Anda di halaman 1dari 2

REFLEKSI PENDIDIKAN DI INDONESIA

Pendidikan Adalah Kekuatan Utama yang Bisa Kau Gunakan Untuk Merubah Dunia

~ Nelson Mandela ~

Dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea ke-4 menyebutkan Bahwa Pemerintah Negara
Indonesia berkewajiban untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Aturan tersebut menyebutkan
secara eksplisit betapa pentingnya tanggung jawab Negara atas pendidikan. Serta pada Bab XIII
tentang endidikan dan Kebudayaan Pasal 31 ayat 1, 2, 3, dan 4. Mengenai penjabaran dari
kewajiban Pemerintah Negara Indonesia yang telah tercantum dalam pembukaan UUD 1945
Alinea ke-4. Realitas sosial pada saat ini khususnya di Indonesia dalam ruang lingkup
pendidikan masih dianggap oleh banyak kalangan bahwa pengupayaan Pemerintah Negara
Indonesia masih belum maksimal dalam mencapai apa yang telah ditetapkan dalam UUD 1945
untuk kemaslahatan pendidikan merata, berkualitas, meningkatkan keimanan serta ketakwaan,
dan akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Paulo Preire1 dengan Pendidikan Kaum Tertindasnya, mencoba menyimpulkan bahwa


dunia pendidikan nyatanya hanya bentuk dari sistem relasi penindasan sadar atau tidak
kapitalisasi pendidikan merambak kuat dalam sistem pendidikan Indonesia. Para imperialis
masuk dalam ranah sistem pendidikan. Refleksi kritis sebagai ensensi pendidikan menjadi kabur,
dalam hal ini penguasa mengatur dalam bingkai Rekayasa sosial. Pendidikan: aturan sistem,
kurkulum (Kurtilas yang belum jelas) menjadi simbol, bahwa tugas dari pemerintah hanya
memberikan Formalisasi-Formalisasi tak beraturan. Manusia di genjot seperti mesin dengan
diktat-diktat dari si pendidik tanpa melihat kapasitas dan bakat dari yang di didik. Dan hasil,
pendidikan tersebut hanya berujung pada kesadaran semu.

Dalam pendidikan Indonesia Gunarsa sedikit mengomentari definisi Intelektual dalam


konteks pendidikan di Indonesia. ia mendefinisikan Intelektual sebagai suatu kumpulan
1
Paulo Freire lahir pada tanggal 19 september 1921 di Recife, sebuah kota pelabuhan di timur laut Brazil.2 Ayahnya
bernama Joquim Temistockles Freire, yakni seorang polisi militer tidak terlalu taat pada agama, sehingga jarang
sekali pergi ke gereja. Sedangkan ibunya Edeltrus Neves Freire, beragama Katolik. Ibunya ini berasal dari
Pernambuco. Keluarga Freire Berasal dari kelas menengah, tetapi sejak kecil dia hidup dalam situasi miskin, karena
keluarganya tertimpa kemunduran finansial yang diakibatkan oleh krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat
sekitar tahun 1929 dan juga menular ke Brazil. Dari situasi inilah Freire menemukan dirinya sebagai bagian dari
kaum rombeng dari bumi.
kemampuan seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam
hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul. Menurut hemat penulis,
dalam buku Tugas Kaum Intelektual karya Dr. Ali Syariati, penggunaan intelektualitas untuk
melawan. Adalah cara agar kita dapat menghapuskan kebobrokan yang ada negeri ini, yang
memang dikatakan bahwa negeri ini belum merdeka secara utuh. Khususnya dari sektor
pendidikan, ekonomi, dan politik yang masih dikendalikan oleh kaum imperialis. Nekolim
adalah istilah yang tepat untuk menggambarkan kondisi saat ini khususnya pada negeri yang
masih berkembang seperti Indonesia. Penguatan basis intelektualitas yang mumpuni, pasti akan
menjadi kekuatan efektif untuk menghapuskan segala bentuk ketidak merdekaan suatu bangsa.
Hal tersebut dapat dicapai jika timbul kemauan yang kuat dari para individu akan rasa hausnya
untuk menimba ilmu. Dan sebagai upaya untuk menumbuhkan kemauan yang kuat dari para
individu, harus dilakukan perubahan atau pembenahan terlebih dahulu dari sistem pendidikan
yang penulis kira saat ini masih tidak efisien.

Tentang pasal 31 UUD 1945, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam
penerapan pengusahaannya masih terdapat banyak hal yang perlu dibenahi agar pendidikan di
Indonesia memiliki kualitas yang unggul. Dengan demikian, apabila kita ingin mencetak
generasi penerus yang mandiri, memiliki nalar intelektual yang mumpuni, bermoral, dewasa, dan
bertanggung jawab. Semua yang terlibat dalam dunia pendidikan Indonesia harus mampu
memberikan suri tauladan yang bisa jadi panutan generasi muda. jangan hanya menuntut
generasi muda untuk berperilaku jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berperilaku
santun, bermoral, tahu malu, dan tidak arogan serta mementingkan kepentingan bangsa bukan
pribadi atau kelompok. Tapi para pemimpin bangsa ini tidak melakukannya. Maka harapan
tinggal harapan saja. Karena itu, mulai sekarang, semua pejabat mulai dari level tertinggi hingga
terendah di legislative, eksekutif, dan yudikatif harus segera menghentikan segala bentuk
petualangan mereka yang hanya ingin mengejar kepentingan pribadi atau kelompok sesaat
dengan mengorbankan kepentingan negara. Sehingga generasi muda Indonesia memiliki
panutan-panutan yang bisa diandalkan untuk membangun bangsa ini kedepan.

Anda mungkin juga menyukai