html
http://jurnal-geologi.blogspot.co.id/2010/02/transportasi-sedimen_23.html
Turbidit : suatu sedimen yang diendapkan oleh mekanisme arus turbid (turbidity current), sedangkan
arus turbid itu sendiri adalah suatu arus yang memiliki suspensi sedimen dan mengalir pada dasar
tubuh cairan, karena mempunyai kerapatan yang lebih besar daripada cairan tersebut.(Keunen dan
Migliorini, 1950).
1)Karakteristik Litologi
a)Terdapat perselingan tipis antar batuan berbutir relatif kasar dengan batuan yang berbutir relatif
halus, perselingan antar batupasir dan serpih. Batas atas dan bawah lapisan datar, tanpa adanya
penggerusan (scouring).
b)Pada lapisan batuan berbutir kasar memiliki pemilahan buruk dan mengandung mineral-mineral
kuarsa, feldspar, mika, glaukonit, juga banyak didapatkan matrik lempung. Kadang-kadang dijumpai
The.Hitmans.Bodyguard.2017.1080p-720p.WEBRip.HDRip.srt
adany a fosil rework, yang
menunjukan lingkungan laut dangkal.
c)Pada beberapa lapisan batupoasir dan batulanau didapatkan adanya fragmen tumbuhan.
d)Kontak perlapisan yang tajam, kadang berangsur menjadi endapan pelagik.
e)Pada perlapisan batuan, terlihat adanya struktur sedimen tertentu yang menunjukan proses
pengendapannya, yaitu antara lain perlapisan bersusun, perlapisan sejajar, perlapisan
bergelombang, konvolut, dengan urut-urutan tertentu.
f)Tak terdapat struktur sedimen yang memperlihatkan ciri endapan laut dangkal maupun fluvial,
antara lain pengerukan, silang siur, dll.
g)Sifat-sifat penunjukan arus , memperlihatkan pola aliran yang hampir seragam saat suplai terjadi.
Karakteristik tersebut tidak selalu harus ada pada suatu endapan turbidit. Dalam hal ini lebih
merupakan suatu alternatif, mengingat bahwa suatu endapan turbidit juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor lainnya yang akan memberikan ciri yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lain.
Sam Boggs (1995) mengklasifikasikan struktur sedimen dengan menghubungkan struktur stratifikasi
dan bentuk dasar. (Table 2.2). Struktur stratifikasi dibagi menjadi 4 :
(1)Bedding dan lamination
(2)Bedforms
(3)Cross lamination
(4)Irregular stratification
Umumnya struktur sedimen yang ditemukan pada endapan turbidit adalah struktur sedimen yang
terbentuk karena proses sedimentasi, terutama yang terjadi karena proses pengendapan suspensi
dan arus.
Bouma (1962) memberikan urutan ideal endapan turbidit yang dikenal dengan Bouma Sequence,
dari interval a-e. Urut-urutan endapan turbidit yang umumnya berupa perselingan antara batupasir
dan batulempung merupakan suatu satuan yang berirama (ritmis), dimana setiap satuan merupakan
hasil episode tunggal dari suatu arus turbid. Bouma Sequence yang lengkap dibagi 5 interval,
peralihan antara satu interval ke interval berikutnya dapat secara tajam, berangsur, atau semu, yaitu
:
Bouma (1962) telah membuat bentuk hipotetik kerucut tunggal dan ganda (gb.2.5). Pada dasarnya
endapan oleh arus turbid yang besar mempunyai rangkaian yang lengkap dan setelah pengendapan
material yang kasar kecepatan berkurang dan pada saat tertentu dimana kecepatan sangat rendah
mulai terbentuk laminasi interval (Tb-e = T2). Proses berkurangnya kecepatan dan ukuran butir
sedimen berjalan terus selama pengendapan, sehingga terbentuk rangkaian (Tc=T3), (Td-e=T4) dan
(Te=T5).
Berdasarkan sifat jauh dekatnya sumber, maka endapan turbidit dapat dibagi menjadi 3 fasies, yaitu
: fasies proximal, intermediate dan distal. Distal merupakan endapan turbidit yang pengendapannya
relatif lebih jauh dari sumbernya atau tidak mengandung interval a dan b. endapannya dicirikan oleh
adanya perselingan yang teratur antara batupasir dan serpih, lapisan batupasirnya tipis-tipis dan
lapisan serpihnya lebih tebal. Pengendapan yang relatif lebih dekat dengan sumbernya disebut
turbidit proximal, biasanya berbutir kasar, kadang0kadang konglomeratan dan sedikit serpih.
Bouma (1962) menyimpulkan bahwa partikel-partikel sedimen bergerak tanpa bantuan benturan
atau seretan air, tetapi bergerak dibawah permukaan air yang relatif tenang (stagnant water). Massa
sedimen bisa saja tidak tercampur air secara baik sehingga mengakibatkan massa sedimen tersebut
terlalu encer untuk melengser dan membentuk arus turbid. Sedimen yang berbutir kasar tidak
menempati bagian kepala dan apabila terendapkan massa sedimen kasar akan membentuk
fluxoturbidite yaitu endapan antara nendatan dan arus turbid (Dzulynski, dkk, 1959).
Menurut Koesoemadinata (1972) pengendapan arus turbid merupakan suatu keadaan massa
teronggok pada lereng benua, yang secara tiba-tiba dapat meluncur dengan kecepatan tinggi
bercampur dengan air, yang merupakan suatu aliran menuju laut dalam. Disini partikel-partikel
sedimen bergerak tanpa bantuan benturan /seretan air, melainkan oleh energi inersia, dimana
energi potensial diubah menjadi energi kinetik, kemudian pengendapan terjadi segera setelah energi
kinetik habis.
Middleton dan Hampton (1973) memperkenalkan istilah sedimen gravity flow untuk menerangkan
mekanisme pengangkutan batupasir dan sedimen klastik kasar lainnya dalam lingkungan laut dalam
melalui pematang bawah samudra (submarine canyons). Dalam hal ini istilah sedimen gravity flow,
digunakan secara umum untuk aliran sedimen atau campuran sedimen fluida dibawah pengaruh
gaya berat. Berdasarkan gerakan relatif antar butir dan jaraknya dari sumber, sedimen gravity flow
dapat dibedakan menjadi 4 jenis (gb.2.7) yaittu :
1)Aliran turbid (turbidity current), dimana butir-butir telah lepas sama sekali dan masing-masing
butir didukung oleh fluida (telah terinduksi menjadi turbulen).
2)Aliran sedimen yang difluidakan (fluidized sediment flow), butir yang lepas di dukung oleh cairan
yang diperas ke atas antar butir. Butir-butir masih bersentuhan.
3)Aliran butir (grain flow), dimana butir-butir belum lepas dan dalam mengalir masih sering
bersentuhan.
4)Aliran debris (debris flow), dimana butir-butir kasar masih didukung oleh matriks (massa dasar)
campuran sedimen yang lebih halus dan media (air) dan masih mempunyai kekuatan. Jika butir-butir
ini masih mempunyai kekuatan dan relatif merupakan massa dan terdapat kohesi antara butir, maka
hal ini disebut slump (lengseran), sehingga masih bersifat plastis.
Mutti dan Ricci Luchi (1972), mengatakan bahwa fasies adalah suatu lapisan atau kumpulan lapisan
yang memperlihatkan karakteristik litologi, geometri dan sedimentologi tertentu yang berbeda
dengan batuan di sekitarnya. Suatu mekanisme yang bekerja serentak pada saat yang sama. Asosiasi
fasies didefinisikan sebagai suatu kombinasi dua atau lebih fasies yang membentuk suatu tubuh
batuan dalam berbagai skala dan kombinasi. Asosiasi fasies ini mencerminkan lingkungan
pengendapan atau proses dimana fasies-fasies itu terbentuk.
Dalam menentukan fasies turbidit, Walker dan Mutti (1973) merinci pembagian fasies turbidit dari
Mutti dan Ricci Lucci (1972).
Walker dan Mutti (1973) telah mengemukakan suatu model, yaitu model kipas laut dalam dan
hubungannya dengan fasies turbidit (gb.2.9). Walker (1978) kemudian menyederhanakan kembali
klasifikasi tersebut menjadi 5 fasies, yaitu :
Dari penelitian fasies turbidit ini, beberapa peneliti kemudian berusaha untukmembuat suatu model
kipas bawah laut, yang merupakan asosiasi dari beberapa fasies. Model fasies adalah suatu model
umum dari suatu sistem pengendapan yang khusus (Walker, 1992). Dari model tersebut diharapkan
dapat diketahui arah pengendapan serta letak dari suatu endapan turbidit.
Pada dasarnya Walker (1978) membagi kipas laut dalam 4 bagian pokok, yaitu :