Anda di halaman 1dari 5

Metode kerja adalah cara-cara melaksanakan kerja yang seefisien

mungkin mengenai sesuatu pekerjaan dengan mempertimbangkan


tujuan, fasilitas, tenaga kerja, waktu dan lain-lain yang tersedia.

Prosedur kerja adalah rangkaian bentuk atau model dari suatu


pekerjaan yang saling berkaitan sehingga menunjukkan adanya
suatu urutan tahap demi tahap yang harus dikerjakan dalam
rangka penyelesaian suatu pekerjaan.

Pola kerja adalah suatu bentuk atau model dalam mengerjakan


sesuatu yang harus dikerjakan untuk menghasilkan suatu dari
bagian sesuatu yang akan dihasilkan tersebut.

Sistem kerja adalah rangkaian metode kerja dan prosedur kerja


yang membentuk satu kebulatan pola dalam rangka melaksanakan
satu pekerjaan.

Contohnya :
- Stabilitas : maksudnya bahwa system, tata, dan prosedur kerja itu
harus
mengandung unsur tetap sehingga menjamin kelancaran dan
kemantapan
kerja.

Contohnya :
- Fleksibilitas : artinya bahwa dalam pelaksanaanya tidak kaku
tetapi harus
luwes yaitu masih memungkinkan diadakannya saling pergantian
tugas.

Contohnya :
- Salah seoerang tidak masuk atau kebetulan salah satu mesin
macet, maka pekerjaan harus tetap dapat terlaksana dan
diselesaikan.
Dasar hukum penerapan kebijakan K3

Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki beberapa dasar


hukum pelaksanaan. Di antaranya ialah Undang-Undang No 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja, Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Permenaker No 4 Tahun
1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).
Rangkuman dasar-dasar hukum tersebut antara lain :

UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja :

1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.


2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
3. Adanya bahaya kerja di tempat itu.

Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3 :

Setiap perusahaan yang memperkerjakan 100 (seratus) tenaga kerja atau lebih
dan atau yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik
proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan
kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit
akibat kerja (PAK).

Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(P2K3) :

1. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100


(seratus) orang atau lebih.
2. Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari 100
(seratus) orang tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang
memiliki resiko besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan
dan pencemaran radioaktif.
Identifikasi bahaya

Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Pengendalian Resiko merupakan


salah satu syarat elemen Sistem Manajemen Keselamatan Kerja OHSAS
18001:2007 klausul 4.3.1.

Identifikasi Bahaya dilaksanakan guna menentukan rencana penerapan K3 di


lingkungan Perusahaan.

Identifikasi bahaya termasuk di dalamnya ialah identifikasi aspek dampak


lingkungan operasional Perusahaan terhadap alam dan penduduk sekitar di
wilayah Perusahaan menyangkut beberapa elemen seperti tanah, air, udara,
sumber daya energi serta sumber daya alam lainnya termasuk aspek flora dan
fauna di lingkungan Perusahaan.

Identifikasi Bahaya dilakukan terhadap seluruh aktivitas operasional Perusahaan di tempat


kerja meliputi :

1. Aktivitas kerja rutin maupun non-rutin di tempat kerja.


2. Aktivitas semua pihak yang memasuki termpat kerja termasuk
kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu.
3. Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya.
4. Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja yang dapat
mengganggu keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja yang
berada di tempat kerja.
5. Infrastruktur, perlengkapan dan bahan (material) di tempat kerja baik
yang disediakan Perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan
dengan Perusahaan.
6. Perubahan atau usulan perubahan yang berkaitan dengan aktivitas
maupun bahan/material yang digunakan.
7. Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan yang bersifat
sementara dan dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas kerja.
8. Penerapan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang
berlaku.
9. Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur
operasional, struktur organisasi termasuk penerapannya terhadap
kemampuan manusia.

Identifikasi bahaya yang dilaksanakan memperhatikan faktor-faktor bahaya sebagai berikut :

1. Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman, binatang).


2. Kimia (bahan/material/gas/uap/debu/cairan beracun, berbahaya, mudah
meledak/menyala/terbakar, korosif, iritan, bertekanan, reaktif, radioaktif,
oksidator, penyebab kanker, bahaya pernafasan, membahayakan
lingkungan, dsb).
3. Fisik/Mekanik (infrastruktur, mesin/alat/perlengkapan/kendaraan/alat
berat, ketinggian, tekanan, suhu, ruang terbatas/terkurung, cahaya,
listrik, radiasi, kebisingan, getaran dan ventilasi).
4. Biomekanik (postur/posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan
berulang serta ergonomi tempat kerja/alat/mesin).
5. Psikis/Sosial (berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian
manajemen, lingkungan sosial tempat kerja, kekerasan dan intimidasi).
6. Dampak Lingkungan (air, tanah, udara, ambien, sumber daya energi,
sumber daya alam, flora dan fauna).

Penilaian resiko menggunakan pendekatan metode matriks resiko yang relatif


sederhana serta mudah digunakan, diterapkan dan menyajikan representasi
visual di dalamnya.

Pengendalian resiko didasarkan pada hierarki sebagai berikut :

1. Eliminasi (menghilangkan sumber/aktivitas berbahaya).


2. Substitusi (mengganti sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area
yang lebih aman).
3. Perancangan (modifikasi/instalasi
sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area supaya menjadi aman).
4. Administrasi (penerapan prosedur/aturan kerja, pelatihan dan
pengendalian visual di tempat kerja).
5. Alat Pelindung Diri (penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja
dengan paparan bahaya/resiko tinggi).

Keseluruhan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko


didokumentasikan dan diperbarui sebagai acuan rencana penerapan K3 di
lingkungan Perusahaan. Dokumentasi identifikasi bahaya dapat menggunakan
contoh sederhana dari link berikut : form identifikasi bahaya, penilaian resiko
dan pengendalian resiko.

Anda mungkin juga menyukai