Dari usulan kebijakan ini akan disusun manual manajemen yang komprehensif, termasuk
mencakup job-description, dan sumber dayanya (sumber pembiayaan). Dengan demikian
manual ini bukan terbatas sebagai SOP klinik.
Memberikan petunjuk rinci dan jelas mengenai pembiayaan, khususnya untuk mendanai ibu-
ibu kelompok A dan kelompok B.
Alur kegiatan berdasarkan continuum of care lengkap dengan Pedoman dan SOP yang terkait
dengan sumber pembiayaan.
Pedoman Tata Kelola sistem pelayanan KIA. Pedoman ini mencakup peran berbagai lembaga
pemerintah dan swasta, para profesional yang bekerja di pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Di dalam pedoman tatakelola diharapkan terjadi pembagian peran yang baik dan jelas.
Pedoman Sistem Rujukan. Di dalam sistem rujukan diharapkan ada penetapan minimal satu
RS yang harus mampu memberikan PONEK 24 jam. RS ini dilengkapi dengan SDM dan
peralatan yang cukup untuk menjalankan fungsi pelayanan emergensi selama 24 jam.
Pedoman sistem rujukan ini berasal dari SOP klinik untuk rujukan medik yang disusun oleh
para spesialis RSD berdasarkan aspek ilmiah. Pedoman sistem rujukan ini menjadi pegangan
wajib untuk semua pemberi pelayanan KIA.
Pedoman Sistem Surveilans KIA dan responnya. Surveilans KIA mencakup pelayanan ANC
untuk mendeteksi secara dini, ibu-ibu yang mungkin akan mengalami masalah dalam
persalinan. DI samping itu diharapkan ada pedoman untuk mendeteksi masalah dalam
kehamilan.
Perencanaan Strategis dan Tahunan KIA yang mencakup 3 aspek: (1) di keluarga; (2) di
masyarakat; dan (3) klinik (rujukan dan RS). Saat ini tekis perencanaan sedang
dikembangkan oleh UNICEF dan Bappenas.
Menjalankan sistem jaga on site 24 jam dengan SDM terlatih, memadai,dan pendanaan
cukup.
Menetapkan standar operating procedure untuk penanganan klinik KIA mulai dari Puskemas,
Bidan sampai proses rujukan dan penanganan di RS sebagai suatu continuum of care.
Diharapkan bisa dilakukan per penyakit/penyulit. SOP ini akan dipergunakan sebagai dasar
sistem rujukan dan pembiayaan.
Menetapkan satu orang spesialis (SpOG atau Anak) sebagai pemimpin pelayanan klinik KIA
dengan hak dan kewajiban yang melekat.
Menjamin perbaikan mutu pelayanan Klinik secara terus menerus, termasuk perbaikan
fasilitas seperti bank darah, NICU,dll.
Perbaikan sistem diagnosis dini, dalam hal kemampuan SDM dan perralatan diagnostik.
Diharapkan juga merujuk pasien yang tidak dapat ditangani (Ibu-Ibu Kelompok B) secepat
mungkin ke RS PONEK 24 jam.
Rumah Bersalin:
Diharapkan juga merujuk pasien yang tidak dapat ditangani (Ibu-Ibu Kelompok B) secepat
mungkin ke RS PONEK 24 jam.
Diharapkan tidak menangani ibu-ibu yang mempunyai masalah dalam persalinan yang tidak
sesuai dengan kemampuan fasilitas dan kompetensi tenaganya.
Tidak melakukan kegiatan yang melanggar etika dengan melakukan kerjasama berbasis
komisi dengan RS.
Disamping fungsi kelembagaan, diharapkan ada penataan peran para profesi di dalam KIA.
Penataan peran ini terkait dengan tata kelola, tugas dan misi profesi, dan kompetensi dalam
sistem pelayanan kesehatan.
Secara garis besar berbagai profesi yang bekerja di dalam sistem kesehatan KIA adalah
sebagai berikut:
- Epidemiolog.
Catatan:
Dinas Kesehatan Kabupaten didukung oleh Kemenkes pusat yang mengeluarkan berbagai
Pedoman dan SOP serta pembiayaan
Dinas Kesehatan Kabupaten dibina oleh Dinas Kesehatan Propinsi, termasuk juga
pembiayaan di berbagai kegiatan.
Dr. SpOG: Menjadi penanggung-jawab klinik untuk kematian ibu di sebuah Kabupaten.
Secara teknis kebidanan, Dr.SpOG menjadi pemimpin di lapangan (playing-captain) untuk
penurunan kematian ibu. Tim yang dipimpin termasuk dokter spesialis lain yang terkait KIA
(misal anastesi dan penyakit dalam), dokter umum di rumahsakit, bidan di rumahsakit, dan
perawat rumahsakit. Secara teknis medik bertanggung jawab pada kematian ibu di kabupaten.
Tugas:
- Memimpin Tim Teknis kebidanan di RS PONEK 24 jam
- Menyusun pedoman sistem rujukan dari mulai praktek umum, Puskesmas, RB. Diharapkan
pedoman dapat rinci per penyakit/masalah penyulit.
- Menyusun perencanaan dan strategi yang tepat untuk mengurangi kematian ibu dari aspek
klinik.
- Melatih berbagai tenaga kesehatan lainnya untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan
ibu.
- Menyusun task-shifting dari SpOG . Taskshifting ini akan disahkan oleh KaDinkes
Direktur RS PONEK 24 jam: Dukungan manajemen untuk pelayanan PONEK 24 jam. Secara
manajerial bertanggung-jawab atas kematian ibu dan anak di rumahsakit.
Tugas:
- Menyusun perencanaan agar mutu pelayanan RS PONEK dapat baik dan 24 jam
operasional
- Memimpin sistem manajemen agar pemberi pelayanan teknis (medik dan keperawatan)
dapat meningkatkan kinerja secara optimal
- Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan agar ada sinergi kelembagaan.
Residen (Jika ada): Melakukan penanganan klinis untuk ibu dan anak sesuai dengan
kompetensinya;
Bidan RS :
Tugas:
- Melakukan persalinan normal di RS
Dokter Umum: Melakukan pelayanan tingkat pertama dan merujuk dengan baik
Bidan: melakukan pelayanan pada persalinan normal dan memulai rujukan dengan baik
Bupati:
Tugas: Memberi dukungan politik, dana, dan perhatian pada usaha penurunan kematian ibu
dan bayi sesuai kapasitasnya sebagai pemimpin politik di daerah.
DPRD: Menyusun peraturan daerah yang pro pada pengurangan kematian ibu dan bayi.