Heat Exchanger
Heat Exchanger
PENDAHULUAN
Jika dalam suatu bahan kontinu terdapat gradien (landaian) suhu, maka kalor akan
mengalir tanpa disertai oleh sesuatu gerakan zat. Aliran kalor seperti ini disebut konduksi
atau hantaran.
Perpindahan panas secara konduksi dapat berlangsung dengan media gas, cairan,
atau padatan. Jika media untuk perpindahan panas konduksi berupa gas yang suhunya
tinggi, molekul molekul gas yang akan bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari pada
molekul gas yang suhunya lebih rendah.
. (1 2 )
= .....Pers (2.1)
kal
Dimana : Q : Kecepatan perpindahan panas ( )
s
Bila arus atau partikel partikel makroskopik fluida melintas suatu permukaan
tertentu, seperti umpamanya, bidang batas suatu volum kendali, arus itu akan ikut
membawa serta sejumlah tertentu entalpi. Aliran entalpi demikian disebut konveksi.
Perpindahan panas secara konveksi dapat berlangsung dengan media cairan atau gas
yang suhunya lebih tinggi mengalir ke tempat yang suhunya lebih rendah, memberikan
panasnya pada permukaan yang suhunya lebih rendah
kal
Dimana : Q : Kecepatan perpindahan panas ( s
)
h : Koefisien perpindahan panas suatu lapisan fluida (kal/s.m2oC)
..................................................................
Q = k . A . T4 Pers (2.3)
kal
Dimana : Q : Kecepatan perpindahan panas ( )
s
T3
T2
Ket:
kal
Q : Kecepatan perpindahan panas ( )
s
t 0 t1
t LMTD = Pers (2.5)
t
ln (t 0 )
1
Untuk kondisi pipa dengan aliran turbulen, secara umum dapat dinyatakan sebagai:
METODOLOGI
PENGOLAHAN DATA
PEMBAHASAN
Heat exchanger adalah alat perpindahan panas yang menggunakan dua fluida yang
suhunya berbeda dan jenis Heat exchanger yang digunakan dalam percobaan ini adalah
Heat exchanger jenis shell and tube. Prinsip percobaan ini adalah apabila ada dua sistem
yang suhunya berbeda dikontakkan, maka terjadi perpindahan energi (perpindahan panas),
dimana pada bagian shell terdapat steam sebagai fluida panas sedangkan pada bagian tube
Proses perpindahan panas dalam percobaan ini berlangsung dengan cara konduksi
dan konveksi, dimana konduksi merupakan perpindahan panas yang mengalir tanpa
disertai oleh sesuatu gerakan zat, jadi terjadi dari dinding tube bagian luar ke dinding tube
bagian dalam. Sedangkan untuk konveksi terjadi dari dinding tube bagian dalam ke air
Dalam percobaan ini ada beberapa variabel yang diamati seperti yang tercantum
pada tabel 3.1 yaitu antara lain T1, T2, T3 dan tekanan. Dimana T1 adalah pembacaan suhu
pada steam . Sedangkan T2 adalah suhu air pendingin masuk ke dalam tube dan T3 adalah
suhu air pendingin yang keluar dari tube, dan steam tidak mengalami penurunan
temperatur. Itu mengapa hanya ada satu temperatur untuk steam karena steam berada pada
panas laten (keadaan saturation), yaitu steam hanya mengalami perubahan fasa karena
terjadinya perpindahan panas dari steam ke air. Praktikum ini menggunakan variasi laju
aliran air dingin seperti yng terlihat pada tabel 3.1 yaitu dari laju alir 2 g/s sampai 12 g/s.
Pada tabel 3.1 dapat dilihat bahwa penambahan flowrate sangat mempengaruhi
temperatur. Dimana setiap ada kenaikan flowrate maka temperatur steam masuk dan air
masuk akan bertambah pula. Ini juga menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan. Karena
samakin tinggi temperatur maka tekanan yang dihasilkan pun semakin tinggi pula yaitu
pada flowrate 2 g/s T1 memiliki nilai 99,5oC dan T3 36,3oC serta dengan tekanan 1,2 cmHg,
sedangkan untuk flowrate tertinggi yaitu 12 g/s memiliki T1 memiliki nilai 100,4oC dan T3
dan heat flux, hal ini dapat dilihat pada tabel 3.2. Dimana samakin besar flowrate, semakin
tinggi temperatur, ini menyebabkan panas yang dihasilkan semakin tinggi pula, yaitu pada
flowrate 12 g/s perpindahan panasnya 308,4 kal/s dan nilai heat flux 10215303,08 kal/sm3.
Karena panas yang dihasilkan semakin tinggi, menyebabkan nilai dari heat flux semakin
tinggi pula, karena heat flux berbanding lurus dengan penambahan panas. Sedangkan untuk
nilai LMTD berbanding terbalik dengan flowrate dimana semakin tinggi flowrate maka
semakin rendah nilai LMTD nya. Untuk flowrate 2 g/s memiliki nilai LMTD paling tinggi
yaitu 64,79 o C sedangkan untuk flowrate 12 g/s memiliki nilai LMTD paling rendah yaitu
55,27o C. Nilai dari koefisien perpindahan panas keseluruhan pun turut bertambah yaitu
keseluruhan steam to water HE antara lain yaitu luas permukaan (A), transfer panas steam
pada tube, dan luas permukaan transfer panas tube terhadap air pendingin.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
Semakin bertambahnya flowrate, maka temperatur panas yang masuk pun turut
bertambah yaitu pada flowrate 12g/s memiliki temperatur 100,4oC.
Tekanan berbanding lurus dengan adanya kenaikan temperatur, semakin tinggi
temperatur, maka tekanan yang dihasilkan semakin tinggi pula yaitu pada T1
100,4oC dengan tekanan 8,2 cmHg.
LMTD berbanding terbalik dengan flowrate dimana untuk flowrate 2g/s
memiliki nilai LMTD maksimum yaitu 64,79oC sedangkan untuk flowrate 12g/s
memiliki nilai LMTD minimum yaitu 55,27oC.
Perpindahan panas juga berpengaruh dengan adanya perubahan temperatur
semakin tinggi temperatur, perpindahan panas juga semakin besar yaitu pada
temperatur 100,4oC memiliki perpindahan panas sebesar 308,4 kal/s.
Semakin besar perpindahan panas, maka semakin besar pula nilai dari heat flux
yaitu pada perpindahan panas 308,4 kal/s memiliki heat flux 10215303,08
kal/sm3.
Semakin besar heat flux menyebabkan koefisien perpindahan panas keseluruhan
semakin besar pula yaitu 10215303,08 kal/sm3 memiliki nilai koefisien
perpindahan panas sebesar 184825,45 kal/sm3oC
DAFTAR PUSTAKA
Mc. Cabe. Waren L. 1999. Operasi Teknik Kimia. Jilid I edisi 4. PT. Erlangga :
Jakarta
Sitompul, Tunggul. 1993. Alat Penukar Kalor (Heat Exchanger). PT. Raja
Grafindo Persada : Jakarta
PERHITUNGAN
1. Dik. T1 = 99,5oC
T2 = 33,1oC
T3 = 36,3oC
Cp = 1 kal/goC
Mm = 2 g/s
LMTD
(T1 T2 ) (T1 T3 )
LMTD =
(T T2 )
ln 1
(T1 T3 )
(99,5 33,1) (99,5 36,3)
=
(99,5 33,1)
ln
(99,5 36,3)
= 64,79o C
T1 +T3
Tm = T1 ( )
2
99,5 + 36,3
= 99,5 ( )
2
= 31,6o C
Q = Mm x Cp x (T3 T2 )
g kal
= 2 x 1 o x (49,1 32,0)o C
s g C
kal
= 6,4
s
Q
=A
kal
6,4 s
=
3,019 105 m3
= 211990,73 kal/sm3
U = LMTD
kal
211990,73
= sm3
o
64,79 C
= 3271,97 kal/sm3 oC
Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya.