Anda di halaman 1dari 26

BAB I

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : Bayi Kenzi Rizki Fauzan
Umur : 1 Bulan
Tanggal Lahir : 21 April 2017
Usia : 1 Bulan 1 Hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Sentul 1/6 Rowoboni Banyubiru, Kabupaten Semarang
Nomor Rekam Medis : 127555-2017
Tanggal masuk : 22 Mei 2017 Jam 12:54

II. DATA DASAR


ANAMNESA (Subyektif)
Aloanamnesa tanggal 22 Mei 2017 pada orangtua pasien di ruang anggrek kamar
intensif RSUD Ambarawa

KELUHAN UTAMA :
Batuk-batuk sejak 3 hari SMRS yang memberat

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :


Pasien masuk ruang perawatan melalui poli anak, orangtua pasien
mengeluhkan pasien mengalami batuk-batuk sejak 3 hari SMRS, batuk dengan
terdapat dahak yang sulit dikeluarkan. Batuk-batuk semakin memberat semakin
hari. Keluhan tersebut disertai dengan sesak nafas dirasakan semakin memberat
sehingga orang tua pasien merasa hingga mengganggu tidur pasien, orang tua
pasien merasa tidur pasien menjadi mengorok semenjak terdapat batuk-batuk,
keluhan tersebut tidak disertai dengan demam, BAB dan BAK normal.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat penyakit seperti ini sebelumnya : disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Keluarga pasien menuturkan pada satu rumah terdapat anggota keluarga yang
terserang batuk-batuk dan pilek.

GENOGRAM

Pneumonia

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


G0P1A0, aterm, 39 minggu, riwayat kunjungan antenatal teratur, bayi lahir
spontan, berat badan lahir 4100 gram, lahir di bidan, pasien merupakan anak
pertama. Saat lahir bayi langsung menangis.

RIWAYAT IMUNISASI
Pasien baru mendapatkan imunisasi sebanyak 2x
Nama Waktu
Hepatitis B 1x 0 Bulan
BCG 1x 0 Bulan

RIWAYAT MAKANAN
Pasien masih dalam ASI eksklusif

RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT : Tidak ada

2
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis, GCS = 15
Tanda vital :
Nadi = 139 x/menit, reguler.
Suhu = 36,8 0C
RR = 48 x/menit, reguler
Data Antopometri
BB 5000 gram
PB 59 cm
LILA 16 cm
LK 39 cm
o Berdasarkan pengukuran linkar kepala Nellhaus 50%
= normochephal
Status Gizi : Gizi baik, normoweight

Data Antopometri
- Berat badan : 5 Kg
- Tinggi badan : 59 cm
- Umur 1 bulan
- Berdasarkan tabel WHO BB//U : 2 < z score < 3 = normal
- Berdasarkan tabel WHO TB//U : 2 < z score < 3 normal
- Berdasarkan tabel WHO IMT for age :
BMI : 5/(0,59)2 = 14,36
Umur 1 bulan
BMI/U : -1 < z score < 0 = gizi baik, normoweight

Kepala : Normocephal, rambut kepala halus, simetri, lonjong, caput


sucendaneum (-), cephal hematom (-)
Wajah : Ikterik-/-, simetris
Mata : Edama palpebra -/-, kelopak mata terbuka, cekung (-)
Telinga : Bentuk normal, simetris, telinga dan pinna keras, rekoil.
3
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/-, , napas
cuping hidung (-), terpasang oksigen 2 lpm.
Mulut : Bibir basah, mukosa bibir lembab, sianosis (-)
Leher : tidak teraba pembesaran KGB
Thoraks : Pulmo:
I = Normochest, dinding dada simetris, terdapat retraksi
epigastrium.
P = Ekspansi dinding dada simetris
P = Sonor di kedua lapang paru
A = Suara dasar vesikuler (-/-), ronkhi basal (+/+),wheezing (-
/-)
Abdomen : I = Datar
P = Dinding perut tegang, turgor kulit baik, supel
P = tympani disebagian besar lapang abdomen
A = Bising usus normal (+) 2-3x/ menit
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, turgor kulit baik, pasien tidak sianosis,
garis kaki sampai dengan 2/3 anterior.
Kulit : Turgor kulit baik, capillary refill < 2 detik, lanugo menghilang.
Ballard Score : 38 (35-40 minggu)
Downe Score : < 4 ( gangguan pernafasan ringan)

4
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Laboratorium tanggal 22/5/17
Darah Rutin
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
Hemoglobin 10,4 g/dL 10.8 15.6 g/dl
Leukosit 7300 5 14.5 ribu
Eritrosit 3,53 juta/L 4.5-13.6
Trombosit 284000 /ul 150 400 ribu
Hematokrit 29,2 % 35 47%
MCV 82,7 fl 82 98 fL
MCH 29,5 pg 27 32 pg
MCHC 35,6 g/dl 32 - 37 g/dl
Limfosit 4,5 1.5 6.5
Monosit 0,8 0-0.8
Granulosit 26,9 2-4
PCT 0,227 0.2-0.5

Diagnosis Kerja :
Suspek Pneumonia

Tatalaksana :
1. Indikasi rawat inap
2. Oksigen 2 lpm nasal kanul
3. Cefotaxim 2 x 125 mg + NaCl 50 cc/ 8 jam
4. Amikacyn 2x30 mg
5. Nebulisasi meptin 0,3 gr amp
6. Cetirizine 1x1 ml PO
7. Paracetamol syrup 3 x 60 mg/8 jam
8. OGT 8 x 60 cc
9. Foto thorax

5
IV. RESUME :
Pasien masuk ruang perawatan melalui poli anak, orangtua pasien
mengeluhkan pasien mengalami batuk-batuk sejak 3 hari SMRS, batuk dengan
terdapat dahak yang sulit dikeluarkan. Batuk-batuk semakin memberat semakin
hari. Keluhan tersebut disertai dengan sesak nafas dirasakan semakin memberat
sehingga orang tua pasien merasa hingga mengganggu tidur pasien, orang tua
pasien merasa tidur pasien menjadi mengorok semenjak terdapat batuk-batuk,
keluhan tersebut tidak disertai dengan demam, BAB dan BAK normal.

Pemeriksaan Fisik
Nadi = 139 x/menit, reguler.
Suhu = 36,8 0C
RR = 48 x/menit, reguler
Ronkhi basal paru +/+

Pemeriksaan Lab
Darah Rutin
Hb : 10,4 g/dL
Ht : 29,2 %
Eritrosit : 3,53 juta/L
Leukosit : 7300
Trombosit : 284000 /ul
MCV : 82,7 fl
MCH : 29,5 pg
MCHC : 35,6 g/dl
PDW :15,0
MPV : 8,0
Limfosit : 4,5
Monosit : 0,8
Granulosit : 26,9
PCT : 0,227%

6
V. DAFTAR MASALAH
Anamnesis
1. Batuk
2. Sesak nafas
3. Dahak sulit dikeluarkan

Pemeriksaan Fisik
o Nadi = 139 x/menit, reguler.
o Suhu = 36,8 0C
o RR = 48 x/menit, reguler
o Ronkhi basal paru +/+
VI.DIAGNOSA
Pneumonia

VII.PENELUSURAN (FOLLOW UP)

Tanggal
S O A P
(jam)
23/05/2017 Batuk HR : 125x/menit Pneumonia Paracetamol
(05.00) batuk sejak RR : 44x/menit syrup 3x60 mg
Hari 4 hari Suhu : 36,5oC Injeksi
perawatan Tidur Akral hangat cefotaxime 2x
I mengorok CRT <2detik 125 mg IV
Malam Rhonkhi basal Injeksi
tidak +/+ amikacyn 2 x
demam 30 mg IV
Bunyi RL 8 tpm
nafas grok- ASI via OGT
grok 30 cc/3 jam
Nebulisasi
meptin (0,3
mg/kgbb) x
amp /8 jam

7
24/05/2017 Sesak RR : 38x/menit Pneumonia Inj cefotaxime
Hari berkurang HR : 132x/menit 2 x 125 mg iv
perawatan Bunyi Suhu : 37.1oC Inj amikacyn 2
ke - II nafas grok- Akral hangat 30 iv
grok Hasil rontgen PO cetirizine 1
berkurang thorax : cor dan x 2 gr
Tidak pulmo normal Minum OGT 8
terdapat tidak tampak x 75 cc
demam infiltrat Nebulisasi
Mata meptin 0,3
seperti cc/kgbb/hari
bengkak Oksigen 2 lpm
27/05/2017 Batuk pilek HR : 105x/menit Pneumonia Rencana Aff
(06.00) berkurang RR : 40x/menit NGT, mencoba
Hari Sesak nafas Suhu : 36,6oC minum lewat
perawatan berkurang Akral hangat mulut
ke VI Tidak Rhonkhi basal Oksigen NK 2
terdapat +/+ berkurang lpm
demam Pindah ruangan
biasa
Nebulisasi
meptin 0,3
cc/kgbb/hari
Cefotaxime 2 x
125 mg + NaCl
50 cc/ 8 jam
Amikacyn 2 x
30 mg
29/05/2017 Tidak HR : 110x/menit Pneumonia Rencana Aff
(06.00) terdapat RR : 36x/menit Perbaikan oksigen NK
Hari sesak Suhu : 36,2oC Besok pulang
perawatan Batuk Akral hangat

8
ke-VIII berkurang CRT < 2 detik
Minum
baik
Tidak
terdapat
demam
Tidur
nyenyak

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. Pneumonia
Definisi1
Pneumonia merupakan infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus
dan jaringan interstisial. Merupakan salah satu infeksi saluran pernafasan bagian
bawah.

Etiologi dan Epidemiologi2,3


Pneumonia tercatat menyebabkan kematian sebesar 16 % pada anak
berumur kurang dari 5 tahun dan membunuh 920136 anak pada tahun 2015.3
Insidensi pneumonia pada anak berusia < 5 tahun adalah 10-20 kasus/100 anak
per tahun di negara berkembang dan 2-4 kasus di negara maju.
Pneumonia biasanya disebabkan oleh virus atau bakteria. Sebagian besar
episode yang serius disebabkan oleh bakteria.2 Umumnya etiologi pneumonia
komunitas yang terkena pada anak dibawah 2 tahun adalah disebabkan karena
virus, sedangkan untuk pneumonia karena infeksi bakteri paling banyak
disebabkan oleh kuman Streptococcus pneumonia 4
Pneumonia bisa disebabkan oleh virus, bakteri maupun fungi, pneumonia
disebebkan oleh infeksi paru akut, dimana paru memiliki sakus sakus kecil yang
disebut alveoli, yang terisi dengan udara pada anak yang sehat. Saat seseorang
terkena pneumonia maka alveoli akan terisi oleh pus dan cairan yang
menyebabkan kesulitan saat bernafasdan membatasi intake oksigen.3

Penyebab
Streptococcus pneumoniae (paling banyak yang menyebabkan
pneumonia pada anak)
Haemophilus infulenzae tipe B ( kedua terbanyak yang
menyebabkan pneumonia)
Respiratory syctitial virus, virus yang paling sering menyebabkan
pneumonia
Infants yang terserang HIV.

10
Transmisi3
Pneumonia dapat menyebar dengan banyak cara. Virus dan bakteri
penyebab banyak ditemukan pada hidung dan tenggorokan anak yang dapat
menginfeksi paru-paru jika terinhalasi, agan juga bisa menyebar melalui droplet
dan batuk atau bersin. Pneumonia juga bisa menyebar melalui darah khususnya
selama melahirkan

Patofisiologi
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang
dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun
kekebalan tubuhnya, adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia
itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan
tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi,
bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembangbiak dan merusak organ
paru.
Kerusakan jaringan paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan
peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang
dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung
merusak sel-sel sistem pernapasan bawah. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan
dari lobus paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus
paru (tiga di paru kanan, dan dua di paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan
paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran
darah. Pneumonia adalah bagian dari penyakit infeksi pneumokokus invasif
yang merupakan sekelompok penyakit karena bakteri streptococcus
pneumoniae. Kuman pneumokokus dapat menyerang paru selaput otak, atau
masuk ke pembuluh darah hingga mampu menginfiltrasi organ lainnya. infeksi
pneumokokus invasif bisa berdampak pada kecacatan permanen berupa
ketulian, gangguan mental, kemunduran intelegensi, kelumpuhan, dan
gangguan saraf, hingga kematian.

11
Faktor Resiko3,6
Faktor resiko pneumonia dari lingkungan seperti;
Polusi udara dalam ruang seperti memasak memakai minyak tanah atau
kayu bakar
Tinggal pada rumah dengan penuh penghuni
Orang tua yang merokok.
Pada anak gizi buruk
Pada penderita dengan deficit imunologis
Imunisasi tidak lengkap
Pada anak yang tidak diberi ASI eksklusif
Anggota keluarga serumah yang menderita batuk
Beberapa faktor resiko lain yang meningkatkan angka kejadian dan derajat
pneumonia adalah defek anatomi bawaan, imunodefisiensi, polusi, GERD,
aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak mendapat ASI, imunisasi tidak
lengkap, terdapat anggota keluarga serumah yang menderita batuk dan kamar
tidur yang terlalu padat.1

Patofisiologi
Pneumonia dapat berasal dari infeksi primer pada paru-paru atau juga
mungkin dapat berasal dari infeksi sistemik Mikroorganisme yang terhirup harus
melalalui pertahanan imun pada inang untuk menyebabkan infeksi pneumonia.
Mekanisme non-imun yang pertama yang harus dilewati adalah hidung yang
memiliki sistem pembersihan mukosiliar, reflek batuk, substansi sekresi (lisozim,
komplemen dan defensin), makrofag, neutrophil, dan limfosit. Banyak dari
mekanisme perntahanan ini menurun pada fetus dan infant yang akan
menyebabkan mudahnya terjadi kerusakan pada struktur dan fungsi paru
normal.Alveolus juga memiliki surfaktan untuk mekanisme pertahanan dari
infeksi dengan cara memodulasi fagositosis. Bayi yang baru lahir umumnya
memiliki mukosa sistem respirasi yang bersih (steril).

Anamnesis dan Gambaran Klinis1,3


Bergantung pada berat dan ringannya infeksi. Secara umum dapat
ditemukan :

12
Gejala infeksi umum : demam sakit kepala, gelisah, malaise,
penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal (mual, muntah,
diare)
Gangguan respiratori : batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea,
napas cuping hidung, air hunger, merintih dan sianosis.
Pada anak dibawah 5 tahun, yang memiliki batuk dan atau memiliki
kesulitan bernafas dengan atau tanpa demam, pneumonia dapat didiagnosis
dengan terdapatnya pernafasan yang cepat ataupun retraksi dinding dada selama
inspirasi. Wheezing umumnya terjadi pada pneumonia yang disebabkan karena
virus.

Diagnosis
Tes diagnostik untuk menentukan pasien apakah pneumonia dengan : pulse
oximetri, darah lengkap, kultur darah dan kultur sputum, pemeriksaan serologi,
rontgen thorax, ultrasonografi.5
Umumnya diagnosa pneumonia tegak oleh pemeriksaan radiologi, tetapi
WHO telah menentukan diagnosis pneumonia juga didpatkan dengan inspeksi dan
nilai laju respirasi. Pada pemeriksaan fisik ditemukan gembaran klinis seperti
demam, takipnea, peningkatan pola nafas, ronkhi, dan wheezing. Status hidrasi,
tingkat aktivitas, saturasi oksigen, adalah hal penting untuk menentukan indikasi
rawat inap. Takipneu merupakan indikasi penting pada tanda vital. Demam sendiri
akan meningkatkan laju respirasi sebanyak 10 nafas permenit per derajat celcius.
Pada anak demam dengan takipneu, hasil temuan terdapat retraksi dinding dada,
krepitasi, nasal flaring , dan grunting. WHO menggunakan takipneu dengan
disertai keluhan batuk sebagai kriteria diagnosis dari pneumonia pada negara
berkembang dimana foto thorax belum tersedia

13
Gambar Diagnosis Pneumonia Disertai Dengan Batuk4

Pemeriksaan Penunjang
a. Darah Perifer Lengkap
Pneumonia viral : leukosit normal atau sedikit meningkat
Pneumonia bakterial : leukositosis beriksar antara 15.000-
40.000/mm3
b. Foto Thorax
Pemeriksaan dilakuakan pada penderita pneumonia yang dirawat inap atau
bila tanda klinis membingungkan. Foto thorax ulang hanya dilakukan bila
terdapat atelectasis, kecurigaan pneumonia berat, gejala yang menetap atau
memburuk, atau tidak terdapat respon terhadap antibiotik.
Infiltrat interstisial : peningkatan corakan bronkovaskuler,
hiperaerasi
Infiltrat alveolar ( konsolidasi paru dengan air bronchogram)
disebut sebagai pneumonia lobaris bila mengenai 1 lobus paru
Bronkopneumonia : bercak-bercak infiltrat difus merata pada
kedua paru disertai dengan peningkatan corakan peribronkial
Penebalan peribronkial, infiltrat interstisial merata, dan hiperinflasi
cenderung terlihat pada pneumonia virus
c. Pemeriksaan Kultur dan Pewarnaan Gram Sputum
d. Pemeriksaan Antigen Virus: dengan atau tanpa kultur, dilakukan pada
anak usia <18tahun
e. Pemeriksaann kultur dan pewarnaan gram sputum dengan kualitas yang
baik. Kultur darah tidak direkomendasikan pada pasien rawat jalan, tetapi

14
direkomendasikan pada pasien rawat inap dengan kondisi berat pada setiap
anak yang dicurigai menderita pneumonia bakterial.
f. Analisis Cairan Pleura
g. Pemeriksaan C-Reaktif Protein (CRP), laju endap darah, dan protein fase
akutlainnya tidak direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin.
h. Pemeriksaan uji tuberkulian selalu dipertimbangkan pada anak dengan
riwayat kontak dengan penderita TBC dewasa.

Klasifikasi2,6
Klasifikasi pneumonia berdasarkan IDAI6
Bayi kurang dari 2 bulan
o Pneumonia berat : napas cepat atau retraksi yang berat
o Pneumonia sangat berat : tidak mau menetek/minum, kejang,
letargis, demam atau hipotermia, bradipnea, atau pernapasan
ireguler
Anak berumur 2 bulan 5 tahun
o Pneumonia ringan : napas cepat
o Pneumonia berat : retraksi
o Pneumonia sangat berat : tidak dapat minum/makan, kejang,
letargis, malnutrisi.

Dalam program penanggulangan penyakit ISPA, pneumonia


diklasifikasikan sebagai2

1. Pneumonia Ringan
Diagnosis2
Disamping batuk atau kesulitan barnapas, hanya terdapat napas
cepat saja,
o Anak yang lebih muda < 2 bulan berat badan lalu 50 x
menit
o pada anak umur 2 bulan-11 bulan : 50 kali/menit
o pada anak umur 1 tahun-5 tahun : 40 kali/menit
Pastikan bahwa anak tidak mempunyai tanda-tanda pneumonia
berat.
Tatalaksana
Rawat jalan : anjurkan ibu untuk memberi makan anak, nasihati I
bu untukmembawa kembali anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat
kalau keadaan anak memburuk atau tidak bisa minum atau
menyusu.

15
Beri antibiotik : kotrimoksasil (4mg TMP/kgBB/kali) 2 kali sehari
selama 3 hari atau Amoksisilin (25 mg/kgBB/kali) 2 kali sehari
selama 3 hari. Untuk pasien HIV diberikan selama 5 hari.

2. Pneumonia Berat
Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal
berikut:
Kepala terangguk-angguk
Pernapasan cuping hidung
Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Foto dada menunjukan gambaran pneumonia (infiltrate luas,
konsolidasi dan lain lain)
Selain itu dapat pula ditemukan tanda berikut:
Napas cepat
o Anak umur < 2 bulan : 60 kali permenit
o Anak umur 2-11 bulan : 50 kali permenit
o Anak umur 1-5 tahun : 40 kali permenit
o Anak umur 5 tahun : 30 kali permenit
Suara merintih atau grunting pada bayi muda
Pada auskultasi terdengar
o Crackles (ronkhi)
o Suara pernapasan menurun
o Suara pernapasan bronkial
Pada keadaan sangat berat dapat dijumpai :
o Tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau
memuntahkan semuanya
o Kejang, letargis atau tidak sadar
o Sianosis
o Distress pernapasan berat
o Demam /hipotermia
o Bradipnea
o Pernafasan ireguler
Tatalaksana pneumonia berat
Rawat inap
Terapi antibiotik
o Beri ampisilin/amoksisilin (25-50mg/kgBB/kali IV atau IM
setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72
jam pertama. Bila anak memberi respon yang baik, maka
diberikan selama 5 hari. Selanjutnya terapi dilanjutkan di
rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (15
mg/kgBB/tiga kali sehari) untuk 5 hari berikutnya.
o Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau
terdapat keadaan yang berat seperti tidak dapat menyusu
16
atau minumdan makan, atau memuntahkan semuanya,
kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distress
pernafasan berat, maka ditambahkan kloramfenikol ( 25
mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam).
o Bila pasien datang dalam keadaan klinis beratsegera
berikan oksigen dan pengobatan kombinasi ampisilin
koramfenikol atau ampisilin-gentamisin.
o Sebagai alternative beri seftriakson (80-100 mg/kgBB IM
atau IV sekali sehari )
o Bila anak tidak membaik dalam 48 jam, maka bila
memungkinkan membuat foto dada.
o Apabila diduga pneumonia stafilokokal, ganti antibiotic
dengan gentamisin (7,5 mg/kgBB IM sekali sehari) dan
kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam) atau
klindamisin (15 mg/kgBB/hari-3 kali pemberian). Bila
keadaan anak membaik, lanjutkan kloksasin (atau
diklosaksin PO 4 kali sehari sampai secara keseluruhan
mencapai 3 minggu, atau klindamisin secara oral selama 2
minggu.
o Terapi oksigen
o Lanjutkan pemberian oksigen sampau tanda hipoksia
(seperti tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang
berat atau nafas 70/menit) tidak ditemukan lagi.
o Perawatan penunjang
Bila anak disertai dengan demam 39 C yang
tampaknya menyebabkan distress, beri paracetamol
Bila ditemukan adanya wheezing, beri
bronkhodilator kerja cepat
Bila terdapat sekret kental di tenggorokan yang oleh
tidak dapat dikeluarkan oleh anak, hilangkan alat
penghisap secara perlahan
Pastikan anak memperoleh kebutuhan cairan
rumatan sesuai dengan umur anak.

Tatalaksana Umum
Pasien dengan saturasi oksigen 92% pada saat bernapas dengan udara kamar
harus diberikan terapi oksigen dengan nasal kanul, head box, atau sungkup untuk
mempertahankan saturasi oksigen 92%
Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan
intravena dan dilakukan balans cairan ketat
Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan
pasien dan mengontrol batuk

17
Nebulisasi dengan beta 2 agonis dan atau NaCl dapat diberikan untuk
memperbaiki mucociliary clearance.
Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya
setiap 4 jam sekali, termasuk pemeriksaan oksigen.

Antibiotik
Umumnya anak-anak yang terdiagnosis pneumonia akan diberikan
antibiotik oral. Amoxilin dosis tinggi digunakan sebagai antibiotik lini pertama
untuk pneumonia komunitas yang tidak memiliki komplikasi. Amoxixilin
merupakan pilihan untuk anak < 5 tahun karena efektif melawan sebagian besar
pathogen yang menyebabkan pneumonia pada anak, ditoleransi dengan baik dan
murah. Alternatifnya adalah co-amoxiclav, ceflacor, eritromisin, claritromisin dan
azitromisin.
Antibiotik lini kedua dan ketiga generasi sefaloporin dan golongan
makrolida umumnya diberikan sebagai pilihan pertama pada anak 5 tahun. .
contohnya azitromisin bisa digunakan sebagai alternatif. Makrolid diberikan jika
M pneumonia atau C. pneumonia dicurigai sebagai penyebab. Amokxixilin
diberikan sebagai terapi pilihan pertama jika S pneumonia sangat mungkin
sebagai penyebab.
Terapi kombinasi antara ampicillin, gentamisin, atau cefotaxime sering
digunakan sebagai terapi inisisal pada bayi baru lahir dan dan anak kecil . Pasien
rawat inap juga umumnya akan diberikan antibiotic narrow-spectrum penisilin
contohnya ampicillin. Pemilihan obat dan dosis umumnya terganttung pada
resistensi lokal.
Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat
menerima obat per oral misalnya karena muntah atau termasuk dalam derajat
pneumonia berat. Antibiotik intravena yang dianjurkan adalah : ampisilin dan
kloramfenikol, co amoxiclav, ceftriaxone, cefuroxime dan cefotaxime.
WHO merekomendasikan bahwa pasien dengan pneumonia ringan di rawat
jalan dan diberi antibiotika oral selama 3 hari. Untuk kasus pneumonia berat
diberikan antibiotic intravena, bila dalam 72 jam pertama anak memberi
responyang baik, maka berikan selama 5 hari. Selanjutnya terpai dilanjutkan
dirumah atau dirumah sakit dengan antibiotika oral untuk 5 hari berikutnya.7

Rekomendasi UKK Respirologi6


Antibiotik oral Community Aquired Pneumonia
Neonatus-2 bulan : ampisilin + gentamisin
> 2 bulan
Lini pertama ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan dapat
ditambahkan kloramfenikol
Lini kedua ceftriaxon.

18
Tatalaksana Nutrisi
Pada anak dengan gangguan pernafasan berat pemberian makanan per-oral
harus dihindari. Makanan dapat diberikan melalui nasogastric tube (NGT)
atau intravena. Tetapi harus diingat bahwa pemasangan NGT dapat
menekan pernapasan, khususnya pada bayi/anak dengan ukuran lubang
hidung kecil.
Perlu dilakukan pemantauan balans cairan yang ketat agar tidak
mengalami overhidrasi karena pada pneumonia berat terjadi peningkatan
sekresi hormone antidiuretic.

Tatalaksana Empiris Alberta Guideline


Tatalaksana empiris pada pasien rawat inap pada pneumonia komunitas.
menurut Alberta guideline
Umur 60 hari sampai dengan 5 tahun
Cefuroxime (Zinacef) : 150 mg per kg per hari IV, dalam dosis terbagi,
diberikan setiap 8 jam sampai dengan 10-14 hari
Pada pasien kritis diberikan
o Cefuroxime : 150 mg per kg bb per hari, dalam dosis terbagi
diberikan setiap 8 jam sampai dengan 10-14 hari, plus
o Erithromisin : 40 mg per kg per hari PO , dalam dosis terbagi setiap
6 jam selama 10-14 hari, atau
o Cefotaxime : 200 mg per kgbb per hari IV, dalam dosis terbagi
diberikan setiap 8 jam selama 10-14 hari, plus
o Eritromisin : 40 mg per kg bb pbagi diberikaner hari IV atau PO,
dalam dosis terbagi, diberikan setiap 6 jam selama 10-14 hari, or
o Cefotaxime : 200 mg per kgbb per hari IV, dalam dosis terbagi
diberikan setiap 8 jam selama 10-14 hari, plus
o Cloxacilin : 150 -200 mg perkg per hari IV, dalam dosis terbagi,
setiap 6 jam selama 10-14 hari, Cefuroxime : 150 mg per kg bb per
hari, dalam dosis terbagi diberikan setiap 8 jam sampai dengan 10-
14 hari, plus Eritromisin : 40 mg per kg bb pbagi diberikaner hari
IV atau PO, dalam dosis terbagi, diberikan setiap 6 jam selama 10-
14 hari, or
o Azitromisisn, hari pertama : 10 mg per kg IV atau PO, hari ke 2-5
sampai dengan 10 mg per kgper hari IV atau PO

19
Tabel Pilihan Antibiotik Intravena untuk Pneumonia Menurt IDAI 20096
Antibiotik Dosis Frekuensi Keterangan
Penisilin G 50.000 Tiap 4 jam S. pneumonia
unit/kg/kali
Dosis tunggal
maks 4 x 106 unit
Ampisilin 100 mg/kg/hari Tiap 6 jam S. pneumonia, H.
influenza
Kloramfenikol 100 mg/kg/hari Tiap 6 jam S. pneumonia, H.
influenza
Ceftriaxone 50 mg/kg/kali 1x/hari S. pneumonia, H.
dosis tunggal influenza
maks. 2 gram
Clindamycin 10 mg/kg/kali Tiap 6 jam Grup A
Dosis tunggal Streptococcus, S.
maks. 1,2 gram aureus , S.
pneumonia
Eritromisin 10 mg/kg/kali Tiap 6 jam S. pneumonia,
Dosis tunggal Chlamydia
maks 1 gram pneumonia

Cephalosporin serupa dengan penicillin, tetapi lebih stabil terhadap banyak


beta-laktamase bakteri sehingga memiliki aktivitas spektrum yang lebih luas.
Cephalosporin generasi ketiga termasuk cefotaxime dan ceftriaxone merupakan
broad spectrum yang memilki aktifitas baik terhadap bakteri gram positif dan
memilki cakupan gram negatif yang lebeih luas serta aktif melawan S.
Pneumonia. Cephalosporin dapat menpenetrasi cairan dan jaringan tubuh dengan
baik. Obat ini digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi berat yang
disebabkan oleh organisme yang resisten terhadap kebanyakan antibiotika lain.
Ceftriaxone dan cefotaxime adalah cephalosporin yang paling aktif terhadap galur
pneumococcus yang resisten terhadap penicillin dan direkomendasikan untuk
terapi empiris infeksi berat yang mungkin disebabkan oleh galur tersebut.10
Cefotaxim memiliki aktivitas yang paling luas di antara generasinya yaitu
mencakup pula Pseudominas aeruginosa, B. Fragilis meskipun lebih lemah.6

20
Kriteria Rawat Inap Pasien Pneumonia4
Tabel Kriteria Rawat Inap Anak Dengan Pneumonia Komunitas4
Kriteria Rawat Inap Anak dengan Pneumonia Komunitas4
Infants
Apneu atau merintih
Saturasi oksigen 92 %
Sulit makan minum
Laju respirasi > 70 kali per-menit
Older Children
Merintih
Ketidakmampuan untuk makan dan minum melalui mulut
Saturasi oksigen 92 %
Laju pernafasan > 50 kali per-menit

All age groups


Komorbid (contohnya penyakit paru kronis, penyakit jantung kongenital, diabetes
mellitus, penyakit neuromuscular)

Kriteria Rawat Inap Lainnya1


Untuk Bayi
Saturasi oksigen 92%, sianosis
Frekuensi nafas > 60 kali permenit
Distress pernafasan, apnea intermitten atau merintih
Tidak mau minum atau menetek
Keluarga tidak bisa merawat di rumah
Untuk Anak
Saturasi oksigen 92%, sianosis
Frekuensi napas > 50 kali/menit
Distress pernapasan
Merintih (grunting)
Terdapat tanda dehidrasi
Keluarga tidak dapat merawat dirumah

Kriteria Pulang1
gejala dan tanda sudah menghilang
asupan oral adekuat
pemberian antibiotik dapat diteruskan dirumah( per oral)
keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi serta rencana
control
kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan dirumah
21
Komplikasi1
Pneumonia Staphylococcus
o Perburukan klinis yang cepat walaupun sudah diterapi
o Foto thorax : pneumothorax dengan efusi pleura
o Apusan sputum : kokus gram positif
o Infeksi kulit yang disertai dengan pus/pustule
Abses paru
Parapnumonic efussion
Empyema
Infeksi ekstrapulmoner
Miokarditis

Prognosis1
Data survey kesehatan nasional menunjukan bahwa 27,6% kematian bayi
disebabkan oleh penyakit respiratorik terutama pneumonia. Umumnya kematian
disebabkan oleh penyakit yang mendasarinya contohnya jika terdapat penyakit
paru kronis e.c prematuritas, penyakit jantung kongenital dan terdapat
imunosupresi.

22
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien Bayi Kenzi, umur 1 bulan, masuk ruang perawatan melalui poli anak
dengan diagnosis masuk yaitu ISPA, orangtua pasien mengeluhkan pasien
mengalami batuk-batuk sejak 3 hari SMRS, batuk dengan terdapat dahak yang
sulit dikeluarkan. Batuk-batuk semakin memberat semakin hari. Keluhan tersebut
disertai dengan sesak nafas dirasakan semakin memberat sehingga orang tua
pasien merasa hingga mengganggu tidur pasien, orang tua pasien merasa tidur
pasien menjadi mengorok semenjak terdapat batuk-batuk, keluhan tersebut tidak
disertai dengan demam, BAB dan BAK normal, mual (-), muntah (-)
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital sebagai berikut ; nadi 139
permenit, reguler, suhu 36,8 0C, laju respirasi 48 kali permenit, reguler, berat
badan 5 kg, ronkhi basal paru +/+.

Gambaran Kinis
Pada pasien ini terdapat tanda gangguan pernafasan diantaranya
Gejala infeksi umum : gelisah, malaise, penurunan nafsu makan.
Gangguan respiratori : batuk, sesak napas, merintih

Pemeriksaan Penunjang
Pada hasil laboratorium didapatkan hasil
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan foto thorax ditemukaan hasil :
corakan bronkovaskuler meningkat.

23
Penilaian Pernafasan

Bayi Kenzi, Umur 1 bulan dengan laju respirasi 48 kali permenit dan
saturasi oksigen sebesar 98%, dimana normalnya laju pernafasan pada bayi umur
0-5 bulan adalah 25-40 kali permenit maka kondisi pernafasan awal pasien ini
termasuk tidak normal, pada pasien ini tidak terdapat demam pada pasien maka
kriteria pneumonia komunitas berdasarkan laju pernafasan belum terpenuhi
karena disamping batuk atau kesulitan barnapas, hanya terdapat napas cepat saja:
anak yang lebih muda < 2 bulan berat badan lalu 50 kali menit. Pasien tidak
terdapat tanda bahaya dalam pernafasan. Berdasarkan Downes Score pasien ini
memiliki score < 4 dimana terdapat gangguan pernafasan ringan, dan selanjutnya
diatasi dengan oksigen 2 lpm via nasal kanul.

Tatalaksana
1. Indikasi rawat inap
Untuk Bayi
Saturasi oksigen 92%, sianosis
Frekuensi nafas > 60 kali permenit
Distress pernafasan, apnea intermitten atau merintih
Tidak mau minum atau menetek
24
Keluarga tidak bisa merawat di rumah

2. Oksigen 2 lpm nasal kanul


3. Cefotaxim 2 x 125 mg + NaCl 50 cc/ 8 jam
4. Amikacyn 2x30 mg
5. Nebulisasi meptin 0,3 gr amp
6. Cetirizine 1x1 ml PO
7. Paracetamol syrup 3 x 60 mg/8 jam
8. OGT 8 x 60 cc
9. Foto thorax : tidak terdapat gambaran infiltrat pada paru-paru

Faktor resiko
Maskipun pada hasil foto rontgen tidak didapatkan adanya gambaran
pneumonia namun, pada bayi Kenzie, dimana masuk dalam kategori infant (1-3
bulan), pada kelompok umur ini infant belum mendapatkan imunisasi yang
komplit dan masih dalam resiko tinggi untuk terinfeksi H infulenzae tipe B, juga S
pneumonia. Pada pasien ini terdapat faktor resiko untuk pneumonia, resiko
pneumonia dari lingkungan seperti;
Polusi udara dalam ruang seperti memasak memakai minyak tanah atau
kayu bakar
Tinggal pada rumah dengan penuh penghuni
Orang tua yang merokok.
Pada anak gizi buruk
Pada anak yang tidak diberi ASI eksklusif
Anggota keluarga serumah yang menderita batuk

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Tanto, Chris dkk, 2014, Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV Jilid I, Jakarta
: Media Aesculapius.
2. WHO, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit : Pedoman
Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten /Kota.
3. WHO, 2106, Pneumonia.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/
4. Kimberly,Stuckey-Schrock, Community Aqquired Pneumonia, diakses
pada 30 Mei 2017
http://www.aafp.org/afp/2012/1001/p661.html
5. John Bannet, Nicholas, 2017, Pedriatic Pneumonia, diakses pada 31 Mei
2017
http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview
6. IDAI, 2009, Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
7. Baharirama, Made, 2017, Pola Pemberian Antibiotika Untuk Pasien
Community Aquired Pneumonia Anak di Instalasi Rawat Inap RSUD
Buleleng tahun 2013. E-Jurnal Medika Volume 6 No 3 Maret 2017.
8. Latumahina, Ambarsari, 2016, Skor Prediksi Kematian Pneumonia pada
Anak Usia di Bawah Lima Tahun, Sari Pedriatri.
9. Marzony, Ikhsan, 2015, Uji Diagnostik C- Reaktif ProteinPada Pneumonia
Bakteri Komunitas Anak, Sari Pedriatri.
10. John Bannet, Nicholas, 2017, Pedriatic Pneumonia Medications, diakses
pada 31 Mei 2017
http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview

26

Anda mungkin juga menyukai