Anda di halaman 1dari 61

MAKALAH DSP-9

KASUS 1
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah DSP-9

Oleh :
Kelompok tutorial 3
Ajeng Saraswati R 160110110033
Aris Budi Wibowo 160110110034
Meyta Radhila Gwen 160110110035
Amalia Ainurrizky A 160110110036
Hedy Diana 160110110037
Vella Atika 160110110038
Noviana Dwi Setiawan 160110110039
Azizah Az Zahrah 160110110040
Astsania Hikmah A 160110110041
Carissa Permatasari A 160110110042
Nabillah Ar Rahmi 160110110043
Nindya Puspita A 160110110044
Yoanita Petrina 160110110045
Atina Ghina I 160110110046
Lulu Luthfiah 160110110048
Artia Valiscia 160110130050

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJAJARAN
BANDUNG
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penyusunan makalah mata kuliah DSP-9 ini dapat diselesaikan dengan baik.

Makalah case 1 DSP 9 ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah DSP-9.

Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena

itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan makalah ini. Penulis sudah berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam makalah

ini, namun apabila masih banyak kekurangan penulis menerima saran dan kritik yang membangun

demi kemajuan penulis ke depannya.

Akhir kata, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

bagi pembaca pada umumnya.

Jatinangor, 16 November 2015

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI.iii

BAB I PENDAHULUAN...1

BAB II TINJAUANPUSTAKA....5

2.1. Pemeriksaan Klinis5


2.2. Analisis Kasus..10
2.3. Waktu Erupsi dan Tanggal Gigi yang Tepat11
2.4. Pengertian Prematur Loss..16
2.5. Penyebab dan Terjadinya Prematur Loss.17
2.6. Akibat Premature Loss18
2.7. Tatalaksana Premature Loss..20
2.8. Indikasi dan Kontraindikasi Space Maintainer dan Space Regainer.26
2.9. Tatalaksana Pulpitis Irreversible...36
2.10. Diastema45
BAB III DISKUSI58
BAB IV KESIMPULAN..59
DAFTAR PUSTAKA...60

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

Kasus utama dalam tutorial DSP-9 pada pertemuan pertama ini adalah Pedodonsia.

Pedodonsia adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek kesehatan gigi anak meliputi tindakan

pencegahan, perawatan serta pemeliharaan gigi anak.

Dalam pertemuan pertama ini dibahas kasus tentang seorang anak perempuan bernama

Aisyah yang berumur 8 tahun. Pasien mengeluh gigi belakang kiri atas yang berlubang dan sakit

berdenyut hingga tidak bisa tidur sejak tiga hari yang lalu. Pasien juga mengatakan bahwa gigi

belakang kanan atas baru dicabut beberapa bulan yang lalu. Selain itu, orang tua pasien juga

mengeluh mengenai gigi baru Aisyah yang tumbuhnya renggang.

Pada makalah ini akan dibahas mengenai keluhan utama pasien, pemeriksaan ekstra oral

dan intraoral, analisis kasus pasien tersebut, dan diagnosa beserta diagnosa bandingnya. Dan pada

akhir makalah ini akan dibahas juga mengenai rencana perawatan yang akan dilakukan serta

prognosisnya.

1.1. Tinjauan Kasus dan Ananmesis

Ketika dilakukan anamnesis lebih lanjut, pasien mengemukakan riwayat penyakit giginya.

Delapan bulan yang lalu Aisyah menderita sakit gigi yang hebat berdenyut hampir setiap saat

1
terutama di malam hari pada gigi belakang atas, hingga bengkak ke daerah pipi kanan. Aisyah

kemudian ke dokter gigi dan diberi obat, kemudian gigi tersebut akhirnya dilakukan pencabutan.

Keluhan pasien mengenai gigi belakang kiri atas yang berlubang dan sering sakit berdenyut

memerlukan pemeriksaan intraoral untuk menegakkan diagnosisnya. Pemeriksaan intraoral yang

perlu dilakukan antara lain adalah tes vitalitas dan tes membran periodontal. Tes tersebut sangat

diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan merencanakan perawatan yang tepat untuk gigi

tersebut. Sementara untuk gigi belakang kanan atas yang baru dicabut beberapa bulan yang lalu,

perlu dicurigai terjadinya premature loss karena pasien masih berusia 8 tahun. Gigi sulung

belakang kanan atas yang hilang akan digantikan oleh gigi premolar yang baru akan tumbuh di

usia 11-12 tahun.

Keluhan lain pasien yaitu mengenai gigi dewasanya yang tumbuh renggang. Pada usia 8

tahun, gigi permanen yang sudah tumbuh adalah gigi seri. Gigi seri yang renggang pada usia

tersebut merupakan hal yang wajar, yang disebut dengan ugly-duckling stage. Diastema ini akan

merapat kembali saat gigi kaninus mulai tumbuh.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemeriksaan Klinis

2.1.1. Pemeriksaan Ekstra Oral

Pemeriksaan ekstra oral dilakukan untuk melihat kelainan diluar rongga mulut. Pada

pemeriksaan ekstra oral, yang perlu diperhatikan adalah bentuk wajah, bibir, sendi TMJ, Postur

tubuh, mata, ekspresi, dan kelenjar limfe.

Pemeriksaan bentuk wajah terdiri atas 3 pemeriksaan, yaitu tipe wajah, kesimetrisan wajah,

dan profil wajah. Tipe wajah ada 3, yaitu sempit, normal, dan lebar. Kesimetrisan wajah ada 2,

yaitu simetris bilateral dan asimetris. Dikatakan simetris bilateral apabila wajah terbagi 2 sama

lebar dan anatomisnya sama jika ditarik garis median dari garis rambut ke titik glabela, subnasion,

dan menton. Profil wajah terbagi menjadi wajah datar, cembung, dan cekung. Untuk menentukan

profil wajah, tarik garis dari titik glabela, subnasion, dan pogonion dan dilihat dari arah sagital.

Pemeriksaan bibir bertujuan untuk melihat tonus bibir dan katup bibir. Tonus bibir atau

kekuatan otot bibir terbagi atas 3, yaitu normal, hipotonus, dan hipertonus. Katup bibir untuk

melihat apakah bibir dapat terkatup (competent/positive) atau tidak dapat terkatup

(incompetent/negative). Cara pemeriksaannya adalah dengan mempalpasi otot bibir pada keadaan

otot orbicularis oris dalam keadaan relaksasi.

3
Pemeriksaan TMJ dilakukan untuk melihat apakah pasien memiliki masalah pada sendi

rahang. Masalah yang umum terjadi adalah adanya clicking dan rasa sakit/nyeri pada sendi rahang.

Selain itu juga, masalah lain adalah adanya krepitasi dan ankilosis.

Postur tubuh terbagi menjadi 4, yaitu tegak, kifosis, skoliosis, dan lordosis. Kifosis

merupakan pembengkokan keluar dari tulang belakang nagian thorax (thoracic spine) sehingga

pasien tampak bungkuk. Lordosis merupakan pembengkokan tulang belakang region lumbar dan

cervical ke dalam secara berlebih. Skoliosis adalah pembengkokan tulang belakang ke lateral

menjauhi garis median ke kanan maupun kiri.

Gambar 2.1. Lordosis.

Gambar 2.2. Kifosis.

4
Gambar 2.3. Skoliosis.

Mata diperiksa untuk melihat pupil apakah sama besar (isokor) atau tidak sama besar

(anisokor), melihat sclera apakah ikterik atau tidak ikterik, dan melihat konjungtiva apakah pucat

(anemis) atau tidak.

Gambar 2.4. Gambar sclera ikterik (kiri) dan gambar konjungtiva anemis (kanan).

Saat pasien datang berobat, kita sebagai dokter gigi harus dapat melihat ekspresi pasien

apakah pasien tersebut tenang, tampak sakit sedang, atau tampak sakit berat. Ekspresi pasien dapat

membantu kita menilai kondisi psikologis pasien dan dapat membantu kita berkomunikasi efektif

dengan pasien serta memilih perawatan yang sesuai sehingga dapat meringankan rasa sakit pasien.

5
Pemeriksaan kelenjar limfe pada pasien dilakukan pada kelenjar limfe submandibula kanan

dan kiri. Caranya adalah pasien duduk di kursi dental dengan kepala menempel di kursi yang

posisinya agak merebah. Dokter berada di belakang pasien. Dengan menggunakan jari telunjuk

dan jari tengah kedua tangan, tekan lembut menyusuri belakang telinga ke submandibula sampai

arah dagu.

Untuk kasus pertama ini, pemeriksaan ekstra oral seluruhnya tampak normal.

2.1.2. Pemeriksaan Intra Oral

Pemeriksaan intra oral dilakukan untuk melihat kelainan di dalam rongga mulut.

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan :

a. Tahapan geligi sulung, campuran (awal / akhir), dan permanen

b. Jaringan lunak odem, pembengkakan, hiperemi, benjolan, fistula / gumboil, ulkus,

gingivitis, stomatitis

c. Anomali gigi bentuk, fusi, germinasi, dll

d. Premature loss

e. Persistensi gigi sulung

f. Oral hygiene baik, sedang, buruk

g. Lidah apakah ukurannya normal atau besar (makroglossia)

h. Frenulum tinggi, sedang, rendah. Cara pemeriksaannya adalah dengan menarik bibir

dan melihat dimanakah jaringan yang menjadi pucat.

i. Tonsil To, T1, T2, T3. Cara pemeriksaanya adalah dengan menginstruksikan pasien

untuk membuka mulut lebar dan mengucapkan aaa kemudian lihat daerah yang

bergetar

6
j. Palatum normal, tinggi, dangkal

Pada kasus pertama ini, pemeriksaan intra oral menemukan adanya karies profunda (CP)

pada gigi 64 dan 65, premature loss pada gigi 54 dan 55 yang mengalami penyempitan ruangan,

diastema pada gigi 11 dan 21, serta frenulum labialis yang sedikit rendah.

Pada gigi 64 dan 65 yang terdapat karies profunda, kita lakukan tes vitalitas, tes perkusi,

dan tes tekan. Tes vitalitas merupakan tes yang dilakukan untuk menilai apakah pulpa masih vital

atau sudah non-vital. Tes vitalitas dapat berupa tes termal (panas atau dingin) dan EPT (Electric

Pulp Test). Tes dingin dapat dilakukan dengan batangan es, carbon dioxide, dan chlor etil. Tes

panas tidak dilakukan secara rutin karena biasanya tes ini dilakukan jika keluhan terjadi pada gigi

yang sulit dilokalisir. Tes ini berguna jika keluhan utamanya adalah sensitif terhadap panas. Tes

panas dapat dilakukan dengan air panas, pemberian gutta-percha panas, dan dengan karet poles (

untuk menimbulkan panas akibat friksi). Tes termal tidak dilakukan kepada anak-anak. Untuk

anak-anak, tes vitalitas yang dilakukan adalah tes sondasi, yaitu menilai vitalitas pulpa dengan

menggunakan sonde yang ditempatkan pada kavitas. Selain itu, dapat digunakan juga tes kavitas

apabila hasil tes sondasi masih meragukan atau anak tidak merespon tes. Caranya yaitu dengan

menggunakan bur dan mengebur kavitas sampai anak merespon tes. Tes ini biasanya dilakukan

bila pada kavitas terbentuk dentin sekunder sehingga tes sondasi tidak menimbulkan respon positif.

EPT tidak menunjukkan pulpa sehat atau tidak. EPT ini hasilnya dapat berupa negative

palsu apabila saluran akar terkalsifikasi atau positif palsu apabila terdapat pus dalam saluran akar,

nekrosis parsial, atau teknik penggunaan yang tidak benar.

Tes tekan dilakukan untuk menilai ada atau tidaknya kelainan pada periapikal. Tes ini

dilakukan dengan menggunakan gagang sonde atau kaca mulut (ujung tumpul) yang diletakkan di

7
bagian oklusal gigi dan pasien diinstruksikan untuk menggigit. Tes perkusi dilakukan untuk

menilai ada atau tidaknya kelainan pada jaringan periradikuler. Bila respon positif, maka terdapat

kelainan pada jaringan periodontal. Tes ini dilakukan dengan cara mengetukkan ujung tumpul alat

dasar (sonde atau kaca mulut ) yang dipegang tegak lurus dengan mahkota.

Hal terpenting sebelum melakukan berbagai tes adalah membersihkan kavitas terlebih

dahulu dari sisa-sisa makanan. Setelah bersih, maka dapat dilakukan tes sesuai kebutuhan dan akan

didapatkan hasil yang maksimal.

2.2. Analisis Kasus

2.2.1. Analisis Radiologis

Untuk analisis radiologi digunakan foto panoramik, agar dapat melihat semua aspek-aspek

dan kelainan pada gigi dan jaringan periodontal disekitar rahang. Pada pemeriksaan radiologis

ditemukan benih gigi tetap yang masih didalam kurang lebih 5 mm dibawah puncak tulang alveolar

pada regio 64 dan 65. Selain itu pada regio ini juga terjadi prematur loss sehingga terjadi

penyempitan ruangan untuk tumbuhnya gigi permanen.

Pada regio 54 dan 55 terdapat karies profunda yang besar, dengan gejala nyeri yang

spontan. Dan setelah dilakukan pemeriksaan periodontal, didapatkan hasil positif pada tes perkusi

dan tekan, namun negatif pada tes mobiliti. Daerah trifurkasi dan periapikal tampak dalam batas

normal, serta resorpsi akar gigi tersebut minimal.

Pada regio 11 dan 21 terjadi diastema, pada pemeriksaan intraoral terlihat frenulum labialis

yang sedikit rendah. Pada umur 6,5 tahun ketika incisivus sentral atas erupsi akan terlihat space

pada garis median prosesus alveolaris sehingga dapat menyebabkan kesalahan diagnosis sebagai

suatu keadaan frenulum yang abnormal, keadaan ini disebut dengan istilah Ugly duckling stage

8
. Kadang kadang incisivi permanen terlihat croding pada saat erupsi dan incisivi Lateral

berhimpitan ( overlap ) dengan gigi caninus susu. Keadaan ini bisa diatasi bila terdapat leeway

space. Leeway space adalah perbedaan ruangan antara lebar mesiodistal gigi caninus, molar

pertama dan kedua susu dengan caninus premolar pertama dan kedua permanen. Namun hal ini

normal terjadi pada tahap erupsi molar pertama dan incisivi permanen. Tahap 1 ( terjadi pada umur

antara 6 8 tahun ) terjadi penggantian gigi inncisivi dan penambahan molar pertama permanen .

2.3 Waktu Erupsi Dan Tanggal Gigi yang Tepat

Erupsi merupakan pergerakan gigi terutama mahkota ke arah oklusal namun tidak sampai

pada pembentukan akar. Pergerakan ini dimulai ketika gigi masih di dalam tulang rahang. Erupsi

merupakan proses yang terus menerus dimulai segera setelah mahkota terbentuk. Pada saat yang

sama, tulang rahang bertambah panjang dan tinggi sehingga terdapat gerakan dari seluruh benih

gigi susu ke arah permukaan oklusal.

9
Formasi pertumbuhan gigi permanen terjadi secara berkelompok. Kelompok pertama

terdiri dari M1, I1,I2, dan C yang semuanya terbentuk selama tahun pertama, kelompok kedua

terbentuk selama usia 2-4 tahun (P1,P2 dan M2). Kelompok ketiga terdiri dari M3, yang

terbentuk rata-rata 5-6 tahun setelah M2, yang terbentuknya bervariasi secara umum untuk

populasi yang berbeda.

Gigi pertama pada pertumbuhan gigi permanen yang tumbuh adalah M1. Gigi ini mulai

berkalsifikasi kira-kira waktu kelahiran. Gigi ini muncul kea rah distal terhadap m2 dan lebih

lebar dari gigi susu lainnya. I1 RB adalah gigi permanen kedua yang tumbuh, waktu erupsi

10
terjadi cepat dan hamper bersamaan dengan M1. Kemunculan gigi terjadi antara usia 6-7 tahun

karena M1 pada usia 6 tahun telah mencapai 50% dari pertumbuhannya.

Gigi geligi permanen mandibula cendrung untuk bererupsi sebelum gigi geligi maksila.

I1 RB biasanya bererupsi sebelum I1 RA, dan mungkin bererupsi bersamaan atau sebelum M1

RB. Pertumbuhan 12 RB hamper bersamaan I1 RA.

Sebelum I1 menempati posisi, i1 harus ditanggalkan, yang dikenal sebagai resorpsi akar

gigi susu. Gigi permanen yang diselubungi folikelnya berusaha untuk menempati gigi susu

sebelumnya. Tekanan yang diberikan melawan akar gigi susu secara nyata menyebabkan

resorpsi akar, yang berlanjut hingga mahkota gigi susu dan akhirnya tanggal. Di lain pihak, gigi

permanen telah bergerak ke oklusal sehingga, ketika gigi susu hilang gigi permanen dapat

menggantikan gigi susu. Perkembangan P yang menggantikan m adalah di dalam bifurkasi m.

I, C, dan P disebut gigi succedaneous teeth. Karena gigi tersebut menempati gigi susu

sebelumnya.

Resorpsi akar kadang-kadang tidak mengikuti prosedur rutin, dengan hasil bahwa gigi

permanen tidak dapat menembus atau sama sekali tidak keluar dari tempat normalnya.

Kegagalan akar gigi susu untuk meresorpsi dapat mengakibatkan retensi yang berkepanjangan.

I2 RB bererupsi segera setelah I1 RB, sering bersamaan, I2 RA bererupsi setelahnya

menurut ukuran kronologis I2 RA muncul kira-kira satu tahun kemudian. P1 mengikuti

pertumbuhan mereka disebelah lateral maksila dalam urutan ketika anak berusia kira-kira 10

tahun. C rahang bawah sering muncul dalam waktu yang sama. P2 mengikuti selama tahun

berikutnya dan C RA mengikutinya. Biasanya, M2 muncul ketika individu berusia kira-kira 12

11
tahun, M2 terletak posterior M1. C RA kadang-kadang bererupsi mengikuti M2 baik RA

maupun RB tapi ada juga yang tumbuh mendahuluinya.

M3 muncul sekitar umur 17 tahun atau sesudahnya. Pertumbuhan rahang dibutuhkan

setelah usia 12 tahun untuk mendapatkan tempat bagi M3. M3 adalah subjek yang memiliki

banyak anomaly dan kelainan bentuk

Berikut adalah susunan erupsi dari gigi permanen:

1. M1 atas dan bawah, dan I1 bawah

2. I1 atas dan I2 bawah

3. I2 atas

4. C bawah

5. P1 atas

6. P1 bawah dan P2 atas

7. C atas dan P2 bawah

8. M2 bawah

9. M2 atas

10. M3 atas dan bawah

Tabel Perkembangan Gigi Permanen

Gigi Mulai Kalsifikasi Email Lengkap Erupsi Akar Lengkap

12
I1 RA 3-4 bulan 4-5 tahun 7-8 tahun 10 tahun

I2 RA 1 tahun 4-5 tahun 8-9 tahun 11 tahun

I1 RB 3-4 bulan 4-5 tahun 6-7 tahun 9 tahun

I2 RB 3-4 bulan 4-5 tahun 7-8 tahun 10 tahun

C RA 4-5 bulan 6-7 tahun 11-12 tahun 13-15 tahun

C RB 4-5 bulan 6-7 tahun 9-10 tahun 12-14 tahun

P1 RA 1 -1 tahun 5-6 tahun 10-11 tahun 12-13 tahun

P2 RA 2-2 tahun 6-7 tahun 10-12 tahun 12-14 tahun

P1 RB 1 -2 tahun 5-6 tahun 10-12 tahun 12-13 tahun

P2 RB 2 -2 tahun 6-7 tahun 11-12 tahun 13-14 tahun

M1 RA waktu lahir 3-4 tahun 6 tahun 9-10 tahun

M2 RA 2 -3 tahun 7-8 tahun 12-13 tahun 14-16 tahun

M3 RA 7-9 tahun 12-16 tahun 17-21 tahun 18-25 tahun

M1 RB waktu lahir 2 -3 tahun 6-7 tahun 9-10 tahun

M2 RB 2 -3 tahun 7-8 tahun 11-13 tahun 14-15 tahun

M3 RB 8-10 tahun 12-16 tahun 17-21 tahun 18-25 tahun

13
2.4 Pengertian Premature Loss

Gigi sulung mempunyai peranan yang sangat penting. Selain untuk merangsang

pertumbuhan benih gigi permanen, gigi sulung juga diperlukan untuk mempertahankan

lengkung rahang dan memberikan tempat bagi erupsi gigi permanen.

Perkembangan oklusi masa gigi sulung sering mengalami gangguan yang dapat

mempengaruhi hubungan oklusi gigi permanen. Salah satu bentuk gangguan tersebut

adalah premature loss, yaitu hilangnya gigi dari lengkung gigi sebelum gigi penggantinya

mendekati erupsi.

Oleh karena itu, bila terjadi kehilangan dini dari gigi sulung, maka akan terjadi

pergeseran midline, gigi berjejal, perubahan pada lengkung gigi, dan kehilangan ruang

untuk gigi tetap penggantinya akibat adanya gaya ke mesial (mesial drifting tendency) dari

gigi posterior yang telah erupsi pada anak yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan

perkembangan.

Namun, masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan suatu alat yang kita sebut

space maintainer dan space regainer. Kedua alat ini memang berbeda tetapi mempunyai

satu tujuan yang sama yaitu memberikan tempat bagi gigi yang akan erupsi. Perbedaan

dari kedua alat ini lebih kepada pengertian, indikasi, fungsi, bagian alat, dan waktu

penggunaan.

2.5 Penyebab Dan Terjadinya Premature Loss

Penyebab utama premature loss pada gigi anterior adalah trauma dan karies gigi,

sedangkan penyebab utama premature loss pada gigi posterior adalah karies dan jarang

disebabkanoleh trauma (Pinkham, 1988).

14
Faktor-faktor penyebab premature loss ialah:

1. Karies dan Trauma

Ada beberapa hal yang dapat menyebakan hilangnya gigi susu pada anak

diantaranya karies dan trauma gigi yang memainkan peran besar dalam kasus kehilangan

gigi pada umumnya. Karies proksimal serta kehilangan awal berturut-turut geraham sulung

di zona pendukung dapat mengakibatkan penurunan diameter mesiodistal yang signifikan

. Hal ini menyebabkan terjadinya kesulitan erupsi gigi permanen sekunder dan gangguan

hubungan oklusi.

2. Gigi yang diindikasikan untuk ekstraksi

1) Karies: gigi yang memerlukan ekstraksi karena karies atau gejala sisa, termasuk

sisa-sisa akar, endodontik dan patah tulang gigi yang melemah oleh karies atau

endodontik.

2) Sakit: gigi diekstraksi karena sakit akibat karies

3) Sepsis: gigi diekstraksi karena abses periapikal dengan pembengkakan jaringan

lunak dan lymphadenophaty

4) Ortodonti: gigi diekstraksi untuk alasan orthodonti

5) Alasan lain misalnya alasan ekonomi

3. Periodontitis

Penyakit periodontal menanggung kerugian dari struktur tulang dan jaringan lunak

di sekitar gigi yang bertanggung jawab untuk stabilitas mereka. Ada banyak hal yang dapat

mempengaruhi perkembangan periodontitis termasuk penyakit sistemik, kebiasaan buruk

seperti merokok, dan faktor genetika.

15
4. Faktor-faktor lain:

1) Lingkungan: kebiasaan buruk oral, nutrisi, dan metabolisme

2) Genetik: herediter, penyakit sistemik menurun

3) Faktor organ yang terlibat: organ utama atau pendukung otot gigi dan tulang

2.6 Akibat Premature Loss

1. Penyempitan ruangan yang dapat berlanjut menjadi penutupan ruangan (Space

Closure) sehingga dapat mengakibatkan malposisi gigi pengganti yang akan erupsi.

Penutupan ruangan akibat premature loss gigi sulung ini dapat terjadi selama 6 bulan

setelahnya, tetapi dapat juga terjadi dalam hitungan minggu.

2. Karies dan premature loss dari gigi sulung molar pertama (D), molar kedua (E), atau

keduanya (D+E) mengakibatkan penurunan panjang lengkung gigi. Studi dari

Northway, Wainright, dan Demirjian menunjukkan bahwa:

1) Kehilangan E memiliki akibat paling merusak bagi panjang lengkung gigi.

2) Premature loss gigi sulung posterior menyebabkan penutupan ruang sebanyak 2-4

mm per kuadran pada kedua lengkung.

3) Space loss berhubungan dengan usia pada lengkung atas, namun tidak pada lengkung

bawah.

4) Kehilangan D RA biasanya menyebabkan terhalangnya kaninus; kehilangan E RA

biasanya menyebabkan impaksi P2.

5) Kehilangan ruangan terbesar disebabkan oleh pergerakan molar ke mesial.

6) Kehilangan ruangan yang lebih banyak terjadi pada tahun pertama setelah premature

loss.

16
7) Tidak ada pemulihan ruangan yang ditunjukkan selama masa pertumbuhan pada

lengkung atas, dan sedikit yang ditemukan pada lengkung bawah.

3. Apabila gigi anterior yang hilang, akan mengakibatkan gangguan bicara dan estetik,

bila gigi insisif sulung tanggal karena benturan maka pergeseran atau luka dari gigi

pengganti dapat terjadi. Sedangkan bila gigi kaninus sulung yang hilang akan dapat

menyebabkan crowding anterior serta bila yang hilang gigi molar sulung menyebabkan

hilangnya ruang untuk erupsi gigi premolar tetap. Erupsi gigi premolar terlambat pada

anak-anak yang kehilangan geligi molar sulung pada usia 4-5 tahun atau sebelumnya.

Jika ekstraksi gigi molar sulung dilakukan setelah usia 5 tahun, keterlambatan erupsi

premolar berkurang. Pada usia 8, 9, dan 10 tahun, erupsi premolar yang disebabkan

karena adanya premature loss menjadi lebih cepat.

4. Adanya perkembangan kebiasaan buruk, karena Iidah akan bergerak menuju ruang

kosong yang apabila tidak diterapi maka akan mengakibatkan maloklusi. Gigi dapat

bertahan pada posisinya yang tepat pada lengkung gigi karena adanya aksi dari

beberapa gaya. Jika salah satu gaya tersebut diubah atau dihilangkan, perubahan

hubungan gigi dengan gigi tetangga dapat terjadi dan menyebabkan bergesernya posisi

gigi dan terjadinya masalah ruangan gigi (maloklusi).

2.7 Tatalaksana Premature Loss

2.7.1 Space Regainer

Space regainer adalah suatu alat aktif baik lepasan maupun cekat yang digunakan

untuk memperoleh kembali ruangan yang hilang pada lengkung gigi akibat gigi permanen

yang berpindah tempat dari tempatnya semula pada lengkung gigi.


17
Bila terjadi premature loss pada gigi molar sulung dan tidak diberikan space

maintainer, maka gigi molar tetap pertama akan mengalami mesial drifting yang

mengakibatkan berkurangnya lengkung rahang. Untuk itulah dibutuhkan space regainer

untuk memperoleh kembali ruangan yang hilang tersebut.

1. Fungsi space regainer antara lain :

1) Untuk mendapatkan kembali ruang yang pernah ada tapi bukan menciptakan ruang yang

baru

2) Menegakkan kembali gigi yang miring akibat tipping ke arah yang kosong akibat

premature loss

2. Metode-metode space regainer terdiri atas:

1) Space regainer cekat (fixed)

Kelebihan Fixed Space Regainer:

(1) Tidak mudah patah/berubah bentuk

(2) Tekanan dapat dikontrol

(3) Tidak akan mudah hilang

(4) Dapat dipakai pada pasien tidak kooperatif

Kekurangan Fixed Space Regainer:

(1) Sulit untuk dibersihkannya sehingga menjadikan OH buruk

(2) Sulit diperbaiki

(3) Harga lebih mahal

(4) Pembuatannya butuh waktu lama

18
3. Terdapat beberapa jenis space regainer cekat yaitu :

1) Open Coil Space Regainer

Terdiri atas band yang diadaptasikan pada gigi dan sebuah coil terbuka yang

dimasukkan pada kawat berbentuk U. Wire tersebut dimasukkan ke dalam suatu lubang di

band tersebut dan seluruhnya disemenkan ke gigi. Spring yang tertekan akan memundurkan

dan berusaha mendesak sehingga akan memberikan tekanan untuk menekan premolar ke

mesial dan molar permanen ke distal.

Gambar 1. Open Coil Space Regainer

2) Fixed Space Regainer

(1) Gerber Space Regainer

Tipe alat ini dapat dibuat langsung pada mulut pasien dalam satu pertemuan yang singkat

dan tidak membutuhkan pekerjaan di Lab. Terdapat alat berbentuk menyerupai huruf U, yang

dapat menempel dengan solder perak dan terdapat alat berupa kawat yang memanjang untuk

menghubungi mesial gigi ke daerah edentulus. Kawat berupa per didirikan dengan

menempatkan tabung pita kawat perakitan di mulut, diperluas dan disesuaikan dengan

19
panjang yang diinginkan, kontak gigi mesial dengan area edentulus merupakan jarak antara

tabung, kawat dan akhir "U" tube.

Gambar 2. Gerber Space Regainer

(2) Jack Screw

Jackscrew space regainer digunakan untuk mendapatkan kembali tempat yang hilang

akibat pergeseran gigi ke daerah yang kosong. Space regainer ini terdiri atas 2 band yang

dipasang pada gigi sebelahnya dan poros berulir dengan skrup dan mur pengunci. Alat ini

diaktivasi secara bertahap untuk mendesak dan memberikan suatu gaya terhadap gigi yang

diband.

20
Gambar 3. Jackscrew

3. Removable Space Regainer

a. Free end Loop Space Regainer

Alat ini terdiri dari kawat lengkung labial/ labial arch wire utnuk retensi dan stabilitas, dengan

pegas lingkaran balik yang terdiri dari kawat nomer 0,025. Dasar dari alat dibuat dari resin akrilik.

Pergerakan dari gigi molar permanen dicapai dengan mengaktivasi ujung bebas kawat bulat dalam

beberapa waktu.

Gambar 4. Labial Arch

21
b. Split Saddle/ Split Block Space Regainer

Dibedakan dengan tipe kawat free end dari bagian aktifnya. Alat ini mempunyai

alat aktif yang terdiri dari blok akrilik yag terpisah buko lingual dan digabungkan dengan

kawat no. 0,025 dengan bentuk bukal dan lingual loop. Alat ini diaktivasi periodic dengan

membesarkan loop.

Gambar 5. Split Saddle

c. Sling Shot Space Regainer

Alat ini terdiri dari wire elastic holder dengan cangkolan yang menyalurkan gaya

molar supaya lebih bergeser ke distal. Alat ini disebut sling shot, karena gaya ke distal

diciptakan dari bentangan elastic pada tengah permukaan lingual molar supaya bergerak.

Selain di bagian lingual, bentangan gaya ini juga dapat disimpan pada posisi yang sama

pada permukaan bukal. Bagian elastis ini dapat diganti setiap hari.

2.7.2 Space Maintainer

Space Maintenance merupakan alat yang digunakan untuk mempertahankan panjang

lengkung gigi setelah terjadinya premature loss. Space maintainer memungkinkan gigi

permanen untuk dapat erupsi tanpa gangguan pada posisi yang benar.
22
1. Perencanaan Space Maintainer

2) Lamanya Kehilangan Gigi

Penyempitan ruangan (space closure) biasanya terjadi pada 6 bulan pertama setelah

ekstraksi. Ketika gigi sulung hilang dan diindikasikan untuk space maintenance, yang

terbaik adalah memakai alat untuk space maintenance secepat mungkin setelah ekstraksi.

Bahkan jika memungkinkan, pembuatan alat untuk space maintenance dilakukan sebelum

dilakukan ekstraksi dan diberikan saat kunjungan dilakukannya ekstraksi.

Jika penyempitan ruangan telah terjadi, kadangkala perlu dibuat space maintainer

dengan alasan untuk menciptakan kembali fungsi oklusi normal di area tersebut. Sangat

membantu jika dibuat juga alat untuk memperoleh kembali (regain) ruangan yang hilang

sehingga gigi permanen dapat erupsi.

3) Dental Age Pasien

Usia kronologis (chronologic age) pasien tidak begitu penting jika dibandingkan

dengan usia perkembangan (developmental age). Waktu erupsi gigi rata rata, tidak

seharusnya mempengaruhi pertimbangan space maintenance karena terlalu bervariasi.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Gron ditemukan bahwa kemunculan (emerge) gigi

permanen berdasarkan perkembangan akar. Gigi erupsi ketika tiga perempat akarnya

tumbuh, tanpa memperhatikan usia kronologis anak. Namun demikian, usia ketika gigi

sulung hilang dapat mempengaruhi waktu emerge gigi penggantinya. Beberapa studi

menemukan bahwa kehilangan gigi molar sulung sebelum usia 7 tahun (kronologis) akan

menyebabkan terhambatnya emerge gigi pengganti, sedangkan kehilangan molar sulung

setelah usia 7 tahun menyebabkan gigi emerge lebih cepat.

23
4) Jumlah Tulang yang Melingkupi Gigi yang Belum Erupsi

Perkiraan emerge gigi berdasarkan pertumbuhan akar dan pengaruh waktu

hilangnya gigi sulung tidak dapat dipercaya jika tulang di sekitar gigi permanen yang

sedang berkembang rusak karena infeksi. Pada beberapa kondisi, emerge gigi permanen

biasanya lebih cepat atau bahkan emerge dengan pertumbuhan akar yang minimum.

Namun demikian, ketika bone loss terjadi sebelum tiga perempat akar gigi permanen

tumbuh, lebih baik tidak terlalu berharap bahwa gigi akan erupsi dengan cepat. Dokter

gigi harus menyediakan space maintainer dan menjelaskan kepada orangtua pasien bahwa

alat tersebut akan dipakai dalam jangka waktu pendek.

Jika didapati tulang menutupi mahkota, dapat diperkirakan bahwa erupsi tidak akan

terjadi dalam beberapa bulan, maka diindikasikan untuk menggunakan space maintainer.

4) Urutan Erupsi Gigi

Dokter gigi harus mengobservasi hubungan antara gigi yang sedang tumbuh dengan

gigi yang sudah erupsi yang berdekatan atau bersebelahan dengan ruangan yang terbentuk

karena premature loss. Sebagai contoh, jika molar kedua sulung mengalami premature loss

dan molar kedua permanen erupsi lebih dahulu daripada premolar kedua, maka ada

kemungkinan molar permanen akan menekan molar pertama permanen, menyebabkan

mesial drifting, dan premolar kedua membutuhkan ruangan.

5) Terhambatnya Erupsi Gigi Permanen

Gigi permanen seringkali mengalami keterlambatan dalam perkembangannya dan

berdampak terhadap erupsinya. Seringkali ditemukan gigi permanen yang mengalami

impaksi atau deviasi ketika erupsi sehingga menyebabkan keterlambatan erupsi. Pada

24
kasus sseperti ini, umumnya perlu dilakukan ekstraksi gigi sulung, membuat space

maintainer, dan menyediakan ruang untuk erupsi gigi permanen sehingga berada pada

posisi normalnya. Jika gigi permanen lawannya sudah erupsi, lebih baik dibuat occlusal

stop untuk mencegah terjadinya supraerupsi selama periode space maintenance.

6) Ketiadaan Gigi Permanen secara Kongenital

Jika gigi permanen secara kongenital tidak ada, dokter gigi harus

mempertimbangkan apakah menjaga ruangan selama beberapa tahun sampai bisa

menggunakan fixed replacement atau dilakukan penutupan ruangan. Penting untuk

berkonsultasi dengan bagian orthodontik untuk pasien dengan kasus seperti ini.

7) Penjelasan kepada Orangtua

Persiapkan waktu yang cukup untuk menjelaskan kondisi yang sedang terjadi,

diskusikan kemungkinan terjadinya maloklusi di kemudian hari jika tidak dilakukan space

maintenance. Perlu ditekankan bahwa alat space maintenance tidak untuk mengoreksi

maloklusi yang sudah terjadi, tapi hanya akan mencegah kondisi yang lebih parah atau

lebih kompleks.

2. Tipe Space Maintainer

1) Removable space maintainer

2) Fixed space maintainer

Tipe space maintainer berdasarkan area gigi yang hilang:

1) Space maintainer untuk area gigi molar pertama

(1) Band and loop space maintainer

25
Band and loop space maintainer termasuk ke dalam fixed space maintainer. Space

maintainer jenis ini mudah dibuat dan ekonomis. Band and loop space maintainer juga

mudah disesuaikan untuk mengakomodasi perubahan gigi geligi. Akan tetapi, band and

loop space maintainer tidak merestorasi fungsi penguyahan dan tidak dapat mencegah

supraerupsi gigi lawan, hal ini mungkin dapat menjadi faktor penting bergantung pada

kasus. Sama seperti space maintainer lain yang menggunakan band sebagai retensi, space

maintainer ini harus dilepas setiap satu tahun sekali sehingga gigi penyangga dapat

diperiksa dan dipoles. Kemudian fluoride diaplikasikan dan alat disementasi kembali.

Gambar 6. Band and loop space maintainer

Gambar 7. A. Band and loop space maintainer pretreatment dan B. Post treatment

(2) Distal Shoe Space Maintainer

26
Distal Shoe digunakan ketika gigi molar dua sulung tanggal/premature loss

sebelummolar satu permanen erupsi. Fungsinya adalah untuk menuntun erupsi dari

molar pertama permanen ke posisinya yang normal dalam lengkung

rahang.Karateristik dari distal shoe space maintainer terdiri dari stainless steel crown

atau band (tergantung indikasi) ditempatkan pada molar satu sulung dan stainless steel

bar berbentuk L yang disolderkan ke permukaan distal stainless crown, guide

planetersebut melekat pada alat retainingfixed ataupun removable.Shoe harus berada

tepat di depanmolar satu permanen yang belum erupsi dan tidak boleh mengenai folikel

benih gigi molar satu permanen.

Adapun kontraindikasi dari penggunaan alat ini ialah pada pasien dengan oral

hygiene yang buruk, pada keadaan dimana hilangnya beberapa gigi

sehingga abutment akan kurang mendukung alloy yang disemen, dan kurangnya kerja

sama dari pasien dan orang tua.

Gambar 8. Distal shoe Space Maintainer

Pada keadaan saat distal shoe merupakan kontra indikasi, perawatan yang dapat

dilakukan yaitu dengan menggunakan alat yang removable atau cekat yang tidak memasuki

jaringan tetapi memberi tekanan pada ridge mesial molar permanen yang belum erupsi.

27
(3) Lingual Arch

Lingual arch merupakan space maintainer yang terdiri atas crown atau band (sesuai

indikasi) pada sisi kiri & kanan rahang yang dihubungkan dengan kawat yang dibuat

melalui permukaan lingual darigigi-gigi. Lingual arch mempunyai persyaratan molar satu

permanen sudah erupsi, dan gigi insisivus permanen sudah erupsi secara sempurna.

Gambar 9. Lingual Arch

Lingual arch berguna untuk:

a. Mempertahankan lengkung rahang

b. Mencegah bergeraknya gigi posterior ke arah anterior

c. Mencegah adanya rotasi gigi-gigi insisifus

3. Space Maintainer Lepasan

Space maintainer lepasan digunakan khusus bila gigi hilang dalam satu kuadran

lebih dari satu gigi. Alat lepasan ini sering merupakan satu-satunya pilihan karena tidak

adanya gigi penyangga yang sesuai untuk alat cekat. Alat ini dapat ditambahkan gigi-gigi

artificial untuk mengembalikan fungsi estetik. Alat ini digunakan pada rahang atas maupun

rahang bawah dimana telah kehilangan gigi bilateral lebih dari satu, alat ini jugadigunakan

28
pada kasus tanggalnya gigi M2 sulung sebelum erupsi M1 permanen. Space maintainer

GTS memiliki konstruksi yang sederhana, pergerakan fungsional baik dan biaya yang

relatif murah. Pembersihan GTS dan gigi yang tepat penting untuk mengurangi

kemungkinan berkembangnya lesi karies yang baru, alat space maintainer lepasan dari

berbagai tipe tidak boleh dianjurkan untuk pasien anak yang mempunyai masalah karies

dan kebersihan mulut yang jelek. Masalah yang sering timbul dari pemakaian alat ini

adalah malasnya anak memakai alat sehingga fungsi space maintainer tidak tercapai dan

alat jarang dibersihkan sehingga menyebabkan iritasi jaringan mulut.

1) Klasifikasi Space MaintainerLepasan

(1) Kelas 1 : Unilateral maxilarry posterior

(2) Kelas 2 : Unilateral mandibular posterior

(3) Kelas 3 : Bilateral maxilarry posterior

(4) Kelas 4 : Bilateral mandibular posterior

(5) Kelas 5 : Bilateral maxilarry anteriorposterior

(6) Kelas 6 : Bilateral mandibular anterior posterior

(7) Kelas 7 : Telah kehilangan satu atau lebih geligi anterior sulung

(8) Kelas 8 : Semua gigi sulung hilang

2) Syarat-Syarat Space Maintainer

(1) Dapat menjaga ruang dimensi proksimal

(2) Tidak menggangu erupsi gigi antagonisnya

(3) Tidak menggangu erupsi gigi permanen


29
(4) Tidak mempengaruhi fungsi bicara, pengunyahan, dan fungsi pergerakan

mandibula

(5) Dapat mencegah ekstrusi gigi lawan

(6) Tidak memberikan tekanan abnormal pada gigi penyangga

(7) Tidak mengganggu jaringan lunak

(8) Desain yang sederhana, ekonomis dan mudah dibersihkan.

3) Perencanaan

Desain space maintainer harus memperhatikan hal-hal berikut:

(1) Landasan akrilik harus menutupi seluruh bagian palatum sampai daerah getar

rahang atas

(2) Perluasan ke arah labial, jika diperlukan harus pendek dan warnanya sesuai jaringan

sekitar

(3) Arah penempatan cangkolan pada gigi caninus harus disesuaikan dengan usia anak

(4) Jika akan digunakan dalam jangka waktu yang lama, harus dibuatkan lingual bar

dari logam 2mm lebih ke lingual dari jaringan sekitar

(5) Jenis cangkolan (cangkolan adam, circumferential clasp, dan balls clasp)

4) Pemasangan

Saat pemasangan space maintainer lepasan pertama kali, anak dan orangtua

harus diberi tahu cara memasang, melepaskan, dan memeliharanya. Pemasangan

dicontohkan di depan kaca oleh dokter, lalu pasien mencoba sendiri. Pemeliharaan dapat

30
dilakukan dengan cara melepas ketika tidur dan di rendam dalam air, dan rutin di

bersihkan.

5) Kontrol dan Instruksi pada Pasien

Pemasangan space maintainer memerlukan perhatian khusus dari dokter gigi,

pasien maupun orang tua dari pasien. Rencana perawatan ditentukan sesuai dengan

diagnosis. Setelah pasien diberikan pendidikan kesehatan gigi dan oral profilaksis,

dokter gigi segera melakukan perawatan pada pasien. Dokter gigi juga melakukan

pencetakan sebagai pedoman untuk pembuatan alat. Pada kunjungan selanjutnya

dilakukanlah pemasangan alat. Pasien diminta untuk datang kontrol satu minggu

kemudian.Setiap pasien datang kontrol dilakukan pemeriksaan keutuhan space

maintainer, kondisi gigi penyangga dan gingivanya.Pasien diinstruksikan untuk terus

menjaga kebersihan mulutnya dan dokter gigi juga melakukan oral profilaksis.

6) Perawatan yang dapat dilakukan antara lain

(1) Aplikasi florida topical untuk mencegah karies dan dekalsifikasi gigi

(2) Pemeriksaan foto rontgen untuk melihat reaksi jaringan pada pemasangan

alat

(3) Skeling dengan hati-hati pada gigi yang memiliki karang gigi

(4) Pengangkatan debris dan pembersihan poket

(5) Penggunaan sikat gigi yang lunak untuk menghilangkan sisa-sisa makanan

dan dental plak.

2.8 Indikasi dan Kontraindikasi Pemakaian Space Maintainer dan Space


Regainer
31
2.8.1 Indikasi Pemasangan Space Maintainer

1. Apabila terjadi kehilangan gigi sulung dan gigi penggantinya belum siap

erupsi menggantikan posisi gigi sulung tersebut dan analisa ruang menyatakan

masih terdapat ruang yang memungkinkan untuk gigi permanennya.

2. Jika ada kebiasaan yang buruk dari anak, misalnya menempatkan lidah di

tempat yang kosong atau menghisap bibir maka pemasangan space maintainer

ini dapat diinstruksikan sambil memberi efek menghilangkan kebiasaan buruk

3. Adanya tanda-tanda penyempitan ruang

4. Kebersihan mulut (OH) baik.

2.8.2 Indikasi Pemasangan Space Regainer

Space regainer digunakan pada anak-anak yang mengalami premature loss

gigi sulung atau tanggal sebelum waktunya, sehingga mengakibatkan pergerakan

gigi ke tempat yang kosong yang mengakibatkan tidak terdapatnya cukup ruang

bagi gigi permanen untuk erupsi. Hal inilah yang menyebabkan gigi permanen

menjadi crowding sehingga dibutuhkan space regainer untuk mengembalikan

tempat yang hilang tersebut. Pemakaian space regainer ini berfungsi untuk

mencegah perawatan orthodonti yang lebih rumit pada gigi permanen. Tujuannya

untuk mendapatkan kembali ruang yang pernah ada tapi bukan menciptakan ruang

yang baru. Selain itu juga untuk menegakkan kembali gigi yang miring akibat

tipping ke arah yang kosong akibat premature loss. Biasanya digunakan pada anak

berumur 7-10 tahun dimana gigi molar kedua belum erupsi.

32
2.8.3 Kontraindikasi Pemasangan Space Regainer

Kontraindikasi space regainer adalah pada pasien dengan gigi permanen

yang telah erupsi dengan susunan tempat yang benar, karena pemakaian space

regainer malah akan merusak susunan gigi yang sudah benar. Selain itu, space

regainer tidak digunakan jika benih gigi permanen tidak ada, pertumbuhan rahang

tidak sempurna, gigi pengganti sudah mendekati erupsi, ditandai dengan tidak

adanya tulang alveolar yang menutupi mahkota gigi pengganti pada gambaran

radiografis, dan ruang untuk erupsi gigi pengganti berlebih.

2.8.4 Kontraindikasi Pemasangan Space Maintainer

1. Tidak terdapat tulang alveolar yang menutup mahkota gigi tetap yang akan
erupsi.
2. Kekurangan ruang untuk erupsi gigi permanen
3. Ruangan yang berlebihan untuk gigi tetapnya erupsi
4. Kekurangan ruang yang sangat banyak sehingga memerlukan tindakan
pencabutan dan perawatan orthodonti
5. Gigi permanen penggantinya tidak ada

2.9 Tatalaksana Pulpitis Irreversible

2.9.1 Perawatan Saluran Akar

2.9.1.1 Devitalisasi

Prinsip Perawatan: Pengambilan jaringan di kamar pulpa dan meninggalkan

jaringan Pulpa di saluran akar dalam keadaan steril dan non vital dengan obat-

obatan mumifikasi

1. Kontraindikasi
33
1) Pada gigi sulung dengan abses/gigi non vital

2) Pada gigi sulung yang meradang dimana resorpsi akar hampir selesai

2. Indikasi

1) Pulp capping gagal

2) Pulpa vital, sakit meradang, belum abses

3) Agak sakit berdenyut

4) Makan manis & dingin terasa ngilu

3. Material :

1) Euparal ; desinfektan terdiri dari 95% alkohol

2) Oxpara : materi pengisi saluran akar, terdiri dari gutta percha, silver cones,

campuran pasta dan lain-lain (Dorland, 28th ed, p631 & Boucher's Clinical Dental

Terminology, 4th ed, p187)

3) ZOE

4) Calxyl

4. Prosedur Perawatan

1) Kunjungan I

(a) isolasi gigi

(b) membuang jaringan pulpa dengan bor bundar kecepatan rendah no 6/8 atau dengan

ekskavator sendok

(c) Kontrol Hemoragi dengan cotton pellet sekitar 5 menit di bagian orifis radiks pulpa

(d) apabila bleeding terlah berhenti Aplikasi Euparal/ arsen

(e) tambalan sementara ZOE (mematikan pulpa)

2) Kunjungan II

34
(a) isolasi gigi

(b) preparasi kavitas

(c) ekskavasi karies yang dalam

(d) aplikasi arsen/euparal pada daerah yang dalam

(e) tambalan sementara

3) Kunjungan III

(a) tambalan sementara dibuang

(b) aplikasi calxyl + zinc oxide eugenol + semen fosfat dan tambalan permanen

Devitalisasi lebih disarankan untuk gigi anak karena Amputasi vital lebih memprovokasi

sakit terutama bila distimulasi oleh udara dingin, panas, dan lain-lain.

2.9.2 Restorasi

2.9.2.1 Stainless Steel Crown

Stainless steel crown biasa disebut juga dengan chrome steel crown.

Material yang digunakan adalah alloy yang mengandung kromium sebanyak 18%

dan nikel 8%, dengan kandungan karbon sebanyak .8% sampai 20%.

1. Sifat Crown :

2) Dengan melakukan pemanasan tidak akan meningkatkan kekuatannya

3) Crown bersifat mengeras; contohnya pada saat manipulasi menggunakan

tang

4) Kandungan kromium yang cukup tinggi mengurangi terjadinya korosi

Stainless steel crown tersedia dalam 6 ukuran untuk gigi sulung, ukuran

yang paling sering digunakan adalah 4 dan 5. Tersedia pula ukuran 7

untuk gigi yang ukurannya sangat besar.

35
2. Indikasi

1) Restorasi gigi sulung ataupun permanen dengan lesi karies yang

besar; gigi sulung dengan tiga permukaan karies (multiple carious)

2) Restorasi gigi sulung ataupun permanen yang dentin dan enamelnya

mengalami defek seperti hipoplastik enamel, amelogenesis imperfecta, atau

dentinogenesis imperfecta

3) Restorasi setelah pulpotomi atau pulpektomi pada gigi sulung atau

gigi permanen muda dimana tingkat fraktur struktur korona gigi yang tersisa

meningkat

4) Gigi yang mengalami fraktur

5) Gigi yang digunakan sebagai penyangga pada space maintainer

(abutment)

6) Perlekatan untuk menghilangkan kebiasaan buruk (bruxism)

3. Kontraindikasi

1) Gigi yang tidak mempunyai retensi

2) Jika pada pemeriksaan radiografi di temukan adanya kelainan

periapikal.

3) Gigi sulung dengan resorpsi akar > panjang akar

4) Pasien yang alergi dengan nikel

4. Prosedur Klinis

1) Tooth Preparation

36
Pasien diberikan anestesi lokal dan isolasi gigi yang aan dipreparasi

dengan menggunakan rubber dam. Lalu kurangi permukaan mesial dan

distal menggunakan bur no.169L

Gambar 10. Isolasi gigi menggunakan rubber dam dan mengurangi permukaan mesial dan distal
secara minimal, hanya untuk memenghilangkan kontak (Mathewson, 1995)

Kurangi bagian cusp dan oklusal dengan bur no 330 (atau bur diamond taper) ikuti kontur

permukaan oklusal sehingga didapatkan perbedaan 1-1,5 mm dengan gigi tetangga. Pengurangan

yang seragam akan membuat penempatan mahkota tidak menganggu oklusi

Gambar 11. Mengurangi permukaan oklusal dengan bur No.330 atau bur diamond tapered
(Mathewson, 1995)
Dengan menggunakan bur no no 330 (atau bur diamond taper) kurangi juga garis-garis tajam dan

sudut tajam, Jika dibutuhkan kurangi bagian bukal atau lingual dengan bur diamond tapered untuk

memberikan undercut sehingga menambah retensi pada mahkota.

37
Gambar 12. Mengurangi garis-garis tajam dan sudut tajam (Mathewson, 1995)

2) Crown Selection

Terdapat 3 pertimbangan utama dalam pemilihan SSC, yaitu diameter mesial distal sesuai,

resistensi penempatannya sesuai, dan ketinggian oklusal sesuai. Mahkota juga harus lebih

besar dibanding gigi agar bisa beradaptasi.

Gambar 13. Berbagai jenis ukuran SSC (Departemen pedodonsia FKG Unair)

3) Crown Adaptation

Dengan menggunakan thumb forcep, pilih ukuran mahkota yang sesuai. Ukuran

mahkota yang paling sering digunakan adalah no 4 dan 5. Cocokan mahkota pada gigi

pasien. Mahkota harus pas, dengan kelebihan 2-3 mm di gingival. Mahkota masih perlu

diperbaiki dan dikontur ulang, sehingga perlu di trim sedikit.

38
Gambar 14. Memilih mahkota dengan thumb forcep dan menandai margin gingival dengan
scaler (Mathewson, 1995)

Lepas mahkota dari preparasi gigi, dengan crown and bridge scissor, potong

kelebihan 1 mm dari gingival. Jika warna gingival memucat maka mahkota harus di trim

ulang dan jika mahkota masih tidak bisa beradaptasi dengan baik, maka kurangi permukaan

oklusal 0.5-1 mm.

Gambar 15. Potong mahkota 1mm dibawah tanda (Mathewson, 1995)

Kontur mahkota dengan pliers mengunakan pliers no 114 untuk merekontur sepertiga gingival

mahkota. Dengan crown crimping pliers no 800-417, jepit bagian margin mahkota.

39
Gambar 16. Kontur mahkota dengan pliers no.114 dan pegangan margin dengan crown
crimping plier (Mathewson, 1995)
Langkah terakhir dalam adaptasi mahkota ini adalah mengecek semua batas dan

margin menggunakan eksplorer.

Gambar 17. Mengecek kembali margin untuk adaptasi (Mathewson, 1995)

4) Crown Finishing

Pada tahap ini digunakan large green stone untuk membuat akhiran knife edge pada

batas servikal. Lalu menhaluskan dan memoles margin dengan rubber wheel. Poles

keseluruhan mahkota dengan wire brush dan lepas rubber dam jika mahkota akan

disementasi.

40
Selanjutnya adalah menguji coba mahkota dan mengecek oklusi, cek kontak mesial

dan distal, jika butuh diperluas gunakan pliers no 112.

Gambar 18. 1. Large green stone, 2. Rubber wheel , 3. Wire brush

5) Crown Cementation

Ada beberapa pilihan semen untuk sementasi crown dan status pulpa merupakan

faktor penting yang dapat membantu menentukan pilihan semen yang akan digunakan.

Varnish kavitas harus diaplikasikan secara rutin sebelum stainless steel crown

disementasikan pada gigi vital. Pilihan semen yang dapat digunakan ada 5, yaitu:

(1) Zinc Phosphate Cement

(2) Zinc Oxide-Eugenol Cements

(3) Reinforced Zinc Oxide-Eugenol Cements

(4) Polycarboxilate Cements

(5) Glass Ionomer Cements

6) Prosedur klinis yang dilakukan saat sementasi yaitu:

(1) Aplikasi salep lidocaine atau petroleum jelly pada area kontak sebelum sementasi

untuk membantu penghilangan semen setelah sementasi.


41
(2) Isolasi quadran gigi yang dipreparasi dengan cotton roll.

(3) Manipulasi semen. Semen yang paling sering digunakan untuk sementasi stainless

steel crown ialah zinc fosfat.

(4) Isi crown dengan semen.

(5) Dudukkan crown pada gigi, biasanya sisi lingual terdahulu dahulu kemudian sisi

bukal.

(6) Letakkan Burlew dryfoil strip diatas crown untuk membebaskan gigi dari

kelembaban sampai semen set.

(7) Hilangkan kelebihan semen dengan scaler atau explorer. Poles crown dengan pasta

acidulated phosphate fluoride prophylaxis. Periksa seluruh area sulkus gingiva dari semen

yang tersisa. Kelebihan semen ini dapat menimbulkan inflamasi gingival dan

ketidaknyamanan. Penyebab kegagalan stainless steel crown biasanya yaitu:

a. Preparasi gigi tidak baik.

b. Adaptasi crown dan retensi tidak baik.

c. Sementasi tidak sesuai dengan crown atau terdapat margin yang terbuka.

d. Kegagalan perawatan pulpa.

e. Induced ectopic eruption dari gigi permanen molar.

f. Karies rekuren, terutama di area interproksimal.

g. Abrasi crown sampai permukaan oklusal.

2.10 Diastema

2.10.1 Definisi

Diastema adalah suatu ruang yang terdapat diantara dua buah gigi yang

berdekatan. Diastema ini merupakan suatu ketidaksesuaian antara lengkung gigi dengan
42
lengkung rahang. Bisa terletak di anterior ataupun di posterior, bahkan bisa mengenai

seluruh rahang. Diastema sentral rahang atas adalah ruang yang terdapat diantara gigi

insisif sentral rahang atas (Proffit dan Fields, 2000). Diastema sentral rahang atas,

merupakan suatu maloklusi yang sering muncul dengan ciri khas yaitu berupa celah yang

terdapat diantara insisif sentral rahang atas. Seringkali diastema ini menyebabkan

gangguan estetik bagi sebagian orang, terutama diastema yang terdapat di anterior,

sementera bagi sebagian orang diastema ini dianggap sebagai suatu ciri khas dari orang

tersebut dan bukan merupakan gangguan bagi penampilan estetiknya. Oleh karena itu

bagi sebagian orang diastema sentral ini merupakan suatu gangguan estetik terhadap

penampilannya, maka banyak orang yang mencari dan meminta pertolongan dari dokter

gigi untuk mengkoreksi kelainan tersebut. Dengan telah dikoreksinya kelainan tersebut,

mereka berharap akan lebih menambah baik penampilannya dan akan meningkatkan rasa

percaya dirinya (Bishara, 2001;Moyers, 1988).

Banyak cara dilakukan untuk menghilangkan diastema sentral ini, dalam banyak

kasus dengan hanya perawatan ortodonti sudah dapat menyelesaikan masalah, tetapi pada

beberapa kasus perlu perawatan tambahan baik dari segi konservasi, prostodonti, ataupun

dari bagian bedah mulut.

43
Gambar 19. diastema

2.10.2 Etiologi Diastema

1. Ukuran gigi insisif lateral kecil

Abnormalitas dari bentuk dan ukuran gigi merupakan akibat dari adanya gangguan

saat morfodiferensiasi pada periode pertumbuhan. Hampir 5% dari populasi

mengalami variasi dalam hal ukuran gigi. Gigi yang paling sering mengalami variasi

bentuk dan ukuran ialah gigi insisif lateral.

Gambar 20. Ukuran gigi insisif sentral

2. Rotasi gigi insisif


44
Pada beberapa kasus satu atau lebih gigi insisif mengalami rotasi dengan berbagai

derajat, rotasi yang menyebabkan diastema sentral ialah rotasi yang mencapai

perputaran sampai 90 derajat dari posisi normalnya terhadap lengkung gigi.

3. Perlekatan frenulum yang abnormal

Frenulum yang normal perlekatannya berada pada gusi cekat di atas gigi insisif sentral.

Diagnosa ditegakan berdasarkan observasi atau dengan cara pemeriksaan secara

langsung yang disebut blanch test. Caranya dengan mengangkat bibir atas kea rah

depan atas dengan ibu jari dan telunjuk kedua tangan. Bila normal jaringan ikat

frenulum tidak mengalami peregangan sehingga tidak ada jaringan yang pucat, tetapi

apabila perlekatan frenulum rendah maka jaringan frenulum yang tertarik akan

meregang dan pucat. Hal ini terjadi karena perlekatannya berada pada jaringan lunak

diantara gigi insisif sentral dan bahkan sampai ke palatum.

45
Gambar 21. Perlekatan Frenulum abnormal

Diagnosa akhir dari frenulum yang abnormal ditentukan berdasarkan gambaran

radiografi. Bila frenulum perlekatannya sampai ke palatum, jaringan ikat frenulum berjalan

melintang

4. Gigi supernumerer di median line

Diagnosa pasti dari gigi supernumerer di median line yang disebut juga mesiodens

ditentukan berdasarkan dari gambaran radiografis, foto panoramic, atau oklusal, terkecuali

apabila gigi supernumerer tersebut telah erupsi ke dalam rongga mulut. Lebih sering terjadi

pada gigi rahang atas dibandingkan dengan gigi rahang bawah, dan lebih sering terjadi

pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

46
Gambar 22. Gigi Supernumerer (mesiodens)

5. Kehilangan gigi insisif lateral secara congenital

Kehilangan gigi secara kongenital ialah suatu kedaan dimana benih gigi yang tidak

berkembang untuk mengalami dan keluar dari rongga mulut. Berdasarkan penelitian

bahwa 4% dari seluruh populasi mengalami kehilangan gigi secara congenital.

Diagnosa ditentukan dari gambaran radiografis.

Gambar 23. Kehilangan insisif lateral A. Fotograf B. Radiografi (anak panah)

6. Diastem pada saat pertumbuhan normal

Pada saat insisif sentral rahang atas erupsi biasanya selalu terdapat ruangan

dianataranya. Ruangan ini biasanya berkisar antara 2mm (berkisar antara usia 6-10
47
tahun) dan akan berkurang pada saat erupsi gigi insisif lateral permanen dan menutup

dengan sendirinya pada saat erupsi gigi kaninus permanen. Hal ini terjadi karena posisi

dari gigi kaninus permanen yang belum erupsi sering terletak di superior dan distal dari

akar gigi insisif sentral, yang kemudian menekan akar-akar gigi insisif sentral dan

lateral bergerak kea rah midline, sementara mahkota nya menyebar kearah distal.

Periode ini disebut dengan ugly duckling stage of eruption.

Gambar 24. Pertumbuhan normal A.Fotograf B.Radiograf

7. Penutupan median line yang tidak sempurna

Terjadinya kegagalan dalam penutupan median line karena adanya kegagalan pada saat

pertumbuhan dan perkembangan, dimana terdapat sisa dari jaringan epithelial yang

membatasi kedua tulang palatum. Berdasarkan pemeriksaan histologis terdapat

jaringan ikat dan jaringan epithelial diantara tulang palatum. Diagnosa ditentukan

berdasarkan gambaran radiografi, dimana septum tulang diantara gigi insisif sentral

rahang atas berbentuk W.


48
Gambar 25. Penutupan median line tidak sempurna

2.11 Perawatan Diastema

2.11.1 Ortodonti

Dalam kasus ini diastema pada gigi insisivus sentral rahang atas adalah hal

normal. Fase ini disebut ugly duckling stage, dimana insisivus sentral akan terlihat

renggang pada awalnya dan diastema itu akan berkurang seiring dengan erupsinya gigi

kaninus rahang atas. Dalam kasus ini pasien berusia 8 tahun dimana fase ini normal

terjadi.

Pada kasus dimana diastema kecil (kurang dari 2 mm) terjadi, ruangan antara

gigi insisif sentral dapat tertutup dengan sendirinya seiring dengan erupsi kaninus.

Apabila ingin menggunakan orthodontic lepasan, operator dapat mendesain

orthodontic lepasan dengan desain berupa clasp, fingerspring, dan anterior bow.

49
Gambar 26. Proses penutupan diastema dengan alat ortodonti lepasan

A. Penutupan diastema dilakukan dengan orthodontik lepasan dengan komponen fingerspring

untuk menggerakan gigi ke mesial

B. Fingerspring diaktivasi

C. Posisi akhir setelah perawatan orthodontic dapat dipertahankan dengan alat yang sama

Ketika diastema besar (lebih dari 2 mm) terjadi, perlu dicurigai adanya gigi

supernumerer. Diperlukan foto radiografi oklusal atau periapikal untuk melihat kondisi

patologi pada area ini.

Apabila pasien telah berusia 12 tahun dimana kaninus pasien telah erupsi dan pasien tetap

mengalami diastema dengan keterlibatan frenulum, frenektomi dapat dilakukan. Frenektomi

dilakukan setelah perawatan ortodontik. Perawatan orthodontic yang diperlukan adalah

orthodontic lepasan. Apabila frenektomi diperlukan, dapat dirujuk ke spesialis bedah mulut.

50
2.11.2 Frenektomi

Frenektomi adalah suatu prosedur penghilangan secara bedah terhadap

frenulum yang terlalu tinggi/rendah untuk meningkatkan stabilitas denture.

Prosedur ini juga dapat meningkatkan tingkat mobilitas lidah (pada kasus frenum

lingual yang tinggi pada mandibula) dan menambah segi estetik pada pasien.

Perlekatan yang tinggi pada frenulum dapat menyebabkan pergerakan

terbatas pada lidah sehingga mengalami kesulitan saat mengunyah, serta dapat

menimbulkan pocket sehingga dapat menyebabkan impaksi makanan. Frenulum

yang rendah juga dapat menyebabkan masalah di area antara incisive central

maxilla, yang berperan terhadap terjadinya median diastema. Indikasi:

1. Secara umum, jika frenulum menimbulkan masalah seperti fonasi

2. Bila frenulum dekat dengan puncak dari prosessus alveolaris

3. Jika pada marginal gingiva menyebabkan tarikan yang kurang menguntungkan pada

mukosa

4. Jika frenulum berperan pada terjadinya median diastema (untuk labial frenektomi)

5. Jika terjadi ankyloglossia atau perlekatan yang tinggi pada frenulum lingual (untuk lingual

frenektomi)

Kontra Indikasi:

1. Pasien yang memiliki riwayat penyakit sistemik

2. Psikologis pasien tidak mendukung (takut, cemas)

51
Frenektomi Labial

Frenulum bukanlah tali muskular tetapi terdiri dari mukosa dan jaringan ikat

fibrosa yang berfungsi untuk membatasi gerak bibir. Frenulum labial superior adalah yang

paling sering menimbulkan masalah dan dapat ditangani dengan insisi elips di sekitarnya.

Eksisi dari frenulum labialis dapat dilakukan dengan berbagai cara. Metode yang

biasanya dipakai adalah metode dengan menggunakan 2 hemostat.

Prosedurnya adalah :

1.Setelah anestesi lokal, bibir ditarik ke atas dan frenulum dipegang dengan menggunakan

hemostat curved, yang diposisikan pada batas superior dan inferior.

Gambar 27. Teknik Frenektomi

2.Bibir kemudian diretraksi dan lakukan insisi dengan menggunakan pisau bedah yang tipis pada

jaringan yang telah di hemostat, pertama-tama pada jaringan dibelakang hemostat bawah dan

52
kemudian di belakang haemostat atas.

Gambar 28. Teknik Frenektomi

3. Bila frenumnya hipertropik dan terdapat ruang yang besar diantara insisif lateral, jaringan

yang berada diantara dan dibelakang insisif sentral juga dihilangkan.

53
Gambar 29. Teknik Frenektomi

4.Setelah mukosa diambil, dilakukan penyesetan dari lateral pada bidang supraperiosteal

untuk membebaskan tali-tali fibrosa dari tempat perlekatan. Lakukan perapihan dari batas

luka dengan jaringan di bawahnya dengan menggunakan gunting.

Gambar 30. Teknik Frenektomi

5. Setelah itu lakukan penjahitan yang terputus sepanjang batas lateral dari luka pada arah yang

linear. Penempatan jahitan pertama sangat penting karena cenderung menentukan ke kedalaman

vestibular. Jahitan ini melalui tiga lapisan yaitu mukosa, periosteum kemudian mukosa lagi.

Penutupan disempurnakan dengan jahitan terputus tambahan atau dengan teknik kontinu. Edema

labial dapat dikontrol dengan aplikasi es, pembalut eksternal dengan penekanan atau keduanya.

54
Gambar 31. Teknik Frenektomi

55
BAB III

DISKUSI

1. Pertanyaan oleh Aris Budi Wibowo NPM 160110130034: Mengapa premature loss pada

gigi molar sulung ke 2 dapat menyebabkan impaksi gigi P2?

Jawab (Atina Ghina Imaniyyah NPM: 160110130046): karena premature loss m2 bisa

menyebabkan terjadinya mesial drifting gigi M1 sehingga tidak ada ruang untuk gigi P2.

56
BAB IV

KESIMPULAN

Dalam kasus, ini Aisyah mendapat diagnosa pulpitis reversibel dengan differential

diagnosis berupa abses periapikal. Diagnosa diketahui dari anamnesis dimana nyeri berdenyut dan

spontan. Pada pemeriksaan klinis juga ditemukan karies profunda dan nyeri perkusi serta tekan

positif. Rencana perawatannya berupa pulpotomi devitalisasi atau pulpotomi mortal kemudian

dilakukan restorasi dengan bahan stainless steel.

Selain itu Aisyah mengalami premature loss pada gigi 54 dan gigi 55 dimana telah terjadi

penyempitan ruangan dan gigi molar satu tetap telah terlihat bergeser ke depan. Dan dari hasil

radiologi ditemukan bahwa benih gigi tetapnya masih kurang lebih 5 mm dibawah puncak tulang

alveolar. Oleh karena itu ruangan perlu didapatkan kembali dengan mengaplikasikan space

regainer Gerber (fixed). Space regainer Gerber dipilih karena waktunya lebih singkat, yaitu hanya

membutuhkan satu kali pertemuan. Setelah didapatkan ruangan setelah pemakain space regainer

dilakukan pemasangan space maintainer tipe band loop/lepasan.

Gigi renggang pada Aisyah merupakan masalah akibat frenulum Aisyah yang sedikit

rendah, namun karena usia Aisyah masih 8 tahun dan masih normal terjadinya diastema (ugly

duckling stage) sehingga tidak perlu dilakukan frenektomi .

57
DAFTAR PUSTAKA

Pinkham, J. R. 2005. Pediatric Dentistry Infancy Through Adolescence. 4th ed.

McDonald, R. E. and Avery, D. R. 2005. Dentistry for the Child and Adolescent. 8th ed. Mosby
Co, Inc.

Mathewson, R. J. and Primosch, R. E. 1995. Fundamental of Pediatric Dentistry. 3rd ed.

58

Anda mungkin juga menyukai