Anda di halaman 1dari 4

B .

UPAYA HUKUM

Terhadap sengketa Tata Usaha Negara yang diperiksa oleh hakim, pada akhirnya hakim
harus menjatuhkan putusan.

Akan tetapi pemangku jabatan hakim adalah manusia biasa yang tidak luput dari
kesalahan, maka pada putusan tersebut dapat saja terjadi adanya kekeliruan. Untuk
memperbaiki adanya kekeliruan.

Untuk memperbaiki adanya kekeliruan pada putusan, maka perlu alat atau sarana
hukum untuk dapat memperbaiki putusan tersebut, yaitu yang dinamakan upaya hukum.

Atau ada kalanya dengan keluarnya suatu putusan akhir pengadilan sengketa antara
Penggugat dan Tergugat itu belum juga berakhir. Karena salah satu pihak atau dua-duanya
merasa tidak puas dengan putusan yang bersangkutan lalu menggunakan haknya dengan
menempuh suatu sarana upaya hukum guna melawan putusan pengadilan tersebut.

Jadi, upaya hukum adalah alat atau sarana hukum untuk memperbaiki adanya
kekeliruan atau pada ketidak puasan para pihak terhadap putusan pengadilan.

Adapun upaya hukum yang dapat dilakukan adalah:

1. Upaya hukum biasa yang terdiri dari


Penetapan terhadap Dismissal
Banding
Kasasi
2. Upaya hukum luar biasa, yang terdiri dari:
Peninjauan kembali
Kasasi demi kepentingan hukum
A. Perlawanan Terhadap Penetapan Dismissal
Prosedure dismissal yakni memutuskan apakah gugatan yang diajukan itu
diterima atau tidak diterima.
Suatu penanganan yang bersifat inquisitor belaka terhadap gugatan yang
diajukan tidak ada prosesantara pihak-pihak, tidak ada acara tukar menukar
jawaban dan dokumen serta tidak ada pembuktian. (pasal 62)
B. Banding
1. Pemohon
Menurut pasal 122 yang dapat mengajukan permohonan permohonan
pemeriksaan ditingkat banding kepada pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
adalah:
a) Penggugat dan/ atau
b) Tergugat

Pihak ketiga yang masuk dalam sengketa Tata Usaha Negara dan dikabulkan
permohonannya oleh pengadilan sebagai penggugat Intervensi, menurut pasal 83 ayat
(3) dapat juga mengajukan permohonan pemeriksaan di tingkat banding.

2. Putusan pengadilan yang dapat diperiksa ditingkat banding


Menurut pasal 122, putusan yang dapat diperiksa di tingkat banding adalah
Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara.
Yang dimaksud dengan putusan pengadilan tata usaha negara tersebut adalah
baik putusan akhir maupun putusan bukan akhir.
Hanya saja jika bukan putusan akhir, pasal 124 telah menentukan bahwa
permohonan pemeriksaan ditingkat banding tersebut hanya dapat diajukan
bersama-sama dengan putusan akhir.
3. Tenggang Waktu
Menurut pasal 123 ayat (1), permohonan pemeriksaan di tingkat banding harus
diajukan dalam tenggang waktu empat belas hari setelah putusan Pengadilan
Tata Usaha Negara diberitahukan secara sah kepada penggugat dan tergugat.
4. Tata Cara
Permohonan pemeriksaan di tingkat banding diajukan secara tertulis kepada
PTUN yang menjatuhkan putusan yang dimohonkan pemeriksaan pemeriksaan
di tingkat banding. (pasal 108) ayat (2)
Dalam praktik jika penggugat/tergugat mengajukan permohonan pemeriksaan
di tingkat banding maka para pihak harus mengisi formulir yang telah
disediakan oleh panitera.
Untuk mengajukan permohonan di tingkat banding, pemohon terlebih dahulu
membayar uang muka perkara yang besarnya ditafsir oleh panitera.
Setelah membayar uang muka biaya perkara, permohonan pemeriksaan di
tingkat banding dicatat oleh panitera dalam daftar perkara.
Selambat-lambatnya 30 hari setelah permohonan pemeriksaan di tingkat
banding dicatat, panitera memberitahukan penggugat dan tergugat bahwa
mereka dapat melihat berkas perkara dikantor Pengadilan Tata Usaha Negara
dalam tenggang waktu 30 hari setelah mereka menerima pemberitahuan
tersebut..
5. Pemeriksaan
Pasal 127 ayat (1) menentukan bahwa Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
memeriksa dan memutuskan perkara banding dengan sekurang-kurangnya tiga
orang hakim.
Dengan demikian susunan Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus
perkara banding dapat terdiri lebih dari 3 (tiga) hakim, berbeda dengan susunan
Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara pada tingkat pertama.
6. Putusan
Sebelum permohonan pemeriksaan di tingkat banding diputus oleh Pengadilan
Tata Usaha Negara, permohonan tersebut dapat dicabut kembali oleh pemohon
dan dalam hal permohonan pemeriksaan di tingkat banding telah dicabut, tidak
dapat diajukan lagi , meskipun janka waktu untuk mengajukan permohonan
pemeriksaan ditingkat banding belum lampau.
Setelah Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara menjatuhkan putusan terhadap
perkara maka panitera Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara mengirimkan
salinan putusan beserta berkas perkaranya kepada Pengadilan Tata Usaha
Negara yang memutus dalam pemeriksaan tingkat pertama.

C. Kasasi
Terhadap putusan pengadilan tingkat Banding dapat dilakukan upaya hukum
Kasasi.
Mengenai ketentuan pemeriksaan di tingkat kasai , pasal 131 ayat (2) menunjuk
pada pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 yang
menentukan bahwa pemeriksaan di tingkat kasai untuk perara yang diputus oleh
Pengadilan Tata Usaha Negara, dilakukan menurut Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1985.
Pada saat sekarang Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 telah Diadakan
perubahan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004.
Menurut pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Mahkamah Agung pemeriksaan
kasasi untuk perkara yang diputus oleh pengadilan dilingkungab Pengadilan
Agama atau oleh pengadilan dilingkungan Peradilan Tata Usaha Negara,
dilakukan menurut ketentuan UU ini. Dengan demikian sama halnya dengan
ketiga peradilan yang lain, yaitu Peradilan Umum, Peradilan Agama, dan
Peradilan Militer, maka Peradilan Tata Usaha Negara juga berpuncak pada
Mahkamah Agung.
Untuk dapat mengajukan permohonan pemeriksaan di tingkat Kasasi, pasal 143
UU Nomor 14 Tahun 1985 menentukan bahwa permohonan kasasi dapat
diajukan jika permohonan terhadap perkaranya telah menggunakan upaya
hukum banding, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.
Menurut pasal 46 ayat (1) UU Nomor 14 Tahun 1985 permohonan pemeriksaan
di tingkat kasasi harus diajukan dalam tenggang waktu 14 hari setelah putusan
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara diberitahukan kepada pemohon.
D. Pemeriksaan Kembali
Dalam sistem hukum acara peraturan, di samping upaya hukum kasasi demi
hukum yang diajukan Jaksa Agung, dikenal upaya hukum pemeriksaan
peninjauan kembali terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap. Kedua upaya huku ini dikategorikan sebagai upaya
hukum luar biasa.
Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
dapat diajukan permohonan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung.
(pasal 132)

Anda mungkin juga menyukai