, mengikhtisarkan dan melaporkan transaksi-transaksi keuangan yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD.
Pengaturan bidang akuntansi dan pelaporan dilakukan dalam rangka untuk
menguatkan pilar akuntabilitas dan transparansi. Dalam rangka pengelolaan
keuangan daerah yang akuntabel dan transparan, Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 mengamanatkan Pemerintah Daerah wajib menyampaikan
pertanggungjawaban berupa:
1) Laporan Realisasi Anggaran,
2) Neraca,
3) Laporan Arus Kas, dan
4) Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan keuangan dimaksud disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan. Sebelum dilaporkan kepada masyarakat melalui DPRD, laporan
keuangan perlu diperiksa terlebih dahulu oleh BPK.

14
Fungsi pemeriksaan merupakan salah satu fungsi manajemen sehingga
tidak dapat dipisahkan dari manajemen keuangan daerah. Berkaitan dengan
pemeriksaan telah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Terdapat dua
jenis pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap pengelolaan keuangan negara,
yaitu pemeriksaan intern dan pemeriksaan ekstern.
Pemeriksaan atas pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan sejalan
dengan amandemen IV UUD 1945. Berdasarkan UUD 1945, pemeriksaan atas
laporan keuangan dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK RI). Dengan demikian BPK RI akan melaksanakan pemeriksaan
atas laporan keuangan pemerintah daerah. Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan
keuangan ini, BPK sebagai auditor yang independen akan rnelaksanakan audit
sesuai dengan standar audit yang berlaku dan akan mernberikan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan. Kewajaran atas laporan keuangan pemerintah ini
diukur dari kesesuaiannya terhadap standar akuntansi pemerintahan. Selain
pemeriksaan ekstern oleh BPK, juga dapat dilakukan pemeriksaan intern.
Pemeriksaan ini pada pemerintah daerah dilaksanakan oleh Badan Pengawasan
Daerah / Inspektorat Provinsi dan atau Kabupaten/Kota.

BAB IV
PE N UTU P

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan

15
kewajiban. Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah tersebut. Pemegang
Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah yang karena
jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan
keuangan daerah.
Disamping itu, dengan adanya sumber dana keuangan daerah yang salah
satunya berasal dari bantuan pemerintah pusat maka diharapkan pemerintah
daerah memang harus bisa lebih efisien dalam mengelola keuanganya agar
anggaran dana dari pemerintah pusat yang sudah dianggarkan sebelumnya bisa
tercukupi dengan baik. Walaupun pemerintah pusat sudah memberikan instruksi
bahwa ketika keuangan daerah mengalami kekurangan bisa meminta ke
pemerintah pusat, tetapi secara langsung hal ini bisa membuat kondisi keuangan
pusat yang semakin berkurang dan secara tidak langsung akan membuat
kemandirian suatu daerah dalam mengelola keuanganya akan menjadi terhambat.
Keuangan Daerah haruslah dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
Pemeriksaan atas pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan sejalan Undang-
undang yang berlaku.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.scribd.com/doc/50585005/8/A-Ruang-Lingkup-Keuangan-
Daerah ( diakses 17 Oktober 2012)
2. http://www.keuangandaerah.net/ (diakses 17 Oktober 2012)
3. http://dedi-akun.blogspot.com/2010/06/pengelolaan-keuangan-daerah.html
4. http://bahararief.blogspot.co.id/2015/07/makalah-sumber-keuangan-
daerah.html

iii

Anda mungkin juga menyukai