Anda di halaman 1dari 46

SKENARIO 3

HASIL RISKESDAS 2010

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 yang dilaksanakan oleh


Balitbangkes Kementrian Kesehatan RI didapatkan beberapa hasil terkait dengan status gizi
anak sebagai berikut : prevalence rate anak pendek secara nasional pada kelompok umur 6-
12 tahun adalah 35,6% yang terdiri dari 15,1% sangat pendek dan 20 % pendek . Prevalence
rate kekurusan pada anak umur usia 6-12 tahun adalah 12,2% terdiri dari 4,6% sangat kurus
dan 7,6% kurus. Secara nasional masalah kegemukan pada anak usia 6-12 tahun masih tinggi
yaitu 9,2 % atau masih diatas 5,0 %.

RISKESDAS 2010 juga meneliti pola konsumsi energy dan protein penduduk.
Hasilnya adalah masalah kekurangan konsumsi energy dan protein terjadi pada semua
kelompok umur anak terutama pada anak usia sekolah, usia pra remaja, usia remaja, dan
kelompok ibu hamil, khususnya ibu hamil di pedesaan.

Status gizi anak tidak saja dipengaruhi pola makan tetapi juga pola asuh keluarga
serta perilaku hidup bersih dan sehat keluarga dan anak. Dua keadaan tersebut disebabkan
karena perilaku yang kurang baik dan cenderung menyebabkan kegemukan pada anak adalah
membiarkan anak duduk berjam-jam menonton tv, urang olahraga, dan sering makan
makanan junk food yang tinggi lemak, kalori, garam, rendah serat.

Rekomendasi hasil RISKESDAS yang berhubungan dengan status gizi anak usia
sekolahan adalah anak-anak perlu diberi makanan tambahan. Program pemberian makanan
tambahan di daerah miskin dapat dilaksanakan oleh puskesmas dengan menjalin kerjasama
pihak sekolah dan masyarakat.

1
SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan menjelaskan gizi pada anak dan ibu hamil


1.1.Definisi
1.2.Penilaian
1.3.Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
2. Memahami dan menjelaskan pola konsumsi energi dan protein penduduk
2.1.Secara general
2.2.Berdasarkan tingkatan umur
2.3.Masalah gizi kurang dan gizi berlebih
3. Memahami dan menjelaskan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
3.1.Definisi
3.2.Klasifikasi
3.3.Tujuan
3.4.Indikator
4. Memahami dan menjelaskan perilaku hidup bersih dan sehat dilihat dari sudut
pandang islam

2
1. Memahami dan menjelaskan gizi pada anak dan ibu hamil
1.1. Definisi

Status Gizi Anak :

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan
sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan
masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada
data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).

Status Gizi Ibu Hamil :

Menurut Sunita Almatsier (2001:3), status gizi dapat diartikan sebagai keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan danpenggunaan zat-zat gizi. Berdasarkan pengertian
diatas status gizi ibu hamil berarti keadaan sebagai akibat konsumsi makanandan
penggunaan zat-zat gizi sewaktu hamil. Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi
pertumbuhan janin dalam kandungan,apabila status gizi ibu buruk sebelum dan selama
kehamilan akan menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (I Dewa NyomanS,
dkk, 2003:29). Disamping itu akan mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayibaru lahir mudah
terinfeksi, abortus dan sebagainya.

1.2. Penilaian

a. Status Gizi Anak


Penilaian status gizi secara tidak Iangsung menurut Supariasa, IDN (2001) dapat
dilakukan dengan:
Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat dan gizi yang dikonsumsi.

3
Kesalahan dalam survey makanan bisa disebabkan oleh perkiraan yang tidak tepat dalam
menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi balita, kecenderungan untuk mengurangi
makanan yang banyak dikonsumsi dan menambah makanan yang sedikit dikonsumsi
( The Flat Slope Syndrome ), membesar-besarkan konsumsi makanan yang bernilai sosial
tinggi, keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan kesalahan dalam
mencatat (food record).

Statistik Vital
Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesebatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab tertentu dan data
lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara beberapa faktor
fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung
dan keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.
Sumber : Depkes RI 2004.

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai
Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang
bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau
dengan menggunakan rumus :

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

Jadi untuk indeks BB/U adalah


= Z Score = ( 60 kg 56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD
= status gizi baik
Untuk IndeksTB/U adalah
= Z Score = ( 145 kg 169 ) / 8.1 = - 3.0 SD
= status gizi pendek
Untuk Indeks BB/TB adalah
= Z Score = ( 60 36.9 ) / 4 = + 5.8 SD
= status gizi gemuk

Semua bagian tubuh (keseluruhan atau parsial) dapat digunakan untuk menilai status
gizi, namun menurut WHO (1983) hanya tiga parameter saja yang dianggap valid; berat
badan, tinggi badan, dan lingkaran lengan atas. Satu ukuran tubuh sebagai dasar
menentukan status gizi disebut parameter. Menurut WHO (1990) indeks status gizi
adalah gabungan dua parameter antropometri yang digunakan untuk menilai status gizi.
Sehingga dari parameter yang valid tersebut dapat dinilai empat indeks; Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), Tinggi Badan
menurut Umur (TB/U), dan Lingkaran Lengan Atas menurut Umur (LILA/U).

4
Empat indeks yang akan dibahas berikut ini adalah BB/U, TB/U, BB/TB, dan
LILA/U yang merupakan indeks dari tiga parameter berat badan, tinggi badan dan umur.
Ketiga parameter memiliki informasi yang berbeda satu sama lain dalam menilai status
gizi.

1. Berat Badan menurut Umur (BB/U)


Berat badan merupakan ukuran pertumbuhan massa jaringan. Massa jaringan
memiliki sifat sensitif, artinya cepat berubah. Perubahan yang terjadi pada lingkunan
akan terlihat langsung pada massa jaringan. Misalnya seorang anak mekan lebih dari
biasanya dalam 2 atau 3 hari akan terlihat langsung penambahan berat badannya. Atau
sebaiknya apabila terjadi penyakit (misalnya diare) maka berat badan akan langsung
turun drastis. Penggunaan berat badan untuk menilai status gizi menggambarkan kondisi
saat ini (dekat dengan waktu pengukuran). Keadaan kurang gizi yang diukur dengan
berat badan bersifat akut.
Pengukuran status gizi bayi dan anak balita berdasarkan berat badan menurut umur,
juga menggunakan modifikasi standar Harvard dengan klasifikasinya adalah sebagai
berikut :

Gizi baik adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya lebih dari 89%
standar Harvard.
Gizi kurang adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umur berada diantara
60,1-80 % standar Harvard.
Gizi buruk adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya 60% atau
kurang dari standar Harvard.

2. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan adalah salah satu ukuran pertumbuhan linier. Pertumbuhan liner
(tulang rangka) memiliki sifat pertumbuhannya lambat, tidak mudah berubah, dan
seburuk keadaan ukuran adalah tetap, tidak turun. Tinggi badan menggambarkan kondisi
masa lalu. Gangguan pertumbuhan linier bersifat kronis.

Pengukuran status gizi bayi dan anak balita berdasarkan tinggi badan menurut umur,
juga menggunakan modifikasi standar Harvard dengan klasifikasinya adalah sebagai
berikut :

Gizi baik yakni apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya lebih
dari 80% standar Harvard.
Gizi kurang, apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya berada
diantara 70,1-80 % dari standar Harvard.
Gizi buruk, apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya kurang dari
70% standar Harvard.

3. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

5
Indeks BB/TB lebih menggambarkan komposisi tubuh oleh karena tidak dipengaruhi
oleh umur. Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks ini disebut status kegemukan yaitu :
sangat kurus, kurus, normal dan gemuk (Depkes, 2000). Sifat masalah gizi dengan indeks
BB/TB adalah akut dan kronis.

Pengukuran berat badan menurut tinggi badan itu diperoleh dengan


mengkombinasikan berat badan dan tinggi badan per umur menurut standar Harvard
juga. Klasifikasinya adalah sebagai berikut :

Gizi baik, apabila berat badan bayi / anak menurut panjang / tingginya lebih dari
90% dari standar Harvard.
Gizi kurang, bila berat bayi / anak menurut panjang / tingginya berada diantara 70,1-
90 % dari standar Harvard.
Gizi buruk apabila berat bayi / anak menurut panjang / tingginya 70% atau kurang
dari standar Harvard.

4. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LILA/U)

Klasifikasi pengukuran status gizi bayi / anak berdasarkan lingkar lengan atas yang
sering dipergunakan adalah mengacu kepada standar Wolanski. Klasifikasinya sebagai
berikut :

Gizi baik apabila LLA bayi / anak menurut umurnya lebih dari 85% standar
Wolanski.
Gizi kurang apabila LLA bayi / anak menurut umurnya berada diantara 70,1-85 %
standar Wolanski.
Gizi buruk apabila LLA bayi / anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar
Wolanski.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 290 tahun 2000 sebagai
penetapan dari hasil Temu Pakar Gizi Bulan Juni 2000 di Semarang, adalah sebagai
berikut :

A. Indeks BB/U

Gizi Buruk : < -3 SD*


Gizi Kurang : > -3 Sd s/d < -2 SD
Gizi Baik : > -2 SD s/d < +2 SD
Gizi Lebih : > +2 SD

B. Indeks TB/U
Anak Pendek : < -2 SD
Anak Normal : > -2 SD

C. Indeks BB/TB
Sangat Kurus : < -3 SD
Kurus : > -3 Sd s/d < -2 SD
Normal : > -2 SD s/d < +2 SD
Gemuk : > +2 SD

6
*SD = Standar Deviasi

Angka yang digunaan untuk menentukan klasifikasi status gizi adalah Z-score. Z-
score dihitung dengan membagi hasil pengurangan sebuah parameter dengan median
nilai pada tabel baku rujukan yang digunakan dari parameter yang bersangkutan
kemudian dibagi dengan standar deviasinya. Standar deviasi dihitung dari nilai median
pada karakteristik pengukuran (jenis kelamin umur dan indeks) dikurangi dengan nilai -1
SD di dalam daftar baku rujukan pada karakteristik yang sama.

Selain itu, ada juga kriteria lain status gizi menggunakan Indeks Massa Tubuh yang
diterapkan oleh Depkes pada tahun 2001. Berikut adalah kriterianya:

Perhitungan angka prevalensi dilakukan sebagai berikut:


1. Berdasarkan indikator BB/U:
a. Prevalensi gizi buruk = (S Balita gizi buruk/S Balita) x 100%
b. Prevalensi gizi kurang =(S Balita gizi kurang/S Balita) x 100%
c. Prevalensi gizi baik = (S Balita gizi baik/S Balita) x 100%
d. Prevalensi gizi lebih =(SBalita gizi lebih/S Balita) x 100%
2. Berdasarkan indikator TB/U:
a. Prevalensi sangat pendek = (S Balita sangat pendek/S Balita) x 100%
b. Prevalensi pendek = (S Balita pendek/S Balita) x 100%
c. Prevalensi normal = (S Balita normal/S Balita) x 100%
3. Berdasarkan indikator BB/TB:
a. Prevalensi sangat kurus = (S Balita sangat kurus/S Balita) x 100%
b. Prevalensi kurus = (S Balita kurus/S Balita) x 100%
c. Prevalensi normal = (S Balita normal/S Balita) x 100%
d. Prevalensi gemuk = (S Balita gemuk/S Balita) x 100%
4. Berdasarkan gabungan indikator TB/U dan BB/TB
a. Prevalensi pendek-kurus = (S Balita pendek- kurus/ S Balita)x100%

7
b. Prevalensi pendek-normal =(S Balita pendek-normal/S Balita)x100%
c. Prevalensi pendek-gemuk =(S Balita pendek-gemuk/S Balita)x100%
d. Prevalensi TB normal-kurus = (S Balita normal-kurus/S Balita)x100%
e. Prevalensi TB normal-normal =(S Balita normal-normal/S Balita)x100%
f. Prevalensi TB normal-gemuk =(S Balita normal-gemuk/S Balita)x100%

Dalam laporan ini ada beberapa istilah status gizi yang digunakan, yaitu:
1. Berat Kurang :Istilah untuk gabungan gizi buruk dan gizi kurang (underweight)
2. Kependekan :Istilah untuk gabungan sangat pendek dan pendek (Stunting)
3. Kekurusan :Istilah untuk gabungan sangat kurus dan kurus (Wasting)

b. Status Gizi Ibu Hamil


Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan.
Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar
akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Apabila
status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan selama kehamilan akan
menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR).
Di samping itu, akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak janin,
anemia pada bayi baru lahir, bayi lahir mudah terinfeksi, abortus dan sebagainya.
Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi
ibu sebelum dan selama hamil.
Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara
lain memantau pertambahan berat badan selama hamil dan mengukur kadar Hb
(Lubis, 2007)
Macam Macam Cara Penilaian Status Gizi Ibu Hamil
1. Secara Klinis
Penilaian status gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama untuk
mengetahui keadaan gizi penduduk. Karena hasil penilaian dapat memberikan
gambaran masalah gizi yang nyata. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral.
2. Secara Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot. Salah satu ukuran yang sangat sederhana dan sering
digunakan adalah pemeriksaan haemoglobin sebagai indeks dari anemia.
3. Secara Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur
dari jaringan. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan gejala kurang

8
gizi. Pemeriksaan dengan memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot dan
bagian tubuh lainnya.
4. Secara antropometri
Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Penilaian secara
antropometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi.Antropometri digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa dkk, 2001).

Penilaian Status Gizi Pada Ibu Hamil


a. Berat Badan
Berat badan sebelum hamil dan perubahan berat badan selama kehamilan
berlangsung merupakan parameter klinik yang penting untuk memprediksikan
berat badan lahir rendah bayi. Wanita dengan berat badan rendah sebelum hamil
atau kenaikan berat badan rendah sebelum hamil atau kenaikan berat badan tidak
cukup banyak pada saat hamil cenderung melahirkan bayi BBLR.
Kenaikan berat badan selama kehamilan sangat mempengaruhi massa
pertumbuhan janin dalam kandungan. Pada ibu hamil yang status gizi jelek
sebelum hamil maka kenaikan berat badan pada saat hamil akan berpengaruh
terhadap berat bayi lahir ( Lubis,2007)
Kenaikan tersebut meliputi kenaikan komponen janin yaitu pertumbuhan janin,
plasenta dan cairan amnion. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan
memantau pertumbuhan janin (Amiruddin, 2007). Pada akhir kehamilan kenaikan
berat hendaknya 12,5-18 kg untuk ibu yang kurus. Sementara untuk yang
memiliki berat ideal cukup10-12 kg sedangkan untuk ibu yang tergolong gemuk
cukup naik < 10 kg (Kasdu, 2007).

b. Haemoglobin (Hb)
Hemoglobin (Hb) adalah komponen darah yg bertugas mengangkut oksigen dari
paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Untuk level normalnya untuk wanita sekitar
12-16 g per 100 mlsedang untuk pria sekitar 14-18 g per 100 ml.
Pengukuran Hb pada saat kehamilan biasanya menunjukkan penurunan jumlah
Hb. Haemoglobin merupakan parameter yang digunakan untuk menetapkan
prevalensi anemia. Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling banyak
ditemukan pada ibu hamil. Kurang lebih 50 % ibu hamil di Indonesia menderita
anemia. Konsekuensi dari anemia pada ibu hamil adalah tingginya risiko
melahirkan bayi BBLR
Salah satu penyebab penurunan Hb pada ibu hamil disebabkan oleh
bertambahnya plasma darah, yg merupakan proses pengenceran darah
(haemodillution). Pengukuran kadar haemoglobin dilakukan sebelum usia
kehamilan 20 minggu dan pada kehamilan 28 minggu

Asupan Zat - Zat Gizi Selama Kehamilan


a. Karbohidrat
Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi. Ibu hamil membutuhkan tambahan
energi sebesar 300 kalori per sehari aatu 15 % lebih banyak dari jumlah
normalnya, yaitu sekitar 2800 sampai 3000 kalori dalam satu hari. Jumlah ini
diperlukan untuk proses pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru dan
penghematan protein. Karbohidrat dapat diperoleh dari beras, sagu, jagung,

9
tepung terigu, ubi, kentang dan gula murni. Tidak semua sumber karbohidrat baik
maka ibu hamil harus bisa memilih bahan pangan yang tepat.
b. Protein
Protein berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Kebutuhan
protein yang dianjurkan sekitar 80 gram/hari. Trimester pertama kurang dari 6
gram tiap hari sampai trimester dua. Trimester terakhir pada waktu pertumbuhan
janin sangat cepat sampai 10 gram per hari. Menurut WHO tambahan protein ibu
hamil adalah 0,75 gram per kg berat badan.
c. Vitamin
Vitamin diperlukan tubuh mempertahankan kesehatan. Selama hamil, vitamin
penting untuk perkembangan janin termasuk kekebalan tubuh dan produksi darah
merah serta sistem sarafnya. Berbagai jenis vitamin yang diperlukan oleh ibu
hamil sebagai berikut :
Vitamin A
Vitamin A digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan tulang.
Sumber makanan yang mengandung vitamin A, antara lain kuning telur, hati,
mentega, sayuran berwarna hijau dan buah-buahan berwarna kuning (terutama
wortel, tomat, dan nangka).
Vitamin B6
Vitamin B6 digunakan untuk mendukung pembentukan sel darah merah,
kesehatan gigi dan gusi. Sumber makanan yang mengandung vitamin B6
antara lain gandum, jagung, hati dan daging.
Vitamin B12
Vitamin B12 digunakan untuk mendukung pembentukan sel darah merah dan
kesehatan jaringan saraf. Sumbernya makanan yang mengandung vitamin B12
antara lain telur, daging, hati, keju, ginjal, ikan laut dan kerang laut.
Vitamin C
Vitamin C dibutuhkan untuk mendukung pembentukan jaringan ikat dan
pembuluh darah. Sumbernya makanan yang mengandung vitamin C, antara
lain jeruk, tomat, melon, brokoli dan sayuran berwarna hijau.
Vitamin D
Vitamin D dibutuhkan untuk mendukung proses penyerapan kalsium dan
fosfor, serat proses mineralisasi tulang dan gigi. Sumber makanan yang
mengandung vitamin D antara lain minyak ikan laut, susu dan margarin.
Vitamin K
Vitamin K dibutuhkan untuk mencegah terjadinya pendarahan agar proses
pembekuan darah berlangsung normal.
Asam folat
Zat ini berperan dalam perkembangan sisitem saraf dan sel darah karena
mencegah terjadinya cacat bawaan seperti sfina bifida dan cacat pada langit-
langit mulut, kegagalan pembentukan kanal otak (neural tube defects / NTD)
pada janin. Asupan asam folatyang dianjurkan meningkat dari 180 mikrogram
wanita tidak hamil menjadi 400 mikrogram pada kehamilan.
Ada tiga cara mendapatkan kecukupan vitamin yaitu dari makan sayuran, buah
dan biji-bijian, suplemen vitamin atau makan makanan yang ditambahkan zat-
zat gizi tertentu.
Lemak
Lemak digunakan tubuh terutama untuk membentuk energi dan juga
membangun sel-sel baru serta perkembangan sistem saraf janin. Ibu hamil

10
dianjurkan makan makanan yang mengandung lemak tidak lebih dari 25 %
dari seluruh kalori yang dikonsumsi sehari.
d. Mineral
Mineral sangat penting bagi tubuh ibu dan tumbuh kembang janin. Peningkatan
kebutuhan mineral bergantung pada fungsi masing-masing jenis mineral dalam
membantu proses metabolisme tubuh. Berbagai jenis mineral yang dibutuhkan
oleh ibu hamil : Zat kapur, Fosfor, Zat besi, Yodium.
e. Serat
Bahan makanan kaya serat adalah buah-buahan, sayuran, serelia atau padi-padian,
kacang-kacangan dan biji-bijian, gandum, beras atau olahannya. Ibu hamil
membutuhkan asupan serat setiap hari sekitar 25-30 gram. Penambahan serat
selama hamil dilakukan secara bertahap agar pencernaan mempunyai waktu
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Serat memberi rasa kenyang lebih
lama. Hal ini mencegah ibu hamil makan secara berlebihan. Serat juga membantu
memperlancar sistem pencernaan, sehingga mencegah terjadinya sembelit.
f. Air
Asupan air penting untuk menjga kesehatan secara umum. Selain untuk
meningkatkan fungsi ginjal dan mencegah sembelit dan penyerapan makanan di
dalam tubuh. Ibu hamil membutuhkan air sebanyak 2 liter sehari atau setara 8
gelas. Ibu hamil lebih mudah kencing atau berkeringat dan adanya peningkatan
aliran darah.

1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

Penyebab kurang gizi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penyebab langsung

Yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab
gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena
penyakit.Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau
demam dapat menderita kurang gizi.Demikian pada anak yang makannya tidak cukup

11
baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit.Kenyataannya
baik makanan maupun penyakit secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi.

2. Penyebab tidak langsung


Yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan
kesehatan dan kesehatan lingkungan.Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga
untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup
dan baik mutunya.Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan
waktunya, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal baik fisik, mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi
lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang
terjangkau oleh seluruh keluarga.

Faktor External
1. Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang
hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).
2. Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang
tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001).
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan
keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi
ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991).
4. Budaya
5. Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan
(Soetjiningsih, 1998).

Faktor Internal
1. Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam
pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).
2. Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya
memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-
anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini
kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all, 1986).
3. Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan
kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986).

2. Memahami dan menjelaskan pola konsumsi energi dan protein penduduk


2.1. Secara general

12
A. Pola Konsumsi Anak Balita
Pola konsumsi makan adalah kebiasaan makan yang meliputi jumlah, frekuensi dan jenis
atau macam makanan. Penentuan pola konsumsi makan harus memperhatikan nilai gizi
makanan dan kecukupan zat gizi yang dianjurkan. Hal tersebut dapat di tempuh dengan
penyajian hidangan yang bervariasi dan dikombinasi, ketersediaan pangan, macam serta
jenis bahan makanan mutlak diperlukan untuk mendukung usaha tersebut. Disamping itu
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi juga menjamin tercukupinnya kebutuhan zat gizi
yang diperlukan oleh tubuh (Supariasa, dkk, 2002).
Besar kecilnya konsumsi kalori atau energi selama masa pertumbuhan awal, yaitu
sewaktu sel-sel berbagai alat tubuh yang sedang giat-giatnya melakukan pembelahan,
dapat memengaruhi bahkan mengubah laju pembelahan sel tersebut, akibatnya suatu alat
tubuh dapat mempunyai sel-sel yang lebih sedikit atau lebih banyak dari pada yang
diharapkan terjadi secara normal (Winarno, 1987).

B. Konsumsi Energi dan Protein


1. Konsumsi Energi
Energi adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan tubuh memperoleh energi dari
makanan yang dimakan, dan energi dari makanan ini terdapat energi kimia yang diubah
menjadi energi bentuk lain. Bentuk energi yang berkaitan dengan proses-proses biologi
adalah energi kimia, energi mekanik, energi panas, dan energi listrik.(Sediaoetama,
2001).
Keseimbangan energi dicapai bila energi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan
sama dengan energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan negatif bila
konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Akibatnya berat
badan kurang dari berat badan seharusnya (ideal). Bila terjadi pada bayi dan anak-anak
adalah kurang perhatian, gelisah, terhadap penyakit infeksi (Almatsier, 2001).

2. Konsumsi Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah
air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu
membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2001).
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun
mutu, tetapi hanya merupakan 18,4% konsumsi protein rata-rata penduduk Indonesia.
Sedangkan bahan makanan nabati yang kaya dalam protein adalah kacang-kacangan,
dengan kontribusinya rata-rata terhadap konsumsi protein hanya 9,9% (Almatsier, 2001).
Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat social ekonomi rendah.
Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-anak
dibawah lima tahun (Almatsier, 2001).

13
C. Tingkat Konsumsi Energi dan Protein
Masalah gizi dikenal sebagai masalah yang multikompleks karena disamping banyaknya
faktor satu dengan yang lain. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 3
bidang yaitu : (a) produksi pangan, (b) pangan dan (c) pemanfaatan pangan.(Suhardjo,
2002).
Perubahan keseimbangan atau kelebihan konsumsi ini ada 3 faktor lainnya yang berkaitan
dengan pemanfaaan pangan (fisiologis, kegaitan dan infeksi/parasit). Gizi kurang
menurunkan produktivitas kerja sehingga pendapatan menjadi rendah, miskin dan pangan
tidak tersedia cukup. Selain itu gizi kurang menyebabkan daya tahan tubuh (resistensi)
terhadap penyakit menjadi rendah (Suhardjo, 2002). Keadaan kesehatan gizi tergantung
dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas
hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh
dalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain
(Sediaoetama,2000).
Kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) adalah kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari
bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktifitas
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Almatsier, 2003).

D. Tingkat Pendapatan Perkapita


Banyak masalah yang timbul baik langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap
keadaan gizi individu, keluarga maupun masyarakat. Salah satu diantaranya adalah
tingkat pendapatan keluarga yang rendah (Sayogyo, 1983). Besar kecilnya pendapatan
keluarga berpengaruh terhadap pola konsumsi. Pola konsumsi dipengaruhi pula oleh
faktor sosial budaya masyarakat. Oleh karena itu bagi suatu masyarakat dengan tingkat
pendapatan rendah, usaha perbaikan erat hubunganya dengan usaha peningkatan
pendapatan dan perbaikan Sumber Daya Manusia. (Roedjito,1986).
Semakin besar jumlah penduduk kemungkinan pendapatan perkapita justru mewujudkan
desparitas pendapatan tersebut. Keperluan pangan yang pas-pasan dan ditambah dengan
pengetahuan makanan bergizi yang kurang maka pemberian makan untuk keluarga
biasanya dipilih bahan-bahan yang hanya mengenyangkan perut saja, tanpa memikirkan
apakah makanan itu bergizi atau tidak.(Khumaidi, 1989).
Meningkatnya pendapatan perorangan dapat terjadi pertumbuhan dalam suatu susunan
makanan, tetapi pengeluaran uang lebih banyak untuk pangan, tidak menjamin lebih
beragamnya konsumsi pangan, kadang-kadang perubahan yang terjadi dalam kebiasaan
makanan ialah pangan yang dimakan itu lebih mahal, karena kebiasaan pangan cenderung
berubah bersama dengan naiknya pendapatan. (Suharjo, 1985)

E. Tingkat Pendidikan Ibu

14
Latar belakang pendidikan orang tua, baik suami maupun istri merupakan salah satu
unsur penting yang ikut menentukan keadaan gizi anak. Dari berbagai penelitian
diketahui adanya korelasi positif antara keadaan gizi anak dengan pendidikan orang tua
(Atmarina dan Jalal, 1991).
Penelitian ini mengemukakan bahwa masyarakat dengan pendidikan cukup tinggi maka
prevalensi gizi kurang umumnya rendah. Sebaliknya bila tingkat pendidikan orang tua
rendah prevalensi gizi kurang umumnya tinggi. Ada dua sisi kemungkinan hubungan
tingkat pendidikan orang tua dengan keadaan ekonomi rumah tangga. Kedua pendidikan
istri disamping merupakan modal utama dalam menunjang perekonomian rumah tangga
juga berperan dalam penyuluhan pada makan rumah tangga maupun pola pengasuhan
anak (Sayogyo, 1983).
Kurangnya pendidikan gizi seringkali merupakan rintangan terpenting dalam jalur
perjalanan pangan. Adalah penting untuk selalu diingatkan bahwa jalur perjalanan pangan
berhubungan dengan banyak hal. Misalnya cara-cara bertani yang kurang baik, rencana
pembelanjaan keluarga yang kurang serasi, distribusi makanan diantara para anggota
keluarga yang kurang merata, seimbang dan kebiasaan menyusui serta memberi makanan
tambahan pada bayi yang salah. Dengan demikian banyak segi dihadapi di dalam
pendidikan perbaikan gizi (Sayogya, 1995).
Semua Umur
Pada Tabel 3.1.2.2., Gambar 3.1.2.1, dan Gambar 3.1.2.2. ditunjukkan bahwa secara
nasional, penduduk Indonesia yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal
(kurang dari dari 70 persen dari angka kecukupan energi bagi orang Indonesia) adalah
sebanyak 40,7 persen. Provinsi Bali merupakan provinsi dengan penduduk yang
mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal dengan persentase terendah (30,9%),
dan yang persentasenya tertinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi
Barat
(46,7%).

15
16
Secara nasional, penduduk yang mengkonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal
(kurang dari 80 persen dari angka kecukupan protein bagi orang Indonesia) adalah
sebanyak 37,0 persen. Provinsi yang penduduknya mengkonsumsi protein di bawah
kebutuhan minimal dengan persentase terendah adalah Kepulauan Bangka Belitung
(18,0%), dan yang persentase tertinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (56,0%).

2.2. Berdasarkan tingkatan umur

Berikut ini adalah nilai kecukupan energi dan kecukupan protein seseorang perhari rata-
rata ketika dalam aktivitas sedang. Jika sering melakukan aktivitas berat seperti olahraga
berat, kuli bangunan, menggarap sawah, pekerja lapangan, dan lain sebagainya perlu
ditambahkan asupan energi dan protein yang cukup.

1. Kelompok Usia 0 s/d 6 Bulan - Kecukupan Energi : 2400 kkal


- Kecukupan Energi : 550 kkal - Kecukupan Protein : 60 gram
- Kecukupan Protein : 10 gram
Jenis Kelamin Perempuan / Wanita :
2. Kelompok Usia 7 s/d 12 Bulan - Kecukupan Energi : 2350 kkal
- Kecukupan Energi : 650 kkal - Kecukupan Protein : 57 gram
- Kecukupan Protein : 16 gram
8. Kelompok Usia 16 s/d 18 Tahun
3. Kelompok Usia 1 s/d 3 Tahun Jenis Kelamin Laki-Laki / Pria :
- Kecukupan Energi : 1000 kkal - Kecukupan Energi : 2600 kkal
- Kecukupan Protein : 25 gram - Kecukupan Protein : 65 gram

4. Kelompok Usia 4 s/d 6 Tahun Jenis Kelamin Perempuan / Wanita :


- Kecukupan Energi : 1550 kkal - Kecukupan Energi : 2200 kkal
- Kecukupan Protein : 39 gram - Kecukupan Protein : 55 gram

5. Kelompok Usia 7 s/d 9 Tahun 9. Kelompok Usia 19 s/d 29 Tahun


- Kecukupan Energi : 1800 kkal Jenis Kelamin Laki-Laki / Pria :
- Kecukupan Protein : 45 gram - Kecukupan Energi : 2550 kkal
- Kecukupan Protein : 60 gram
6. Kelompok Usia 10 s/d 12 Tahun
Jenis Kelamin Laki-Laki / Pria : Jenis Kelamin Perempuan / Wanita :
- Kecukupan Energi : 2050 kkal - Kecukupan Energi : 1900 kkal
- Kecukupan Protein : 50 gram - Kecukupan Protein : 50 gram
Jenis Kelamin Perempuan / Wanita :
- Kecukupan Energi : 2050 kkal 10. Kelompok Usia 30 s/d 49 Tahun
- Kecukupan Protein : 50 gram Jenis Kelamin Laki-Laki / Pria :
- Kecukupan Energi : 2350 kkal
7. Kelompok Usia 13 s/d 15 Tahun - Kecukupan Protein : 60 gram
Jenis Kelamin Laki-Laki / Pria : Jenis Kelamin Perempuan / Wanita :
- Kecukupan Energi : 1800 kkal

17
- Kecukupan Protein : 50 gram - Kebutuhan Tambahan Protein : 17
gram
11. Kelompok Usia 50 s/d 64 Tahun Hamil Trimester II (3 Bulan Kedua) :
Jenis Kelamin Laki-Laki / Pria : - Kebutuhan Tambahan Energi : 300
- Kecukupan Energi : 2250 kkal kkal
- Kecukupan Protein : 60 gram - Kebutuhan Tambahan Protein : 17
Jenis Kelamin Perempuan / Wanita : gram
- Kecukupan Energi : 1750 kkal Hamil Trimester III (3 Bulan Ketiga) :
- Kecukupan Protein : 50 gram - Kebutuhan Tambahan Energi : 300
kkal
12. Kelompok Usia 64 Tahun Lebih - Kebutuhan Tambahan Protein : 17
Jenis Kelamin Laki-Laki / Pria : gram
- Kecukupan Energi : 2050 kkal Menyusui Anak Usia 0 s/d 6 Bulan :
- Kecukupan Protein : 60 gram - Kebutuhan Tambahan Energi : 500
Jenis Kelamin Perempuan / Wanita : kkal
- Kecukupan Energi : 1600 kkal - Kebutuhan Tambahan Protein : 17
- Kecukupan Protein : 45 gram gram
Menyusui Anak Usia 7 s/d 12 Bulan :
13. Kondisi Ibu Hamil dan Menyusui - Kebutuhan Tambahan Energi : 550
Hamil Trimester I (3 Bulan Pertama) : kkal
- Kebutuhan Tambahan Energi : 180 - Kebutuhan Tambahan Protein : 17
kkal gram

2.3. Masalah gizi kurang dan gizi berlebih

1.2 Gizi baik

Secara alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memilki keunggulan dan
kelemahan tertentu. Beberapa makanan mengandung tinggi KH tetapi kurang vitamin
dan mineral. Sedangkan beberapa makanan kaya vitamin dan mineral namun kurang KH
dan Protein. Nah apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beraneka ragam, maka
akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan
untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengonsumsi makanan sehari-hari yang
beraneka ragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh
keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain, sehingga diperoleh masukan zat gizi
yang seimbang.
13 Pedoman Umum Gizi Seimbang adalah sebagai berikut :

1. Makanlah Aneka Ragam Makanan


2. Makanlah Makanan untuk Memenuhi Kecukupan Energi
3. Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat setengah dari kebutuhan energi
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi
5. gunakan garam beryodium
6. makanlah makanan sumber zat besi

18
7. berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI
sesuadahnya
8. biasakan makan pagi
9. minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya
10. lakukan aktivitas fisik secara teratur
11. hindari minuman yang beralkohol
12. makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
13. bacalah label pada makanan yang dikemas

1.3 Gizi buruk

Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Gizi
buruk merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan
protein (KEP) dalam makanan sehari hari

Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada
dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :
1. Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya
jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak
memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu
kemiskinan.
2. Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh
rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-
zat makanan secara baik.

Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu:


1. Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat
2. Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak
3. Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk
pada balita, yaitu:
1. Keluarga miskin
2. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
3. Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran
pernapasan dandiare.

Tanda-tanda gizi buruk

Pengukuran antropometri, apabila berat badan menurut umur (BB/U) dibandingkan


dengan tabel Z-score, apabila berada kurang dari - 3 SD positif gizi buruk kemudian
dicocokkan dengan z-score (TB/PB terhadap BB) apabila juga positif gizi buruk berarti
termasuk gizi buruk kronis apabila dengan TB/BB tidak positif maka termasuk gizi buruk
akut, apabila tidak ada alat ukur TB dan PB bisa juga dilanjutkan dengan pengukuran

19
LILA bagian kiri balita, apabila LILAnya kurang dari 11,5 cm maka balita tersebut gizi
buruk akut.

Tanda klinis dibedakan menjadi 3 yaitu :


a. Marasmus dengan tanda-tanda :
Anak sangat kurus
Wajah seperti orang tua.
Perut cekung
Kulit keriput, jaringan lemak sangat sedikit
b. Kwashiorkor
Edema diseluruh tubuh, terutama pada wajah membulat dan sembab, rambut
kusam, mudah dicabut.
c. Gabungan marasmus dan kwashiorkor disebut marasmic kwashiorkor pada KMS
ada juga istilah BGM adalah keadaan dimana letak berat badan balita
berada dibawah garis merah bada KMS Balita BGM belum tentu gizi buruk
tetapi kalau status gizi buruk balita pasti BGM. (Abdur, 2008)

Penatalaksanaan Gizi Buruk


1. Rumah Tangga
Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan untuk
mengetahui pertumbuhan berat badannya.
Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0-4 bulan
Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun.
Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak sesuai anjuran
pemberian makanan.
Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan/kader bila balita mengalami sakit
atau

2. Posyandu
Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di posyandu serta mencatat hasil
penimbangan pada KMS.
Bagi balita dengan berat badan tidak naik (T) diberikan penyuluhan gizi seimbang
dan PMT Penyuluhan.
Kader memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat badan tidak naik 3 kali
(3T) dan berat badan di bawah garis merah (BGM).
Kader merujuk balita ke puskesmas bila ditemukan gizi buruk dan penyakit penyerta
lain.

3. Pusat Pemulihan Gizi (PPG)


PPG merupakan suatu tempat pelayanan gizi kepada masyarakat yang ada di desa dan
dapat dikembangkan dari posyandu. Pelayanan gizi di PPG difokuskan pada pemberian
makanan tambahan pemulihan bagi balita KEP. Penanganan PPG dilakukan oleh
kelompok orang tua balita (5-9 balita) yang dibantu oleh kader untuk menyelenggarakan
PMT Pemulihan anak balita. Layanan yang dapat diberikan adalah:

20
Balita KEP berat/gizi buruk yang tidak menderita penyakit penyerta lain dapat
dilayani di PPG.
Kader memberikan penyuluhan gizi/kesehatan serta melakukan demonstrasi cara
menyiapkan makanan untuk anak KEP berat/gizi buruk.
Kader menimbang berat badan anak setiap 2 minggu sekali untuk memantau
perubahan berat badan dan mencatat keadaan kesehatannya.
Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning atau di bawah garis merah
(BGM) pada KMS, kader memberikan PMT Pemulihan.
Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan jadi dan diberikan setiap hari.
Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning pada KMS teruskan pemberian
PMT pemulihan sampai 90 hari.
Apabila setelah 90 hari, berat badan anak belum berada di pita warna hijau pada KMS
kader merujuk anak ke puskesmas untuk mencari kemungkinan penyebab lain.
Apabila berat badan anak berada di pita warna hijau pada KMS, kader menganjurkan
pada ibu untuk mengikuti pelayanan di posyandu setiap bulan dan tetap
melaksanakan anjuran gizi dan kesehatan yang telah diberikan.

4. Puskesmas
Puskesmas menerima rujukan KEP Berat/gizi buruk dari posyandu dalam wilayah
kerjanya serta pasien pulang dari rawat inap di rumah sakit.
Menyeleksi kasus dengan cara menimbang ulang dan dicek dengan Tabel BB/U Baku
Median WHO-NCHS.
Apabila ternyata berat badan anak berada di bawah garis merah (BGM) dianjurkan
kembali ke PPG/posyandu untuk mendapatkan PMT pemulihan.
Apabila anak dengan KEP berat/gizi buruk (BB < 60% Tabel BB/U Baku Median
WHO-NCHS) tanpa disertai komplikasi, anak dapat dirawat jalan di puskesmas
sampai berat badan nya mulai naik 0,5 Kg selama 2 minggu dan mendapat PMT-P
dari PPG.
Apabila setelah 2 minggu berat badannya tidak naik, lakukan pemeriksaan untuk
evaluasi mengenai asupan makanan dan kemungkinan penyakit penyerta, rujuk ke
rumah sakit untuk mencari penyebab lain.
Anak KEP berat/gizi buruk dengan komplikasi serta ada tanda-tanda
kegawatdaruratan segera dirujuk ke rumah sakit umum
Tindakan yang dapat dilakukan di puskesmas pada anak KEP berat/gizi buruk tanpa
komplikasi
Memberikan penyuluhan gizi dan konseling diet KEP berat/ gizi buruk (dilakukan di
pojok gizi buruk).
Melakukan pemeriksaan fisik dan pengobatan minimal 1 kali per minggu.
Melakukan evaluasi pertumbuhan berat badan balita gizi buruk setiap dua minggu
sekali.
Melakukan peragaan cara menyiapkan makanan untuk KEP berat/ gizi buruk.
Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang perkembangan berat badan dan
kemajuan asupan makanan

21
1.4 Gizi lebih

Gizi lebih dalam dua dekade terakhir meningkat akibat perubahan pola hidup masyarakat
terutama di daerah urban. Bahkan masalah gizi lebih ini telah menjadi polemik sendiri di
negara maju. Gizi lebih dapat dinilai dari berat badan. Dari data yang dihimpun WHO
tahun 2008 menyebutkan bahwa sekitar 1.5 miliar penduduk dewasa mengalami
kelebihan berat badan, 200 juta pria dewasa mengalami obesitas, dan lebih dari 300 juta
wanita mengalami obesitas. Sebuah studi pada tahun 2008 oleh Centers for Disease
Control di Atlanta yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan hampir satu dari lima
anak usia 6-11 tahun dan 18,1 persen anak usia 12-19 tahun yang menderita obesitas. Di
Indonesia sendiri pada tahun 2003 terdapat 2.24 % balita yang mengalami gizi lebih,
sedangkan data untuk penduduk di atas 15 tahun terdapat 10.3 % mengalami gizi lebih.

Data di atas menunjukan betapa besarnya jumlah penderita gizi lebih di Indonesia.
Penyebab yang paling nyata adalah perubahan ekonomi. Perubahan ini terjadi akibat
pasar globalisasi dan modrenisasi di semua aspek. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah
penduduk yang berat badan lebih ataupun obesitas lebih banyak terjadi di daerah
perkotaan. Peningkatan ekonomi ini menyebabkan perubahan pola hidup, mulai dari pola
makan dan aktivitas fisik. Makanan yang awalnya lebih banyak persentase karbohidrat
kini telah berubah menjadi lebih banyak persentase lemak, seperti fast food. Jenis
makanan yang seperti ini akan meningkatkan persentase lemak tubuh yang akhirnya akan
berimplikasi kepada kelebihan berat badan.

Selain faktor ekonomi, faktor cahaya lampu secara tidak langsung juga mempengaruhi
gizi lebih dan obesitas. Penelitian terbaru dari Reuroscience di Ohio State
University menemukan bahwa semakin banyak cahaya pada saat kita makan, maka
resiko untuk mengalami kelebihan berat badan semakin tinggi. Penelitian ini
menggunakan tikus sebagai hewan coba. Tikus-tikus tersebut diperlakukan dalam tiga
kondisi. Kondisi pertama tikus diberi terpaan cahaya selama 24 jam terus-menerus,
kondisi kedua tikus diberi terpaan cahaya dengan siklus standar terang selama 16 jam dan
gelap selama 8 jam, sedangkan kondisi ketiga tikus diberi terpaan cahaya terang selama
16 jam dan cahaya redup selama 8 jam. Para peneliti mengukur berapa banyak makanan
yang dipakai tikus setiap hari. Selain itu mereka juga mengukur berapa banyak mereka
bergerak di sekitar kandang mereka setiap hari melalui sistem persimpangan sinar
inframerah. Kemudian massa tubuh tikus dihitung setiap minggu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tikus dengan cahaya redup saat malam massa tubuhnya meningkat
lebih tinggi dari tikus yang hidup dalam siklus standar terang dan gelap. Berat badan tikus
terus meningkat sejak minggu pertama penelitian. Pada akhir penelitian tikus yang hidup
dengan cahaya redup malam hari berat badannya lebih kurang 12 gram sedangkan tikus
yang hidup dengan siklus standar terang dan gelap berat badannya 8 gram. Tikus yang
mendapat terpaan cahaya terus-menerus juga memiliki berat badan lebih besar dari tikus
yang hidup dengan siklus standar terang dan gelap.

22
Faktor lain yang mempengaruhi gizi lebih dan obesitas adalah kebiasaan ketika makan.
Salah satu kebiasaan yang buruk ketika makan adalah makan di depan komputer atau
televisi, karena hal ini akan mengakibatkan jumlah makanan yang masuk ke mulut akan
lebih banyak.

Selain asupan makanan, hal lain yang dapat menyebabkan gizi lebih dan obesitas adalah
faktor aktivitas. Kurangnya aktivitas dapat menyebabkan gizi lebih dan obesitas. Salah
satu yang menyebabkan berkurangnya aktivitas seseorang adalah tuntutan pekerjaan.
Tuntutan pekerjaan pada saat ini menyebabkan kebanyakan penduduk lebih banyak
menghabiskan waktunya duduk di kursi dari pada bergerak. Ditambah lagi kesadaran
berolahraga yang masih kurang di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat
meningkatkan resiko berat badan berlebih. Dari analisis lebih lanjut didapatkan seorang
remaja yang menghabiskan waktu lebih dari 3 jam per hari dengan menonton televisi
memiliki resiko obesitas 12.3 kali lebih besar dari pada remaja yang menonton televisi
yang kurang dari 3 jam per hari.

Walaupun kita mengetahui bahwa berat badan berlebih tidak akan terjadi apabila
seseorang tidak memiliki faktor genetik untuk gizi lebih atau obesitas. Apabila kedua
orang tua gizi lebih atau obesitas maka kemungkinan anak menderita berat badan berlebih
sekitar 80%, sedangkan apabila salah satu dari orang tua mengalami gizi lebih atau
obesitas maka kemungkinan itu menjadi setengahnya atau 40 %.

Faktor-faktor sosiokultural juga berperan penting dalam gizi lebih dan obesitas, seperti
masih banyaknya masyarakat yang berpendapat bahwa gemuk adalah lambang
kemakmuran. Pendapat seperti ini dapat memicu peningkatan jumlah konsumsi kalori
pada masyarakat tersebut. Anggapan gemuk makmur ini berimplikasi pada orang tua
yang akan senang ketika anaknya memiliki berat badan lebih. Padahal apabila pada waktu
masih anak-anak berat badannya sudah berlebih akan meningkatkan faktor resiko menjadi
berat badan berlebih pada waktu dewasa.

Prevalensi ini akan terus meningkat, mengingat setiap anak yang memiliki faktor
predisposisi genetik akan tinggal bersama dengan orang tua yang telah terbiasa dengan
pola hidup sedentary. Peneliti memprediksi 8 dari 10 pria dan 7 dari 10 wanita akan
mengalami obesitas pada tahun 2020. Penelitian yang dilakukan ini mengambil sampel
di satu negara maju yakni Inggris. Negara maju dan negara berkembang cenderung
memiliki gaya hidup seragam saat ini. Sehingga dapat diperkirakan trend obesitasnya
antara negara maju dan negara berkembang akan sama.

Konsekuensi gizi lebih dan obesitas adalah meningkatnya resiko kematian. Seseorang
yang memiliki kelebihan berat badan sebesar 40% dari normal, diperkirakan meninggal 8
tahun lebih cepat dari pada populasi rata-rata. Peningkatan mortalitas ini terjadi karena
insiden diabetes melitus tipe dua, penyakit jantung koroner, penyakit kandung kemih,
osteoarthritis atau radang sendi, stroke, dan kanker. Sedangkan pada anak-anak dapat

23
menimbulkan gangguan seperti dislipidemia, stenosis hepatis, gangguan saluran
pencernaan, dan sleep apnea.

Pada orang yang menderita gizi lebih prevalensi munculnya kanker 30% lebih tinggi
dibanding orang yang memiliki berat badan ideal. Jenis kanker yang sering muncul adalah
kanker ginjal, kanker rahim, kanker payudara, kanker esophagus, kanker pancreas, dan
kanker kolon.

Berat badan lebih dan obesitas adalah penyakit mahal. Bahkan untuk negara maju
peningkatan jumlah penyakit akibat gizi lebih dan obesitas dalam beberapa dekade
terakhir telah menguras anggaran kesehatan. Di Australia telah menghabiskan dana 464
juta dolar Australia , 12 milyar franc di Perancis, 1 milyar golden di Belanda, dan 45,8
juta dolar Amerika di Amerika Serikat. Dana yang dikeluarkan itu merupakan direct cost,
artinya dana yang berhubungan langsung dengan gizi lebih dan obesitas yang sebagian
besar merupakan akibat penyakit jantung koroner dan hipertensi. Sedangkan kerugian
akibat berkurangnya produktifitas akibat kematian dini dan morbiditas pasti lebih besar
lagi.

Di Indonesia belum diketahui besar kerugian akibat penyakit yang berhubungan dengan
gizi lebih dan obesitas. Hal ini disebabkan masih kurangnya studi tentang biaya yang
dikeluarkan untuk mengatasi masalah tersebut. Tetapi melihat yang terjadi di negara lain
dapat diperkirakan biaya yang akan dikeluarkan negara berkembang pasti lebih besar lagi.
Hal tersebut disebabkan Indonesia masih mengimpor alat-alat kedokteran dan obat-obatan
demi kepentingan rumah sakit dan tenaga kesehatan lainnya.

Untuk mengatasi masalah gizi lebih dan obesitas ini tak cukup dengan hanya
mengandalkan tenaga kesehatan. Hal ini disebabkan gizi lebih dan obesitas sangat
kompleks sehingga membutuhkan kerjasama semua lapisan masyarakat. Strategi yang
harus dilakukan agar hasilnya lebih optimal adalah tindakan preventif dan promotif. Jika
dioptimalkan pada tindakan kuratif dan rehabilitatif maka dana yang disediakan tidak
akan cukup (WHO, 2000). Ironinya, di lapangan dana yang dikucurkan untuk usaha
promotif dan preventif hanya 10 % sedangkan dana untuk kuratif dan preventif sekitar 60
85 %. Hal ini menyebabkan usaha promotif dan preventif kurang maksimal.

Usaha promotif dan preventif yang paling penting adalah dengan menyadarkan
masyarakat itu sendiri. Usaha ini dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dari berbagai
aspek. Di lihat dari segi pendidikan, kementrian pendidikan nasional dapat memasukan
materi gizi ke dalam kurikulum pendidikan. Memang sebelumnya telah ada materi gizi,
namun hal itu hanya sepintas lalu dan hanya membahas satu aspek yaitu gizi kurang.
Diharapkan dari kurikulum yang lebih komprehensif masyarakat mulai disadarkan sejak
di bangku sekolahan. Dari pendidikan dasar ini paradigma gemuk makmur sedikit demi
sedikit akan terkikis.

24
Di sektor lain usaha yang dapat dilakukan oleh kementrian perdagangan yaitu
mewajibkan semua produk makanan untuk mencantumkan label kadar kalori dari produk
makanan tersebut baik yang ada dalam kemasan maupun jenis masakan cepat saji.
Pencantuman ini akan membantu masyarakat untuk menghitungintake kalori. Label ini
juga membantu komunikasi antar produsen dan konsumen mengenai hal-hal tentang
pangan yang dibutuhkan konsumen. Bagi produsen sendiri label tersebut dapat digunakan
sebagai sarana promosi.

Usaha dari tenaga medis dapat dilakukan dengan meningkatkan penyuluhan-penyuluhan


tentang gizi lebih dan obesitas terutama di sekitar perkotaan. Dalam penyuluhan ini
dijelaskan tentang bahaya laten dari gizi lebih dan obesitas. Promosi tentang diet yang
seimbang serta olahraga yang cukup juga perlu ditekankan. Sebagai komunitas terkecil,
keluarga dapat menghabiskan waktu liburan dengan beraktivitas bersama. Hal ini
bertujuan untuk mengajarkan kepada anaknya agar tidak menganut sedentary life, selain
untuk mengeratkan hubungan antar anggota keluarga tersebut.

Dari uraian di atas jelas sekali masalah gizi dan kesehatan di masyarakat di masa yang
akan datang menjadi semakin kompleks dan menjadi tantangan pembangunan
masyarakat. Kompleksitas masalah gizi dan kesehatan ini menuntut perhatian dari semua
pihak baik pemerintah maupun masyarakat. Jika dibiarkan saja bukan tidak mungkin
prediksi tahun 2020 akan terwujud atau bahkan lebih tinggi.

3. Memahami dan menjelaskan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

Pengertian PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan paradigma sehat
dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan
untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental,
spiritual, maupun sosial. Selain itu juga program perilaku hidup bersih dan sehat
bertujuan memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, kelompok, keluarga, dengan membuka jalur komunikasi, informasi, dan
edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku sehingga masyarakat
sadar, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui
pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support), dan pemberdayaan
masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya masing-masing (Depkes RI,
2002).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/kelompok dapat
menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat (Dinkes Jabar, 2010).

25
Tujuan PHBS

Menurut Depkes RI (1997), Tujuan dari PHBS adalah untuk meningkatkan


pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan
sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam
upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Strategi PHBS

Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS.
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi
kesehatan dan PHBS yaitu:

1. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)


Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran
agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta kelompok
masyarakat. Bilamana sasaran sudah pindah dari mau ke mampu melaksanakan
boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang
bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang sering kali dipraktikkan
adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat
(community organization) atau pembangunan masyarakat (community development).
Untuk itu sejumlah individu yang telah mau dihimpun dalam suatu kelompok untuk
bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun
masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari
dermawan). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS
dengan program kesehatan yang didukungnya.

2. Bina Suasana (Social Support)


Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu
anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang
akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun
ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya,
kelompok arisan, majelis agama, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau
mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses
pemberdayaan masyarakat khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari
fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan
dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok, dan
pendekatan masyarakat umum.

26
3. Pendekatan Pimpinan (Advocacy)
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak
yang terkait ini bisa brupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan
sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga
dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh
pengusaha, dan yang lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu
kebijakan (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non
pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui
advokasi jarang diperoleh dalam waktu yang singkat.
Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan yaitu: a)
mengetahui atau menyadari adanya masalah, b) tertarik untuk ikut mengatasi
masalah, c) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan
berbagai alternatif pemecahan masalah, d) sepakat untuk memecahkan masalah
dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan e) memutuskan tindak
lanjut kesepakatan.

Tatanan PHBS

Ada lima tatanan PHBS yakni: tatanan rumah tangga, tatanan pendidikan, tempat
umum, tempat kerja, dan institusi kesehatan.
I. PHBS di Rumah Tangga
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di rumah tangga
di lakukan untuk mencapai rumah tangga Ber-PHBS. Rumah tangga Ber-PHBS
adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu :
1. persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan
2. memberi bayi ASI ekslusif
3. menimbang balita setiap bulan
4. menggunakan air bersih
5. mencuci tangan dengan air brsih dan sabun
6. menggunakan jamban sehat
7. memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. makan buah dan sayur setiap hari
9. melakukan aktifitas fisik setiap hari
10. tidak merokok di dalam rumah.

Manfaat Rumah Tangga Ber-PHBS


Bagi Rumah Tangga :
Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
Anak tumbuh sehat dan cerdas.
Anggota keluarga giat bekerja.

27
Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.

Bagi Masyarakat:
Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah masalah
kesehatan.
Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa
dan lain-lain.

Peran kader dalam mewujudkan Rumah Tangga Ber-PHBS?

Melakukan pendataan rumah tangga yang ada di wilayahnya dengan


menggunakan Kartu PHBS atau Pencatatan PHBS di Rumah Tangga pada buku
kader.
Melakukan pendekatan kepada kepala desa/lurah dan tokoh masyarakat untuk
memperolah dukungan dalam pembinaan PHBS di Rumah Tangga.
Sosialisasi PHBS di Rumah Tangga ke seluruh rumah tangga yang ada di
desa/kelurahan melalui kelompok damawisma.
Memberdayakan keluarga untuk melaksanakan PHBS melalui penyuluhan
perorangan, penyuluhan kelompok, penyuluhan massa dan pergerakan
masyarakat.
Mengembangkan kegiatan-kegiatan ang mendukung terwujudnya Rumah
Tangga Ber-PHBS.
Memantau kemajuan pencapaian Rumah Tangga Ber-PHBS di wilayahnya
setiap tahun melalui pencatatan PHBS di Rumah Tangga.

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga
para medis lainnya)
Mengapa setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan?

Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu


persalinan, sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin.
Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke
puskesmas atau rumah sakit.
Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan perlatan yang
aman,bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya
kesehatan lainnya.

Apa ada peran kader dalam membina rumah tangga agar melakukan
persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan?

28
Melakukan pendataan jumlah seluruh ibu hamil di wilayah kerjanya dengan
memberi tanda seperti menempelkan stiker.
Menganjurkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya di bidang/ dokter.
Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan
penyuluhan tentang pentingnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan, misalnya melalui penyuluhan kelompok di posyandu, arisan,
pengajian, dan kunjungan rumah.
Bersama tokoh masyarakat setempat berupaya untuk menggerakan masyarakat
dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung keselamatan ibu dan bayi seperti
dana sosial bersalin, tabungan ibu bersalin, ambulans desa, calondonor darah,
warga dan suami siap Antar jaga, dan sebagainya.
Menganjurkan ibu dan bayinya untuk memeriksakan kesehatan ke bidan/dokter
selama masa nifas (40 hari setelah melahirkan) sedikitnya tiga kali pada hari
minggu pertama, ketiga, dam keenam setelah melahirkan.
Menganjurkan ibu ikut keluarga berencana setelah melahirkan.
Menganjurkan ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sampai bayi berumur 6
bulan (ASI Eklusif).

2. Memberi bayi ASI Eklusif


Adalah bayi usia 0-6 hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan
atau minuman lain.
Apa saja keunggulan ASI?
Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan fisik serta kecerdasan.
Mengandung zat kekebalan.
Melindungi bayi dari alergi.
Aman dan terjamin kebersihan, karena langsung disusukan kepada bayi dalam
keadaan segar.
Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan kapan
saja dan di mana saja.
Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernapasan bayi.

Apa manfaat memberikan ASI?


Bagi ibu:
Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi.
Mengurangi pendarahan setelah persalinan.
Mampercepat pemulihan kesehatan ibu.
Menunda kehamilan berikutnya.
Mengurangi resiko terkena kanker payudara.
Lebih praktis karena ASI lebih mudah di berikan pada saat bayi membutuhkan.

Bagi bayi:
Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.
Bayi tidak sering sakit.

29
Bagi keluarga:
praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan
perlengkapannya.
Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula misalnya
merebus air dan perlengkapannya.

Bagaimana cara menjaga mutu dan jumlah produksi ASI?


Apa yang perlu diperhatikan untuk membantu keberhasilan pemberian ASI
Eklusif?
Dukungan suami, orang tua, ibu mertua, dan keluarga lainnya sangat diperlukan agar
upaya pemberian ASI Eklusif selama enam bulan bias berhasil.

Apa peran kader untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI Eklusif?


Mendata jumlah seluruh ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi baru lahir yang ada
di wilayah kerjanya.
Menberikan penyuluhan kepada ibu hamil, dan ibu menyusui diposyandu.
Tentang pentingnya memberikan ASI Eklusif.
Melakukan kunjungan ruma kepada ibu nifas yang tidak dating ke posyandu dan
menganjurkan agar ritin memeriksakan kesehatan bayinya serta mempersiapkan
diri untuk memberikan ASI Eklusif.

3. Menimbang balita setiap bulan


Mengapa balita perlu di timbang setiap bulan? Penimbangan balita di maksudkan
untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan.
Kapan dan di mana penimbangan balita di lakukan? Penimbangan balita di
lakukan setiap bulan mulai dari umur 1 tahun sampai 5 tahun diposyandu.
Bagaimana mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita? Setelah balita
ditimbang di buku KIA (kesehatan ibu dan anak)
atau kartu menuju sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak
naik (lihat perkembangannya)
Apa tanda-tanda balita gizi kurang?
Apa tanda-tanda balita gizi buruk?
Apa manfaat penimbangan balita setiap bulan di posyandu?
Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat.
Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita.
Untuk mengetahui balita yang sakit, (demam/batuk/diare).
Berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya
BGM (Bawah Garis Merah) dan dicurigai Gizi buruk sehingga dapat segera di rujuk
ke puskesmas.
Untuk mengetahui kelengkapan Imunisasi.
Untuk mendapatkan penyuluhan gizi.
Apa peran kader agar masyarakat Mau menimbang balita setiap bulan
Diposyandu?
Mendata jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerjanya.
30
Memantau jumlah kunjungan ibu yang dating balitanya diposyandu.
Memanfaatkan setiap kesempatan didesa/kelurahan untuk memberikan
penyuluhan tentang pentingnya penimbangan balita, misalnya penyuluhan
kelompok diposyandu, arisan, pengajian, kunjungan rumah dan penyuluhan
massa (pengeras suara di mesjid, pengumuman kelurahan, poster, slebaran dll)
Melakukan kunjungan rumah kepada ibu yang tidak dating keposyandu
membawa balitanya dan menganjurkan agar rutin menimbang balitanya di
poyandu.
Mengadakan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian dan mendorong
masyarakat sepeti: lomba balita sehat, lomba memasak makanan balita sehat,
kegiatan makan bersama untuk balita dan sebagainya.

4. Menggunakan air bersih

Mengapa kita harus menggunakan air bersih? Air adalah kebutuhan dasar yang
dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan
lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya, Agar kita tidak
terkena penyakit atau terhindar sakit.

Apa syarat-syarat air bersih itu? Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui
indra kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba)

Bagaimana menjaga kebersihan sumber air bersih?


Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling
sedikit 10 meter.
Sumber mata air harus dilindungi dari pencemaran.
Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya
atidak rusak seperti lantai sumur tidak boleh retak, bibir sumur harus diplester
dan sumur sebaiknya diberi penutup.
Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada bercak-bercak kotoran, tidak
berlumut pada lantai/lantai dinding sumur. Ember/gayung pengambil air harus
tetap bersih dan diletakan di lantai (ember/gayung digantung di tiang sumur).
Apa peran kader dalam menggerakan masyarakat untuk menggunakan air
bersih?
Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki ketersediaan
air bersih dirumahnya.
Melakukan pendataan rumah tangga yang sulit mendapatkan air bersih.
Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah tangga
yang sulit untuk mendapatkan air bersih.
Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya
untuk memberi kemudahan kepada masyarakat untuk mendapatkan air bersih di
lingkungan tempat tinggalnya.
Mengadakan arisan warga untuk membangun sumur gali atau sumur pompa
secara bergilir.

31
Membentuk kelompok pemakai air pompa (POKMAIR) untuk memelihara
sumber air bersih yang dipakai secara bersama, bagi daerah sulit air.
Menggalang dunia usaha setempat untuk member bantuan dalam penyediaan air
bersih.
Memanfaatkan setiap kesempatan didesa/kelurahan untuk memberkan
penyuluhan tentang pentingnya menggunakan air bersih, misalnya melalui
penyuluhan kelompok diposyandu, prtemuan Dasa Wisma, arisan, pengajian,
pertemuan desa/kelurahan, kunjungan rumah dan lain-lain.

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Mengapa harus mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun?
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit.
Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan
cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit.
Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun
kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.

Apa peran kader Dalam membina perilaku cuci tangan


Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan
penyuluhan tentang pentingnya perilaku cuci tangan, misalnya penyuluhan
kelompok diposyandu, arisan, pengajian, pertemuan kelompok Dasa Wisma, dan
kunjungan rumah.
Mengadakan kegiatan gerakan cuci tangan bersama untuk menarik perhatian
masyarakat, misalnya pada peringaan hari-hari besar kesehatan atau ulang tahun
kemerdekaan.

6. Menggunakan jamban sehat


Apa itu jamban? Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk
dengan leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran
dan air untuk membersihkanya.
Apa saja jenis jamban yang digunakan?
Jamban cemplung : Adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang
berfungsi menyimpan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran
kedasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.
Jamban tangki septik/leher angsa : Adalah jamban berbentuk leher angsa yang
penampungannya berupa tangki septik kedap air yang befungsi sebagai wadah proses
penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapan.
Bagaimana memilih jenis jamban?
Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air.
Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk:
a. Daerah yang cukup air

32
b. Daerah yang padat penduduk, karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu
satu lubang penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban
(satu lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban)

Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya ditinggikan


kurang lebih 60 cm dari permukaan air pasang.
Siapa yang diharapkan menggunakan jamban? Setiap anggota rumah tangga harus
menggunakan jamban untuk buang air besar/buang air kecil.
Mengapa harus menggunakan jamban?
Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau.
Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya.
Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular
penyakit Diare, Kolera Disentri,Typus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan,
penyakit kulit, dan keracunan.
Apa saja syarat jamban sehat?
Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan
lubang penampungan minimal 10 meter)
Tidak berbau.
Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
Tidak mencemari tanah sekitarnya.
mudah dibersihkan dan aman digunakan.
Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
Penerangan dan ventilasi yang cukup.
Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
Bagaimana cara memelihara jamban sehat?
Apa peran kader dalam membina masyarakat Untuk memiliki dan
menggunakan jamban sehat?
Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki serta
menggunakan jamban dirumahnnya.
Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah rumah
tangga yang belum memiliki jamban sehat.
Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya
untuk menggerakan masyarakat untuk memiliki jamban.
Mengadakan arisan warga untuk membangun jamban sehat secara bergilir.
Menggalang dunia usaha setempat untuk member bantuan dalam penyediaan
jamban sehat.
Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberi penyuluhan
tentang pentingnya memiliki dan menggunakan jamban sehat, misalnya melalui
penyuluhan kelompok di posyandu, pertemuan kelompok Dasa Wisma, arisan,
pengajian, pertemuan desa/kelurahan, kumjungan rumah dan lain-lain.

33
Meminta bantuan petugas Puskesmas setempat untuk memberikan bimbingan
teknis tentang cara-cara membuat jamban sehat yang sesuai dengan situasi dan
kodisi daerah setempat.

7. Memberantas jentik dirumah sekali seminggu


Mengapa harus memberantas jentik di rumah?
Apa itu rumah bebas jentik? Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah
dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
Apa itu pemeriksaan jentik berkala (PJB)? Adalah pemeriksaan tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) yang ada didalam
rumah seperti bak mandi/WC, vas bunga, tatakan kulkas, dll dan diluar rumah seperti
talang air, alas pot kembang, ketiak daun, lubang pohon, pagar bambu, dll yang
dilakukan secara teratur sekali dalam seminggu.
Siapa yang melakukan Pemeriksaan Jentik Berkala?
Apa yang pelu dilakukan agar Rumah Bebas Jentik?
Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus (Menguras,
Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk).
Apa manfaat Rumah Bebas Jentik?
Bagaimana cara Pemeriksaan Jentik Berkala?
Mengunjungi setiap rumah tangga yang ada di wilayah kerja untuk memeriksa
tempat yang sering menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk/tempat
penampungan air di dalam dan di luar rumah serta memberikan penyuluhan
tentang PSN kepada anggota rumah tangga.
Menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik.
Jika ditemukan jentik, anggota rumah tangga diminta untuk ikut.
Menyaksikan/melihat jentik, kemudian langsung dilanjutkan dengan PSN kepada
anggota rumah tangga
Mencatat hasil pemeriksaan jentik pada Kartu Jentik Rumah (kartu yang
ditinggalkan di rumah) dan pada formulir pelaporan ke puskesmas.
Apa peran kader dalam membina rumah tangga Agar menciptakan Rumah
Bebas Jentik?
Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan
penyuluhan tentang PSN dan PJB, misalnya melalui penyuluhan kelompok
diposyandu, pertemuan kelompok Dasa Wisma, arisan, pengajian, pertemuan
desa/kelurahan, kunjungan rumah dan melalui media cetak (poster, slebaran,
spanduk).
Bersama pemerintah desa/kelurahan tokoh masyarakat setempat menggerakan
masyarakat untuk melakukan PSN dan PJB.
Melakukan pemeriksaan jentik berkala secara teratur setiap minggu dan mencatat
angka jentik yang ditemukan pada Kartu Jentik Rumah.
Mengumpulkan data angka bebas jentik dari setiap rumah tangga yang ada di
wilayah kerja dan melaporkan secara rutin kepada puskesmas terdekat untuk
mendapat tindak lanjut penanganan bila terjadi masalah/kasus.

34
Menginformasikan angka jentik yang ditemukan kepada setiap rumah tangga
yang dikunjungi sekaligus memberikan penyuluhan agar tetap melaksanakan
pemberantasan sarang nyamuk secara rutin dan menegur secara baik apabila
masih terdapat jentik nyamuk.

8. Makan sayur dan buah setiap hari


Siapa yang diharapkan makan sayur dan buah? Setiap anggota rumah tangga
mengkonsunsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.
Mengapa kita harus makan sayuran dan buah? Makan sayur dan buah setiap hari
sangat penting, karena: Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur
pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, Mengandung serat yang tinggi.
Apa manfaat vitamin yang ada di dalam sayur dan buah?
Apa manfaat serat yang ada di dalam sayur dan buah?
Manfaat makanan berserat, yaitu:
Berapa banyak sayur dan buah dalam sehari harus kita makan?
Sayur harus dimakan 2 porsi setiap hari, dengan ukuran satu porsi sama dengan satu
mangkuk sayuran segar atau setengah mangkuk sayuran matang. Sebaiknya sayuran
dimakan segar atau dikukus, karena jika direbus cenderung melarutkan vitamin dan
mineral.
Buah-buahan harus dimakan 2-3 kali sehari. Contohnya, setiap kali makan setengah
mangkuk buah yang diiris, satu gelas jus atau satu buah jeruk, apel, jambu biji atau
pisang. Makanlah berbagai macam buah karena akan memperkaya variasi zat gizi
yang terkandung dalam buah.
Sayur dan buah seperti apa yang bagus kita makan?
Bagaimana mengolah sayur dan buah dengan tidak merusak atau mengurangi
kandungan gizinya?
Bagaimana peran keluarga untuk menanamkan Kebiasaan makan sayur dan
buah?
Memanfaatkan pekarangan dengan menanam sayur dan buah.
Menyediakan sayur dan buah setiap hari di rumah dengan harga terjangkau.
Perkenalan sejak dini kepada anak kebiasaan makan sayur dan buah pagi,
siang, dan malem
Memanfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang
pentingnya makan sayur dan buah.

9. melakukan aktifitas fisik setiap hari


Siapa yang diharapkan melakukan aktivitas fisik? Adalah anggota keluarga
melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari.
Apa itu aktivitas fisik? Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh
yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan
kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar
sepanjang hari.
Apa jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan?
Berapa lama seseorang perlu melakukan aktivitas fisik setiap hari?

35
Bagaimana cara melakukan aktifitas yang benar ?
Apa keuntungan melakukan aktivitas fisik secara teratur ?
Apa peran keluarga dan kader untuk mendorong anggota keluarga melakukan
aktivitas fisik setiap hari ?
Manfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang
pentingnya melakukan akytivitas fisik.
Bersama anggota keluarga sering melakukan kegiatan fisik secara bersama,
misalnya kalan pagi bersama, membersihkan rumah secara bersama-sama, dll.
Ada pembagian tugas untuk membersihkan rumah atau melaksanakan
pekerjaan di rumah.
Kader mendorong lingkungan tempat tinggal untuk menyediakan fasilitas
olahraga dan tempat bermain untuk anak.
Kader memberikan penyuluhan tentang pentingnya melakukan aktivitas fisik.

10. Tidak merokok di dalam rumah


Siapa yang di harapkan tidak merokok di dalam rumah ? Setiap anggota keluarga
tidak boleh merokok di dalam rumah.
Mengapa harus tidak merokok ?
Apa itu dengan perokok aktif dan perokok pasif?
Apa bahaya perokok aktif dan perokok pasif?
Bagaimana cara berhenti merokok? Ada 3 cara untuk berhenti merokok, yaitu
Berhenti Seketika, Menunda, dan Mengurang. Hal yang paling utama adalah niat dan
tekad yang bulat untuk melaksanakan cara tersebut:
Seketika : Cara ini merupakan upaya yang paling berhasil. Bagi perokok berat,
mungkin perlu bantuan tenaga kesehatan untuk mengatasi efek ketagihan karena
rokok mengandung zat Adiktif.
Menunda : Perokok dapat menunda menghisap rokok pertama 2 jam setiap hari
sebelumnya dan selama 7 hari berturut-turut.
Mengurangi : Jomlah rokok yang diisap setiap hari dikurangi secara berangsur-
angsur dengan jumlah yang sama sampa 0 batang pada hari ke 7 atau yang ditetapkan.
Apa peran keluarga dan kader untuk menciptakan Rumah Tanpa Asap Rokok?
Memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku tidak merokok kepada
seluruh anggota keluarga.
Menggalang kesepakatan keluarga umtuk mwnciptakan Rumah Tanpa Asap
Rokok.
Menegur anggoata rumah tangga yang merokok di dalam rumah.
Tidak memberi dukungan kepada orang yang merokok dalam bentuk apapun,
antara lain dengan tidak memberikan uang untuk membeli rokok,tidak memberikan
kesempatan siapa pun untuk merokok di dalam rumah, tidak menyediakan asbak.
Tidak menyuruh anaknya membelikan rokok untuknya.
Orang tua bisa menjadi panutan dalam perilaku tidak merokok.
Melarang anak tidak merokok bukan karena alasan ekonomi, tetapi justru
karena alas an kesehatan.
Cegah penyakit dengan Berhenti Merokok?

36
II. PHBS di Tatanan Pendidikan (Sekolah)
Pengertian PHBS di Sekolah
PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan
aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga
merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya,
serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).

Tujuan PHBS di Sekolah


Tujuan Umum: Memperdayakan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah agar tau, mau, dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan
dengan menerapkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.

Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap siswa, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah.
b. Meningkatkan peran serta aktif setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah ber PHBS di sekolah.
c. Memandirikan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber
PHBS.

Manfaat PHBS di Sekolah


Manfaat bagi siswa:
a. Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit
b. Meningkatkan semangat belajar
c. Meningkatkan produktivitas belajar
d. Menurunkan angka absensi karena sakit

Manfaat bagi warga sekolah:


a. Meningkatnya semangat belajar siswa berdampak positif terhadap pencapaian
target dan tujuan
b. Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh orangtua
c. Meningkatnya citra sekolah yang positif

Manfaat bagi sekolah:


a. Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di sekolah
b. Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di sekolah

Manfaat bagi masyarakat


a. Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat
b. Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh sekolah

37
Manfaat bagi pemerintah provinsi/kabupaten/kota
a. Sekolah yang sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah
provinsi/kabupaten/kota yang baik
b. Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di
sekolah

Sasaran PHBS di Sekolah


a. Siswa Peserta Didik
b. Warga Sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Karyawan Sekolah, Komite Sekolah,
dan Orangtua Siswa)
c. Masyarakat Lingkungan Sekolah (penjaga kantin, satpam, dll)

Indikator PHBS di Sekolah


A. Memelihara Rambut Agar Bersih dan Rapih
Mencuci rambut secara teratur dan menyisirnya sehingga terlihat rapih. Rambut
yang bersih adalah rambut yang tidak kusam, tidak berbau, dan tidak berkutu.
Memeriksa kebersihan dan kerapihan rambut dapat dilakukan oleh dokter
kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

B. Memakai Pakaian Bersih dan Rapih


Memakai baju yang tidak ada kotorannya, tidak berbau, dan rapih. Pakaian yang
bersih dan rapih diperoleh dengan mencuci baju setelah dipakai dan dirapikan
dengan disetrika. Memeriksa baju yang dipakai dapat dilakukan oleh dokter
kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

C. Memelihara Kuku Agar Selalu Pendek dan Bersih


Memotong kuku sebatas ujung jari tangan secara teratur dan membersihkannya
sehingga tidak hitam/kotor. Memeriksa kuku secra rutin dapat dilakukan oleh dokter
kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

D. Memakai Sepatu Bersih dan Rapih


Memakai sepatu yang tidak ada kotoran menempel pada sepatu, rapih misalnya
ditalikan bagi sepatu yang bertali. Sepatu bersih diperoleh bila sepatu dibersihkan
setiap kali sepatu kotor. Memeriksa sepatu yang dipakai siswa dapat dilakukan oleh
dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

E. Berolahraga Teratur dan Terukur


Siswa/Guru/Masyarakat sekolah lainnya melakukan olahraga/aktivitas fisik secara
teratur minimal tiga kali seminggu selang sehari. Olahraga teratur dapat memelihara
kesehatan fisik dan mental serta meningkatkan kebugaran tubuh sehingga tubuh
tetap sehat dan tidak mudah jatuh sakit. Olahraga dapat dilakukan di halaman secara
bersama-sama, di ruangan olahraga khusus (bila tersedia), dan juga di ruangan kerja
bagi guru/ karayawan sekolah berupa senam ringan dikala istirahat sejenak dari

38
kesibukan kerja. Sekolah diharapkan membuat jadwal teratur untuk berolahraga
bersama serta menyediakan alat/sarana untuk berolahraga.

F. Tidak Merokok di Sekolah


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah tidak merokok di lingkungan sekolah.
Merokok berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang yang berada di sekitar
perokok. Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan 4000 bahan kimia
berbahaya diantaranya: Nikotin (menyebabkan ketagihan dan kerusakan jantung
serta pembuluh darah); Tar (menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker) dan
CO (menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen sehingga
sel-sel tubuh akan mati). Tidak merokok di sekolah dapat menghindarkan anak
sekolah/guru/masyarkat sekolah dari kemungkinan terkena penyakit-penyakit
tersebut diatas. Sekolah diharapkan membuat peraturan dilarang merokok di
lingkungan sekolah. Siswa/guru/masyarakat sekolah bisa saling mengawasi diantara
mereka untuk tidak merokok di lingkungan sekolah dan diharapkan
mengembangkan kawasan tanpa rokok/kawasan bebas asap rokok.

G. Tidak Menggunakan NAPZA


Anak sekolah/guru/masyarkat sekolah tidak menggunakan NAPZA (Narkotika
Psikotropika Zat Adiktif). Penggunaan NAPZA membahayakan kesehatan fisik
maupun psikis pemakainya.

H. Memberantas Jentik Nyamuk


Upaya untuk memberantas jentik di lingkungan sekolah yang dibuktikan dengan
tidak ditemukan jentik nyamuk pada: tempat-tempat penampungan air, bak mandi,
gentong air, vas bunga, pot bunga/alas pot bunga, wadah pembuangan air dispenser,
wadah pembuangan air kulkas, dan barang-barang bekas/tempat yang bisa
menampung air yang ada di sekolah. Memberantas jentik di lingkungan sekolah
dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui kegiatan: menguras
dan menutup tempat-tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas, dan
menghindari gigitan nyamuk. Dengan lingkungan bebas jentik diharapkan dapat
mencegah terkena penyakit akibat gigitan nyamuk seperti demam berdarah,
cikungunya, malaria, dan kaki gajah. Sekolah diharapkan dapat membuat pengaturan
untuk melaksanakan PSN minimal satu minggu sekali.

I. Menggunakan Jamban yang Bersih dan Sehat


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan jamban/WC/kakus leher angsa
dengan tangki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir
saat buang air besar dan buang air kecil. Menggunakan jamban yang bersih setiap
buang air kecil ataupun buang air besar dapat menjaga lingkungan di sekitar sekolah
menjadi bersih, sehat, dan tidak berbau. Disamping itu tidak mencemari sumber air
yang ada disekitar lingkungan sekolah serta menghindari datangnya lalat atau
serangga yang dapat menularkan penyakit seperti: diare, disentri, tipus, kecacingan,
dan penyakit lainnya. Sekolah diharapkan menyediakan jamban yang memenuhi

39
syarat kesehatan dalam jumlah yang cukup untuk seluruh siswa serta terpisah antara
siswa laki-laki dan perempuan. Perbandingan jamban dengan pemakai adalah 1:30
untuk laki-laki dan 1:20 untuk perempuan.

J. Menggunakan Air Bersih


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan air bersih untuk kebutuhan
sehari-hari di lingkungan sekolah. Sekolah diharapkan menyediakan sumber air yang
bisa berasal dari air sumur terlindung, air pompa, mata air terlindung, penampungan
air hujan, air ledeng, dan air dalam kemasan (sumber air berasal dari smur pompa,
sumur, mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan
kotoran atau limbah/WC). Air diharapkan tersedia dalam jumlah yang memenuhi
kebutuhan dan tersedia setiap saat.

K. Mencuci Tangan dengan Air Mengalir dan Memakai Sabun


Sekolah/guru/masyarakat sekolah selalu mencuci tangan sebelum makan, sesudah
buang air besar/sesudah buang air kecil, sesudah beraktivitas, dan atau setiap kali
tangan kotor dengan memakai sabun dan air bersih yang mengalir. Air bersih yang
mengalir akan membuang kuman-kuman yang ada pada tangan yang kotor,
sedangkan sabun selain membersihkan kotoran juga dapat membunuh kuman yang
ada di tangan. Diharapkan tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman serta dapat
mencegah terjadinya penularan penyakit seperti: diare, disentri, kolera, tipus,
kecacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan flu burung.

L. Membuang Sampah ke Tempat Sampah yang Terpilah


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah membuang sampah ke tempat sampah yang
tersedia. Diharapkan tersedia tempat sampah yang terpilah antara sampah organik,
non-organik, dan sampah bahan berbahaya. Sampah selain kotor dan tidak sedap
dipandang juga mengandung berbagai kuman penyakit. Membiasakan membuang
sampah pada tempat sampah yang tersedia akan sangat membantu anak
sekolah/guru/masyarakat sekolah terhindar dari berbagai kuman penyakit.

M. Mengkonsumsi Jajanan Sehat dari Kantin Sekolah


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah mengkonsumsi jajanan sehat dari
kantin/warung sekolah atau bekal yang dibawa dari rumah. Sebaiknya sekolah
menyediakan warung sekolah sehat dengan makanan yang mengandung gizi
seimbang dan bervariasi, sehingga membuat tubuh sehat dan kuat, angka absensi
anak sekolah menurun, dan proses belajar berjalan dengan baik.

N. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap Bulan


Siswa ditimbang berat badan dan diukur tinggi badan setiap bulan agar diketahui
tingkat pertumbuhannya. Hasil penimbangan dan pengukuran dibandingkan dengan
standar berat badan dan tinggi badan sehingga diketahui apakah pertumbuhan siswa
normal atau tidak normal.

40
Keterkaitan PHBS dengan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
Usaha Kesehatan Sekolah adalah upaya untuk membina dan mengembangkan
kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan
pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan
dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah. Usaha
Kesehatan Sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-
sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama
sehingga akan membentuk perilaku hidup sehat dan menghasilkan derajat kesehatan
yang optimal. (Effendy, 1998).
Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan perestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik sehingga memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka
pembentukan manusia indonesia seutuhnya. Usaha Kesehatan Sekolah juga bertujuan
untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta
didik yang mencakup: a) menurunkan angka kesakitan anak sekolah, b) meningkatkan
kesehatan peserta didik baik fisik, mental, maupun sosial, c) agar peserta didik
mempunyai pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip-
prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di
sekolah, d) meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah, e)
meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk narkotika, rokok,
alkohol, dan obat berbahaya lainnya.
Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta
didik, dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat
yang dikenal dengan istilah tiga program pokok (trias) UKS yakni: pendidikan
kesehatan (Health Education in School), pelayanan kesehatan (School Health
Service), dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Dengan demikian dengan adanya
fasilitas Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) akan sangat menunjang terwujudnya
perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah.

Keterkaitan PHBS dengan Keperawatan Kesehatan di Sekolah


Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan kepada anak di
tatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan mengikutsertakan
keluarga maupun masyarakat sekolah dalam perencanaan pelayanan. Perawatan
kesehatan sekolah mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi kebutuhan
unit individu, kelompok, dan masyarakat sekolah. Keperawatan kesehatan sekolah
merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk mewujudkan
dan menumbuhkan kemandirian siswa untuk hidup sehat, menciptakan lingkungan,
dan suasana sekolah yang sehat. Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa
dan lingkungannya dan sasaran penunjang adalah guru dan kader (Roni, 2010).
Perawat sekolah merupakan salah satu dari beberapa orang yang ditempatkan
untuk memberikan arahan terhadap program kesehatan sekolah terkoordinasi. Perawat
dapat berperan sebagai manajer, konsultan, pendidik, pelaksana maupun peneliti di

41
bidang keperawatan dengan area khusus sekolah. Perawat dapat melaksanakan
skrining kesehatan, memberikan pelayanan dasar untuk luka dan keluhan minor
dengan memberikan pengobatan sederhana, memantau status imunisasi siswa dan
keluarganya dan aktif juga dalam mengidentifikasikan anak-anak yang mempunyai
masalah kesehatan. Perawat perlu memahami peraturan yang ada menyangkut anak
usia sekolah seperti memberikan libur kepada siswa karena adanya penyakit menular,
kutu, kudis, dan parasit lain. Dalam melaksanakan perannya sebagai konsultan
terutama untuk para guru, perawat dapat memberikan informasi tentang pentingnya
memberikan pengajaran kesehatan di kelas, pengembangan kurikulum yang terkait
dengan kesehatan, serta cara-cara penanganan kesehatan yang bersifat khusus dan
kecacatan (Sumijatun, 2005).
The National Association of School Nurses (NASN) menyatakan ada tiga
peran perawat komunitas di sekolah yaitu:
1. Peran klinik (Generalist Clinical Role)
Perawat komunitas dalam peran klinik akan memberikan pelayanan, konseling,
pendidikan kesehatan kepada siswa dan keluarga. Pelayanan ini diintegrasikan
dengan program sekolah.
Pearawat klinik bekerja di sekolah yang memberikan pelayanan selama jam sekolah.
Perawat membaur dengan fungsional sehari-hari komunitas sekolah.
Mengindentifikasi siswa, keluarga, dan guru dari resiko gangguan kesehatan (case
finding), mengembangkan dan implementasi intervensi yang sesuai dengan
kebutuhan kesehatan dan menyusun kebijakan dan program yang sesuai untuk
memecahkan permasalahan baik yang aktual maupun potensial.

2. Peran Perawatan Primer (Primary Role)


Perawat komunitas melaksanakan teknik tindakan keperawatan sesuai prosedur.
Selain itu dalam melaksanakan perannya berkoordinasi dengan petugas kesehatan
yang lain. Beberapa item yang menjadi perhatian dalam peran ini antara lain:
kesehatan fisik, kesehatan emosional, kebiasaan (makan, merokok), perhatian sosial
(lingkungan rumah, kemiskinan).

3. Peran Manajemen (Management Role)


Mengembangkan, koordinasi, dan evaluasi program kesehatan sekolah
Mengembangkan dan implementasi kebijakan dan prosedur kesehatan sekolah
Manajemen kasus pada siswa dan keluarga dengan kebutuhan kesehatan yang
khusus
Supervisi dan evaluasi pada tenaga kesehatan yang lain dan mendukung personal

III. PHBS di tempat-tempat umum


Adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-
tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS serta
berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang ber-PHBS.

42
Melalui penerapan PHBS di tempat umum ini, diharapkan masyarakat yang berada
di tempat-tempat umum akan terjaga kesehatannya dan tidak tertular atau
menularkan penyakit.
Syarat tempat umum yang ber-PHBS yaitu :
Menggunakan air bersih
Menggunakan jamban
Membuang sampah pada tempatnya
Tidak merokok
Tidak meludah sembarangan
Memberantas jentik nyamuk
Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
Menutup makanan dan minuman

IV. PHBS di tempat kerja


Merupakan upaya memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu
mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.
Penerapan PHBS di tempat kerja diperlukan untuk menjaga, memelihara dan
mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap sehat dan produktif.
Manfaat PHBS di tempat kerja diantaranya masyarakat di sekitar tempat kerja
menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit, serta lingkungan di sekitar tempat kerja
menjadi lebih bersih, indah, dan sehat.
Syarat tempat umum yang sehat yaitu :
Mengkonsumsi makanan bergizi
Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Tidak merokok di tempat kerja
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Menggunakan air bersih
Memberantas jentik di tempat kerja
Menggunakan jamban
Membuang sampah pada tempatnya

V. PHBS di institusi kesehatan

Institusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta


atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat, seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik swasta.

PHBS di institusi kesehatan merupakan upaya untuk memberdayakan pasien,


masyarakat pengunjung, dan petugas agar tahu, mampu, dan mampu mempraktikkan
hidup perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan
intitusi kesehatan ber-PHBS.

43
PHBS di Institusi Kesehatan sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk
mencegah penularan penyakit, infeksi nosokomial dan mewujudkan Institusi
Kesehatan yang sehat. Syarat institusi sehat yaitu :
Menggunakan air bersih
Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun
Menggunakan jamban
Membuang sampah pada tempatnya
Tidak merokok di Institusi Kesehatan
Tidak meludah sembarangan
Memberantas jentik nyamuk

4. Memahami dan menjelaskan perilaku hidup bersih dan sehat dilihat dari sudut
pandang islam

Tubuh: Islam memerintahkan mandi bagi umatnya karena 23 alasan dimana 7 alasan
merupakan mandi wajib dan 16 alasan lainnya bersifat sunah.

Tangan: Nabi Muhammad SAW bersabda: Cucilah kedua tanganmu sebelum dan
sesudah makan , dan Cucilah kedua tanganmu setelah bangun tidur. Tidak seorang pun
tahu dimana tangannya berada di saat tidur.

Islam memerintahkan kita untuk mengenakan pakaian yang bersih dan rapi.

Makanan dan minuman: Lindungilah makanan dari debu dan serangga, Rasulullah SAW
sersabda: Tutuplah bejana air dan tempat minummu

Rumah: Bersihkanlah rumah dan halaman rumahmu sebagaimana dianjurkan untuk


menjaga kebersihan dan keamanan jalan: Menyingkirkan duri dari jalan adalah ibadah.

Perlindungan sumber air, misalnya sumur, sungai dan pantai. Rasulullah melarang
umatnya buang kotoran di tempat-tempat sembarangan.

Dalam kitab suci Al-quran banyak ayat yang menganjurkan unntuk bersuci. Allah
berfirman:



Dan pakaianmu bersikanlah (QS.Al Muddatsir ayat: 4)



Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang bertaubat dan orang orang
yang mermbersikan diri. ( QS. Al baqarah:222 ).

44
Rasulullah saw bersabda:

Islam itu bersih maka peliharalah kebersihan karena sesungguhnya tidak masuk surga
kecuali orang-orang yang bersih. (Al-Hadis)



Sesungguhnya Allah itu bersih, Ia cinta kebersihan ( HR Turmudzi )
Agama itu di bangun diatas kebersihan ( HR. Al-Ghazali )

45
DAFTAR PUSTAKA

Draft Panduan Gerakan Nasional Sadar Gizi Menuju Manusia Indonesia Prima diunduh 28
Mei 2013 dari: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/02/Draft-Pedoman-Gerakan-
Nasional-Sadar-Gizi-Februari-2012.pdf

Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29777/4/Chapter%20II.pdf

Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi


Kurang (Bantuan Oprasional Kesehatan) diunduh 29 Mei 2013 dari:
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Panduan-PMT-BOK-2011.pdf

Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih dan


Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari: http://dinkes-
sulsel.go.id/pdf/Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdf

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Penyakit Berbasis Lingkungan diunduh 27 Mei 2013
dari: www.pamsimas.org/index.php?option=com...penyakit

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari:
http://dinkes.malangkota.go.id/index.php/artikel-kesehatan/119-perilaku-hidup-bersih-dan-
sehat

10 Langakh Tatalaksana Gizi Buruk diunduh 29 Mei 2013 dari: http://pkm-banjarsari-


lebak.blogspot.com/2011/02/10-langkah-tatalaksana-gizi-buruk.html

http://www.muhammadiyah.or.id/news-91-detail-pola-hidup-bersih-dan-sehat.html

46

Anda mungkin juga menyukai