Makalah PBL Blok 29
Makalah PBL Blok 29
Tiffany
10.2012.368
F7
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Email: christina.tiffany10@yahoo.com
Pendahuluan
Dalam keadaan normal, jumlah cairan dan elektrolit selalu seimbang, artinya
intake (asupan) air dan elektrolit akan dikeluarkan dalam jumlah yang sama. Asupan
air dan elektrolit berasal dari minuman dan makanan yang dikonsumsi sehari hari
serta dari hasil oksidasi di dalam tubuh. Air dikeluarkan dari tubuh dakam bentuk
urin, tinja dan insensible water loss atau pengeluaran yang tidak dirasa, seperti
keringat dan pernapasan.1
Pembahasan
Dehidrasi adalah kehilangan air dari tubuh atau jaringan atau keadaan yang
merupakan akibat kehilangan air abnormal. Menurut Guyton (1995), dehidrasi adalah
hilangnya cairan dari semua pangkalan cairan tubuh. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa dehidrasi merupakan keadaan kehilangan cairan tubuh.2
Terdapat banyak sebab kehilangan cairan tubuh dan kandungan elektrolit di
antaranya kehilangan melalui kulit seperti diaforesis,luka bakar. Kehilangan cairan
tubuh melalui saluran pencernaan misalnya muntah, diare, drainase dari gastrik
intestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui saluran perkemihan, misalnya karena
diuresis osmotik, diabetes insipidus.2
1
Beberapa penyebab dehidrasi yang sering:3
o Gastroenteritis. Diare adalah etiologi paling sering. Pada diare yang disertai
muntah, dehidrasi akan semakin progresif. Dehidrasi karena diare menjadi
penyebab utama kematian bayi dan anak di dunia.
o Stomatitis dan faringitis. Rasa nyeri mulut dan tenggorokan dapat membatasi
asupan makanan dan minuman lewat mulut.
o Ketoasidosis diabetes (KAD). KAD disebabkan karena adanya diuresis
osmotik. Berat badan turun akibat ke- hilangan cairan dan katabolisme
jaringan.
o Demam. Demam dapat meningkatkan IWL dan menurunkan nafsu makan.
o Selain hal di atas, dehidrasi juga dapat dicetuskan oleh kondisi heat stroke,
tirotoksikosis, obstruksi saluran cerna, fibrosis sistik, diabetes insipidus, dan
luka bakar.
Berdasarkan gambaran elektrolit serum, dehidrasi dapat dibagi menjadi 3:
2
terjadi karena pemasukan (intake) elektrolit lebih banyak daripada air (Dell,
1973 dalam Suharyono, 2008).
2-5% Ringan
5-10% Sedang
10-15% Berat
15-20% Fatal
3
Mekanisme yang terlibat dalam menimbulkan syok akibat dehidrasi serupa
dengan yang terjadi pada syok karena hemoragi. Kehilangan cairan dari tubuh
menurunkan volume vaskuler, yang menghasilkan aliran balik vena. Curah jantung
menurun, tekanan darah menurun , dan perfusi ke jaringan dan organ berkurang.
Mekanisme adaptif fisiologi dilakukan dalam upaya memperbaiki tekanan darah,
volume cairan, dan akhirnya perfusi. Penggantian cairan dan pengobatan terhadap
penyebab dasar dapat secara cepat memperbaiki volume darah.4
Syok Hipovolemik
4
Penyebab terjadinya syok hipovolemik5 :
1. Perdarahan
Hematom subkapsular hati
Aneurisma aorta pecah
Perdarahan gastrointestinal
2. Kehilangan plasma
Luka bakar yang luas
Pankreatitis
Deskuamasi kulit
3. Kehilangan cairan ekstraseluler
Muntah (vomitus)
Dehidrasi
Diare
Terapi diuretik yang sangat agresif
Diabetes insipidus
Insufisiensi adrenal
Gejala dan tanda yang disebabkan oleh syok hipovolemik akibat non
perdarahan serta perdarahan adalah sama meski ada sedikit perbedaan dalam
kecepatan timbulnya syok. Respons fisiologi yang normal adalah mempertahankan
perfusi terhadap otak dan jantung sambil memperbaiki volume darah dalam sirkulasi
dengan efektif. Disini akan terjadi peningkatan kerja simpatis, hiperventilasi,
pembuluh vena yang kolaps, pelepasan hormon stres serta ekspansi besar guna
pengisian volume pembuluh darah dengan menggunakan cairan interstitial,
intraselular dan menurunkan produksi urin. 5
5
Perfusi ke susunan saraf pusat dipertahankan dengan baik sampai syok
bertambah berat. Penurunan kesadaran adalah gejala penting. Transisi dari syok
hipovolemik ringan ke berat dapat terjadi bertahap atau malah sangat cepat, terutama
pada pasien usia lanjut dan yang memiliki penyakit berat dimana kematian
mengancam. Dalam waktu yang sangat pendek dari terjadinya kerusakan akibat syok
maka dengan resusitasi agresif dan cepat. 5
6
Terapi resusitasi cairan dinyatakan berhasil dengan menilai perbaikan
outcome dinamik klinis, seperti1 :
Terapi Diare6
Untuk penatalaksanaan diare, ada 2 hal yang harus diperhtikan, antara lain:10
- Rehidrasi
Rehidrasi ini bisa diberikan secara oral maupun parenteral
- Obat adsorben
Contohnya adalah norit, kaolin, attapulgit, smectite
- Antibiotik
Diberikan hanya untuk kasus diare dengan tinja berlendir/berdarah (disentri) dan
diare dengan tinja seperti air cucian beras (kolera)
Terapi Muntah6
- Anti emetic
Contohnya dalah metoklopramid, proklorperazin, hoisin, atau yang lebih baru
adalah ondansetron
7
Pemeriksaan Penunjang Diare 6
1. Tes Darah
Hitung darah lengkap, anemia/ trombositosis mengarahkan dugan adanya
penyakit kronis. Albumin yang rendah bisa menjadi patokan untuk tingkat
keparahan penyakit namun tidak spesifik.
2. Kultur Tinja
Bisa mengidentifikasikan organisme penyebab. Bakteri C. difficile ditemukan
pada 5% orang sehat; oleh karenanya diagnosis ditegakkan berdasarkan
adanya gejala disertai ditemukannya toksin, bukan berdasarkan ditemukannya
organisme saja.
Kesimpulan
Daftar Pustaka