Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
Dalam bidang arsitektur, utilitas adalah hal-hal yang menyebabkan bangunan dapat
difungsikan dengan baik.Utilitas merupakan hal yang sangat vital pada suatu
bangunan.Dengan adanya penerapan system utilitas yang benar dan tepat maka bangunan
tersebut dapat berfungsi sebagai mana mestinya. Sebaliknya, apabila penerapan system
utilitas kurang baik, naka fungsi bangunan akan terhambat.
Dalam system utilitas terdapat system transportasi bangunan.System transportasi yang
dimaksudkan merupakan alat yang menunjang atau memeberi fasilitas sirkulasi dalam
bangunan gedung bertingkat, serta merupakan sarana prasarana yang memperlancar
pergerakan manusia menuju satu tempat ketempat lainnya yang ada didalam.Transportasi
pada bangunan dapat dibagi secara vertical dan horizontal serta non mekanis dan mekanis.
Salah satu masalah yang menjadi pemikiran pada perencanaan bangunan bertingkat banyak
adalah masalah pada transportasi, baik yang bersifat non mekanis ( tangga, ramp) maupun
yang bersifat mekanis (elevator, escalator, conveyor dan lain-lain).
Dalam pembangunan gedung tinggi tentunya dibutuhkan teknologi yang canggih untuk
mendukung transportasi bangunan.Transportasi bangunan adalah suatu kelengkapan
fasilitas yang digunakan untuk menunjang tercapainya unsure-unsur kenyamanan,
keselamatan, kesehatan, kemudahan komunikasi, dan mobilitas dalam pembangunan.

1. 2 RUMUSAN MASALAH.
1. Apa saja sistem transportasi non mekanis yang terdapat pada objek ( rumah
tinggal) ?
2. Bagaimana sistem transportasi non mekanis yang terdapat pada objek ( rumah
tinggal) ?
3. Apa saja bagian-bagian struktur dari tangga yang terdapat pada objek ( rumah
tinggal) ?
4. Apa bahan konstruksi tangga pada objek ( rumah tinggal) ?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan tangga pada objek ( rumah tinggal) ?
6. Bagaimana perhitungan tangga pada objek ( rumah tinggal) ?

1. 3 TUJUAN.
1. Untuk mengetahui system transportasi non mekanis yang terdapat pada objek (
rumah tinggal)
2. Untuk mengetahui keadaan sistem transportasi non mekanis yang terdapat pada
objek ( rumah tinggal)
3. Untuk mengetahui bagian-bagian struktur dari tangga yang terdapat pada objek
( rumah tinggal) ?
4. Untuk mengetahui bahan konstruksi tangga pada objek ( rumah tinggal)
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan tangga pada objek ( rumah
tinggal)

Sains Bangunan dan Utilitas 1 1


6. Untuk mengetahuiperhitungan tangga pada objek ( rumah tinggal)
1. 4 MANFAAT.
1. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai komponen, jenis, serta
standar ukuran yang ada pada system transportasi non mekanis bangunan
rumah hunian bertingkat.
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam pembuatan makalah dan
presentasi.
3. Untuk meningkatkan wawasan pengetahuan mahasiswa tentang utilitas
bangunan khususnya pada system tangga dengan metode observasi.

Sains Bangunan dan Utilitas 1 2


BAB II

METODE DAN OBJEK

2.1. METODE

2.1.1. Rancangan

Hasil laporan ini merupakan hasil observasi tentang system transportasi non
mekanis pada rumah tinggal atau hunian lantai II yang disusun dengan
pendekatan kualitatif untuk mendapatkan penjelasan secara deskriptif, dengan
teknik pengumpulan data yang berupa observasi (pengamatan secara
langsung).Dan studi dokumentasi.

Dalam observasi ini diambil Rumah Tinggal atau Hunian sebagai objek
penelitian yang berlokasi di jalan Mandalasari V/4 Denpasar sebagai studi
kasus untuk materi kuliah sains dan utilitas 1 pada system transportasi non
mekanis.

2.1.2. Jenis dan Sumber data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini sebagaian besar terdiri dari
data kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka.Dan
sebagiannya lagi berupa data kualitatif yaitu data yang berbentuk kalimat atau
uraian dan data dokumentasi berupa foto-foto letak system transportasi non
mekanik (tangga) yang ada pada bagian bangunan rumah tinggal.

2.1.3. Alat Pegumpulan Data

Dalam pengumpulan data observasi, kami menggunakan alat bantu berupa


pedoman hasil wawancara terhadap pemilik rumah, ditunjang juga dengan
beberapa alat bantu lain seperti alat tulis untuk mencatat informasi baik secara
manual maupun elektronik, meteran untuk mengukur tinggi lebar dan panjang
tangga. Selain itu kami mempergunakan kamera untuk mengambil data berupa
foto-foto tangga pada objek rumah tinggal.

2.1.4. Teknik/Metode Pengumpulan Data

Metode yang kami pergunakan dalam pengumpulan data adalah berupa


observasi langsung dan dokumentasi sebagai bukti fisik.

2.1.5. Teknik Analisis Data

Hasil laporan ini merupakan hasil olahan data secara kualitatif, kuantitatif
dan deskriftif.Seluruh data diperoleh dari berbagai sumber baik hasil dari
observasi, ataupun studi dokumentasi, dibandingkan dengan literature dan
referensi internet, ditranskripsikan dalam bentuk tulisan dan pendeskripsian.

Sains Bangunan dan Utilitas 1 3


2.2. OBJEK OBSERVASI

Nama Pemilik : Ir. I Made Sukarma

Di bangun : Tahun 1998

Alamat : Jalan Mandalasari V/4 Denpasar

Luas lahan : 2500 m2 (2,5 are)

Luas bangunan :- Lantai I : 131.25 m2

- Lantai II : 131,25 m2

Jumlah lantai : 2 Lantai

Fungsi : Bangunan ini difungsikan sebagai rumah tinggal,


yang dimana dalam bangunan ini dihuni oleh 4
orang civitas yang terdiri dari seorang ayah
sebagai kepala keluarga, seorang ibu, dan dua
orang anak-anaknya.

Peta lokasi : Gambar 2.2.1 Rumah tinggal

Sains Bangunan dan Utilitas 1 4


Sumber :www.google.co.id

Sains Bangunan dan Utilitas 1 5


2.3. FOTO HASIL OBSERVASI.

Gambar 2.3.1 tampak luar bangunan


sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 2.3.2 tampak depan lantai II


sumber : dokumentasi pribadi

Sains Bangunan dan Utilitas 1 6


Gambar 2.3.3 tampak depan menuju objek bangunan
sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 2.3.4 jalur transportasi non mekanis pada rumah (tangga)


sumber : dokumentasi pribadi

Sains Bangunan dan Utilitas 1 7


Gambar 2.3.5 jalur transportasi non mekanis pada rumah (tangga)
sumber : dokumentasi pribadi

Gambar 2.3.6 jalur tangga menuju lantai 1


sumber : dokumentasi pribadi

Sains Bangunan dan Utilitas 1 8


BAB III

PEMBAHASAN

Sistem transportasi ini disebut juga dengan system transportasi tanpa mesin atau
manual.Sehingga system transportasi yang dipakai berupa tangga dan ramps.System ini
pun tidak perlu mengeluarkan banyak biaya seperti pada system mekanis. Tetapi
kekurangan transportasi non mekanis ini yaitu civita yang menggunakan akan lebih cepat
merasakan kelelahan karena harus berjalan sendiri menuju ruangan yang diinginkan tanpa
bantuan alat-alat transportasi mesin, seperti eskalator, lift dan lainnya.

SISTEM TRANSPORTASI NON MEKANIS PADA OBJEK OBSERVASI

3.1.DATA OBSERVASI

Gambar 3.1.1 lantai I


sumber : hasil observasi

Sains Bangunan dan Utilitas 1 9


Gambar3.1.2 lantai II
sumber : hasil observasi

Pada data observasi berupa gambar bestek denah lantai I dan Lantai II
menunjukkan letak tangga yang dipasang pada bagian bangunan.

Sains Bangunan dan Utilitas 1 10


Gambar3.1.5 potongan A
sumber : hasil observasi

Sains Bangunan dan Utilitas 1 11


Gambar3.1.5 potongan C

Pada gambar potongan A dan C menunjukkan jalur pencapaian melalui tangga untuk
menuju lantai II, serta bentuk tangga dan cara aksesnya.

3.2. TANGGA

Tangga merupakan jalur yang mempunyai undak - undak (trap) yang


menghubungakan satu lantai dengan lantai diatasnya dan mempunyai fungsi sebagai
jalan untuk naik dan turun antara lantai tingkat. Penempatan atau letak ruang tangga
tersendiri mudah dilihat dan dicari orang, tidak berdekatan dengan ruang lain agar
tidak menggangu aktifitas penghuni lain.
Syarat syarat peletakan tangga :

Sains Bangunan dan Utilitas 1 12


Letak tangga harus dibuat mudah dilihat dan dicari oleh orang yang akan
menggunakannya.
Ruang tangga sebaiknya terpisah dengan ruang lain, agar orang yang naik
turun tangga tidak mengganggu aktifitas penghuni yang lain.
Apabila tangga ditujukan sebagai jalan darurat, pada perencanaannya
harus diletakan dekat pintu keluar, agar bila terjadi bencana, penghuni
lantai atas dapat turun langsung menuju halaman luar.

Syarat tangga pada umumnya:


Kemiringan sudutnya tidak lebih dari 38 derajat.
Jika jumlah anak tangga lebih dari dua betas anak tangga,
maka harus memakai bordes.
Lebar anak tangga untuk satu orang cukup 90 cm,
sedangkan untuk dua orang 110-120cm.
Tinggi balustrade sekitar 80-90 cm.
Jarak maksimal antar kisi 15 cm

Gambar 3.2.1.syarat pada tangga


sumber: internet

Perhitungan Tinggi optrede maupun antrede mempengaruhi kenyamanan,


sehingga orang yang naik tidak cepat lelah dan yang turun tidak mudah
tergelincir.Hal ini juga berkiatan dengan estetika dari bangunan itu sendiri.

Sains Bangunan dan Utilitas 1 13


Gambar 3.2.2.optrede dan antrede pada tangga
sumber : alat bantu komputer

Gambar 3.2.3.tangga hasil observasi menurun menuju lantai 1


sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 3.2.4.tangga hasil observasi menuju lantai 2


sumber :Dokumentasi pribadi
Pada objek bangunan yang kami observasi memiliki transportasi non mekanis berupa
Tangga yang memiliki ukuran per anak tangganya yaitu memiliki :

Tinggi anak tangga (optrede) : 20cm

Lebar anak tangga (antrede) : 30 cm

Panjang anak tangga : 100 cm

Sains Bangunan dan Utilitas 1 14


Anak tangga berfungsi sebagai pijakan untuk civitas.Oleh sebab itu bahan
anak tangga tidak boleh licin. Pada anak anak tangga yang kami observasi
menggunakan bahan keramik asensia dengan warna cream berpadu coklat, serta
keramik tersebut memiliki tekstur yang agak kasar, agar antara permukaan anak
tangga dan telapak kaki civitas memiliki gaya gesek yang kuat sehingga tidak
menyebabkan tergelincirnya civitas atau penghuni rumah saat mempergunakan
tangga sebagai system transportasi non mekanis untuk menghubungkan ruang yang
satu dengan ruang yang lainnya yang berada dilantai dua.

Sains Bangunan dan Utilitas 1 15


3.3. BENTUK TANGGA

Gambar 3.3.1 bestek potongan tangga


Sumber :hasol observasi

Sains Bangunan dan Utilitas 1 16


Gambar 3.3.2.bentuk tangga L
sumber : CAD

Bentuk tangga pada objek observasi yaitu tangga berbentuk L (tangga seperempat
putaran), yang dimaksudkan tangga bentuk ini adalah tangga yang mempunyai 1
bordes berukuran 120cm * 100cm dan memiliki belokan kearah kiri pada jalur
perjalanannya, serta mempunyai 1 tanjakan pada arah yang searah. Karena tangga
bentuk ini lebih ekonomisselain itu proses pembuatannya juga lebih mudah dari pada
bentuk tangga yang lainnya. Keuntungan tangga dengan bentuk L ini adalah
walaupun tangga ini mudah dalam proses pemasangannya atau pengerjaannya tetapi
tangga dengan bentuk L memiliki nilai estetika yang tinggi dengan pemilihan bahan
pembuatan yang tepat., keuntungan yang lain yaitu pada bagian bawah tangga dapat
dimanfaatkan sebagai gudang atau tempat penyimpanan.

Kedua jalur tangga yang dihubungkan dengan sebuah landasan dapat sama panjang
atau tidak sama, tergantung dari proporsi tangga yang diinginkan.
Landasan dibawah memberikan kesan tempat istirahat.

Sains Bangunan dan Utilitas 1 17


3.4. BAGIAN-BAGIAN DARI STRUKTUR TANGGA

3.4.1. BORDES

Gambar 3.4.1.1. Bordes pada tangga observasi


sumber : Dokumentasi Pribadi
Pada tangga observasi ini memiliki bordes pada system transportasi non
mekanisnya.Bordes biasanya terletak pada belokan tangga.Bordes berfungsi sebagai
tempat beristirahat menuju arah tangga berikutnya, dimana bordes juga berfungsi
sebagai pengubah arah tangga.Umumnya, keberadaan bordes setelah anak tangga ke
15.bordes di pasang pada bagian sudut tempat peralihan arah tangga yang berbelok.
Tapi pada objek observasi keberadaan bordes diletakkan setelah pijakan anak tangga
ke 11( atau setiap tinggi 1,5-2m). Lebar bordes harus cukup 3-4 langkah mendatar
sebelum mendekati tangga (standar lebar bordes pada tempat tinggal 80-100cm).
Tangga pada bangunan yang kami observasi memiliki 17 anak tangga oleh sebab itu
memiliki bordes yang terletak pada anak tangga setelah pijakan anak tangga ke 11.
Bordes tersebut memiliki ukuran lebar : 120 cm dan panjang 100 cm. dengan ukuran
tersebut membuat civitas yang memakai bordes sebagai tempat untuk beristirahat
merasa nyaman karena memiliki luasan bordes yang sesuai dengan ukuran standar
sehingga pengguna merasa nyaman saat menggunakan.

Sains Bangunan dan Utilitas 1 18


3.4.2. RAILING

Gambar 3.4.2.1. Railing pada tangga observasi


sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 3.4.2.2. Railing pada tangga menuju laantai 1


sumber : Dokumentasi pribadi

Railing/pegangan merupakan pagar yang terletak di tepi tangga,


yang berfungsi sebagai pengaman tangga/ pagar tangga.Pegangan tangga
adalah batang yang dipasang sepanjang anak tangga yang berfungsi sebagai
tempat bertumpunya tangan bagi openghuni yangakan naik turun tangga agar
merasa aman. Tinggi railing antara 80 cm 100 cm, diukur dari permukaan
anak tangga.Terbuat dari bahan yang cukup kuat untuk menahan beban berat

Sains Bangunan dan Utilitas 1 19


tubuh manusia.Pada bagian atas yang menjadi pegangan tangan, haruslah
memenuhi standar ergonomis yang aman dan nyaman untuk digenggam.
Railing pada objek yang kami jadikan studi observasi memiliki
bentuk balok, disini dengan bentuk balok agar memudahkan civitas/ penghuni
rumah untuk menggenggamnya.Railing ini terbuat dari bahan kayu, dimana
bahan kayu ini tergolong kedalam bahan yang kuat dengan finishing plitur,
sehingga railing tersebut memiliki umur yang paanjang.Railing pada objek
yang kami observasi memiliki tinggi 93 cm dan jarak antar railing 13 cm
dengan alasan keamana bagi pengguna.Dengan design railing seperti gambar
diatas, membuat tangga terkesan alami, modern dan mewah.

3.4.3. ANAK TANGGA

Gambar 3.4.3.1. Anak tangga pada tangga


sumber : Dokumentasi probadi

Sains Bangunan dan Utilitas 1 20


Gambar 3.4.3.2. Anak tangga akan naik menuju lantai 2
sumber : Dokumentasi pribadi

Anak tangga merupakan elemen dari tangga yang perlu perhatian cukup
penting.Karena sering dilalui untuk naik turun pengguna, bahan permukaan
anak tangga harus benar-benar aman, nyaman agar terhindar dari
kemungkinan kecelakaan seperti terpeleset karna licin atau terlalu
sempit.Anak tangga terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian horizontal (pijakan
datar) dan vertical (pijakan untuk langkah naik). Ukuran lebar anak tangga
untuk hunian berkisar antara 20-33 cm. dan untuk bagian vertical langkah
atasnya berkisar antara 15-18 cm. Ukuran lebar tangga juga penting
diperhatikan, untuk panjang atau lebar tangga pada hunian tempat tinggal
adalah minimal 90 cm.

Pada anak tangga yang kami observasi memiliki lebar ( antrede) 30cm
sebagai tempat pijakan datar, dilihat dari ukuran lebar anak tangga pada objek
observasi kami sudah memenuhi standar yang telah ditentukan untuk
memberikan keselamatan bagi civitas yang menggunakannya. Untuk tinggi
anak tangga (optrede) 20 cm sebagai pijakan untuk langkah naik, melebihi
dari standar yang ada, sehingga pengguna/civitas yang menggunakan akan
mudah merasa lelah karena dimensi tinggi anak tangga yang terlalu
tinggi.Sedangkan untuk panjang anak tangga pada hunian yang kami
observasi memiliki panjang 100 cm, sudah memenuhi standar yang ada.

Sains Bangunan dan Utilitas 1 21


3.4.4.IBU TANGGA

Gambar 3.4.4.1. Ibu tangga pada tangga observasi


sumber : Dokumentasi pribadi

Ibu tangga merupakan bagian tangga yang berfungsi mengikat anak


tangga.Pada objek observasi yang kami lakukan, pada ibu tangga
menggunakan bahan material beton bertulang.Kombinasi antara ibu tangga
dan anak tangga keduanya menggunakan bahan material beton bertulang

3.4.5. BALUSTRADE DAN KISI

Gambar 3.4.5.1. Balustrade dan kisi pada pencapaian akhir dan belokan
pada bordes
sumber : Dokumentasi pribadi

Sains Bangunan dan Utilitas 1 22


Gambar 3.4.5.2.baluster pada awal pencapaian dan baluster dekat bordes
sumber : Dokumentasi Pribadi

Baluster merupakan penyangga pegangan tangga, Bila pada balustrade


terdiri dari kisi-kisi, maka jarak maksimal antar kisiadalah 15 cm, merupakan
standar dari persyaratan penggunaan tangga.

Baluster pada tangga objek observasi menggunakan bahan material dari


kayu, dalam penggunaannya bertujuan untuk memberikan keamanan dan
kenyamanan pengguna tangga. Jarak antar antar kisi 15 cm, sesuai dengan
standar maksimal jarak antar kisi pada balustrade, dan untuk tinggi
balusternya yaitu 93 cm. dimana untuk tinggi standar dari baluster itu kurang
lebih antara 90-100 cm. Sehingga pada tangga yang kami observasi untuk
tingi balusternya sudah mencapai standar yang ditentukan untuk keselamatan.

Sains Bangunan dan Utilitas 1 23


3.5. KONTRUKSI TANGGA DAN BAHAN MATERIAL

Gambar 3.5.1.kontruksi tangga dan bahan material


sumber : buku ilustrasi kontruksi bangunan

Sains Bangunan dan Utilitas 1 24


Gambar 3.5.2.Kontruksi tangga pada observasi
sumber :hasil observasi

Tangga yang kami observasi memiliki bahan kontruksi dari beton, beton
adalah bahan kontruksi tangga yang paling sering dipakai pada bangunan
bertingkat 2 (dua) atau lebih dan bersifat permanent seperti peruntukan
kantor, rumah tinggal, pertokoan.Tangga dengan konstruksi cor beton
mengekspose papan anak tangga hanya dari satu sisi saja.Fungsinya hanya
membungkus beton supaya secara estetika lebih indah, baik dibungkus

Sains Bangunan dan Utilitas 1 25


semua atau hanya bagian atas (bagian pijakan / steps) saja.Adapun ukuran
tebal papan kayu adalah dari 1.5 - 2.5 cm, ukuran lebar dari 26 - 30 cm,
sedangkan ukuran panjang menyesuaikan ukuran lebar tangga Anda.Tangga
dengan konstruksi cor beton ini dapat memakai papan kayu baik dari papan
kayu utuh maupun papan kayu sambungan.

Kelebihan tangga beton adalah kuat dan mudah dibentuk apa saja
dan juga pembuatan tangga beton lebih mudah di buat oleh tukang.
Kelemahan tangga beton adalah kerepotan ketika masih dalam
proses perakitan bekisting dan pengecoran, serta waktu pengerjaan yang
cukup lama, karena harus menunggu beton kering betul. Untuk kontruksi
tangga yang dibuat bersamaan dengan kontruksi bangunan, material beton
lebih disarankan.Pemilihan semen yang baik sebagai bahan utama penyusun
beton sangat penting untuk memperoleh tanga beton yang memiliki hasil
yang baik dan kuat.

3.6. PERHITUNGAN TANGGA

Pada bangauanan hunian yang kami jadikan sebagai studi observasi


memiliki luasan pada lantai I dan II sama yaitu 131,25 m2. Untuk
Optredenya standar hunian 15-18 cm pada objek yang kami amati,
memiliki optrede sebesar 20 cm dan antrede sebesar 30 cm, dimana untuk
antrede standar huniannya 20-33. Panjang anak tangga minimal 90 cm
untuk tangga pada objek yang ada panjang anak tangga 100 cm sudah
sesuai dengan standar yang ada.

Sains Bangunan dan Utilitas 1 26


3.6.1. Perhitungan pada ukuran, lebar serta jumlah anak tangga

Ukuran dan Lebar Anak Tangga

Ket :

T : tinggi anak tangga (optrede)

L : lebar anak tangga (antrede)

Rumus :

60<2t + l <65

Penyelesaian :

T = 20 cm

L = 30 cm

60 < 2t + l < 65

60 < 2 * 20 + 30 < 65

40 + 30 < 65

70 < 65 ( tangga tergolong curam dan cepat lelah )

Pada tangga objek observasi kami setelah mendapatkan


hasil perhitungan termasuk kedalam kategori tangga yang
cepat membuat penggunanya merasakan kelelahan.Ini
disebabkan karena optrede (tinggi anak tangga/ langkah
pencapaian untuk naik keanak tangga beriktnya) itu
melebihi dari standar yang telah ditentukan yaitu 15-18 cm.

Sains Bangunan dan Utilitas 1 27


Jumlah Anak Tangga

anak tangga = 360/t cm

= 360/20

= 18 buah termasuk
bordes
3.6.2. Perhitungan Kebutuhan Tangga

3.6.3. Perhitungan Kemiringan Tangga

Rumus:

Z = Y/X

Ket:

Z = kooefisien kemiringan tangga ()

Y = tinggi tangga (cm)

X = panjang tangga (cm)

Penyelesaian:

Diketahui:

Tinggi tangga (lantai bawah dan lantai atas) =


131,25 m2 0,013125 cm

Panjang tangga ( luas ruang yang dibutuhkan) =


6,30 m2 0,00063 cm

Z = Y/X

Sains Bangunan dan Utilitas 1 28


= 0.013125/0.00063

= 20.8333 Termasuk kedalam tangga landai


dengan kisaran 20-24

Selain dari rumus yang ada untuk mentukan kemiringan tangga


dilihat dari lebar dan tinggi pencapaian anak tangga pada system
transportasi non mekanis yaitu antrede dan optredenya. Jika antredenya
lebih lebar dan optredenya lebih rendah, maka kemiringan tangga akan kecil
yaitu mencapai tangga yang landai.

3.7. Permasalah yang terjadi pada objek

Gambar 3.7.1 Reiling pada bagian tangga


sumber : dokumentasi pribadi
Pada objek tangga yang telah kami observasi pada bagian reilingnya tidak
memiliki step nosing yang berfungsi sebagai pengaman untuk civitas hendak
menggunakannya

Sains Bangunan dan Utilitas 1 29


BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Dari data yang telah kami paparkan diatas dapat kami simpulkan bahwa
1. sistem transportasi non mekanis yang terdapat pada objek ( rumah tinggal)
adalah tangga, tangga tersebut menghubungkan lantai satu dan lantai dua
pada rumah.
2. Pada objek bangunan yang kami observasi memiliki transportasi non mekanis
berupa Tangga yang memiliki ukuran per anak tangganya yaitu memiliki :
Tinggi anak tangga (optrede) : 20cm
Lebar anak tangga (antrede) : 30 cm
Panjang anak tangga : 100 cm

Bentuk tangga pada objek observasi yaitu tangga berbentuk L (tangga


seperempat putaran), yang dimaksudkan tangga bentuk ini adalah tangga
yang mempunyai 1 bordes berukuran 120cm * 100cm dan memiliki belokan
kearah kiri pada jalur perjalanannya, serta mempunyai 1 tanjakan pada arah
yang searah.

3. Berikut bagian-bagian struktur dari tangga yang terdapat pada objek (


rumah tinggal) :
Bordes
Railing
Anak tangga
Ibu tangga
Balustrade dan kisi
4. Tangga yang kami observasi memiliki bahan kontruksi dari beton, beton adalah
bahan kontruksi tangga yang paling sering dipakai pada bangunan bertingkat 2
(dua) atau lebih dan bersifat permanent seperti peruntukan kantor, rumah
tinggal, pertokoan.
5. Kelebihan tangga beton adalah kuat dan mudah dibentuk apa saja dan juga
pembuatan tangga beton lebih mudah di buat oleh tukang.Kelemahan tangga
beton adalah kerepotan ketika masih dalam proses perakitan bekisting dan
pengecoran, serta waktu pengerjaan yang cukup lama, karena harus
menunggu beton kering betul.
6. Pada bangauanan hunian yang kami jadikan sebagai studi observasi
memiliki luasan pada lantai I dan II sama yaitu 131,25 m2. Untuk
Optredenya standar hunian 15-18 cm pada objek yang kami amati, memiliki
optrede sebesar 20 cm dan antrede sebesar 30 cm, dimana untuk antrede
standar huniannya 20-33. Panjang anak tangga minimal 90 cm untuk tangga
Sains Bangunan dan Utilitas 1 30
pada objek yang ada panjang anak tangga 100 cm sudah sesuai dengan
standar yang ada.

4.2 SARAN.
Saran dari kelompok kami yang dapat diberikan mengenai system
ransportasi non mekanis ini yaitu :
1. Jenis tangga harus dipilih dan disesuiakan dengan kebutuhan
pengguna, agar nantinya dapat berfungsi secara maksimal, selain
itu meletakkan tangga pada tempat yang mudah untuk terlihat
dan tidak menghabiskan banyak tempat bila memiliki luasan
bangunan yang sempit.
2. Pengguna transportasi non mekanis harus memperhatikan
komponen-komponen pembentuk tangga agar sesuai dengan
standar yang telah ada, sehingga kedepannya layak untuk
digunakan bagi pengguna dan nyaman untuk digunakan.

Sains Bangunan dan Utilitas 1 31


Daftar Pustaka

http://sistem%20tangga/Konstruksi%20Tangga%20%20RENUNGAN.html

Diakses tanggal 14 november 2016 ( pukul 04.20)

http://sistem%20tangga/Menentukan%20ukuran%20Tangga%20dan%20Anak%20Tangga
%20untuk%20bangunan%20bertingkat%20-%20Home%20Design%20and%20Ideas.html

Diakses tanggal 23 Oktober 2016 ( pukul 06.24)

http://sistem%20tangga/sistem-transportasi-dalam-bangunan.html

Diakses tanggal 17 Oktober 2016 ( pukul 19.54)

http://sistem%20tangga/tugas-transportasi-vertikal.html

Diakses tanggal 17 Oktober 2016 ( pukul 19.53)

http://sistem%20tangga/blog-page.html

Diakses tanggal 17 Oktober 2016 ( pukul 19.52)

D.K. Ching francis, Cassandra adams. 2003. Ilustrasi Kontruksi Bangunan. Cetakan edisi
ketiga.Jakarta: Penerbit Erlangga.

Poerbo, H. 1992. Utilitas Bangunan. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Mc. Guenness, W.J & Stein, B. 1971. Mechanical and Electrical Eguipment for
Building.Fifth Edision.New York, London, Sydney, Torondo, Jhn Wiley and Sons, Inc.

Sains Bangunan dan Utilitas 1 32

Anda mungkin juga menyukai