Anda di halaman 1dari 14

11

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Profitabilitas

a. Pengertian Profitabilitas Bank

Profitabilitas yaitu hasil akhir yang dicapai manajemen dari setiap

kebijakasanaan dan keputusan. Rasio Profitabilitas digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan didalam usahanya memperoleh keuntungan dengan

menggunakan aktiva yang dimiliki (Iskandar, 2008). Rasio keuntungan atau

rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi

penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan kemampuan suatu perusahaan

untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (biasanya semesteran,

triwulanan dan lain-lain) untuk melihat kemampuan perusahaan dalam

beroperasi secara efisien (Irawati, 2006).

Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang

kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa

bank lainnya (Kasmir, 2000). Bank adalah badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Undang-undang No.10, 1998).

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa profitabilitas

bank adalah suatu alat ukur yang digunakan oleh bank untuk menghitung hasil
12

akhir yang dicapai oleh bank pada periode-periode tertentu. Profitabilitas bank

merupakan hal yang sangat perlu dipertimbangkan oleh perusahaan karena

menyangkut dua buah pihak yaitu perusahaan dan juga pemegang saham.

Oleh karena itu perusahaan harus memperhatikan setiap profitabilitas yang

mereka hasilkan.

b. Rasio-rasio profitabilitas bank

Jenis rasio profitabilitas terdiri dari Gross Profit Margin, Net Profit

Margin, Operating Ratio, Earning Per Share (EPS), Return On Invesment

(ROI), Return On Equity (ROE) dan Return On Total Assets (ROA). Ada tiga

pengukuran laba bank yang popular yaitu ROA, ROE, dan selisih bunga netto

(net interest margin) (Reed dan Gill, 1989)

1) Gross Profit Margin

Gross profit margin mencerminkan mark-up terhadap harga pokok

penjualan dan kemampuan manajemen untuk meminimalisasi harga pokok

penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan

perusahaan.Profitabilitas dalam ukuran gross profit margin yang dimaksud

adalah rasio penjualan setelah dikurangi harga pokok penjualan (cost of

goods sold) dengan nilai penjualan bersih perusahaan (Abdullah,2005:54).

Net Sales Cost of Goods Sold


Gross Profit Margin = Net sales

2) Net Profit Margin

Net profit margin merupakan rasio perbandingan antara laba bersih

setelah pajak dengan penjualan (Warsosno, 2003).

Net Profit After Tax


Net Profit Margin = Net Sales
13

3) Operating Ratio

Operating ratio menunjukkan berapa biaya yang dikorbankan dalam

penjualan atau berapa persentase baiya yang dikeluarkan dalam penjualan.

Operating ratio mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan sehingga rasio

yang tinggi menunjukkan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa

setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang

tersedia untuk laba kecil. (Menurut siapa)

Cost of goods sold


Operating Ratio = Net Sales

4) ROI (Return On Invesment)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dengan jumlah aktiva yang

digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio

ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal

pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil/rendah rasio ini semakin tidak

baik, demikian juga sebaliknya. (Menurut Siapa)

Net profit after tax


ROI (Return on Investment) = Total Asset

5) ROE (Return On Equity)

ROE (Return On Equity) membandingkan laba bersih setelah pajak

dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan (Horne

dan Wachowicz, 2005). Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba

atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering kali

digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan atas peluang

investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif. (Menurut Siapa)
14

Net income
ROE (Return on Equity) = Average equity

6) ROA (Return On Total Assets)

ROA menggambarkan sejauh mana kemampuan asset-aset yang dimiliki

perusahaan untuk dapat menghasilkan laba. Rasio ROA diperoleh dengan

membagi laba sebelum bunga dan pajak dengan jumlah asset perusahaan.

(Tandelilin,2003). ROA merefleksikian seberapa banyak perusahaan telah

memperoleh hasil atas sumber daya keuangan yang ditanamkan pada

perusahaan (Munawir, 2002). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut

(Dendawijaya, 2003)

Net Income
ROA (Return on Assets) = Total Assets

7) Earning Per Share (EPS)

Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih

perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan

(Tandelilin, 2001). Besarnya EPS dilusi ini dapat diketahui dari informasi

laporan keuangan peruasahaan, meskipun ada beberapa perusahaan yang tidak

mencantumkan besarnya EPS dilusi dapat dihitung dengan rumus :

Net income available to common stockholders


EPS = Weighted average outs tan ding commonstock

Dalam penelitian ini, yang digunakan untuk menentukan tingkat

profitabilitas perusahaan adalah Return on Asets (ROA) yang merupakan

pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam

menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di

dalam perusahaan.
15

2. Risiko Kredit

a. Definisi

Risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian

yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang inggin

dicapai (Pandia, 2012). Kredit merupakan penyediaan tagihan dan uang yang

bisa disamakan berdasarkan kesepakatan atau persetujuan pinjam meminjam

anata pihak bank dengan pihak lainnya dan mewajibkan peminjam untuk

melunasi hutangnya dengan jumlah bunga, imbalan atau bagi hasilnya dalam

jangka waktu yang telah ditentukan (Undang-undang No.7, 1998). Risiko

kredit adalah risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam

bentuk pinjaman kepada masyarakat (Susilo dkk, 1999). Risiko kredit

diartikan bahwa ketidakmampuan nasabah memenuhi perjanjian kredit yang

disepakati kedua pihak (Siamat, 2005)

Dari definisi menurut para ahli di atas, secara ringkas definisi dari risiko

kredit yaitu suatu bentuk pelanggaran tidak memenuhi kewajiban yang

dilakukan oleh debitur atas perjanjian yang telah dibuat antara pihak debitur

dan pihak kreditur.

b. Unsur-unsur dari risiko kredit

Menurut Peraturan Kreditur Indonesia No. 2/15/PBI/2000 tentang

Restrukturisasi Kredit, Pasal 9, suatu kredit dikatakan bermasalah sejak tidak

ditepatinya atau tidak dipenuhinya ketentuan yang tercantum dalam perjanjian

kredit, yaitu apabila debitur selama tiga kali berturut-turut tidak membayar
16

angsuran dan bunganya. Ada beberapa tanda-tanda suatu kredit dikatakan

bermasalah (Machmoedin, 1995) yaitu :

a) Sebelum jatuh tempo, rekening tidak menunjukkan mutasi debet

dan kredit.

b) Kredit mengalami overdraft secara terus menerus.

c) Adanya tanda-tanda bahwa debitur tidak sanggup lagi membayar

bunga atas kredit yang diberikan pihak kreditur.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya risiko kredit,

(Machmoedin, 1995) diantaranya yaitu:

a) Kreditur memiliki kemampuan teknis yang kurang

b) Kreditur terlalu mengejar target

c) Kreditur terlalu melihat riwayat nasabah

d) Kreditur terlalu melihat agunan atau terlampau mementingkan

jaminan

e) Kreditur terlalu besar memberikan kredit

f) Kreditur terlalu sedikit memberikan kredit

g) Nasabah melarikan diri

h) Perusahaan nasabah sulit berkembang

i) Nasabah dan kreditur melakukan kolusi

c. Penggaruh risiko kredit terhadap profitabilitas bank

Risiko kredit yang diukur dengan Non PerformingLoan (NPL) memiliki

pengaruh negatif terhadap profitabilitas bank. Beberapa penelitian menyatakan

bahwa kondisi NPL yang tinggi akan memperbesar biaya baik biaya
17

pencadangan aktiva produktif maupun biaya yang lain, sehingga berpotensi

untuk menimbulkan kerugian pada bank, atau dengan kata lain NPL

menurunkan profitabilitas bank. Hal ini menunjukkan bahwa NPL

berpengaruh negatif terhadap profitabilitas (Wisnu, 2004).

3. Inflasi

Inflasi (inflation) merupakan kenaikan harga barang dan jasa, yang

terjadi jika pembelanjaan bertambah dibandingkan dengan penawaran barang

di pasar, dengan kata lain terlalu banyak uang yang memburu barang yang

terlalu sedikit (Downes dan Goodman, 1994). Inflasi didefinisikan sebagai

kecenderungan kenaikan harga secara umum. Kecenderungan yang

dimaksudkan disini adalah bahwa kenaikan tersebut bukan terjadi sesaat

(Djohanputro, 2006). Singkatnya inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-

barang yang bersifat umum dan terus-menerus (Rahardja dan Manurung

2004).

Dari segi moneter, laju inflasi yang tinggi dan tidak terkendali akan

dapat mengganggu upaya perbankan dalam mengerahkan dana masyarakat.

Hal ini disebabkan, karena tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan tingkat

suku bunga riil menjadi menurun. Fakta demikian akan mengurangi hasrat

masyarakat untuk menabung sehingga pertumbuhan dana perbankan yang

bersumber dari masyarakat akan menurun (Pohan, 2008).

Beberapa penelitian memperoleh hasil adanya hubungan antara

profitabilitas bank dengan inflasi. Inflasi tergantung pada bunga bank serta

biaya operasional lain yang menjadi lebih tinggi (Revell, 1979). Serta dampak
18

dari inflasi tergantung pada bunga bank serta biaya operasional lain yang

menjadi lebih tinggi. Selain itu, sebagian besar penelitian melihat adanya

hubungan positif antara inflasi atau suku bunga jangka panjang dengan

profitabilitas (Bourke, 1989) dan (Molyneux dan Thornton, 1992). Serta

adanya hubungan negatif antara inflasi dengan profitabilitas bank (Uche,

1996) dan (Ogowewo dan Uche, 2006)

4. BI Rate

BI Rate merupakan indikasi tingkat suku bunga jangka pendek yang

diinginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi (Nuryazini,

2008). Penentuan BI Rate biasanya ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur

(RDG) triwulanan (Januari, April, Juli dan Oktober) untuk berlaku selama

triwulan berjalan dengan mempertimbangkan rekomendasi BI Rate yang

dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam model ekonomi untuk

pencapaian sasaran inflasi. Perubahan BI Rate juga dapat dilakukan dalam

RDG bulanan.

Perkembangan tingkat suku bunga yang tidak wajar secara langsung

dapat mengganggu perkembangan perbankan. Suku bunga yang tinggi, di satu

sisi, akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk menabung sehingga jumlah

dana perbankan akan meningkat (Pohan, 2008). Tingkat suku bunga menjadi

ukuran berapa biaya atau pendapatan sehubungan dengan penggunaan uang

untuk periode jangka waktu tertentu (Loen dan Ericson, 2008). Disisi

perbankan, dengan bunga yang tinggi, bank akan mampu menghimpun dana

untuk disalurkan dalam bentuk kredit kepada dunia usaha (Pohan, 2008).
19

Terdapat bukti empiris yang menunjukkan bahwa tingginya suku bunga

secara signifikan akan berpengaruh pada tingginya profitabilitas bank hingga

memiliki hubungan yang positif (Molyneux dan Thornton, 1992) dan (Kunt

dan Huizinga, 1999).

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian yang terkait dengan profitabilitas bank telah

dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Kartika Wahyu

Sukarno, Muhamad Syaichu (2006) meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Kinerja Bank Umum Di Indonesia dan hasil dari

penelitiannya adalah Non Performing Loans (NPL) berpengaruh positif tidak

signifikan terhadap ROA. Sedangkan Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

ROA.Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposit Ratio

(LDR)berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Dan hasil

penelitiannya yang terakhir yaitu Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh

negatif tidak signifikan terhadap ROA.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Febrina Dwijayanthy dan

Prima Naomi (2009) meneliti tentang Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan

Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007 dan

hasil dari penelitian tersebut yaitu Inflasi berpengaruh negatif terhadap

profitabilitas bank. BI Rate terbukti tidak berpengaruh terhadap profitabilitas

bank. Dan Nilai tukar mata uang terhadap profitabilitas bank terbukti dan

pengaruhnya bersifat negatif.


20

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Glenda Kalengkongan (2013)

tentang Tingkat Suku Bunga Dan Inflasi Pengaruhnya Terhadap Return On

Asset (Roa) Pada Industri Perbankan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia

dan hasil dari penelitian tersebut yaitu Tingkat suku bunga berpengaruh

signifikan terhadap profitabilitas yang diukur dengan Return On Asset (ROA),

menunjukkan bahwa tingkat suku bunga dapat meningkatkan rasio

profitabilitas. Tinggi rendahnya tingkat suku bunga perusahaan perbankan

menentukan tingkat kinerja keuangan perusahaan. Dan hasil penelitiannya

yang kedua yaitu Inflasi berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas yang

diukur dengan Return On Asset (ROA), menunjukkan tingkat inflasi yang

tinggi menyebabkan menurunnya rasio profitabilitas. Tinggi rendahnya inflasi

perusahaan menentukan pertumbuhan sektor produksi pada tingkat aset makro

ekonomi.

Penelitian yang dilakukan oleh Christi (2012) tentangAnalisis Faktor-

Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Profitabilitas Bank Yang Terdaftar Pada

Bei Selama Tahun 2000-2010 dan hasil dari penelitiannya yaitu Variabel CAR

berpengaruh negatif, namun tidak signifikan terhadap ROA Bank Persero

Pemerintah. Variabel NPL berpengaruh positif namun tidak signifikan

terhadap ROA Bank Persero Pemerintah. Variabel BOPO, NIM dan LDR

berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA Bank Persero

Pemerintah.Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terangkum

dalam Tabel 2.1


21

Variabel Penelitian
No Penelitian Hasil Penelitian
Bebas Terikat
Kartika NPL Positif tidak signifikan
Wahyu BOPO Negatif dan signifikan
Sukarno, CAR Positif dan signifikan
1 ROA
Muhamad LDR Positif dan signifikan
Syaichu DER negatif tidak signifikan
(2006)
Febrina Inflasi Berpengaruh negative
Dwijayanthy BI Rate Tidak berpengaruh
2 ROA
dan Prima Nilai tukar mata Berpengaruh negative
Naomi (2009) uang
Glenda Tingkat suku Berpengaruh signifikan
3 Kalengkongan bunga ROA Berpengaruh signifikan
(2013) Inflasi
CAR Negatif tidak signifikan
NPL Positif tidak signifikan
4 Christi (2012) BOPO ROA Positif signifikan
NIM Positif signifikan
LDR Positif signifikan

C. Kerangka Konseptual

Rasio keuntungan atau rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan

untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan

kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode

tertentu (biasanya semesteran, triwulanan dan lain-lain) untuk melihat

kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien (Irawati, 2006). Jenis

rasio profitabilitas terdiri dari Gross Profit Margin, Net Profit Margin,

Operating Ratio, Earning Per Share (EPS), Return On Invesment (ROI),

Return On Equity (ROE) dan Return On Total Assets (ROA).


22

Dalam penelitian ini dipilih ROA sebagai rasio profitabilitas. Alasan

ROA dipilih karena merupakanrasio yang menunjukkan hasil (return) atas

jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan (Kasmir, 2008). ROA

berfokus kepada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan earning dalam

operasi perusahaan. Dengan demikian ROA sangat cocok digunakan untuk

menghitung rasio profitabilitas untuk industri perbankan.

Profitabilitas bank dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor

tersebut dapat berupa faktor dari dalam maupun faktor dari luar. Faktor dari

dalam yang pertama yaitu risiko kredit. Risiko kredit adalah risiko dari

kemungkinan terjadinya kerugian bank sebagai akibat dari tidak dilunasinya

kembali kredit yang diberikan bank kepada debitur. Dalam penelitian ini

risiko kredit diproksikan dengan Non PerformingLoan (NPL). Kondisi NPL

yang tinggi akan memperbesar biaya baik biaya pencadangan aktiva produktif

maupun biaya yang lain, sehingga berpotensi untuk menimbulkan kerugian

pada bank, atau dengan kata lain NPL berpengaruh negatif terhadap

profitabilitas (Wisnu, 2004).

Faktor eksternal yang mempengaruhi profitabilitas bank yang pertama

yaitu inflasi. Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat

umum dan terus-menerus (Rahardja dan Manurung, 2004). Laju inflasi yang

tinggi dan tidak terkendali dapat mengganggu upaya perbankan dalam

mengerahkan dana masyarakat. Hal ini disebabkan, karena tingkat inflasi yang

tinggi menyebabkan tingkat suku bunga riil menjadi menurun. Fakta demikian

akan mengurangi hasrat masyarakat untuk menabung sehingga pertumbuhan


23

dana perbankan yang bersumber dari masyarakat akan menurun (Pohan,

2008). Namun beberapa penelitian melihat adanya hubungan positif antara

inflasi atau suku bunga jangka panjang dengan profitabilitas (Bourke, 1989)

dan (Molyneux dan Thornton, 1992).

Faktor yang terakhir yang mempengaruhi profitabilitas dalam penelitian

ini yaitu BI Rate. BI Rate merupakan indikasi tingkat suku bunga jangka

pendek yang diinginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi

(Nuryazini, 2008). Perkembangan tingkat suku bunga yang tidak wajar secara

langsung dapat mengganggu perkembangan perbankan. Suku bunga yang

tinggi di satu sisi akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk menabung

sehingga jumlah dana perbankan akan meningkat. Disisi perbankan, dengan

bunga yang tinggi, bank akan mampu menghimpun dana untuk disalurkan

dalam bentuk kredit kepada dunia usaha (Pohan, 2008). Hal ini menunjukkan

adanya pengaruh BI Rate terhadap Profitabilitas dan bersifat positif.

Berdasarkan uraian diatas maka kerangka konseptual dalam penelitian

ini sebagai berikut :

Risiko Kredit
(X1)

Inflasi Profitabilitas
(X2) (Y)

BI Rate
(X3)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual


24

D. Hipotesis

Berdasarkan teori dan latar belakang permasalahan yang telah

dikemukakan sebelumnya maka dapat dibuat beberapa hipotesis terhadap

permasalahan sebagai berikut :

H1 : Risiko kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas

bank pemerintah yang terdapat di BEI

H2 : Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas bank

pemerintah yang terdapat di BEI

H3 : BI Rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas bank

pemerintah yang terdapat di BEI

Anda mungkin juga menyukai