RISKESDAS 2010 juga meneliti pola konsumsi energy dan protein penduduk.
Hasilnya adalah masalah kekurangan konsumsi energy dan protein terjadi pada semua
kelompok umur anak terutama pada anak usia sekolah, usia pra remaja, usia remaja, dan
kelompok ibu hamil, khususnya ibu hamil di pedesaan.
Status gizi anak tidak saja dipengaruhi pola makan tetapi juga pola asuh keluarga
serta perilaku hidup bersih dan sehat keluarga dan anak. Dua keadaan tersebut disebabkan
karena perilaku yang kurang baik dan cenderung menyebabkan kegemukan pada anak adalah
membiarkan anak duduk berjam-jam menonton tv, urang olahraga, dan sering makan
makanan junk food yang tinggi lemak, kalori, garam, rendah serat.
Rekomendasi hasil RISKESDAS yang berhubungan dengan status gizi anak usia
sekolahan adalah anak-anak perlu diberi makanan tambahan. Program pemberian makanan
tambahan di daerah miskin dapat dilaksanakan oleh puskesmas dengan menjalin kerjasama
pihak sekolah dan masyarakat.
1
SASARAN BELAJAR
2
1. Memahami dan menjelaskan gizi pada anak dan ibu hamil
1.1. Definisi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan
sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan
masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada
data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).
Menurut Sunita Almatsier (2001:3), status gizi dapat diartikan sebagai keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan danpenggunaan zat-zat gizi. Berdasarkan pengertian
diatas status gizi ibu hamil berarti keadaan sebagai akibat konsumsi makanandan
penggunaan zat-zat gizi sewaktu hamil. Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi
pertumbuhan janin dalam kandungan,apabila status gizi ibu buruk sebelum dan selama
kehamilan akan menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (I Dewa NyomanS,
dkk, 2003:29). Disamping itu akan mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayibaru lahir mudah
terinfeksi, abortus dan sebagainya.
1.2. Penilaian
3
Kesalahan dalam survey makanan bisa disebabkan oleh perkiraan yang tidak tepat dalam
menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi balita, kecenderungan untuk mengurangi
makanan yang banyak dikonsumsi dan menambah makanan yang sedikit dikonsumsi
( The Flat Slope Syndrome ), membesar-besarkan konsumsi makanan yang bernilai sosial
tinggi, keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan kesalahan dalam
mencatat (food record).
Statistik Vital
Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesebatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab tertentu dan data
lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara beberapa faktor
fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung
dan keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.
Sumber : Depkes RI 2004.
Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai
Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang
bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau
dengan menggunakan rumus :
Semua bagian tubuh (keseluruhan atau parsial) dapat digunakan untuk menilai status
gizi, namun menurut WHO (1983) hanya tiga parameter saja yang dianggap valid; berat
badan, tinggi badan, dan lingkaran lengan atas. Satu ukuran tubuh sebagai dasar
menentukan status gizi disebut parameter. Menurut WHO (1990) indeks status gizi
adalah gabungan dua parameter antropometri yang digunakan untuk menilai status gizi.
Sehingga dari parameter yang valid tersebut dapat dinilai empat indeks; Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), Tinggi Badan
menurut Umur (TB/U), dan Lingkaran Lengan Atas menurut Umur (LILA/U).
4
Empat indeks yang akan dibahas berikut ini adalah BB/U, TB/U, BB/TB, dan
LILA/U yang merupakan indeks dari tiga parameter berat badan, tinggi badan dan umur.
Ketiga parameter memiliki informasi yang berbeda satu sama lain dalam menilai status
gizi.
Gizi baik adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya lebih dari 89%
standar Harvard.
Gizi kurang adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umur berada diantara
60,1-80 % standar Harvard.
Gizi buruk adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya 60% atau
kurang dari standar Harvard.
Tinggi badan adalah salah satu ukuran pertumbuhan linier. Pertumbuhan liner
(tulang rangka) memiliki sifat pertumbuhannya lambat, tidak mudah berubah, dan
seburuk keadaan ukuran adalah tetap, tidak turun. Tinggi badan menggambarkan kondisi
masa lalu. Gangguan pertumbuhan linier bersifat kronis.
Pengukuran status gizi bayi dan anak balita berdasarkan tinggi badan menurut umur,
juga menggunakan modifikasi standar Harvard dengan klasifikasinya adalah sebagai
berikut :
Gizi baik yakni apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya lebih
dari 80% standar Harvard.
Gizi kurang, apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya berada
diantara 70,1-80 % dari standar Harvard.
Gizi buruk, apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya kurang dari
70% standar Harvard.
5
Indeks BB/TB lebih menggambarkan komposisi tubuh oleh karena tidak dipengaruhi
oleh umur. Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks ini disebut status kegemukan yaitu :
sangat kurus, kurus, normal dan gemuk (Depkes, 2000). Sifat masalah gizi dengan indeks
BB/TB adalah akut dan kronis.
Gizi baik, apabila berat badan bayi / anak menurut panjang / tingginya lebih dari
90% dari standar Harvard.
Gizi kurang, bila berat bayi / anak menurut panjang / tingginya berada diantara 70,1-
90 % dari standar Harvard.
Gizi buruk apabila berat bayi / anak menurut panjang / tingginya 70% atau kurang
dari standar Harvard.
Klasifikasi pengukuran status gizi bayi / anak berdasarkan lingkar lengan atas yang
sering dipergunakan adalah mengacu kepada standar Wolanski. Klasifikasinya sebagai
berikut :
Gizi baik apabila LLA bayi / anak menurut umurnya lebih dari 85% standar
Wolanski.
Gizi kurang apabila LLA bayi / anak menurut umurnya berada diantara 70,1-85 %
standar Wolanski.
Gizi buruk apabila LLA bayi / anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar
Wolanski.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 290 tahun 2000 sebagai
penetapan dari hasil Temu Pakar Gizi Bulan Juni 2000 di Semarang, adalah sebagai
berikut :
A. Indeks BB/U
B. Indeks TB/U
Anak Pendek : < -2 SD
Anak Normal : > -2 SD
C. Indeks BB/TB
Sangat Kurus : < -3 SD
Kurus : > -3 Sd s/d < -2 SD
Normal : > -2 SD s/d < +2 SD
Gemuk : > +2 SD
6
*SD = Standar Deviasi
Angka yang digunaan untuk menentukan klasifikasi status gizi adalah Z-score. Z-
score dihitung dengan membagi hasil pengurangan sebuah parameter dengan median
nilai pada tabel baku rujukan yang digunakan dari parameter yang bersangkutan
kemudian dibagi dengan standar deviasinya. Standar deviasi dihitung dari nilai median
pada karakteristik pengukuran (jenis kelamin umur dan indeks) dikurangi dengan nilai -1
SD di dalam daftar baku rujukan pada karakteristik yang sama.
Selain itu, ada juga kriteria lain status gizi menggunakan Indeks Massa Tubuh yang
diterapkan oleh Depkes pada tahun 2001. Berikut adalah kriterianya:
7
b. Prevalensi pendek-normal =(S Balita pendek-normal/S Balita)x100%
c. Prevalensi pendek-gemuk =(S Balita pendek-gemuk/S Balita)x100%
d. Prevalensi TB normal-kurus = (S Balita normal-kurus/S Balita)x100%
e. Prevalensi TB normal-normal =(S Balita normal-normal/S Balita)x100%
f. Prevalensi TB normal-gemuk =(S Balita normal-gemuk/S Balita)x100%
Dalam laporan ini ada beberapa istilah status gizi yang digunakan, yaitu:
1. Berat Kurang :Istilah untuk gabungan gizi buruk dan gizi kurang (underweight)
2. Kependekan :Istilah untuk gabungan sangat pendek dan pendek (Stunting)
3. Kekurusan :Istilah untuk gabungan sangat kurus dan kurus (Wasting)
8
gizi. Pemeriksaan dengan memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot dan
bagian tubuh lainnya.
4. Secara antropometri
Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Penilaian secara
antropometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi.Antropometri digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa dkk, 2001).
b. Haemoglobin (Hb)
Hemoglobin (Hb) adalah komponen darah yg bertugas mengangkut oksigen dari
paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Untuk level normalnya untuk wanita sekitar
12-16 g per 100 mlsedang untuk pria sekitar 14-18 g per 100 ml.
Pengukuran Hb pada saat kehamilan biasanya menunjukkan penurunan jumlah
Hb. Haemoglobin merupakan parameter yang digunakan untuk menetapkan
prevalensi anemia. Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling banyak
ditemukan pada ibu hamil. Kurang lebih 50 % ibu hamil di Indonesia menderita
anemia. Konsekuensi dari anemia pada ibu hamil adalah tingginya risiko
melahirkan bayi BBLR
Salah satu penyebab penurunan Hb pada ibu hamil disebabkan oleh
bertambahnya plasma darah, yg merupakan proses pengenceran darah
(haemodillution). Pengukuran kadar haemoglobin dilakukan sebelum usia
kehamilan 20 minggu dan pada kehamilan 28 minggu
9
tepung terigu, ubi, kentang dan gula murni. Tidak semua sumber karbohidrat baik
maka ibu hamil harus bisa memilih bahan pangan yang tepat.
b. Protein
Protein berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Kebutuhan
protein yang dianjurkan sekitar 80 gram/hari. Trimester pertama kurang dari 6
gram tiap hari sampai trimester dua. Trimester terakhir pada waktu pertumbuhan
janin sangat cepat sampai 10 gram per hari. Menurut WHO tambahan protein ibu
hamil adalah 0,75 gram per kg berat badan.
c. Vitamin
Vitamin diperlukan tubuh mempertahankan kesehatan. Selama hamil, vitamin
penting untuk perkembangan janin termasuk kekebalan tubuh dan produksi darah
merah serta sistem sarafnya. Berbagai jenis vitamin yang diperlukan oleh ibu
hamil sebagai berikut :
Vitamin A
Vitamin A digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan tulang.
Sumber makanan yang mengandung vitamin A, antara lain kuning telur, hati,
mentega, sayuran berwarna hijau dan buah-buahan berwarna kuning (terutama
wortel, tomat, dan nangka).
Vitamin B6
Vitamin B6 digunakan untuk mendukung pembentukan sel darah merah,
kesehatan gigi dan gusi. Sumber makanan yang mengandung vitamin B6
antara lain gandum, jagung, hati dan daging.
Vitamin B12
Vitamin B12 digunakan untuk mendukung pembentukan sel darah merah dan
kesehatan jaringan saraf. Sumbernya makanan yang mengandung vitamin B12
antara lain telur, daging, hati, keju, ginjal, ikan laut dan kerang laut.
Vitamin C
Vitamin C dibutuhkan untuk mendukung pembentukan jaringan ikat dan
pembuluh darah. Sumbernya makanan yang mengandung vitamin C, antara
lain jeruk, tomat, melon, brokoli dan sayuran berwarna hijau.
Vitamin D
Vitamin D dibutuhkan untuk mendukung proses penyerapan kalsium dan
fosfor, serat proses mineralisasi tulang dan gigi. Sumber makanan yang
mengandung vitamin D antara lain minyak ikan laut, susu dan margarin.
Vitamin K
Vitamin K dibutuhkan untuk mencegah terjadinya pendarahan agar proses
pembekuan darah berlangsung normal.
Asam folat
Zat ini berperan dalam perkembangan sisitem saraf dan sel darah karena
mencegah terjadinya cacat bawaan seperti sfina bifida dan cacat pada langit-
langit mulut, kegagalan pembentukan kanal otak (neural tube defects / NTD)
pada janin. Asupan asam folatyang dianjurkan meningkat dari 180 mikrogram
wanita tidak hamil menjadi 400 mikrogram pada kehamilan.
Ada tiga cara mendapatkan kecukupan vitamin yaitu dari makan sayuran, buah
dan biji-bijian, suplemen vitamin atau makan makanan yang ditambahkan zat-
zat gizi tertentu.
Lemak
Lemak digunakan tubuh terutama untuk membentuk energi dan juga
membangun sel-sel baru serta perkembangan sistem saraf janin. Ibu hamil
10
dianjurkan makan makanan yang mengandung lemak tidak lebih dari 25 %
dari seluruh kalori yang dikonsumsi sehari.
d. Mineral
Mineral sangat penting bagi tubuh ibu dan tumbuh kembang janin. Peningkatan
kebutuhan mineral bergantung pada fungsi masing-masing jenis mineral dalam
membantu proses metabolisme tubuh. Berbagai jenis mineral yang dibutuhkan
oleh ibu hamil : Zat kapur, Fosfor, Zat besi, Yodium.
e. Serat
Bahan makanan kaya serat adalah buah-buahan, sayuran, serelia atau padi-padian,
kacang-kacangan dan biji-bijian, gandum, beras atau olahannya. Ibu hamil
membutuhkan asupan serat setiap hari sekitar 25-30 gram. Penambahan serat
selama hamil dilakukan secara bertahap agar pencernaan mempunyai waktu
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Serat memberi rasa kenyang lebih
lama. Hal ini mencegah ibu hamil makan secara berlebihan. Serat juga membantu
memperlancar sistem pencernaan, sehingga mencegah terjadinya sembelit.
f. Air
Asupan air penting untuk menjga kesehatan secara umum. Selain untuk
meningkatkan fungsi ginjal dan mencegah sembelit dan penyerapan makanan di
dalam tubuh. Ibu hamil membutuhkan air sebanyak 2 liter sehari atau setara 8
gelas. Ibu hamil lebih mudah kencing atau berkeringat dan adanya peningkatan
aliran darah.
1. Penyebab langsung
Yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab
gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena
penyakit.Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau
demam dapat menderita kurang gizi.Demikian pada anak yang makannya tidak cukup
11
baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit.Kenyataannya
baik makanan maupun penyakit secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi.
Faktor External
1. Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang
hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).
2. Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang
tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001).
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan
keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi
ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991).
4. Budaya
5. Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan
(Soetjiningsih, 1998).
Faktor Internal
1. Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam
pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).
2. Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya
memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-
anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini
kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all, 1986).
3. Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan
kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986).
12
A. Pola Konsumsi Anak Balita
Pola konsumsi makan adalah kebiasaan makan yang meliputi jumlah, frekuensi dan jenis
atau macam makanan. Penentuan pola konsumsi makan harus memperhatikan nilai gizi
makanan dan kecukupan zat gizi yang dianjurkan. Hal tersebut dapat di tempuh dengan
penyajian hidangan yang bervariasi dan dikombinasi, ketersediaan pangan, macam serta
jenis bahan makanan mutlak diperlukan untuk mendukung usaha tersebut. Disamping itu
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi juga menjamin tercukupinnya kebutuhan zat gizi
yang diperlukan oleh tubuh (Supariasa, dkk, 2002).
Besar kecilnya konsumsi kalori atau energi selama masa pertumbuhan awal, yaitu
sewaktu sel-sel berbagai alat tubuh yang sedang giat-giatnya melakukan pembelahan,
dapat memengaruhi bahkan mengubah laju pembelahan sel tersebut, akibatnya suatu alat
tubuh dapat mempunyai sel-sel yang lebih sedikit atau lebih banyak dari pada yang
diharapkan terjadi secara normal (Winarno, 1987).
2. Konsumsi Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah
air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu
membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2001).
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun
mutu, tetapi hanya merupakan 18,4% konsumsi protein rata-rata penduduk Indonesia.
Sedangkan bahan makanan nabati yang kaya dalam protein adalah kacang-kacangan,
dengan kontribusinya rata-rata terhadap konsumsi protein hanya 9,9% (Almatsier, 2001).
Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat social ekonomi rendah.
Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-anak
dibawah lima tahun (Almatsier, 2001).
13
C. Tingkat Konsumsi Energi dan Protein
Masalah gizi dikenal sebagai masalah yang multikompleks karena disamping banyaknya
faktor satu dengan yang lain. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 3
bidang yaitu : (a) produksi pangan, (b) pangan dan (c) pemanfaatan pangan.(Suhardjo,
2002).
Perubahan keseimbangan atau kelebihan konsumsi ini ada 3 faktor lainnya yang berkaitan
dengan pemanfaaan pangan (fisiologis, kegaitan dan infeksi/parasit). Gizi kurang
menurunkan produktivitas kerja sehingga pendapatan menjadi rendah, miskin dan pangan
tidak tersedia cukup. Selain itu gizi kurang menyebabkan daya tahan tubuh (resistensi)
terhadap penyakit menjadi rendah (Suhardjo, 2002). Keadaan kesehatan gizi tergantung
dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas
hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh
dalam susunan hidangan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain
(Sediaoetama,2000).
Kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) adalah kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari
bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktifitas
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Almatsier, 2003).
14
Latar belakang pendidikan orang tua, baik suami maupun istri merupakan salah satu
unsur penting yang ikut menentukan keadaan gizi anak. Dari berbagai penelitian
diketahui adanya korelasi positif antara keadaan gizi anak dengan pendidikan orang tua
(Atmarina dan Jalal, 1991).
Penelitian ini mengemukakan bahwa masyarakat dengan pendidikan cukup tinggi maka
prevalensi gizi kurang umumnya rendah. Sebaliknya bila tingkat pendidikan orang tua
rendah prevalensi gizi kurang umumnya tinggi. Ada dua sisi kemungkinan hubungan
tingkat pendidikan orang tua dengan keadaan ekonomi rumah tangga. Kedua pendidikan
istri disamping merupakan modal utama dalam menunjang perekonomian rumah tangga
juga berperan dalam penyuluhan pada makan rumah tangga maupun pola pengasuhan
anak (Sayogyo, 1983).
Kurangnya pendidikan gizi seringkali merupakan rintangan terpenting dalam jalur
perjalanan pangan. Adalah penting untuk selalu diingatkan bahwa jalur perjalanan pangan
berhubungan dengan banyak hal. Misalnya cara-cara bertani yang kurang baik, rencana
pembelanjaan keluarga yang kurang serasi, distribusi makanan diantara para anggota
keluarga yang kurang merata, seimbang dan kebiasaan menyusui serta memberi makanan
tambahan pada bayi yang salah. Dengan demikian banyak segi dihadapi di dalam
pendidikan perbaikan gizi (Sayogya, 1995).
Semua Umur
Pada Tabel 3.1.2.2., Gambar 3.1.2.1, dan Gambar 3.1.2.2. ditunjukkan bahwa secara
nasional, penduduk Indonesia yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal
(kurang dari dari 70 persen dari angka kecukupan energi bagi orang Indonesia) adalah
sebanyak 40,7 persen. Provinsi Bali merupakan provinsi dengan penduduk yang
mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal dengan persentase terendah (30,9%),
dan yang persentasenya tertinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi
Barat
(46,7%).
15
16
Secara nasional, penduduk yang mengkonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal
(kurang dari 80 persen dari angka kecukupan protein bagi orang Indonesia) adalah
sebanyak 37,0 persen. Provinsi yang penduduknya mengkonsumsi protein di bawah
kebutuhan minimal dengan persentase terendah adalah Kepulauan Bangka Belitung
(18,0%), dan yang persentase tertinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (56,0%).
Berikut ini adalah nilai kecukupan energi dan kecukupan protein seseorang perhari rata-
rata ketika dalam aktivitas sedang. Jika sering melakukan aktivitas berat seperti olahraga
berat, kuli bangunan, menggarap sawah, pekerja lapangan, dan lain sebagainya perlu
ditambahkan asupan energi dan protein yang cukup.
17
- Kecukupan Protein : 50 gram - Kebutuhan Tambahan Protein : 17
gram
11. Kelompok Usia 50 s/d 64 Tahun Hamil Trimester II (3 Bulan Kedua) :
Jenis Kelamin Laki-Laki / Pria : - Kebutuhan Tambahan Energi : 300
- Kecukupan Energi : 2250 kkal kkal
- Kecukupan Protein : 60 gram - Kebutuhan Tambahan Protein : 17
Jenis Kelamin Perempuan / Wanita : gram
- Kecukupan Energi : 1750 kkal Hamil Trimester III (3 Bulan Ketiga) :
- Kecukupan Protein : 50 gram - Kebutuhan Tambahan Energi : 300
kkal
12. Kelompok Usia 64 Tahun Lebih - Kebutuhan Tambahan Protein : 17
Jenis Kelamin Laki-Laki / Pria : gram
- Kecukupan Energi : 2050 kkal Menyusui Anak Usia 0 s/d 6 Bulan :
- Kecukupan Protein : 60 gram - Kebutuhan Tambahan Energi : 500
Jenis Kelamin Perempuan / Wanita : kkal
- Kecukupan Energi : 1600 kkal - Kebutuhan Tambahan Protein : 17
- Kecukupan Protein : 45 gram gram
Menyusui Anak Usia 7 s/d 12 Bulan :
13. Kondisi Ibu Hamil dan Menyusui - Kebutuhan Tambahan Energi : 550
Hamil Trimester I (3 Bulan Pertama) : kkal
- Kebutuhan Tambahan Energi : 180 - Kebutuhan Tambahan Protein : 17
kkal gram
Secara alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memilki keunggulan dan
kelemahan tertentu. Beberapa makanan mengandung tinggi KH tetapi kurang vitamin
dan mineral. Sedangkan beberapa makanan kaya vitamin dan mineral namun kurang KH
dan Protein. Nah apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beraneka ragam, maka
akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan
untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengonsumsi makanan sehari-hari yang
beraneka ragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh
keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain, sehingga diperoleh masukan zat gizi
yang seimbang.
13 Pedoman Umum Gizi Seimbang adalah sebagai berikut :
18
7. berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI
sesuadahnya
8. biasakan makan pagi
9. minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya
10. lakukan aktivitas fisik secara teratur
11. hindari minuman yang beralkohol
12. makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
13. bacalah label pada makanan yang dikemas
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Gizi
buruk merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan
protein (KEP) dalam makanan sehari hari
Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada
dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :
1. Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya
jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak
memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu
kemiskinan.
2. Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh
rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-
zat makanan secara baik.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk
pada balita, yaitu:
1. Keluarga miskin
2. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
3. Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran
pernapasan dandiare.
19
LILA bagian kiri balita, apabila LILAnya kurang dari 11,5 cm maka balita tersebut gizi
buruk akut.
2. Posyandu
Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di posyandu serta mencatat hasil
penimbangan pada KMS.
Bagi balita dengan berat badan tidak naik (T) diberikan penyuluhan gizi seimbang
dan PMT Penyuluhan.
Kader memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat badan tidak naik 3 kali
(3T) dan berat badan di bawah garis merah (BGM).
Kader merujuk balita ke puskesmas bila ditemukan gizi buruk dan penyakit penyerta
lain.
20
Balita KEP berat/gizi buruk yang tidak menderita penyakit penyerta lain dapat
dilayani di PPG.
Kader memberikan penyuluhan gizi/kesehatan serta melakukan demonstrasi cara
menyiapkan makanan untuk anak KEP berat/gizi buruk.
Kader menimbang berat badan anak setiap 2 minggu sekali untuk memantau
perubahan berat badan dan mencatat keadaan kesehatannya.
Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning atau di bawah garis merah
(BGM) pada KMS, kader memberikan PMT Pemulihan.
Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan jadi dan diberikan setiap hari.
Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning pada KMS teruskan pemberian
PMT pemulihan sampai 90 hari.
Apabila setelah 90 hari, berat badan anak belum berada di pita warna hijau pada KMS
kader merujuk anak ke puskesmas untuk mencari kemungkinan penyebab lain.
Apabila berat badan anak berada di pita warna hijau pada KMS, kader menganjurkan
pada ibu untuk mengikuti pelayanan di posyandu setiap bulan dan tetap
melaksanakan anjuran gizi dan kesehatan yang telah diberikan.
4. Puskesmas
Puskesmas menerima rujukan KEP Berat/gizi buruk dari posyandu dalam wilayah
kerjanya serta pasien pulang dari rawat inap di rumah sakit.
Menyeleksi kasus dengan cara menimbang ulang dan dicek dengan Tabel BB/U Baku
Median WHO-NCHS.
Apabila ternyata berat badan anak berada di bawah garis merah (BGM) dianjurkan
kembali ke PPG/posyandu untuk mendapatkan PMT pemulihan.
Apabila anak dengan KEP berat/gizi buruk (BB < 60% Tabel BB/U Baku Median
WHO-NCHS) tanpa disertai komplikasi, anak dapat dirawat jalan di puskesmas
sampai berat badan nya mulai naik 0,5 Kg selama 2 minggu dan mendapat PMT-P
dari PPG.
Apabila setelah 2 minggu berat badannya tidak naik, lakukan pemeriksaan untuk
evaluasi mengenai asupan makanan dan kemungkinan penyakit penyerta, rujuk ke
rumah sakit untuk mencari penyebab lain.
Anak KEP berat/gizi buruk dengan komplikasi serta ada tanda-tanda
kegawatdaruratan segera dirujuk ke rumah sakit umum
Tindakan yang dapat dilakukan di puskesmas pada anak KEP berat/gizi buruk tanpa
komplikasi
Memberikan penyuluhan gizi dan konseling diet KEP berat/ gizi buruk (dilakukan di
pojok gizi buruk).
Melakukan pemeriksaan fisik dan pengobatan minimal 1 kali per minggu.
Melakukan evaluasi pertumbuhan berat badan balita gizi buruk setiap dua minggu
sekali.
Melakukan peragaan cara menyiapkan makanan untuk KEP berat/ gizi buruk.
Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang perkembangan berat badan dan
kemajuan asupan makanan
21
1.4 Gizi lebih
Gizi lebih dalam dua dekade terakhir meningkat akibat perubahan pola hidup masyarakat
terutama di daerah urban. Bahkan masalah gizi lebih ini telah menjadi polemik sendiri di
negara maju. Gizi lebih dapat dinilai dari berat badan. Dari data yang dihimpun WHO
tahun 2008 menyebutkan bahwa sekitar 1.5 miliar penduduk dewasa mengalami
kelebihan berat badan, 200 juta pria dewasa mengalami obesitas, dan lebih dari 300 juta
wanita mengalami obesitas. Sebuah studi pada tahun 2008 oleh Centers for Disease
Control di Atlanta yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan hampir satu dari lima
anak usia 6-11 tahun dan 18,1 persen anak usia 12-19 tahun yang menderita obesitas. Di
Indonesia sendiri pada tahun 2003 terdapat 2.24 % balita yang mengalami gizi lebih,
sedangkan data untuk penduduk di atas 15 tahun terdapat 10.3 % mengalami gizi lebih.
Data di atas menunjukan betapa besarnya jumlah penderita gizi lebih di Indonesia.
Penyebab yang paling nyata adalah perubahan ekonomi. Perubahan ini terjadi akibat
pasar globalisasi dan modrenisasi di semua aspek. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah
penduduk yang berat badan lebih ataupun obesitas lebih banyak terjadi di daerah
perkotaan. Peningkatan ekonomi ini menyebabkan perubahan pola hidup, mulai dari pola
makan dan aktivitas fisik. Makanan yang awalnya lebih banyak persentase karbohidrat
kini telah berubah menjadi lebih banyak persentase lemak, seperti fast food. Jenis
makanan yang seperti ini akan meningkatkan persentase lemak tubuh yang akhirnya akan
berimplikasi kepada kelebihan berat badan.
Selain faktor ekonomi, faktor cahaya lampu secara tidak langsung juga mempengaruhi
gizi lebih dan obesitas. Penelitian terbaru dari Reuroscience di Ohio State
University menemukan bahwa semakin banyak cahaya pada saat kita makan, maka
resiko untuk mengalami kelebihan berat badan semakin tinggi. Penelitian ini
menggunakan tikus sebagai hewan coba. Tikus-tikus tersebut diperlakukan dalam tiga
kondisi. Kondisi pertama tikus diberi terpaan cahaya selama 24 jam terus-menerus,
kondisi kedua tikus diberi terpaan cahaya dengan siklus standar terang selama 16 jam dan
gelap selama 8 jam, sedangkan kondisi ketiga tikus diberi terpaan cahaya terang selama
16 jam dan cahaya redup selama 8 jam. Para peneliti mengukur berapa banyak makanan
yang dipakai tikus setiap hari. Selain itu mereka juga mengukur berapa banyak mereka
bergerak di sekitar kandang mereka setiap hari melalui sistem persimpangan sinar
inframerah. Kemudian massa tubuh tikus dihitung setiap minggu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tikus dengan cahaya redup saat malam massa tubuhnya meningkat
lebih tinggi dari tikus yang hidup dalam siklus standar terang dan gelap. Berat badan tikus
terus meningkat sejak minggu pertama penelitian. Pada akhir penelitian tikus yang hidup
dengan cahaya redup malam hari berat badannya lebih kurang 12 gram sedangkan tikus
yang hidup dengan siklus standar terang dan gelap berat badannya 8 gram. Tikus yang
mendapat terpaan cahaya terus-menerus juga memiliki berat badan lebih besar dari tikus
yang hidup dengan siklus standar terang dan gelap.
22
Faktor lain yang mempengaruhi gizi lebih dan obesitas adalah kebiasaan ketika makan.
Salah satu kebiasaan yang buruk ketika makan adalah makan di depan komputer atau
televisi, karena hal ini akan mengakibatkan jumlah makanan yang masuk ke mulut akan
lebih banyak.
Selain asupan makanan, hal lain yang dapat menyebabkan gizi lebih dan obesitas adalah
faktor aktivitas. Kurangnya aktivitas dapat menyebabkan gizi lebih dan obesitas. Salah
satu yang menyebabkan berkurangnya aktivitas seseorang adalah tuntutan pekerjaan.
Tuntutan pekerjaan pada saat ini menyebabkan kebanyakan penduduk lebih banyak
menghabiskan waktunya duduk di kursi dari pada bergerak. Ditambah lagi kesadaran
berolahraga yang masih kurang di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat
meningkatkan resiko berat badan berlebih. Dari analisis lebih lanjut didapatkan seorang
remaja yang menghabiskan waktu lebih dari 3 jam per hari dengan menonton televisi
memiliki resiko obesitas 12.3 kali lebih besar dari pada remaja yang menonton televisi
yang kurang dari 3 jam per hari.
Walaupun kita mengetahui bahwa berat badan berlebih tidak akan terjadi apabila
seseorang tidak memiliki faktor genetik untuk gizi lebih atau obesitas. Apabila kedua
orang tua gizi lebih atau obesitas maka kemungkinan anak menderita berat badan berlebih
sekitar 80%, sedangkan apabila salah satu dari orang tua mengalami gizi lebih atau
obesitas maka kemungkinan itu menjadi setengahnya atau 40 %.
Faktor-faktor sosiokultural juga berperan penting dalam gizi lebih dan obesitas, seperti
masih banyaknya masyarakat yang berpendapat bahwa gemuk adalah lambang
kemakmuran. Pendapat seperti ini dapat memicu peningkatan jumlah konsumsi kalori
pada masyarakat tersebut. Anggapan gemuk makmur ini berimplikasi pada orang tua
yang akan senang ketika anaknya memiliki berat badan lebih. Padahal apabila pada waktu
masih anak-anak berat badannya sudah berlebih akan meningkatkan faktor resiko menjadi
berat badan berlebih pada waktu dewasa.
Prevalensi ini akan terus meningkat, mengingat setiap anak yang memiliki faktor
predisposisi genetik akan tinggal bersama dengan orang tua yang telah terbiasa dengan
pola hidup sedentary. Peneliti memprediksi 8 dari 10 pria dan 7 dari 10 wanita akan
mengalami obesitas pada tahun 2020. Penelitian yang dilakukan ini mengambil sampel
di satu negara maju yakni Inggris. Negara maju dan negara berkembang cenderung
memiliki gaya hidup seragam saat ini. Sehingga dapat diperkirakan trend obesitasnya
antara negara maju dan negara berkembang akan sama.
Konsekuensi gizi lebih dan obesitas adalah meningkatnya resiko kematian. Seseorang
yang memiliki kelebihan berat badan sebesar 40% dari normal, diperkirakan meninggal 8
tahun lebih cepat dari pada populasi rata-rata. Peningkatan mortalitas ini terjadi karena
insiden diabetes melitus tipe dua, penyakit jantung koroner, penyakit kandung kemih,
osteoarthritis atau radang sendi, stroke, dan kanker. Sedangkan pada anak-anak dapat
23
menimbulkan gangguan seperti dislipidemia, stenosis hepatis, gangguan saluran
pencernaan, dan sleep apnea.
Pada orang yang menderita gizi lebih prevalensi munculnya kanker 30% lebih tinggi
dibanding orang yang memiliki berat badan ideal. Jenis kanker yang sering muncul adalah
kanker ginjal, kanker rahim, kanker payudara, kanker esophagus, kanker pancreas, dan
kanker kolon.
Berat badan lebih dan obesitas adalah penyakit mahal. Bahkan untuk negara maju
peningkatan jumlah penyakit akibat gizi lebih dan obesitas dalam beberapa dekade
terakhir telah menguras anggaran kesehatan. Di Australia telah menghabiskan dana 464
juta dolar Australia , 12 milyar franc di Perancis, 1 milyar golden di Belanda, dan 45,8
juta dolar Amerika di Amerika Serikat. Dana yang dikeluarkan itu merupakan direct cost,
artinya dana yang berhubungan langsung dengan gizi lebih dan obesitas yang sebagian
besar merupakan akibat penyakit jantung koroner dan hipertensi. Sedangkan kerugian
akibat berkurangnya produktifitas akibat kematian dini dan morbiditas pasti lebih besar
lagi.
Di Indonesia belum diketahui besar kerugian akibat penyakit yang berhubungan dengan
gizi lebih dan obesitas. Hal ini disebabkan masih kurangnya studi tentang biaya yang
dikeluarkan untuk mengatasi masalah tersebut. Tetapi melihat yang terjadi di negara lain
dapat diperkirakan biaya yang akan dikeluarkan negara berkembang pasti lebih besar lagi.
Hal tersebut disebabkan Indonesia masih mengimpor alat-alat kedokteran dan obat-obatan
demi kepentingan rumah sakit dan tenaga kesehatan lainnya.
Untuk mengatasi masalah gizi lebih dan obesitas ini tak cukup dengan hanya
mengandalkan tenaga kesehatan. Hal ini disebabkan gizi lebih dan obesitas sangat
kompleks sehingga membutuhkan kerjasama semua lapisan masyarakat. Strategi yang
harus dilakukan agar hasilnya lebih optimal adalah tindakan preventif dan promotif. Jika
dioptimalkan pada tindakan kuratif dan rehabilitatif maka dana yang disediakan tidak
akan cukup (WHO, 2000). Ironinya, di lapangan dana yang dikucurkan untuk usaha
promotif dan preventif hanya 10 % sedangkan dana untuk kuratif dan preventif sekitar 60
85 %. Hal ini menyebabkan usaha promotif dan preventif kurang maksimal.
Usaha promotif dan preventif yang paling penting adalah dengan menyadarkan
masyarakat itu sendiri. Usaha ini dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dari berbagai
aspek. Di lihat dari segi pendidikan, kementrian pendidikan nasional dapat memasukan
materi gizi ke dalam kurikulum pendidikan. Memang sebelumnya telah ada materi gizi,
namun hal itu hanya sepintas lalu dan hanya membahas satu aspek yaitu gizi kurang.
Diharapkan dari kurikulum yang lebih komprehensif masyarakat mulai disadarkan sejak
di bangku sekolahan. Dari pendidikan dasar ini paradigma gemuk makmur sedikit demi
sedikit akan terkikis.
24
Di sektor lain usaha yang dapat dilakukan oleh kementrian perdagangan yaitu
mewajibkan semua produk makanan untuk mencantumkan label kadar kalori dari produk
makanan tersebut baik yang ada dalam kemasan maupun jenis masakan cepat saji.
Pencantuman ini akan membantu masyarakat untuk menghitungintake kalori. Label ini
juga membantu komunikasi antar produsen dan konsumen mengenai hal-hal tentang
pangan yang dibutuhkan konsumen. Bagi produsen sendiri label tersebut dapat digunakan
sebagai sarana promosi.
Dari uraian di atas jelas sekali masalah gizi dan kesehatan di masyarakat di masa yang
akan datang menjadi semakin kompleks dan menjadi tantangan pembangunan
masyarakat. Kompleksitas masalah gizi dan kesehatan ini menuntut perhatian dari semua
pihak baik pemerintah maupun masyarakat. Jika dibiarkan saja bukan tidak mungkin
prediksi tahun 2020 akan terwujud atau bahkan lebih tinggi.
Pengertian PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan paradigma sehat
dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan
untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental,
spiritual, maupun sosial. Selain itu juga program perilaku hidup bersih dan sehat
bertujuan memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, kelompok, keluarga, dengan membuka jalur komunikasi, informasi, dan
edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku sehingga masyarakat
sadar, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui
pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support), dan pemberdayaan
masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya masing-masing (Depkes RI,
2002).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/kelompok dapat
menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat (Dinkes Jabar, 2010).
25
Tujuan PHBS
Strategi PHBS
Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS.
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi
kesehatan dan PHBS yaitu:
26
3. Pendekatan Pimpinan (Advocacy)
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak
yang terkait ini bisa brupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan
sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga
dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh
pengusaha, dan yang lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu
kebijakan (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non
pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui
advokasi jarang diperoleh dalam waktu yang singkat.
Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan yaitu: a)
mengetahui atau menyadari adanya masalah, b) tertarik untuk ikut mengatasi
masalah, c) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan
berbagai alternatif pemecahan masalah, d) sepakat untuk memecahkan masalah
dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan e) memutuskan tindak
lanjut kesepakatan.
Tatanan PHBS
Ada lima tatanan PHBS yakni: tatanan rumah tangga, tatanan pendidikan, tempat
umum, tempat kerja, dan institusi kesehatan.
I. PHBS di Rumah Tangga
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di rumah tangga
di lakukan untuk mencapai rumah tangga Ber-PHBS. Rumah tangga Ber-PHBS
adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu :
1. persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan
2. memberi bayi ASI ekslusif
3. menimbang balita setiap bulan
4. menggunakan air bersih
5. mencuci tangan dengan air brsih dan sabun
6. menggunakan jamban sehat
7. memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. makan buah dan sayur setiap hari
9. melakukan aktifitas fisik setiap hari
10. tidak merokok di dalam rumah.
27
Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.
Bagi Masyarakat:
Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah masalah
kesehatan.
Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa
dan lain-lain.
Apa ada peran kader dalam membina rumah tangga agar melakukan
persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan?
28
Melakukan pendataan jumlah seluruh ibu hamil di wilayah kerjanya dengan
memberi tanda seperti menempelkan stiker.
Menganjurkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya di bidang/ dokter.
Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan
penyuluhan tentang pentingnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan, misalnya melalui penyuluhan kelompok di posyandu, arisan,
pengajian, dan kunjungan rumah.
Bersama tokoh masyarakat setempat berupaya untuk menggerakan masyarakat
dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung keselamatan ibu dan bayi seperti
dana sosial bersalin, tabungan ibu bersalin, ambulans desa, calondonor darah,
warga dan suami siap Antar jaga, dan sebagainya.
Menganjurkan ibu dan bayinya untuk memeriksakan kesehatan ke bidan/dokter
selama masa nifas (40 hari setelah melahirkan) sedikitnya tiga kali pada hari
minggu pertama, ketiga, dam keenam setelah melahirkan.
Menganjurkan ibu ikut keluarga berencana setelah melahirkan.
Menganjurkan ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sampai bayi berumur 6
bulan (ASI Eklusif).
Bagi bayi:
Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.
Bayi tidak sering sakit.
29
Bagi keluarga:
praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan
perlengkapannya.
Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula misalnya
merebus air dan perlengkapannya.
Mengapa kita harus menggunakan air bersih? Air adalah kebutuhan dasar yang
dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan
lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya, Agar kita tidak
terkena penyakit atau terhindar sakit.
Apa syarat-syarat air bersih itu? Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui
indra kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba)
31
Membentuk kelompok pemakai air pompa (POKMAIR) untuk memelihara
sumber air bersih yang dipakai secara bersama, bagi daerah sulit air.
Menggalang dunia usaha setempat untuk member bantuan dalam penyediaan air
bersih.
Memanfaatkan setiap kesempatan didesa/kelurahan untuk memberkan
penyuluhan tentang pentingnya menggunakan air bersih, misalnya melalui
penyuluhan kelompok diposyandu, prtemuan Dasa Wisma, arisan, pengajian,
pertemuan desa/kelurahan, kunjungan rumah dan lain-lain.
Mengapa harus mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun?
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit.
Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan
cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit.
Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun
kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.
32
b. Daerah yang padat penduduk, karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu
satu lubang penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban
(satu lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban)
33
Meminta bantuan petugas Puskesmas setempat untuk memberikan bimbingan
teknis tentang cara-cara membuat jamban sehat yang sesuai dengan situasi dan
kodisi daerah setempat.
34
Menginformasikan angka jentik yang ditemukan kepada setiap rumah tangga
yang dikunjungi sekaligus memberikan penyuluhan agar tetap melaksanakan
pemberantasan sarang nyamuk secara rutin dan menegur secara baik apabila
masih terdapat jentik nyamuk.
35
Bagaimana cara melakukan aktifitas yang benar ?
Apa keuntungan melakukan aktivitas fisik secara teratur ?
Apa peran keluarga dan kader untuk mendorong anggota keluarga melakukan
aktivitas fisik setiap hari ?
Manfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang
pentingnya melakukan akytivitas fisik.
Bersama anggota keluarga sering melakukan kegiatan fisik secara bersama,
misalnya kalan pagi bersama, membersihkan rumah secara bersama-sama, dll.
Ada pembagian tugas untuk membersihkan rumah atau melaksanakan
pekerjaan di rumah.
Kader mendorong lingkungan tempat tinggal untuk menyediakan fasilitas
olahraga dan tempat bermain untuk anak.
Kader memberikan penyuluhan tentang pentingnya melakukan aktivitas fisik.
36
II. PHBS di Tatanan Pendidikan (Sekolah)
Pengertian PHBS di Sekolah
PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan
aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga
merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya,
serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).
Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap siswa, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah.
b. Meningkatkan peran serta aktif setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah ber PHBS di sekolah.
c. Memandirikan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber
PHBS.
37
Manfaat bagi pemerintah provinsi/kabupaten/kota
a. Sekolah yang sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah
provinsi/kabupaten/kota yang baik
b. Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di
sekolah
38
kesibukan kerja. Sekolah diharapkan membuat jadwal teratur untuk berolahraga
bersama serta menyediakan alat/sarana untuk berolahraga.
39
syarat kesehatan dalam jumlah yang cukup untuk seluruh siswa serta terpisah antara
siswa laki-laki dan perempuan. Perbandingan jamban dengan pemakai adalah 1:30
untuk laki-laki dan 1:20 untuk perempuan.
40
Keterkaitan PHBS dengan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
Usaha Kesehatan Sekolah adalah upaya untuk membina dan mengembangkan
kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan
pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan
dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah. Usaha
Kesehatan Sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-
sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama
sehingga akan membentuk perilaku hidup sehat dan menghasilkan derajat kesehatan
yang optimal. (Effendy, 1998).
Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan dan perestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik sehingga memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka
pembentukan manusia indonesia seutuhnya. Usaha Kesehatan Sekolah juga bertujuan
untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta
didik yang mencakup: a) menurunkan angka kesakitan anak sekolah, b) meningkatkan
kesehatan peserta didik baik fisik, mental, maupun sosial, c) agar peserta didik
mempunyai pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip-
prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di
sekolah, d) meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah, e)
meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk narkotika, rokok,
alkohol, dan obat berbahaya lainnya.
Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta
didik, dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat
yang dikenal dengan istilah tiga program pokok (trias) UKS yakni: pendidikan
kesehatan (Health Education in School), pelayanan kesehatan (School Health
Service), dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Dengan demikian dengan adanya
fasilitas Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) akan sangat menunjang terwujudnya
perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah.
41
bidang keperawatan dengan area khusus sekolah. Perawat dapat melaksanakan
skrining kesehatan, memberikan pelayanan dasar untuk luka dan keluhan minor
dengan memberikan pengobatan sederhana, memantau status imunisasi siswa dan
keluarganya dan aktif juga dalam mengidentifikasikan anak-anak yang mempunyai
masalah kesehatan. Perawat perlu memahami peraturan yang ada menyangkut anak
usia sekolah seperti memberikan libur kepada siswa karena adanya penyakit menular,
kutu, kudis, dan parasit lain. Dalam melaksanakan perannya sebagai konsultan
terutama untuk para guru, perawat dapat memberikan informasi tentang pentingnya
memberikan pengajaran kesehatan di kelas, pengembangan kurikulum yang terkait
dengan kesehatan, serta cara-cara penanganan kesehatan yang bersifat khusus dan
kecacatan (Sumijatun, 2005).
The National Association of School Nurses (NASN) menyatakan ada tiga
peran perawat komunitas di sekolah yaitu:
1. Peran klinik (Generalist Clinical Role)
Perawat komunitas dalam peran klinik akan memberikan pelayanan, konseling,
pendidikan kesehatan kepada siswa dan keluarga. Pelayanan ini diintegrasikan
dengan program sekolah.
Pearawat klinik bekerja di sekolah yang memberikan pelayanan selama jam sekolah.
Perawat membaur dengan fungsional sehari-hari komunitas sekolah.
Mengindentifikasi siswa, keluarga, dan guru dari resiko gangguan kesehatan (case
finding), mengembangkan dan implementasi intervensi yang sesuai dengan
kebutuhan kesehatan dan menyusun kebijakan dan program yang sesuai untuk
memecahkan permasalahan baik yang aktual maupun potensial.
42
Melalui penerapan PHBS di tempat umum ini, diharapkan masyarakat yang berada
di tempat-tempat umum akan terjaga kesehatannya dan tidak tertular atau
menularkan penyakit.
Syarat tempat umum yang ber-PHBS yaitu :
Menggunakan air bersih
Menggunakan jamban
Membuang sampah pada tempatnya
Tidak merokok
Tidak meludah sembarangan
Memberantas jentik nyamuk
Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
Menutup makanan dan minuman
43
PHBS di Institusi Kesehatan sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk
mencegah penularan penyakit, infeksi nosokomial dan mewujudkan Institusi
Kesehatan yang sehat. Syarat institusi sehat yaitu :
Menggunakan air bersih
Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun
Menggunakan jamban
Membuang sampah pada tempatnya
Tidak merokok di Institusi Kesehatan
Tidak meludah sembarangan
Memberantas jentik nyamuk
4. Memahami dan menjelaskan perilaku hidup bersih dan sehat dilihat dari sudut
pandang islam
Tubuh: Islam memerintahkan mandi bagi umatnya karena 23 alasan dimana 7 alasan
merupakan mandi wajib dan 16 alasan lainnya bersifat sunah.
Tangan: Nabi Muhammad SAW bersabda: Cucilah kedua tanganmu sebelum dan
sesudah makan , dan Cucilah kedua tanganmu setelah bangun tidur. Tidak seorang pun
tahu dimana tangannya berada di saat tidur.
Islam memerintahkan kita untuk mengenakan pakaian yang bersih dan rapi.
Makanan dan minuman: Lindungilah makanan dari debu dan serangga, Rasulullah SAW
sersabda: Tutuplah bejana air dan tempat minummu
Perlindungan sumber air, misalnya sumur, sungai dan pantai. Rasulullah melarang
umatnya buang kotoran di tempat-tempat sembarangan.
Dalam kitab suci Al-quran banyak ayat yang menganjurkan unntuk bersuci. Allah
berfirman:
Dan pakaianmu bersikanlah (QS.Al Muddatsir ayat: 4)
Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang bertaubat dan orang orang
yang mermbersikan diri. ( QS. Al baqarah:222 ).
44
Rasulullah saw bersabda:
Islam itu bersih maka peliharalah kebersihan karena sesungguhnya tidak masuk surga
kecuali orang-orang yang bersih. (Al-Hadis)
Sesungguhnya Allah itu bersih, Ia cinta kebersihan ( HR Turmudzi )
Agama itu di bangun diatas kebersihan ( HR. Al-Ghazali )
45
DAFTAR PUSTAKA
Draft Panduan Gerakan Nasional Sadar Gizi Menuju Manusia Indonesia Prima diunduh 28
Mei 2013 dari: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/02/Draft-Pedoman-Gerakan-
Nasional-Sadar-Gizi-Februari-2012.pdf
Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29777/4/Chapter%20II.pdf
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Penyakit Berbasis Lingkungan diunduh 27 Mei 2013
dari: www.pamsimas.org/index.php?option=com...penyakit
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari:
http://dinkes.malangkota.go.id/index.php/artikel-kesehatan/119-perilaku-hidup-bersih-dan-
sehat
http://www.muhammadiyah.or.id/news-91-detail-pola-hidup-bersih-dan-sehat.html
46