KASUS 1
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah DSP-9
Oleh :
Kelompok tutorial 3
Ajeng Saraswati R 160110110033
Aris Budi Wibowo 160110110034
Meyta Radhila Gwen 160110110035
Amalia Ainurrizky A 160110110036
Hedy Diana 160110110037
Vella Atika 160110110038
Noviana Dwi Setiawan 160110110039
Azizah Az Zahrah 160110110040
Astsania Hikmah A 160110110041
Carissa Permatasari A 160110110042
Nabillah Ar Rahmi 160110110043
Nindya Puspita A 160110110044
Yoanita Petrina 160110110045
Atina Ghina I 160110110046
Lulu Luthfiah 160110110048
Artia Valiscia 160110130050
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan makalah mata kuliah DSP-9 ini dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah case 1 DSP 9 ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah DSP-9.
Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Penulis sudah berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam makalah
ini, namun apabila masih banyak kekurangan penulis menerima saran dan kritik yang membangun
Akhir kata, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI.iii
BAB I PENDAHULUAN...1
BAB II TINJAUANPUSTAKA....5
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Kasus utama dalam tutorial DSP-9 pada pertemuan pertama ini adalah Pedodonsia.
Pedodonsia adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek kesehatan gigi anak meliputi tindakan
Dalam pertemuan pertama ini dibahas kasus tentang seorang anak perempuan bernama
Aisyah yang berumur 8 tahun. Pasien mengeluh gigi belakang kiri atas yang berlubang dan sakit
berdenyut hingga tidak bisa tidur sejak tiga hari yang lalu. Pasien juga mengatakan bahwa gigi
belakang kanan atas baru dicabut beberapa bulan yang lalu. Selain itu, orang tua pasien juga
Pada makalah ini akan dibahas mengenai keluhan utama pasien, pemeriksaan ekstra oral
dan intraoral, analisis kasus pasien tersebut, dan diagnosa beserta diagnosa bandingnya. Dan pada
akhir makalah ini akan dibahas juga mengenai rencana perawatan yang akan dilakukan serta
prognosisnya.
Ketika dilakukan anamnesis lebih lanjut, pasien mengemukakan riwayat penyakit giginya.
Delapan bulan yang lalu Aisyah menderita sakit gigi yang hebat berdenyut hampir setiap saat
1
terutama di malam hari pada gigi belakang atas, hingga bengkak ke daerah pipi kanan. Aisyah
kemudian ke dokter gigi dan diberi obat, kemudian gigi tersebut akhirnya dilakukan pencabutan.
Keluhan pasien mengenai gigi belakang kiri atas yang berlubang dan sering sakit berdenyut
perlu dilakukan antara lain adalah tes vitalitas dan tes membran periodontal. Tes tersebut sangat
diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan merencanakan perawatan yang tepat untuk gigi
tersebut. Sementara untuk gigi belakang kanan atas yang baru dicabut beberapa bulan yang lalu,
perlu dicurigai terjadinya premature loss karena pasien masih berusia 8 tahun. Gigi sulung
belakang kanan atas yang hilang akan digantikan oleh gigi premolar yang baru akan tumbuh di
Keluhan lain pasien yaitu mengenai gigi dewasanya yang tumbuh renggang. Pada usia 8
tahun, gigi permanen yang sudah tumbuh adalah gigi seri. Gigi seri yang renggang pada usia
tersebut merupakan hal yang wajar, yang disebut dengan ugly-duckling stage. Diastema ini akan
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pemeriksaan ekstra oral dilakukan untuk melihat kelainan diluar rongga mulut. Pada
pemeriksaan ekstra oral, yang perlu diperhatikan adalah bentuk wajah, bibir, sendi TMJ, Postur
Pemeriksaan bentuk wajah terdiri atas 3 pemeriksaan, yaitu tipe wajah, kesimetrisan wajah,
dan profil wajah. Tipe wajah ada 3, yaitu sempit, normal, dan lebar. Kesimetrisan wajah ada 2,
yaitu simetris bilateral dan asimetris. Dikatakan simetris bilateral apabila wajah terbagi 2 sama
lebar dan anatomisnya sama jika ditarik garis median dari garis rambut ke titik glabela, subnasion,
dan menton. Profil wajah terbagi menjadi wajah datar, cembung, dan cekung. Untuk menentukan
profil wajah, tarik garis dari titik glabela, subnasion, dan pogonion dan dilihat dari arah sagital.
Pemeriksaan bibir bertujuan untuk melihat tonus bibir dan katup bibir. Tonus bibir atau
kekuatan otot bibir terbagi atas 3, yaitu normal, hipotonus, dan hipertonus. Katup bibir untuk
melihat apakah bibir dapat terkatup (competent/positive) atau tidak dapat terkatup
(incompetent/negative). Cara pemeriksaannya adalah dengan mempalpasi otot bibir pada keadaan
3
Pemeriksaan TMJ dilakukan untuk melihat apakah pasien memiliki masalah pada sendi
rahang. Masalah yang umum terjadi adalah adanya clicking dan rasa sakit/nyeri pada sendi rahang.
Selain itu juga, masalah lain adalah adanya krepitasi dan ankilosis.
Postur tubuh terbagi menjadi 4, yaitu tegak, kifosis, skoliosis, dan lordosis. Kifosis
merupakan pembengkokan keluar dari tulang belakang nagian thorax (thoracic spine) sehingga
pasien tampak bungkuk. Lordosis merupakan pembengkokan tulang belakang region lumbar dan
cervical ke dalam secara berlebih. Skoliosis adalah pembengkokan tulang belakang ke lateral
4
Gambar 2.3. Skoliosis.
Mata diperiksa untuk melihat pupil apakah sama besar (isokor) atau tidak sama besar
(anisokor), melihat sclera apakah ikterik atau tidak ikterik, dan melihat konjungtiva apakah pucat
Gambar 2.4. Gambar sclera ikterik (kiri) dan gambar konjungtiva anemis (kanan).
Saat pasien datang berobat, kita sebagai dokter gigi harus dapat melihat ekspresi pasien
apakah pasien tersebut tenang, tampak sakit sedang, atau tampak sakit berat. Ekspresi pasien dapat
membantu kita menilai kondisi psikologis pasien dan dapat membantu kita berkomunikasi efektif
dengan pasien serta memilih perawatan yang sesuai sehingga dapat meringankan rasa sakit pasien.
5
Pemeriksaan kelenjar limfe pada pasien dilakukan pada kelenjar limfe submandibula kanan
dan kiri. Caranya adalah pasien duduk di kursi dental dengan kepala menempel di kursi yang
posisinya agak merebah. Dokter berada di belakang pasien. Dengan menggunakan jari telunjuk
dan jari tengah kedua tangan, tekan lembut menyusuri belakang telinga ke submandibula sampai
arah dagu.
Untuk kasus pertama ini, pemeriksaan ekstra oral seluruhnya tampak normal.
Pemeriksaan intra oral dilakukan untuk melihat kelainan di dalam rongga mulut.
gingivitis, stomatitis
d. Premature loss
h. Frenulum tinggi, sedang, rendah. Cara pemeriksaannya adalah dengan menarik bibir
i. Tonsil To, T1, T2, T3. Cara pemeriksaanya adalah dengan menginstruksikan pasien
untuk membuka mulut lebar dan mengucapkan aaa kemudian lihat daerah yang
bergetar
6
j. Palatum normal, tinggi, dangkal
Pada kasus pertama ini, pemeriksaan intra oral menemukan adanya karies profunda (CP)
pada gigi 64 dan 65, premature loss pada gigi 54 dan 55 yang mengalami penyempitan ruangan,
diastema pada gigi 11 dan 21, serta frenulum labialis yang sedikit rendah.
Pada gigi 64 dan 65 yang terdapat karies profunda, kita lakukan tes vitalitas, tes perkusi,
dan tes tekan. Tes vitalitas merupakan tes yang dilakukan untuk menilai apakah pulpa masih vital
atau sudah non-vital. Tes vitalitas dapat berupa tes termal (panas atau dingin) dan EPT (Electric
Pulp Test). Tes dingin dapat dilakukan dengan batangan es, carbon dioxide, dan chlor etil. Tes
panas tidak dilakukan secara rutin karena biasanya tes ini dilakukan jika keluhan terjadi pada gigi
yang sulit dilokalisir. Tes ini berguna jika keluhan utamanya adalah sensitif terhadap panas. Tes
panas dapat dilakukan dengan air panas, pemberian gutta-percha panas, dan dengan karet poles (
untuk menimbulkan panas akibat friksi). Tes termal tidak dilakukan kepada anak-anak. Untuk
anak-anak, tes vitalitas yang dilakukan adalah tes sondasi, yaitu menilai vitalitas pulpa dengan
menggunakan sonde yang ditempatkan pada kavitas. Selain itu, dapat digunakan juga tes kavitas
apabila hasil tes sondasi masih meragukan atau anak tidak merespon tes. Caranya yaitu dengan
menggunakan bur dan mengebur kavitas sampai anak merespon tes. Tes ini biasanya dilakukan
bila pada kavitas terbentuk dentin sekunder sehingga tes sondasi tidak menimbulkan respon positif.
EPT tidak menunjukkan pulpa sehat atau tidak. EPT ini hasilnya dapat berupa negative
palsu apabila saluran akar terkalsifikasi atau positif palsu apabila terdapat pus dalam saluran akar,
Tes tekan dilakukan untuk menilai ada atau tidaknya kelainan pada periapikal. Tes ini
dilakukan dengan menggunakan gagang sonde atau kaca mulut (ujung tumpul) yang diletakkan di
7
bagian oklusal gigi dan pasien diinstruksikan untuk menggigit. Tes perkusi dilakukan untuk
menilai ada atau tidaknya kelainan pada jaringan periradikuler. Bila respon positif, maka terdapat
kelainan pada jaringan periodontal. Tes ini dilakukan dengan cara mengetukkan ujung tumpul alat
dasar (sonde atau kaca mulut ) yang dipegang tegak lurus dengan mahkota.
Hal terpenting sebelum melakukan berbagai tes adalah membersihkan kavitas terlebih
dahulu dari sisa-sisa makanan. Setelah bersih, maka dapat dilakukan tes sesuai kebutuhan dan akan
Untuk analisis radiologi digunakan foto panoramik, agar dapat melihat semua aspek-aspek
dan kelainan pada gigi dan jaringan periodontal disekitar rahang. Pada pemeriksaan radiologis
ditemukan benih gigi tetap yang masih didalam kurang lebih 5 mm dibawah puncak tulang alveolar
pada regio 64 dan 65. Selain itu pada regio ini juga terjadi prematur loss sehingga terjadi
Pada regio 54 dan 55 terdapat karies profunda yang besar, dengan gejala nyeri yang
spontan. Dan setelah dilakukan pemeriksaan periodontal, didapatkan hasil positif pada tes perkusi
dan tekan, namun negatif pada tes mobiliti. Daerah trifurkasi dan periapikal tampak dalam batas
Pada regio 11 dan 21 terjadi diastema, pada pemeriksaan intraoral terlihat frenulum labialis
yang sedikit rendah. Pada umur 6,5 tahun ketika incisivus sentral atas erupsi akan terlihat space
pada garis median prosesus alveolaris sehingga dapat menyebabkan kesalahan diagnosis sebagai
suatu keadaan frenulum yang abnormal, keadaan ini disebut dengan istilah Ugly duckling stage
8
. Kadang kadang incisivi permanen terlihat croding pada saat erupsi dan incisivi Lateral
berhimpitan ( overlap ) dengan gigi caninus susu. Keadaan ini bisa diatasi bila terdapat leeway
space. Leeway space adalah perbedaan ruangan antara lebar mesiodistal gigi caninus, molar
pertama dan kedua susu dengan caninus premolar pertama dan kedua permanen. Namun hal ini
normal terjadi pada tahap erupsi molar pertama dan incisivi permanen. Tahap 1 ( terjadi pada umur
antara 6 8 tahun ) terjadi penggantian gigi inncisivi dan penambahan molar pertama permanen .
Erupsi merupakan pergerakan gigi terutama mahkota ke arah oklusal namun tidak sampai
pada pembentukan akar. Pergerakan ini dimulai ketika gigi masih di dalam tulang rahang. Erupsi
merupakan proses yang terus menerus dimulai segera setelah mahkota terbentuk. Pada saat yang
sama, tulang rahang bertambah panjang dan tinggi sehingga terdapat gerakan dari seluruh benih
9
Formasi pertumbuhan gigi permanen terjadi secara berkelompok. Kelompok pertama
terdiri dari M1, I1,I2, dan C yang semuanya terbentuk selama tahun pertama, kelompok kedua
terbentuk selama usia 2-4 tahun (P1,P2 dan M2). Kelompok ketiga terdiri dari M3, yang
terbentuk rata-rata 5-6 tahun setelah M2, yang terbentuknya bervariasi secara umum untuk
Gigi pertama pada pertumbuhan gigi permanen yang tumbuh adalah M1. Gigi ini mulai
berkalsifikasi kira-kira waktu kelahiran. Gigi ini muncul kea rah distal terhadap m2 dan lebih
lebar dari gigi susu lainnya. I1 RB adalah gigi permanen kedua yang tumbuh, waktu erupsi
10
terjadi cepat dan hamper bersamaan dengan M1. Kemunculan gigi terjadi antara usia 6-7 tahun
Gigi geligi permanen mandibula cendrung untuk bererupsi sebelum gigi geligi maksila.
I1 RB biasanya bererupsi sebelum I1 RA, dan mungkin bererupsi bersamaan atau sebelum M1
Sebelum I1 menempati posisi, i1 harus ditanggalkan, yang dikenal sebagai resorpsi akar
gigi susu. Gigi permanen yang diselubungi folikelnya berusaha untuk menempati gigi susu
sebelumnya. Tekanan yang diberikan melawan akar gigi susu secara nyata menyebabkan
resorpsi akar, yang berlanjut hingga mahkota gigi susu dan akhirnya tanggal. Di lain pihak, gigi
permanen telah bergerak ke oklusal sehingga, ketika gigi susu hilang gigi permanen dapat
I, C, dan P disebut gigi succedaneous teeth. Karena gigi tersebut menempati gigi susu
sebelumnya.
Resorpsi akar kadang-kadang tidak mengikuti prosedur rutin, dengan hasil bahwa gigi
permanen tidak dapat menembus atau sama sekali tidak keluar dari tempat normalnya.
Kegagalan akar gigi susu untuk meresorpsi dapat mengakibatkan retensi yang berkepanjangan.
pertumbuhan mereka disebelah lateral maksila dalam urutan ketika anak berusia kira-kira 10
tahun. C rahang bawah sering muncul dalam waktu yang sama. P2 mengikuti selama tahun
11
tahun, M2 terletak posterior M1. C RA kadang-kadang bererupsi mengikuti M2 baik RA
setelah usia 12 tahun untuk mendapatkan tempat bagi M3. M3 adalah subjek yang memiliki
3. I2 atas
4. C bawah
5. P1 atas
8. M2 bawah
9. M2 atas
12
I1 RA 3-4 bulan 4-5 tahun 7-8 tahun 10 tahun
13
2.4 Pengertian Premature Loss
Gigi sulung mempunyai peranan yang sangat penting. Selain untuk merangsang
pertumbuhan benih gigi permanen, gigi sulung juga diperlukan untuk mempertahankan
Perkembangan oklusi masa gigi sulung sering mengalami gangguan yang dapat
mempengaruhi hubungan oklusi gigi permanen. Salah satu bentuk gangguan tersebut
adalah premature loss, yaitu hilangnya gigi dari lengkung gigi sebelum gigi penggantinya
mendekati erupsi.
Oleh karena itu, bila terjadi kehilangan dini dari gigi sulung, maka akan terjadi
pergeseran midline, gigi berjejal, perubahan pada lengkung gigi, dan kehilangan ruang
untuk gigi tetap penggantinya akibat adanya gaya ke mesial (mesial drifting tendency) dari
gigi posterior yang telah erupsi pada anak yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan
perkembangan.
Namun, masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan suatu alat yang kita sebut
space maintainer dan space regainer. Kedua alat ini memang berbeda tetapi mempunyai
satu tujuan yang sama yaitu memberikan tempat bagi gigi yang akan erupsi. Perbedaan
dari kedua alat ini lebih kepada pengertian, indikasi, fungsi, bagian alat, dan waktu
penggunaan.
Penyebab utama premature loss pada gigi anterior adalah trauma dan karies gigi,
sedangkan penyebab utama premature loss pada gigi posterior adalah karies dan jarang
14
Faktor-faktor penyebab premature loss ialah:
Ada beberapa hal yang dapat menyebakan hilangnya gigi susu pada anak
diantaranya karies dan trauma gigi yang memainkan peran besar dalam kasus kehilangan
gigi pada umumnya. Karies proksimal serta kehilangan awal berturut-turut geraham sulung
. Hal ini menyebabkan terjadinya kesulitan erupsi gigi permanen sekunder dan gangguan
hubungan oklusi.
1) Karies: gigi yang memerlukan ekstraksi karena karies atau gejala sisa, termasuk
sisa-sisa akar, endodontik dan patah tulang gigi yang melemah oleh karies atau
endodontik.
3. Periodontitis
Penyakit periodontal menanggung kerugian dari struktur tulang dan jaringan lunak
di sekitar gigi yang bertanggung jawab untuk stabilitas mereka. Ada banyak hal yang dapat
15
4. Faktor-faktor lain:
3) Faktor organ yang terlibat: organ utama atau pendukung otot gigi dan tulang
Closure) sehingga dapat mengakibatkan malposisi gigi pengganti yang akan erupsi.
Penutupan ruangan akibat premature loss gigi sulung ini dapat terjadi selama 6 bulan
2. Karies dan premature loss dari gigi sulung molar pertama (D), molar kedua (E), atau
2) Premature loss gigi sulung posterior menyebabkan penutupan ruang sebanyak 2-4
3) Space loss berhubungan dengan usia pada lengkung atas, namun tidak pada lengkung
bawah.
6) Kehilangan ruangan yang lebih banyak terjadi pada tahun pertama setelah premature
loss.
16
7) Tidak ada pemulihan ruangan yang ditunjukkan selama masa pertumbuhan pada
3. Apabila gigi anterior yang hilang, akan mengakibatkan gangguan bicara dan estetik,
bila gigi insisif sulung tanggal karena benturan maka pergeseran atau luka dari gigi
pengganti dapat terjadi. Sedangkan bila gigi kaninus sulung yang hilang akan dapat
menyebabkan crowding anterior serta bila yang hilang gigi molar sulung menyebabkan
hilangnya ruang untuk erupsi gigi premolar tetap. Erupsi gigi premolar terlambat pada
anak-anak yang kehilangan geligi molar sulung pada usia 4-5 tahun atau sebelumnya.
Jika ekstraksi gigi molar sulung dilakukan setelah usia 5 tahun, keterlambatan erupsi
premolar berkurang. Pada usia 8, 9, dan 10 tahun, erupsi premolar yang disebabkan
4. Adanya perkembangan kebiasaan buruk, karena Iidah akan bergerak menuju ruang
kosong yang apabila tidak diterapi maka akan mengakibatkan maloklusi. Gigi dapat
bertahan pada posisinya yang tepat pada lengkung gigi karena adanya aksi dari
beberapa gaya. Jika salah satu gaya tersebut diubah atau dihilangkan, perubahan
hubungan gigi dengan gigi tetangga dapat terjadi dan menyebabkan bergesernya posisi
Space regainer adalah suatu alat aktif baik lepasan maupun cekat yang digunakan
untuk memperoleh kembali ruangan yang hilang pada lengkung gigi akibat gigi permanen
maintainer, maka gigi molar tetap pertama akan mengalami mesial drifting yang
1) Untuk mendapatkan kembali ruang yang pernah ada tapi bukan menciptakan ruang yang
baru
2) Menegakkan kembali gigi yang miring akibat tipping ke arah yang kosong akibat
premature loss
18
3. Terdapat beberapa jenis space regainer cekat yaitu :
Terdiri atas band yang diadaptasikan pada gigi dan sebuah coil terbuka yang
dimasukkan pada kawat berbentuk U. Wire tersebut dimasukkan ke dalam suatu lubang di
band tersebut dan seluruhnya disemenkan ke gigi. Spring yang tertekan akan memundurkan
dan berusaha mendesak sehingga akan memberikan tekanan untuk menekan premolar ke
Tipe alat ini dapat dibuat langsung pada mulut pasien dalam satu pertemuan yang singkat
dan tidak membutuhkan pekerjaan di Lab. Terdapat alat berbentuk menyerupai huruf U, yang
dapat menempel dengan solder perak dan terdapat alat berupa kawat yang memanjang untuk
menghubungi mesial gigi ke daerah edentulus. Kawat berupa per didirikan dengan
menempatkan tabung pita kawat perakitan di mulut, diperluas dan disesuaikan dengan
19
panjang yang diinginkan, kontak gigi mesial dengan area edentulus merupakan jarak antara
Jackscrew space regainer digunakan untuk mendapatkan kembali tempat yang hilang
akibat pergeseran gigi ke daerah yang kosong. Space regainer ini terdiri atas 2 band yang
dipasang pada gigi sebelahnya dan poros berulir dengan skrup dan mur pengunci. Alat ini
diaktivasi secara bertahap untuk mendesak dan memberikan suatu gaya terhadap gigi yang
diband.
20
Gambar 3. Jackscrew
Alat ini terdiri dari kawat lengkung labial/ labial arch wire utnuk retensi dan stabilitas, dengan
pegas lingkaran balik yang terdiri dari kawat nomer 0,025. Dasar dari alat dibuat dari resin akrilik.
Pergerakan dari gigi molar permanen dicapai dengan mengaktivasi ujung bebas kawat bulat dalam
beberapa waktu.
21
b. Split Saddle/ Split Block Space Regainer
Dibedakan dengan tipe kawat free end dari bagian aktifnya. Alat ini mempunyai
alat aktif yang terdiri dari blok akrilik yag terpisah buko lingual dan digabungkan dengan
kawat no. 0,025 dengan bentuk bukal dan lingual loop. Alat ini diaktivasi periodic dengan
membesarkan loop.
Alat ini terdiri dari wire elastic holder dengan cangkolan yang menyalurkan gaya
molar supaya lebih bergeser ke distal. Alat ini disebut sling shot, karena gaya ke distal
diciptakan dari bentangan elastic pada tengah permukaan lingual molar supaya bergerak.
Selain di bagian lingual, bentangan gaya ini juga dapat disimpan pada posisi yang sama
pada permukaan bukal. Bagian elastis ini dapat diganti setiap hari.
lengkung gigi setelah terjadinya premature loss. Space maintainer memungkinkan gigi
permanen untuk dapat erupsi tanpa gangguan pada posisi yang benar.
22
1. Perencanaan Space Maintainer
Penyempitan ruangan (space closure) biasanya terjadi pada 6 bulan pertama setelah
ekstraksi. Ketika gigi sulung hilang dan diindikasikan untuk space maintenance, yang
terbaik adalah memakai alat untuk space maintenance secepat mungkin setelah ekstraksi.
Bahkan jika memungkinkan, pembuatan alat untuk space maintenance dilakukan sebelum
Jika penyempitan ruangan telah terjadi, kadangkala perlu dibuat space maintainer
dengan alasan untuk menciptakan kembali fungsi oklusi normal di area tersebut. Sangat
membantu jika dibuat juga alat untuk memperoleh kembali (regain) ruangan yang hilang
Usia kronologis (chronologic age) pasien tidak begitu penting jika dibandingkan
dengan usia perkembangan (developmental age). Waktu erupsi gigi rata rata, tidak
Sebuah studi yang dilakukan oleh Gron ditemukan bahwa kemunculan (emerge) gigi
permanen berdasarkan perkembangan akar. Gigi erupsi ketika tiga perempat akarnya
tumbuh, tanpa memperhatikan usia kronologis anak. Namun demikian, usia ketika gigi
sulung hilang dapat mempengaruhi waktu emerge gigi penggantinya. Beberapa studi
menemukan bahwa kehilangan gigi molar sulung sebelum usia 7 tahun (kronologis) akan
23
4) Jumlah Tulang yang Melingkupi Gigi yang Belum Erupsi
hilangnya gigi sulung tidak dapat dipercaya jika tulang di sekitar gigi permanen yang
sedang berkembang rusak karena infeksi. Pada beberapa kondisi, emerge gigi permanen
biasanya lebih cepat atau bahkan emerge dengan pertumbuhan akar yang minimum.
Namun demikian, ketika bone loss terjadi sebelum tiga perempat akar gigi permanen
tumbuh, lebih baik tidak terlalu berharap bahwa gigi akan erupsi dengan cepat. Dokter
gigi harus menyediakan space maintainer dan menjelaskan kepada orangtua pasien bahwa
Jika didapati tulang menutupi mahkota, dapat diperkirakan bahwa erupsi tidak akan
terjadi dalam beberapa bulan, maka diindikasikan untuk menggunakan space maintainer.
Dokter gigi harus mengobservasi hubungan antara gigi yang sedang tumbuh dengan
gigi yang sudah erupsi yang berdekatan atau bersebelahan dengan ruangan yang terbentuk
karena premature loss. Sebagai contoh, jika molar kedua sulung mengalami premature loss
dan molar kedua permanen erupsi lebih dahulu daripada premolar kedua, maka ada
impaksi atau deviasi ketika erupsi sehingga menyebabkan keterlambatan erupsi. Pada
24
kasus sseperti ini, umumnya perlu dilakukan ekstraksi gigi sulung, membuat space
maintainer, dan menyediakan ruang untuk erupsi gigi permanen sehingga berada pada
posisi normalnya. Jika gigi permanen lawannya sudah erupsi, lebih baik dibuat occlusal
Jika gigi permanen secara kongenital tidak ada, dokter gigi harus
berkonsultasi dengan bagian orthodontik untuk pasien dengan kasus seperti ini.
Persiapkan waktu yang cukup untuk menjelaskan kondisi yang sedang terjadi,
diskusikan kemungkinan terjadinya maloklusi di kemudian hari jika tidak dilakukan space
maintenance. Perlu ditekankan bahwa alat space maintenance tidak untuk mengoreksi
maloklusi yang sudah terjadi, tapi hanya akan mencegah kondisi yang lebih parah atau
lebih kompleks.
25
Band and loop space maintainer termasuk ke dalam fixed space maintainer. Space
maintainer jenis ini mudah dibuat dan ekonomis. Band and loop space maintainer juga
mudah disesuaikan untuk mengakomodasi perubahan gigi geligi. Akan tetapi, band and
loop space maintainer tidak merestorasi fungsi penguyahan dan tidak dapat mencegah
supraerupsi gigi lawan, hal ini mungkin dapat menjadi faktor penting bergantung pada
kasus. Sama seperti space maintainer lain yang menggunakan band sebagai retensi, space
maintainer ini harus dilepas setiap satu tahun sekali sehingga gigi penyangga dapat
diperiksa dan dipoles. Kemudian fluoride diaplikasikan dan alat disementasi kembali.
Gambar 7. A. Band and loop space maintainer pretreatment dan B. Post treatment
26
Distal Shoe digunakan ketika gigi molar dua sulung tanggal/premature loss
sebelummolar satu permanen erupsi. Fungsinya adalah untuk menuntun erupsi dari
rahang.Karateristik dari distal shoe space maintainer terdiri dari stainless steel crown
atau band (tergantung indikasi) ditempatkan pada molar satu sulung dan stainless steel
tepat di depanmolar satu permanen yang belum erupsi dan tidak boleh mengenai folikel
Adapun kontraindikasi dari penggunaan alat ini ialah pada pasien dengan oral
sehingga abutment akan kurang mendukung alloy yang disemen, dan kurangnya kerja
Pada keadaan saat distal shoe merupakan kontra indikasi, perawatan yang dapat
dilakukan yaitu dengan menggunakan alat yang removable atau cekat yang tidak memasuki
jaringan tetapi memberi tekanan pada ridge mesial molar permanen yang belum erupsi.
27
(3) Lingual Arch
Lingual arch merupakan space maintainer yang terdiri atas crown atau band (sesuai
indikasi) pada sisi kiri & kanan rahang yang dihubungkan dengan kawat yang dibuat
melalui permukaan lingual darigigi-gigi. Lingual arch mempunyai persyaratan molar satu
permanen sudah erupsi, dan gigi insisivus permanen sudah erupsi secara sempurna.
Space maintainer lepasan digunakan khusus bila gigi hilang dalam satu kuadran
lebih dari satu gigi. Alat lepasan ini sering merupakan satu-satunya pilihan karena tidak
adanya gigi penyangga yang sesuai untuk alat cekat. Alat ini dapat ditambahkan gigi-gigi
artificial untuk mengembalikan fungsi estetik. Alat ini digunakan pada rahang atas maupun
rahang bawah dimana telah kehilangan gigi bilateral lebih dari satu, alat ini jugadigunakan
28
pada kasus tanggalnya gigi M2 sulung sebelum erupsi M1 permanen. Space maintainer
GTS memiliki konstruksi yang sederhana, pergerakan fungsional baik dan biaya yang
relatif murah. Pembersihan GTS dan gigi yang tepat penting untuk mengurangi
kemungkinan berkembangnya lesi karies yang baru, alat space maintainer lepasan dari
berbagai tipe tidak boleh dianjurkan untuk pasien anak yang mempunyai masalah karies
dan kebersihan mulut yang jelek. Masalah yang sering timbul dari pemakaian alat ini
adalah malasnya anak memakai alat sehingga fungsi space maintainer tidak tercapai dan
(7) Kelas 7 : Telah kehilangan satu atau lebih geligi anterior sulung
mandibula
3) Perencanaan
(1) Landasan akrilik harus menutupi seluruh bagian palatum sampai daerah getar
rahang atas
(2) Perluasan ke arah labial, jika diperlukan harus pendek dan warnanya sesuai jaringan
sekitar
(3) Arah penempatan cangkolan pada gigi caninus harus disesuaikan dengan usia anak
(4) Jika akan digunakan dalam jangka waktu yang lama, harus dibuatkan lingual bar
(5) Jenis cangkolan (cangkolan adam, circumferential clasp, dan balls clasp)
4) Pemasangan
Saat pemasangan space maintainer lepasan pertama kali, anak dan orangtua
dicontohkan di depan kaca oleh dokter, lalu pasien mencoba sendiri. Pemeliharaan dapat
30
dilakukan dengan cara melepas ketika tidur dan di rendam dalam air, dan rutin di
bersihkan.
pasien maupun orang tua dari pasien. Rencana perawatan ditentukan sesuai dengan
diagnosis. Setelah pasien diberikan pendidikan kesehatan gigi dan oral profilaksis,
dokter gigi segera melakukan perawatan pada pasien. Dokter gigi juga melakukan
dilakukanlah pemasangan alat. Pasien diminta untuk datang kontrol satu minggu
menjaga kebersihan mulutnya dan dokter gigi juga melakukan oral profilaksis.
(1) Aplikasi florida topical untuk mencegah karies dan dekalsifikasi gigi
(2) Pemeriksaan foto rontgen untuk melihat reaksi jaringan pada pemasangan
alat
(3) Skeling dengan hati-hati pada gigi yang memiliki karang gigi
(5) Penggunaan sikat gigi yang lunak untuk menghilangkan sisa-sisa makanan
1. Apabila terjadi kehilangan gigi sulung dan gigi penggantinya belum siap
erupsi menggantikan posisi gigi sulung tersebut dan analisa ruang menyatakan
2. Jika ada kebiasaan yang buruk dari anak, misalnya menempatkan lidah di
tempat yang kosong atau menghisap bibir maka pemasangan space maintainer
gigi ke tempat yang kosong yang mengakibatkan tidak terdapatnya cukup ruang
bagi gigi permanen untuk erupsi. Hal inilah yang menyebabkan gigi permanen
tempat yang hilang tersebut. Pemakaian space regainer ini berfungsi untuk
mencegah perawatan orthodonti yang lebih rumit pada gigi permanen. Tujuannya
untuk mendapatkan kembali ruang yang pernah ada tapi bukan menciptakan ruang
yang baru. Selain itu juga untuk menegakkan kembali gigi yang miring akibat
tipping ke arah yang kosong akibat premature loss. Biasanya digunakan pada anak
32
2.8.3 Kontraindikasi Pemasangan Space Regainer
yang telah erupsi dengan susunan tempat yang benar, karena pemakaian space
regainer malah akan merusak susunan gigi yang sudah benar. Selain itu, space
regainer tidak digunakan jika benih gigi permanen tidak ada, pertumbuhan rahang
tidak sempurna, gigi pengganti sudah mendekati erupsi, ditandai dengan tidak
adanya tulang alveolar yang menutupi mahkota gigi pengganti pada gambaran
1. Tidak terdapat tulang alveolar yang menutup mahkota gigi tetap yang akan
erupsi.
2. Kekurangan ruang untuk erupsi gigi permanen
3. Ruangan yang berlebihan untuk gigi tetapnya erupsi
4. Kekurangan ruang yang sangat banyak sehingga memerlukan tindakan
pencabutan dan perawatan orthodonti
5. Gigi permanen penggantinya tidak ada
2.9.1.1 Devitalisasi
jaringan Pulpa di saluran akar dalam keadaan steril dan non vital dengan obat-
obatan mumifikasi
1. Kontraindikasi
33
1) Pada gigi sulung dengan abses/gigi non vital
2) Pada gigi sulung yang meradang dimana resorpsi akar hampir selesai
2. Indikasi
3. Material :
2) Oxpara : materi pengisi saluran akar, terdiri dari gutta percha, silver cones,
campuran pasta dan lain-lain (Dorland, 28th ed, p631 & Boucher's Clinical Dental
3) ZOE
4) Calxyl
4. Prosedur Perawatan
1) Kunjungan I
(b) membuang jaringan pulpa dengan bor bundar kecepatan rendah no 6/8 atau dengan
ekskavator sendok
(c) Kontrol Hemoragi dengan cotton pellet sekitar 5 menit di bagian orifis radiks pulpa
2) Kunjungan II
34
(a) isolasi gigi
3) Kunjungan III
(b) aplikasi calxyl + zinc oxide eugenol + semen fosfat dan tambalan permanen
Devitalisasi lebih disarankan untuk gigi anak karena Amputasi vital lebih memprovokasi
sakit terutama bila distimulasi oleh udara dingin, panas, dan lain-lain.
2.9.2 Restorasi
Stainless steel crown biasa disebut juga dengan chrome steel crown.
Material yang digunakan adalah alloy yang mengandung kromium sebanyak 18%
dan nikel 8%, dengan kandungan karbon sebanyak .8% sampai 20%.
1. Sifat Crown :
tang
Stainless steel crown tersedia dalam 6 ukuran untuk gigi sulung, ukuran
35
2. Indikasi
dentinogenesis imperfecta
gigi permanen muda dimana tingkat fraktur struktur korona gigi yang tersisa
meningkat
(abutment)
3. Kontraindikasi
periapikal.
4. Prosedur Klinis
1) Tooth Preparation
36
Pasien diberikan anestesi lokal dan isolasi gigi yang aan dipreparasi
Gambar 10. Isolasi gigi menggunakan rubber dam dan mengurangi permukaan mesial dan distal
secara minimal, hanya untuk memenghilangkan kontak (Mathewson, 1995)
Kurangi bagian cusp dan oklusal dengan bur no 330 (atau bur diamond taper) ikuti kontur
permukaan oklusal sehingga didapatkan perbedaan 1-1,5 mm dengan gigi tetangga. Pengurangan
Gambar 11. Mengurangi permukaan oklusal dengan bur No.330 atau bur diamond tapered
(Mathewson, 1995)
Dengan menggunakan bur no no 330 (atau bur diamond taper) kurangi juga garis-garis tajam dan
sudut tajam, Jika dibutuhkan kurangi bagian bukal atau lingual dengan bur diamond tapered untuk
37
Gambar 12. Mengurangi garis-garis tajam dan sudut tajam (Mathewson, 1995)
2) Crown Selection
Terdapat 3 pertimbangan utama dalam pemilihan SSC, yaitu diameter mesial distal sesuai,
resistensi penempatannya sesuai, dan ketinggian oklusal sesuai. Mahkota juga harus lebih
Gambar 13. Berbagai jenis ukuran SSC (Departemen pedodonsia FKG Unair)
3) Crown Adaptation
Dengan menggunakan thumb forcep, pilih ukuran mahkota yang sesuai. Ukuran
mahkota yang paling sering digunakan adalah no 4 dan 5. Cocokan mahkota pada gigi
pasien. Mahkota harus pas, dengan kelebihan 2-3 mm di gingival. Mahkota masih perlu
38
Gambar 14. Memilih mahkota dengan thumb forcep dan menandai margin gingival dengan
scaler (Mathewson, 1995)
Lepas mahkota dari preparasi gigi, dengan crown and bridge scissor, potong
kelebihan 1 mm dari gingival. Jika warna gingival memucat maka mahkota harus di trim
ulang dan jika mahkota masih tidak bisa beradaptasi dengan baik, maka kurangi permukaan
Kontur mahkota dengan pliers mengunakan pliers no 114 untuk merekontur sepertiga gingival
mahkota. Dengan crown crimping pliers no 800-417, jepit bagian margin mahkota.
39
Gambar 16. Kontur mahkota dengan pliers no.114 dan pegangan margin dengan crown
crimping plier (Mathewson, 1995)
Langkah terakhir dalam adaptasi mahkota ini adalah mengecek semua batas dan
4) Crown Finishing
Pada tahap ini digunakan large green stone untuk membuat akhiran knife edge pada
batas servikal. Lalu menhaluskan dan memoles margin dengan rubber wheel. Poles
keseluruhan mahkota dengan wire brush dan lepas rubber dam jika mahkota akan
disementasi.
40
Selanjutnya adalah menguji coba mahkota dan mengecek oklusi, cek kontak mesial
5) Crown Cementation
Ada beberapa pilihan semen untuk sementasi crown dan status pulpa merupakan
faktor penting yang dapat membantu menentukan pilihan semen yang akan digunakan.
Varnish kavitas harus diaplikasikan secara rutin sebelum stainless steel crown
disementasikan pada gigi vital. Pilihan semen yang dapat digunakan ada 5, yaitu:
(1) Aplikasi salep lidocaine atau petroleum jelly pada area kontak sebelum sementasi
(3) Manipulasi semen. Semen yang paling sering digunakan untuk sementasi stainless
(5) Dudukkan crown pada gigi, biasanya sisi lingual terdahulu dahulu kemudian sisi
bukal.
(6) Letakkan Burlew dryfoil strip diatas crown untuk membebaskan gigi dari
(7) Hilangkan kelebihan semen dengan scaler atau explorer. Poles crown dengan pasta
acidulated phosphate fluoride prophylaxis. Periksa seluruh area sulkus gingiva dari semen
yang tersisa. Kelebihan semen ini dapat menimbulkan inflamasi gingival dan
c. Sementasi tidak sesuai dengan crown atau terdapat margin yang terbuka.
2.10 Diastema
2.10.1 Definisi
Diastema adalah suatu ruang yang terdapat diantara dua buah gigi yang
berdekatan. Diastema ini merupakan suatu ketidaksesuaian antara lengkung gigi dengan
42
lengkung rahang. Bisa terletak di anterior ataupun di posterior, bahkan bisa mengenai
seluruh rahang. Diastema sentral rahang atas adalah ruang yang terdapat diantara gigi
insisif sentral rahang atas (Proffit dan Fields, 2000). Diastema sentral rahang atas,
merupakan suatu maloklusi yang sering muncul dengan ciri khas yaitu berupa celah yang
terdapat diantara insisif sentral rahang atas. Seringkali diastema ini menyebabkan
gangguan estetik bagi sebagian orang, terutama diastema yang terdapat di anterior,
sementera bagi sebagian orang diastema ini dianggap sebagai suatu ciri khas dari orang
tersebut dan bukan merupakan gangguan bagi penampilan estetiknya. Oleh karena itu
bagi sebagian orang diastema sentral ini merupakan suatu gangguan estetik terhadap
penampilannya, maka banyak orang yang mencari dan meminta pertolongan dari dokter
gigi untuk mengkoreksi kelainan tersebut. Dengan telah dikoreksinya kelainan tersebut,
mereka berharap akan lebih menambah baik penampilannya dan akan meningkatkan rasa
Banyak cara dilakukan untuk menghilangkan diastema sentral ini, dalam banyak
kasus dengan hanya perawatan ortodonti sudah dapat menyelesaikan masalah, tetapi pada
beberapa kasus perlu perawatan tambahan baik dari segi konservasi, prostodonti, ataupun
43
Gambar 19. diastema
Abnormalitas dari bentuk dan ukuran gigi merupakan akibat dari adanya gangguan
mengalami variasi dalam hal ukuran gigi. Gigi yang paling sering mengalami variasi
derajat, rotasi yang menyebabkan diastema sentral ialah rotasi yang mencapai
Frenulum yang normal perlekatannya berada pada gusi cekat di atas gigi insisif sentral.
langsung yang disebut blanch test. Caranya dengan mengangkat bibir atas kea rah
depan atas dengan ibu jari dan telunjuk kedua tangan. Bila normal jaringan ikat
frenulum tidak mengalami peregangan sehingga tidak ada jaringan yang pucat, tetapi
apabila perlekatan frenulum rendah maka jaringan frenulum yang tertarik akan
meregang dan pucat. Hal ini terjadi karena perlekatannya berada pada jaringan lunak
45
Gambar 21. Perlekatan Frenulum abnormal
radiografi. Bila frenulum perlekatannya sampai ke palatum, jaringan ikat frenulum berjalan
melintang
Diagnosa pasti dari gigi supernumerer di median line yang disebut juga mesiodens
ditentukan berdasarkan dari gambaran radiografis, foto panoramic, atau oklusal, terkecuali
apabila gigi supernumerer tersebut telah erupsi ke dalam rongga mulut. Lebih sering terjadi
pada gigi rahang atas dibandingkan dengan gigi rahang bawah, dan lebih sering terjadi
46
Gambar 22. Gigi Supernumerer (mesiodens)
Kehilangan gigi secara kongenital ialah suatu kedaan dimana benih gigi yang tidak
berkembang untuk mengalami dan keluar dari rongga mulut. Berdasarkan penelitian
Pada saat insisif sentral rahang atas erupsi biasanya selalu terdapat ruangan
dianataranya. Ruangan ini biasanya berkisar antara 2mm (berkisar antara usia 6-10
47
tahun) dan akan berkurang pada saat erupsi gigi insisif lateral permanen dan menutup
dengan sendirinya pada saat erupsi gigi kaninus permanen. Hal ini terjadi karena posisi
dari gigi kaninus permanen yang belum erupsi sering terletak di superior dan distal dari
akar gigi insisif sentral, yang kemudian menekan akar-akar gigi insisif sentral dan
lateral bergerak kea rah midline, sementara mahkota nya menyebar kearah distal.
Terjadinya kegagalan dalam penutupan median line karena adanya kegagalan pada saat
pertumbuhan dan perkembangan, dimana terdapat sisa dari jaringan epithelial yang
jaringan ikat dan jaringan epithelial diantara tulang palatum. Diagnosa ditentukan
berdasarkan gambaran radiografi, dimana septum tulang diantara gigi insisif sentral
2.11.1 Ortodonti
Dalam kasus ini diastema pada gigi insisivus sentral rahang atas adalah hal
normal. Fase ini disebut ugly duckling stage, dimana insisivus sentral akan terlihat
renggang pada awalnya dan diastema itu akan berkurang seiring dengan erupsinya gigi
kaninus rahang atas. Dalam kasus ini pasien berusia 8 tahun dimana fase ini normal
terjadi.
Pada kasus dimana diastema kecil (kurang dari 2 mm) terjadi, ruangan antara
gigi insisif sentral dapat tertutup dengan sendirinya seiring dengan erupsi kaninus.
orthodontic lepasan dengan desain berupa clasp, fingerspring, dan anterior bow.
49
Gambar 26. Proses penutupan diastema dengan alat ortodonti lepasan
B. Fingerspring diaktivasi
C. Posisi akhir setelah perawatan orthodontic dapat dipertahankan dengan alat yang sama
Ketika diastema besar (lebih dari 2 mm) terjadi, perlu dicurigai adanya gigi
supernumerer. Diperlukan foto radiografi oklusal atau periapikal untuk melihat kondisi
Apabila pasien telah berusia 12 tahun dimana kaninus pasien telah erupsi dan pasien tetap
orthodontic lepasan. Apabila frenektomi diperlukan, dapat dirujuk ke spesialis bedah mulut.
50
2.11.2 Frenektomi
Prosedur ini juga dapat meningkatkan tingkat mobilitas lidah (pada kasus frenum
lingual yang tinggi pada mandibula) dan menambah segi estetik pada pasien.
terbatas pada lidah sehingga mengalami kesulitan saat mengunyah, serta dapat
yang rendah juga dapat menyebabkan masalah di area antara incisive central
3. Jika pada marginal gingiva menyebabkan tarikan yang kurang menguntungkan pada
mukosa
4. Jika frenulum berperan pada terjadinya median diastema (untuk labial frenektomi)
5. Jika terjadi ankyloglossia atau perlekatan yang tinggi pada frenulum lingual (untuk lingual
frenektomi)
Kontra Indikasi:
51
Frenektomi Labial
Frenulum bukanlah tali muskular tetapi terdiri dari mukosa dan jaringan ikat
fibrosa yang berfungsi untuk membatasi gerak bibir. Frenulum labial superior adalah yang
paling sering menimbulkan masalah dan dapat ditangani dengan insisi elips di sekitarnya.
Eksisi dari frenulum labialis dapat dilakukan dengan berbagai cara. Metode yang
Prosedurnya adalah :
1.Setelah anestesi lokal, bibir ditarik ke atas dan frenulum dipegang dengan menggunakan
2.Bibir kemudian diretraksi dan lakukan insisi dengan menggunakan pisau bedah yang tipis pada
jaringan yang telah di hemostat, pertama-tama pada jaringan dibelakang hemostat bawah dan
52
kemudian di belakang haemostat atas.
3. Bila frenumnya hipertropik dan terdapat ruang yang besar diantara insisif lateral, jaringan
53
Gambar 29. Teknik Frenektomi
4.Setelah mukosa diambil, dilakukan penyesetan dari lateral pada bidang supraperiosteal
untuk membebaskan tali-tali fibrosa dari tempat perlekatan. Lakukan perapihan dari batas
5. Setelah itu lakukan penjahitan yang terputus sepanjang batas lateral dari luka pada arah yang
linear. Penempatan jahitan pertama sangat penting karena cenderung menentukan ke kedalaman
vestibular. Jahitan ini melalui tiga lapisan yaitu mukosa, periosteum kemudian mukosa lagi.
Penutupan disempurnakan dengan jahitan terputus tambahan atau dengan teknik kontinu. Edema
labial dapat dikontrol dengan aplikasi es, pembalut eksternal dengan penekanan atau keduanya.
54
Gambar 31. Teknik Frenektomi
55
BAB III
DISKUSI
1. Pertanyaan oleh Aris Budi Wibowo NPM 160110130034: Mengapa premature loss pada
Jawab (Atina Ghina Imaniyyah NPM: 160110130046): karena premature loss m2 bisa
menyebabkan terjadinya mesial drifting gigi M1 sehingga tidak ada ruang untuk gigi P2.
56
BAB IV
KESIMPULAN
Dalam kasus, ini Aisyah mendapat diagnosa pulpitis reversibel dengan differential
diagnosis berupa abses periapikal. Diagnosa diketahui dari anamnesis dimana nyeri berdenyut dan
spontan. Pada pemeriksaan klinis juga ditemukan karies profunda dan nyeri perkusi serta tekan
positif. Rencana perawatannya berupa pulpotomi devitalisasi atau pulpotomi mortal kemudian
Selain itu Aisyah mengalami premature loss pada gigi 54 dan gigi 55 dimana telah terjadi
penyempitan ruangan dan gigi molar satu tetap telah terlihat bergeser ke depan. Dan dari hasil
radiologi ditemukan bahwa benih gigi tetapnya masih kurang lebih 5 mm dibawah puncak tulang
alveolar. Oleh karena itu ruangan perlu didapatkan kembali dengan mengaplikasikan space
regainer Gerber (fixed). Space regainer Gerber dipilih karena waktunya lebih singkat, yaitu hanya
membutuhkan satu kali pertemuan. Setelah didapatkan ruangan setelah pemakain space regainer
Gigi renggang pada Aisyah merupakan masalah akibat frenulum Aisyah yang sedikit
rendah, namun karena usia Aisyah masih 8 tahun dan masih normal terjadinya diastema (ugly
57
DAFTAR PUSTAKA
McDonald, R. E. and Avery, D. R. 2005. Dentistry for the Child and Adolescent. 8th ed. Mosby
Co, Inc.
58