Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini cukup kompleks,
karena upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 diketahui
penyebab kematian di Indonesia untuk semua umur, telah terjadi pergeseran
dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, yaitu penyebab kematian
pada untuk usia > 5 tahun, penyebab kematian yang terbanyak adalah stroke,
baik di perkotaan maupun di pedesaan. Hasil Riskesdas 2007 juga
menggambarkan hubungan penyakit degeneratif seperti sindroma metabolik,
stroke, hipertensi, obesitas dan penyakit jantung dengan status sosial ekonomi
masyarakat (pendidikan, kemiskinan, dan lain-lain).
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu,
masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh
pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri
menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dapat dicapai. Perilaku
yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan
pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok
atau misi sektor kesehatan adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk
hidup sehat. Untuk mencapai upaya tersebut Departemen Kesehatan RI
menetapkan visi pembangunan kesehatan yaitu Masyarakat yang mandiri
untuk hidup sehat. Strategi yang dikembangkan adalah menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, berupa memfasilitasi
percepatan dan pencapaian derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh
penduduk dengan mengembangkan kesiap-siagaan di tingkat desa yang disebut
dengan Desa Siaga.
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara mandiri. Pada
intinya, desa siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu
untuk hidup sehat. Untuk dapat danmampu hidup sehat, masyarakat perlu
mengetahui masalah-masalah dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kesehatannya, bak sebagai individu, keluarga, ataupun sebagai bagian dari
anggota masyarakat. Seiring dengan program Desa Siaga yang dicanangkan
oleh Departemen Kesehatan RI, pendidikan dan profesi keperawatan telah
menerapkan standar perawatan komunitas yang mencakup berbagai unsur dan
komponen seperti yang ada pada konsep Desa Siaga. Perawatan kesehatan
masyarakat diterapkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
populasi dimana prakteknya tersebut bersifat umum dan komprehensif yang
ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang memiliki
kontribusi bagi kesehatan, pendidikan kesehatan dan manajemen serta
koordinasi dan kontinuitas pelayanan holistik. Masalah kesehatan masyarakat
dapat bermula dari perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
diantaranya berkaitan dengan masalah kesehatan lingkungan, kesehatan ibu
anak, kesehatan remaja serta kesehatan lanjut usia (lansia),maupun
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sangat rendah seperti
pemeriksaan kesehatan, kehamilan, imunisasi, posyandu dan lain sebagainya.
Seiring dengan program Desa Siaga yang dicanangkan oleh Departemen
Kesehatan RI, pendidikan dan profesi keperawatan telah menerapkan standar
perawatan komunitas yang mencakup berbagai unsur dan komponen seperti
yang ada pada konsep Desa Siaga. Perawatan kesehatan masyarakat diterapkan
untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan populasi dimana prakteknya
tersebut bersifat umum dan komprehensif yang ditujukan pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang memiliki kontribusi bagi kesehatan,
pendidikan kesehatan dan manajemen serta koordinasi dan kontinuitas
pelayanan holistik. Masalah kesehatan masyarakat dapat bermula dari perilaku
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat diantaranya berkaitan dengan
masalah kesehatan lingkungan, kesehatan ibu anak, kesehatan remaja serta
kesehatan lanjut usia (lansia),maupun pemanfaatan fasilitas pelayanan
kesehatan yang masih sangat rendah seperti pemeriksaan kesehatan,
kehamilan, imunisasi, posyandu dan lain sebagainya.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Desa Siaga?
2. Bagaimana Konsep Desa Siaga?
3. Apa saja Peran Jajaran Kesehatan dan Pemangku Kepentingan Terkait?
4. Bagaimana Sistem Desa Siaga?
5. Dasar Hukum Kebijakan apa yang mengatur tentang Desa Siaga?
6. Apa saja Program Desa Siaga?
7. Apa saja Kegiatan Desa Siaga?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Desa Siaga
2. Untuk mengetahui Konsep Desa Siaga
3. Untuk mengetahui Peran Jajaran Kesehatan dan Pemangku Kepentingan
Terkait
4. Untuk mengetahui bagaimana Sistem Desa Siaga
5. Untuk mengetahui Dasar Hukum Kebijakan yang mengatur Desa Siaga
6. Untuk mengetahui Program Desa Siaga
7. Untuk mengetahui Kegiatan Desa Siaga

BAB II

3
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah
kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa
yang dimaksud di sini adalah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan dihormati dalam
Pemerintah Kesatuan Republik Indonesia.
B. KONSEP DESA SIAGA
Desa Siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan (bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan) secara mandiri (Depkes RI,2006). Konsep desa
disini serupa dengan desa, kelurahan, nagari, dan lain-lain yang sepadan.
1. Tujuan dibentuknya Desa Siaga
Tujuan umum. Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli
dan tanggap terhadap masalah-masalah kesehatan (bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan) di desanya.
Tujuan khusus
a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan dan menerapkan perilaku hidup sehat.
b. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan
c. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa
terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan (bencana, wabah penyakit, dan lainnya).
d. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.
2. Sasaran dalam Pengembangan Desa Siaga
a. Pihak-pihak yang dapat memengaruhi individu dan keluarga, yaitu
tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM), kader, dan
media massa.

4
b. Pihak-pihak yang dapat member dukungan atau bantuan, yaitu pejabat
atau dunia usaha.
c. Semua individu dan keluarga di desa.
Semua sasaran di atas diharapkan dapat lebih mandiri dalam
mengatasi masalah-masalah kesehatan. Untuk menuju Desa Siaga, ada
beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu desa tersebut minimal
mempunyai pos kesehatan desa (poskesdes). Poskesdes di sini merupakan
suatu upaya bersumber daya masyarakat (UKBM) yang minimal
melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti berikut.
a. Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi
menjadi kejadian luar biasa (KLB) serta faktor-faktor risikonya.
b. Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi
kejadian luar biasa serta kekurangan gizi.
c. Kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana dan kegatdaruratan
kesehatan.
d. Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya (jika dekat
dengan puskesmas atau pustu maka bisa diambil alih oleh salah
satunya).
e. Kegiatan lain-lain misalnya promosi untuk sadar gizi, perilaku hidup
bersih dan sehat, penyehatan lingkungan, dan kegiatan
pengembangan.
Poskesdes di masyarakat juga berfungsi sebagai coordinator dari
UKBM lainnya seperti posyandu, warung obat desa, dan lainnya. Oleh
karena itu, poskesdes perlu didukung sumber daya tenaga (minima; satu
orang perawat maternitas atau bidan dan dua orang kader) serta sarana
(fisik bangunan, peralatan dan perlengkapan, serta alat komunikasi ke
masyarakat dan puskesmas). Untuk membentuk poskesdes tidak harus
memulai dari awal, tetapi bisa dengan menggunakan sumber daya
kesehatan yang sudah ada seperti berikut.
a. Polindes yang sudah ada dikembangkan menjadi poskesdes.
b. Memanfaatkan bangunan lain yang sudah ada misalnya balai desa.

5
c. Dibangun baru dengan alternative (bantuan pemda atau pempus,
donator, dunia usaha, dan swadaya masyarakat).
3. Indikator Keberhasilan Pengembangan Desa Siaga
a. Indikator masukan (input), seperti ada/tidaknya forum masyarakat
desa, poskesdes atau sarananya, tenaga kesehatan, dan UKBM lain.
b. Indikator proses (process), seperti frekuensi pertemuan masyarakat
desa, ada atau tidaknya kunjungan rumah kadarzi dan PHBS, serta
berfungsi atau tidaknya Poskesdes, UKBM yang ada, sistem
kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan bencana, dan
sistem surveylans (pengamatan dan pelaporan).
c. Indikator pengeluaran (output), seperti cakupan pelayanan kesehatan
Poskesdes, pelayanan UKBM yang ada, rumah tangga yang mendapat
kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS, serta jumlah kasus
kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan atau diatasi.
d. Indikator dampak (outcome), seperti jumlah jiwa yang menderita sakit
(angka kesakitan kasar) dan gangguan jiwa, jumlah ibu melahirkan
yang meninggal dunia, juga jumlah bayi dan balita yang meninggal
dunia serta menderita gizi buruk.
C. PERAN JAJARAN KESEHATAN dan PEMANGKU KEPENTINGAN
TERKAIT
1. Peran Jajaran Kesehatan
a. Peran Puskesmas
Dalam rangka pengembangan Desa Siaga, Puskesmas
merupakan ujung tombak dan bertugas ganda yaitu sebagai
penyelenggara PONED dan penggerak masyarakat desa. Namun
demikian, dalam menggerakkan masyarakat desa, Puskesmas akan
dibantu oleh Tenaga Fasilitator dari Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kota yang telah dilatih Provinsi. Adapun peran Puskesmas adalah
sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, termasuk
Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED).

6
2) Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim tingkat
kecamatan dan desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
3) Memfasilitasi pengembangan Desa Siaga dan Poskesdes.
4) Melakukan monitoring Evaluasi dan pembinaan Desa Siaga.
b. Peran Rumah Sakit
Rumah Sakit memegang peranan penting sebagai sarana rujukan dan
pembina teknis pelayanan medik. Oleh karena itu, dalam hal ini peran
Rumah Sakit adalah:
1) Menyelenggarakan pelayanan rujukan, termasuk Pelayanan
Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).
2) Melaksanakan bimbingan teknis medis , khususnya dalam rangka
pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan
dan bencana di Desa Siaga.
3) Menyelenggarakan promosi kesehatan di Rumah Sakit dalam
rangka pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan
kedaruratan dan bencana.
c. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
Sebagai penyelia dan pembina Puskesmas dan Rumah Sakit, peran
Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota meliputi:
1) Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di
tingkat Kabupaten / Kota dalam rangka pengembangan Desa
Siaga
2) Merevitalisasi Puskesmas dan jaringannya sehingga mampu
menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar dengan baik,
termasuk PONED, dan pemberdayaan masyarakat.
3) Merevitalisasi Rumah Sakit sehingga mampu menyelenggarakan
pelayanan rujukan dengan baik, termasuk PONEK, dan promosi
kesehatan di Rumah Sakit.
4) Merekrut / menyediakan calon-calaon fasilitator untuk dilatih
menjadi Fasilitator Pengembangan Desa Siaga
5) Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader.

7
6) Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan)
tingkat Kabupaten / Kota dalam rangka pengembangan Desa
Siaga.
7) Bersama Puskesmas melakukan pemantauan, evaluasi dan
bimbingan teknis terhadap Desa Siaga.
8) Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian
Desa Siaga
d. Peran Dinas Kesehatan Provinsi
Sebagai penyelia dan pembina Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota, Dinas Kesehatan Provinsi berperan:
1) Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat provinsi
dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
2) Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan
kemampuan melalui pelatihan-pelatihan teknis, dan cara-cara
lain.
3) Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan
kemampuan Puskesmas dan Rumah Sakit di bidang konseling,
kunjungan rumah, dan pengorganisasian masyarakat serta
promosi kesehatan, dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
4) Menyelenggarakan pelatihan Fasilitator Pengembangan Desa
Siaga dengan metode kalakarya (interrupted training).
5) Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan)
tingkat provinsi dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
6) Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota melakukan
pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis terhadap Desa Siaga.
7) Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian
Desa Siaga.
e. Peran Departemaen Kesehatan
Sebagai aparatur tingkat Pusat, Departemaen Kesehatan berperan
dalam:
1) Menyusun konsep dan pedoman pengembangan Desa Siaga, serta
mensosialisasikan dan mengadvokasikannya.

8
2) Memfasilitasi revitalisasi Dinas Kesehatan, Puskesmas, Rumah
Sakit, serta Posyandu dan UKBM-UKBM lain.
3) Memfasilitasi pembangunan Poskesdes dan pengembangan Desa
Siaga.
4) Memfasilitasi pengembangan sistem surveilans, sistem informasi
/ pelaporan, serta sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan
kedaruratan dan bencana berbasis masyarakat.
5) Memfasilitasi ketersediaan tenaga kesehatan untuk tingkat desa.
6) Menyelenggarakan pelatihan bagi pelatih (TOT).
7) Menyediakan dana dan dukungan sumber daya lain.
8) Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi.
2. Peran Pemangku Kepentingan Terkait
Pemangku kepentingan lain, yaitu para pejabat Pemerintah Daerah,
pejabat lintas sektor, unsur-sunsur organisasi / ikatan profesi, pemuka
masyarakat, tokoh-tokoh agama, PKK, LSM, dunia usaha, swasta dan lain-
lain, diharapkan berperan aktif juga di semua tingkat administrasi.
a. Pejabat-pejabat Pemerintah Daerah
1) Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk
penyelenggaraan Desa Siaga.
2) Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk
memanfaatkan pelayanan Poskesdes / Puskesmas / Pustu dan
berbagai UBKM yang ada (Posyandu, Polindes, dan lain-lain).
3) Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Desa
Siaga secara teratur dan lestari.
b. Tim Penggerak PKK
1) Berperan aktif dalam pengembangan dan penyelenggaraan
UBKM di Desa Siaga (Posyandu dan lain-lain).
2) Menggerakkan masyarakat untuk mengelola, menyelenggarakan
dan memanfaatkan UBKM yang ada.
3) Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dalam rangka
menciptakan kadar gizi dan PHBS.
c. Tokoh Masyarakat

9
1) Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan
Desa Siaga.
2) Menaungi dan membina kegiatan Desa Siaga.
3) Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan
Desa Siaga.
d. Organisasi Kemasyarakatan / LSM / Dunia Usaha / Swasta
1) Beperan aktif dalam penyelenggaraan Desa Siaga.
2) Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pengembangan
dan penyelenggaraan Desa Siaga.
3. Peran Kader
a. Pelaku penggerakan masyarakat dalam
1) Pendataan PHBS, kadarzi dan kondisi rumah.
2) Pengamatan sederhana berbasis masyarakat
3) Peningkatan PHBS, Kadarzi dan kesehatan lingkungan
4) Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita
b. Peran tambahan, membantu dalam :
1) Penanggulangan kegawat-daruratan sehari-hari
2) Penyiapan untuk menghadapi bencana
3) Pengelolaan pos kesehatan desa (poskesdes) atau UKBM lainnya
4. Fungsi Kader
a. Melakukan pencatatan, memantau dan evaluasi kegiatan Poskesdes
bersama Bidan
b. Mengembangkan dan mengelola UKBM (PHBS, Kesling, KIBB-
Balita, Kadarzi, Dana Sehat, TOGA, dll)
c. Mengidentifikasi dan melaporkan kejadian masyarakat yang
berdampak terhadap kesehatan masyarakat (surveilance ber-basis
masyarakat).
d. Pemecahan masalah bersama masyarakat

10
D. SISTEM DESA SIAGA
1. Tahapan Desa Siaga
a. Tahap Bina
Pada tahap ini forummasyarakat desa mungkin belum aktif,
namun telah ada forum/lembaga masyarakat desa yang sudah
berfungsi, misalnya kelompok rembug desa, kelompok yasinan, dsb.
Demikian juga Posyandu dan Polindesnya mungkin masih pada tahap
pratama. Pembinaan intensif dari petugas kesehatan dan petugas
sektor lainnya sangat diperlukan, misalnya dalam bentuk
pendampingan saat ada pertemuan forum desa untuk meningkatkan
kinerja forum
b. Tahap Tumbuh
Pada tahap ini forum masyarakat desa telah aktif dari anggota
forum sesuai kebutuhan masyarakat selain posyandu. Demikian juga
Polindes dan Posyandu sedikitnya sudah pada tahap
madya.Pendampingan dari tim Kecamatan atau petugas dari
sektor/LSM masih sangat diperlukan untuk pengembangan kualitas
Posyandu atau pengembanganlainnya. Disamping itu sistem
surveilans berbasis masyarakat juga sudah sudah dapat berjalan,
artinya masyarakat mampu mengamati penyakit ( menular dan tidak
menular ) serta faktor risiko di lingkungannya secara terus menerus
dan melaporkan serta memberikan informasi pada petugas kesehatan
/ yang terkait.
c. Tahap Kembang
Pada tahap ini forum kesehatan masyarakat telah berperan
secara aktif dan mampu mengembangkan kegiatansesuai kebutuhan
masyarakat dengan biaya berbasis masyarakat. Sistem Kewaspadaan
Dini masyarakat menghadapi bencana dan kejadian luar biasa telah
dilaksanakan dengan baik, demikian juga dengan sistem pembiyaan
kesehatan berbasis masyarakat

11
d. Tahap Paripurna
Pada tahap ini semua indikator dalam kriteria Desa Siaga sudah
terpenuhi. Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan sehat serta
berperilaku hidup bersih dan sehat. Masyarakatnya sudah mandiri
dan siaga tidak hanya terhadap masalah kesehatan yang mengancam
,namun juga terhadap kemungkinan musibah / bencana non kesehatan.
Pendampingan dari Tim Kecamatan sudah tidak diperlukan lagi.
2. Indikator Pencapaian Keberhasilan Tahap Desa Siaga
a. Forum Masyarakat Desa
Adalah sekelompok anggota masyarakat desa/Kelurahan yang
sepakat untuk peduli memecahkan masalah dan mengembangkan
program-program pembangunan antara lain kesehatan , di
wilayahnya.Forum ini secara berkala melakukan pertemuan dan
dipimpin oleh seorang ketua dan dibantu oleh sekretaris dan
anggota.Jika di desa/Kelurahan belum ada forum sejenis ini, maka
desa/kelurahan dapat memulai dari forum/lembaga yang sudah ada
dan berfungsi di masyarakat misalnya : rembug desa, kelompok
yasinan/majelis taklim, persekutuan doa, kelompok karang taruna,
kelompok peduli dan sejenisnya.
b. Pelayanan Kesehatan Dasar
Adalah upaya pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan oleh
seorang petugas keperawatan sesuai kompetensinya , dibantu oleh
kader yang berasal dari masyarakat setempat. Pelayanan kesehatan
dasar disini berupa upaya promotif , preventif dan kuratif yang
dilakukan di suatu tempat/ pos yang disediakan oleh masyarakat
melalui pemberdayaan. Fasilitas tersebut bisa merupakan milik
Pemerintah ataupun organisasi swasta ataupun perorangan. Lokasi
sarana pelayanan kesehatan tidak harus di dalam desa ( terutama bagi
kelurahan di kota besar ) , yang penting masyarakat desa tersebut
mempunyai akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara
mudah. Jika tidak ada petugas kesehatan yang bertempat tinggal di
desa tersebut , maka tugas pendampingan dan penghubung dilakukan

12
oleh Petugas Pembina Desa dari Puskesmas yang secara berkala
melakukan tugasnya di desa tersebut.
c. UKBM
Wujud pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang
berkembang sesuai kebutuhan setempat, misal Posyandu,
Poskesja, ,TOGA, KPKIA,dsb.
d. Dibina oleh Puskesmas PONED
Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi
Dasar) adalah puskesmas yang melayani rujukan kegawatdaruratan
ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi baru lahir dari desa-desa yang satu
wilayah maupun desa yang merupakan bagian dari jaringanrujukan.
Desa yang mendapat binaan dari Puskesmas PONED utamanya
dalam sistem rujukan kegawatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas ,
janin dan bayi baru lahir (kurang dari 1 bulan) Desa tersebut tidak
harus dalam satu wilayah administrasi Puskesmas PONED, namun
merupakan bagian dari jaringr ujukan. Bagi suatu wilayah dimana
Puskesmas PONED tidak ada atau jumlahnya sangat terbatas atau
posisi geografisnya jauh dari lokasi desa ,pembinaan Puskesmas
PONED bisa diambil alih oleh RSU utamanya RS PONEK. Yang
paling penting adalah setiap kasus kegawatdaruratan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir dapat dengan mudah mendapat
pelayanan yang adekuat.
e. Surveilans Berbasis Masyarakat
Adalah pengamatan yang dilakukan secara terus menerus oleh
masyarakat terhadap Gejala atau penyakit menular potensial KLB,
penyakit tidak menular termasuk gizi buruk serta faktor
risikonya.Kejadian lain di masyarakat, dan segera melaporkan kepada
petugas kesehatan setempat untuk ditindaklanjuti.Contoh penyakit
menular TBC, HIV/AIDS, kusta. PenyakitMenularPotensial KLB
antara lain diare, difteri, polio, campak, flu burung, typhus, hepatitis,
malaria, DBD, dll

13
Faktor risiko antara lain :
1) Adanya penolakan masyarakat terhadap imunisasi
2) Adanya Kematian unggas
3) Adanya tempat-tempat perindukan nyamuk
4) Adanya migrasi penduduk (in / out)
5) Perilaku yang tidak sehat.
Kondisi lain : Faktor risiko tinggi ibu hamil,bersalin , menyusui dan
bayi baru lahir
Kejadian lain di masyarakat :
1) Keracunan makanan
2) Bencana
3) Kerusuhan
Bentuk pengamatan masyarakat (anggota keluarga , tetangga,
kader) disesuaikan dengan tatacara setempat, misalnya pengamatan
terhadap tanda penyakit :
1) batuk yang tidak sembuh dalam waktu 2 minggu
2) bercak putih di kulit yang mati rasa
3) ibu hamil yang mempunyai faktor risiko tinggi ( 4 terlalu,
kedaruratan pada kehamilan sebelumnya,dll )
4) bayi baru lahir yang kuning, tidak bisa menetek,dll
5) balita yang tidak naik berat badannya
Bentuk laporan adalah lisan atau menggunakan alat
komunikasi yang ada di desa ( telepon, telepon seluler ataupun Handy
Talkie ) dan segera disampaikan kepada petugas kesehatan
setempatatau Petugas Pembina Desa
f. Sistem Siap Siaga Dan Penanggulanan Bencana Berbasis Masyarakat
Suatu tatanan yang berbentuk kemandirian masyarakat dalam
kesiapsiagaan menghadapai situasi kedaruratan (bencana, situasi
khusus, dll).Masyarakat sudah dipersiapkan apabila terjadi situasi
darurat maka mereka tahu harus berbuat apa, mengetahui tempat
untuk mencari maupun memberi informasi kemana.

14
Masyarakat diharapkan memperhatikan gejala alam pada
lingkungan setempat mampu mengenali tanda akan timbulnya
bencana dan selanjutnya melakukan kegiatan tanggap darurat
sebagaimana pernah dilatihkan untuk menghindari / mengurangi
jatuhnya korban.
Informasi mengenai tanda tanda bahaya tersebut berasal dari
sumber yang bisa dipercaya, misalnya dari perangkat desa ( yang
memperolehnya dari kecamatan ), berita resmi di TV atau telepon dari
Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota.
Penyebaran informasi mengikuti tatacara setempat, misalnya
menggunakan titir/ kentongan, pengeras suara dari musholla atau dari
mulut ke mulut
E. DASAR HUKUM KEBIJAKAN DESA SIAGA
1. Landasan Hukum Desa Siaga
Dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 574 / Menkes
/ SK / IV/ 2000 telah ditetapkan Visi Pembangunan Kesehatan, yaitu
Indonesia Sehat 2010.Visi tersebut menggambarkan bahwa pada
tahun 2010 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang
sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta
mampumenjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, sehinggamemiliki derajat kesehatan yang setinggi -
tingginya.Beberapa landasan hukum pelaksanaan desa siaga :
a. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421).
b. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 4337)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor
12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

15
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
c. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
d. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
e. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
f. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588);
g. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4737);
h. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintah Kabupaten/ Kota kepada
Desa;
i. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang
Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan;
j. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang
Kader Pemberdayaan Masyarakat;
k. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2007 tentang
Pelimpahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/ Kota kepada Lurah;
l. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 tahun 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di
Kabupaten dan Kota;

16
m. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564 tahun 2006 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga;
n. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1529
tahun 2010
o. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan
Gubernur Selaku Wakil Pemerintaha di Daerah.
p. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintah Kabupaten/Kota kepada
Desa
q. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564 Tahun 2006 tentang
Pengembangan Desa Siaga
r. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 317 Tahun 2009 tentang
Petunjuk Teknis Perencanaan Pembiayaan Pencapaian Standar
Pelayanan Minimal Bidang kesehatan di Kabupaten/ Kota
s. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 828 Tahun 2009 tentang
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan
mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan
masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan
memanfaatkan potensi setempat, secara gotong-royong.
Inti dari kegiata Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau
dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya
diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif. Yaitu upaya
mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses
pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan
yang dihadapinya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mahfudli, EF. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Kebidanan komunitas / penulis, Syarifudin, Hamidah ; editor, Monica Ester, Esty
Wahyuningsih. Jakarta : EGC, 2009.
Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor
564/MENKES/SK/VIII/2006 tentang pedoman pelaksanaan pengembangan
desa siaga
Buku Pedoman Desa Siaga Aktif Provinsi Jawa Barat, 2010, Dinas Kesehatan
Provinsi JABAR

19

Anda mungkin juga menyukai