M.K
Ilmu Ukur Tanah (IUT)
Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari tentang cara-cara pekerjaan pengukuran
diatas tanah yang diperlukan untuk menyatakan kedudukan atau letak titik-titik diatas permukaan
bumi yang kemudian dinyatakan dalam hasil-hasil pengukuran yang dimaksudkan untuk
menggambarkan bentuk permukaan bumi. Pada pekerjaan-pekerjaan geodesi secara teknis
dimulai dari pengukuran tanah, dimana dalam pengukuran tanah diperlukan ketelitian untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang sesuai keadaan lapangan.
Untuk menghasilkan peta yang baik, diperlukan pemahaman teori, baik baik dengan
membaca atau dapat dilakukan dengan melakukan praktik langsung dilapangan mengenai cara
pengukuran atau cara penggunaan alat ukur, cara perolehan data dan cara pengolahannya
termasuk penggambaran hingga menjadi sebuah peta yang baik dan mudah dipahami.
a. Cara Seri
Pengukuran cara seri ini kita lakukan dengan mengubah kedudukan teropong yaitu
pada kedudukan biasa ( B ) dan luar biasa ( LB ). Dengan mengambil rata-rata dari kedua
IUT 2013
pembacaan pada kedudukan yang berbeda tersebut, kita akan memperoleh hasil ukuran
sudut yang lebih teliti.
B LB Rata-rata = B + LB
S
2
B
c. Cara Reiterasi
Pengukuran cara inidilakukan dengan pembacaan kesemua target yang tersedia
pada satu kedudukan alat sesudah pembacaan arah target yang terakhir, kedudukan
IUT 2013
teropong diubah menjadi kedudukan luar biasa dan pengukuran kearah target lainnya
dilakukan mundur sampai kearah yang pertama kembali.
1
< A1 = H2 H1 A
< A2 = H3 - H2 A 2 A3
< A3 = H3 - H1 A2
3
a. Cara Bessel
Pengukuran sudut dengan cara bassel dilakukan dititik stasioner dengan mengarah
ke berbagai titik secara berturut turut sudut didapat dari selisih dua titik yang dibidik
secara berurutan.
00 Z
2700 900
1800
b. Sudut Helling
Sudut yang derajatnya berada mendatar / horisontal dan dihitung berlawanan dengan
arah jarum jam.
IUT 2013
900 H
1800 00
2700
2. Sudut Horizontal
Adalah sudut yang diperoleh dari selisih bacaan skala piringan horizontal antara 2 buah arah dari suatu titik pada posisi
mendatar.
2700
1800 00
900
U/ 00
2700 900
1800
Jarak
Jarak adalah hubungan terpendek 2 buah titik/ posisi. Dalam pengukuran jarak dapat
dilakukan dengan dua cara, melalui pengukuran jarak langsung dengan alat sederhana, seperti rol
meter, dan pengukuran jarak optis dengan menggunakan jarak Theodolite dan rambu ukur.
Ditinjau dari posisinya jarak dapat dibagi :
- Jarak miring adalah hubungan terpendek 2 buah titik pada posisi miring
- Jarak datar adalah hubungan terpendek 2 buah titik pada posisi datar
- Jarak vertikal adalah hubungan terpendek 2 buah titik pada posisi vertikal
A Keterangan gambar :
dm dm : jarak miring
dv dv : jarak vertikal
dd : jarak datar
B
dd
segaris
jalon
Pengukuran jarak
Setelah melakukan pelurusan, tahap berikutnya melakukan pengukuran jarak menggunakan
rol meter. Alat yang digunakan yaitu rol meter dan jalon
-Jarak optis
Pengukuran jarak optis yaitu suatu pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan,
pengukuran jarak optis menggunakan Theodolite dan alat bantu rambu ukur atau bak ukur.
Dengan cara membaca bacaan skala rambu ukur yang dibidik dari Theodolite, jarak yang
diperoleh berupa jarak datar, jarak miring, jarak vertikal
ba
dm
bt
bb
dd
IUT 2013
ba
bt
bb
Dimana :
V = Sudut Vertikal
K = Konstanta pengali
Dm = Jarak miring
Dd = Jarak datar
Ba = benang atas
Bt = benang tengah
Bb = benang bawah
- Jarak Elektronik
Jarak antara dua buah titik yang diukur secara elektronik yang berdasarkan pada
gelombang elektro magnetik diudara, seperti EDM (elektronik distance measurement ).
Dalam pengukuran jarak elektronis akan diketahui kecepatan merambat gelombang (v)
dan waktu (t), sehingga jarak dapat dihitung dengan rumus :
D = vxt
2
D = jarak
V = kecepatan merambat gelombang
T = waktu
IUT 2013
Poligon.
Poligon adalah rangkaian dari titik-titik yang membentuk segi banyak dan titik awal harus
selalu diketahui nilainya, baik kedudukanya maupun rahnya. (sumber : Soetomo Wongsotjitro, Ilmu Ukur
Besaran yang diukur dalam poligon adalah unsur-unsur setiap titik dan jarak di setiap dua
titik yang berurutan. Rangkaian titik tersebut dapat dipergunakan sebagai kerangka peta dengan
menentukan koordinat titik lapangan. yang dapat ditentukan dengan mengukur jarak ke arah titik
kontrol yang diukur secara teliti. Untuk menentukan arah, salah satu sisi harus diketahui
azimuthnya.
Agar kedudukan titik yang dihitung koordinatnya berada dalam satu sistem dengan
koordinat yang telah ada, maka perlu beberapa titik diikatkan pada jaringan poligon yang telah
ada.
Poligon Tertutup
Poligon tertutup merupakan suatu jaringan poligon yang mempunyai titik awal dan titik
akhir yang sama pada satu titik.
P2 P3
2 DP2-P3 3
P1-P2
DP1-P2 DP3-P4
P1 1 4 P4
DP6-P1 DP4-P5
6 DP5-P6 5
P6 P5
Gambar Poligon Tertutup
IUT 2013
Keterangan gambar :
U : Arah utara.
: Azimuth.
Keterangan rumus :
2. Azimuth semua sisi poligon dihitung berdasarkan azimuth awal dan sudut horisontal
semua titik yang dikoreksi () :
a. Jika urutan hitungan azimuth sisi poligon searah dengan arah jarum jam, rumus yang
digunakan :
Keterangan rumus :
n : Nomor titik.
d
Yn = Y n-1 + [d *cos n-1.n + (fy)]
d
keterangan rumus :
Poligon Terbuka
Poligon terbuka adalah poligon dengan titik awal dan titik akhir tidak saling bertemu atau
berhimpit atau terikat pada sebuah titik dengan ketelitian sama atau lebih tinggi ordenya. (Sumber :
Ir. Heinz Frick, Ilmu dan Alat Ukur Tanah. Kanisius, Yogyakarta, 1984) .
Poligon terbuka biasanya digunakan pada pengukuran lintas jalur. Pada poligon terbuka
pengukuran-pengukuran harus diulang untuk mendapatkan hasil yang terbaik untuk mengurangi
atau mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan yang dapat mengurangi ketelitian pengukuran.
Keterangan gambar :
S1
S3 S1S3 : sudut antar titik
2
d1-2 poligon
d2-3 d3-4 4
d4-5 d1-2, : jarak antara titik-
1 S2 titik poligon
5
3
Gambar Poligon Terbuka Lepas
IUT 2013
Merupakan poligon terbuka yang titik awal atau titik akhirnya berada pada titik yang
tetap.
`
S3 Sn-1
S1
A1 3 n-1
1 Dn-1.n
S2 D23
DA1 D12
n
2
A Gambar Poligon Terbuka Terikat Sepihak
Keterangan :
A : titik tetap
1, 2,, n : titik yang akan ditentukan koordinatnya
S1, S2,, Sn : sudut
.A1 : azimuth awal
DA1, D12, : jarak antar titik
Pada poligon jenis ini tidak terdapat adanya koreksi sudut
s3
s2
3
1
d2-3 d3-B
dA-1 d1-2
2
B (XB;YB)
A (XA;YA)
Keterangan gambar :
1,2,3,4,5 : titik poligon
IUT 2013
- d cos = YB YA
Poligon terbuka Terikat 2 Azimuth merupakan poligon yang terbuka, pada titik awal dan
titik akhir diadakan pengamatan azimuth, sehingga ada koreksi sudut. Poligon terbuka terikat
sepihak ,merupakan suatu bentuk poligon yang hanya salah satu ujungnya saja ada sistem ikatan,
sedangkan ujung yang lainnya lepas ( tanpa ikatan ).
sn
s3 U
U
s2
A-1 n
1 (n+1)-n
d1-2 dn(n+1)
dA-1
2
A (Xa,Ya)
n+1
Keterangan gambar :
1,2,3,...,n : titik poligon
: azimuth
BM1-BM2
s1 S3 Sn
BM1 BM2 P2 Pn
dBM2-P1 dP2-P3 dP4-BM3 BM3-BM4
S2 S4
dP1-P2 dP3-Pn
S6
P1 P3 BM4
BM3
Gambar II.6. Poligon Terbuka Terikat Sempurna
Keterangan gambar :
BM1-BM2 : Azimuth.
Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi poligon terbuka terikat sempurna, yaitu:
f ( s)
1. Koreksi sudut = f ( s )i
n
f x
di
2. Koreksi absis = f ( x)i
d
f y
di
3. Koreksi ordinat = f ( y )i
d
7. CD = f x 2 f y 2
Keterangan rumus :
KL : Ketelitian Linier.
(Sumber : Ir. Heinz Frick, Ilmu dan Alat Ukur Tanah. Kanisius, Yogyakarta, 1984) .
IUT 2013
Pengukuran beda tinggi dilakukan untuk mencari selisih ketinggian antara titik yang satu
dengan yang lainya. Untuk kondisi permukaan tanah yang datar pengukuran beda tinggi dapat
permukaan tanah yang terjal pengukuran beda tinggi dilakukan dengan menggunakan metode
Trigonometris.
`Pengukuran ini dilakukan untuk mendapatkan beda tinggi pada jarak yang saling
berjauhan dengan 2 kali pengukuran yaitu : pengukuran Pulang dan pengukuran Pergi,
pergi
a 1 b 2 c 3 d
A B
h e
3 g 2 f 1
pulang
Rumus :
HB : HA + hAB
Keterangan :
HB : Elevasi titik B
HA : Elevasi titik A
: Arah pengukuran
menentukan ketinggian titik-titik sepanjang suatu garis rencana proyek sehingga dapat
digambarkan irisan tegak, keadaan lapangan sepanjang garis rencana proyek tersebut. Gambar
irisan tegak keadaan lapangan sepanjang garis rencana proyek inilah yang disebut profil
memanjang. Profil memanjang diperlukan untuk membuat trase jalan kereta api, jalan raya,
STA-1 STA-2 STA-3 STA-4 STA-5 STA-6 STA-7 STA-8 STA-9 STA-10 STA-11
I II
Gambar Pengukuran Waterpass Profil Memanjang
hn (n + 1)
Untuk hn (n + 1) = Btn Btn + 1
Keterangan :
= Titik ikat
= Target
h = Beda tinggi
Bt = Benang tengah
H = Elevas
Profil melintang diperlukan untuk mengetahui profil lapangan pada arah tegak lurus garis
rencan yang berpotongan, atau lebih jelasnya lagi untuk mengetahui relief tanah yang terletak
G F E D C B A 1 2 3 4 5 6
7
hA = Ti Bta
H = H. awal + hA
Keterangan:
h = beda tinggi
Ba = benang atas
Bt = benang tengah
IUT 2013
Bb = benang bawah
Ti = tinggi alat
H = elevasi
D = jarak optis
STA = stationing
Pengukuran Trigonometris
Pengfukuran pada metode ini dilakukan dengan menggunakan alat Theodolit untuk
memperoleh beda tinggi dua buah titik dengan observasi sudut elevasi ( ketinggian ).
Bt
zo D tg
eo
HB
Ti h
HA
D
Gambar Pengukuran Trigonometris
Rumus :
h = D co tg o / D tg zo
HB = HA + h
= HA + (Ti Bt) + D tg zo
IUT 2013
Keterangan :
Ti = Tinggi instrument
Bt = Bacaan tengah
Pengukuran Detail
Yang dimaksud dengan detail atau titik detail adalah semua benda-benda di lapangan yang
merupakan kelengkapan daripada sebagian permukaan bumi. Jadi, disini tidak hanya
perlengkapan dan lain sebagainya. Jadi, penggambaran kembali sebagian permukaan bumi
dengan segala perlengkapan termasuk tujuan dari pengukuran detail yang akhirnya berwujud
suatu peta.
Pada pengukuran situasi (titik detail) ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :
Kedua hal tersebut diatas dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode Trigonometrii
yang meliputi pengukuran jarak miring, sudut horisontal, dan sudut vertikal.
Metode Radial
Pengukuran titik detail dengan metode Radial yaitu mengukur jarak, sudut vertikal maupun
horisontal dari titik poligon terhadap titik-titik detail. Keuntungan dari metode ini ialah banyak
IUT 2013
titik yang dapat diukur dari satu kedudukan alat ukur dan dapat digunakan di medan yang datar
U
a b
d2-a
1-2 U d2-b
1 2-b
2-a
2 3
Gambar Pengukuran Metode Radial
Keterangan gambar :
U : Arah utara.
Keterangan rumus :
IUT 2013
Metode Grid
Metode grid yaitu pembagian daerah yang diukur menjadi kotak-kotak bujur sangkar.
Pengukuran titik-titik detail dengan metode grid biasanya dilakukan pada medan yang relatif
datar. Pada titik pojok dari kotak-kotak itu nantinya akan dilakukan pengukuran. Untuk dapat
Keterangan gambar:
= Posisi alat
Kontur
Garis kontur adalah garis yang menunjukkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian
sama. Ketinggian antara dua kontur disebut interval kontur dan jarak horizontal antara kedua
kontur tersebut kita bisa menentukan kecuraman suatu lereng. Sedangkan ketinggian (elevasi)
dari sembarang titik yang terletak antara kedua kontur bisa kita tentukan dengan cara interpolasi.
IUT 2013
Pada peta, garis kontur merupakan garis yang tertutup atau garis yang tidak boleh berhenti
kecuali pada tepi peta. Umumnya pada setiap lima garis kontur digambarkan dengan garis yang
lebih tebal dari yang lain (lihat contoh Gb. 2). Pada garis-garis kontur yang teratur dan dekat
jaraknya maka garis kontur diberi angka ketinggian hanya terbatas pada kontur yang berjauhan
jaraknya (lihat contoh Gb. 1).
12 11 10
5
Gb. 1. Garis kontur diberi angka ketinggian hanya terbatas pada kontur yang
berjauhan araknya.
Gb. 2. Setiap lima garis kontur digambarkan dengan garis yang lebih tebal
30
25 20
15
10
Angka pada garis kontur tersebut menunjukkan ketinggian dari kontur. Dari kontur kita
dapat mengetahui bentuk konfigurasi permukaan tanah, seperti pada gambar 3 menunjukkan
adanya suatu aliran sungai, terlihat dari gambar kontur yang rapat.
Pesawat Theodolit
Kompas
Teodolit Digital Elektrik
IUT 2013
Waterpass
Unting-unting Meteran
Statif (tripod)
Baak ukur
IUT 2013
PROYEKSI PETA
Proyeksi Peta adalah prosedur matematis yang memungkinkan hasil pengukuran yang
dilakukan di permukaan bumi fisis bisa digambarkan diatas bidang datar (peta). Karena
permukaan bumi fisis tidak teratur maka akan sulit untuk melakukan perhitungan-perhitungan
langsung dari pengukuran. Untuk itu diperlukan pendekatan secara matematis (model) dari bumi
fisis tersebut. Model matematis bumi yang digunakan adalah ellipsoid putaran dengan besaran-
besaran tertentu. Maka secara matematis proyeksi peta dilakukan dari permukaan ellipsoid
putaran ke permukaan bidang datar.
Proyeksi peta diperlukan dalam pemetaan permukaan bumi yang mencakup daerah yang
cukup luas (lebih besar dari 30 km x 30 km) dimana permukaan bumi tidak dapat diasumsikan
sebagai bidang datar. Dengan sistem proyeksi peta, distorsi yang terjadi pada pemetaan dapat
direduksi sehingga peta yang dihasilkan dapat memenuhi minimal satu syarat geometrik peta
ideal.
Salah satu Proyeksi Peta yang umum dipakai di Indonesia yaitu :
a. Proyeksi Universal Tranverse Mercator (UTM)
Proyeksi UTM adalah proyeksi yang memiliki mercator yang memiliki sifat-sifat khusus dan
lebih sering digunakan, sistim ini telah dibakukan oleh BAKOSURTANAL sebagai sistim
Proyeksi Pemetaan Nasional. Alasan UTM digunakan sebagai sistim Proyeksi Pemetaan
Nasional, yaitu:
1. Kondisi geografi negara Indonesia membujur disekitar Garis Katulistiwa atau garis
lingkar Equator dari Barat sampai ke Timur yang relatip seimbang.
IUT 2013
2. Untuk kondisi seperti ini, sistim proyeksi Tranvers Mercator/Silinder Melintang Mercator
adalah paling ideal (memberikan hasil dengan distorsi minimal).
dihitung 1. Perhitungan dengan cara tersebut dapat menyebabkan luas peta bisa menjadi lebih
sempit atau justru lebih luas dari luas sebenarnya.
Untuk meminimalisasi kesalahan perhitungan pada metode grid dan balok yang bersifat
manual, maka luas pada peta dapat kita ukur dengan menggunakan alat bantu pengukur luas peta
yang biasa disebut PLANIMETER. Prinsip kerja planimeter adalah alat ini bekerja pada
daerah/peta yang berbentuk area atau poligon tertutup. Perhitungan luas di mulai dengan
menentukan titik awal, kemudian menggerakkan alat tersebut searah pada dengan jarum pada
batas poligon sampai kembali ke titik awal, dan setelah itu dilakukan pembacaan. Biasanya
pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang, perhitungan luas peta diperoleh dari perhitungan rata-
rata.
Membaca Peta
Bumi memiliki diameter 12.756 km, dan keliling +- 40.000 km. Lingkar bumi sebesar
360 garis bujur berarti setiap 10 adalah +- 111 km. Artinya setiap 10 garis bujur/lintang pada peta
0
10 = 111 km
10 = 60 (menit)
Untuk mengukur jarak dengan menggunakan garis lintang dan bujur adalah :
Selain untuk mengetahui jarak, selisih derajat garis lintang/bujur ini dapat juga kita gunakan
untuk menentukan skala peta tersebut, apalagi seandainya peta tersebut informasi skalanya tidak
ada (misalnya : karena sobek), yaitu dengan menggunakan rumus :
1. Jarak sebenarnya
= (5/60) X 111 km
= 555/60
= 9,25 km
2. Skala peta
= 9,25 km / 6 cm
= 925000 cm / 6 cm
= 154.166,67 cm
= 154.167 cm
Kemiringan Lereng
Lereng adalah Kenampakan permukaan alam disebabkan adanya beda tinggi apabila beda
tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan jarak lurus mendatar sehingga akan diperoleh
besarnya kelerengan (clope). Bentuk Lereng tergantung pada proses erosi juga gerakan tanah dan
pelapukan. Lereng merupakan parametertopografi yang terbagi dalam dua bagian yaitu
kemiringan lereng dan beda tinggi relative, dimana kedua bagian tersebut besar pengaruhnya
terhadap penilaian suatu lahan kritis. Bila dimana suatu lahan yang lahan dapat merusak lahan
secara fisik, kimia, dan biologi ,sehingga akan membahayakan hidrologi produksi pertanian dan
pemukiman.
Referensi :
Frick, Heinz 1984. dalam Ilmu dan Alat Ukur Tanah. Kanisius, Yogyakarta.
Irawan, Faris Ade, 2003. Laporan Praktikum IUT 2. Malang: Institut Teknologi Nasional
Malang.
Muhamadi, Mansur, 2004. Pengukuran dan Pemetaan Kota. Surabaya: Institut Teknologi
Sepuluh November.
Priyanto, Budi Hendro. Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Wongsotjitro, Soetomo, 1994. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius, Yogyakarta.
Unknown. Peta Topografi Digital 3 Dimensi dan Desain Badan Jalan pada perencanaa jalan
Lumpangi-Batulicin. Tugas Akhir.