Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan


1. Mengamati secara visualisasi kondensasi lapisan film dan pendidihan inti
nukleat.
2. Mengamati kenaikan panas pada alat heat exchanger.
3. Memeriksa pengaruh penambahan flowrate.
4. Menghitung panas air dingin dan panas pada steam.
5. Menghitung heat flux ().
6. Menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan laju alir dingin.

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Definisi Perpindahan Panas

Perpindahan panas didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari satu daerah ke


daerah lain sebagai akibat dari beda suhu antara daerah tersebut. Dalam beragam aplikasi
diperlukan untuk memindahkan panas dari fluida yang panas ke fluida yang dingin dan
berbagai bentuk alat penukar panas telah dikembangkan untuk tujuan tersebut.
Perpindahan panas dikenal dangan 3 cara, yaitu :

1. Perpindahan panas konduksi

2. Perpindahan panas konveksi

3. Perpindahan panas radiasi

a. Perpindahan Panas Konduksi

Jika dalam suatu bahan kontinu terdapat gradien (landaian) suhu, maka kalor akan
mengalir tanpa disertai oleh sesuatu gerakan zat. Aliran kalor seperti ini disebut konduksi
atau hantaran.

Perpindahan panas secara konduksi dapat berlangsung dengan media gas, cairan,
atau padatan. Jika media untuk perpindahan panas konduksi berupa gas yang suhunya
tinggi, molekul molekul gas yang akan bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari pada
molekul gas yang suhunya lebih rendah.

Kecepatan perpindahan panas dapat dirumuskan :

. (1 2 )
= .....Pers (2.1)

kal
Dimana : Q : Kecepatan perpindahan panas ( )
s

K : Konduktivitas panas pada dinding (kal/s.m)

A : Luas daerah normal dari aliran panas (m2)

T1 & T2: Temperatur permukaan panas pada dinding (oC)

x : Tebal dinding pipa (m)

b. Perpindahan Panas Konveksi

Bila arus atau partikel partikel makroskopik fluida melintas suatu permukaan
tertentu, seperti umpamanya, bidang batas suatu volum kendali, arus itu akan ikut
membawa serta sejumlah tertentu entalpi. Aliran entalpi demikian disebut konveksi.

Perpindahan panas secara konveksi dapat berlangsung dengan media cairan atau gas
yang suhunya lebih tinggi mengalir ke tempat yang suhunya lebih rendah, memberikan
panasnya pada permukaan yang suhunya lebih rendah

Kecepatan perpindahan panas dapat dirumuskan :

Q = h. A. (T1 T2) ........................................Pers (2.2)

kal
Dimana : Q : Kecepatan perpindahan panas ( s
)
h : Koefisien perpindahan panas suatu lapisan fluida (kal/s.m2oC)

A : Luas daerah normal dari aliran panas (m2)

T1&T2 : Temperatur permukaan panas pada dinding (oC)

c. Perpindahan Panas Radiasi


Perpindahan panas secara radiasi adalah perpindahan energi melalui ruang oleh
gelombang gelombang elektromagnetik. Jika radiasi berlangsung melalui ruang kosong,
ia tidak ditransformasikan menjadi kalor atau bentuk bentuk energi lain, dan ia tidak pula
akan terbelok dari lintasannya. Tetapi, sebaliknya bila terdapat zat pada lintasannya, radiasi
akan mengalami transmisi (diteruskan), refleksi (dipantulkan), dan absorbsi (diserap).
Hanya energi itu saja yang menjadi kalor, dan transformasi ini bersifat kuantitatif.
Perpindahan panas radiasi berlangsung elektromagnetik dengan panjang gelombang
pada intervel tertentu. Jadi perpindahan panas radiasi tidak memerlukan media, sehingga
perpindahan panas radiasi berlangsung diruangan hampa udara

Kecepatan perpindahan panas dapat dirumuskan :

..................................................................
Q = k . A . T4 Pers (2.3)

kal
Dimana : Q : Kecepatan perpindahan panas ( )
s

k : Tetapan Stefan-Boltzman = 4.88 10 -8 kkal / (jam.m2.K4)

A : Luas daerah normal dari aliran panas (m2)

T : Temperatur permukaan panas pada dinding (oC)

1.2.2 Koefisien Transfer Panas Overall


Untuk kondensasi steam dengan shell-tube, distribusi temperautr overall dapat
digambarkan seperti di bawah ini:
T4 T1

T3

T2

Kecepatan transfer panas dari steam ke air pendingin:


Q = U . A . t . Pers (2.4)

Ket:

kal
Q : Kecepatan perpindahan panas ( )
s

U : koefisien perpindahan panas overall (kal/sm3 oC)

A : Luas daerah perpindahan panas (m2)

t : selisih temperatur perubahan panas (oC)


Dimana t adalah perbedaan suhu rata-rata steam dan air pendingin dengan menentukan
transfer panas yang terjadi dalam heat exchanger diintegrasikan dengan panjang heat
exchanger, maka persamaan perbedaan suhu rata-rata dapat dinyatakan dengan:

t 0 t1
t LMTD = Pers (2.5)
t
ln (t 0 )
1

Persamaan di atas dengan perbedaan suhu rata-rata logaritymik (LMTD).

Koefisien panas overall (U) diperoleh dengan asumsi hal-hal mempengaruhi


perhitungan HE adalah mendekati konstan walaupun dari beberapa kasus asumsi ini tidak
cukup baik analisis yang lebih akurat dibutuhkan. Faktor yang mempengaruhi transfer
panas overall steam to water HE antara lain yaitu luas permukaan transfer panas steam
pada tube, konduktivitas termal bahan tube, dan luas permukaan transfer panas tube
terhadap air pendingin.

1.2.3 Koefisien Transfer Panas Pada Steam


Bagian tube secara terus menerus ditutupi dengan pembentukan lapisan film dari
kondensat. Dalam hal ini untuk tube vertikal yang digunakan pada Hilton HE steam to
water lapisan film kira-kira sama dengan seluruh area keliling tube dan semakin lama akan
bertambahn bersama dengan aliran kondensat yang menetes meninggalkan tube.
Aliran dari lapisan tipis ini dapat berupa aliran laminer atau hampir turbulen
tergantung pada panjang tube, kecepatan kondensasi aliran penguapan lokal.
Ketika aliran kondensat laminar, nilai koefisien luas transfer panas dapat dihitung
dengan membuat asumsi, yaitu:
1. Aliran kondensat dalam kondisi laminar.
2. Perpindahan panas yang terjadi hanya konduksi.
3. Suhu lapisan yang menetes sedangkan suhu saturasi uap bagian dalam dan luar
lapisan tersebut.
4. Aliran kondensat hanya dipengaruhi gaya gravitasi tidak ada gaya dorong seperti
pada efek aliran penguapan.
1.2.4 Koefisien Transfer Panas Permukaan Air
Pada tube dengan aliran laminer dimungkinkan untuk menganalisis secara teoritis
untuk mendapatkan nilai koefisien luas transfer panasnya, kecuali untuk beberapa kondisi,
seperti pada kondisi aliran turbulen tidak dapat dianalisa begitu saja secara keseluruhan
dan kondisi air dilakukan secara praktikal pada HE tersebut. Salah satu metode yang dapat
digunakan adalah prinsip kesamaan dinamik (dynamik similarity). Metode ini dapat
dilakukan untuk aliran laminer atau turbulen:
a. Kecepatan distribusi di antara dua batas sama ketika bilangan Reynold dari keduanya
sama.
b. Distribusi temperatur di antara dua batas akan sama (A) ketika bilangan Prandlt
keduanya sama.
c. Ketika (A) dan (B) sudah pasti, kemudian bilangan Nusselt untuk hubungan antara
elemen kedua lapisan sama dan dengan itu nilai dapat dikatakan rata-rata bilangan
Nusselt untuk kedua lapisan juga akan sama.
Kondisi ini dapat disimpulkan menjadi:

Nu = f (Re, Pr) . Pers (2.9)

Dari persamaan di atas dengan menambahkan analisis dimensional maka:

Nu = C (Rem , Prn ) ... Pers (2.10)

Untuk kondisi pipa dengan aliran turbulen, secara umum dapat dinyatakan sebagai:

Nu = 0,023 (Re0,8 , Pr 0,4 ) .... Pers (2.11)

1.2.5 Pengaruh Udara (Gas Noncondensible) Pada Kondensor


Secara umum diketahui bahwa kebocoran udara yang kecil saja pada proses
kondensasi steam di unit power plant akan menyebabkan efek yang buruk pada efisiensi
kerja yang kemudian akan mempengaruhi efek tekanan parsialnya sehingga semua pada
kondisi atmosferik di mana tidak terjadi kondensasi udara dan steam akan bercampur
dalam bentuk campuran sangat homogen.
1.2.6 Jenis jenis Alat Penukar Panas
Chiller
Condensor
Cooler
Exchanger atau heat exchanger
Reboiler
Heater
Evaporator
Vaporizer
Dan lain lain.
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat yang digunakan:
- Satu set alat heat exchanger H-930
- Satu set hydraulic bench

2.1.2 Bahan yang digunakan:


- Air
- Steam

2.2 Prosedur Kerja


1 Menghubungkan aliran air masuk dari hydraulic bench ke alat HE.
2 Menghubungkan steker pada alat HE dan hydraulic bench ke stop kontak.
3 Menghidupkan alat HE dan Hydraulic Bench.
4 Menghidupkan elemen pemanas pada HE.
5 Mengatur laju alir (condensor flowmeter) pada level 2 g/s.
6 Mengamati dan mencatat temperatur yaitu pada T1, T2 dan T3 sampai temperatur
konstan.
7 Mengamati dan mencatat tekanan pada manometer berdasarkan perubahan laju
air dingin.
8 Mengulangi langkah ke 6 dan 7 untuk laju alir 4, 6, 8, 10, dan 12 g/s.
9 Setelah melakukan percobaan, mematikan dan memutuskan aliran listrik pada
pompa dan alat HE.
10 Membersihkan alat percobaan.
BAB III

PENGOLAHAN DATA

3.1. Data Pengamatan


Tabel 3.1 Data Pengamatan
No Mm (g/s) T1 (oC) T2 (oC) T3 (oC) P (cmHg)
1 2 99,5 33,3 36,3 1,2
2 4 99,9 33,2 45,2 2,6
3 6 100,0 32,5 48,8 3,3
4 8 100,2 32,0 49,1 4,1
5 10 100,4 31,6 55,0 7,4
6 12 100,4 31,3 57,0 8,2

3.2. Hasil data perhitungan


Tabel 3.2 Data Hasil Perhitungan
kal kal
No Mm (g/s) LMTD (oC) Tm (oC) Q( ) (sm3 ) U (kal/sm3 oC)
s

1 2 64,79 31,6 6,4 211990,73 3271,97


2 4 60,502 27,35 48 1589930,44 26278,97
3 6 60,93 27,4 76,2 2524014,57 41424,82
4 8 59,85 25,55 136,8 4531301,76 75710,97
5 10 58,61 75,7 234 7750910,89 132245,53
6 12 55,27 78,7 308,4 10215303,08 184825,45
BAB IV

PEMBAHASAN

Heat exchanger adalah alat perpindahan panas yang menggunakan dua fluida yang

suhunya berbeda dan jenis Heat exchanger yang digunakan dalam percobaan ini adalah

Heat exchanger jenis shell and tube. Prinsip percobaan ini adalah apabila ada dua sistem

yang suhunya berbeda dikontakkan, maka terjadi perpindahan energi (perpindahan panas),

dimana pada bagian shell terdapat steam sebagai fluida panas sedangkan pada bagian tube

terdapat air sebagai fluida dingin.

Proses perpindahan panas dalam percobaan ini berlangsung dengan cara konduksi

dan konveksi, dimana konduksi merupakan perpindahan panas yang mengalir tanpa

disertai oleh sesuatu gerakan zat, jadi terjadi dari dinding tube bagian luar ke dinding tube

bagian dalam. Sedangkan untuk konveksi terjadi dari dinding tube bagian dalam ke air

sehingga panas berpindah mengenai air.

Dalam percobaan ini ada beberapa variabel yang diamati seperti yang tercantum

pada tabel 3.1 yaitu antara lain T1, T2, T3 dan tekanan. Dimana T1 adalah pembacaan suhu

pada steam . Sedangkan T2 adalah suhu air pendingin masuk ke dalam tube dan T3 adalah

suhu air pendingin yang keluar dari tube, dan steam tidak mengalami penurunan

temperatur. Itu mengapa hanya ada satu temperatur untuk steam karena steam berada pada

panas laten (keadaan saturation), yaitu steam hanya mengalami perubahan fasa karena

terjadinya perpindahan panas dari steam ke air. Praktikum ini menggunakan variasi laju

aliran air dingin seperti yng terlihat pada tabel 3.1 yaitu dari laju alir 2 g/s sampai 12 g/s.

Pada tabel 3.1 dapat dilihat bahwa penambahan flowrate sangat mempengaruhi

temperatur. Dimana setiap ada kenaikan flowrate maka temperatur steam masuk dan air
masuk akan bertambah pula. Ini juga menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan. Karena

samakin tinggi temperatur maka tekanan yang dihasilkan pun semakin tinggi pula yaitu

pada flowrate 2 g/s T1 memiliki nilai 99,5oC dan T3 36,3oC serta dengan tekanan 1,2 cmHg,

sedangkan untuk flowrate tertinggi yaitu 12 g/s memiliki T1 memiliki nilai 100,4oC dan T3

57,0oC serta dengan tekanan 8,2 cmHg.

Temperatur yang dihasilkan mempengaruhi adanya perpindahan panas yang terjadi

dan heat flux, hal ini dapat dilihat pada tabel 3.2. Dimana samakin besar flowrate, semakin

tinggi temperatur, ini menyebabkan panas yang dihasilkan semakin tinggi pula, yaitu pada

flowrate 12 g/s perpindahan panasnya 308,4 kal/s dan nilai heat flux 10215303,08 kal/sm3.

Karena panas yang dihasilkan semakin tinggi, menyebabkan nilai dari heat flux semakin

tinggi pula, karena heat flux berbanding lurus dengan penambahan panas. Sedangkan untuk

nilai LMTD berbanding terbalik dengan flowrate dimana semakin tinggi flowrate maka

semakin rendah nilai LMTD nya. Untuk flowrate 2 g/s memiliki nilai LMTD paling tinggi

yaitu 64,79 o C sedangkan untuk flowrate 12 g/s memiliki nilai LMTD paling rendah yaitu

55,27o C. Nilai dari koefisien perpindahan panas keseluruhan pun turut bertambah yaitu

184825,45 kal/sm3oC karena faktor yang mempengaruhi koefisien perpindahan panas

keseluruhan steam to water HE antara lain yaitu luas permukaan (A), transfer panas steam

pada tube, dan luas permukaan transfer panas tube terhadap air pendingin.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
Semakin bertambahnya flowrate, maka temperatur panas yang masuk pun turut
bertambah yaitu pada flowrate 12g/s memiliki temperatur 100,4oC.
Tekanan berbanding lurus dengan adanya kenaikan temperatur, semakin tinggi
temperatur, maka tekanan yang dihasilkan semakin tinggi pula yaitu pada T1
100,4oC dengan tekanan 8,2 cmHg.
LMTD berbanding terbalik dengan flowrate dimana untuk flowrate 2g/s
memiliki nilai LMTD maksimum yaitu 64,79oC sedangkan untuk flowrate 12g/s
memiliki nilai LMTD minimum yaitu 55,27oC.
Perpindahan panas juga berpengaruh dengan adanya perubahan temperatur
semakin tinggi temperatur, perpindahan panas juga semakin besar yaitu pada
temperatur 100,4oC memiliki perpindahan panas sebesar 308,4 kal/s.
Semakin besar perpindahan panas, maka semakin besar pula nilai dari heat flux
yaitu pada perpindahan panas 308,4 kal/s memiliki heat flux 10215303,08
kal/sm3.
Semakin besar heat flux menyebabkan koefisien perpindahan panas keseluruhan
semakin besar pula yaitu 10215303,08 kal/sm3 memiliki nilai koefisien
perpindahan panas sebesar 184825,45 kal/sm3oC
DAFTAR PUSTAKA

Mc. Cabe. Waren L. 1999. Operasi Teknik Kimia. Jilid I edisi 4. PT. Erlangga :
Jakarta

Sitompul, Tunggul. 1993. Alat Penukar Kalor (Heat Exchanger). PT. Raja
Grafindo Persada : Jakarta

Tim Laboratorium Pilot Plant. 2010, Penuntun Praktikum Laboratorium Satuan


Operasi, Samarinda: Politeknik Negeri Samarinda.
LAMPIRAN

PERHITUNGAN

1. Dik. T1 = 99,5oC
T2 = 33,1oC
T3 = 36,3oC
Cp = 1 kal/goC
Mm = 2 g/s
LMTD
(T1 T2 ) (T1 T3 )
LMTD =
(T T2 )
ln 1
(T1 T3 )
(99,5 33,1) (99,5 36,3)
=
(99,5 33,1)
ln
(99,5 36,3)
= 64,79o C
T1 +T3
Tm = T1 ( )
2

99,5 + 36,3
= 99,5 ( )
2
= 31,6o C
Q = Mm x Cp x (T3 T2 )
g kal
= 2 x 1 o x (49,1 32,0)o C
s g C
kal
= 6,4
s
Q
=A
kal
6,4 s
=
3,019 105 m3
= 211990,73 kal/sm3

U = LMTD
kal
211990,73
= sm3
o
64,79 C
= 3271,97 kal/sm3 oC
Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai