Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

DHF (DENGUE HAEMORAGIC FEVER)

1. DEFINISI
Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan suatu infeksi akut yang disebabkan
oleh adanya arbovirus (arthropodbom virus) dan ditularkan melalui gigitan dari nyamuk
Aedes (Aedes albopictus & Aedes aegypti) (Ngastiyah, 2005). DHF (Dengue Haemoragic
Fever) suatu penyakit infeksi yang umumnya disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis yaitu demam, nyeri otot dan juga adanya nyeri sendi yang disertai
dengan adanya lekopenia, ruam, trombositopenia, limfadenopati, dan diastasis
haemoragic (Suhendro, dkk, 2007). Demam berdarah dengue merupakan suatu penyakit
demam akut yang umumnya di sebabkan oleh 4 tipe serotipe virus dengue dan ditandai
dengan adanya 4 gejala klinis utama yakni demam yang tinggi, manifestasi sebuah
perdarahan, hepatomegali, dan beberapa tanda kegagalan sirkulasi hingga timbulnya
sebuah renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari adanya suatu kebocoran
plasma yang dapat menyebabkan sebuah kematian. (Abdul Rohim dkk, 2002).

2. ETIOLOGI
A. Virus dengue
DHF disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam golongan genus
flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus ialah suatu virus dengan diameter sekitar
30 mm yang terdiri dari asam aribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul
mencapai 4x 106. Terdapat 4 tipe serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4 yang keseluruhannya dapat menyebabkan terjadinya demam dengue. Ke 4 tipe
serotipe ini bisa ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak
ditemukan (Suhendro, 2007). Virus dengue merupakan family flaviviridae dengan 4
serotipe (DEN 1, 2, 3, 4), yang terdiri dari genom RNA stranded yang dikelilingi oleh
nukleokapsid. Virus dengue memerlukan adanya asam nukleat untuk bereplikasi,
sehingga akan mengganggu pada proses sintesis protein sel pejamu.
B. Vektor
Virus dengue dengan serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yakni nyamuk aedes aegypti, aedes polynesiensis, nyamuk aedes albopictus, dan
beberapa spesies lain yg merupakan sebuah vektor yang kurang berperan. Infeksi
yang di timbulkan dari salah satu serotipe akan memunculkan adanya antibodi seumur
hidup pada serotipe yg bersangkutan namun tidak ada perlindungan terhadap serotipe
dari jenis yg lainnya (Arief Mansjoer & Suprohaita, 2000).
C. Host
Apabila seseorang mendapatkan sebuah infeksi dengue untuk pertama kalinya
maka ia akan mendapatkan suatu imunisasi yang spesifik namun tidak sempurna,
sehingga ia masih mungkin untuk bisa terinfeksi kembali pada virus dengue yang
sama typenya ataupun virus dengue dari tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever
(DHF) dapat saja terjadi jika seseorang yang pernah memperoleh infeksi virus dengue
tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau bisa lebih,
misalnya terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya
apabila ia telah mendapatkan sebuah imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui
tali plasenta. (Soedarto, 1990).

3. KLASIFIKASI
Klasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya dibagi menjadi 4 golongan, yakni:
A. Derajat I
Adanya demam disertai dengan gejala klinis lain, tanpa adanya perdarahan spontan,
biasanya mengalami panas sekitar 2-7 hari, Uji tourniquet hasilnya ialah positif,
trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
B. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan adanya beberapa gejala perdarahan spontan
seperti adanya petekie, hematemesis, ekimosis, perdarahan gusi, melena, dan
ditemukan pula adanya perdarahan pada kulit.
C. Derajat III
Ditandai oleh adanya gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah & cepat
(>120x/mnt) tekanan nadi sempit, tekanan darah mengalami penurunan.
D. Derajat IV
Nadi tidak teraba sama sekali, tekanan darah juga tidak teratur, anggota gerak/akral
teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak pucat/biru.

4. MANIFESTASI KLINIS
A. Demam
Demam biasanya terjadi dengan cara yang mendadak berlangsung dalam waktu 2-7
hari kemudian kembali turun menuju suhu yang normal atau bisa lebih rendah. Diikuti
dengan berlangsung demam, beberapa gejala klinik yang tidak spesifik dapat muncul
misalnya anoreksia, adanya nyeri punggung, nyeri tulang dan pula nyeri persediaan,
nyeri kepala serta rasa lemah juga dapat menyertainya.
B. Perdarahan
Perdarahan umumnya dapat terjadi pada hari ke 2 disaat demam dan umumnya terjadi
pada kulit dan dapat di dukung dengan hasil uji tocniquet yang positif mudah terjadi
adanya perdarahan pada vena, purpura dan petekia.
C. Hepatomegali
Ketika demam pertama kalinya muncul biasanya hati sudah bisa teraba, meski pada
anak yang kurang gizi hati juga sudah diraba, apabila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati telah teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan
adanya tejadi sebuah renjatan pada penderita.
D. Renjatan (Syok)
Syok umumnya dapat terjadi pada hari ke 3, dimulai dengan beberapa tanda
kegagalan sirkulasi yakni kulit terasa lembab, merasa dingin pada ujung hidung, jari
tangan, jari kaki serta adanya sianosis disekitar mulut. Apabila syok terjadi ketika
masa demam maka biasanya akan menunjukan prognosis yang amat buruk.

5. PATOFISIOLOGI
Virus dengue bisa masuk kedalam tubuh melalui gigitan dari nyamuk aedes aegypti
lalu kemudian bereaksi dengan antibodi di dalam tubuh dan terbentuklah adanya
kompleks virus-antibody, dalam sirkulasi akan dapat mengaktivasi sistem komplemen
(Suriadi & Yuliani, 2001). Akibat adanya aktivasi C3 & C5 akan dilepasnya C3a dan
C5a, dua peptida yang berdaya buat melepaskan sebuah histamine dan suatu merupakan
mediator yang kuat sebagai faktor yang menyebabkan meningkatnya permeabilitas dari
dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding tersebut.
Reaksi tubuh merupakan sebuah reaksi yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi
yang amat sangat berbeda akan terlihat, apabila seseorang mendapatkan infeksi berulang
dengan tipe virus dengue yang lainnya. DHF dapat terjadi apabila seorang yang telah
terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi berulang dari virus dengue lainnya. Re-infeksi
ini bisa menyebabkan adanya suatu reaksi anamnestik antibody, sehingga menimbulkan
adanya konsentrasi yang kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yang
tinggi.
Hal pertama yang akan terjadi jika virus masuk ke dalam tubuh ialah viremia yang
menyebabkan penderita mengalami demam, adanya sakit kepala, merasa mual, nyeri otot,
dan merasa pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau terdapat bintik-bintik merah pada kulit
(petekie), adanya hyperemia tenggorokan dan kelainan yang mungkin saja muncul pada
system retikuloendotelial seperti adanya pembesaran pada kelenjar-kelenjar getah bening,
hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena adanya kongesti pembuluh darah
dibawah kulit bisa pembesaran hati (Hepatomegali) dan juga pembesaran limpa
(Splenomegali). Peningkatan permeabilitas dinding kapiler membuat berkurangnya
volume plasma, sehingga terjadi hipotensi, hipoproteinemia, dan hemokonsentrasi, serta
efusi juga adanya renjatan (syok).

6. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya:
A. Perdarahan yang luas.
B. Mengalami syok atau renjatan.
C. Mengalami effuse pleura.
D. Mengalami penurunan tingkat kesadaran.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Darah
a. Trombosit mengalami penurunan.
b. HB akan meningkat lebih 20 %
c. HT juga meningkat lebih 20 %
d. Leukosit mengalami penurunan pada hari ke 2 dan ke 3
e. Protein darah sangat rendah
f. Ureum PH bisa saja mengalami peningkatan
g. NA dan CL cukup rendah
B. Serology : HI (hemaglutination inhibition test)
a. Rontgen thorax : adanya Efusi pleura.
b. Uji test tourniket dengan hasil (+)

8. PENATALAKSANAAN
A. Menganjurkan tirah baring
B. Memberikan makanan lunak .
C. Pemberian terapi cairan melalui infus.
Pemberian cairan intra vena (biasanya diberikan ringer lactat, nacl) ringer lactate
merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan, mengandung Na + 130
mEq/liter, K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter, Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3
mEq/liter.
D. Pemberian terapi obat-obatan : antibiotic, antipiretik,
E. Pemberian Anti konvulsi jika terjadi kejang
F. Memonitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
G. Memonitor adanya tanda-tanda renjatan
H. Memonitor apabila ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
I. Melaksanakan pemeriksaan HB, HT, dan Trombosit setiap hari.

9. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Wawancara
a. Biodata
Meliputi identitas pasien dan identitas keluarga.
b. Riwayat kesehatan
o Riwayat kesehatan saat ini.
Biasanya klien mengeluh demam, lemah, mengeluh sakit kepala, terjadi
anemia, nyeri pada ulu hati dan nyeri otot.
o Riwayat kesehatan keluarga.
Apakah pada anggota keluarga yg mengalami penyakit yang sama seperti di
derita oleh klien.
o Riwayat kesehatan dahulu
Apakah sebelumnya klien pernah mengalami riwayat penyakit yang sama.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran : bisa saja Composmentis, samnolen, atau koma (tergantung dari
derajat penyakit DHF)
TTV : Biasanya terjadinya penurunan dalam pemeriksaan tanda-tanda vital
b. Kepala
o Wajah : mengalami kemerahan (flushig), pada hidung terjadi epistaksis
o Mulut : adanya perdarahan pada gusi, mukosa bibirtampak kering & kadang-
kadang lidah tampak kotor dan adanya hiperemia pada tenggorokan
o Leher : Tidak ada masalah pada leher
c. Paru : Pernafasan dangkal, ketika dilakukan perkusi biasanya dapat ditemukan
bunyi redup lantaran adanya efusi fleura
d. Jantung : Dapat terjadi anemia karena kekurangan cairan
e. Abdomen : adanya nyeri ulu hati, ketika dilakukan palpasi dapat ditemukan
adanya pembesaran hepar & limpa
f. Ekstremitas : Biasanya di temukan nyeri sendi
g. Kulit : Ditemukan adanya ptekie, purpura, ekimosis, dan hyperemia serta
hematoma.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arif & Suprohaita. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. FKUI. Jakarta: Media
Aescullapius

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC

Soedarto. 1990. Penyakit-Penyakit Infeksi di Indonesia. Jakarta: Widya Medika

Suhendro, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid : 3. Ed : 4. Jakarta: Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Suriadi & Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada DHF. Edisi I. Jakarta: Agung Seto

Anda mungkin juga menyukai