Anda di halaman 1dari 8

http://ariefgeo.blogspot.co.id/2010/10/turbidite-current-arus-turbidit.

html

http://jurnal-geologi.blogspot.co.id/2010/02/transportasi-sedimen_23.html

Turbidit : suatu sedimen yang diendapkan oleh mekanisme arus turbid (turbidity current), sedangkan
arus turbid itu sendiri adalah suatu arus yang memiliki suspensi sedimen dan mengalir pada dasar
tubuh cairan, karena mempunyai kerapatan yang lebih besar daripada cairan tersebut.(Keunen dan
Migliorini, 1950).

Ciri-ciri endapan Turbidit (Keunen, 1964).


Karakteristik endapan turbidit pada dasarnya dapat dikelompokan ke dalam dua bagian besar
berdassarkan litologi dan struktur sedimen, yaitu :

1)Karakteristik Litologi
a)Terdapat perselingan tipis antar batuan berbutir relatif kasar dengan batuan yang berbutir relatif
halus, perselingan antar batupasir dan serpih. Batas atas dan bawah lapisan datar, tanpa adanya
penggerusan (scouring).
b)Pada lapisan batuan berbutir kasar memiliki pemilahan buruk dan mengandung mineral-mineral
kuarsa, feldspar, mika, glaukonit, juga banyak didapatkan matrik lempung. Kadang-kadang dijumpai

The.Hitmans.Bodyguard.2017.1080p-720p.WEBRip.HDRip.srt
adany a fosil rework, yang
menunjukan lingkungan laut dangkal.
c)Pada beberapa lapisan batupoasir dan batulanau didapatkan adanya fragmen tumbuhan.
d)Kontak perlapisan yang tajam, kadang berangsur menjadi endapan pelagik.
e)Pada perlapisan batuan, terlihat adanya struktur sedimen tertentu yang menunjukan proses
pengendapannya, yaitu antara lain perlapisan bersusun, perlapisan sejajar, perlapisan
bergelombang, konvolut, dengan urut-urutan tertentu.
f)Tak terdapat struktur sedimen yang memperlihatkan ciri endapan laut dangkal maupun fluvial,
antara lain pengerukan, silang siur, dll.
g)Sifat-sifat penunjukan arus , memperlihatkan pola aliran yang hampir seragam saat suplai terjadi.
Karakteristik tersebut tidak selalu harus ada pada suatu endapan turbidit. Dalam hal ini lebih
merupakan suatu alternatif, mengingat bahwa suatu endapan turbidit juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor lainnya yang akan memberikan ciri yang berbeda dari suatu tempat ke tempat lain.

2)Karakteristik Struktur sedimen


Menurut Bouma (1962) dalam hal pengenalan endapan turbidit salah satu ciri yang penting adalah
struktur sedimen, karena mekanisme pengendapan arus turbid memberikan karakteristik sedimen
tertentu. Banyak klasifikasi struktur sedimen hasil mekanisme arus turbid, salah satunya karakteristik
genetik dari Selly (1969). Selly (1969) mengelompokan struktur sedimen menjadi 3 berdasarkan
proses pembentukannya :
a)Struktur Sedimen Pre-Depositional
Merupakan struktur sedimen yang terjadi sebelum pengendapan sedimen, yang berhubungan
dengan proses erosi oleh bagian kepala (head) dari suatu arus turbid (Middleton, 1973). Umumnya
pada bidang batas antara lapisan batupasir dan serpih. Beberapa struktur sedimen yang antara lain
flute cast, groove cast.
b)Struktur Sedimen Syn-Depositional
Struktur yang terbentuk bersamaan dengan pengendapan sedimen, dan merupakan struktur yang
penting dalam penentuan suatu endapan turbidit. Beberapa struktur sedimen yang penting
diantaranya adalah perlapisan bersusun, perlapisan sejajar dan perlapisan bergelombang.
c)Struktur Sedimen Post-Derpositional
Struktur sedimen yang dibentuk setelah terjadi pengendapan sedimen, yang umumnya berhubungan
dengan proses deformasi. Salah satunya struktur pembebanan.

Sam Boggs (1995) mengklasifikasikan struktur sedimen dengan menghubungkan struktur stratifikasi
dan bentuk dasar. (Table 2.2). Struktur stratifikasi dibagi menjadi 4 :
(1)Bedding dan lamination
(2)Bedforms
(3)Cross lamination
(4)Irregular stratification

Struktur sedimen dibagi 4 berdasarkan proses terjadinya, yaitu :


1)Strutur yang terjadi karena proses sedimentasi
2)Struktur yasng terjadi karena adanya deformasi
3)Struktur yang terjadi karena erosi
4)Struktur yang terbentuk dari aktivitas biogenic

Umumnya struktur sedimen yang ditemukan pada endapan turbidit adalah struktur sedimen yang
terbentuk karena proses sedimentasi, terutama yang terjadi karena proses pengendapan suspensi
dan arus.

Bouma (1962) memberikan urutan ideal endapan turbidit yang dikenal dengan Bouma Sequence,
dari interval a-e. Urut-urutan endapan turbidit yang umumnya berupa perselingan antara batupasir
dan batulempung merupakan suatu satuan yang berirama (ritmis), dimana setiap satuan merupakan
hasil episode tunggal dari suatu arus turbid. Bouma Sequence yang lengkap dibagi 5 interval,
peralihan antara satu interval ke interval berikutnya dapat secara tajam, berangsur, atau semu, yaitu
:

1)Gradded Interval (Ta)


Merupakan perlapisan bersusun dan bagian terbawah dari urut-urutan ini, bertekstur pasir kadang-
kadang sampai kerikilatau kerakal. Struktur perlapisan ini menjadi tidak jelas atau hilang sama sekali
apabila batupasir penyusun ini terpilah baik. Tanda-tanda struktur lainnya tidak tampak.
2)Lower Interval of Parallel Lamination (Tb)
Merupakan perselingan antara batupasir dengan serpih atau batulempung, kontak dengan interval
dibawahnya umumnya secara berangsur.
3)Interval of Current Ripple Lamination (Tc)
Merupakan struktur perlapisan bergelombang dan konvolut. Ketebalannya berkisar antara 5-20 cm,
mempunyai besar butir yang lebih halus daripada kedua interval dibawahnya. (Interval Tb).
4)Upper Interval of Parallel Lamination (Td)
Merupakan lapisan sejajar, besar butir berkisar dari pasir sangat halus sampai lempung lanauan.
Interval paralel laminasi bagian atas, tersusun perselingan antarabatupasir halus dan lempung,
kadang-kadang lempung pasirannya berkurang ke arah atas. Bidang sentuh sangat jelas.
5)Pelitic Interval (Te)
Merupakan susunan batuan bersifat lempungan dan tidak menunjukan struktur yang jelas ke arah
tegak, material pasiran berkurang, ukuran besar butir makin halus, cangkang foraminifera makin
sering ditemukan. Bidang sentuh dengan interval di bawahnya berangsur. Diatas lapisan ini sering
ditemukan lapisan yang bersifat lempung napalan atau yang disebut lempung pelagik.
Urut-urutan idealseperti diatas mungkin tak selalu didapatkan dalam lapisan, dan umumnya dapat
merupakan urut-urutan internal sebagai berikut (Gb.2.5) :
1)Base cut out sequence.
Urutan interval ini merupakan urutan turbidit yang lebih utuh, sedangkan bagian bawahnya hilang.
Bagian yang hilang bisa Ta, Ta-b, Ta-c dan Ta-d.
2)Truncated sequence
Urutan interval yang hilang dari sekuen yang hilang adalah bagian atas, yaitu : Tb-e, Tc-e, Td-e, Te.
Hal ini disebabkan adanya erosi oleh arus turbid yang kedua.
3)Truncated base cut out sequence
Urutan ini merupakan kombinasi dari kedua kelompok base cut out sequence dan truncated
sequence yaitu bagian atas dan bagian bawah bisa saja hilang.

Bouma (1962) telah membuat bentuk hipotetik kerucut tunggal dan ganda (gb.2.5). Pada dasarnya
endapan oleh arus turbid yang besar mempunyai rangkaian yang lengkap dan setelah pengendapan
material yang kasar kecepatan berkurang dan pada saat tertentu dimana kecepatan sangat rendah
mulai terbentuk laminasi interval (Tb-e = T2). Proses berkurangnya kecepatan dan ukuran butir
sedimen berjalan terus selama pengendapan, sehingga terbentuk rangkaian (Tc=T3), (Td-e=T4) dan
(Te=T5).
Berdasarkan sifat jauh dekatnya sumber, maka endapan turbidit dapat dibagi menjadi 3 fasies, yaitu
: fasies proximal, intermediate dan distal. Distal merupakan endapan turbidit yang pengendapannya
relatif lebih jauh dari sumbernya atau tidak mengandung interval a dan b. endapannya dicirikan oleh
adanya perselingan yang teratur antara batupasir dan serpih, lapisan batupasirnya tipis-tipis dan
lapisan serpihnya lebih tebal. Pengendapan yang relatif lebih dekat dengan sumbernya disebut
turbidit proximal, biasanya berbutir kasar, kadang0kadang konglomeratan dan sedikit serpih.

Mekanisme Pembentukan Endapan Turbidit


Middleton (1967) menyatakan bahwa arus turbid merupakan salah satu tipe dari arus kerapatan
(density current), dimana arus bergerak secara gaya berat, karena adanya perbedaan kerapatan
antara arus dengan cairan di sekeliingnya, yang disebabkan oleh adanya dispersi sedimen pada suatu
tempat (misalnya : muara sungai atau delta), dimana sedimen banyak terakumulasi karena adanya
faktor pemicu, misalnya : suatu gempa bumi, tsunami,dll, mulai bergerak dan meluncur secara tiba-
tiba ke arah bawah cekungan. Saat sedimen tersebut mulai meluncur ke bawah akan membentuk
slump. Slump tersebut bergerak perlahan-lahan dan berangsur-angsur menjadi lebih cepat
disebabkan adanya pengurangan viskositas. Selanjutnya massa sedimen akan bergerak sampai pada
lereng yang curam, maka terjadilah kenaikan kecepatan dan pergerakan selanjutnya berubah
menjadi arus turbid, sehingga butiran kasar akan terkonsentrasi pada bagian kepala arus, sedangkan
yang lebih hglus di bagian ekor. Karena pengaruh gravitasi maka arus turbid akan bergerak ke bawah
mengikuti ngarai di bawah samudera.
Pada saat mendekati daerah pengendapannya, kecepatan arus mulai berkurang karena penurunan
gravitasi akibat kemiringan lereng yang semakin landai. Dalam kondisi seperti ini maka bagian kepala
dari arus akan mengerosi lapisan dibawahnya membentuk struktur sedimen scour mark. Sesuai
dengan sifat-sifat kerapatan arus, maka pengendapan akan terjadi sekaligus, sehingga sedimen yang
diendapkan mempunyai pemilahan yang sangat buruk. Dalam hal ini material-material yang lebih
berat akan terkumpul pada bagian depan arus turbid, sedangkan material halus akan terperangkap
bersama-sama. Endapan yang pertama terbentuk adalah batupasir berstruktur perlapisan bersusun.
Selanjutnya arus akan semakin lemah dan sedimen yang halus akan diendapkan. Apabila kecepatan
arus telah hilang, maka akan terjadi pengendapan lempung pelagik dalam suasana suspensi yang
menunjukan kondisi lingkungan bernergi rendah.

Bouma (1962) menyimpulkan bahwa partikel-partikel sedimen bergerak tanpa bantuan benturan
atau seretan air, tetapi bergerak dibawah permukaan air yang relatif tenang (stagnant water). Massa
sedimen bisa saja tidak tercampur air secara baik sehingga mengakibatkan massa sedimen tersebut
terlalu encer untuk melengser dan membentuk arus turbid. Sedimen yang berbutir kasar tidak
menempati bagian kepala dan apabila terendapkan massa sedimen kasar akan membentuk
fluxoturbidite yaitu endapan antara nendatan dan arus turbid (Dzulynski, dkk, 1959).
Menurut Koesoemadinata (1972) pengendapan arus turbid merupakan suatu keadaan massa
teronggok pada lereng benua, yang secara tiba-tiba dapat meluncur dengan kecepatan tinggi
bercampur dengan air, yang merupakan suatu aliran menuju laut dalam. Disini partikel-partikel
sedimen bergerak tanpa bantuan benturan /seretan air, melainkan oleh energi inersia, dimana
energi potensial diubah menjadi energi kinetik, kemudian pengendapan terjadi segera setelah energi
kinetik habis.
Middleton dan Hampton (1973) memperkenalkan istilah sedimen gravity flow untuk menerangkan
mekanisme pengangkutan batupasir dan sedimen klastik kasar lainnya dalam lingkungan laut dalam
melalui pematang bawah samudra (submarine canyons). Dalam hal ini istilah sedimen gravity flow,
digunakan secara umum untuk aliran sedimen atau campuran sedimen fluida dibawah pengaruh
gaya berat. Berdasarkan gerakan relatif antar butir dan jaraknya dari sumber, sedimen gravity flow
dapat dibedakan menjadi 4 jenis (gb.2.7) yaittu :
1)Aliran turbid (turbidity current), dimana butir-butir telah lepas sama sekali dan masing-masing
butir didukung oleh fluida (telah terinduksi menjadi turbulen).
2)Aliran sedimen yang difluidakan (fluidized sediment flow), butir yang lepas di dukung oleh cairan
yang diperas ke atas antar butir. Butir-butir masih bersentuhan.
3)Aliran butir (grain flow), dimana butir-butir belum lepas dan dalam mengalir masih sering
bersentuhan.
4)Aliran debris (debris flow), dimana butir-butir kasar masih didukung oleh matriks (massa dasar)
campuran sedimen yang lebih halus dan media (air) dan masih mempunyai kekuatan. Jika butir-butir
ini masih mempunyai kekuatan dan relatif merupakan massa dan terdapat kohesi antara butir, maka
hal ini disebut slump (lengseran), sehingga masih bersifat plastis.

Mutti dan Ricci Luchi (1972), mengatakan bahwa fasies adalah suatu lapisan atau kumpulan lapisan
yang memperlihatkan karakteristik litologi, geometri dan sedimentologi tertentu yang berbeda
dengan batuan di sekitarnya. Suatu mekanisme yang bekerja serentak pada saat yang sama. Asosiasi
fasies didefinisikan sebagai suatu kombinasi dua atau lebih fasies yang membentuk suatu tubuh
batuan dalam berbagai skala dan kombinasi. Asosiasi fasies ini mencerminkan lingkungan
pengendapan atau proses dimana fasies-fasies itu terbentuk.

Dalam menentukan fasies turbidit, Walker dan Mutti (1973) merinci pembagian fasies turbidit dari
Mutti dan Ricci Lucci (1972).

Walker dan Mutti (1973) telah mengemukakan suatu model, yaitu model kipas laut dalam dan
hubungannya dengan fasies turbidit (gb.2.9). Walker (1978) kemudian menyederhanakan kembali
klasifikasi tersebut menjadi 5 fasies, yaitu :

1)Fasies Turbidit Klasik (Classical Turbidite, CT)


Fasies ini pada umumnya terdiri dari perselingan antara batupasir dan serpih/batulempung dengan
perlapisan sejajar tanpa endapan channel. Struktur sedimen yang sering dijumpai adalah perlapisan
bersusun, perlapisan sejajar, dan laminasi, konvolut atau a,b,c Bouma (1962), lapisan batupasir
menebal ke arah atas. Pada bagian dasar batupasir dijumpai hasil erosi akibat penggerusan arus
turbid (sole mark) dan dapat digunakan untuk menentukan arus turbid purba. Dicirikan oleh adanya
CCC (Clast, Convolution, Climbing ripples). Climbing ripples dan convolut merupakan hasil dari
pengendapan suspensi, sedangkan clast merupakan hasil erosi arus turbid (Walker, 1985).
2)Fasies Batupasir masif (Massive Sandstone, MS)
Fasies ini terdiri dari batupasir masif, kadang-kadang terdapat endapan channel, ketebalan 0,5-5
meter, struktur mangkok/dish structure. Fasies ini berasosiasi dengan kipas laut bagian tengah dan
atas.
3)Fasies Batupasir Kerakalan (Pebbly Sandstone, PS)
Fasies ini terdiri dari batupasir kasar, kerikil-kerakal, struktur sedimen memperlihatkan perlapisan
bersusun, laminasi sejajar, tebal 0,5 5 meter. Berasosiasi dengan channel, penyebarannya secara
lateral tidak menerus, penipisan lapisan batupasir ke arah atas dan urutan Bouma tidak berlaku.
Fasies Konglomeratan (Clast Supported Conglomerate, CGL)
Fasies ini terdiri dari batupasir sangat kasar, konglomerat, dicirikan oleh perlapisan bersusun, bentuk
butir menyudut tanggung-membundar tanggung, pemilahan buruk, penipisan lapisan batupasir ke
arah atas, tebal 1-5 m. Fasies ini berasosiasi dengan sutrafanlobes dari kipas tengah dan kipas atas.
Fasies Lapisan yang didukung oleh aliran debris flow dan lengseran (Pebbly mudstone, debris flow,
slump and slides, SL).
Fasies ini terdiri dari berbagai kumpulan batuan, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah-bongkah yang
terkompaksi. Fasies ini berasosiasi dengan lingkungan pengendapan kipas atas (upper channel fill).

Dari penelitian fasies turbidit ini, beberapa peneliti kemudian berusaha untukmembuat suatu model
kipas bawah laut, yang merupakan asosiasi dari beberapa fasies. Model fasies adalah suatu model
umum dari suatu sistem pengendapan yang khusus (Walker, 1992). Dari model tersebut diharapkan
dapat diketahui arah pengendapan serta letak dari suatu endapan turbidit.

Model Kipas Bawah Laut Mutti dan Lucchi


Mutti dan Lucchi (1972) berdasarkan sifat fisik endapan turbidit seperti warna, komposisi, variasi
besar butir, tekstur perlapisan dan struktur sedimen, membagi fasies turbidit menjadi 7 fasies
utama, yaitu fasies A,B,C,D,E,F, DAN G, dimana ketujuh fasies tersebut berasosiasi dengan tiga
lingkungan pengendapan, yaitu : lereng (slope), dibagi menjadi lereng atas (upper slope) dan lereng
bawah (lower slope); kipas (fan) dibagi menjadi kipas dalam (inner fan), kipas tengah (middle fan)
dan kipas luar (outer fan); kumpulan daratan cekungan.

Model Kipas Bawah Laut Normark


Model kipas bawah laut Normark (1978), terdiri dari 3 lingkungan pengendapan utama, yaitu : kipas
atas (upper fan), kipas tengah (middle fan), dan kipas bawah (lower fan). Kipas atas ditandai oleh
suatu lembah dengan lebar 1-5 km, endapan dasar lembah terdiri dari endapan berbutir kasar
seperti endapan channel, braided berupa batupasir kasar dan batulanau, struktur sedimen
perlapisan bersusun, perlapisan sejajar atau interval a dan b Bouma (1962). Kipas tengah ditandai
bentuk morfologi suprafan lobe, litologi terdiri dari perselingan batupasir dan batulempung, dimana
sifat lapisan batupasir mengkasar dan menebal kearah atas, kipas bawah ditandai oleh permukaan
yang hampir rata (flat), lapisan batupasir yang tipis dan berstruktur perlapisan sejajar atau interval b
Bouma (1962).

Model Kipas Bawah Laut Walker


Model kipas menurut Walker (1978) ini merupakan penyempurnaan darii beberapa peneliti
terdahulu yang terdiri dari saluran utama (fedder channel), lereng(slope), kipas atas (upper fan ),
kipas tengah (middle fan) yang terdiri dari channeled portion of suprafan lobes, kipas bawah (lower
fan) dan dasar cekungan (basin pain). Pada umumnya kipas tersebut berasosiasi dengan lima fasies
turbidit yang diajukan oleh Walker (1978). Hubungan antara mekanisme arus turbid dengan jenis
fasies yang dihasilkannya dapat dilihat pada gambar 2.11 dibawah ini

Pada dasarnya Walker (1978) membagi kipas laut dalam 4 bagian pokok, yaitu :

1)Asosiasi Fasies Pada Lembah Pengisi


Lembah pengisi merupakan alur utama dari sedimen yang membentuk lipas laut dalam. Lembah ini
memotong lereng kontinen dan dapat menerus dari laut dalam sampai dekat pantai. Dari
penyelidikan yang dilakukan umumnya lembah pengisi berisi sedimen berukuran halus (fasies G),
interkalasi lensa-lensa tubuh batupasir dari fasies A merupakan endapan paritan (submarine
channel), interkalasi batuan yang campur aduk (fasies F) juga sering didapatkan sisipan fasies E dan
D, diperkirakan sebagai akibat dari kenaikan atau fluktuasi muka air laut setelah zaman es.

2)Asosiasi Fasies Kipas Laut Dalam


Kipas ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : kipas atas (upper fan), kipas tengah (middle fan), dan kipas
bawah (lower fan).
a)Kipas Atas (upper fan)
Kipas atas merupakan pengendapan pertama dari suatu sistem kipas laut dalam, yang merupakan
tempat dimana aliran gravitasi itu terhenti oleh perubahan kemiringan. Oleh karena itu, seandainya
aliran pekat (gravitasi endapan ulang) ini membawa fragmen ukuran besar, maka tempat fragmen
kasar tersebut diendapkan adalah bagian ini. Fragmen kasar dapat berupa batupasir dan
konglomerat yang dapat digolongkan ke dalam fasies A,B dan F.
Bentuk lembah-lembah pada kipas atas ini bermacam-macam, bias bersifat meander, bias juga
hampir berkelok (low sinuosity). Mungkin hal ini berhubungan dengan kemiringan dan kecepatan
arus melaluinya, ukuran kipas atas ini cukup besar dan bervariasi tergantung besar dan kecilnya
kipas itu sendiri. Lebarnya bisa mencapai mulai dari ratusan meter sampai beberapa kilometer,
dengan kedalaman dari puluhan sampai ratusan meter. Alur-alur pada kipas atas berukuran cukup
besar.
Walker (1978) memberikan model urutan macam sedimen kipas atas ke bawah. Bagian teratas
ditandai oleh fragmen aliran (debris flow) berstruktur longsoran (slump), jika sedimennya berupa
konglomerat, maka umumnya letak semakin ke bawah pemilahannya makin teratur, mengakibatkan
bentuk lapisan tersusun terbalik ke bagian atas dan berubah menjadi lapisan normal bagian bawah.

b)Kipas tengah (middle fan)


Bagian tengah kipas laut dalam adalah yang paling menarik dan sering diperdebatkan. Letak kipas
tengah berada di bawah aliran kipas atas.
Morfologi kipas laut dalam bagian tengah berumur Resen, dapat dibagi menjadi 2, yaitu suprafan
dan suprafan lobes, disamping ketinggian dari lautan, juga morfologi di dalamnya. Suprafan
umumnya ditandai lembah yang tidak mempunyai tanggul alam (Nomark, 1978) dimana lembah
tersebut saling menganyam (braided), sehingga dalam profil seismic berbentuk bukit-bukit kecil.
Relief ini sebenarnya merupakan bukit-bukit dan lembah yang dapat mempunyai relief 90 meter.
Lembah dapat berisi pasir sampai kerakal (Nomark,1980), kadang-kadang dapat menunjukan urutan
Bouma (1962).
Bagian suprafan sebenarnya lebih merupakan model yang kadang-kadang di lapangan sulit untuk
diterapkan. Masalah dasar tmbuhnya model bagian ini adalah adanya urutan batuan yang cirinya
sangat menyerupai kipas luar, tetapi masih menunjukan bentuk-bentuk torehan, dimana cirri
terakhir ini menurut Walker (1978) adalah kipas Suprafan.
Asosiasi fasies kipas bagian tengah berupa tubuh-tubuh batupasir dengan sedikit konglomerat yang
berbentuk lensa yang lebih lebar dan luas. Batupasir dan Konglomerat tergolong ke dalam fasies A,
B, dan F. Fasies-fasies itu disisipi juga oleh lapisan-lapisan sejajar dari fasies D dan E, kadang-kadang
juga fasies C.
Asosiasi fasies ini berbeda dengan asosiasi fasies yang terdapat di kipas bagian dalam, yaitu :
Tubuh batupasir dan konglomerat dimensinya kecil
Geometrinya kurang cembung ke bawah
Adanya sisipan-sisipan perselingan dari batupasir-batulempung.

c)Kipas Bawah (Lower Fan)


Kipas bawah terletak pada bagian luar dari system laut dalam, Umumnya mempunyai morfologi yang
datar sangat landai (Nomark,1978). Kipas bawah merupakan endapan paling akhir dari system paket
atau aliran gravitasi tersebut yang paling mungkin mencapai bagian kipas adalah system aliran dari
arus kenyang. Ukuran yang paling mungkin di daerah kipas luar adalah berukuran halus.
Serta menunjukan urutan vertical , Bouma (1962). Asosiasi fasies kipas bawah disusun oleh lensa-
lensa butiran di dalam batulempung, perselingan batupasir dan batulanau yang berlapis tebal.
Lnesa-lensa batupasir dari fasies B dan C, sedangkan batuan-batuan yang mengapitnya dari fasies D .
Karakteristik asosiasi fasies fasies kipas bagian bawah ditandai oleh :
Langkanya batuan-batuan yang diendapkan di dalamnya pasitan (channel deposit)
Penampang geometrinya berbentuk lensa.
Di bagian puncak sekuen, kadang-kadang didapatkan juga endapan paritan dan amalgamasi.
Sering kali sekuennya memperlihatkan penebalan lapisan ke bagian atas.

3)Asosiasi Fasies Lantai Cekungan


Daerah lantai cekungan adalah daerah yang tidak dipengaruhi oleh aliran gravitasi, dan merupakan
endapan asli pada bagian laut tersebut.
Asosiasi fasies lantai cekungan dicirikan oleh :
Asosiasi fasies Ddan G
Perlapisan sejajar
Arah purba memancar
Homogenitas fasies dan pola perlapisan, baik ke arah lateral maupun tegak

Anda mungkin juga menyukai