Anda di halaman 1dari 22

KARAKTERISASI BAKTERI ENTERON

Disusun oleh:

Nama : Afra Nabila


NIM : B1A015087
Kelompok :3
Rombongan : II
Asisten : Dwi Rizki Nurjanah

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO

2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Feliatra (1999), karakterisasi bakteri dilakukan pada isolat bakteri yang
telah lolos seleksi dengan cara melakukan berbagai pemeriksaan laboratoris agar
isolat bakteri tersebut dapat dikelompokkan dalam suatu golongan.

Enterobacteriaceae adalah genus dari bakteri gram negatif, umumnya fakultatif


anaerob, berbentuk batang, dan tidak membentuk spora (Regli & Jean, 2015).
Enterobacteriaceae termasuk dalam famili bakteri yang sebagian besar lebih dikenal
bersifat patogen, seperti Salmonella dan Escherichia coli. Ilmu genetika
menempatkan Enterobacteriaceae diantara Proteobacteria. Enterobacteriaceae adalah
kuman yang hidup di usus besar manusia dan hewan, tanah, air, dan dapat pula
ditemukan pada komposisi material. Sebagian kuman enterik ini tidak menimbulkan
penyakit pada sel inang bila kuman tetap berada didalam usus besar, tetapi pada
keadaan keadaan dimana terjadi perubahan pada sel inang atau bila ada kesempatan
memasuki bagian tubuh yang lain, banyak diantara kuman ini mampu menimbulkan
penyakit pada tiap jaringan tubuh manusia. Organisme-organisme didalam famili ini
pada kenyataannya mempunyai peranan penting di dalam infeksi nosokomial
misalnya sebagai penyebab infeksi saluran kemih, infeksi pada luka, dan infeksi
lainnya (Wahab, 2007).

Menurut Tapotubun et al (2016), Salmonella merupakan salah satu genus dari


Enterobactericiae, berbentuk batang gram negatif, anaerobik fakultatif dan anaerobik.
Bakteri tumbuh pada suhu 5 C47 C dengan suhu optimum 35 C37 C (beberapa
sel masih tetap hidup pada penyimpanan beku), kondisi pH 4,19,0 dengan pH
optimum 6,57,5 serta Aw 0,9450,999. Escherichia coli termasuk basil Coliform,
merupakan flora komensal yang paling banyak pada usus manusia dan hewan, hidup
aerobik/fakultatif anaerobik. Clayton (1986) menyatakan bahwa, Enterobacteriaceae,
selain Salmonella dan E. coli juga mencakup banyak genera seperti Shigella,
Klebsiella, Serratia, Proteus, dan lain-lain. Beberapa organisme enterik, misalnya E.
coli adalah bagian dari flora normal dan menyebabkan penyakit, sementara yang
lain secara teratur merupakan patogen bagi manusia.

Uji yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah uji morfologi, uji enzimatis,
dan uji biokimiawi. Uji morfologi terdiri dari makromorfologi, mikromorfologi, dan
motilitas. Uji enzimatis terdiri dari uji katalase, oksidase, protease, dan urease. Uji
biokimiawi terdiri dari uji IMVIC, uji gula, dan uji H2S. Identifikasi bakteri dilakukan
dengan pengujian sifat-sifat biokimiawi bakteri. Identifikasi biokimiawi berdasarkan
Differentiation of Enterobacteraceae menurut Bergeys Manual Determinative
Bacteriology (1994), uji yang dilakukan meliputi: uji triple sugar iron (TSI), karakter
fermentasi karbohidrat pada media: glukosa, laktosa, sukrosa, mannitol, dulcitol,
adonitol, inositol, sorbitol, arabinosa, rafinosa, serta uji biokimiawi yang lain yaitu:
uji indol, Methyl Red, Voges-Proskauver, sitrat, uji urea, uji gelatin, dan motilitas.
Menurut Cowan (2004), uji IMViC terdiri dari uji indole, methyl red (MR), voges
praskauer (VP) dan citrat. uji indol digunakan untuk mengetahui apakah bakteri
mempunyai enzim triptophanase sehingga bakteri tersebut mampu mengoksidasi asam
amino triptophan membentuk indol.

Uji Oksidase dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri dapat menguraikan


enzim oksidase atau tidak. Perubahan warna yang terjadi pada test strip tadi diamati
setelah didiamkan selama 20-60 detik. Apabila terjadi perubahan warna menjadi biru
violet maka uji oksidase dinyatakan positif dan menandakan bahwa bakteri tersebut
adalah bakteri non enterik, sedangkan bila tidak terjadi perubahan warna maka
oxidase test dinyatakan negatif dan menandakan bakteri tersebut adalah bakteri
enterik (Marlina 2008).

Uji protease adalah uji untuk mengetahui kemampuan menghasilkan protease


untuk menghidrolisis protein menjadi asam amino. Proes hidrolisis protein
berlangsung secara bertahap sebelum akhirnya menjadi asam amino. Reaksi hdrolisis
protein akan memutuskan ikatan peptida. Proses tersebut disebut peptonisasi atau
proteolisis dan dilakukan menggunakan enzim ekstraseluler protease (Wilbraham &
Michael, 1992). Uji urease bertujuan untuk mengetahui apakah bakteri mempunyai
enzim urease yang dapat menguraikan urea membentuk amoniak (Lim, 2006),
sedangkan uji produksi H2S dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri mampu
memecah asam amino yang mengandung sulfur. Reaksinya yaitu: Sisitein H2S +
Asam -amino Aklirat = Asam Amino H2O + Asam Piruvat (Cappuccino & Sherman,
2000).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum karakterisasi bakteri Enteron adalah untuk mengetahui


langkah-langkah atau tahapan dalam karakterisasi bakteri, yaitu secara morfologi,
biokimia, dan enzimatis.
II. MATERI DAN CARA KERJA
A. Materi

Alat yang digunakan yaitu mikroskop, inkubator, tabung reaksi, cawan petri,
beaker glass 500 mL, beaker glass 100 mL, Erlenmeyer 250 mL, pipet ukur 1 mL,
object glass, cover glass, jarum ose, dan lampu spiritus.

Bahan yang digunakan yaitu kultur bakteri enteron, medium tripton broth, reagen
Kovac, medium MR-VP broth, reagen methyl red, -napthol, KOH 40%, medium
cimmon citrate agar, urea broth, phenol red, skim milk agar, gula-gula dengan phenol
red, nutrient agar, NNNN-tetramethyl-p-phenylenediamine dihydrochloride 0,2%,
larutan H2O2 1,5%, reagen pewarna gram, larutan FeCl 10%, minyak mineral, dan
akuades steril.

B. Cara Kerja

Uji Morfologi
a. Uji makromorfologi
Isolat dalam cawan petri diamati utnuk warna koloni, bentk koloni, ukuran
koloni, elevansi kologi, margin koloni, dan permukaan koloni.
b. Uji motilitas
Isolat pada media miring, dilakukan inokulasi dengan ditusuk menggunakan
tusuk sate steril pada media SIM A. Selanjutnya diinkubasi 2 x 24 jam pada suhu
37oC. Kemudian dilihat interpretasinya, jika positif terjadi pertumbuhan koloni
yang menyebar, sedangkan jika negatif tidak terjadi pertumbuhan koloni.
c. Uji mikromorfologi
Isolat dalam cawan petri dilakukan pewarnaan Gram. Akuades diulas pada object
glass, kemudian isolat diulas pada akuades di atas object glass. Isolat ditetesi
crystal violet selama 60 detik, setelah itu CKA. Isolat ditetesi kembali dengan
iodine selama 45 detik dan CKA. Isolat ditetesi dengan alkohol hingga sisa warna
yang berada di atas object glass hilang dan CKA. Selanjutnya, isolat ditetesi
safranin selama 45 detik dan CKA. Hasil tersebut diamati di bawah mikroskop
dengan melihat bentuk selnya.
Uji Enzimatis
a. Uji katalase
Isolat diulas di atas object glass menggunakan jarum ose. Kemudian, ditetesi reagen
H2O2. Selanjutnya, diamati dengan melihat interpretasinya, jika positif terdapat
gelembung gas, sedangkan jika negatif tidak terdapat gelembung gas.
b. Uji oksidase
Isolat diulas di object glass dan ditutup dengan tissue. Kemudian, ditetesi reagen
oksidase. Selanjutnya, diamati dengan interpretasi jika positif terjadi perubahan
warna menjadi biru kehitaman, sedangkan jika negatif tidak terjadi perubahan
warna.
c. Uji protease
Isolat diinokulasi streak kontinyu ke cawan petri dengan media SMA.
Kemudian, diinkubasi 2 x 24 jam pada suhu 37oC. Selanjutnya, diamati dengan
interpretasi jika positif terdapat zona jernih di sekitar koloni medium SMA,
sedangkan jika negatif tidak terbentuk zona jernih.
d. Uji urease
Isolat cair diambil 0,1 mL ke media urease. Kemudian, diinkubasi 2 x 24 jam
pada suhu 37oC. Selanjutnya, dilihat interpretasinya jika positif medium berubah
warna menjadi pink, sedangkan jika negatif tidak berubah warna.
Uji Biokimiawi
a. Uji IMViC
Isolat cair diambil ke media Trypton Broth untuk uji Indole, Protease Broth untuk
uji MR-VP dengan masing-masing sebanyak 0,1 mL. Untuk uji sitrat, isolat
ditusuk ke dalam media Simmon Citrate dengan jarum ose. Kemudian, inkubasi 2
x 24 jam pada suhu 37oC.
b. Uji gula (Acid-forra)
Isolat cair diambil masing-masing 0,1 mL ke media Manosa, Xylosa, Maltosa,
dan Arabinosa. Kemudian, diinkubasi 2 x 24 jam pada suhu 37oC.
c. Uji H2S
Isolat diinokulasi dengan ditusuk pada bagian tengan media TSIA miring dan
ditarik ke media TSIA bagian miring. Kemudian, diinkubasi 2 x 24 jam pada
suhu 37oC.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3.1 Hasil Uji Makromorfologi

Parameter yang diamati untuk uji makromorfologi adalah bentuk koloni, ukuran
koloni, elevasi koloni, tepi koloni, permukaan koloni, dan warna koloni. Hali ini
sesuai dengan pernyataan Hidayat (2014) yang menyebutkan bahwa, pengamatan
secara makroskopis adalah dengan memperhatikan bentuk koloni, permukaan koloni,
warna koloni, dan tepi koloni. Hasil dari pengamatan makromorfologi isolat bakteri
pada saat praktikum didapatkan bentuk yang tidak beraturan, ukuran sedang (medium),
elevasi menonjol (raised), margin atau tepi yang undulate, permukaan mengkilap, dan
warna krem. Menurut Waluyo (2007), bentuk koloni bakteri yang berbeda-beda
merupakan ciri khas dari spesies bakteri tertentu. Selain itu, besar kecilnya koloni,
mengkilat tidaknya koloni, halus dan kasarnya permukaan koloni juga merupakan
sifat-sifat yang khas dari bakteri tersebut.
Gambar 3.2 Hasil Uji Motilitas

Hasil dari uji motilitas adalah positif yang ditandai dengan pertumbuhan koloni
yang menyebar, hal ini menunjukkan bahwa bakteri dapat bergerak (motil). Hasil
yang diperoleh sesuai dengan pernyataan Noviana (2004), bahwa Enterobacteriaceae
adalah keluarga bakteri yang bersifat motil atau dapat bergerak dengan menggunakan
flagel peritrik yang dimilikinya. Enterobacteriaceae bertanggung jawab pada sekitar
50% infeksi nosokomial. Penyebab paling sering menyebabkan infeksi nosokomial
oleh keluarga bakteri ini adalah E. coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus,
Providencia, dan Serratia marcencens.

Gambar 3.3 Hasil Uji Mikromorfologi

Pewarnaan gram dan bentuk sel adalah parameter yang diamati pada uji
mikromorfologi bakteri. Berdasarkan praktikum, hasil dari uji mikromorfologi yang
didapatkan adalah sel bakteri berbentuk batang (basil) dan berwarna merah yang
menunjukkan bahwa bakteri tersebut adalah bakteri gram negatif. Hasil yang
didapatkan sesuai dengan pernyataan Simmons & Gibson (2012) bahwa, bakteri
enterik merupakan bakteri Gram negatif dan secara umum berbentuk batang. Menurut
Pelczar & Chan (1986), bakteri memberikan reaksi gram negatif karena pembilasan
dengan alkohol menyebabkan lipid terekstraksi sehingga pori-pori dinding sel
membesar, sehingga senyawa kompleks Cristal violet-Yodium yang terbentuk dan
memasuki dinding sel dapat diekstraksi dan warna ungu menjadi hilang dan tertinggal
warna merah dari safranin di dalam dinding sel. Gram negatif memiliki kandungan
lipid yang tinggi (1122 %) dengan struktur dinding sel yang tipis (10- 15 nm),
berlapis tiga dan tahan terhadap gangguan fisik.

Gambar 3.4 Hasil Uji Katalase


Hasil yang didapatkan dari uji katalase adalah positif karena pada object glass
yang telah dioles oleh isolat dan ditetesi reagen H2O2 terdapat gelembung udara yang
mengindikasikan bahwa enzim katalase mampu mengubah hidrogen peroksida yang
bersifat toksik menjadi air dan oksigen yang tidak berbahaya.. Menurut Burnett &
Schuster (1980), hidrogen peroksida merupakan larutan yang terbentuk dari reaksi
asam sulfat dan barium peroksida. Hasil yang diperoleh sesuai dengan pernyataan
Ibrahim (2015) yang menyebutkan bahwa, sifat reaksi terhadap uji katalase ditentukan
dengan pemunculan gelembung gas yang memberikan indikasi pembentukan gas CO2.
Pengujian katalase adalah pengujian biokimiawi yang memperlihatkan aktivitas dari
bakteri yang menghasilkan enzim katalase ditandai dengan terbentuknya gelembung
pada pengujian yang menandakan reaksi positif.
Gambar 3.5 Hasil Uji Oksidase
Hasil dari uji oksidase adalah positif, dimana kertas merang yang telah ditetesi
oleh reagen oksidase berubah warna menjadi biru kehitaman. Hal ini menandakan
adanya enzim oksidase pada isolat bakteri. Menurut Jawetz et al. (2010) dalam
Anggraini et al. (2016), beberapa organisme menghasilkan enzim oksidase yang
berperan dalam mengkatalisis proses oksidasi dan reduksi elektron. Uji oksidase
bertujuan untuk menentukan bakteri enterik dan non enterik.

Gambar 3.6 Hasil Uji Protease


Hasil dari uji protease adalah negatif, dilihat dari tidak terbentuknya zona jernih
disekitar koloni, tidak terbentuknya zona jernih disekitar koloni mengindikasikan
bahwa isolat tidak menghasilkan protease yang dapat memecah protein menjadi
bentuk-bentuk yang lebih sederhana. Protease ekstraselular adalah enzim yang dapat
menghidrolisis protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana seperti
peptida rantai pendek dan asam amino. Berdasarkan cara pemotongan ikatan peptida,
enzim protease dapat dibagi menjadi eksopeptidase dan endopeptidase. Eksopeptidase
terdiri dari karboksiekso-peptidase yang memotong peptida dari arah gugus karboksil
terminal dan amino-ekso-peptidase dari gugus amino terminal, sedang endopeptidase
memecali ikatan peptida dari dalam (Mubarik et al., 2000).
Gambar 3.7 Hasil Uji Urease

Hasil dari uji urease adalah positif karena media berubah warna menjadi pink
atau merah muda, mengindikasikan bahwa bakteri mampu memecah urea. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Lim (2006) bahwa, media urea berisi indikator phenol red
dengan nterpretasi hasil : negatif (-) berarti tidak terjadi perubahan warna media
menjadi pink/merah jambu, artinya kuman tidak memecah urea membentuk amoniak.
Positif (+) : tidak terjadi perubahan warna media menjadi pink/merah jambu, artinya
kuman memecah urea membentuk amoniak (Lim, 2006).

Gambar 3.8 Hasil Uji IMVIC


Medium Trypton Broth (Indole)
Hasil dari uji IMVIC pada medium Trypton broth (Indole) adalah negatif, karena
tidak terbentuk cincin merah pada permukaan media yang mengindikasikan bahwa
bakteri tidak dapat menghasilkan indol. Hal ini sesuai dengan Rahayu & Gumilar
(2017), uji indol bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan bakteri menghasilkan
indol dengan menggunakan tryptophanase. Produksi indol didalam media
dimungkinkan karena adanya trytophan. Triptofan merupakan asam amino esensial,
yang teroksidasi oleh beberapa bakteri yang mengakibatkan pembentukan indol, asam
piruvat, dan amonia. Menurut Sari & Apridamayanti (2014), hasil yang positif pada
pengujian indol adalah terbentuknya cincin merah cherry yang disebabkan karena
bakteri dapat memproduksi indole dari pemecahan asam amino trypthopan dengan
menggunakan ezim tryptophanase. Produksi indole akan dideteksi dengan
menggunakan pereaksi Erlich atau reagen Kovak. Indol akan bereaksi dengan
aldehyde dalam reagen dan memberikan warna merah. Sebuah lapisan alkohol merah
akan terbentuk sepeti cincin di bagian atas menandakan indol positif.

Gambar 3.9 Hasil Uji IMVIC


Medium Protease Broth (MR)
Hasil yang diperoleh dari uji IMVIC pada medium Protease broth (Methyl
red) adalah positif karena medium berubah warna menjadi merah muda.
Berdasarkan praktikum, uji Methyl red bertujuan untuk mengetahui jalur
metabolisme karbohidrat atau glukosa melalui jalur campur. Sementara menurut
Rahayu & Gumilar (2017), uji Methyl Red (MR), bertujuan untuk mendeteksi
kemampuan organisme dalam memproduksi dan mempertahankan produk akhir
asam stabil dari fermentasi glukosa. Methyl red adalah indikator pH, yang tetap
berwarna merah pada pH 4,4 atau kurang.
Gambar 3.10 Hasil Uji IMVIC
Medium Protease Broth (VP)
Hasil yang didapatkan dari uji IMVIC pada medium protease broth (Voges
proskauer) adalah negatif karena medium tidak berubah warna menjadi merah.
Berdasarkan praktikum, uji VP dilakukan untuk mengetahui jalur metabolisme
karbohidrat atau glukosa melalui jalur butilen glikol. Hasil yang didapatkan
sesuai dengan pustaka, bahwa uji Voges Proskauer (VP) adalah tes yang
digunakan untuk mendeteksi acetonin dalam kultur cair bakteri. Pengujian ini
dilakukan dengan menambahakan alphanaftol dan kalium hidroksida dengan
kaldu voges Proskauer yang telah diinokulasi dengan bakteri. Warna merah
menunjukkan hasil yang positif, sedangkan warna kuning coklat atau tidak
berwarna merupakan hasil negative (Rahayu & Gumilar, 2017).
Gambar 3.11 Hasil Uji IMVIC
Medium Cimmon citrate

Hasil uji IMVIC pada medium Cimmon citrate yang diamati pada saat praktikum
adalah positif karena medium berubah warna dari hijau menjadi biru. Hasil yang
didapatkan sesuai dengan pernyataan Rahayu & Gumilar (2017), bahwa uji sitrat
bertujuan mendeteksi kemampuan suatu organisme untuk memanfaatkan sebagai
satu-satunya sumber karbon dan energi. Jika bakteri mampu menggunakan sitrat
sebagai sumber karbonnya maka akan menaikan pH dan mengubah warna medium
biakan dari hijau menjadi biru.

Gambar 3.12 Hasil Uji Gula (Acid form)

Hasil yang diperoleh dari uji gula adalah negatif karena terjadi perubahan warna
medium menjadi kuning namun tidak terbentuk gas pada medium, hal ini
menunjukkan bahwa bakteri tidak mampu memfermentasikan manosa, xylosa,
maltosa, dan arabinosa. Menurut Cornelissen et al., (2013), uji gula-gula di gunakan
untuk melihat adanya kemampuan bakteri dalam memfermentasikan karbohidrat
menjadi asam-asam organik, yaitu dengan adanya perubahan warna indikator yang
terdapat dalam pemberian warna merah menjadi warna kuning. Dimana
mikroorganisme memperoleh energi dari substrat berupa karbohidrat yang selanjutnya
di fermentasi menjadi asam-asam organik disertai atau tidak terbentuknya gas.
Organisme-organisme yang berbeda akan menggunakan karbohidrat yang berbeda
tergantung dari komponen enzim yang dimilikinya. Bakteri yang dapat
memfermentasikan laktosa adalah dari genus Enterobacteriaceae. Enterobacteria
dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan fermentor laktosa yaitu fermentor I-laktosa,
seperti Escherichia coli, Enterobacter spp., dan Klebsiella spp .; II-akhir fermentor
laktosa, seperti Citrobacter spp. dan Serratia spp .; dan III-laktosa nonfermenter,
seperti Edwardsiellatarda, Hafnia, Morganella morganii, Proteus spp., Providencia
spp., Salmonella spp., Shigella spp., dan Yersinia spp (Ibrahim & Hameed, 2015).

Gambar 3.13 Hasil Uji H2S

Hasil dari uji H2S yang diamati pada saat praktikum adalah negatif karena tidak
terbentuk endapan hitam pada media. Menurut Kambey et al. (2016), uji H2S
bertujuan untuk mengetahui terbentuknya Sulfida. Uji positif, terbentuknya warna/
endapan hitam. Uji negatif,tidak terbentuk endapan/ warna hitam. Media TSIA juga
dapat digunakan untuk mengetahui pembentukan H2S yaitu melihat apakah kuman
memfermentasi metionin dan sistein (Asam amino yang mempunyai gugus S). Media
TSIA terdapat asam amino metionin dan sistein, jika bakterin memfermentasi kedua
asam amino ini maka gugus S akan keluar dan gugus S akan bergabung dengan H2O
membentuk H2S.
Gambar 3.14 Tabel Karakterisasi Bakteri Enteron

Hasil identifikasi dari kelompok 3 rombongan II sampel menunjukkan


karakteristik yang cocok dengan Klebsiella sp. dimana sampel mempunyai ciri-ciri
makromorfologi seperti bentuk yang tidak beraturan, ukuran sedang (medium), elevasi
menonjol (raised), margin atau tepi yang undulate, permukaan mengkilap, dan warna
krem. Uji mikroskopis menunujkkan bahwa bakteri merupakan bakteri gram negatif
dengan bentuk batang (basil). Uji biokimiawi Indole menunjukkan hasil yang negatif,
medium Methyl red menunjukkan hasil positif, medium VP negatif, Cimmon citrate
positif, dan uji H2S menunjukkan hasil negatif. Sementara pada uji gula menunjukkan
hasil yang negatif. Menurut Hidayat (2014), Klebsiella sp. memiliki ciri-ciri
makroskopis bentuk koloninya bulat tak beraturan, permukaan cembung dan
pinggiran rata. Sedangkan ciri-ciri mikroskopis bakteri ini berbentuk sel batang dan
bersifat Gram negatif. Pada uji biokimiawi, Klebsiella sp. dapat memfermentasi
glukosa, laktosa, manitol, maltosa dan sukrosa pada medium gula-gula, tidak dapat
membentuk indol, hasil reaksi negatif pada motilitas, tidak dapat membentuk H2S,
dapat menggunakan sitrat, hasil reaksi negatif pada uji MR dan positif pada uji VP.
Klebsiella sp. tersebar secara merata di alam yaitu di tanah dan di air, bahkan bakteri
ini juga ditemukan di saluran pencernaan manusia. Menurut Ko et al., (2002),
Klebsiella sp. telah dikenal dalam dunia medis sebagai organisme patogen.

Kemungkinan sampel yang didapatkan bukan merupakan Klebsiella karena pada


uji gula menunjukkan hasil yang negatif yang menunjukkan bahwa bakteri tidak
mampu memfermentasi glukosa, sementara Klebsiella sp. mampu memfermentasi
glukosa. Menurut Hemraj (2013), terdapat salah saktu bakteri yang tidak memiliki
kemampuan memfermentasi gula. Bakteri tersebut adalah bakteri dengan genus
Shigella. Shigella merupakan bakteri Gram negatif anggota dari kelompok bakteri
coliform yang sering mencemari air. Oleh karena itu ada kemungkinan sampel
terkontaminasi oleh jenis bakteri tersebut. Sedangkan menurut Schofield & Molineux
(2014), Shigella adalah anggota dari Enterobacteriaceae, ciri-ciri dari organisme ini
adalah bentuknya yang kecil, non-motile, bakteri fakultatif anaerob, gram negatif,
berbentuk batang atau basil. Shigella dibagi menjadi 4 serotipe diantaranya: S.
dysentriae serotipe 1-13, S. flexneri serotipe 1-15, S. sonnei serotipe 1, dan S. boydii
serotipe 1-18. Serotipe S. flexneri dan S. dysentriae 1 bertanggung jawab atas infeksi
yang mayoritas merupakan infeksi tingkat parah.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR REFERENSI

Feliatra. 1999. Identifikasi Bakteri Patogen (Vibrio sp) di Perairan Nongsa


Batam Provinsi Riau. Jurnal Natur Indonesia. 11(1), pp. 28-33.

Regli, A. D. & Jean, M. 2015. Enterobacter aerogenesand Enterobacteriaceae;


Versatile Bacterial Phatogen Confronting Antibiotic Treatment. Frontiers in
Microbiology. 6, pp. 1-10.

Wahab, M. F. A. 2007. Analysis of Citrobacter freundii A1 Whole Cell and its


Recombinant Flavin Reductase Biodegradation of Azo Dyes Using
Spectrophotometric an Voltametric Techniques. Thesis. Universiti Tekonologi
Malaysia.

Tapotubun, A. M., Savitri, I. K. E., & Matrutty, T.E. A. A. 2016. Penghambatan


Bakteri Patogen Pada Ikan Segar Yang Diaplikasi Caulerpa lentillifera. JPHPI.
19(3), pp. 299-307.

Cappuccino, J. G. & Sherman, N. 2000. Microbiology: A Laboratory Manual. .


California: The Benjamin Cummings Publishing Company, Inc.Wilbraham &
Michael 1992.

Lim, D. 2006. Microbiology. New York: McGraw-Hill.Bergeys Manual


Determinative Bacteriology, 1994. Facultatively Anaerobic GramNegative Rods.
9th edition. (Eds). Holt JG, et al., Williams & Wilkins, 423, East Preston Street,
Baltomore, Maryland, USA. Hlm. 175-289.

Hidayat, O., Febria, F. A., & Nasir, N. 2014. Isolasi dan Karakterisasi
Bakteri pada Pasir Sarang dan Cangkang Telur Penyu Lekang (Lepidochelys
olivaceae L.) yang Menetas dan Gagal Menetas. Jurnal Biologi Universitas
Andalas. 3(2), pp. 154-161.

Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.


Noviana, H. 2004. Pola Kepekaan Antibiotika E. coli yang diisolasi dari Berbagai
Spesimen Klinis. Jurnal Kedokteran Trisakti. 23(4), pp. 122-126.
Pelczar M.J. & E.C.S. Chan 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit
UI Press.
Simmons J, Gibson S, 2012. Bacterial and Mycotic Diseases of Nonhuman
Primates, Nonhuman Primates in Biomedical Research, 32 Jamestown Road,
London NW1 7BY UK. Elsevier Inc. Hlm. 126-130.
Burnett GW, Schuster GS. Oral microbiology and infection disease. London:
William and Wilkins; 1980. p. 6266, 14160.
Ibrahim, A., Fridayanti, A., & Delvia, F. 2015. Isolasi dan Identifikasi
Bakteri Asam Laktat (BAL) dari Buah Mangga (Mangifera indica L.). Jurnal
Ilmiah Manuntung. 1(2), pp. 159-163.
Mubarik NR, A. Suwanto dan MT Suhartono, 2000. Isolasi dan karakterisasi
protease ektraseluler dari isolat bakteri termofilik ekstrim. Prosiding
Seminar Nasional Industri Enzim dan Bioteknologi II. Mikrobniologi,
Enzim dan Bioteknologi Dalam Perspektif Ekonomi dan Industri. Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta, Him 151-158

Rahayu, S. A. & Gumilar, M. H. 2017. Uji Cemaran Air Minum Masyarakat


Sekitar Margahayu Raya Bandung dengan Identifikasi Bakteri E. coli. LIPST.
4(2), pp. 50-54.

Sari, R. & Apridamayanti. 2014. Cemaran Bakteri Escherichia coli dalam


Beberapa Makanan Laut yang Beredar di Pasar Tradisional Kota Pontianak.
Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi. 2(2), pp. 14-19.

Kambey, D., Fatimawali, & Manampiring, A. E.2016. Isolasi bakteri


resisten merkuri dalam urin pasien dengan tumpatan amalgam di Puskesmas
Bahu Manado.Jurnal e-biomedik. 4(2), pp. 1-9.

Marlina. 2008. Identifikasi bakteri Vibrio parahaemolitycus dengan metode


Biolog dan Deteksi Gen ToxRnya secara PCR. Jurnal Sains dan Teknologi
Farmasi Vol 13 No 1 2008

Ibrahim, I.A.J., & Hameed T.A.K. 2015. Isolation, Characterization, and


Antimicrobial Resistance Patters of lactose-Fermenter Enterobacteriaceae
Isolated from Clinical and Enviromental Sampel. Journal of Medical
Microbiology. 5(1), pp. 169-176

Hemraj, V., 2013. A review on Commonly Used Biochemical Test For Bacteria.
India: Departement of Pharmacy, L R Intitute of Pharmacy, Solan (H.P).

Schofield, D.A., Wray, D. J. & Molineux, I. J. 2014. Isolation and development of


bioluminescent reporter phages for bacterial dysentery. Eur J Clin Microbiol Infect Dis.
pp, 1-5.
Cowan, S.T., G. I. Barrow, K.J. Steel, & R. K. A. Feltham. 1993. Cowan and Steel's
Manual for the Identification of Medical Bacteria. Cambridge: University Press

Anda mungkin juga menyukai