BAB Satu
BAB Satu
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leucopenia,
atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock
2.2. Etiologi
ukuran 50 nm dan terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat
molekul 4x106. Terdapat 4 serotipe virus tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah
Flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese encephalitis dan West Nile virus
Virus Dengue dapat ditularkan oleh Nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk
Aedes albopictus. Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang paling sering
ditemukan. Nyamuk Aedes aegypti hidup di daerah tropis, terutama hidup dan
berkembang biak di dalam rumah, yaitu tempat penampungan air jernih atau
4
tempat penampungan air sekitar rumah. Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik,
berbintik bintik putih, biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi
dan sore hari. Jarak terbang nyamuk ini 100 meter. Sedangkan nyamuk Aedes
albopictus memiliki tempat habitat di tempat air jernih. Biasanya nyamuk ini
berada di sekitar rumah dan pohon pohon, tempat menampung air hujan yang
bersih, seperti pohon pisang, pandan, kaleng bekas. Nyamuk ini menggigit pada
2.3 Epidemiologi
sebagai penyebab utama kesakitan dan kematian anak (Kaushik, 2010). Data dari
WHO menunjukkan sekitar 1,8 miliar (lebih dari 70%) dari populasi berisiko
dengue di seluruh dunia yang tinggal di negara anggota WHO wilayah Asia
Tenggara dan Pasifik Barat, menderita hampir 75% dari beban penyakit global
Gambar 2.1. Negara dengan Risiko Transmisi Virus Dengue. Sumber : WHO,
2012 (NaTHNaC, 2013)
5
Epidemi DBD adalah masalah kesehatan utama masyarakat di Indonesia,
Myanmar, Sri Lanka, Thailand dan Timor Leste yang berada di zona hujan tropis
dan katulistiwa dimana nyamuk Aedes aegypti tersebar luas di daerah perkotaan
dan pedesaan, tempat beberapa serotype virus beredar (WHO, 2009). DBD
Indonesia pertama kali dicurigai pada tahun 1968 terdapat di Surabaya dan
konfirmasi virologisnya diperoleh pada tahun 1970. Tahun 1972 epidemi pertama
di luar Jawa dilaporkan terdapat di Sumatera Barat dan lampung kemudian tahun
1973 disusul Riau, Sulawesi Utara dan Bali. Saat ini DBD sudah endemis di kota
jumlah kematian 816 orang (Indeks Rate/IR= 37,27 per 100.000 penduduk dan
Case Fatality Rate/CFR= 0,90 %). Jumlah kasus penyakit DBD terbanyak
terdapat di Provinsi Jawa Barat yaitu 19.663 kasus diikuti oleh Jawa Timur (8.177
kasus), Jawa Tengah (7.088 kasus) dan DKI Jakarta (6669 kasus). Keempatnya
6
v
Gambar 2.2. Jumlah Kasus Infeksi Dengue per Provinsi pada Tahun 2012.
Sumber : Kementrian Kesehatan, 2013 (Kementrian Kesehatan, 2013).
Sedangkan untuk jumlah kematian penyakit DBD tiap provinsi pada tahun
2012, tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Barat yaitu 167 kematian yang diikuti
oleh Provinsi Jawa Timur (114 kematian) dan Jawa Tengah (108 kematian) dan
Provinsi DKI Jakarta dengan jumlah kematian DBD yang rendah yaitu 4
Kesehatan, 2013).
Gambar 3.3. Jumlah Kematian Infeksi Dengue per Provinsi pada Tahun 2012.
Sumber : Kementrian Kesehatan, 2013 (Kementrian Kesehatan, 2013).
7
2.4 Patogenesis
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi
pertama kali mungkin memberi gejala seperti Demam Dengue. Reaksi tubuh
merupakan reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat
berbeda akan tampak bila seseorang mendapat infeksi berulang dengan tipe virus
dengue yang berlainan. Re-infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik
sebagai berikut :
endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang amat berperan dalam terjadinya
dan 89%. Nyata pada DHF pada masa renjatan terdapat penurunan kadar
8
dimusnahkan oleh sistem retikuloendotel dengan berakibat trombositopenia
koagulasi intravaskular.
Disamping itu aktivasi akan merangsang sistem kinin yang berperan dalam
Gambar 2.4 Patogenesis pada Infeksi Sekunder Virus Dengue yang Berbeda
9
DSS terjadi biasanya pada saat atau setelah demam menurun, yaitu diantara hari
ke-3 dan ke-7 sakit. Hal ini dapat diterangkan dengan hipotesis meningkatnya
dan sel kupfer merupakan tempat utama terjadinya infeksi verus dengue.
sel, bertindak sebagai reseptor spesifik untuk melekatnya virus dengue pada
3. Virus dengue kemudian akan bereplikasi dalam sel fagosit mononukleus yang
telah terinfeksi itu. Parameter perbedaan terjadinya DHF dan DSS ialah
2.5 Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan
gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh
bening, hati dan limpa. Ruam pada DD disebabkan oleh kongesti pembuluh darah
10
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan
pelepasan zat anafilatoksin, histamin dan serotonin serta aktivasi sistem kalikrein
renjatan. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat permulaan
demam dan mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat,
volume plasma dapat menurun sampai lebih dari 30% (Kaushik, 2010).
ditemukannya cairan dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura dan
bila tidak segera diatasi dapat berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolik dan
DIC secara potensial dapat juga terjadi pada pasien DHF tanpa renjatan. Pada
awal DHF pernah DIC tidak menonjol dibanding dengan perembesan plasma,
11
tetapi bila penyakit memburuk dengan terjadinya asidosis dan renjatan, maka akan
Demam dengue ialah demam akut selama 2-7 hari dengan dua atau lebih
trias yaitu demam tinggi, nyeri pada anggota badan dan ruam (Soedarmo, 2012).
-
Demam : suhu tubuh biasanya mencapai 39 C sampai 40 C dan demam bersifat
pada wajah, leher dan dada selama separuh pertama periode demam dan
12
kemungkinan makulopapular maupun menyerupai demam skalartina yang
muncul pada hari ke 3 atau ke 4. Ruam timbul pada 6-12 jam sebelum suhu
naik pertama kali (hari sakit ke 3-5) dan berlangsung 3-4 hari.
Anoreksi dan obstipasi sering dilaporkan. Gejala klinis lainnya meliputi fotofobi,
membesar pada 67-77% kasus atau dikenal sebagai Castelanis sign yang
2012).
- Hitung sel darah putih biasanya normal saat permulaan demam kemudian
trombositopeni
meningkat.
13
c. Demam berdarah Dengue ( Dengue Hemorrhagic fever)
Bentuk klasik dari DBD ditandai dengan demam tinggi, mendadak 2-7 hari,
disertai dengan muka kemerahan. Keluhan seperti anoreksia, sakit kepala, nyeri
otot, tulang, sendi, mual, dan muntah sering ditemukan. Beberapa penderita
namun jarang ditemukan batuk pilek. Biasanya ditemukan juga nyeri perut
Bentuk perdarahan yang paling sering adalah uji tourniquet (Rumple Leede)
positif, kulit mudah memar dan perdarahan pada bekas suntikan intravena atau
tersebar di daerah ekstremitas, aksila, wajah, dan palatum mole, yang biasanya
ditemukan pada fase awal dari demam. Epistaksis dan perdarahan gusi lebih
jarang ditemukan, perdarahan saluran cerna ringan dapat ditemukan pada fase
demam. Hati biasanya membesar dengan variasi dari just palpable sampai 2-4 cm
dengan berat ringannya penyakit namun pembesaran hati lebih sering ditemukan
Masa kritis dari penyakit terjadi pada akhir fase demam, pada saat ini terjadi
penurunan suhu yang tiba-tiba yang sering disertai dengan gangguan sirkulasi
14
ringan perubahan yang terjadi minimal dan sementara, pada kasus berat penderita
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal
sebagai berikut:
hipoproteinemi.
15
Derajat III Didapatkan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lambat,
Derajat IV Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan
Pada DSS dijumpai adanya manifestasi kegagalan sirkulasi yaitu nadi lemah dan
cepat, tekanan nadi menurun (<20mmHg), hipotensi, kulit dingin dan lembab dan
16
Gambar 2.8. Kelainan utama pada DBD, gambaran skematis kebocoran
plasma pada DBD(Kaushik, 2010).
Pada awal perjalanan penyakit, diagnosa banding mencakup infeksi bakteri, virus,
atau infeksi parasit seperti demam tifoid, campak, influenza, hepatitis, demam
serangan demam mendadak, masa demam lebih pendek, suhu lebih tinggi, hampir
selalu disertai ruam makulopapular, injeksi konjungtiva, dan lebih sering dijumpai
17
nyeri sendi. Proporsi uji tourniquet positif, petekie dan epistaksis hampir sama
pasien tampak sakit berat, demam naik turun, dan ditemukan tanda-tanda infeksi.
jelas terdapat gejala rangsangan meningeal dan kelainan pada pemeriksaan cairan
serebrospinalis.
II, oleh karena didapatkan demam disertai perdarahan di bawah kulit. Pada hari-
hari pertama, diagnosis ITP sulit dibedakan dengan penyakit DBD, tetapi pada
ITP demam cepat menghilang (pada ITP bisa tidak disertai demam), tidak
ke kanan pada hitung jenis. Pada fase penyembuhan DBD jumlah trombosit lebih
Perdarahan dapat juga terjadi pada leukimia atau anemia aplastik. Pada leukemia
demam tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan pasien sangat anemis.
Pemeriksaan darah tepi dan sumsum tulang akan memperjelas diagnosis leukimia.
toraks dan atau kadar protein dapat membantu menegakkan diagnosis. Pada DBD
18
ditemukan efusi pleura dan hipoproteinemia sebagai tanda perembesan plasma
2.8 Diagnosis
(WHO, 2011).
a. Kriteria klinis
Pembesaran hati
Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi (20
mmHg), hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien
tampak gelisah.
b. Kriteria laboratorium
Trombositopenia (100.000/mikroliter)
berdasarkan
19
- Hipoalbuminemia
Perhatian
- Nilai LED rendah (<10mm/jam) saat syok membedakan DSS dari syok
sepsis
1. Laboratorium
jumlah trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis
20
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture)
ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse
rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya antibody spesifik
terhadap dengue berupa antibody total, IgM maupun IgG lebih banyak
(Soedarmo, 2012).
Leukosit
plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit pada fase syok
akan meningkat.
Trombosit
Hematokrit
Hemostasis
pembekuan darah.
Protein/albumin
Elektrolit
21
Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan
Serologi
(infeksi sekunder).
NS1
Antigen NS1 dapat terdeteksi pada awal demam hari pertama sampai
2. Radiologi
22
2.10 Komplikasi (Hadinegoro,2004)
syok
2.11 Penatalaksanaan
Pengobatan DBD bersifat suportif simptomatik dengan tujuan memperbaiki
sirkulasi dan mencegah timbulnya renjatan dan timbulnya Koagulasi Intravaskuler
Diseminata (KID)
- Analgesik atau sedatif ringan mungkin perlu diberikan pada pasien yang
23
- Terapi elektrolit dan cairan secara oral dianjurkan untuk pasien yang
Berdasarkan ciri patofisiologis maka jelas perjalanan penyakit DBD lebih berat
plasma. Penatalaksanaan fase demam pada DBD dan DD tidak jauh berbeda.
Masa kritis ialah pada atau setelah hari sakit yang ketiga yang memperlihatkan
Perembesan atau kebocoran plasma pada DBD terjadi mulai hari demam ketiga
hingga ketujuh dan tidak lebih dari 48 jam sehingga fase kritis DBD ialah dari
saat demam turun hingga 48 jam kemudian. Observasi tanda vital, kadar
hematokrit, trombosit dan jumlah urin 6 jam sekali (minimal 12 jam sekali) perlu
dilakukan.
Pengalaman dirumah sakit mendapatkan sekitar 60% kasus DBD berhasil diatasi
hanya dengan larutan kristaloid, 20% memerlukan cairan koloid dan 15%
untuk resusitasi awal syok ialah Ringer laktat, Ringer asetat atau NaCL 0,9%.
corrector untuk mengatasi hiponatremia dan asidosis yang selalu dijumpai pada
24
Saat pasien berada dalam fase demam, pemberian cairan hanyalah untuk rumatan
bukan cairan pengganti karena kebocoran plasma belum terjadi. Jenis dan jumlah
cairan harus disesuaikan. Pada DD tidak diperlukan cairan pengganti karena tidak
Bila pada syok DBD tidak berhasil diatasi selama 30 menit dengan resusitasi
kristaloid maka cairan koloid harus diberikan (ada 3 jenis ;dekstan, gelatin dan
besar sehingga dapat bertahan dalam rongga vaskular lebih lama (3-8 jam)
25
Tabel 2.3. Jenis cairan koloid untuk resusitasi DBD
terjadi perdarahan secara klinis dan pada keadaan KID. Bila diperlukan suspensi
agregasi trombosit yang lebih hebat. Bila kadar hemoglobin rendah dapat pula
Setelah fase krisis terlampau, cairan ekstravaskular akan masuk kembali dalam
mencegah terjadinya oedem paru. Pada fase penyembuhan (setelah hari ketujuh)
bila terdapat penurunan kadar hemoglobin, bukan berarti perdarahan tetapi terjadi
26
hemodilusi sehingga kadar hemoglobin akan kembali ke awal seperti saat anak
masih sehat. Pada anak yang awalnya menderita anemia akan tampak kadar
27
Penatalaksanaan DBD disesuaikan dengan derajat terlampir sebagai berikut:
Gambar 2.10 Tatalaksana infeksi virus Dengue pada kasus tersangka DBD
28
Gambar 2.11. Tatalaksana DBD stadium I atau stadium II tanpa peningkatan Ht.
29
Gambar 2.12. Tatalaksana kasus DBD dengan peningkatan Ht > 20%
30
Gambar 2.13. Tatalaksana Kasus Sindrom Syok Dengue
31
Kriteria memulangkan pasien : (Soegijanto,2007)
4. Hematokrit stabil
asidosis).
keluarga
bulan
32
- Penyelidikan Epidemiologi
masyarakat.
33