Shigeru Toyoda, Akiko Haruyama, Shu Inami a, Hirohisa Amanoa, Takuo Arikawa, Masashi
Sakumaa, Shichiro Abe, Atsushi Tanaka, Koichi Node, Teruo Inoue
ABSTRAK
Objektif :
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perbedaan efek dari 2 beta blockers, bisoprolol dan
carvedilol, pada pasien dengan CHF
Latar Belakang :
Meskipun beta blockers bisoprolol dan carvedilol sudah sering digunakan pada pasien dengan
CHF, perbedaan pada efikasi dan keamanan dari kedua obat ini belum ditegakkan pada kedua
populasi pasien
Metode Penelitian :
Pasien dengan CHF sistolik, dengan ejection fraction 45%, yang telah menerima pengobatan
intensif kecuali beta blockers, secara acak dibagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok
bisoprolol dan kelompok carvedilol dan diberikan pengobatan selama 24 minggu.
Hasil :
Total sebanyak 67 pasien diteliti (bisoprolol : 38 pasien, carvedilol : 29 pasien). Tidak ada
perbedaan yang ditemukan pada perbaikan dari kelas NYHA, ejection fraction, ataupun tingkat
N-terminal pro-brain-type natriuretic peptide pada kedua kelompok. Perbedaan bermakna
yang dapat ditemukan dalam penelitian ini adalah penurunan tingkat high sensitivity troponin
T pada kelompok bisoprolol [4.1 0.9 to 4.5 0.8 log (ng/ml), p = 0.003], tetapi tidak
terdapat perubahan pada kelompok carvedilol [4.41.1 to4.60.8 log (ng/ml), P=0.161].
Terdapat peningkatan Forced expiratory volume in the first second (FEV1) pada kelompok
bisoprolol [2.26 0.70 to 2.40 0.70 (L), P = 0.014], tetapi tidak terdapat perubahan pada
kelompok carvedilol [2.53 0.71 to 2.59 0.78 (L), P = 0.127].
Kesimpulan:
Bisoprolol mungkin lebih baik dibandingkan carvedilol dalam menyediakan perlindungan dari
kerusakan myocard dan mempertahankan fungsi paru-paru pada pasien dengan CHF sistolik.
1. PENDAHULUAN
Efek dari penggunaan beta blockers jangka panjang pada morbiditas dan mortalitas
telah cukup jelas diketahui pada pasien CHF dengan penurunan fungsi ventrikel kiri. Dari
berbagai macam beta blockers, hanya carvedilol dan bisoprolol yang telah disetujui oleh
guidelines Jepang untuk pengobatan pada pasien CHF. Bisoprolol merupakan beta blockers
selektif tingkat tinggi untuk reseptor beta-1, sedangkan carvedilol merupakan beta blocker non-
selektif dengan efek antagonis alfa reseptor secara bersamaan.
Brain-type natriuretic peptide (BNP) dan N-terminal pro-brain-type natriuretic peptide
(NT-proBNP) telah menjadi biomarkers yang sering digunakan untuk mendiagnosis dan
menentukan prognosis pada CHF. Baru baru ini high sensitivity troponin T (hsTnT), dilepaskan
oleh jaringan myocardial yang mengalami kerusakan, telah ditetapkan sebagai marker pada
gagal jantung. Walaupun telah banyak penelitian yang dilakukan pada perbandingan bisoprolol
dan carvedilol pada pasien dengan CHF di Jepang dan di negara barat, belum ada penelitian
yang focus pada tingkat hsTnT. Maka dari itu peneliti merancang Bisoprolol Improvement
Group for chronic heart failure treatment study in Dokkyo Medical University (BRIGHT-D)
dengan tujuan untuk secara langsung membandingkan toleransi obat, gejala gagal jantung,
biomarkers, dan fungsi jantung serta paru-paru di antara bisoprolol dan carvedilol pada pasien
CHF dengan penurunan ejection fraction.
2. METODE PENELITIAN
2.1. Populasi
Penelitian ini memiliki desain prospektif, open label, randomized trial, dan dilakukan
di Dokkyo Medical University (UMIN000011261). Protokol penelitian ini telah disetujui oleh
Institutional Review Committee on Human Research, Dokkyo Medical University, dan
informed consent didapatkan pada setiap pasien sebelum dilakukan penelitian.
Subyek penelitian yakni pasien mondok di rumah sakit dengan CHF yang tidak menjalani
pengobatan beta blockers dan telah memenuhi kriteria inklusi: 1) umur 20 tahun, 2) ejection
fraction ventrikel kiri 45% dengan echocardiography, 3) gejala gagal jantung yang stabil
sesuai dengan kelas fungsi New York Heart Association (NYHA), selama minimal satu bulan
sebelum dilaksanakannya penelitian, dan 4) Menerima pengobatan angiotensin converting
enzyme (ACE) inhibitors atau angiotensin receptor blockers (ARBs). Kriteria eksklusinya
sebagai berikut: 1) gagal jantung berat, dengan kelas NYHA IV, 2) aritmia berat seperti
ventricular tachycardia atau bradycardia terus menerus (<60x/menit), dan juga termasuk atrio-
ventrikuler blok derajat 2 tanpa implantasi pacemaker, 3) sindroma coroner akut selama 3
bulan sebelum berjalannya penelitian, 4) hipotensi terus menerus (tekanan darah sistolik
istirahat <90 mmHg), 5) disfungsi hati atau ginjal berat (tingkat serum alanine
aminotransferase 50 IU/L dan/atau tingkat serum kreatinin 3.0 mg/dL, 6) kontraindikasi
terhadap beta blockers, seperti asma bronkial, dan 7) dokter penanggung jawab pasien menolak
untuk diikutkan di dalam penelitian ini.
2.2. Protokol penelitian
Pasien yang memenuhi kriteria secara acak dibagi menjadi dua kelompok untuk
mendapatkan antara bisoprolol atau carvedilol. Pasien yang masuk dalam kelompok bisoprolol
menerima bisoprolol satu kali sehari, dengan dosis permulaan 0.625 mg/hari, dan ditingkatkan
setiap 2 minggu selama dapat mentoleransi (1.25, 2.5, dan 3.75 mg/hari) sampai dosis
maksimum yakni 5 mg/hari. Pasien yang masuk dalam kelompok carvedilol menerima
carvedilol dua kali sehari, dengan dosis permulaan 1.25 mg dua kali sehari (2.5 mg/hari), dan
ditingkatkan setiap 2 minggu selama dapat mentoleransi (5 dan 10 mg/hari) sampai dosis
maksimum yakni 20 mg/hari. Pasien dinilai pada permulaan pemberian obat dan pada minggu
ke 24 pemberian obat dengan parameter sebagai berikut: kelas fungsional NYHA, denyut nadi,
tekanan darah, rasio cardiothoracic pada rontgen dada, estimated glomerular filtrating rate
(eGFR), tingkat hemoglobin darah, dan tingkat serum NT-ProBNP dan hsTnT.
Echocardiographic dan fungsi paru juga diukur (Gambar 1). Pasien yang berhenti menjalani
pengobatan dengan alasan apapun dieliminasi dari analisis data terakhir.